Uploaded by amiraandri31

(PRINT) BAB I

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan berbangsa dan bernegara tidak terlepas dari pedoman hidup yang
sudah mendasari dan melandasi segala perilaku dan aspek kehidupan. Sebagai warga
negara Indonesia, pedoman hidup tersebut telah terstruktur dalam suatu ideologi yang
bernama Pancasila.
Pancasila adalah suatu ideologi dan dasar negara Indonesia yang menjadi
landasan dari segala keputusan bangsa dan mencerminkan kepribadian bangsa
Indonesia. Dengan kata lain, Pancasila adalah dasar dalam Pancasila mengatur
pemerintahan negara Indonesia yang mengutamakan semua komponen di seluruh
wilayah Indonesia.
Kata atau istilah Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Panca yang
berarti Lima dan Sila yang berarti Dasar atau Asas. Secara harfiah, Pancasila diartikan
sebagai dasar yang memiliki lima unsur. Selain memiliki dasar negara yaitu Pancasila,
Indonesia juga memiliki lambang negara yaitu Burung Garuda
Masyarakat Indonesia yakin terhadap nilai-nilai luhur yang terkandung dalam
Pancasila sebagai pedoman hidup telah menciptakan suatu masyarakat Indonesia yang
memiliki kepribadian yang baik.
Untuk mewujudkan masyarakat yang berpedoman terhadap Pancasila, di
perlukan suatu hukum yang berisi norma-norma, aturan-aturan atau ketentuanketentuan yang harus dilaksanakan dan ditaati oleh setiap warga negara Indonesia.
Hukum yang dimaksud ialah UUD 1945 sebagai hukum dasar tertulis di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah lahirnya Pancasila ?
2. Bagaimanakah asal mula Pancasila ?
3. Apa saja nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila ?
1
4. Bagaimanakah sejarah lambang negara Indonesia ?
5. Apa makna dari lambang negara Indonesia?
6. Bagaimana sejarah pembentukan UUD 1945 ?
7. Bagaimana kedudukan, sifat dan fungsi UUD 1945 di Indonesia?
8. Bagaimana pembukaan Undang Undang Dasar 1945?
9. Bagaimana hubungan antara Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui sejarah Pancasila.
2. Mengetahui asal-usul Pancasila.
3. Mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
4. Mengetahui fungsi dan kedudukan UUD 1945
5. Mengetahui hubungan antara Pancasila dan Pembukaan UUD 1945.
D. Manfaat Pembahasan
1. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang Pancasila, UUD 1945 maupun
hubungan antara Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945.
2. Mendapatkan pembelajaran tentang hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD
1945.
2
BAB II
ISI
A. Sejarah Lahirnya Pancasila
Menurut berbagai sumber, istilah Pancasila mulai dikenal sejak masa kerajaan
Sriwijaya dan Majapahit. Walaupun belum dirumuskan secara konkrit, pada masa itu
sila-sila dalam Pancasila sudah diterapkan dalam kehidupan masyarakat dan dalam
kerajaan.
Kata atau istilah Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Panca yang
berarti Lima dan Sila yang berarti Dasar atau Asas. Berdasarkan kitab Sutasoma
karangan Mpu Tantular, arti Pancasila adalah “Berbatu Sendi yang Lima” atau dapat
diartikan sebagai “Pelaksanaan Kesusilaan yang Lima”. Selain itu, Pancasila juga
dituliskan dalam kitab Agama Budha yang ditulis dalam bahasa Pali (Pancha
Sila). Pancha Sila adalah ajaran dasar moral agama Budha yang ditaati oleh para
pengikut Siddharta Gautama. Berikut ini adalah isi Pancha Sila dalam ajaran Budha:
1. Aku bertekad melatih diri untuk menghindari pembunuhan.
2. Aku bertekad melatih diri untuk tidak mengambil barang yang tidak diberikan.
3. Aku bertekad melatih diri untuk tidak melakukan perbuatan asusila.
4. Aku bertekad untuk melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar (berbohong,
berdusta, fitnah, omong kosong).
5. Aku bertekad untuk melatih diri menghindari segala minuman dan makanan yang
dapat menyebabkan lemahnya kewaspadaan.
Agar lebih memahami apa arti Pancasila, maka kita dapat merujuk pada
pendapat beberapa ahli. Berikut ini adalah definisi Pancasila menurut para ahli:
1. Ir. Soekarno
Menurut Bung Karno, pengertian Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia
yang turun-temurun berabad-abad lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan
3
Barat. Dengan demikian, Pancasila bukan hanya falsafah negara, tapi lebih
luas lagi, yaitu falsafah bagi bangsa Indonesia.
2. Notonegoro
Menurut Notonegoro, pengertian Pancasila adalah dasar falsafah dan ideologi
negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai
dasar pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan, serta sebagai pertahanan
bangsa dan negara Indonesia.
3. Muhammad Yamin
Menurut Muhammad Yamin, Pancasila berasal dari kata Panca yang berarti
lima dan Sila yang berarti sendi, atas dasar atau peraturan tingkah laku yang
penting dan baik. Dengan demikian Pancasila merupakan lima dasar yang
berisi pedoman atau aturan tentang tingkah laku yang penting dan baik.
Sejarah perumusan Pancasila ini berawal dari pemberian janji kemerdekaan di
kemudian hari kepada bangsa Indonesia oleh Perdana Menteri Jepang saat itu,
Kuniaki Koiso pada tanggal 7 September 1944. Lalu, pemerintah Jepang membentuk
BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada
tanggal 1 Maret 1945 (2605, tahun Showa 20) yang bertujuan untuk mempelajari halhal yang berhubungan dengan tata pemerintahan Indonesia Merdeka. Organisasi yang
beranggotakan 74 orang (67 orang Indonesia, 7 orang Jepang) ini mengadakan sidang
pertamanya pada tanggal 29 Mei 1945 – 1 Juni 1945 untuk merumuskan falsafah
dasar negara bagi negara Indonesia. Selama tiga hari itu tiga orang, yaitu, Muhammad
Yamin, Soepomo, dan Soekarno, menyumbangkan pemikiran mereka bagi dasar
negara Indonesia.

Muhammad Yamin (29 Mei 1945)
Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr. Muh. Yamin menyampaikan usul dasar negara
dihadapan sidang pleno BPUPKI baik dalam pidato maupun secara tertulis yang
disampaikan kepada BPUPKI. Baik dalam kerangka uraian pidato maupun dalam
presentasi lisan Muh Yamin mengemukakan lima calon dasar negara yaitu:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
4
5. Kesejahteraan rakyat
Selain usulan lisan Muh Yamin tercatat menyampaikan usulan tertulis mengenai
rancangan dasar negara. Usulan tertulis yang disampaikan kepada BPUPKI oleh Muh
Yamin berbeda dengan rumusan kata-kata dan sistematikanya dengan yang
dipresentasikan secara lisan, yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Prof.Dr.Soepomo (31 Mei 1945)
Pada hari kedua, Prof.Dr.Soepomo juga mengusulkan 5 asas, yaitu:
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan batin
4. Musyawarah
5. Keadilan sosial

Ir. Soekarno (1 Juni 1945)
Usul Sukarno sebenarnya tidak hanya satu melainkan tiga buah usulan calon dasar
negara yaitu lima prinsip, tiga prinsip, dan satu prinsip. Sukarno pula-lah yang
mengemukakan dan menggunakan istilah “Pancasila” (secara harfiah berarti lima
dasar) pada rumusannya ini atas saran seorang ahli bahasa (Muh Yamin) yang duduk
di sebelah Sukarno. Oleh karena itu rumusan Sukarno di atas disebut dengan
Pancasila, Trisila, dan Ekasila.
 Rumusan Pancasila
5
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau perikemanusiaan
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan yang Maha Esa
 Rumusan Trisila
1. Socio-nationalisme
2. Socio-demokratie
3. ke-Tuhanan
 Rumusan Ekasila
1. Gotong-Royong
Yang pada akhir pidatonya Soekarno menambahkan bahwa kelima asas pada
rumusan Pancasila tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang disebut dengan
Pancasila, diterima dengan baik oleh peserta sidang. Oleh karena itu, tanggal 1 Juni
1945 diketahui sebagai hari lahirnya pancasila.
“Lahirnya Pancasila” adalah judul pidato yang disampaikan oleh Soekarno
dalam sidang Dokuritso Junbi Cosakai (bahasa Indonesia: “Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan”) pada tanggal 1 Juni 1945. Pidato ini awalnya disampaikan
oleh Soekarno secara aklamasi tanpa judul dan baru mendapat sebutan “Lahirnya
Pancasila” oleh mantan ketua BPUPKI Dr. Radjiman Wedyodiningrat dalam kata
pengantar buku yang berisi pidato yang kemudian dibukukan oleh BPUPKI tersebut.
Menjelang kekalahan Tentara Kekaisaran Jepang di akhir Perang Pasifik,
tentara pendudukan Jepang di Indonesia berusaha merik dukungan rakyat Indonesia
dengan membentuk Dokuritsu Junbi Cosakai(Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan atau BPUPK, yang kemudian menjadi BPUPKI dengan tambahan
“Indonesia”). BPUPKI mengadakan sidangnya yang pertama kali dari tanggal 29 Mei
1945. Rapat dibuka pada tanggal 28 Mei 1945 dan pembahasan dimulai keesokan
harinya 29 Mei 1945 dengan tema dasar negara. Rapat pertama diadakan di gedung
6
Chuo Sangi In(di Jalan Pejambon 6 Jakarta) yang kini dikenal dengan sebutan
Gedung Pancasila. Pada zaman Belanda, gedung tersebut merupakan gedung
Volksraad(Perwakilan Rakyat).
Setelah beberapa hari tidak mendapat titik terang, pada tanggal 1 Juni 1945
Bung Karno mendapat giliran untuk menyampaikan gagasannya tentang dasar negara
Indonesia merdeka, yang dinamakannya “Pancasila”. Pidato tidak dipersiapkan secara
tertulis terlebih dahulu itu diterima secara aklamasi oleh segenap anggota Dokuritsu
Junbi Cosakai. Selanjutnya Dokuritso Junbi Cosakai membentuk Panitia Kecil untuk
merumuskan dan menyusun Undang-Undang Dasar dengan berpedoman pada pidato
Bung Karno tersebut. Dibentuklah Panitia Sembilan yang terdiri dari :
1. Ir. Soekarno
2. Mohammad Hatta
3. Mr, AA Maramis
4. Abikoesno Tjokrosoejoso
5. Abdul Kahar Muzkir
6. Agus Salim
7. Achmad Soebardjo
8. Wahid Hasyim
9. Mohammad Yamin
Panitia Sembilan tersebut ditugaskan untuk merumuskan kembali Pancasila
sebagai Dasar Negara berdasar pidato yang diucapkan Bung Karno pada tanggal 1
Juni 1945, dan menjadikan dokumen tersebut sebagai teks untuk memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia.
Setelah melalui proses persidangan akhirnya rumusan Pancasila hasil penggalian
Bung Karno tersebut berhasil dirumuskan untuk dicantumkan dalam Mukadimah
Undang-Undang Dasar 1945, yang dinyatakan sah sebagai dasar negara Indneisa
merdeka pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh BPUPKI dalam kata pengantar atas
dibukukannya pidato tersebut, yang untuk pertama kali terbit pada tahun 1947, Dr
Radjian Wedyodiningrat menyebut pidato Ir. Soekarno itu berisi “Lahirnya
Pancasila”.
7
B. Asal Mula Pancasila
1. Causa Materialis (asal mula bahan) ialah berasal dari bangsa Indonesia sendiri,
terdapat dalam adat kebiasaan, kebudayaan dan dalam agama-agamanya.
2. Causa Formalis (asal mula bentuk atau bangun) dimaksudkan bagaimana
Pancasila itu dibentuk rumusannya sebagaimana terdapat pada Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945. Dalam hal ini BPUPKI memiliki peran yang sangat
menentukan.
3. Causa Efisien (asal mula karya) ialah asal mula yang meningkatkan Pancasila dari
calon dasar negara menjadi Pancasila yang sah sebagai dasar negara. Asal mula
karya dalam hal ini adalah PPKI sebagai pembentuk negara yang kemudian
mengesahkan dan menjadikan Pancasila sebagai dasar filsafat Negara setelah
melalui pembahasan dalam sidang-sidangnya.
4. Causa Finalis (asal mula tujuan) adalah tujuan dari perumusan dan pembahasan
Pancasila yakni hendak dijadikan sebagai dasar negara. Untuk sampai kepada
kausan finalis tersebut diperlukan kausa atau asal mula sambungan.
C. Landasan Pancasila
Landasan Pancasila terdiri atas 4 bagian :
1. Landasan Historis
Berdasarkan landasan historis, pancasila dirumuskan dan memiliki tujuan
yang dipakai sebagai dasar Negara Indonesia. Proses perumusannya diambil dari
nilai-nilai pandangan hidup masyarakat.
Setiap bangsa mempunyai ideologi dan pandangan hidup berbeda-beda yang
diambil darinilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam bangsa itu sendiri.
Pancasila digali dari bangsa Indonesia yang telah tumbuh dan berkembang semenjak
lahirnya bangsa Indonesia.
Bangsa Indonesia terbentuk melalui proses yang panjang mulai jaman
kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya penjajah. Bangsa Indonesia
berjuang untuk menemukan jati dirinya sebagai bangsa yang merdeka. Dalam era
reformasi, bangsa Indonesia harus memiliki visi dan pandangan hidup yang kuat
(nasionalisme) agar tidak terombang-ambing di tengah masyarakat internasional. Hal
ini dapat terlaksana dengan kesadaran berbangsa yang berakar pada sejarah bangsa.
8
Secara historis nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila sebelum
dirumuskan dan disahkan menjadi dasar negara Indonesia secara obyektf historis telah
dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri.
2. Landasan Kultural
Pancasila merupakan salah satu pencerminan budaya bangsa, sehingga harus
diwariskan kepada generasi penerus. Secara kultural, unsur-unsur Pancasila
terdapat pada adat istiadat, tulisan, bahasa, slogan, kesenian, kepercayaan, agama,
dan kebudayaan pada negara Indonesia secara umum.
Bangsa Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara pada suatu asas kultural yang dimiliki dan melekat pada
bangsa itu sendiri. Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung
dalam sila-sila Pancasila bukanlahmerupakan hasil konseptual seseorang saja
melainkan merupakan suatu hasil karya bangsa Indonesia sendiri yang diangkat
dari nilai-nilai kultural yang dimiliki melalui proses refleksi filososofis para
pendiri negara.
Pandangan hidup pada suatu bangsa adalah sesuatu hal yang tidak dapat
dipisahkandengan kehidupan bangsa itu sendiri. Suatu bangsa yang tidak
mempunyai pandangan hidup adalah bangsa yang tidak mempunyai kepribadian
dan jati diri sehingga bangsa itu mudah terombang ambing dari pengaruh yang
berkembang dari luar negeri.
3. Landasan Yuridis
Pancasila secara yuridis secara formal menjadi dasar negara sejak
dituangkannya rumusan Pancasila dalam pembukaan UUD 1945. Didalam UU
No. 2 Thn 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional digunakan sebagai dasar
penyelenggaraan pendidikan tinggi.
4. Landasan Filosofis
Pancasila sebagai dasar filsafat negara dan pandangan filosofis bangsa
Indonesia, oleh karena itu sudah merupakan suatu keharusan moral untuk secara
konsisten merealisasikan dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
Pembahasan di dalam Pancasila berwujud dan bersifat filosofis secara praktis
nilai-nilai tersebut berupa pandangan hidup (filsafat hidup) berbangsa.
Mempengaruhi alam pikiran manusia berupa filsafat hidup, filsafat negara, etika,
logika dan sebagainya, sehingga memberikan watak (kepribadian dan identitas)
9
bangsa. Berdasarkan filosofis dan objektif, nilai-nilai yang tertuang pada sila-sila
Pan&asila merupakan filosofis bangsa Indonesia sebelum mendirikan Negara
Republik Indonesia.
Secara filosofis bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara adalah sebagai
bangsa yang berketuhanan dan berkemanusiaan, hal ini berdasarkan kenyataan
obyektif bahwa manusia adalah mahluk Tuhan Yang Maha Esa. Setiap aspek
penyelenggaraan negara harus bersumber pada nilai-nilai Pancasila termasuk
sistem peraturan perundang-undangan di Indonesia. Oleh karena itu dalam
realisasi kenegaraan termasuk dalam proses reformasi dewasa ini merupakan
suatukeharusan bahwa Pancasila merupakan sumber nilai dalam pelaksanaan
kenegaraan, baik dalam pembangunan nasional, ekonomi, politik, hukum, sosial
budaya, maupun pertahanan keamanan.
D. Filsafat Pancasila
1. Sistem Filsafat Pancasila
Setiap bangsa mewarisi nilai sosio-budaya (nasional) sebagai bagian dari budaya
dan peradaban universal. Pemikiran awal dan fundamental umat manusia berwujud
nilai filsafat. Makna istilah ini terbentuk dari bahasa Yunani, filos: friend, love dan
sophia: learning, wisdom. Jadi, filsafat bermakna orang yang besahabat dan
mencintai ilmu pengetahuan akan sikap arif bijaksana. Filsafat juga bermakna sebagai
pemikiran fundamntal dan monumental manusia untuk mencari kebenaran hakiki
(hkmat, bijaksana). Karenanya kebenaran ini diakui sebagai nilai kebenaran terbaik
yang dijadikan pandangan hidup (filsafat hidup,Weltanschauug). Bebagai tokoh
filosof dari berbagai bangsa menemukan dan merumuskan sistem filsafat sebagai
ajaran terbaik mereka, yang dapat berbeda antar ajaran filosof. Karena itulah
berkembang berbagai aliran filsafat seperti materialisme, idealisme, spiritualisme,
realisme dan berbagai aliran modern seperti rasionalisme, humanisme,
individualisme, liberalisme-kapitalisme, marxisme-komunisme, sosialisme.
Bagi bangsa Indonesia, filsafat Pancasila adalah bagian dari sistem filsafat Timur
yang memancarkan nilai kunggulannya, sebagai sistem filsafat theisme-religious.
Dapar dicermati uraian ringkas berikut:
1. Secara material-substansial dan intrinsik
10
Nilai Pancasila adalah filososfis, misalnya hakikat kemanusiaan yang adil dan
beradab, apalagi Ketuhanan Yang Maha Esa adalah metfisis/filosofis.
2. Secara praktis-fungsional
Dalam tata budaya masyarakat Indonesia pra-kemerdekaan nilai Pancasla
diakui sebagai filsafat hidup atau pandangan hidup yang di praktekan.
3. Secara formal-konsistusional
Bangsa Indonesia mengakui Pancasila adalah dasar negara (filsafat) RI.
4. Secara psikologis dan kultural
Bangsa dan budaya Indonesia sederajat dengan budaya bangsa manapun.
Karenanya, wajar bangsa Indonesia sebagaimana bangsa-bangsa lain (Cina,
India, Arab, Eropa) mewarisi sistem filsafat dalam budayanya. Jadi, Pancasila
adalah filsafat yang diwarisi dalam budaya Indonesia.
5. Secara potensial
Filsafat Pancasila akan berkembang bersama dinamika budaya, filafat
Pancasila akan berkembang secara konsepsional, kaya akan konsepsional dan
kepusakaan secara kuantitas dan kualitas. Filsafat Pancasila merupakan bagian
dari khasanah dan filsafat yang ada dalam kepustakaan dan peradaban modern.
Sistem filsafat Pancasila adalah bagian dari sistem filsafat Timur yang
memiliki identitas dan integritas keunggulan universal sebagai sistem filsafat theismereligious. Sistem filsafat demikian memancarkan keunggulan karena sesuai dengan
potensi kodrati martabat kepribadian manusia yang dianugerahi integritaskerokhanian yang memacarkan akal dan budinurani, yang potensial mengembangkan
bidaya dan peradaban, sebagai subyek budaya (termasuk subyek hukum dan subyek
dalam negara) dan subyek moral.
Integritas kepribadian manusia sebagai pribadi, berkembang secara kualitatif
dalam makna integritas martabat kepribadiannya dengan khitmat mengabdi dan
menuju (asas teleologis) Maha Pencipta, Maha Pengayom demi tanggung jawab
moral manusia sebagai penunaian amanat kewajiban asasi manusia. Pribadi dengan
harkat martabat kepribadiannya memelihara antarhubungan harmonis dengan semua
eksistensi horizontal berdasarkan wawasan vertikal (theisme-religiousi). Artinya,
antar hubungan pribadi manusia dengan alam semesta, sesama, budaya dan dengan
kenegaraan dijiwai kesadaran tanggung jawab dan kewajiban moral Ketuhanan-
11
keagamaan. Asas demikian mengandung makna bahwa filsafat Pancasila
memancarkan identistas dan integritas moral theisme-religious (sila I)
Ajaran filsafat Pancasila memancarkan keunggulan sistem filsafat dan kultural
NKRI, melengkapi keunggulan natural dan (potensial) SDM Indonesia. Integritas
keunggulan ini ditegakkan dalam Sistem Kenegaraan Pancasila secara Konstitusional
berdasarkan UUD Proklamasi (yang juga memancarkan keunggulan konstitusional),
sebagai terpancar dari nilai fundamental:
1.
NKRI sebagai negara kesatuan benbentuk republik
2. NKRI menegakkan sistem kedaulatan rakyat (demokrasi)
3. NKRI menegakkan sistem negara hukum (Rechtsstaat)
4. NKRI adalah negara bangsa (national state: sebagai jabaran wawasan nasional
dan wawasan nusantara)
5. NKRI menegakkan asas kekeluargaan (yang menjiwai dan melandasi:
wawasan nasional dan wawasan nusantara) yang ditegakkan dalam N-sistem
nasional.
Sistem kenegaraan NKRI demikian mengalami degradasi filosofis-ideologis dan
konstitusional mulai era reformasi, karena visi-misi reformasi cenderung
mempraktekkan demokrasi liberal, ekonomi liberal, bermuara kepada praktek negara
federal, bahkan anarchism yang mengancam integritas NKRI dan wawasan nasional
Indonesia. Keprihatinan demikian terus mengupayakan pelurusan reformasi, supaya
bangsa dan NKRI tidak terjerumus ke dalam kebangkrutan dan cengkeraman neoimperalisme yang terus meningkat dalam era postmodernisme.
Terjabar dalam sistem kenegaraan Pancasila yang melembaga dalam NKRI
berdasarkan Pancasila – UUD 1945, dengan berbagai fungsi sistem nasional, sebagai
jabaran dan fungsionalisasi sistem filsafat dan atau sistem ideologo nasional
(Pancasila), yang secara konsepsional mendesak untuk dikembangkan dalam rangka
ketahanan ideologi dan ketahanan nasional untuk menghadapi tantangan neoliberalisme, neo-ultraperialisme yang makin dinamis dalam era globalisasiliberalisasi, dan postmodernisme. Dinamika demikian digerakkan sebagai rekayasa
politik global dari negara adidaya yang berjuang merebut supremasi politik melalui
issue, atas nama HAM.
12
E. Tujuan Pancasila
1. Menghendaki Bangsa yang religius, taat kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Menjadi Bangsa yang adil secara sosial ekonomi.
3. Menjadi Bangsa yang menghargai HAM.
4. Menghendaki menjadi Bangsa yang demokratis
5. Menghendaki Bangsa yang nasionalis yang mencintai tanah air Indonesia.
F. Fungsi Pancasila
1. Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa Indonesia
Setiap Bangsa mempunyai jiwanya masing-masing yang disebut Volkgeish,
artinya Jiwa Bangsa atau Jiwa Rakyat. Pancasila sebagai jiwa Bangsa Indonesia yang
berfungsi agar Indonesia tetap hidup dalam jiwa Pancasila. Bangsa Indoensia lahir
sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia.
2. Pancasila Sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia
Fungsi Pancasila sebagai kepribadian Bangsa Indonesia yaitu sebagai hal yang
memberi corak khas bagi Bangsa dan menjadi pembeda Bangsa Indonesia dengan
Bangsa lain. Diwujudkan dengan tingkah laku dan sikap mental, sehingga ciri khas ini
yang dimaksud dengan kepribadian.
3. Pancasila Sebagai Ideologi Negara
Fungsi Pancasila sebagai ideologi negara yaitu: Menyatukan bangsa Indonesia,
memperkokoh dan memelihara kesatuan dan persatuan. Membimbing dan
mengarahkan bangsa Indonesia untuk mencapai tujuannya. Memberikan kemauan
untuk memelihara dan mengembangkan identitas bangsa Indonesia. Menerangi dan
mengawasi keadaan, serta kritis kepada adanya upaya untuk mewujudkan cita-cita
yang terkandung di dalam pancasila. Sebagai pedoman bagi kehidupan bangsa
Indonesia dalam upaya menjaga keutuhan negara dan memperbaiki kehidupan dari
bangsa Indonesia.
Ideologi Pancasila memiliki makna bahwa Pancasila selain berkedudukan sebagai
dasar negara, juga berkedudukan sebagai Ideologi Nasional bangsa Indonesia.
Sehingga makna pancasila dari ketetapan tersebut bahwa nilai-nilai yang tercantum
dalam ideologi pancasila menjadi cita-cita normatif bagi penyelenggaraan bernegara.
13
Nilai-nilai yang tercantum dalam Pancasila merupakan nilai yang disepakati bersama
dan oleh karena itu menjadi salah satu sarana pemersatu (integrasi) masyarakat
Indonesia.
Terdapat 3 Dimensi Ideologi Pancasila, yaitu:
1. Dimensi Realita, artinya nilai-nilai dasar yang tercamtum di ideologi tersebut
mencerminkan kenyataan hidup yang ada di dalam masyarakat dimana ideologi
itu ada untuk pertama kalinya.
2. Dimensi Idealisme, artinya kualitas ideologi yang tercamtum dalam nilai dasar
tersebut bisa memberikan harapan kepada berbagai kelompok dan masyarakat
mengenai masa depan yang lebih baik.
3.
Dimensi Fleksibilitas, artinya kemampuan ideologi dalam mempengaruhi dan
menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakatnya.
4. Pancasila Sebagai Sumber dari Segala Sumber Hukum
Fungsi pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum yaitu mengatur semua
hukum yang berlaku di Negara Indonesia. Semua hukum harus patuh dan
menjadikan Pancasila sebagai sumbernya. Artinya setiap hukum yang berlaku
tidak boleh bertentangan dengan Pancasila. Jadi setiap sila-sila yang ada di
Pancasila adalah nilai dasar, sedangkan hukum adalah nilai instrumental atau
penjabaran dari sila pancasila.
5. Pancasila Sebagai Sumber tertib hukum
Republik Indonesia adalah pandangan hidup, cita-cita hukum, kesadaran, dan citacita moral yang meliputi suasana kejiwaan serta watak Bangsa Indonesia. Meliputi
cita-cita mengenai kemerdekaan Individu, Kemerdekaan Bangsa,
Perikemanusiaan, Keadilan Sosial, dan Perdamaian Nasional. Cita-cita politik
mengenai bentuk, tujuan, sifat negara. Dan Cita-cita moral mengenai kehidupan
agama dan masyarakat.
6. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Fungsi pancasila sebagai pandangan hidup atau cara pandang adalah Bangsa
Indonesia harus berpedoman, menjadi pancasila sebagai petunjuk kehidupan
14
sehari-hari. Segala bentuk cita-cita moral Bangsa dan bentuk budaya harus
bersumber dari Pancasila, juga merupakan satu-kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan, hal ini memiliki tujuan demi tercapainya kesejahteraan lahir dan batin.
7. Pancasila Sebagai Cita-Cita dan Tujuan Bangsa Indonesia
Seperti yang telah kita ketahui bahwa pancasila telah jelas termuat di pembukaan
UUD 1945, sehingga pancasila merupakan tujuan dan cita-cita Bangsa Indonesia,
cita-cita inilah yang menjadi tujuan Bangsa, menciptakan masyarakat yang adil
dan makmur.
8. Pancasila Menjadi Falsafah Hidup Bangsa
Fungsi pancasila sebagai falsafah hidup bangsa yaitu sebagai pemersatu Bangsa
Indonesia, pancasila mengandung nilai-nilai kepribadian yang dipercayai paling
benar, bijaksana, adil dan cocok untuk Bangsa Indonesia untuk mempersatukan
rakyat.
9. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
Pancasila berfungsi sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan Negara, segala
sesuatu kehidupan di Indonesia, seperti rakyat, pemerintah, dan wilayah. Pancasila
juga digunakan sebagai dasar mengatur penyelenggaraan Negara dan kehidupan
Negara sesuai dengan bunyi UUD 1945.
10. Pancasila Sebagai Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia.
Pada saat Bangsa Indonesia melakukan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada
17 Agustus 1945, Bangsa ini belum memiliki UUD Negara yang tertulis, untuk itu
PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 18 Agustus 1945
mengesahkan pembukaan dan batang tubuh UUD 1945 yang merupakan berdasar
dari pancasila. PPKI merupakan badan sebagai tempat wakil-wakil rakyat di
Indonesia sehingga pancasila merupakan hasil perjanjian bersama rakyat, dan
untuk membela pancasila selamanya.
11. Pancasila Sebagai Paradigma Dalam Pembangunan Nasional.
15
Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Nasional bidang sosial, budaya,
pertahanan dan keamanan di kaitkan dengan nilai-nilai Pancasila dalam
Pembangunan Nasional pasti dibutuhkan suatu kerangka pemikiran yang
melandasi pembangunan nasional itu sendiri. Oleh karena itu, Pancasila dapat
dijadikan sebagai landasan pembangunan nasional.
Orang yang pertama kali menyatakan istilah paradigma adalah Thomas Khun,
sedangkan arti dari paradihma adalah kerangka pemikiran. Pembangunan Nasional
tidak memiliki arti yang sempit hanya membangun fisiknya saja. Pembangunan
Nasional memiliki arti yang luas yaitu membangun masyarakat indonesia seutuhnya.
Pancasila dapat dijadikan Paradigma Pembangunan Nasional karena nilai-nilai
Pancasila dapat diterapkan dan sesuai dengan perkembangan jaman. Dalam
Pembangunan Nasional harus mendasarkan pada nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila. Pada undang-undang alinea ke-IV telah tercantum tujuan dari negara
Indonesia, yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencapai masyarakat adil dan
makmur. Dalam upaya membangun Indonesia seutuhnya itulah diperlukan penerapan
dari nilai-nilai Pancasila.
Pancasila sebagai Paradigma dalam Pembangunan Nasional bidang sosial dan
budaya, pada haikatnya bersifat humanistik karena memang Pancasila bertolak dari
hakikat dan kedudukan kodrat manusia itu sendiri. Hal ini sesuai dengan Pancasila,
sila kedua yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Oleh karena itu,
pembangunan sosial budaya harus mampu meningkatkan harkat dan martabat
manusia yaitu menjadi manusia yang berbudaya dan beradab. Dalam upaya
membangun masyarakat seutuhnya, maka hendaknya juga berdasarkan pada sistem
nilai dan budaya masyarakat Indonesia yang sangat beragam. Berdasarkan pada sila
ketiga dari Pancasila yang berbunyi “Persatuan Indonesia”, pembangunan sosial
budaya dikembangkan atas dasar penghargaan terhadap nilai sosial dan budaya yang
beragam di seluruh nusantara menuju pada tercapainya rasa persatuan sebagai bangsa.
Diperlukan adanya pengakuan dan penghargaan terhadap budaya dan kehidupan
sosial di berbagai kelompok bangsa Indonesia sehingga mereka merasa dihargai dan
diterima sebagai warga negara Indonesia. Sedangkan Pancasila sebagai paradigma
pembangunan nasional bidang pertahanan dan keamanan, memiliki arti bahwa untuk
mencapai terciptanya masyarakat hukum diperlukan penerapan dari nilai-nilai
Pancasila. Hal itu disebabkan karena Negara juga memiliki tujuan untuk mlindungi
16
segenap bangsa dan wilayah negaranya. Nilai-nilai Pancasila dalam penerapan
Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional bidang pertahanan dan keamanan
adalah:
a. Sila pertama dan kedua: Pertahanan dan keamanan Negara harus mrndasarkan
pada tujuan demi terciptanya kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa.
b. Sila ketiga: Pertahanan dan keamanan Negara haruslah mendasarkan pada tujuan
demi kepentingan warga dalam kehidupan sebagai warga negara.
c. Sila keempat: Pertahanan dan keamanan harus ampu menjamin hak dasar
persamaan derajat serta kebebasan kemanusiaan.
d. Sila kelima: Pertahanan dan keamanan harus diperuntukan demi terwujudnya
keadilan hidup masyarakat.
G. Pengamalan Sila Pancasila
Sebelumnya terdapat 36 butir pengamalan pancasila menurut ketetapan MPR
no.II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa yang menjabarkan kelima asas
Pancasila, namun ketetapan tersebut dicabut dengan ketetapan baru dengan Tap MPR
no. I/MPR/2003 yang terdiri dari 45 butir Pancasila. 45 Butir pengamalan Pancasila
adalah sebagai berikut :

Butir Pengamalan Pancasila pada Sila Pertama (I) yaitu: Ketuhanan Yang Maha Esa
1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa
2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing yang adil dan beradab.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk
agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
17
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.

Pengamalan Pancasila pada Sila Kedua (II) yaitu: Kemanusiaan yang adil dan beradab
1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia,
tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,
kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5. Mengembangkan sika tidak semena-mena terhadap orang lain.
6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8. Berani membela kebenaran dan keadilan.
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
10. Mengembangkan sikap hormat menghoarmati dan bekerjasama dengan bangsa
lain.

Butir Pengamalan Pancasila pada Sila Ketiga (III) yaitu: Persatuan Indonesia
1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi dan
golongan.
2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.
3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi,
dan keadilan sosial.
6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
18

Butir Pengamalan Pancasila pada Sila Keempat (IV) yaitu: Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
6. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi dan golongan.
8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang
luhur.
9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilainilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi
kepentingan bersama.
10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan permusyawaratan.

Butir Pengamalan Pancasila pada Sila Kelima (V) yaitu: Keadilan Sosial Bagi Seluruh
Rakyat Indonesia
1. Mengembangkan perbuatan yang luhr, yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain.
19
7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya
hidup mewah.
8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum
9. Suka bekerja keras.
10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama
11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.
H. Sejarah Burung Garuda Sebagai Lambang Negara Indonesia
Garuda Pancasila adalah lambang negara Indonesia yang digambarkan dengan
seekor burung garuda yang menoleh ke kanan dan memegang pita bertuliskan
“Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti “berbeda-beda tetapi tetap satu juga”. Lambang
negara ini dirancang oleh Sultan Hamid II dan diresmikan pada 11 Februari 1950 saat
berlangsungnya Sidang Kabinet Indonesia Serikat. Garuda Pancasila sebagai lambang
negara diatur penggunaannya di dalam Peraturan Pemerintah No 43/1958.
PP No 43/1958 tersebut terdiri dari 15 pasal. Dalam pasal 12 terdapat
peraturan yang melarang menambahkan gambar, angka atau apapun pada lambang
negara Garuda Pancasila dan Garuda Pancasila pun dilarang dijadikan sebagai cap
dagang. Oleh karena itu, harus berhati-hati dalam penggunaannya, karena jika
kedapatan melanggar bisa terkena denda atau sangsi. Kecintaan akan Indonesia
haruslah disertai dengan menjaga setiap ciri khas bangsa ini, termasuk lambang
negaranya. Ada banyak kisah menarik mengenai sejarah burung garuda dari awal
sampai burung garuda dijadikan lambang negara Indonesia.

Sejarah Burung Garuda Menurut Mitologi Hindu
Jauh sebelum sejarah itu, kisah burung garuda sendiri sudah terdapat dalam
mitologi Hindu. Sejarah burung garuda menurut mitologi Hindu sendiri berawal dari
kisah seorang guru bernama Resi Kasyapa yang memperistrikan Kadru dan Winata.
Dari Kadru, Resi Kasyapa memperanakan Naga dan dari Winata memperanakan
Garuda. Kadru selalu cemburu pada Winata dan melakukan berbagai cara agar Winata
tersingkir dari keluarga mereka. Singkat cerita, Kadru dan Winata bertarung namun
20
dalam hal ini Kadru berbuat curang sehingga dia memang dan menjadikan Winata
sebagai budaknya.
Garuda yang sangat mengasihi sang ibu bertarung melawan Naga namun karena
mereka sama-sama kuat maka pertaurngan itu tidak kunjung usai. Sampai akhirnya
Naga menyanggupi untuk memberikan membebaskan perbudakan Winata asalkan
Garuda memberikannya tirta suci amertha sari, air yang dapat memberikan kehidupan
abadi. Garuda pun berkenala mencari amertha sari agar dapat bisa membebaskan
ibunya. Dalam perjalanan, Garuda bertemu dengan dewa Wisnu. Dewa Wisnu
berjanji akan memberikan amertha sari pada Garuda asalkan Garuda mau menjadi
tunggangannya. Garuda pun menyanggupi hal tersebut.
Sikap garuda yang gigih dan tangguh dalam memperjuangkan kebebasan sang
ibunda menginspirasi Soekarno untuk menjadikan burung garuda sebagai lambang
negara agar ada semangat yang kuat untuk membebaskan ibu pertiwi dari para
penjajah. (Baca Juga : Jenis – Jenis Manusia Purba di Indonesia )
Sejarah burung garuda dalam mitologi Hindu mempengaruhi cerita perwayangan
di Indonesia. Burung garuda sendiri banyak terdapat di candi-candi Indonesia salah
satunya terdapat di candi Prambanan. Dalam salah satu relief di candi Siwa
Prambanan, terdapat cerita keponakan Garuda, yaitu Jatayu yang yang yang gugur
dalam peperangan untuk merebut Shinta dari Rahwana.
Raja Airlangga dianggap sebagai titisan dewa Wisnu pernah digambarkan sedang
menunggangi burung garuda yang dinamakan Garuda Wisnu Kencana. Garuda Wisnu
Kencana ini lah yang akhirnya dijadikan sebagai simbol di kerajaan Kahuripan,
kerajaan di mana Raja Airlangga memerintah. Kisah mengenai Garuda banyak
diceritakan dalam kisah Jawa dan Bali. Di Bali sendiri, garuda dipercaya sebagai
“tuan segala makhluk yang bisa terbang”, mungkin karena itu garuda dijadikan
sebuah nama untuk maskapai penerbangan Indonesia, Garuda Indonesia. Patung
Garuda Wisnu Kencana pun dibangun di Selatan Bali dan menjadi landmark pulau
Bali. Pembangunan patung tersebut belumlah usai, karena masih beberapa bagian saja
yang selesai dibangun. Harapannya, patung Garuda Wisnu Kencana dapat
menumbuhkan rasa cinta akan bangsa sendiri.
21

Sejarah Lambang Garuda Indonesia
Setelah perang kemerdekaan Indonesia (1945-1949), disusul pengakuan
kedaulatan Indonesia oleh Belanda melalui Konfrensi Meja Bundar pada tahun 1949,
dirasakan perlunya Indonesia (pada saat itu masih bernama Republik Indonesua
Serikat) untuk memiliki lambang negara. Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia
Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara
Zonder Porto Folio Sultan Hamid II yang ditugaskan Presiden Soekarno untuk
merencanakan, merancang, dan merumuskan gambar lambang negara, dengan
susunan panitia teknis:
Ketua
: Muhammad Yamin
Anggota
: Ki Hajar Dewantara
M A Pellaupessy
Moh Natsir
RM Ng Poerbatjaraka
Nama-nama tersebut merupakan panitia yang bertugas menyeleksi usulan lambang
negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah.
Pada keputusan sidang kabinet, Menteri Priyono melaksanakan sayembara.
Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya
M Yamin. Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR adalah
rancangan karya Sultan Hamid II dan rancangan karya M Yamin ditolak karena
menyertakan sinar-sinar matahari yang menampakkan pengaruh Jepang. Rancangan
Lambang Negara berupa Burung Garuda milik Sultan Hamid II dipilih karena
mengacu kepada ucapan Prsiden Soekarno, bahwa hendaknya lambang negara
mencerminkan pandangan hidup, dasar negara Indonesia, dimana sila-sila dari dasar
negara, yaitu Pancasila divisualisasikan dalam lambang negara.
Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II),
Presiden RIS (Republik Indonesia Serikat) Ir. Soekarno dan Perdana Menteri
Mohammad Hatta. Terus dilakukan untuk keperluan penyempurnaan rancangan itu dan
sepakat menggganti pita merah yang dicengkram garuda, yang semula adalah pita
merah putih menjadi pita putih dengan menambahkan sombayan “Bhineka Tunggal
Ika”. Tanggal 8 Februari 1950, rancangan lambang negara yang dibuat oleh Sultan
Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan lambang negara tersebut
dipertimbangkan kembali, karena adanya keberatan terhadap gambar burung Garuda
22
dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap terlalu bersifat
mitologis. Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara
Garuda Pancasila. Rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya
disetujui oleh Presiden Soekarno pada tanggal 10 Februari 1950 dan diresmikan
pemakaiannya dalam sidang kabinet RIS pada tanggal 11 Februari 1950. Ketika itu
gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih “gundul” dan tidak berjambul
seperti sekarang ini. Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama
kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes Jakarta pada 15
Februari 1950.
Pada tanggal 20 Maret 1950 Soekarno memerintahkan pelukis istana, Dullah.
Untuk melukis kembali rancangan tersebut, setelah sebelumnya diperbaiki antara lain
penambahan “jambul” pada kepala Garuda Pancasila, serta mengubah posisi cakar kaki
yang mencengkram pita dari semula di belakang pita menjadi di depan pita, atas
masukan Presiden Soekarno. Dipercaya bahwa alasan Soekarno menambahkan jambul
karena kepala Garuda gundul dianggap terlalu mirip dengan Bald Eagel (Lambang
Negra Amerika Serikat). Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan
penyempurnaan gambar lambang negara yang mana lukisan otentiknya diserahkan
kepada H Masagung, Yayasan Idayu Jakarta pada 18 Juli 1974. Rancangan Garuda
Pancasila terakhir ini dibuatkan patung besar dari bahan perunggu berlapis emas yang
disimpan dalam Ruang Kemerdekaan Monumen Nasional sebagai acuan, ditetapkan
sebagai lambang negara Republik Indonesia, dan desainnya tidak berubah hingga kini.
Sampai sekarang, Lambang Negara yang ada diposisi Presiden Soekarno dan foto
gambar lambang negara yang diserahkan kepada Presiden Soekarno pada awal
Februari 1950 masih tetap disimpan oleh Kraton Kadriyah Pontianak, tanah kelahiran
Sultan Hamid II, Sang Pencipta Lambang Negara Indonesia.
I. Tujuan Dibuatnya Lambang Negara
Indonesia memiliki identitas nasional yang menjadi ciri khas bangsa
Indonesia. Salah satu contoh identitas nasional bangsa Indonesia adalah lambang
negara. Lambang negara ditetapkan berupa suatu lukisan yang diambil dari salah satu
bentuk-bentuk perwujudan peradaban Indonesia yang hidup dalam mythologi,
symbologi dan kesusastraan Indonesia dan tergambar pada beberapa candi sejak abad
ke 6 sampai dengan abad ke 16.
23
Lambang suatu negara memiliki makna filosofis dan historis bangsa. Oleh
karena itu, bentuk, warna, dan bagian-bagiannya secara keseluruhan memiliki makna
yang berkaitan sejarah perjuangan bangsa. Dan, penggunaannya pun, ada ketentuanketentuan yang mengatur sehingga lambang tersebut diperlakukan sebagaimana
seharusnya demi menjaga kedaulatan bangsa dan negara.
Tujuan suatu negara memiliki lambang negara sebagai identitas nasional
adalah untuk menerangkan jatidiri bangsa sesuai dengan ciri-ciri diri, golongan,
kelompok, komunitas yang melekat pada kelompok yang lebih besar atau bangsa yang
diikat oleh kesamaan fisik (budaya, agama dan bahasa) dan non fisik (cita-cita dan
tujuan).
J. Makna Lambang Garuda Pancasila
Garuda Pancasila sebagai lambang dan ideologi negara Indonesia memiliki
makna yang terselubung di dalamnya. Berikut penjelasan mengenai makna-makna
yang terkandung di dalam Garuda Pancasila:
1.
Bagian Tubuh Garuda Pancasila
Tubuh Garuda Pancasila memiliki jumlah bulu yang mengandung makna
tersendiri. Bulu pada sayap Garuda Pancasila berjumlah 17 helai yang
melambangkan tanggal 17. Bulu pada ekornya berjumlah 8 helai yang
melambangkan bulan 8. Sedangkan bulu pada leher berjumlah 45 helai yang
melambangkan tahun 45. Sehingga jika digabungkan, jumlah bulu-bulu pada
burung Garuda Pancasila melambangkan hari kemerdekaan Indonesia. Perisai di
24
bagian depan Garuda Pancasila melambangkan perlindungan terhadap bangsa
Indonesia.
2. Bagian Gambar pada Perisai Garuda Pancasila
Lambang bintang, rantai, pohon beringin, kepala banteng, padi dan kapas yang
terdapat pada perisai Garuda Pancasila memiliki makna tersendiri.
Bintang emas dengan perisai hitam melambangkan sila pertama dalam
Pancasila yaitu ketuhanan Yang Maha Esa, memiliki makna :
-
Bintang emas ini diartikan sebagai cahaya kerohanian bagi setiap
manusia.
-
Latar belakang berwarna hitam melambangkan warna alam atau warna
asli yang menunjukkan bahwa Tuhan sebagai sumber dari segala sesuatu
dan sudah ada sebelum segala sesuatu di dunia ini ada.
-
Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan
beribadah menurut agamanya.
-
Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama.
-
Bertoleransi dalam beragama, dalam hal ini ditekankan kepada toleransi
menurut agamanya masing-masing.
- Rantai yang terdapat pada sila kedua ini terdiri atas mata rantai
Rantai melambangkan sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab,
berbentuk segi empat dan lingkaran yang saling terkait membentuk
memiliki makna:
lingkaran. Mata rantai segi empat melambangkan laki-laki dan
-
lingkaran
melambangkan
perempuan.
Maka darikecil
itu, kita
sesama
Gambar rantai
yang disusun
atas gelang-gelang
ini menandakan
manusia
saling
membantu
sama
lain.membantu.
hubunganharus
manusia
satu
sama lainsatu
yang
saling
-
Menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk
Tuhan.
-
Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa serta
mewujudkan keadilan dan peradaban yang lemah.
25
Pohon beringin melambangkan sila ketiga yaitu persatuan Indonesia,
memiliki makna :
-
Pohon beringin ini memiliki akar tunggal panjang yang menunjang
pohon besar ini tumbuh. Akar ini rumbuh sampai ke dalam tanah dan
menggambarkan kesatuan dan persatuan Indonesia. Pohon beringin
juga memiliki akar yang menjalar di mana-mana yang melambangkan
sebagai negara kesatuan yang memiliki latar belakang budaya yang
bermacam-macam.
-
Perisai berlatar putih yang bermakna Nasionalisme, cinta bangsa dan
tanah air, Menggalang persatuan dan kesatuan Indonesia,
menghilangkan penonjolan kekuatan dan kekuasaan.
Kepala banteng melambangkan sila keempat yaitu kerakyatan yang
dipimpin dalam permusyawaratan perwakilan, memiliki makna :
-
Banteng digunakan karena banteng merupakan hewan sosial yang
suka berkumpul, seperti halnya musyawarah di mana orang-orang
berdiskusi dan berkumpul.
-
Perisai berlatar merah yang bermakna permusyawaratan yang artinya
mengusahakan putusan bersama secara bulat, baru sesudah itu
diadakan tindakan bersama. Dalam melaksanakan keputusan
diperlukan kejujuran bersama.
Padi dan kapas melambangkan sila kelima yaitu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia, memiliki makna:
-
Kapas dan padi melambangkan pangan dan sandang yang merupakan
kebutuhan pokok semua rakyat Indonesia tanpa melihat status atau
kedudukan.
-
Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan
meningkat.
-
Seluruh kekayaan alam dan sebagainya dipergunakan bagi
kebahagiaan bersama menurut potensi masing-masing.
-
Melindungi yang lemah agar kelompok warga masyarakat dapat
26
bekerja sesuai bidangnya.
3. Letak Warna pada Bagian-Bagian Garuda Pancasila
o Warna yang digunakan dalam lambang Garuda Pancasila tidak boleh
diletakkan asal asalan karena warna-warna itu telah ditentukan untuk
diletakkan padabagian-bagian yang ada pada lambang GarudaPancasila.
Dalam perancangan Garuda Pancasila, warna pun tidak sembarangan dipilih.
Ada makna yang tersirat dibalik penggunaan warna-warna tersebut.
o Warna hitam menjadi warna kepala banteng yang terdapat di lambang Garuda
Pancasila. Warna hitam digunakan juga untuk warna perisai tengah latar
belakang bintang, juga untuk mewarnai garis datar tengah perisai. dan Warna
hitam juga dipakai sebagaiwarna tulisan untuk semboyan "Bhinneka Tunggal
Ika"
o Warna merah digunakan untuk warna perisai kiri atas dan kanan bawah yang
terdapat pada lambang Garuda Pancasila.
o Warna hijau digunakan sebagai warna pohon beringin.
o Warna putih dipakai untuk warna perisai kiri bawah dan kanan atas. Warna
putih juga diberi pada Pita yang dicengkeram oleh Burung Garuda Pancasila.
o Warna kuning diletakkan sebagai warna Garuda Pancasila, untuk warna
bintang, rantai, kapas,dan padi.
4. Makna Warna Pada Garuda Pancasila
o Warna merah yang terdapat pada perisai kanan bawah dan kiri atas
mengandung arti keberanian.
o Warna kuning yang digunakan untuk warna bintang, rantai, padi dan kapas
bermakna kemegahan dan keluhuran.
o Warna hijau yang berarti kesuburan terdapat pada pohon beringin.
o Warna putih yang berarti kesucian dan kemurnian terdapat pada perisai kanan
atas dan kiri bawah juga digunakan pula sebagai warna pita yang dicengkram.
o Warna hitam yang berarti keabadian digunakan untuk warna kepala banteng,
perisai tengah latar belakang bintang, dan tulisan semboyan “Bhinneka
Tunggal Ika”
5. Semboyan pada Garuda Pancasila
Sehelai pita dengan tulisan “Bhineka Tunggal Ika” berwarna hitam
dicengkram oleh kedua cakar Garuda Pancasila.
Semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang terdapat pada Garuda Pancasila
merupakan kutipan dari Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular. Kata Bhina-Ika
27
Tunggal-Ika yang dalam bahasa Jawa menjadi Beda-Iku Tunggal-Ika artinya
berbeda itu, kesatuan itu. Kata “bhineka” memiliki arti beraneka ragam atau
berbeda-beda, sedangkan kata “tunggal” berarti satu, dan kata “ika” bermakna itu.
Secara harfiah Bhineka Tunggal Ika diartikan “Beraneka Satu Itu” yang bermakna
berbeda-beda tetapi tetap satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk
melambangkan kesatuan dan persatuan Bangsa Indonesia yang terdiri dari
beraneka ragam ras, budaya, bahasa daerah, agama, suku bangsa, dan
kepercayaan.
K. Makna Lambang Negara Bagi Suatu Negara
Lambang suatu negara adalah memiliki makna filosofis dan historis bangsa.
Oleh karena itu, bentuk, warna, dan bagian-bagiannya secara keseluruhan memiliki
makna yang berkaitan sejarah perjuangan bangsa. Dalam penggunaannya pun, ada
ketentuan-ketentuan yang mengatur sehingga lambang tersebut diperlakukan
sebagaimana seharusnya demi menjaga kedaulatan bangsa dan negara.
Lambang Negara wajib digunakan di:
1. Dalam gedung, kantor, atau ruang kelas satuan pendidikan.
2. Luar gedung atau kantor.
3. Lembaran negara, tambahan lembaran negara, berita negara, dan tambahan berita
negara.
4. Paspor, ijazah, dan dokumen resmi yang diterbitkan pemerintah.
5. Uang logam dan uang kertas.
6. Meterai.
Lambang Negara ditempatkan bersama-sama dengan Bendera Negara, gambar
Presiden dan/atau gambar Wakil Presiden, penggunaannya diatur dengan ketentuan:
1. Lambang Negara ditempatkan di sebelah kiri dan lebih tinggi daripada Bendera
Negara
2. Gambar resmi Presiden dan/atau gambar Wakil Presiden ditempatkan sejajar dan
dipasang lebih rendah daripada Lambang Negara.
Setiap orang dilarang:
1. Mencoret, menulisi, menggambari, atau membuat rusak Lambang Negara dengan
maksud menodai, menghina, atau merendahkan kehormatan Lambang Negara.
2. Menggunakan Lambang Negara yang rusak dan tidak sesuai dengan bentuk, warna,
dan perbandingan ukuran.
3. Membuat lambang untuk perseorangan, partai politik, perkumpulan, organisasi
dan/atau perusahaan yang sama atau menyerupai Lambang Negara.
28
4. Menggunakan Lambang Negara untuk keperluan selain yang diatur dalam UndangUndang ini.
L. Sejarah Pembentukan UUD 1945

Proses BPUPKI Dalam Pembentukan UUD
Jepang masuk ke Indonesia menggantikan Pemerintahan Kolonial Belanda
pada tahun 1942. Dengan mengaku sebagai “saudara tua” banyak cara dilakukan
Jepang untuk menarik simpati rakyat Indonesia. Terutama ketika Jepang mulai
mengalami kekalahan di Pasifik pada awal tahun 1945. Badan penyelidik usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BUPKI) dibentuk oleh Pemerintah Kolonial
Jepang tanggal 1 Maret 1945 dengan janji kemerdekaan. BPUPKI yang dalam Bahasa
Jepang disebut Dokoritsu Junbi Cosakai diumumkan terbentuknya oleh Jenderal
Kumakichi Harada.
Setelah satu bulan lebih pengumuman terbentuknya, barulah tanggal 28 April
1945 diresmikan pengurus BPUPKI dan anggota-anggotanya. Peresmian dilakukan di
Gedung Cuo Sang In, Pejambon atau Gedung Departemen Luar Negeri sekarang.
Ketua BPUPKI yang ditunjuk oleh Jepang adalah dr. Rajiman Widiodiningrat,
wakilnya Icibangase, dan sekretarisnya Soeroso. Jumlah anggota BPUPKI dari
seluruh Indonesia adalah 63 orang. Beberapa anggota BPUPKI antara lain Drs.
Muhammad Hatta, KH Wahid Hasyim, Haji Agus Salim, dan Ir. Sukarno.
 Penyusunan UUD 1945
BPUPKI didirikan dengan tujuan mempersiapkan Indonesia yang merdeka. Di
antara persiapan-persiapan tersebut adalah penyusunan rancangan dasar negara dan
undang-undang dasar. Tahapan-tahapan sampai disusunnya rancangan undangundang dasar untuk Indonesia merdeka adalah sebagai berikut :
1. Sidang BPUPKI I
BPUPKI selama dibentuk melakukan dua kali persidangan. Persidangan
pertama, 29 Mei sampai 1 Juni 1945. Sidang ini membahas penyusunan dan
pembentukan dasar negara. Pada sidang ini ada tokoh perumusan pancasila Mr.
Mohammad Yamin, Soepomo, dan Ir Soekarno mengajukan usulan yang hampir
mirip, yaitu lima dasar negara. Kemudian pada tanggal 1 Juni, Ir Sukarno
menamakan rancangan dasar negaranya sebagai Pancasila. Sekarang, 1 Juni
dikenal sebagai hari lahir Pancasila.
29
2. Panitia Sembilan
Masa persidangan BPUPKI yang pertama sampai berakhirnya belum berhasil
merumuskan dasar negara Indonesia. Sidang ini reses (istirahat) selama satu bulan.
Untuk menyelesaikan perumusan dasar negara, maka dibentuk Panitia Sembilan yang
bertugas membuat rancangannya. Disebut Panitia Sembilan, karena anggotanya terdiri
dari Sembilan tokok BPUPKI, yaitu Ir. Sukarno sebagai ketua, Abduk Kahar
Muzakkar, A.A Maramis, Drs. Mohammad Hatta, Abikusno Cokrosuryo, KH. Wahid
Hasyim, Mr. Mohammad Yamin, dan Ahmad Subardjo.
Panitia Sembilan bekerja dengan sangat terorganisir dan cerdas. Sehingga pada
tanggal 22 Juni 1945 berhasil membuat rumusan dasar negara (Pancasila) untuk
Indonesia merdeka. Rumusan dasar negara tersebut oleh Mr. Mohammad Yamin
disebut sebagai Piagam Jakarta atau Jakarta Chartered. Isi Piagam Jakarta tersebut
kita kenal sekarang sebagai Pembukaan UUD 1945 dari alinea pertama sampai
keempat, dengan perbaikan bahasa dan perubahan bunyi sila pertama dari dasar
negara Pancasila.
3. Sidang BPUPKI II
Setelah masa reses dari sidang BPUPKI yang pertama selama sekitar satu bulan,
BPUPKI mengadakan sidang yang kedua pada tanggal 10 Juli sampai 16 Juli 1945.
Sidang kedua BPUPKI membahas rancangan undang-undang dasar yang akan
digunakan Indonesia merdeka. Untuk memperlancar pembahasan sidang. maka pada
sidang kali ini langsung dibentuk Panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang
diketuai oleh Ir Soekarno. Kemudian panitia tersebut membentuk panitia yang lebih
kecil dengan anggota tujuh orang untuk membuat rancangan undang-undang. Anggota
panitia yang lebih kecil ini adalah Mr.Supomo sebagai ketua, Wongsonegoro, Ahmad
Subardjo, Singgih, H. Agus Salim, dan Sukirman.
Panitia kecil berhasil menyusun rancangan undang-undang dasar Indonesia
merdeka. Rancangan undang-undang dasar yang dihasilkan panitia kecil ini
disempurnakan / diperhalus bahasanya oleh Panitia Penghalus Bahasa. Panitia yang
menyempurnakan dan memperhalus bahasa dalam rancangan undang-undang dasar
yang dibuat terdiri atas Husein Jayadiningrat, H. Agus Salim, dan Mr Supomo.
Setelah disempurnakan oleh Panitia Penghalus Bahasa, pada tanggal 14 Juli 1945 Ir
30
Sukarno melaporkan hasil kerja panitianya di depan sidang BPUPKI II. Dalam
laporan tersebut, Ir Sukarno membagi rancangan undang-undang dasar menjadi tiga
bagian, yaitu pernyataan Indonesia merdeka, pembukaan undang-undang dasar, dan
batang tubuh undang-undang dasar. Dan hari terakhir sidang, 17 Juli 1945, rancangan
undang-undang dasar resmi diterima oleh Sidang Pleno BPUPKI.
 Proses Persidangan PPKI Dalam Pembentukan UUD
Gerakan BPUPKI dianggap terlalu cepat ingin Indonesia yang merdeka. Maka
Pemerintah Jepang , 7 Agustus 1945 BPUPKI membubarkan dan menggantinya
dengan PPKI, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau Dokoritsu Junbi Inkai
dalam Bahasa Jepang. Jepang menunjuk Ir Sukarno sebagai ketua dan Drs.
Mohammad Hatta sebagai wakilnya. Kepada kedua tokoh ini, Jepang menjanjikan
kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1945. Janji itu diberikan saat
dipanggil ke Dalat, Vietnam, 12 Agustus 1945, oleh Jendral Terauchi mewakili
Pemerintah Jepang.
 Pengesahan UUD 1945
Setelah Jepang menyerah pada sekutu, di Inodnesia terjadi kekosongan kekuasan.
Golongan pemuda berhasil mendesak Ir Sukarno dan Muhammad Hatta untuk
memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945, di Jl Pegangsaan Timur
Nomor 56, Jakarta. Sejarah kemerdekaan Indonesia dimulai pada saat pembacaan
proklamasi. Proklamasi merupakan langkah awal berdirinya Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Untuk melengkapi syarat ketetanegaraan dan mengatur NKRI
yang wilayahnya begitu luas, yaitu seluruh wilayah bekas jajahan Hindia.
Sidang PPKI, 18 Agustus 1945, menghasilkan beberapa keputusan. Salah satu
keputusannya adalah mengesahkan undang-undang dasar bagi Indonesia merdeka.
Undang-undang dasar yang disahkan ini sampai sekarang dikenal dengan sebutan
UUD 1945. Bagian UUD 1945 yang disahkan yaitu:
-
Pembukaan UUD 1945, pembukaan UUD 1945, diambil dari naskah Piagam
Jakarta dengan sedikit penyesuaian bahasa dan perubahan pada dasar negara
Indonesia sila pertama. Sila pertama yang awalnya berbunyi Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, atau usul Drs.
Mohammad Hatta diubah menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa. Pembukaan UUD
31
1945 ini sudah lengkap berisi pernyataan kemerdekaan Indonesia dan dasar negara
Indonesia, Pancasila. Ada 4 alinea dan pokok pikiran dalam pembukaan UUD
1945.
-
Batang Tubuh UUD 1945, batang tubuh UUD 1945 ikut disahkan langsung oleh
PPKI, 18 Agustus 1945. Batang tubuh ini mengambil dari rancangan undangundang dasar yang telah disusun oleh BPUPKI, 17 Juli 1945.
Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan kembali oleh Komite Nasional Indonesia
Pusat (KNIP) pada sidangnya yang pertama, yaitu 29 Agustus 1945. Dengan
demikian, Indonesia sudah menetapkan Pancasila sebagai dasar negara dan UUD
1945 yang sesuai dengan kepribadian bangsa.
Selama kurun waktu Indonesia merdeka sampai sekarang, sejarah UUD 1945
mengalami pasang surut. Terjadi penyimpangan-penyimpangan dari masa ke masa,
sampai akhirnya terjadi amandemen UUD 1954 yang kita pakai saat ini. Tahapan atau
periode pelaksanaan UUD 1945 secara berurutan diuraikan dalam tahapan konsitusi
yang pernah berlaku di Indonesia, di bawah ini:

Periode Diberlakukannya UUD 1945 (18-Agustus-1945 sampai 27-Desember-1949)
Dalam Periode 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya
karena Indonesia saat itu disibukkan oleh perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Kemudian pada Maklumat Wakil Presiden Nomor X tanggal 16-Oktober-1945
mengatakan bahwa kekuasaan legislatif diserahkan kepada KNIP, karena saat itu DPR
dan MPR belum terbentuk. Selanjutnya Pada 14-November-1945 dibentuk Kabinet
Semi Presidensial (Semi Parlementer) yang pertama, dimana peristiwa tersebut adalah
perubahan pertama dari sistem pemerintahan Indonesia terhadap UUD 1945.
Kabinet pada Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949 sering
terjadi perubahan. Kabinet RI yang pertama terdiri dari 4 menteri negara dan 12
menteri memimpin departemen. Namun kabinet ini dipimpin oleh Bung Karno.
Kemudian Dalam kehidupan negara demokratis terbentuk banyak partai
politik di Indonesia. Sehingga dikeluarkan maklumat Pemerintah. kemudian kabinet
berubah menjadi kabinet parlementer. Perubahan kabinet ini dimaksud agar bangsa
Indonesia mendapat dukungan dari negara barat yang menganut paham demokrassi
dan kabinet parlementer (Sultan Syahrir menjadi Perdana Mentri I di Indonesia).
32

Periode Diberlakukanya Konstitusi RIS 1949 (27-Desember-1949 sampai 17Agustus-1950
Pada saat itu pemerintah Indonesia menganut sistem parlementer. Bentuk
pemerintahan dan bentuk negara yaitu federasi negara yang terdiri dari negara-negara
yang masing-masing negara mempunyai kedaulatan sendiri untuk mengelola urusan
internal. Ini merupakan perubahan dari tahun 1945 yang mengamanatkan bahwa
Indonesia merupakan negara kesatuan.

Periode Diberlakukanya UUDS 1950 (17-Agustus-1950 sampai 5-Juli-1959)
Pada periode UUDS 1950 diberlakukan sistem Demokrasi Parlementer yang
lebih dikenal Demokrasi Liberal. Pada periode ini kabinet sering dilakukan
pergantian, akibatnya pembangunan tidak berjalan lancar, hal tersebut lantaran tiap
partai lebih mengutamakan kepentingan golongan atau partanyai. Setelah
memberlakukan UUDS 1950 dan sistem Demokrasi Liberal selama hampir 9 tahun,
kemudian rakyat Indonesia sadar bahwa UUDS 1950 dengan sistem Demokrasi
Liberal tidak sesuai, hal tersebut karena tidak cocok dengan jiwa Pancasila dan UUD
1945 yang sesungguhnya.

Periode Diberlakukanya kembali UUD 1945 (5-Juli-1959 sampai 1966)
Karena situasi politik di Majelis Konstituante pada tahun 1959 yang panas dan
banyak kepentingan partai saling tarik ulur politik sehingga gagal menghasilkan
sebuah konstitusi baru, kemudian pada 5-Juli-1959, Bung Karno mengeluarkan
Keputusan Presiden yang satu itu memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai
konstitusi, menggantikan Sementara UUDS 1950 yang berlaku pada saat itu. Pada
saat itu, ada berbagai penyimpangan 1945, termasuk:
-
Presiden menunjuk Ketua dan Wakil Ketua DPR/MPR dan Mahkamah Agung
serta Wakil Ketua DPA sebagai Menteri Negara.

MPRS menetapkan Bung Karno menjadi presiden seumur hidup.
Periode UUD 1945 masa Orde Baru (11-Maret-1966 sampai 21-Mei-1998)
Selama Orde Baru (1966-1998), Pemerintah berjanji akan melaksanakan UUD
1945 dan Pancasila secara konsekuen dan murni. Akibatnya Selama Orde Baru, UUD
1945 menjadi sangat “sakral”, di antara melalui sejumlah aturan:
33
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang referendum, yang merupakan
implementasi Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983.
Keputusan No. IV / MPR / 1983 mengenai Referendum yang antara lain menyatakan
bahwa seandainya MPR berkeinginan mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus
meminta masukan dari rakyat dengan mengadakan referendum.
Keputusan No. I / MPR / 1983 yang menyatakan bahwa MPR berketetapan untuk
mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan amandemen
terhadapnya.

Masa (21-Mei-1998 sampai 19-Oktober-1999)
Pada masa ini dikenal masa transisi. Yaitu masa sejak Presiden Soeharto
digantikan oleh B.J.Habibie sampai dengan lepasnya Provinsi Timor Timur (Sekarang
Timor Leste) dari NKRI.

Periode Perubahan UUD 1945 (Sampai Sekarang)
Salah satu permintaan Reformasi pada tahun 98 adalah adanya amendemen
atau perubahan terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan amandemen UUD 1945
antara lain karena pada zaman Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (namun
pada nyataannya tidak di tangan rakyat), tetapi kekuasaan yang sangat besar malah
ada pada Presiden, hal tersebut karena adanya pasal-pasal yang terlalu "luwes" (yang
dapat menimbulkan multitafsir), dan kenyataan rumusan UUD 1945 mengenai
semangat penyelenggara negara yang belum didukung cukup ketentuan konstitusi.
Tujuan amandemen UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan
dasar seperti kedaulatan rakyat, tatanan negara, pembagian kekuasaan, HAM,
eksistensi negara demokrasi dan negara hukum, dll yang sesuai dengan perkembangan
kebutuhan dan aspirasi bangsa. Amandemen UUD 1945 mempunyai kesepakatan
yaitu tidak merubah Pembukaan UUD 1945, dan tetap mempertahankan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), juga memperjelas sistem pemerintahan
presidensial.
Dalam periode 1999-2002, terjadi 4 kali amendemen UUD 1945 yang
ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR yaitu:
-
Pada Sidang Umum MPR 1999, 14-21 Oktober 1999, Amandemen Pertama.
34

-
Pada Sidang Tahunan MPR 2000, 7-18 Agustus 2000, Amandemen Kedua.
-
Pada Sidang Tahunan MPR 2001, 1-9 November 2001, Amandemen Ketiga.
-
Pada Sidang Tahunan MPR 2002, 1-11 Agustus 2002, Amandemen Keempat.
HASIL AMANDEMEN UUD 1945
 Amandemen Pertama
Perubahan ini meliputi 9 pasal, 16 ayat yang Ditetapkan pada tanggal 19-Oktober1999, yaitu:
-
Pasal 7: Tentang Pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden
-
Pasal 13 ayat 2 dan 3: Tentang Penempatan dan Pengangkatan Duta
-
Pasal 5 ayat 1: Tentang Hak Presiden untuk mengajukan RUU kepada DPR
-
Pasal 14 ayat 1: Tentang Pemberian Grasi dan Rehabilitasi
-
Pasal 15: Tentang Pemberian tanda jasa, gelar, serta kehormatan lain
-
Pasal 9 ayat 1 dan 2: Tentang Sumpah Presiden dan Wakil Presiden
-
Pasal 21: Tentang Hak DPR untuk mengajukan RUU
-
Pasal 14 ayat 2: Tentang Pemberian abolisi dan amnesti
-
Pasal 20 ayat 1-4: Tentang DPR
-
Pasal 17 ayat 2 dan 3: Tentang Pengangkatan Menteri
 Amandemen Kedua
Perubahan ini tersebar dalam 7 Bab yang Ditetapkan tanggal 18-Agustus2000, yaitu:
-
Bab IX A: Tentang Wilayah Negara
-
Bab VI: Tentang Pemerintahan Daerah
-
Bab XA: Tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
-
Bab VII: Tentang Dewan Perwakilan Daerah (DPR)
-
Bab XV: Tentang Bahasa, Bendera, Lagu Kebangsaan dan Lambang Negara
-
Bab X: Tentang Penduduk dan Warga Negara
-
Bab XII: Tentang Pertahanan dan Keamanan
 Amandemen Ketiga
Perubahan ini tersebar dalam 7 Bab yang Ditetapkan tanggal 9-November2001, yaitu:
-
Bab II: Tentang MPR
35
-
Bab I: Tentang Bentuk dan Kedaulatan
-
Bab VIII A: Tentang BPK (Badan Pemeriksa keuangan)
-
Bab III: Tentang Kekuasaan Pemerintahan Negara
-
Bab VII A: Tentang DPR
-
Bab V: Tentang Kementrian Negara
-
Bab VII B: Tentang Pemilihan Umum
 Amandemen Keempat
Perubahan ini meliputi 19 pasal yang terdiri dari 31 butir ketentuan serta 1
butir yang dihapuskan. yang Ditetapkan pada tanggal 10-Agustus-2002. Pada
Amandemen keempat ini ditetapkan bahwa:
UUD 1945 sebagaimana telah diubah merupakan UUD 1945 yang ditetapkan pada
18-Agustus-1945 dan diberlakukan kembali melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Perubahan tersebut diputuskan pada rapat Paripurna MPR RI ke-9 tanggal 18Agustus-2000 pada Sidang Tahunan MPR RI dan mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkan. pengubahan substansi pasal 16 serta penempatannya ke dalam Bab III
tentang "Kekuasaan Pemerintahan Negara". dan Bab IV tentang "Dewan
Pertimbangan Agung" dihapus.

Naskah Undang-Undang Dasar 1945
Sebelum amandemen, UUD 1945 terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh (16
bab, 37 pasal, 65 ayat (16 ayat berasal dari 16 pasal yang hanya terdiri dari 1 ayat dan
49 ayat berasal dari 21 pasal yang terdiri dari 2 ayat atau lebih), 4 pasal Aturan
Peralihan, dan 2 ayat Aturan Tambahan), serta Penjelasan.
Setelah dilakukan 4 kali amandemen, UUD 1945 memiliki 16 bab, 37 pasal,
194 ayat, 3 pasal Aturan Peralihan, serta 2 pasal Aturan Tambahan.
M. Pengertian, Kedudukan, Sifat dan Fungsi UUD 1945

Pengertian UUD 1945
Undang-undang dasar 1945 jika diartikan secara sederhana merujuk pada
dasar hukum yang berlaku di Indonesia. undang-undang dasar 1945 disingakat
dengan UUD 1945. UUD 1945 adalah hukum dasar yang menetapkan struktur dan
prosedur organisasi yang harus diikuti oleh otoritas publik agar keputusan yang dibuat
mengikat komunitas politik. Secara lebih lengkap UUD 1945 dapat didefinisikan
36
sebagai hukum dasar tertulis (basic law), konstitusi pemerintahan Negara Republik
Indonesia. Undang-undang Dasar Tahun 1945 mencakup seluruh naskah yang yang
terdiri dari dari pembukaan dan pasal-pasalnya. Pembukaan UUD 1945 terdiri dari 4
alinea. Dimana pada alinea keempat terdapat rumusan Pancasila.

Kedudukan UUD 1945
 Hukum Dasar Tertulis
1. Sebagai (norma) hukum:
-
UUD bersifat mengikat terhadap: Pemerintah, setiap Lembaga
Negara/Masyarakat, setiap WNI dan penduduk di RI.
-
Berisi norma-norma sebagai dasar dan garis besar hukum dalam
penyelenggaraan negara harus dilaksanakan dan ditaati.
2. Sebagai hukum dasar:
-
UUD merupakan hukum tertulis(tertinggi). Setiap produk hukum (seperti
UU, PP, Perpres, Perda) dan setiap kebijaksanaan Pemerintah berdasarkan
UUD 1945.
-
Sebagai alat kontrol, yaitu menegecek apakag norma hukum yang lebih
rendah sesuai dengan ketentuan UUD 1945.
 Hukum Dasar Tidak Tertulis(Konvesi)
Aturan-aturan yang timbul terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara
meskipun sifatnya tidak tertulis.

Sifat UUD 1945
-
Singkat dan supel, artinya memuat aturan-aturan pokok yang setiap kali harus
dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman serta memuat hak-hak asasi
manusia.
-
Normatif, artinya memuat norma-norma, aturan-aturan, serta ketentuan-ketentuan
yang dapat dan harus dilaksanakan secara konstitusional.
-
Hukum positif yang tertinggi, artinya sebagai alat kontrol terhadap norma-norma
hukum positif yang lebih rendah dalam hierarkhi tertib sistem hukum di
Indonesia.

Fungsi UUD 1945
-
Mengatur bagaimana kekuasaan negara disusun, dibagi dan dilaksanakan.
-
Menentukan dengan jelas apa yang menjadi hak dan kewajiban negara, aparat
negara dan warna negara.
37
N. Pembukaan UUD 1945
UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
PEMBUKAAN
( P r e a m b u l e)
Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada
saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke
depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh
keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia
menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia
dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.

Makna Setiap Alinea Dalam Pembukaan UUD
1. Alinea Pertama
Dari pembukaan UUD 1945, yang berbunyi :”Bahwa kemerdekaan itu ialah
hal segala bangsa, oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan
karena tidak sesuai dengan pri kemanusiaan dan perikeadilan” kalimat tersebut
menunjukkan keteguhan dan kuatnya motivasi bangsa Indonesia untuk melawan
38
penjajahan untuk merdeka, dengan demikian segala bentuk penjajahan haram
hukumnya dan segera harus dienyahkan dari muka bumi ini karena bertentangan
dengan nilai-nilai kemanusian dan keadilan.
2.
Alinea Kedua
Yang berbunyi :”Dan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah
kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakya
Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka,
bersatu, berdaulat adil dan makmur”. Kalimat tersebut membuktikan adanya
penghargaan atas perjuangnan bangsa Indonesia selama ini dan menimbulkan
kesadaran bahwa keadaan sekarang tidak dapat dipisahkan dengan keadaan
kemarin dan langkah sekarang akan menentukan keadaan yang akan datang. Nilainilai yang tercermin dalam kalimat di atas adalah negara Indonesia yang merdeka,
bersatu, berdaulat adil dan makmur hal ini perlu diwujudkan.
3.
Alinea Ketiga
Yang berbunyi :”atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan
didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas,
maka rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaannya”. Pernyataan ini
bukan saja menengaskan lagi apa yang menjadi motivasi riil dan materil bangsa
Indonesia untuk menyatakan kemerdekaannya, tetapi juga menjadi keyakinan
menjadi spritualnya, bahwa maksud dan tujuannya menyatakan kemerdekaannya
atas berkah Allah Yang Maha Esa. Dengan demikian bangsa Indonesia
mendambakan kehidupan yang berkesinambungan kehidupan materiil dan
spritual, keseimbangan dunia dan akhirat.
4. Alinea Keempat
Yang berbunyi :’kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah
negara Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdasakan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada
:Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
39
Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan’.
Dengan rumusan yang panjang dan padat ini pada aline keempat pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 ini mempunyai makna bahwa :
-
Negara Indonesia mempunyai fungsi sekaligus tujuan, yaitu melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial
-
Keharusan adanya Undang-Undang Dasar
-
Adanya asas politik negara yaitu Republik yang berkedaulan rakyat
-
Adanya asas kerohanian negara, yaitu rumusan Pancasila, Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusian yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
O. Hubungan Pancasila Dengan Pembukaan UUD 1945
Pembukaan UUD 1945 bersama sama dengan Undang – undang dasar 1945
dituangkan dalam berita Republik Indonesia tahun II No,7, ditetapkan oleh PPKI
tanggal 18 Agustus 1945. Inti dari pembukaan UUD 1945, pada hakikatnya adalah
terdapat IV alinea. Sebab segala aspek penyelenggaraan pemerintahan negara yang
berdasarkan Pancasila terdapat dalam pembukaan alinea IV.
Oleh karena itu justru dalam pembukaan itulah secara formal yuridis
pancasila ditetapkan sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia. Maka
hubungan antara pembukaan UUD 1945 adalah secara timbal balik sebagai berikut:

Hubungan Secara Formal
Dengan dicantumkannya Pancasila secara formal di dalam Pembukaan UUD
1945, maka pancasila memperoleh kedudukan sebagai dasar hukum positif.
Dengan demikian tata kehidupan bernegara tidak hanya bertopang pada asas asas
sosial, ekonomi, politik akan tetapi dalam perpaduannya dengan keseluruhan asas
yang melekat padanya, yaitu perpaduan asas-asas kultural, religius dan asas asas
kenegaraan yang unsurya terdapat pada pancasila. Jadi berdasarkan terdapatnya
Pancasila secara formal dapat disimpulkan sebagai berikut:
40
1. Bahwa Rumusan Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia adalah
seperti yang tercamtum dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV.
2. Bahwa Pembukaan UUD 1945, berdasarkan pengertian ilmiah, merupakan pokok
kaidah Negara yang Fundamental dan terhadap tertib hukum indonesia
mempunyai dua mcama kedudukan yaitu:
-
Sebagai dasarnya, karena Pembukaan UUD 1945 itulah yang memberikan
faktor faktor mutlak bagi adanya tertib hukum di Indonesia
-
Memasukkan dirinya di dalam tertib hukum tersebut sebagai tertib hukum
tertinggi.
3. Bahwa dengan demikian Pembukaan UUD 1945 berkedudukan dan berfungsi,
selain sebagai Mukadimah dari UUD 1945 dalam kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan, juga berkedudukan sebagai suatu yang bereksistensi sendiri yang
hakikat kedudukan hukumnya berbeda dengan pasal pasalnya. karena Pembukaan
UUD 1945 yang intinya Pancasila adalah tidak tergantung pada pada Batang
Tubuh (Pasal pasal) UUD 1945, bahkan sebagai sumbernya.
4. Bahwa Pancasila dengan demikian dapat disimpulkan mempunyai hakikat, sifat,
kedudukan, dan fungsi sebagai Pokok Kaidah Negara yang Fundamental, yang
menjalankan dirinya sebagai dasar kelangsungan hidup Negara Republik
Indonesia yang diprolamirkan pada 17 Agustus 1945.
5. Bahwa Pancasila sebagai inti pembukaan UUD 1945, dengan demikian
mempunyai kedudukan yang kuat tetap dan tidak dapat diubah dan terlekat pada
kelangsungan hidup Negara Republik Indonesia. Dengan demikian kedudukan
formal yuridis dalam pembukaan, sehingga baik rumusan maupun yuridiksinya
sebagai dasar negara adalah sebagaimana terdapat dalam UUD 1945. Maka
perumusan yang menyimpang dari pembukaan tersebut adalah sama halnya
dengan mengubah secara tidak sah Pembukaan UUD 1945, bahkan berdasarkan
hukum positif sekalipun dan hal ini dalam sejarah ini telah ditentukan dalam
ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1996.

Hubungan Secara Material
Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila selain hubungan bersifat
formal, sebagaimana dijelaskan di atas juga hubungan secara material sebagai
berikut. Bila kita kembali ke proses perumusan Pancasila dan Pembukaan UUD
1945, maka secara kronologis, materi yang dibahas oleh BPUPK yang pertama
tama adalah dasar filsafat pancasila baru kemudian Pembukaan UUD 1945.
41
Setelah pada sidang pertama pembukaan UUD 1945 BPUPK membicarakan dasar
filsafat negara Pancasila berikutnya tersusunlah Piagam Jakarta yang disusun oleh
Panitia 9, sebagai wujud bentuk pertama Pembukaan UUD 1945.
Jadi, berdasarkan urut-urutan tertib hukum indonesia pembukaan UUD 1945
adalah sebagai tertib hukum yang tertinggi, adapun tertib hukum indonesia
bersumberkan pancasila, atau dengan perkataan lain sebagai sumber tertib hukum
indonesia. Hal ini berarti secara material hukum indonesia dijabarkan dari nilai
nilai yang terkandung dalam pancasila, pancasila sebagai sebagai sumber tertib
hukum indonesia meliputi sumber nilai, sumber materi, sumber bentuk dan sifat.
Selain itu dalam hubungannya dengan hakikat dan kedudukan pembukaan
UUD 1945 sebagai Pokok Kaidah Negara yang Fundamental, maka sebenarnya
secara material, yang merupakan esensi atau inti sari dari Pokok Kaidah negara
yang Fundamental tersebut tidak lain adalah Pancasila.
42
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945, meliputi hubungan secara
formal dan secara material.
a. Hubungan Secara Formal, bahwa rumusan Pancasila sebagai dasar negara
Indonesia adalah seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, juga
Pembukaan UUD 1945 berkedudukan dan berfungsi selain sebagai Mukadimah
UUD 1945 juga sebagai salah satu yang bereksistensi sendiri karena Pembukaan
UUD 1945 yang intinya Pancasila tidak tergantung pada batang tubuh UUD 1945,
bahkan sebagai sumbernya. Bahwa Pancasila sebagai inti Pembukaan UUD 1945
dengan demikian mempunyai kedudukan yang kuat, tetap, tidak dapat diubah dan
terletak pada kelangsungan hidup Negara Republik Indonesia.
b. Hubungan Secara Material, yaitu proses Perumusan Pancasila, seperti sidang
BPUPKI membahas dasar filsafat Pancasila kemudian membahas Pembukaan
UUD 1945 dan sidang berikutnya tersusun Piagam Jakarta sebagai wujud brntuk
pertama Pembukaan UUD 1945.
43
DAFTAR PUSTAKA
1. Setiawan, Parta. (2018, 27 September). Perumusahan Pancasila. Diperoleh dari
https://www.gurupendidikan.co.id/sejarah-perumusan-pancasila-terlengkap/ [diakses pada
27 Oktober 2018]
2. Admin. Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945. Diperoleh dari
https://www.cekkembali.com/hubungan-pancasila-dengan-pembukaan-uud-1945/ [diakses
pada 27 Oktober 2018]
3. Manroe, Max . Pengertian Pancasila. Diperoleh dari
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-pancasila.html [diakses pada 27
Oktober 2018]
4. Spendatee, Pknh. (2010, 10 August). Pancasila. Diperoleh dari
https://pknhspendatee.wordpress.com/hello-class-welcome-lets-we-start-to-our-learning
[diakses pada 10 November 2018]
5. Ngelmu. Pengertian Pancasila. Diperoleh dari https://www.ngelmu.co/pengertian-pancasila/
[diakses pada 10 November 2018]
6. Dinar. (2016, 6 Januari). Makalah Landasan Dan Tujuan Pancasila. Diperoleh dari
https://www.scribd.com/document/325735497/Makalah-Landasan-Dan-Tujuan-Pancasila
[diakses pada 10 November 2018]
7. Yuksinau. 2009. Ideologi Pancasila. Diperoleh dari http://www.yuksinau.id/ideologipancasila-pengertian-fungsi-makna/#! [diakses pada 10 November 2018]
8. Hadrasana. (2017, 11 April). Sejarah Burung Garuda Sebagai Lambang Negara Indonesia.
Diperoleh dari http://sejarahlengkap.com/indonesia/sejarah-burung-garuda [diakses 11
November 2018]
9. Amanda, Felixia. (2018, 17 Maret) Makna Dari 5 Lambang Sila Pancasila. Diperoleh dari
http://bobo.grid.id/amp/08681596/makna-dari-5-lambang-sila-pancasila?page=2 [diakses
11 November 2018]
10. Alifa, Nabiela Rizki. Dkk. (2012, Febuari) Garuda Pancasila Sebagai Lambang Negara
Indonesia. Diperoleh dari
http://www.academia.edu/10243824/GARUDA_PANCASILA_SEBAGAI_LAMBANG_NEGARA_
INDONESIA [diakses 12 November 2018]
11. Bili, Eltita. (2017, 1 Januari) Arti Dan Makna Lambang Dan Simbol Negara. Diperoleh dari
http://www.academia.edu/33491251/Arti_dan_Makna_Lambang_dan_Simbol_Negara_Len
gkap [diakses 12 November 2018]
12. Sriwati. (2015, 27 November). Sejarah Pembentukan atau Lahirnya UUD 1945. Diperoleh dari
http://www.markijar.com/2015/11/sejarah-pembentukan-lahirnya-uud-1945.html?m=1
[diakses 13 November 2018]
13. Nani. (2017, 17 Juli). Sejarah UUD.Diperoleh dari
https://www.google.co.id/amp/s/guruppkn.com/sejarah-uud/amp [diakses 14 November
2018]
44
Download