BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan berbangsa dan bernegara tidak terlepas dari pedoman hidup yang sudah mendasari dan melandasi segala perilaku dan aspek kehidupan. Sebagai warga negara Indonesia, pedoman hidup tersebut telah terstruktur dalam suatu ideologi yang bernama Pancasila. Pancasila adalah suatu ideologi dan dasar negara Indonesia yang menjadi landasan dari segala keputusan bangsa dan mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia. Dengan kata lain, Pancasila adalah dasar dalam Pancasila mengatur pemerintahan negara Indonesia yang mengutamakan semua komponen di seluruh wilayah Indonesia. Kata atau istilah Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Panca yang berarti Lima dan Sila yang berarti Dasar atau Asas. Secara harfiah, Pancasila diartikan sebagai dasar yang memiliki lima unsur. Selain memiliki dasar negara yaitu Pancasila, Indonesia juga memiliki lambang negara yaitu Burung Garuda Masyarakat Indonesia yakin terhadap nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila sebagai pedoman hidup telah menciptakan suatu masyarakat Indonesia yang memiliki kepribadian yang baik. Untuk mewujudkan masyarakat yang berpedoman terhadap Pancasila, di perlukan suatu hukum yang berisi norma-norma, aturan-aturan atau ketentuanketentuan yang harus dilaksanakan dan ditaati oleh setiap warga negara Indonesia. Hukum yang dimaksud ialah UUD 1945 sebagai hukum dasar tertulis di Indonesia. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah sejarah lahirnya Pancasila ? 2. Bagaimanakah asal mula Pancasila ? 3. Apa saja nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila ? 1 4. Bagaimanakah sejarah lambang negara Indonesia ? 5. Apa makna dari lambang negara Indonesia? 6. Bagaimana sejarah pembentukan UUD 1945 ? 7. Bagaimana kedudukan, sifat dan fungsi UUD 1945 di Indonesia? 8. Bagaimana pembukaan Undang Undang Dasar 1945? 9. Bagaimana hubungan antara Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945? C. Tujuan Pembahasan 1. Mengetahui sejarah Pancasila. 2. Mengetahui asal-usul Pancasila. 3. Mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. 4. Mengetahui fungsi dan kedudukan UUD 1945 5. Mengetahui hubungan antara Pancasila dan Pembukaan UUD 1945. D. Manfaat Pembahasan 1. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang Pancasila, UUD 1945 maupun hubungan antara Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945. 2. Mendapatkan pembelajaran tentang hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945. 2 BAB II ISI A. Sejarah Lahirnya Pancasila Menurut berbagai sumber, istilah Pancasila mulai dikenal sejak masa kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Walaupun belum dirumuskan secara konkrit, pada masa itu sila-sila dalam Pancasila sudah diterapkan dalam kehidupan masyarakat dan dalam kerajaan. Kata atau istilah Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Panca yang berarti Lima dan Sila yang berarti Dasar atau Asas. Berdasarkan kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular, arti Pancasila adalah “Berbatu Sendi yang Lima” atau dapat diartikan sebagai “Pelaksanaan Kesusilaan yang Lima”. Selain itu, Pancasila juga dituliskan dalam kitab Agama Budha yang ditulis dalam bahasa Pali (Pancha Sila). Pancha Sila adalah ajaran dasar moral agama Budha yang ditaati oleh para pengikut Siddharta Gautama. Berikut ini adalah isi Pancha Sila dalam ajaran Budha: 1. Aku bertekad melatih diri untuk menghindari pembunuhan. 2. Aku bertekad melatih diri untuk tidak mengambil barang yang tidak diberikan. 3. Aku bertekad melatih diri untuk tidak melakukan perbuatan asusila. 4. Aku bertekad untuk melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar (berbohong, berdusta, fitnah, omong kosong). 5. Aku bertekad untuk melatih diri menghindari segala minuman dan makanan yang dapat menyebabkan lemahnya kewaspadaan. Agar lebih memahami apa arti Pancasila, maka kita dapat merujuk pada pendapat beberapa ahli. Berikut ini adalah definisi Pancasila menurut para ahli: 1. Ir. Soekarno Menurut Bung Karno, pengertian Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turun-temurun berabad-abad lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan 3 Barat. Dengan demikian, Pancasila bukan hanya falsafah negara, tapi lebih luas lagi, yaitu falsafah bagi bangsa Indonesia. 2. Notonegoro Menurut Notonegoro, pengertian Pancasila adalah dasar falsafah dan ideologi negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan, serta sebagai pertahanan bangsa dan negara Indonesia. 3. Muhammad Yamin Menurut Muhammad Yamin, Pancasila berasal dari kata Panca yang berarti lima dan Sila yang berarti sendi, atas dasar atau peraturan tingkah laku yang penting dan baik. Dengan demikian Pancasila merupakan lima dasar yang berisi pedoman atau aturan tentang tingkah laku yang penting dan baik. Sejarah perumusan Pancasila ini berawal dari pemberian janji kemerdekaan di kemudian hari kepada bangsa Indonesia oleh Perdana Menteri Jepang saat itu, Kuniaki Koiso pada tanggal 7 September 1944. Lalu, pemerintah Jepang membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 1 Maret 1945 (2605, tahun Showa 20) yang bertujuan untuk mempelajari halhal yang berhubungan dengan tata pemerintahan Indonesia Merdeka. Organisasi yang beranggotakan 74 orang (67 orang Indonesia, 7 orang Jepang) ini mengadakan sidang pertamanya pada tanggal 29 Mei 1945 – 1 Juni 1945 untuk merumuskan falsafah dasar negara bagi negara Indonesia. Selama tiga hari itu tiga orang, yaitu, Muhammad Yamin, Soepomo, dan Soekarno, menyumbangkan pemikiran mereka bagi dasar negara Indonesia. Muhammad Yamin (29 Mei 1945) Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr. Muh. Yamin menyampaikan usul dasar negara dihadapan sidang pleno BPUPKI baik dalam pidato maupun secara tertulis yang disampaikan kepada BPUPKI. Baik dalam kerangka uraian pidato maupun dalam presentasi lisan Muh Yamin mengemukakan lima calon dasar negara yaitu: 1. Peri Kebangsaan 2. Peri Kemanusiaan 3. Peri Ketuhanan 4. Peri Kerakyatan 4 5. Kesejahteraan rakyat Selain usulan lisan Muh Yamin tercatat menyampaikan usulan tertulis mengenai rancangan dasar negara. Usulan tertulis yang disampaikan kepada BPUPKI oleh Muh Yamin berbeda dengan rumusan kata-kata dan sistematikanya dengan yang dipresentasikan secara lisan, yaitu: 1. Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Kebangsaan Persatuan Indonesia 3. Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Prof.Dr.Soepomo (31 Mei 1945) Pada hari kedua, Prof.Dr.Soepomo juga mengusulkan 5 asas, yaitu: 1. Persatuan 2. Kekeluargaan 3. Keseimbangan lahir dan batin 4. Musyawarah 5. Keadilan sosial Ir. Soekarno (1 Juni 1945) Usul Sukarno sebenarnya tidak hanya satu melainkan tiga buah usulan calon dasar negara yaitu lima prinsip, tiga prinsip, dan satu prinsip. Sukarno pula-lah yang mengemukakan dan menggunakan istilah “Pancasila” (secara harfiah berarti lima dasar) pada rumusannya ini atas saran seorang ahli bahasa (Muh Yamin) yang duduk di sebelah Sukarno. Oleh karena itu rumusan Sukarno di atas disebut dengan Pancasila, Trisila, dan Ekasila. Rumusan Pancasila 5 1. Kebangsaan Indonesia 2. Internasionalisme atau perikemanusiaan 3. Mufakat atau demokrasi 4. Kesejahteraan sosial 5. Ketuhanan yang Maha Esa Rumusan Trisila 1. Socio-nationalisme 2. Socio-demokratie 3. ke-Tuhanan Rumusan Ekasila 1. Gotong-Royong Yang pada akhir pidatonya Soekarno menambahkan bahwa kelima asas pada rumusan Pancasila tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang disebut dengan Pancasila, diterima dengan baik oleh peserta sidang. Oleh karena itu, tanggal 1 Juni 1945 diketahui sebagai hari lahirnya pancasila. “Lahirnya Pancasila” adalah judul pidato yang disampaikan oleh Soekarno dalam sidang Dokuritso Junbi Cosakai (bahasa Indonesia: “Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan”) pada tanggal 1 Juni 1945. Pidato ini awalnya disampaikan oleh Soekarno secara aklamasi tanpa judul dan baru mendapat sebutan “Lahirnya Pancasila” oleh mantan ketua BPUPKI Dr. Radjiman Wedyodiningrat dalam kata pengantar buku yang berisi pidato yang kemudian dibukukan oleh BPUPKI tersebut. Menjelang kekalahan Tentara Kekaisaran Jepang di akhir Perang Pasifik, tentara pendudukan Jepang di Indonesia berusaha merik dukungan rakyat Indonesia dengan membentuk Dokuritsu Junbi Cosakai(Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan atau BPUPK, yang kemudian menjadi BPUPKI dengan tambahan “Indonesia”). BPUPKI mengadakan sidangnya yang pertama kali dari tanggal 29 Mei 1945. Rapat dibuka pada tanggal 28 Mei 1945 dan pembahasan dimulai keesokan harinya 29 Mei 1945 dengan tema dasar negara. Rapat pertama diadakan di gedung 6 Chuo Sangi In(di Jalan Pejambon 6 Jakarta) yang kini dikenal dengan sebutan Gedung Pancasila. Pada zaman Belanda, gedung tersebut merupakan gedung Volksraad(Perwakilan Rakyat). Setelah beberapa hari tidak mendapat titik terang, pada tanggal 1 Juni 1945 Bung Karno mendapat giliran untuk menyampaikan gagasannya tentang dasar negara Indonesia merdeka, yang dinamakannya “Pancasila”. Pidato tidak dipersiapkan secara tertulis terlebih dahulu itu diterima secara aklamasi oleh segenap anggota Dokuritsu Junbi Cosakai. Selanjutnya Dokuritso Junbi Cosakai membentuk Panitia Kecil untuk merumuskan dan menyusun Undang-Undang Dasar dengan berpedoman pada pidato Bung Karno tersebut. Dibentuklah Panitia Sembilan yang terdiri dari : 1. Ir. Soekarno 2. Mohammad Hatta 3. Mr, AA Maramis 4. Abikoesno Tjokrosoejoso 5. Abdul Kahar Muzkir 6. Agus Salim 7. Achmad Soebardjo 8. Wahid Hasyim 9. Mohammad Yamin Panitia Sembilan tersebut ditugaskan untuk merumuskan kembali Pancasila sebagai Dasar Negara berdasar pidato yang diucapkan Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945, dan menjadikan dokumen tersebut sebagai teks untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Setelah melalui proses persidangan akhirnya rumusan Pancasila hasil penggalian Bung Karno tersebut berhasil dirumuskan untuk dicantumkan dalam Mukadimah Undang-Undang Dasar 1945, yang dinyatakan sah sebagai dasar negara Indneisa merdeka pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh BPUPKI dalam kata pengantar atas dibukukannya pidato tersebut, yang untuk pertama kali terbit pada tahun 1947, Dr Radjian Wedyodiningrat menyebut pidato Ir. Soekarno itu berisi “Lahirnya Pancasila”. 7 B. Asal Mula Pancasila 1. Causa Materialis (asal mula bahan) ialah berasal dari bangsa Indonesia sendiri, terdapat dalam adat kebiasaan, kebudayaan dan dalam agama-agamanya. 2. Causa Formalis (asal mula bentuk atau bangun) dimaksudkan bagaimana Pancasila itu dibentuk rumusannya sebagaimana terdapat pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam hal ini BPUPKI memiliki peran yang sangat menentukan. 3. Causa Efisien (asal mula karya) ialah asal mula yang meningkatkan Pancasila dari calon dasar negara menjadi Pancasila yang sah sebagai dasar negara. Asal mula karya dalam hal ini adalah PPKI sebagai pembentuk negara yang kemudian mengesahkan dan menjadikan Pancasila sebagai dasar filsafat Negara setelah melalui pembahasan dalam sidang-sidangnya. 4. Causa Finalis (asal mula tujuan) adalah tujuan dari perumusan dan pembahasan Pancasila yakni hendak dijadikan sebagai dasar negara. Untuk sampai kepada kausan finalis tersebut diperlukan kausa atau asal mula sambungan. C. Landasan Pancasila Landasan Pancasila terdiri atas 4 bagian : 1. Landasan Historis Berdasarkan landasan historis, pancasila dirumuskan dan memiliki tujuan yang dipakai sebagai dasar Negara Indonesia. Proses perumusannya diambil dari nilai-nilai pandangan hidup masyarakat. Setiap bangsa mempunyai ideologi dan pandangan hidup berbeda-beda yang diambil darinilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam bangsa itu sendiri. Pancasila digali dari bangsa Indonesia yang telah tumbuh dan berkembang semenjak lahirnya bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia terbentuk melalui proses yang panjang mulai jaman kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya penjajah. Bangsa Indonesia berjuang untuk menemukan jati dirinya sebagai bangsa yang merdeka. Dalam era reformasi, bangsa Indonesia harus memiliki visi dan pandangan hidup yang kuat (nasionalisme) agar tidak terombang-ambing di tengah masyarakat internasional. Hal ini dapat terlaksana dengan kesadaran berbangsa yang berakar pada sejarah bangsa. 8 Secara historis nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar negara Indonesia secara obyektf historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri. 2. Landasan Kultural Pancasila merupakan salah satu pencerminan budaya bangsa, sehingga harus diwariskan kepada generasi penerus. Secara kultural, unsur-unsur Pancasila terdapat pada adat istiadat, tulisan, bahasa, slogan, kesenian, kepercayaan, agama, dan kebudayaan pada negara Indonesia secara umum. Bangsa Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara pada suatu asas kultural yang dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri. Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila Pancasila bukanlahmerupakan hasil konseptual seseorang saja melainkan merupakan suatu hasil karya bangsa Indonesia sendiri yang diangkat dari nilai-nilai kultural yang dimiliki melalui proses refleksi filososofis para pendiri negara. Pandangan hidup pada suatu bangsa adalah sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkandengan kehidupan bangsa itu sendiri. Suatu bangsa yang tidak mempunyai pandangan hidup adalah bangsa yang tidak mempunyai kepribadian dan jati diri sehingga bangsa itu mudah terombang ambing dari pengaruh yang berkembang dari luar negeri. 3. Landasan Yuridis Pancasila secara yuridis secara formal menjadi dasar negara sejak dituangkannya rumusan Pancasila dalam pembukaan UUD 1945. Didalam UU No. 2 Thn 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional digunakan sebagai dasar penyelenggaraan pendidikan tinggi. 4. Landasan Filosofis Pancasila sebagai dasar filsafat negara dan pandangan filosofis bangsa Indonesia, oleh karena itu sudah merupakan suatu keharusan moral untuk secara konsisten merealisasikan dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pembahasan di dalam Pancasila berwujud dan bersifat filosofis secara praktis nilai-nilai tersebut berupa pandangan hidup (filsafat hidup) berbangsa. Mempengaruhi alam pikiran manusia berupa filsafat hidup, filsafat negara, etika, logika dan sebagainya, sehingga memberikan watak (kepribadian dan identitas) 9 bangsa. Berdasarkan filosofis dan objektif, nilai-nilai yang tertuang pada sila-sila Pan&asila merupakan filosofis bangsa Indonesia sebelum mendirikan Negara Republik Indonesia. Secara filosofis bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara adalah sebagai bangsa yang berketuhanan dan berkemanusiaan, hal ini berdasarkan kenyataan obyektif bahwa manusia adalah mahluk Tuhan Yang Maha Esa. Setiap aspek penyelenggaraan negara harus bersumber pada nilai-nilai Pancasila termasuk sistem peraturan perundang-undangan di Indonesia. Oleh karena itu dalam realisasi kenegaraan termasuk dalam proses reformasi dewasa ini merupakan suatukeharusan bahwa Pancasila merupakan sumber nilai dalam pelaksanaan kenegaraan, baik dalam pembangunan nasional, ekonomi, politik, hukum, sosial budaya, maupun pertahanan keamanan. D. Filsafat Pancasila 1. Sistem Filsafat Pancasila Setiap bangsa mewarisi nilai sosio-budaya (nasional) sebagai bagian dari budaya dan peradaban universal. Pemikiran awal dan fundamental umat manusia berwujud nilai filsafat. Makna istilah ini terbentuk dari bahasa Yunani, filos: friend, love dan sophia: learning, wisdom. Jadi, filsafat bermakna orang yang besahabat dan mencintai ilmu pengetahuan akan sikap arif bijaksana. Filsafat juga bermakna sebagai pemikiran fundamntal dan monumental manusia untuk mencari kebenaran hakiki (hkmat, bijaksana). Karenanya kebenaran ini diakui sebagai nilai kebenaran terbaik yang dijadikan pandangan hidup (filsafat hidup,Weltanschauug). Bebagai tokoh filosof dari berbagai bangsa menemukan dan merumuskan sistem filsafat sebagai ajaran terbaik mereka, yang dapat berbeda antar ajaran filosof. Karena itulah berkembang berbagai aliran filsafat seperti materialisme, idealisme, spiritualisme, realisme dan berbagai aliran modern seperti rasionalisme, humanisme, individualisme, liberalisme-kapitalisme, marxisme-komunisme, sosialisme. Bagi bangsa Indonesia, filsafat Pancasila adalah bagian dari sistem filsafat Timur yang memancarkan nilai kunggulannya, sebagai sistem filsafat theisme-religious. Dapar dicermati uraian ringkas berikut: 1. Secara material-substansial dan intrinsik 10 Nilai Pancasila adalah filososfis, misalnya hakikat kemanusiaan yang adil dan beradab, apalagi Ketuhanan Yang Maha Esa adalah metfisis/filosofis. 2. Secara praktis-fungsional Dalam tata budaya masyarakat Indonesia pra-kemerdekaan nilai Pancasla diakui sebagai filsafat hidup atau pandangan hidup yang di praktekan. 3. Secara formal-konsistusional Bangsa Indonesia mengakui Pancasila adalah dasar negara (filsafat) RI. 4. Secara psikologis dan kultural Bangsa dan budaya Indonesia sederajat dengan budaya bangsa manapun. Karenanya, wajar bangsa Indonesia sebagaimana bangsa-bangsa lain (Cina, India, Arab, Eropa) mewarisi sistem filsafat dalam budayanya. Jadi, Pancasila adalah filsafat yang diwarisi dalam budaya Indonesia. 5. Secara potensial Filsafat Pancasila akan berkembang bersama dinamika budaya, filafat Pancasila akan berkembang secara konsepsional, kaya akan konsepsional dan kepusakaan secara kuantitas dan kualitas. Filsafat Pancasila merupakan bagian dari khasanah dan filsafat yang ada dalam kepustakaan dan peradaban modern. Sistem filsafat Pancasila adalah bagian dari sistem filsafat Timur yang memiliki identitas dan integritas keunggulan universal sebagai sistem filsafat theismereligious. Sistem filsafat demikian memancarkan keunggulan karena sesuai dengan potensi kodrati martabat kepribadian manusia yang dianugerahi integritaskerokhanian yang memacarkan akal dan budinurani, yang potensial mengembangkan bidaya dan peradaban, sebagai subyek budaya (termasuk subyek hukum dan subyek dalam negara) dan subyek moral. Integritas kepribadian manusia sebagai pribadi, berkembang secara kualitatif dalam makna integritas martabat kepribadiannya dengan khitmat mengabdi dan menuju (asas teleologis) Maha Pencipta, Maha Pengayom demi tanggung jawab moral manusia sebagai penunaian amanat kewajiban asasi manusia. Pribadi dengan harkat martabat kepribadiannya memelihara antarhubungan harmonis dengan semua eksistensi horizontal berdasarkan wawasan vertikal (theisme-religiousi). Artinya, antar hubungan pribadi manusia dengan alam semesta, sesama, budaya dan dengan kenegaraan dijiwai kesadaran tanggung jawab dan kewajiban moral Ketuhanan- 11 keagamaan. Asas demikian mengandung makna bahwa filsafat Pancasila memancarkan identistas dan integritas moral theisme-religious (sila I) Ajaran filsafat Pancasila memancarkan keunggulan sistem filsafat dan kultural NKRI, melengkapi keunggulan natural dan (potensial) SDM Indonesia. Integritas keunggulan ini ditegakkan dalam Sistem Kenegaraan Pancasila secara Konstitusional berdasarkan UUD Proklamasi (yang juga memancarkan keunggulan konstitusional), sebagai terpancar dari nilai fundamental: 1. NKRI sebagai negara kesatuan benbentuk republik 2. NKRI menegakkan sistem kedaulatan rakyat (demokrasi) 3. NKRI menegakkan sistem negara hukum (Rechtsstaat) 4. NKRI adalah negara bangsa (national state: sebagai jabaran wawasan nasional dan wawasan nusantara) 5. NKRI menegakkan asas kekeluargaan (yang menjiwai dan melandasi: wawasan nasional dan wawasan nusantara) yang ditegakkan dalam N-sistem nasional. Sistem kenegaraan NKRI demikian mengalami degradasi filosofis-ideologis dan konstitusional mulai era reformasi, karena visi-misi reformasi cenderung mempraktekkan demokrasi liberal, ekonomi liberal, bermuara kepada praktek negara federal, bahkan anarchism yang mengancam integritas NKRI dan wawasan nasional Indonesia. Keprihatinan demikian terus mengupayakan pelurusan reformasi, supaya bangsa dan NKRI tidak terjerumus ke dalam kebangkrutan dan cengkeraman neoimperalisme yang terus meningkat dalam era postmodernisme. Terjabar dalam sistem kenegaraan Pancasila yang melembaga dalam NKRI berdasarkan Pancasila – UUD 1945, dengan berbagai fungsi sistem nasional, sebagai jabaran dan fungsionalisasi sistem filsafat dan atau sistem ideologo nasional (Pancasila), yang secara konsepsional mendesak untuk dikembangkan dalam rangka ketahanan ideologi dan ketahanan nasional untuk menghadapi tantangan neoliberalisme, neo-ultraperialisme yang makin dinamis dalam era globalisasiliberalisasi, dan postmodernisme. Dinamika demikian digerakkan sebagai rekayasa politik global dari negara adidaya yang berjuang merebut supremasi politik melalui issue, atas nama HAM. 12 E. Tujuan Pancasila 1. Menghendaki Bangsa yang religius, taat kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Menjadi Bangsa yang adil secara sosial ekonomi. 3. Menjadi Bangsa yang menghargai HAM. 4. Menghendaki menjadi Bangsa yang demokratis 5. Menghendaki Bangsa yang nasionalis yang mencintai tanah air Indonesia. F. Fungsi Pancasila 1. Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa Indonesia Setiap Bangsa mempunyai jiwanya masing-masing yang disebut Volkgeish, artinya Jiwa Bangsa atau Jiwa Rakyat. Pancasila sebagai jiwa Bangsa Indonesia yang berfungsi agar Indonesia tetap hidup dalam jiwa Pancasila. Bangsa Indoensia lahir sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia. 2. Pancasila Sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia Fungsi Pancasila sebagai kepribadian Bangsa Indonesia yaitu sebagai hal yang memberi corak khas bagi Bangsa dan menjadi pembeda Bangsa Indonesia dengan Bangsa lain. Diwujudkan dengan tingkah laku dan sikap mental, sehingga ciri khas ini yang dimaksud dengan kepribadian. 3. Pancasila Sebagai Ideologi Negara Fungsi Pancasila sebagai ideologi negara yaitu: Menyatukan bangsa Indonesia, memperkokoh dan memelihara kesatuan dan persatuan. Membimbing dan mengarahkan bangsa Indonesia untuk mencapai tujuannya. Memberikan kemauan untuk memelihara dan mengembangkan identitas bangsa Indonesia. Menerangi dan mengawasi keadaan, serta kritis kepada adanya upaya untuk mewujudkan cita-cita yang terkandung di dalam pancasila. Sebagai pedoman bagi kehidupan bangsa Indonesia dalam upaya menjaga keutuhan negara dan memperbaiki kehidupan dari bangsa Indonesia. Ideologi Pancasila memiliki makna bahwa Pancasila selain berkedudukan sebagai dasar negara, juga berkedudukan sebagai Ideologi Nasional bangsa Indonesia. Sehingga makna pancasila dari ketetapan tersebut bahwa nilai-nilai yang tercantum dalam ideologi pancasila menjadi cita-cita normatif bagi penyelenggaraan bernegara. 13 Nilai-nilai yang tercantum dalam Pancasila merupakan nilai yang disepakati bersama dan oleh karena itu menjadi salah satu sarana pemersatu (integrasi) masyarakat Indonesia. Terdapat 3 Dimensi Ideologi Pancasila, yaitu: 1. Dimensi Realita, artinya nilai-nilai dasar yang tercamtum di ideologi tersebut mencerminkan kenyataan hidup yang ada di dalam masyarakat dimana ideologi itu ada untuk pertama kalinya. 2. Dimensi Idealisme, artinya kualitas ideologi yang tercamtum dalam nilai dasar tersebut bisa memberikan harapan kepada berbagai kelompok dan masyarakat mengenai masa depan yang lebih baik. 3. Dimensi Fleksibilitas, artinya kemampuan ideologi dalam mempengaruhi dan menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakatnya. 4. Pancasila Sebagai Sumber dari Segala Sumber Hukum Fungsi pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum yaitu mengatur semua hukum yang berlaku di Negara Indonesia. Semua hukum harus patuh dan menjadikan Pancasila sebagai sumbernya. Artinya setiap hukum yang berlaku tidak boleh bertentangan dengan Pancasila. Jadi setiap sila-sila yang ada di Pancasila adalah nilai dasar, sedangkan hukum adalah nilai instrumental atau penjabaran dari sila pancasila. 5. Pancasila Sebagai Sumber tertib hukum Republik Indonesia adalah pandangan hidup, cita-cita hukum, kesadaran, dan citacita moral yang meliputi suasana kejiwaan serta watak Bangsa Indonesia. Meliputi cita-cita mengenai kemerdekaan Individu, Kemerdekaan Bangsa, Perikemanusiaan, Keadilan Sosial, dan Perdamaian Nasional. Cita-cita politik mengenai bentuk, tujuan, sifat negara. Dan Cita-cita moral mengenai kehidupan agama dan masyarakat. 6. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Fungsi pancasila sebagai pandangan hidup atau cara pandang adalah Bangsa Indonesia harus berpedoman, menjadi pancasila sebagai petunjuk kehidupan 14 sehari-hari. Segala bentuk cita-cita moral Bangsa dan bentuk budaya harus bersumber dari Pancasila, juga merupakan satu-kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, hal ini memiliki tujuan demi tercapainya kesejahteraan lahir dan batin. 7. Pancasila Sebagai Cita-Cita dan Tujuan Bangsa Indonesia Seperti yang telah kita ketahui bahwa pancasila telah jelas termuat di pembukaan UUD 1945, sehingga pancasila merupakan tujuan dan cita-cita Bangsa Indonesia, cita-cita inilah yang menjadi tujuan Bangsa, menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. 8. Pancasila Menjadi Falsafah Hidup Bangsa Fungsi pancasila sebagai falsafah hidup bangsa yaitu sebagai pemersatu Bangsa Indonesia, pancasila mengandung nilai-nilai kepribadian yang dipercayai paling benar, bijaksana, adil dan cocok untuk Bangsa Indonesia untuk mempersatukan rakyat. 9. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia Pancasila berfungsi sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan Negara, segala sesuatu kehidupan di Indonesia, seperti rakyat, pemerintah, dan wilayah. Pancasila juga digunakan sebagai dasar mengatur penyelenggaraan Negara dan kehidupan Negara sesuai dengan bunyi UUD 1945. 10. Pancasila Sebagai Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia. Pada saat Bangsa Indonesia melakukan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Bangsa ini belum memiliki UUD Negara yang tertulis, untuk itu PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 18 Agustus 1945 mengesahkan pembukaan dan batang tubuh UUD 1945 yang merupakan berdasar dari pancasila. PPKI merupakan badan sebagai tempat wakil-wakil rakyat di Indonesia sehingga pancasila merupakan hasil perjanjian bersama rakyat, dan untuk membela pancasila selamanya. 11. Pancasila Sebagai Paradigma Dalam Pembangunan Nasional. 15 Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Nasional bidang sosial, budaya, pertahanan dan keamanan di kaitkan dengan nilai-nilai Pancasila dalam Pembangunan Nasional pasti dibutuhkan suatu kerangka pemikiran yang melandasi pembangunan nasional itu sendiri. Oleh karena itu, Pancasila dapat dijadikan sebagai landasan pembangunan nasional. Orang yang pertama kali menyatakan istilah paradigma adalah Thomas Khun, sedangkan arti dari paradihma adalah kerangka pemikiran. Pembangunan Nasional tidak memiliki arti yang sempit hanya membangun fisiknya saja. Pembangunan Nasional memiliki arti yang luas yaitu membangun masyarakat indonesia seutuhnya. Pancasila dapat dijadikan Paradigma Pembangunan Nasional karena nilai-nilai Pancasila dapat diterapkan dan sesuai dengan perkembangan jaman. Dalam Pembangunan Nasional harus mendasarkan pada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Pada undang-undang alinea ke-IV telah tercantum tujuan dari negara Indonesia, yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencapai masyarakat adil dan makmur. Dalam upaya membangun Indonesia seutuhnya itulah diperlukan penerapan dari nilai-nilai Pancasila. Pancasila sebagai Paradigma dalam Pembangunan Nasional bidang sosial dan budaya, pada haikatnya bersifat humanistik karena memang Pancasila bertolak dari hakikat dan kedudukan kodrat manusia itu sendiri. Hal ini sesuai dengan Pancasila, sila kedua yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Oleh karena itu, pembangunan sosial budaya harus mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia yaitu menjadi manusia yang berbudaya dan beradab. Dalam upaya membangun masyarakat seutuhnya, maka hendaknya juga berdasarkan pada sistem nilai dan budaya masyarakat Indonesia yang sangat beragam. Berdasarkan pada sila ketiga dari Pancasila yang berbunyi “Persatuan Indonesia”, pembangunan sosial budaya dikembangkan atas dasar penghargaan terhadap nilai sosial dan budaya yang beragam di seluruh nusantara menuju pada tercapainya rasa persatuan sebagai bangsa. Diperlukan adanya pengakuan dan penghargaan terhadap budaya dan kehidupan sosial di berbagai kelompok bangsa Indonesia sehingga mereka merasa dihargai dan diterima sebagai warga negara Indonesia. Sedangkan Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional bidang pertahanan dan keamanan, memiliki arti bahwa untuk mencapai terciptanya masyarakat hukum diperlukan penerapan dari nilai-nilai Pancasila. Hal itu disebabkan karena Negara juga memiliki tujuan untuk mlindungi 16 segenap bangsa dan wilayah negaranya. Nilai-nilai Pancasila dalam penerapan Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional bidang pertahanan dan keamanan adalah: a. Sila pertama dan kedua: Pertahanan dan keamanan Negara harus mrndasarkan pada tujuan demi terciptanya kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. b. Sila ketiga: Pertahanan dan keamanan Negara haruslah mendasarkan pada tujuan demi kepentingan warga dalam kehidupan sebagai warga negara. c. Sila keempat: Pertahanan dan keamanan harus ampu menjamin hak dasar persamaan derajat serta kebebasan kemanusiaan. d. Sila kelima: Pertahanan dan keamanan harus diperuntukan demi terwujudnya keadilan hidup masyarakat. G. Pengamalan Sila Pancasila Sebelumnya terdapat 36 butir pengamalan pancasila menurut ketetapan MPR no.II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa yang menjabarkan kelima asas Pancasila, namun ketetapan tersebut dicabut dengan ketetapan baru dengan Tap MPR no. I/MPR/2003 yang terdiri dari 45 butir Pancasila. 45 Butir pengamalan Pancasila adalah sebagai berikut : Butir Pengamalan Pancasila pada Sila Pertama (I) yaitu: Ketuhanan Yang Maha Esa 1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa 2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing yang adil dan beradab. 3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. 17 6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. 7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain. Pengamalan Pancasila pada Sila Kedua (II) yaitu: Kemanusiaan yang adil dan beradab 1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. 2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya. 3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia. 4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira. 5. Mengembangkan sika tidak semena-mena terhadap orang lain. 6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. 7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan. 8. Berani membela kebenaran dan keadilan. 9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia. 10. Mengembangkan sikap hormat menghoarmati dan bekerjasama dengan bangsa lain. Butir Pengamalan Pancasila pada Sila Ketiga (III) yaitu: Persatuan Indonesia 1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi dan golongan. 2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan. 3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa. 4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia. 5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi, dan keadilan sosial. 6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika. 7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa. 18 Butir Pengamalan Pancasila pada Sila Keempat (IV) yaitu: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan 1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama. 2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain. 3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama. 4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan. 5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah. 6. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah. 7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. 8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. 9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilainilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama. 10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan permusyawaratan. Butir Pengamalan Pancasila pada Sila Kelima (V) yaitu: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia 1. Mengembangkan perbuatan yang luhr, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. 2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama. 3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban. 4. Menghormati hak orang lain. 5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri. 6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain. 19 7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah. 8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum 9. Suka bekerja keras. 10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama 11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial. H. Sejarah Burung Garuda Sebagai Lambang Negara Indonesia Garuda Pancasila adalah lambang negara Indonesia yang digambarkan dengan seekor burung garuda yang menoleh ke kanan dan memegang pita bertuliskan “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti “berbeda-beda tetapi tetap satu juga”. Lambang negara ini dirancang oleh Sultan Hamid II dan diresmikan pada 11 Februari 1950 saat berlangsungnya Sidang Kabinet Indonesia Serikat. Garuda Pancasila sebagai lambang negara diatur penggunaannya di dalam Peraturan Pemerintah No 43/1958. PP No 43/1958 tersebut terdiri dari 15 pasal. Dalam pasal 12 terdapat peraturan yang melarang menambahkan gambar, angka atau apapun pada lambang negara Garuda Pancasila dan Garuda Pancasila pun dilarang dijadikan sebagai cap dagang. Oleh karena itu, harus berhati-hati dalam penggunaannya, karena jika kedapatan melanggar bisa terkena denda atau sangsi. Kecintaan akan Indonesia haruslah disertai dengan menjaga setiap ciri khas bangsa ini, termasuk lambang negaranya. Ada banyak kisah menarik mengenai sejarah burung garuda dari awal sampai burung garuda dijadikan lambang negara Indonesia. Sejarah Burung Garuda Menurut Mitologi Hindu Jauh sebelum sejarah itu, kisah burung garuda sendiri sudah terdapat dalam mitologi Hindu. Sejarah burung garuda menurut mitologi Hindu sendiri berawal dari kisah seorang guru bernama Resi Kasyapa yang memperistrikan Kadru dan Winata. Dari Kadru, Resi Kasyapa memperanakan Naga dan dari Winata memperanakan Garuda. Kadru selalu cemburu pada Winata dan melakukan berbagai cara agar Winata tersingkir dari keluarga mereka. Singkat cerita, Kadru dan Winata bertarung namun 20 dalam hal ini Kadru berbuat curang sehingga dia memang dan menjadikan Winata sebagai budaknya. Garuda yang sangat mengasihi sang ibu bertarung melawan Naga namun karena mereka sama-sama kuat maka pertaurngan itu tidak kunjung usai. Sampai akhirnya Naga menyanggupi untuk memberikan membebaskan perbudakan Winata asalkan Garuda memberikannya tirta suci amertha sari, air yang dapat memberikan kehidupan abadi. Garuda pun berkenala mencari amertha sari agar dapat bisa membebaskan ibunya. Dalam perjalanan, Garuda bertemu dengan dewa Wisnu. Dewa Wisnu berjanji akan memberikan amertha sari pada Garuda asalkan Garuda mau menjadi tunggangannya. Garuda pun menyanggupi hal tersebut. Sikap garuda yang gigih dan tangguh dalam memperjuangkan kebebasan sang ibunda menginspirasi Soekarno untuk menjadikan burung garuda sebagai lambang negara agar ada semangat yang kuat untuk membebaskan ibu pertiwi dari para penjajah. (Baca Juga : Jenis – Jenis Manusia Purba di Indonesia ) Sejarah burung garuda dalam mitologi Hindu mempengaruhi cerita perwayangan di Indonesia. Burung garuda sendiri banyak terdapat di candi-candi Indonesia salah satunya terdapat di candi Prambanan. Dalam salah satu relief di candi Siwa Prambanan, terdapat cerita keponakan Garuda, yaitu Jatayu yang yang yang gugur dalam peperangan untuk merebut Shinta dari Rahwana. Raja Airlangga dianggap sebagai titisan dewa Wisnu pernah digambarkan sedang menunggangi burung garuda yang dinamakan Garuda Wisnu Kencana. Garuda Wisnu Kencana ini lah yang akhirnya dijadikan sebagai simbol di kerajaan Kahuripan, kerajaan di mana Raja Airlangga memerintah. Kisah mengenai Garuda banyak diceritakan dalam kisah Jawa dan Bali. Di Bali sendiri, garuda dipercaya sebagai “tuan segala makhluk yang bisa terbang”, mungkin karena itu garuda dijadikan sebuah nama untuk maskapai penerbangan Indonesia, Garuda Indonesia. Patung Garuda Wisnu Kencana pun dibangun di Selatan Bali dan menjadi landmark pulau Bali. Pembangunan patung tersebut belumlah usai, karena masih beberapa bagian saja yang selesai dibangun. Harapannya, patung Garuda Wisnu Kencana dapat menumbuhkan rasa cinta akan bangsa sendiri. 21 Sejarah Lambang Garuda Indonesia Setelah perang kemerdekaan Indonesia (1945-1949), disusul pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda melalui Konfrensi Meja Bundar pada tahun 1949, dirasakan perlunya Indonesia (pada saat itu masih bernama Republik Indonesua Serikat) untuk memiliki lambang negara. Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan Hamid II yang ditugaskan Presiden Soekarno untuk merencanakan, merancang, dan merumuskan gambar lambang negara, dengan susunan panitia teknis: Ketua : Muhammad Yamin Anggota : Ki Hajar Dewantara M A Pellaupessy Moh Natsir RM Ng Poerbatjaraka Nama-nama tersebut merupakan panitia yang bertugas menyeleksi usulan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah. Pada keputusan sidang kabinet, Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M Yamin. Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR adalah rancangan karya Sultan Hamid II dan rancangan karya M Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari yang menampakkan pengaruh Jepang. Rancangan Lambang Negara berupa Burung Garuda milik Sultan Hamid II dipilih karena mengacu kepada ucapan Prsiden Soekarno, bahwa hendaknya lambang negara mencerminkan pandangan hidup, dasar negara Indonesia, dimana sila-sila dari dasar negara, yaitu Pancasila divisualisasikan dalam lambang negara. Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II), Presiden RIS (Republik Indonesia Serikat) Ir. Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta. Terus dilakukan untuk keperluan penyempurnaan rancangan itu dan sepakat menggganti pita merah yang dicengkram garuda, yang semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan menambahkan sombayan “Bhineka Tunggal Ika”. Tanggal 8 Februari 1950, rancangan lambang negara yang dibuat oleh Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan lambang negara tersebut dipertimbangkan kembali, karena adanya keberatan terhadap gambar burung Garuda 22 dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap terlalu bersifat mitologis. Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara Garuda Pancasila. Rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya disetujui oleh Presiden Soekarno pada tanggal 10 Februari 1950 dan diresmikan pemakaiannya dalam sidang kabinet RIS pada tanggal 11 Februari 1950. Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih “gundul” dan tidak berjambul seperti sekarang ini. Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes Jakarta pada 15 Februari 1950. Pada tanggal 20 Maret 1950 Soekarno memerintahkan pelukis istana, Dullah. Untuk melukis kembali rancangan tersebut, setelah sebelumnya diperbaiki antara lain penambahan “jambul” pada kepala Garuda Pancasila, serta mengubah posisi cakar kaki yang mencengkram pita dari semula di belakang pita menjadi di depan pita, atas masukan Presiden Soekarno. Dipercaya bahwa alasan Soekarno menambahkan jambul karena kepala Garuda gundul dianggap terlalu mirip dengan Bald Eagel (Lambang Negra Amerika Serikat). Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan gambar lambang negara yang mana lukisan otentiknya diserahkan kepada H Masagung, Yayasan Idayu Jakarta pada 18 Juli 1974. Rancangan Garuda Pancasila terakhir ini dibuatkan patung besar dari bahan perunggu berlapis emas yang disimpan dalam Ruang Kemerdekaan Monumen Nasional sebagai acuan, ditetapkan sebagai lambang negara Republik Indonesia, dan desainnya tidak berubah hingga kini. Sampai sekarang, Lambang Negara yang ada diposisi Presiden Soekarno dan foto gambar lambang negara yang diserahkan kepada Presiden Soekarno pada awal Februari 1950 masih tetap disimpan oleh Kraton Kadriyah Pontianak, tanah kelahiran Sultan Hamid II, Sang Pencipta Lambang Negara Indonesia. I. Tujuan Dibuatnya Lambang Negara Indonesia memiliki identitas nasional yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia. Salah satu contoh identitas nasional bangsa Indonesia adalah lambang negara. Lambang negara ditetapkan berupa suatu lukisan yang diambil dari salah satu bentuk-bentuk perwujudan peradaban Indonesia yang hidup dalam mythologi, symbologi dan kesusastraan Indonesia dan tergambar pada beberapa candi sejak abad ke 6 sampai dengan abad ke 16. 23 Lambang suatu negara memiliki makna filosofis dan historis bangsa. Oleh karena itu, bentuk, warna, dan bagian-bagiannya secara keseluruhan memiliki makna yang berkaitan sejarah perjuangan bangsa. Dan, penggunaannya pun, ada ketentuanketentuan yang mengatur sehingga lambang tersebut diperlakukan sebagaimana seharusnya demi menjaga kedaulatan bangsa dan negara. Tujuan suatu negara memiliki lambang negara sebagai identitas nasional adalah untuk menerangkan jatidiri bangsa sesuai dengan ciri-ciri diri, golongan, kelompok, komunitas yang melekat pada kelompok yang lebih besar atau bangsa yang diikat oleh kesamaan fisik (budaya, agama dan bahasa) dan non fisik (cita-cita dan tujuan). J. Makna Lambang Garuda Pancasila Garuda Pancasila sebagai lambang dan ideologi negara Indonesia memiliki makna yang terselubung di dalamnya. Berikut penjelasan mengenai makna-makna yang terkandung di dalam Garuda Pancasila: 1. Bagian Tubuh Garuda Pancasila Tubuh Garuda Pancasila memiliki jumlah bulu yang mengandung makna tersendiri. Bulu pada sayap Garuda Pancasila berjumlah 17 helai yang melambangkan tanggal 17. Bulu pada ekornya berjumlah 8 helai yang melambangkan bulan 8. Sedangkan bulu pada leher berjumlah 45 helai yang melambangkan tahun 45. Sehingga jika digabungkan, jumlah bulu-bulu pada burung Garuda Pancasila melambangkan hari kemerdekaan Indonesia. Perisai di 24 bagian depan Garuda Pancasila melambangkan perlindungan terhadap bangsa Indonesia. 2. Bagian Gambar pada Perisai Garuda Pancasila Lambang bintang, rantai, pohon beringin, kepala banteng, padi dan kapas yang terdapat pada perisai Garuda Pancasila memiliki makna tersendiri. Bintang emas dengan perisai hitam melambangkan sila pertama dalam Pancasila yaitu ketuhanan Yang Maha Esa, memiliki makna : - Bintang emas ini diartikan sebagai cahaya kerohanian bagi setiap manusia. - Latar belakang berwarna hitam melambangkan warna alam atau warna asli yang menunjukkan bahwa Tuhan sebagai sumber dari segala sesuatu dan sudah ada sebelum segala sesuatu di dunia ini ada. - Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agamanya. - Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama. - Bertoleransi dalam beragama, dalam hal ini ditekankan kepada toleransi menurut agamanya masing-masing. - Rantai yang terdapat pada sila kedua ini terdiri atas mata rantai Rantai melambangkan sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab, berbentuk segi empat dan lingkaran yang saling terkait membentuk memiliki makna: lingkaran. Mata rantai segi empat melambangkan laki-laki dan - lingkaran melambangkan perempuan. Maka darikecil itu, kita sesama Gambar rantai yang disusun atas gelang-gelang ini menandakan manusia saling membantu sama lain.membantu. hubunganharus manusia satu sama lainsatu yang saling - Menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk Tuhan. - Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa serta mewujudkan keadilan dan peradaban yang lemah. 25 Pohon beringin melambangkan sila ketiga yaitu persatuan Indonesia, memiliki makna : - Pohon beringin ini memiliki akar tunggal panjang yang menunjang pohon besar ini tumbuh. Akar ini rumbuh sampai ke dalam tanah dan menggambarkan kesatuan dan persatuan Indonesia. Pohon beringin juga memiliki akar yang menjalar di mana-mana yang melambangkan sebagai negara kesatuan yang memiliki latar belakang budaya yang bermacam-macam. - Perisai berlatar putih yang bermakna Nasionalisme, cinta bangsa dan tanah air, Menggalang persatuan dan kesatuan Indonesia, menghilangkan penonjolan kekuatan dan kekuasaan. Kepala banteng melambangkan sila keempat yaitu kerakyatan yang dipimpin dalam permusyawaratan perwakilan, memiliki makna : - Banteng digunakan karena banteng merupakan hewan sosial yang suka berkumpul, seperti halnya musyawarah di mana orang-orang berdiskusi dan berkumpul. - Perisai berlatar merah yang bermakna permusyawaratan yang artinya mengusahakan putusan bersama secara bulat, baru sesudah itu diadakan tindakan bersama. Dalam melaksanakan keputusan diperlukan kejujuran bersama. Padi dan kapas melambangkan sila kelima yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, memiliki makna: - Kapas dan padi melambangkan pangan dan sandang yang merupakan kebutuhan pokok semua rakyat Indonesia tanpa melihat status atau kedudukan. - Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan meningkat. - Seluruh kekayaan alam dan sebagainya dipergunakan bagi kebahagiaan bersama menurut potensi masing-masing. - Melindungi yang lemah agar kelompok warga masyarakat dapat 26 bekerja sesuai bidangnya. 3. Letak Warna pada Bagian-Bagian Garuda Pancasila o Warna yang digunakan dalam lambang Garuda Pancasila tidak boleh diletakkan asal asalan karena warna-warna itu telah ditentukan untuk diletakkan padabagian-bagian yang ada pada lambang GarudaPancasila. Dalam perancangan Garuda Pancasila, warna pun tidak sembarangan dipilih. Ada makna yang tersirat dibalik penggunaan warna-warna tersebut. o Warna hitam menjadi warna kepala banteng yang terdapat di lambang Garuda Pancasila. Warna hitam digunakan juga untuk warna perisai tengah latar belakang bintang, juga untuk mewarnai garis datar tengah perisai. dan Warna hitam juga dipakai sebagaiwarna tulisan untuk semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" o Warna merah digunakan untuk warna perisai kiri atas dan kanan bawah yang terdapat pada lambang Garuda Pancasila. o Warna hijau digunakan sebagai warna pohon beringin. o Warna putih dipakai untuk warna perisai kiri bawah dan kanan atas. Warna putih juga diberi pada Pita yang dicengkeram oleh Burung Garuda Pancasila. o Warna kuning diletakkan sebagai warna Garuda Pancasila, untuk warna bintang, rantai, kapas,dan padi. 4. Makna Warna Pada Garuda Pancasila o Warna merah yang terdapat pada perisai kanan bawah dan kiri atas mengandung arti keberanian. o Warna kuning yang digunakan untuk warna bintang, rantai, padi dan kapas bermakna kemegahan dan keluhuran. o Warna hijau yang berarti kesuburan terdapat pada pohon beringin. o Warna putih yang berarti kesucian dan kemurnian terdapat pada perisai kanan atas dan kiri bawah juga digunakan pula sebagai warna pita yang dicengkram. o Warna hitam yang berarti keabadian digunakan untuk warna kepala banteng, perisai tengah latar belakang bintang, dan tulisan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” 5. Semboyan pada Garuda Pancasila Sehelai pita dengan tulisan “Bhineka Tunggal Ika” berwarna hitam dicengkram oleh kedua cakar Garuda Pancasila. Semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang terdapat pada Garuda Pancasila merupakan kutipan dari Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular. Kata Bhina-Ika 27 Tunggal-Ika yang dalam bahasa Jawa menjadi Beda-Iku Tunggal-Ika artinya berbeda itu, kesatuan itu. Kata “bhineka” memiliki arti beraneka ragam atau berbeda-beda, sedangkan kata “tunggal” berarti satu, dan kata “ika” bermakna itu. Secara harfiah Bhineka Tunggal Ika diartikan “Beraneka Satu Itu” yang bermakna berbeda-beda tetapi tetap satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk melambangkan kesatuan dan persatuan Bangsa Indonesia yang terdiri dari beraneka ragam ras, budaya, bahasa daerah, agama, suku bangsa, dan kepercayaan. K. Makna Lambang Negara Bagi Suatu Negara Lambang suatu negara adalah memiliki makna filosofis dan historis bangsa. Oleh karena itu, bentuk, warna, dan bagian-bagiannya secara keseluruhan memiliki makna yang berkaitan sejarah perjuangan bangsa. Dalam penggunaannya pun, ada ketentuan-ketentuan yang mengatur sehingga lambang tersebut diperlakukan sebagaimana seharusnya demi menjaga kedaulatan bangsa dan negara. Lambang Negara wajib digunakan di: 1. Dalam gedung, kantor, atau ruang kelas satuan pendidikan. 2. Luar gedung atau kantor. 3. Lembaran negara, tambahan lembaran negara, berita negara, dan tambahan berita negara. 4. Paspor, ijazah, dan dokumen resmi yang diterbitkan pemerintah. 5. Uang logam dan uang kertas. 6. Meterai. Lambang Negara ditempatkan bersama-sama dengan Bendera Negara, gambar Presiden dan/atau gambar Wakil Presiden, penggunaannya diatur dengan ketentuan: 1. Lambang Negara ditempatkan di sebelah kiri dan lebih tinggi daripada Bendera Negara 2. Gambar resmi Presiden dan/atau gambar Wakil Presiden ditempatkan sejajar dan dipasang lebih rendah daripada Lambang Negara. Setiap orang dilarang: 1. Mencoret, menulisi, menggambari, atau membuat rusak Lambang Negara dengan maksud menodai, menghina, atau merendahkan kehormatan Lambang Negara. 2. Menggunakan Lambang Negara yang rusak dan tidak sesuai dengan bentuk, warna, dan perbandingan ukuran. 3. Membuat lambang untuk perseorangan, partai politik, perkumpulan, organisasi dan/atau perusahaan yang sama atau menyerupai Lambang Negara. 28 4. Menggunakan Lambang Negara untuk keperluan selain yang diatur dalam UndangUndang ini. L. Sejarah Pembentukan UUD 1945 Proses BPUPKI Dalam Pembentukan UUD Jepang masuk ke Indonesia menggantikan Pemerintahan Kolonial Belanda pada tahun 1942. Dengan mengaku sebagai “saudara tua” banyak cara dilakukan Jepang untuk menarik simpati rakyat Indonesia. Terutama ketika Jepang mulai mengalami kekalahan di Pasifik pada awal tahun 1945. Badan penyelidik usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BUPKI) dibentuk oleh Pemerintah Kolonial Jepang tanggal 1 Maret 1945 dengan janji kemerdekaan. BPUPKI yang dalam Bahasa Jepang disebut Dokoritsu Junbi Cosakai diumumkan terbentuknya oleh Jenderal Kumakichi Harada. Setelah satu bulan lebih pengumuman terbentuknya, barulah tanggal 28 April 1945 diresmikan pengurus BPUPKI dan anggota-anggotanya. Peresmian dilakukan di Gedung Cuo Sang In, Pejambon atau Gedung Departemen Luar Negeri sekarang. Ketua BPUPKI yang ditunjuk oleh Jepang adalah dr. Rajiman Widiodiningrat, wakilnya Icibangase, dan sekretarisnya Soeroso. Jumlah anggota BPUPKI dari seluruh Indonesia adalah 63 orang. Beberapa anggota BPUPKI antara lain Drs. Muhammad Hatta, KH Wahid Hasyim, Haji Agus Salim, dan Ir. Sukarno. Penyusunan UUD 1945 BPUPKI didirikan dengan tujuan mempersiapkan Indonesia yang merdeka. Di antara persiapan-persiapan tersebut adalah penyusunan rancangan dasar negara dan undang-undang dasar. Tahapan-tahapan sampai disusunnya rancangan undangundang dasar untuk Indonesia merdeka adalah sebagai berikut : 1. Sidang BPUPKI I BPUPKI selama dibentuk melakukan dua kali persidangan. Persidangan pertama, 29 Mei sampai 1 Juni 1945. Sidang ini membahas penyusunan dan pembentukan dasar negara. Pada sidang ini ada tokoh perumusan pancasila Mr. Mohammad Yamin, Soepomo, dan Ir Soekarno mengajukan usulan yang hampir mirip, yaitu lima dasar negara. Kemudian pada tanggal 1 Juni, Ir Sukarno menamakan rancangan dasar negaranya sebagai Pancasila. Sekarang, 1 Juni dikenal sebagai hari lahir Pancasila. 29 2. Panitia Sembilan Masa persidangan BPUPKI yang pertama sampai berakhirnya belum berhasil merumuskan dasar negara Indonesia. Sidang ini reses (istirahat) selama satu bulan. Untuk menyelesaikan perumusan dasar negara, maka dibentuk Panitia Sembilan yang bertugas membuat rancangannya. Disebut Panitia Sembilan, karena anggotanya terdiri dari Sembilan tokok BPUPKI, yaitu Ir. Sukarno sebagai ketua, Abduk Kahar Muzakkar, A.A Maramis, Drs. Mohammad Hatta, Abikusno Cokrosuryo, KH. Wahid Hasyim, Mr. Mohammad Yamin, dan Ahmad Subardjo. Panitia Sembilan bekerja dengan sangat terorganisir dan cerdas. Sehingga pada tanggal 22 Juni 1945 berhasil membuat rumusan dasar negara (Pancasila) untuk Indonesia merdeka. Rumusan dasar negara tersebut oleh Mr. Mohammad Yamin disebut sebagai Piagam Jakarta atau Jakarta Chartered. Isi Piagam Jakarta tersebut kita kenal sekarang sebagai Pembukaan UUD 1945 dari alinea pertama sampai keempat, dengan perbaikan bahasa dan perubahan bunyi sila pertama dari dasar negara Pancasila. 3. Sidang BPUPKI II Setelah masa reses dari sidang BPUPKI yang pertama selama sekitar satu bulan, BPUPKI mengadakan sidang yang kedua pada tanggal 10 Juli sampai 16 Juli 1945. Sidang kedua BPUPKI membahas rancangan undang-undang dasar yang akan digunakan Indonesia merdeka. Untuk memperlancar pembahasan sidang. maka pada sidang kali ini langsung dibentuk Panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang diketuai oleh Ir Soekarno. Kemudian panitia tersebut membentuk panitia yang lebih kecil dengan anggota tujuh orang untuk membuat rancangan undang-undang. Anggota panitia yang lebih kecil ini adalah Mr.Supomo sebagai ketua, Wongsonegoro, Ahmad Subardjo, Singgih, H. Agus Salim, dan Sukirman. Panitia kecil berhasil menyusun rancangan undang-undang dasar Indonesia merdeka. Rancangan undang-undang dasar yang dihasilkan panitia kecil ini disempurnakan / diperhalus bahasanya oleh Panitia Penghalus Bahasa. Panitia yang menyempurnakan dan memperhalus bahasa dalam rancangan undang-undang dasar yang dibuat terdiri atas Husein Jayadiningrat, H. Agus Salim, dan Mr Supomo. Setelah disempurnakan oleh Panitia Penghalus Bahasa, pada tanggal 14 Juli 1945 Ir 30 Sukarno melaporkan hasil kerja panitianya di depan sidang BPUPKI II. Dalam laporan tersebut, Ir Sukarno membagi rancangan undang-undang dasar menjadi tiga bagian, yaitu pernyataan Indonesia merdeka, pembukaan undang-undang dasar, dan batang tubuh undang-undang dasar. Dan hari terakhir sidang, 17 Juli 1945, rancangan undang-undang dasar resmi diterima oleh Sidang Pleno BPUPKI. Proses Persidangan PPKI Dalam Pembentukan UUD Gerakan BPUPKI dianggap terlalu cepat ingin Indonesia yang merdeka. Maka Pemerintah Jepang , 7 Agustus 1945 BPUPKI membubarkan dan menggantinya dengan PPKI, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau Dokoritsu Junbi Inkai dalam Bahasa Jepang. Jepang menunjuk Ir Sukarno sebagai ketua dan Drs. Mohammad Hatta sebagai wakilnya. Kepada kedua tokoh ini, Jepang menjanjikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1945. Janji itu diberikan saat dipanggil ke Dalat, Vietnam, 12 Agustus 1945, oleh Jendral Terauchi mewakili Pemerintah Jepang. Pengesahan UUD 1945 Setelah Jepang menyerah pada sekutu, di Inodnesia terjadi kekosongan kekuasan. Golongan pemuda berhasil mendesak Ir Sukarno dan Muhammad Hatta untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945, di Jl Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta. Sejarah kemerdekaan Indonesia dimulai pada saat pembacaan proklamasi. Proklamasi merupakan langkah awal berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk melengkapi syarat ketetanegaraan dan mengatur NKRI yang wilayahnya begitu luas, yaitu seluruh wilayah bekas jajahan Hindia. Sidang PPKI, 18 Agustus 1945, menghasilkan beberapa keputusan. Salah satu keputusannya adalah mengesahkan undang-undang dasar bagi Indonesia merdeka. Undang-undang dasar yang disahkan ini sampai sekarang dikenal dengan sebutan UUD 1945. Bagian UUD 1945 yang disahkan yaitu: - Pembukaan UUD 1945, pembukaan UUD 1945, diambil dari naskah Piagam Jakarta dengan sedikit penyesuaian bahasa dan perubahan pada dasar negara Indonesia sila pertama. Sila pertama yang awalnya berbunyi Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, atau usul Drs. Mohammad Hatta diubah menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa. Pembukaan UUD 31 1945 ini sudah lengkap berisi pernyataan kemerdekaan Indonesia dan dasar negara Indonesia, Pancasila. Ada 4 alinea dan pokok pikiran dalam pembukaan UUD 1945. - Batang Tubuh UUD 1945, batang tubuh UUD 1945 ikut disahkan langsung oleh PPKI, 18 Agustus 1945. Batang tubuh ini mengambil dari rancangan undangundang dasar yang telah disusun oleh BPUPKI, 17 Juli 1945. Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan kembali oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) pada sidangnya yang pertama, yaitu 29 Agustus 1945. Dengan demikian, Indonesia sudah menetapkan Pancasila sebagai dasar negara dan UUD 1945 yang sesuai dengan kepribadian bangsa. Selama kurun waktu Indonesia merdeka sampai sekarang, sejarah UUD 1945 mengalami pasang surut. Terjadi penyimpangan-penyimpangan dari masa ke masa, sampai akhirnya terjadi amandemen UUD 1954 yang kita pakai saat ini. Tahapan atau periode pelaksanaan UUD 1945 secara berurutan diuraikan dalam tahapan konsitusi yang pernah berlaku di Indonesia, di bawah ini: Periode Diberlakukannya UUD 1945 (18-Agustus-1945 sampai 27-Desember-1949) Dalam Periode 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena Indonesia saat itu disibukkan oleh perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Kemudian pada Maklumat Wakil Presiden Nomor X tanggal 16-Oktober-1945 mengatakan bahwa kekuasaan legislatif diserahkan kepada KNIP, karena saat itu DPR dan MPR belum terbentuk. Selanjutnya Pada 14-November-1945 dibentuk Kabinet Semi Presidensial (Semi Parlementer) yang pertama, dimana peristiwa tersebut adalah perubahan pertama dari sistem pemerintahan Indonesia terhadap UUD 1945. Kabinet pada Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949 sering terjadi perubahan. Kabinet RI yang pertama terdiri dari 4 menteri negara dan 12 menteri memimpin departemen. Namun kabinet ini dipimpin oleh Bung Karno. Kemudian Dalam kehidupan negara demokratis terbentuk banyak partai politik di Indonesia. Sehingga dikeluarkan maklumat Pemerintah. kemudian kabinet berubah menjadi kabinet parlementer. Perubahan kabinet ini dimaksud agar bangsa Indonesia mendapat dukungan dari negara barat yang menganut paham demokrassi dan kabinet parlementer (Sultan Syahrir menjadi Perdana Mentri I di Indonesia). 32 Periode Diberlakukanya Konstitusi RIS 1949 (27-Desember-1949 sampai 17Agustus-1950 Pada saat itu pemerintah Indonesia menganut sistem parlementer. Bentuk pemerintahan dan bentuk negara yaitu federasi negara yang terdiri dari negara-negara yang masing-masing negara mempunyai kedaulatan sendiri untuk mengelola urusan internal. Ini merupakan perubahan dari tahun 1945 yang mengamanatkan bahwa Indonesia merupakan negara kesatuan. Periode Diberlakukanya UUDS 1950 (17-Agustus-1950 sampai 5-Juli-1959) Pada periode UUDS 1950 diberlakukan sistem Demokrasi Parlementer yang lebih dikenal Demokrasi Liberal. Pada periode ini kabinet sering dilakukan pergantian, akibatnya pembangunan tidak berjalan lancar, hal tersebut lantaran tiap partai lebih mengutamakan kepentingan golongan atau partanyai. Setelah memberlakukan UUDS 1950 dan sistem Demokrasi Liberal selama hampir 9 tahun, kemudian rakyat Indonesia sadar bahwa UUDS 1950 dengan sistem Demokrasi Liberal tidak sesuai, hal tersebut karena tidak cocok dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945 yang sesungguhnya. Periode Diberlakukanya kembali UUD 1945 (5-Juli-1959 sampai 1966) Karena situasi politik di Majelis Konstituante pada tahun 1959 yang panas dan banyak kepentingan partai saling tarik ulur politik sehingga gagal menghasilkan sebuah konstitusi baru, kemudian pada 5-Juli-1959, Bung Karno mengeluarkan Keputusan Presiden yang satu itu memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai konstitusi, menggantikan Sementara UUDS 1950 yang berlaku pada saat itu. Pada saat itu, ada berbagai penyimpangan 1945, termasuk: - Presiden menunjuk Ketua dan Wakil Ketua DPR/MPR dan Mahkamah Agung serta Wakil Ketua DPA sebagai Menteri Negara. MPRS menetapkan Bung Karno menjadi presiden seumur hidup. Periode UUD 1945 masa Orde Baru (11-Maret-1966 sampai 21-Mei-1998) Selama Orde Baru (1966-1998), Pemerintah berjanji akan melaksanakan UUD 1945 dan Pancasila secara konsekuen dan murni. Akibatnya Selama Orde Baru, UUD 1945 menjadi sangat “sakral”, di antara melalui sejumlah aturan: 33 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang referendum, yang merupakan implementasi Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983. Keputusan No. IV / MPR / 1983 mengenai Referendum yang antara lain menyatakan bahwa seandainya MPR berkeinginan mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus meminta masukan dari rakyat dengan mengadakan referendum. Keputusan No. I / MPR / 1983 yang menyatakan bahwa MPR berketetapan untuk mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan amandemen terhadapnya. Masa (21-Mei-1998 sampai 19-Oktober-1999) Pada masa ini dikenal masa transisi. Yaitu masa sejak Presiden Soeharto digantikan oleh B.J.Habibie sampai dengan lepasnya Provinsi Timor Timur (Sekarang Timor Leste) dari NKRI. Periode Perubahan UUD 1945 (Sampai Sekarang) Salah satu permintaan Reformasi pada tahun 98 adalah adanya amendemen atau perubahan terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan amandemen UUD 1945 antara lain karena pada zaman Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (namun pada nyataannya tidak di tangan rakyat), tetapi kekuasaan yang sangat besar malah ada pada Presiden, hal tersebut karena adanya pasal-pasal yang terlalu "luwes" (yang dapat menimbulkan multitafsir), dan kenyataan rumusan UUD 1945 mengenai semangat penyelenggara negara yang belum didukung cukup ketentuan konstitusi. Tujuan amandemen UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar seperti kedaulatan rakyat, tatanan negara, pembagian kekuasaan, HAM, eksistensi negara demokrasi dan negara hukum, dll yang sesuai dengan perkembangan kebutuhan dan aspirasi bangsa. Amandemen UUD 1945 mempunyai kesepakatan yaitu tidak merubah Pembukaan UUD 1945, dan tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), juga memperjelas sistem pemerintahan presidensial. Dalam periode 1999-2002, terjadi 4 kali amendemen UUD 1945 yang ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR yaitu: - Pada Sidang Umum MPR 1999, 14-21 Oktober 1999, Amandemen Pertama. 34 - Pada Sidang Tahunan MPR 2000, 7-18 Agustus 2000, Amandemen Kedua. - Pada Sidang Tahunan MPR 2001, 1-9 November 2001, Amandemen Ketiga. - Pada Sidang Tahunan MPR 2002, 1-11 Agustus 2002, Amandemen Keempat. HASIL AMANDEMEN UUD 1945 Amandemen Pertama Perubahan ini meliputi 9 pasal, 16 ayat yang Ditetapkan pada tanggal 19-Oktober1999, yaitu: - Pasal 7: Tentang Pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden - Pasal 13 ayat 2 dan 3: Tentang Penempatan dan Pengangkatan Duta - Pasal 5 ayat 1: Tentang Hak Presiden untuk mengajukan RUU kepada DPR - Pasal 14 ayat 1: Tentang Pemberian Grasi dan Rehabilitasi - Pasal 15: Tentang Pemberian tanda jasa, gelar, serta kehormatan lain - Pasal 9 ayat 1 dan 2: Tentang Sumpah Presiden dan Wakil Presiden - Pasal 21: Tentang Hak DPR untuk mengajukan RUU - Pasal 14 ayat 2: Tentang Pemberian abolisi dan amnesti - Pasal 20 ayat 1-4: Tentang DPR - Pasal 17 ayat 2 dan 3: Tentang Pengangkatan Menteri Amandemen Kedua Perubahan ini tersebar dalam 7 Bab yang Ditetapkan tanggal 18-Agustus2000, yaitu: - Bab IX A: Tentang Wilayah Negara - Bab VI: Tentang Pemerintahan Daerah - Bab XA: Tentang Hak Asasi Manusia (HAM) - Bab VII: Tentang Dewan Perwakilan Daerah (DPR) - Bab XV: Tentang Bahasa, Bendera, Lagu Kebangsaan dan Lambang Negara - Bab X: Tentang Penduduk dan Warga Negara - Bab XII: Tentang Pertahanan dan Keamanan Amandemen Ketiga Perubahan ini tersebar dalam 7 Bab yang Ditetapkan tanggal 9-November2001, yaitu: - Bab II: Tentang MPR 35 - Bab I: Tentang Bentuk dan Kedaulatan - Bab VIII A: Tentang BPK (Badan Pemeriksa keuangan) - Bab III: Tentang Kekuasaan Pemerintahan Negara - Bab VII A: Tentang DPR - Bab V: Tentang Kementrian Negara - Bab VII B: Tentang Pemilihan Umum Amandemen Keempat Perubahan ini meliputi 19 pasal yang terdiri dari 31 butir ketentuan serta 1 butir yang dihapuskan. yang Ditetapkan pada tanggal 10-Agustus-2002. Pada Amandemen keempat ini ditetapkan bahwa: UUD 1945 sebagaimana telah diubah merupakan UUD 1945 yang ditetapkan pada 18-Agustus-1945 dan diberlakukan kembali melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Perubahan tersebut diputuskan pada rapat Paripurna MPR RI ke-9 tanggal 18Agustus-2000 pada Sidang Tahunan MPR RI dan mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. pengubahan substansi pasal 16 serta penempatannya ke dalam Bab III tentang "Kekuasaan Pemerintahan Negara". dan Bab IV tentang "Dewan Pertimbangan Agung" dihapus. Naskah Undang-Undang Dasar 1945 Sebelum amandemen, UUD 1945 terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh (16 bab, 37 pasal, 65 ayat (16 ayat berasal dari 16 pasal yang hanya terdiri dari 1 ayat dan 49 ayat berasal dari 21 pasal yang terdiri dari 2 ayat atau lebih), 4 pasal Aturan Peralihan, dan 2 ayat Aturan Tambahan), serta Penjelasan. Setelah dilakukan 4 kali amandemen, UUD 1945 memiliki 16 bab, 37 pasal, 194 ayat, 3 pasal Aturan Peralihan, serta 2 pasal Aturan Tambahan. M. Pengertian, Kedudukan, Sifat dan Fungsi UUD 1945 Pengertian UUD 1945 Undang-undang dasar 1945 jika diartikan secara sederhana merujuk pada dasar hukum yang berlaku di Indonesia. undang-undang dasar 1945 disingakat dengan UUD 1945. UUD 1945 adalah hukum dasar yang menetapkan struktur dan prosedur organisasi yang harus diikuti oleh otoritas publik agar keputusan yang dibuat mengikat komunitas politik. Secara lebih lengkap UUD 1945 dapat didefinisikan 36 sebagai hukum dasar tertulis (basic law), konstitusi pemerintahan Negara Republik Indonesia. Undang-undang Dasar Tahun 1945 mencakup seluruh naskah yang yang terdiri dari dari pembukaan dan pasal-pasalnya. Pembukaan UUD 1945 terdiri dari 4 alinea. Dimana pada alinea keempat terdapat rumusan Pancasila. Kedudukan UUD 1945 Hukum Dasar Tertulis 1. Sebagai (norma) hukum: - UUD bersifat mengikat terhadap: Pemerintah, setiap Lembaga Negara/Masyarakat, setiap WNI dan penduduk di RI. - Berisi norma-norma sebagai dasar dan garis besar hukum dalam penyelenggaraan negara harus dilaksanakan dan ditaati. 2. Sebagai hukum dasar: - UUD merupakan hukum tertulis(tertinggi). Setiap produk hukum (seperti UU, PP, Perpres, Perda) dan setiap kebijaksanaan Pemerintah berdasarkan UUD 1945. - Sebagai alat kontrol, yaitu menegecek apakag norma hukum yang lebih rendah sesuai dengan ketentuan UUD 1945. Hukum Dasar Tidak Tertulis(Konvesi) Aturan-aturan yang timbul terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara meskipun sifatnya tidak tertulis. Sifat UUD 1945 - Singkat dan supel, artinya memuat aturan-aturan pokok yang setiap kali harus dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman serta memuat hak-hak asasi manusia. - Normatif, artinya memuat norma-norma, aturan-aturan, serta ketentuan-ketentuan yang dapat dan harus dilaksanakan secara konstitusional. - Hukum positif yang tertinggi, artinya sebagai alat kontrol terhadap norma-norma hukum positif yang lebih rendah dalam hierarkhi tertib sistem hukum di Indonesia. Fungsi UUD 1945 - Mengatur bagaimana kekuasaan negara disusun, dibagi dan dilaksanakan. - Menentukan dengan jelas apa yang menjadi hak dan kewajiban negara, aparat negara dan warna negara. 37 N. Pembukaan UUD 1945 UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 PEMBUKAAN ( P r e a m b u l e) Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya. Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Makna Setiap Alinea Dalam Pembukaan UUD 1. Alinea Pertama Dari pembukaan UUD 1945, yang berbunyi :”Bahwa kemerdekaan itu ialah hal segala bangsa, oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan pri kemanusiaan dan perikeadilan” kalimat tersebut menunjukkan keteguhan dan kuatnya motivasi bangsa Indonesia untuk melawan 38 penjajahan untuk merdeka, dengan demikian segala bentuk penjajahan haram hukumnya dan segera harus dienyahkan dari muka bumi ini karena bertentangan dengan nilai-nilai kemanusian dan keadilan. 2. Alinea Kedua Yang berbunyi :”Dan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakya Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur”. Kalimat tersebut membuktikan adanya penghargaan atas perjuangnan bangsa Indonesia selama ini dan menimbulkan kesadaran bahwa keadaan sekarang tidak dapat dipisahkan dengan keadaan kemarin dan langkah sekarang akan menentukan keadaan yang akan datang. Nilainilai yang tercermin dalam kalimat di atas adalah negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur hal ini perlu diwujudkan. 3. Alinea Ketiga Yang berbunyi :”atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaannya”. Pernyataan ini bukan saja menengaskan lagi apa yang menjadi motivasi riil dan materil bangsa Indonesia untuk menyatakan kemerdekaannya, tetapi juga menjadi keyakinan menjadi spritualnya, bahwa maksud dan tujuannya menyatakan kemerdekaannya atas berkah Allah Yang Maha Esa. Dengan demikian bangsa Indonesia mendambakan kehidupan yang berkesinambungan kehidupan materiil dan spritual, keseimbangan dunia dan akhirat. 4. Alinea Keempat Yang berbunyi :’kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdasakan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada :Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan 39 Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan’. Dengan rumusan yang panjang dan padat ini pada aline keempat pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 ini mempunyai makna bahwa : - Negara Indonesia mempunyai fungsi sekaligus tujuan, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial - Keharusan adanya Undang-Undang Dasar - Adanya asas politik negara yaitu Republik yang berkedaulan rakyat - Adanya asas kerohanian negara, yaitu rumusan Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusian yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia O. Hubungan Pancasila Dengan Pembukaan UUD 1945 Pembukaan UUD 1945 bersama sama dengan Undang – undang dasar 1945 dituangkan dalam berita Republik Indonesia tahun II No,7, ditetapkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945. Inti dari pembukaan UUD 1945, pada hakikatnya adalah terdapat IV alinea. Sebab segala aspek penyelenggaraan pemerintahan negara yang berdasarkan Pancasila terdapat dalam pembukaan alinea IV. Oleh karena itu justru dalam pembukaan itulah secara formal yuridis pancasila ditetapkan sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia. Maka hubungan antara pembukaan UUD 1945 adalah secara timbal balik sebagai berikut: Hubungan Secara Formal Dengan dicantumkannya Pancasila secara formal di dalam Pembukaan UUD 1945, maka pancasila memperoleh kedudukan sebagai dasar hukum positif. Dengan demikian tata kehidupan bernegara tidak hanya bertopang pada asas asas sosial, ekonomi, politik akan tetapi dalam perpaduannya dengan keseluruhan asas yang melekat padanya, yaitu perpaduan asas-asas kultural, religius dan asas asas kenegaraan yang unsurya terdapat pada pancasila. Jadi berdasarkan terdapatnya Pancasila secara formal dapat disimpulkan sebagai berikut: 40 1. Bahwa Rumusan Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia adalah seperti yang tercamtum dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV. 2. Bahwa Pembukaan UUD 1945, berdasarkan pengertian ilmiah, merupakan pokok kaidah Negara yang Fundamental dan terhadap tertib hukum indonesia mempunyai dua mcama kedudukan yaitu: - Sebagai dasarnya, karena Pembukaan UUD 1945 itulah yang memberikan faktor faktor mutlak bagi adanya tertib hukum di Indonesia - Memasukkan dirinya di dalam tertib hukum tersebut sebagai tertib hukum tertinggi. 3. Bahwa dengan demikian Pembukaan UUD 1945 berkedudukan dan berfungsi, selain sebagai Mukadimah dari UUD 1945 dalam kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, juga berkedudukan sebagai suatu yang bereksistensi sendiri yang hakikat kedudukan hukumnya berbeda dengan pasal pasalnya. karena Pembukaan UUD 1945 yang intinya Pancasila adalah tidak tergantung pada pada Batang Tubuh (Pasal pasal) UUD 1945, bahkan sebagai sumbernya. 4. Bahwa Pancasila dengan demikian dapat disimpulkan mempunyai hakikat, sifat, kedudukan, dan fungsi sebagai Pokok Kaidah Negara yang Fundamental, yang menjalankan dirinya sebagai dasar kelangsungan hidup Negara Republik Indonesia yang diprolamirkan pada 17 Agustus 1945. 5. Bahwa Pancasila sebagai inti pembukaan UUD 1945, dengan demikian mempunyai kedudukan yang kuat tetap dan tidak dapat diubah dan terlekat pada kelangsungan hidup Negara Republik Indonesia. Dengan demikian kedudukan formal yuridis dalam pembukaan, sehingga baik rumusan maupun yuridiksinya sebagai dasar negara adalah sebagaimana terdapat dalam UUD 1945. Maka perumusan yang menyimpang dari pembukaan tersebut adalah sama halnya dengan mengubah secara tidak sah Pembukaan UUD 1945, bahkan berdasarkan hukum positif sekalipun dan hal ini dalam sejarah ini telah ditentukan dalam ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1996. Hubungan Secara Material Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila selain hubungan bersifat formal, sebagaimana dijelaskan di atas juga hubungan secara material sebagai berikut. Bila kita kembali ke proses perumusan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945, maka secara kronologis, materi yang dibahas oleh BPUPK yang pertama tama adalah dasar filsafat pancasila baru kemudian Pembukaan UUD 1945. 41 Setelah pada sidang pertama pembukaan UUD 1945 BPUPK membicarakan dasar filsafat negara Pancasila berikutnya tersusunlah Piagam Jakarta yang disusun oleh Panitia 9, sebagai wujud bentuk pertama Pembukaan UUD 1945. Jadi, berdasarkan urut-urutan tertib hukum indonesia pembukaan UUD 1945 adalah sebagai tertib hukum yang tertinggi, adapun tertib hukum indonesia bersumberkan pancasila, atau dengan perkataan lain sebagai sumber tertib hukum indonesia. Hal ini berarti secara material hukum indonesia dijabarkan dari nilai nilai yang terkandung dalam pancasila, pancasila sebagai sebagai sumber tertib hukum indonesia meliputi sumber nilai, sumber materi, sumber bentuk dan sifat. Selain itu dalam hubungannya dengan hakikat dan kedudukan pembukaan UUD 1945 sebagai Pokok Kaidah Negara yang Fundamental, maka sebenarnya secara material, yang merupakan esensi atau inti sari dari Pokok Kaidah negara yang Fundamental tersebut tidak lain adalah Pancasila. 42 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945, meliputi hubungan secara formal dan secara material. a. Hubungan Secara Formal, bahwa rumusan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia adalah seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, juga Pembukaan UUD 1945 berkedudukan dan berfungsi selain sebagai Mukadimah UUD 1945 juga sebagai salah satu yang bereksistensi sendiri karena Pembukaan UUD 1945 yang intinya Pancasila tidak tergantung pada batang tubuh UUD 1945, bahkan sebagai sumbernya. Bahwa Pancasila sebagai inti Pembukaan UUD 1945 dengan demikian mempunyai kedudukan yang kuat, tetap, tidak dapat diubah dan terletak pada kelangsungan hidup Negara Republik Indonesia. b. Hubungan Secara Material, yaitu proses Perumusan Pancasila, seperti sidang BPUPKI membahas dasar filsafat Pancasila kemudian membahas Pembukaan UUD 1945 dan sidang berikutnya tersusun Piagam Jakarta sebagai wujud brntuk pertama Pembukaan UUD 1945. 43 DAFTAR PUSTAKA 1. Setiawan, Parta. (2018, 27 September). Perumusahan Pancasila. Diperoleh dari https://www.gurupendidikan.co.id/sejarah-perumusan-pancasila-terlengkap/ [diakses pada 27 Oktober 2018] 2. Admin. Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945. Diperoleh dari https://www.cekkembali.com/hubungan-pancasila-dengan-pembukaan-uud-1945/ [diakses pada 27 Oktober 2018] 3. Manroe, Max . Pengertian Pancasila. Diperoleh dari https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-pancasila.html [diakses pada 27 Oktober 2018] 4. Spendatee, Pknh. (2010, 10 August). Pancasila. Diperoleh dari https://pknhspendatee.wordpress.com/hello-class-welcome-lets-we-start-to-our-learning [diakses pada 10 November 2018] 5. Ngelmu. Pengertian Pancasila. Diperoleh dari https://www.ngelmu.co/pengertian-pancasila/ [diakses pada 10 November 2018] 6. Dinar. (2016, 6 Januari). Makalah Landasan Dan Tujuan Pancasila. Diperoleh dari https://www.scribd.com/document/325735497/Makalah-Landasan-Dan-Tujuan-Pancasila [diakses pada 10 November 2018] 7. Yuksinau. 2009. Ideologi Pancasila. Diperoleh dari http://www.yuksinau.id/ideologipancasila-pengertian-fungsi-makna/#! [diakses pada 10 November 2018] 8. Hadrasana. (2017, 11 April). Sejarah Burung Garuda Sebagai Lambang Negara Indonesia. Diperoleh dari http://sejarahlengkap.com/indonesia/sejarah-burung-garuda [diakses 11 November 2018] 9. Amanda, Felixia. (2018, 17 Maret) Makna Dari 5 Lambang Sila Pancasila. Diperoleh dari http://bobo.grid.id/amp/08681596/makna-dari-5-lambang-sila-pancasila?page=2 [diakses 11 November 2018] 10. Alifa, Nabiela Rizki. Dkk. (2012, Febuari) Garuda Pancasila Sebagai Lambang Negara Indonesia. Diperoleh dari http://www.academia.edu/10243824/GARUDA_PANCASILA_SEBAGAI_LAMBANG_NEGARA_ INDONESIA [diakses 12 November 2018] 11. Bili, Eltita. (2017, 1 Januari) Arti Dan Makna Lambang Dan Simbol Negara. Diperoleh dari http://www.academia.edu/33491251/Arti_dan_Makna_Lambang_dan_Simbol_Negara_Len gkap [diakses 12 November 2018] 12. Sriwati. (2015, 27 November). Sejarah Pembentukan atau Lahirnya UUD 1945. Diperoleh dari http://www.markijar.com/2015/11/sejarah-pembentukan-lahirnya-uud-1945.html?m=1 [diakses 13 November 2018] 13. Nani. (2017, 17 Juli). Sejarah UUD.Diperoleh dari https://www.google.co.id/amp/s/guruppkn.com/sejarah-uud/amp [diakses 14 November 2018] 44