BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Musik adalah hal yang sudah sangat tidak asing bagi semua manusia. Namun, tidak banyak orang yang tahu bahwasanya musik pun dapat digunakan sebagai terapi. Dalam sekejap, musik mampu menghibur jiwa. Musik membangkitkan dalam diri kita semangat untuk berdoa, belas kasih, dan kasih sayang.1 Hal ini disebabkan musik memiliki beberapa kelebihan, yaitu karena musik bersifat nyaman, menenangkan, membuat rileks, berstruktur, dan universal. Terapi musik adalah terapi yang universal dan bisa diterima oleh semua orang karena kita tidak membutuhkan kerja otak yang berat untuk menginterpretasi alunan musik. Terapi musik sangat mudah diterima organ pendengaran kita dan kemudian melalui saraf pendengaran disalurkan ke bagian otak yang memproses emosi.2 Menurut Federasi Terapi Musik Dunia (WMFT), terapi musik adalah penggunaan musik dan/atau elemen musik (suara, irama, melodi dan harmoni) oleh seorang terapis musik yang telah memenuhi kualifikasi, terhadap klien atau kelompok dalam proses membangun komunikasi, meningkatkan relasi interpersonal, belajar, meningkatkan mobilitas, mengungkapkan ekspresi, menata diri atau untuk mencapai berbagai tujuan terapi lainnya. 1 1 2 Terapi musik Islami ditandai dengan penggunaan jenis musik yang digunakan sebagai terapi, yaitu musik Islami atau musik rohani yang dapat membuat klien “berpijak ke tanah” dan membimbing ke arah perasaan damai yang mendalam serta kesadaran rohani. 4 Semua jenis musik sebenarnya dapat digunakan sebagai terapi, seperti lagu-lagu relaksasi, lagu popular, maupun lagu atau musik klasik. Akan tetapi, yang paling dianjurkan adalah musik atau lagu dengan tempo sekitar 60 ketukan per 5 menit yang bersifat rileks. Tidak terkecuali dengan jenis musik yang bernuansa Islami, religi atau rohani. Stroke adalah gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak. Stroke juga didefinisikan sebagai kelainan fungsi otak yang timbul mendadak, disebabkan karena terjadi gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Stroke merupakan penyebab utama kecacatan dan menjadi penyebab ketiga kematian di dunia setelah jantung dan kanker. Di dunia 15 juta orang menderita stroke setiap tahunnya, di Amerika Serikat terjadi sekitar 780.000 stroke baru atau 3,4 per 100 ribu penduduk, sedangkan di Singapura 55 per 100 ribu penduduk dan di Thailand 11 per 100 ribu penduduk.5 Data nasional di Indonesia menunjukkan stroke menjadi penyebab kematian tertinggi yaitu 15,4%. Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007 adalah delapan per seribu penduduk atau 0,8%. Dari total jumlah penderita stroke di Indonesia, sekitar 3 2,5 % atau 250 ribu orang meninggal dunia dan sisanya cacat ringan maupun berat sehingga tahun 2020 mendatang diperkirakan 7,6 juta orang akan meninggal karena stroke.5 Peningkatan angka stroke di Indonesia diperkirakan berkaitan dengan peningkatan angka kejadian faktor resiko stroke. Faktor yang ditemukan beresiko terhadap stroke adalah diabetes militus, gangguan kesehatan mental, hipertensi, merokok dan obesitas abnormal. Stroke dibagi menjadi dua kategori yaitu stroke hemoragik dan stroke iskemik atau stroke non hemoragik. Stroke hemoragik adalah stroke karena pecahnya pembuluh darah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah otak dan merusaknya.6 Stroke non hemoragik adalah suatu gangguan peredaran darah otak akibat tersumbatnya pembuluh darah tanpa terjadi suatu perdarahan, hampir.7 Kesembuhan pasien stroke tergantung pada beberapa elemen yaitu jumlah dan lokasi otak yang rusak, kesehatan umum pasien yang bersangkutan, sifat-sifat (personality) Demikian juga dukungan dan kondisi emosional pasien. dari keluarga dan kawan-kawan serta yang terpenting adalah pengobatan yang diterimanya.7 Hal yang paling ditakuti oleh penderita stroke adalah bahwa hampir selalu penderita yang diserang stroke akan mengalami kecacatan, sehingga dapat mengubah seseorang yang tadinya kuat dan tampak tidak kenal takut menjadi lemah dan selalu bergantung pada bantuan orang lain. Menurut Sembiring menyebutkan bahwa 4 dari sisi psikologi, stroke dapat membuat penderita merasa rendah diri dan tidak berguna akibat kecacatan.8 Musik merupakan salah satu bentuk terapi pelengkap (complementary therapy).5 Penelitian terbaru menunjukkan bahwa terapi berbasis musik pada pasien stroke selain dapat meningkatkan fungsi motorik yang dihubungkan dengan membaiknya koneksi kortikal, juga dapat memberikan efek emosional yang positif, meningkatkan mood/suasana hati dan fungsi kognitif serta menurunkan stres/kecemasan.9 Penelitian yang dilakukan oleh Forsblom A, dkk, menunjukkan bahwa mendengarkan musik dapat dilakukan selama fase akut pemulihan stroke, dimana dengan menggunakan musik disertai terapi standar pada pasien stroke akut dapat memberikan efek emosional yang positif dan terlihat lebih kooperatf dalam menjalankan program rehabilitasi dibanding kelompok kontrol. Selama fase akut tersebut dijumpai perbaikan mood, emosi, interaksi sosial dan pemulihan yang lebih.9 Dari data yang diambil di RSUD Purwodadi terdapat 275 orang menderita stroke pada tahun 2014, yang terdiri dari 225 kasus (82%) stroke non hemoragik dan 50 kasus (18%) stroke hemoragik. Pasien stroke yang dirawat pada tahun 2015 sebanyak 308 orang terdiri dari stroke non hemoragik sebanyak 218 orang (71%) dan stroke hemoragik sebanyak 90 orang (29%). Di ruang HCU dirawat 344 pasien pada tahun 2016, yang terdiri dari 188 orang dengan stroke non hemoragik dan 156 orang dengan stroke hemoragik. Pada tahun 2017 tercatat 239 orang pasien stroke yang terdiri dari 5 86 orang (36%) stroke hemoragik dan 153 orang (64%) stroke non hemoragik. Epidemiologi stroke iskemik sering terjadi pada laki-laki daripada wanita tanpa memandang etnik, dan asal negara. Wanita biasanya mendapat serangan yang lebih rendah pada masa dewasa daripada lakilaki. Pola serangan ini berhubngan dengan perlindungan oleh hormon seksual wanita. Perbandingan serangan stroke antara laki- laki dan wanita akan terstimasi dengan baik ketika pada masa menupouse wanita. Misalnya ada sebuah penelitian yang mebandingkan antara serangan stroke pada laki-laki dan wanita setelah pada umur 75 tahun. Penelitian ini menguatkan bahwa perbedaan serangan stroke pada laki-laki dan wanita bukan karena semata-mata disebabkan hormon seksual. Namun, meskipun angka kejadian stroke lebih besar pada laki-laki daripada wanita secara umum, dampak stroke padawanita lebih buruk pada wanita.10 Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di RSUD Purwodadi terhadap 10 pasien strok 5 di antaranya mengalami mood negatif mudah emosi, marah, dan pesimis mengenai kesembuhannya dari hambatan-hambatan fisik dan psikis yang timbul akibat terserang stroke sedangkan 5 diantaranya mempunyai mood positif, tenang dan bersemangat menjalani pengobatan yakin suatu saat nanti mereka bisa sembuh sepenuhnya dari hambatan-hambatan fisik dan psikis yang timbul akibat terserang stroke. Ketika ditanya mengenai alasannya, lima orang yang tidak yakin akan kesembuhannya menyatakan hal yang hampir senada, yaitu mereka meyakini bahwa penyakit stroke adalah 6 suatu penyakit yang sangat berat, mereka yakin bahwa hampir bisa dipastikan seseorang yang terserang stroke maka kondisi tubuhnya tidak akan bisa kembali seperti sedia kala sebelum terserang stroke, dan mereka takut dan khawatir jika mereka harus menjalani sisa hidup mereka dengan hambatanhambatan fisik dan psikis akibat stroke. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh terapi musik terhadap Mood dan Interaksi Sosial Pada Penderita Stroke Iskemik di RSUD Purwodadi ”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut “Pengaruh terapi musik terhadap Mood dan Interaksi Sosial Pada Penderita Stroke Iskemik di RSUD Purwodadi?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui Pengaruh terapi musik terhadap Mood dan Interaksi Sosial Pada Penderita Stroke Iskemik di RSUD Purwodadi 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui mood pasien strok sebelum dan sesudah pemberian terapi musik pada pasien stroke Iskemik di RSUD Purwodadi 7 b. Untuk mengetahui interaksi sosial pasien strok sebelum dan sesudah pemberian terapi musik pada pasien stroke Iskemik di RSUD Purwodadi c. Untuk mengetahui pengaruh terapi musik terhadap mood pasien stroke sebelum dan sesudah pemberian terapi musik pada pasien stroke Iskemik di RSUD Purwodadi d. Untuk mengetahui pengaruhi terapi musik terhadap interaksi sosial pasien strok sebelum dan sesudah pemberian terapi musik pada pasien stroke Iskemik di RSUD Purwodadi D. Manfaat Penelitian 1. Bagi institusi Rumah sakit Menjadi bahan pertimbangan bagi rumah sakit dalam membuat kebijakan penanganan pasien stroke dengan terapi musik islami. 2. Bagi tenaga keperawatan Meningkatkan pengetahuan perawat dalam penanganan pasien stroke dengan menggunakan terapi musik islami. 3. Bagi peneliti Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi penulis dalam menambah wawasan, menerapkan dan mengembangkan ilmu yang didapat dari bangku kuliah ke dalam situasi yang nyata yaitu masyarakat. 8 E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1. Keaslian penelitian No 1. Nama/judul Mochamad, 2014 Pengaruh terapi musik klasik terhadap kekuatan otot pasien stroke yang menjalani latihan Range of Motion (ROM) pasif. 2. Yunita, 2014 Pengaruh pemberian terapi musik klasik terhadap penurunan tingkat depresi pada pasien stroke non hemoragik di RSUD Salatiga. 3. Ansrian 2014 pengaruh terapi musik klasik Mozart terhadap kualitas tidur pada pasien stroke di RS Pantiwilasa Citarum Semarang Metodologi Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, menggunakan desain penelitian semu (quasi experiment) pre test and post test non equivalent control group. Penelitian preeksperimen yang termasuk dalam metode penelitian kuantitatif. Rancangan penelitian ini adalah one group pre-post test design Desain penelitian ini adalah Quasi eksperimen dalam satu kelompok (One Group Pre testPost test Design) Hasil Terdapat pengaruh yang bermakna antara terapi musik klasik terhadap kekuatan otot pasien stroke yang menjalani latihan ROM pasif dengan p value 0,001 (<0,05). Perbedaan Perbedaan dengan peneliti sebelumnya adalah variabel penelitian Hasil penelitian ada pengaruh pemberian terapi musik klasik terhadap penurunan tingkat depresi pada pasien stroke non hemoragik. nilai P = 0,000 (< 0,05), Perbedaan dengan peneliti sebelumnya adalah variabel penelitian Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh terapi musik klasik Mozart terhadap kualitas tidur pada pasien stroke di Rumah Sakit Pantiwilasa Citarum Semarang dengan didapatkan p value 0,000. Perbedaan dengan peneliti sebelumnya adalah variabel penelitian