Uploaded by Mfadhwirawan

Postpartum Hemorrage

advertisement
V.
SKDI
Postpartum Hemorrhage (PPH)
Definisi
Secara tradisional, didefinisikan sebagai kehilangan darah 500 mL atau lebih darah setelah
selesainya kala 3 persalinan (Obstetri williams, E23). Tetapi definisi ini menimbulkan problematika
karena mayoritas perempuan yang melahirkan per vagina akan mengeluarkan darah dalam jumlah
yang besar, sehingga konsensus penelitian oleh berbagai pakar menetapkan bahwa kehilangan darah
LEBIH dari 500 mL pada persalinan per vagina (Baskett, dkk) dan kehilangan darah LEBIH dari
1000 mL pada persalinan Perabdominal (sectio Cesarrio) harus diwaspadai sebagai ibu yang
mengalami perdarahan berlebih (Sentilhes L, dkk)
Klasifikasi
1. Postpartum Hemorrage Primer (Early)
Kehilangan darah kurang dari 24 jam setelah proses persalinan
2. Postpartum Hemorrage Sekunder (Late)
Kehilangan darah muncul pada kurun waktu lebih dari 24 jam setelah proses persalinan
Etiologi
Etiologi dari PPH diabgi menjadi 2 (from : NCBI, authors :
Kelly C Womers, dkk, 2018, NIH)
1. Etiologi Primer
Mencakup : Atonus Uterina, lacerasi traktus genitalia,
placneta yang menghambat jalan lahir, Abnormaliatas
placenta dan kelainan koagulasi darah. Atonus uterina
merupakan penyebab tersering berbagai kasus PPH
2. Etiologi sekunder
Meliputi infeksi, kekuranagn produk hormonal untuk
proses persalinan, fungsi koagulasi yang tidak adekuat.
Penjelasan : inti perbedaan dari kedua etiologi ini adalah proses
penatalaksanaan nya dan juga patofisiologi yang mendasarinya.
Epidemilogi
PPH memiliki presentase yang tinggi berkisar antara 1% - 6% dari setiap angka kelahiran. (NCBI,
authors : Kelly C Womers, dkk, 2018, NIH)
USA (2013) : 17.3 kematian bayi per 100.000 kelahiran dengan persentase kematian bayi akibat
PPH sebesar 11,4%. (Jhon R smith, Medscape, 2018)
WHO : untuk kematian maternal (Ibu) sebesar 60% akibat PPH di negara berkembang.
Faktor Resiko
faktor resiko PPH berdasarkan dari etiologi perdarahan itu sendiri. Atonia Uterina merupakan etiologi
utama terjadinya insidensi PPH yang dapat berujung kepada kematian maternal. Salah satu studi yang
mendasari bahwa nilai BMI perempuan yang lebih dari 40 memiliki presentase sebesar 5,2% untuk
kelahiran per vaginal dan 13.6% mengalami PPH pada kelahiran intrumental (Per abdominal, SC).
(Bloomberg, dkk, 2011)
Gambaran Klinis (Presentation)
Perdarahan terlihat dramatis karena mengalir lambat dan tampak tidak mengkhawatirkan
tetapi menyebabkan kehilangan darah yang kritis dan dapat menyebabkan syok. Perdarah vaginal
yang terus menerus dan hebat akan berujung kepada syok hipovolemik yang berat. Pada perdarahan
akibat Atonia Uterina, perlu diperhatikan bagaimana tonus uterus berkontraksi.
Penjelasan :
ACOG Educational Bulltein, Hemorrhagic Shock, 1984
SBP : Systolic Blood Pressure
Air hunger : bukan haus akan air (water), tetapi sesak nafas akibat sirkulasi yang terganggu
Diagnosis
Perlu diketahui bersama bahwa tidak terdapat guideline pasti dalam penegakan diagnosis
PPH, baik oleh WHO ataupun ACOG, tetapi sumber pustaka Williams Obstetri menerangkan bahwa
penegakan diagnosa dari PPH seharusnya jelas dengan gambaran klinis yang sudah kami paparkan
diatas ditambah kejadian Atonia Uterina sebagai faktor resiko dan etiologi terkuat dari kejadian PPH.
Tetapi disini penulis akan berusaha menyajikan sebuah tabel guideline terbaru sehingga akan mudah
untuk dipahami :
Ann evenson MD, dkk, AAFP, 2017
Penjelasan : tabel diatas bisa digunakan untuk mendiagnosa pasien yang memiliki probabilitas
terkena PPH dengan memperhatikan prinsip 4T (Society of Obstertic and Gynecology of canada,
2008). Dimana 4T ini sebagai etiologi PPH dan akan dengan mudah kita menentukan talak yang
sesuai untuk pasien nanti tetapi harus diimbangi dengan segala prosedur Life Support agar keadaan
pasien stabil.
Tatalaksana
Penatalaksanaan yang akan disajikan menggunakan prinsip komprehensif dan cepat tanggap
dengan batasan waktu agar mencegah syok serta mengurangi banyaknya darah yang hilang akibat
PPH. Dilansir dari American Family Physiscian, Metode yang paling efektif untuk mengurangi
angka kejadian PPH yaitu Active Manegement of the third stage of Labor (AMTSL), dengan 3
komponennya yaitu :
1. Pemberian oksitosin (Pitocin) pada saat atau sesudah melahirkan
2. Kontrol pengeluaran placenta dan tonus uterus dengan Brand-andrews Maneuver
(penekanan/traction pada sumbu umbilikus)
3. Proses massage uterus saat pengeluaran placenta
Tetapi, pada beberapa kasus, proses ini tidak berjalan baik dan diperlukan penganan yang cepat,
kami menyajikan guideline yang disusun oleh CNGOF (french college Of Gynaecologist and
Obstricians) pada tahun 2016.
Penjelasan 1 :
1. Sulprostone : merupakan obat Prostaglandin E2 Analog, yang menajdi second-line
uterotonic Treatment untuk menanggulangi Atonia Uterus.
2. Oxytocin : First Line manegement, untuk menginisiasi kontraksi uterus
Penjelasan 2 :
1. Hysteroctomy : merupakan pengangkatan rahim atau uterus dalam proses pembedahan dan
merupakan langkah akhir untuk menghentikan perdarahan Postpartum
2. Untuk proses SC, terdapat 2 guideline yaitu PADA SAAT SC dan SETELAH SC jika
terjadi perdarahan spontan.
Komplikasi
Ann evenson MD, dkk, AAFP, 2017
Prognosis
Tidak banyak data yang disajikan oleh sumber – sumber pustaka, namun didasari dengan angka
kematian neonatus maupun maternal, penanganan yang tidak tepat waktu dan tidak tepat sasaran
akan berakibat fatal hingga berujung kepada kecacatan atau bahkan kematian.
PATOF
Interpretasi Patof :
Terdapat banyak etiologi maupun faktor resiko yang dapat mendasari kejadian PPH, tetapi
disini penulis hanya melampirkan bagan Patof yang sangat sederhana berupa penjelasan dari etiologi
yang tersering, yaitu Atony uterine (75% - 90%) dari semua kejadian PPH. Inti patoif yang terdapat
pada bagan diatas adalah berbagai faktor resiko yang menyebabkan atoni uterine akan membuatn
kontraksi Miometrium menurun bahkan tidak ada sama sekali.
Kontraksi miometrium ini dibutuhkan sebagai fungsi hemostasis secara fisiologis untuk
menghentikan perdarahan akibat dari proses pelepasan placenta setelah impartu melaui proses
mekanik, retraksi miometrium menyebabkan vasokonstriksi dari Pembuluh darah uteroplacental
(memiliki banyak cabang pembuluh darah berukuran besar) yang mebawa suplai darah lebih kurang
1000 mL/menit.
Dalam keadaan atoni uterine, proses vasokonstriksi arteri uteroplacental tidak terjadi akibat
miometrium tidak berkontraksi, sehingga setelah pengangkatan placenta, darah dengan cepat mengisi
ruang uterus dan menimbulkan manifestasi PPH. Jika keadaan ini terus menerus terjadi, maka
kehilangan darah yang terus menerus akan beruung pada penurunan Cardiac Output (CO) yang
berujung kearah syok hipovolemik. Disisi lain, suplai O2 akan menurun sehingga merangsang saraf
simpatis untuk melakukan proses pernapasan yang lebih cepat dan kerja jantung, maka gambaran
klinis tachypnea serta peningkatan hearth rate akan muncul.
Suplai O2 yang turun ditambah dengan konstraksi micardium untuk memberi suplai O2 ke
otak tidak adekuat, maka akan terjadi penuruan kesadaran progessif dan kerusakan jaringan saraf
pusat, hal ini jika tetap tidak ditangani akan berujung kepada kematian.
Referensi
Obstetri williams, E23
NCBI, authors : Kelly C Womers, dkk, 2018, NIH
Jhon R smith, Medscape, 2018
Bloomberg, dkk, 2011
ACOG Educational Bulltein, Hemorrhagic Shock, 1984
Ann evenson MD, dkk, AAFP, 2017
CNGOF (french college Of Gynaecologist and Obstricians
R.-u Khan and H. El-Rafaey, Pathophysiology of Postpartrum Hemorraghage and Third Stage of
labor
Download