Uploaded by User7887

176944711-Cekungan-Nias

advertisement
KERANGKA STRUKTURAL CEKUNGAN MUKA BUSUR,
BARAT LAUT SUMATERA
Ringkasan : Cekungan muka busur Sunda Arc dari P. Sumatera adalah
cekungan yang tersubsidencekan secara kuat yang terisi diantara kompleks
subduksi dan core kontinen yang miring. Lapisan Miosen-Resen yang
berada diatas 4 km pada sayap timur cekungan telah ditransgressikan di
atas ketidakselarasan memotong batas kontinental Paleogen yang terangkat
dan terombak secara struktural selama Oligosen akhir. Offset dari Paleoshelf edge dan beberapa disrupsi struktural bisa diatribusikan ke sesar
strike-slip mendatar menganan yang merenggang keluar sepanjang
cekungan muka busur dari Zona Sesar Sumatera. Offset berjarak sekitar
100 km lebih, membentuk marginal re-entrants yang menjaditempat
terperangkapnya cekungan yang diisi turbidit di belakang prisma akresi
Neogen. Re-entrants (ikutan) terbesar mungkin didasari oleh kerak
samudera, tetapi dekatnya kompleks subduksi yang terekspose ke bataspalaeo menghalangi keberadaan suatu band yang bersambungan dari kerak
samudera di bawah cekungan muka busur.
Flank (sayap) cekungan muka busur yang mengarah ke laut
termigrasi ke arah barat selama subduksi Neogen, tetapi tidak terlalu
banyak sebagai trench, dan dalam jumlah yang lebih banyak secara
terkomplikasi. Selama Miosen awal, slope trench bagian dalam memiliki
morfologi seperti anak terrace. Pada Miosen tengah, slope trench patah di
dekat mean sea level dan terbentuk tinggian shelf edge.Patahan dan lipatan
berhubungan dengan subduksi berkurang upslope secara bertahap sampai
Pliosen akhir, saat flexure besar dan sesar reverse berarah timur terbentuk,
menandai shift (pergeseran) yang berarah ke busur dalam garis belakang
atau batas timur deformasi yang berasosiasi dengan subduksi. Tahapan
pembentukan struktur yang berarah ke busur, melibatkan lapisan cekungan
muka busur yang telah stabil sebelumnya, memberikan periode level stress
yang meningkat sepanjang base prisma akresional.
Diskusi tentang sistem busur aktif tidak terlepas dari pergerakan horizontal
besar yang berasosiasi dengan plate litsoferik yang konvergen, tetapi bukti arah kecil
konvergensi ini tercatat lebih dari beberapa puluh km mengarah ke darat dari trench.
Pada bagian atas slope trench suatau cekungan muka busur atau terrace umumnya
terbentuk dalam suatu dominasi tektonisme yang vertikal. Disamping kesederhanaan
relatif struktur dalam slope trench bagian atas, ada beberapa data yang tersedia
1
2
memberikan informasi yang lebih dari pada ide umum tentang karakteristik dan
evolusi elemen tektonik yang penting ini.
Cekungan muka busur Sunda Arc (gambar 1) telah sering ditampilkan sebagai
salah satu contoh klasik elemen tektonik ini (e.g van Bemmelen, 1970). Terletak di
barat laut Sumatera, cekungan muka busur telah relatif disurvey dengan baik selama
pencarian hidrokarbon dan studi proyek SEATAR (CCOP-IOC 1974). Deskripsi
umum dan interpretasi awal daerah ini didasarkan atas data primer survey marine
SEATAR (Karig et al. 1979) yang sekarang telah berkembang dan dimodifikasi.
Studi baru ini didasarkan atas profil seismik multichannel industri yang bersifat
pendahuluan, melintang di sepanjang cekungan muka busur, pada profil refleksi
channel tunggal didapatkan selama pelayaran Scripps Institution of Oceanography
(SIO) ‘Indopac’ (gambar 2) dan pada studi paleontologi tambahan sumur dan sampel
permukaan.
Cekungan muka busur lepas Sumatera merupakan sabuk subsiding kuat yang
terisi antara 2 elemen tektonik postif : bagian luar patahan slope trench dan core
Mesozoic-Paleozoic Sumatera (gambar 3). Daerah cekungan ii terbagi atas beberapa
sub-basin oleh struktur berpola arah menyilang (cross-trending), yang sifat dasranya
tidak ditentukan sebelumnya.
Di sayap timurnya, cekungan muka busur ini didasari oleh lapisan dalam
kerak benua (gambar 3) (Karig et al. 1979); Kieckhefer et al., in press). Walaupun
demikian, pada catatan awal lokasi dan sifat dasar batas kontinen tidak jelas
keberadaannya di bawah unconformity mendasari strata kontinen Resen. Telah
berkembang spekulasi bahwa basement yang berada di bagian dalam cekungan muka
busur salah satunya memperangkap kerak samudera (Hamilton 1977) atau material
akresi pre-Miosen (Karig 1977). Sayap cekungan yang mengarah ke laut merupakan
suatu zona kompleks yang tersusun secara struktural tidak cukup dipecahkan hanya
dengan profil refleksi seismik. Pemetaan geologi sepanjang zona kulminasi struktural
ini pada pulau Nias (gambar 3D) mendemonstrasikan bahwa terjadi perubahan
flexure tajam menjadi suatu sesar reverse bersudut besar berarah W-dipping pada
3
kedalaman. Struktur ini diidentifikasi sebagai pinggiran garis massa yang terangkat
dan terdeformasi dari slope trench paling bawah dan diasumsikan bermigrasi ke arah
barat sebagai prisma akresi yang melebar selama konvergensi neogen (Karig et al.
1979).
Saat sekarang dan selama Cenozoik, subduksi di lepas Sumatera
pergerakannya relatif oblique (Fitch 1972; Karig et al. 1979). Zona sesar Sumatera
dan ekstensi busur belakang di laut Andaman merupakan hasil kedua proses ini (Fitch
1972; Karig et al. 1978). Pola anomali magnetik di Laut Andaman mencakup gerakan
pindah (displacement) sejauh 400 km sepanjang sistem sesar strike-slip ke arah
selatan (Curray et al. 1979), tetapi perkiraan ini masih diragukan seberapa banyak hal
ini dipecahkan sepanjang sesar yang merenggang keluar ke arah trench (gambar 1).
Salah satu perenggangan keluar ini diketahui melintangi cenkungan muka busur dan
berasosiakan denga poal melintang Pulau Banyak (Karig et al. 1979).
Aktifitas vulkanik tidak sering muncul di cekungan muka busur, yang
termasuk daerah low heat flow (Sugimura dan Uyeda 1973). Walaupun demikian,
batuan vulkanik dan intrusif Miosen dan yang lebih tua muncul sepanjang E Flank
(sayap timur) cekungan muka busur lepas NW Sumatera, lebih dari 50 km W
menunjukkan busur vulkanik (Karig et al. 1979).
Data tambahan telah mengarahkan inetrpretasi yang lebih terangtentang
geometri batas kontinental dan evolusi prisma akresi selama subduksi Neogen.
Karakter Kontinental Margin
Batas kontinental barat Sumatera terbentang di barat jajaran Bukit Barian,
suatu block yang terangkat membentuk punggungan struktural pulau. Daerah ini
jarang diketahui sebagai daripada cekungan timur penghasil minyak dari tinggian
Barisan, dan biasanya bukan merupakan sintesis geologi (e.g. de Coster 1975).
Sejarah dan struktur Neogennya diungkapkan oleh sudut yang ditandai oleh
unconformity geologi regional yang timbul di dalam shelf di atas seluruh area yang
memunculkan data, anatara 5°N dan 1°S, dan pada kontur (gambar 4).
4
Unconformity ini memisahakan strata shelf Neogen dari suatu kompleks
Paleogen atau batuan yang lebih tua. Biasanya dibatasi di barat oleh palaeo-shelf
break, dan di sisi yang mengarah ke darat unconformity ini bisa ditelusuri ke garis
pantai dan sangat jelas sekali terlihat di Aceh terhadap unconformity Miosen awal
tajam yang dipetakan pada sayap tinggian Barisan (W. Keats, pers. Comm. 1978).
Studi paleontological tambahan dari sumur yang menembus unconformity, dan
konturing unconformity menggunakan profil refleksi network tebal pada continental
shelf (gambar 3), membuat defenisi geometri paleomargin dan penghitungan durasi
hiatus semakin baik.
Unconformity membentuk bagian horizon yang merefleksi kuat yang
menyebabkan perubahan pada karakter akustik dan dalam signifikansi geologi
melintang batas kontinental. Pada kebanyakan shelf, unconformity yang terekspose
secara jelas terbentang pada base interval yang merefleksi kuat (gambar 5-8) yang
diketahui memunculkan karbonat transgressive atau sedikit biasanya, suatu coarse
clastic sheet (unpub. Union Oil Co. well completion report, Karig et al. 1979).
Mengarah ke barat, horizon yang merefleksi kadang-kadang termasuk strata paralel
yang sangat jelas terbentang di bawah unconformity (gambar 5B), yang kemudian
menjadi sulit untuk diidentifikasi. Hiatus yang disebabkan oleh unconformity disini
mungkin bertemu dengan sekuen bersambung shelf strata yang lebih dekat. Namun
demikian, beberapa sumur dalam (Panjang, Tuba, Meulaboh, Singkel) menunjukkan
bahwa daerah yang muncul dan erosi meluas mendekati shelf break di beberapa area.
Bagian pinggiran yang mengarah ke laut horizon refleksi umumnya suatu
sharp break pada slope, kadang kala ditonjolkan oleh karbonat build-up (e.g. gambar
8C). Kumpulan reflektor hummocky paralel meosot ke arah laut dari shelf break,
diidentifikasi sebagaisedimen slope, dioverlap secara tajam oleh sikuen turbidit tebal
(gambar 7A, 8B). Pada beberapa profil (e.g. gambar 9A, D) kumpulan reflektif yang
sangat jelas bisa ditelusuri ke bagian bawah slope dan keluar ke sikuen turbidit.
Dugaannya adalah reflektor ini menunjukkan klastika kasar yang terdepositkan saat
5
kontinental margin yang diangkat disuplai dalam jumlah banyak, coarse debris ke
slope dan sekitarnya.
Dekat garis pantai, unconformity memperlihatkan bukit dengan ketinggian
beberapa ratus meter (gambar 4, 6A), kemungkinan mendasari satuan palaeogen
resistant dan yang lebih tua. Analogi modern yang berkembang berasal dari hogabck
besar batupasir Sibolga Paleogen yang terkubur oleh endapan selatan paluidal Teluk
Tapanuli (gambar 2). Selatan Pulau Pini adalah garis yang menonjol dari bukit yang
terkubur dengan pola N-S dan bisa diikuti sepanjang shelf (gambar 4). Ridge ini, dan
juga relif denghan skala kecil, diasumsikan untuk mengungkapkan structural grain
batuan pre-Neogen.
Informasi yang terbatas menyangkut batuan di bawah unconformity
memberikan simpulan bahwa batas kontinental merupakan kompleks terrain yang
tersusun secara struktural. Beberapa sumur yang menembus bagian luar palaeo-shelf
didasari dalam suatu sikuen shale bathyal (C. G. adams late Eosen in Panjang dan
H.W. Billman as early Oligocene in Meulaboh). Strata Paleogen ini membentuk
cekungan sinklinal yang besar di utara Pulau Banyak (Karig et al. 1979) dan dengan
jelas muncul dalam struktur-struktur yang lebih kecil di selatan. (gambar 5A, 9).
Strata dalam sinklin sub-unconformity yang besar mencapai ketebalan beberapa km
dan memperlihatkan dip yang mengarah ke timur dekat palaeo-shelf break (Karig et
al. 1979). Palaeogen, mungkin Eosen-Oligosen awal, fluviatil sampai konglomerat
litoral, pasir dan singkapan lempung carbonat sepanjang pantai dan beberapa pulau
lepas pantai (Karig et al. 1979). Lap ini sampai pada basement terdiri dari granite
Permo-Tiassic dan metasedimen yang lebih tua, yang mungkin meluas ke beberapa
jarak lepas pantai.
Satu-satunya Sampel basement dari lepas pantai adalah metatuff silikaan yang
dideformasi kuat dari sumur Lakota (Karig et al. 1979). Walu demikian, bukti tidak
langsung basement disuplai oleh klastika yang dikelilingi dalam konglomerat
Oligosen akhir-Miosen tengah pada Nias. Konglomerat ini muncul dalam trench dan
strata slope trench yang memerlukan sumber–sumber dari timur (Moore dan Karig, in
6
press). Beberapa klastika, seperti vasietas ganitik, identik pada litologi yang
terekspose di Sumatera, tapi yang lainnya tidak ada yang terekspose. Selama
Oligosen akhir-Miosen awal, batas Sumatera terangkat dengan kuat, memperlihatkan
seluruh continental shelf (gambar 3A). Kebanyakan shelf yang terekspos ini mungkin
merupakan sumber material kasar yang tidak biasa terhadap trench dan slope. Oleh
karena itu komposisi kalstik yaitu terrain yang berhubungan dengan subduksi, dengan
komponen krustal oseanik, membentuk bagian basement yang berada dibawah shelf
unconformity, tetapi klastika ini tidak mendesak karakter struktural terrain.
Data magnetik dan refraksi juga mengindikasikan bahwa batuan beku dan
metamorfik meluas ke arah barat ke palaeo-shelf break di banyak area. Profil
magnetik menampilkan anomali amplitudo yang sangat rendah di atas seluruh slope
trench yang paling bawah dan bagian cekungan muka busur, tetapi berubah secara
tajam ke amplitudo yang tinggi, anomali panjang gelombang yang pendek di dekat
palaeo-shelf break. Perubahan ini menandai munculnya material dengan remanent
yang tinggi atau diindusi magnetisme. Beberapa profil seismik refraksi diambil di
dekat palaeo-shelf break timur Pulau Nias (Kieckhefer et al, in press) menunjukkan
layer tebal (20 km) material 5.7-6.5 km/s mendasari beberapa km kombinasi strata
Neogen dan Paleogen. Struktur krustal ini membedakan secara batasan cekungan laut
dalam pengurangan suatu layer 2 dan dalam ketebalan dan velositas yang
menyimpang untuk layer 3. Pada keadaan lain, hal iini sama untuk struktur krustal
yang diukur oleh Eaton (1970). Pada kompleks Fanciscan, California. Data geologi
dan geofisika yang dikombinasikan diinterpretasikan secara sederhana sebagai hasil
dari batuan beku dan batuan metamorf yang terdeformasi secara structural berasal
dari krtustal oseanik, tetapi sejak dideformasi menjadi melange atau didisrupsi
menjadi kompleks opiolitik.
Umur strata yang tertua berada di atas unconformity dekat palaeo-shelf break
telah dideterminasi oleh C.G. adams (pers. Comm. 1978), pada basis Foraminifera
terbesar seperti Myogispinoides indonesiensis dari sumur Panjang, didapati sebagai
Miosen awal bagian akhir (tidak lebih tua dari N-6 dan mungkin N-8). Bersamaan
7
dengan deformasi yang kurang umum dari strata paling muda ini, durasi batas umur
uplift dan disrupsi struktural batas kontinental margin Palaeogen ke Oligosen akhir
dan mungkin miosen akhir. Interval ini termasuk regresi garis pantai global (Vail et
al. 1977), yang menonjolkan pemotongan unconformity, tetapi beberapa km uplift
dan deformasi kuat margin memerlukan tektonisme global sebagai alat geologi
utama.
Transgresi terjadi secara tidak beraturan sepanjang busur dan selama waktu
berjalan. Pada akhir Miosen shelf break ada dimana-mana ditambah kebanyakan
shelf, menerima sedimen laut (gambar 8.9). Profil refleksi dan palaeo-batimetri
diambil dari sample sumur mendukung bukti pada subsidence umum pada batas barat
sumatera sejak Miosen awal. Proses ini telah diberikan tand-tanda sebgai transgresi
dan regresi yang merefleksikan interplay subsidence tektonik., sedimentasi dan sea
level eustatik. Sebagai hasil, morfologi shelf break menuju Neogen berlekuk ke
belakang dan seterusnya di sepanjang batas (e.g. gambar 6B, 8D, E) dan seringkali
melahirkan hubungan spasial kecil pada batas struktural yang menjadi dasar.
Subsidence kelihatan memiliki palaeo-shelf break dengan vinsinitas besar,
seperti yang ditunjukkan oleh kontur unconfirmity (gambar 4) dan oleh downwarp
strata yang menjadi atasan pada setting tersebut (gambar 6C, D). Kecepatan
sedimentasi, berdampingan dengan kontrol palaeo-batimetri, juga menyimpulkan
bahwa subsidence lebih sering terjadi sejak Miosen awal (gambar 9).
Disamping kekurangan studi stratigrafi detil di batas barat sumatera, telah
jelas bahwa, sekurang-kurangnya sejak Oligosen akhir, daerah ini memiliki sejarah
yang sangat berbeda dalam pergerakan vertikal menyamai cekungan timur tinggian
Barisan. Deformasi dan pengangkatan Oligosen akhir – Miosen awal batas barat tidak
dikenali sampai ke timiur, dimana transgresi dan regresi sedang terjadi. (e.g de coster
1975, Kamili et al 1977). Sebaliknya, regresi pada pertengahan Miosen – Resen
daerah paling timur, sangat mungkin berhubungan dengan pengangkatan jajaran
Barisan, tidak muncul sepanjang batas barat.
8
Bukti menyangkut sifat dasar batas kontinental barat laut Sumatera
dipertahnkan dalam pola peta palaeo-shelf
break. Ini mengubur shelf edge,
ditegaskan dalam profil refleksi seismik dan magnetik, menunjukkan pemotongan
relatif paralel yang panjang ke arah Sumatera , terpisah oleh offset yang tajam
(gambar 4). Paling kurang salah satu offset ini adalah hasil pensesaran right-lateral
strike-slip, dan case yang lebih beralasan bisa dibuat bahwa sissanya terbentukdengan
cara yang sama.
Offset terbesar palaeo-shelf break muncul di dekat Pulau Banyak melintasi
struktur dan sepanjang perpanjangan lepas pantai Zona Sesar Batee (Verstappen
1973, Karig et. al. 1979, Page et. al. 1979). Sesar ini merupakan untaian dari zona
sesar sumatera dan menunjukkan banyak fitur yang tipikal dengan sesar strike-slip,
termasuk tubuh serpentinit yang menonjol keluar, jukstaposisi terrain yang berbeda,
dan offset vertikal yang jelas dengan sense berlawanan displacement pada titik yang
berbeda sepanjang jejak sesar. Sesar membentuk sisi paling timur Cekungan
Meulaboh, yang merupak segmen sub-aerial sikuen shelf Neogen terbentang pada
ikutan tinggian Barisan (gambar 4). Kewmudian melintasi shelf yang ada sekarang,
memotong unconformity dan membentuk batas paling timur Pulau Banyak. Sumur,
seismik, dan kontrol singkapan menunjukkan bahwa Pulau Banyak dihasilkan lebih
dari vertikal offset sepanjang 2 km di seksi sesar ini, terutama selam Pliosen. Sesar di
daerah ini terdiri dari beberapa jejak-jejak tersendiri, slah satunya bisa ditelusuri
sepanjang sisi timur ridge bawah laut menuju Nias (gambar 4).
Palaeo-shelf break berada pada offset c. 100 km dalam suatu sense rightlateral melintasi zona Sesar Batee. Offset ini diparalelkan oleh offset besar (150 km)
dari fleksure strata Paleogene yang mengarah E-W membentuk batas paling timur
Cekungan Meulaboh dan singkel atau ikutannya (gambar 4). Walaupun pensesaran
right-lateral bukan satu-satunya jalan dimana offset ini bisa diterankan, alasan ini
merupakan yang paling sederhana dan masuk diakal, mengingat bukti lain
untukpensesaran strike-slip di daeraah ini.
9
Masalah utama interpretasi ini adalah kekurangan offset di sepanjang batas
barat fore-arc basin dimana zona sesar terproyeksi berpotongan menyilang pada Nias
(gambar 4).
Data menyimpulkan 2 solusi. Sejarah geologi offset pada zona sesar sumatera
dapat berkembang baik ke Miosen, saat Cekungan Andaman mulai terbuka (Curray et
al. 1979), atau bisa lebih awal, karena subduksi oblique selama Tersier telah
disimpulkan (Karig et al. 1979). Pergerakan Sesar Batee mendominasi ke
pembentukan fleksure yang tidak terpindahkan selama Pliosen di Nias yang
disimpulkan oleh penyimpangan geologi sepanjang proyeksi sesar melintasi Nias.
Offset Shelf break keduaterbentang sekitar 30 km timur offset Sesar Batee
(gambar 4). Offset ini berasosiasi dengan suatu kontur offset yang ditandai pada
unconformity, dalam pergerakan right lateral, sepanjang suatu zona yang
menyambungkan ke darat pada offset lain sayap Barisan. Suatu sesar diperkirakan
melebar ke arah offset ini dari utara (B. G. N. Page, pers. Comm. 1978). Kelihatan
bahwa offset sepanjang 20-30 km ini juga merupakan hasil pensesaran menganan
yang aktif selama atau setelah pemotongan unconformity.
Offset shelf-edge dekat bagian selatan Nias sepertinya tidak kelihatan
mempengaruhi unconformity atau seksi sedimen di atasnya. Walau demikian, offset
shelf edge ini berbaris dengan edge selatan blok timur basement akustik Nias
(Mammerickk et al. 1977)., hal ini menyimpulkan adanya sesar lain. Saat itu mungkin
nelum terjadi sesar mayor selatan Pulau Pini yang lain yang berasosiasi dengan offset
tajam palaeo-shelf break ke arah timur dan dengan N-S lineasi basement.
Lengkungan transverse berarah E-W yang ada sekarang dimana Pulau Pini terbentang
tidak berhubungan erat dengan struktur yang diusulkan ini. Dibentuk dengan sangat
baik setelah unconformity dipotong, seperti yang ditunjukkan oleh permukaan
unconformity yang melengkung dan oleh ketiadaan defleksi posisi palaeo-shelf break
(gambar 4).
Pensesaran strike-slip tidak hanya bertanggung jawab terhadap terjadinya
offset yang ada sekarang pada kontinental margin, tetapi juga terhadap displacement
10
yang muncul selama Neogen dan mungkin lebih awal, serta juga memainkan peranan
penting dalam disrupsi struktural ekstensif kontinental margin selama Oligosen akhir
atau awal Miosen.
Geometri dan Sejarah Pembentukan Sayap Terluar Cekungan Muka
Busur
Di lepas Sumatera trench slope break membentuk suatu zona lebar antara
trench slope terendah yang mendeformasi secara aktif dan cekungan muka busur.
Zona ini memiliki beberapa fungssi geomorfik dan tektonik. Zona ini menandai
pinggiran pantai deformasi kompresional yang berhubungan dengan subduksi,
membentuk suatu tinggian struktural atau geomorfik, dan merupakan batas antara
pengangkatan slope terendah dan subsidence cekungan muka busur. Walaupun
demikian, hubungan antara fungsi dan efeknya sangat nyata berubah-ubah selama
Neogen.
Pantai atau batas paling timur deformasi yang berhubungan dengan subduksi,
yang sekarang menendai sayap cekungan muka busur yang mengarah ke laut (gambar
3D) merupakan sesar fleksure yang memperlihatkan beberapa km relif struktural
(Karig et. Al. 1979). Kebanyakan displacement sepanjang fleksure di Nias bisa
ditempatkan selama interval pendek di Pliosen akhir (N20-N22) oleh unconformity
yang tajam dan oleh inversi palaeo-batimetri yang cepat melintasi fleksure. Jalur
landai suatu undakan karang regresif yang melintang di atas fleksure Nias, dan
sedimen yang membaji datar dan memutar ke fleksure arah selatan, menyediakan data
sebagai bukti bahwa sedikit dari setiap pergerakan yang bertbeda muncul di
sepanjang struktur saat ini.
Tinggian struktural dan morfologik yang ada sekarang berasosiasi dengan
trench slope break terbentang sepanjang pusat Nias dan secara umujm berada pada
posisi yang sama pada rentetan pulau-pulau lainnya. Saat sekarang, bagaimanapun,
area ini tidak muncul dengan cepat begitu saja sebagai pesisir selatan atau pada
beberapa kasus, dengan berantainya pulau-pulau kecil di bagian selatan yang lebih
11
jauh (Verstappen, 1973; Karig et al. 1979), mengindikasikan bahwa puncak
morfologik trench slope break sebetulnya bergerak ke arah barat. Jika pergerakan
yang berbeda ini muncul pada zona dengan ciri tersendiri, sampai saat ini masih
belum terdeteksi dalam profil refleksi.
Sejarah trench slope break pada awal Neogen didokumentasikan dengan baik
oleh data geologi dan geofisika. Selama Miosen tengah (N12-N14), suatu tinggian
morfologik, diinterpretasikan sebgai trench slope break, membentang di timur Nias
dalam visinitas sumur Suma, sebagaimana dibuktikan oleh oleh komplek terumbu
dan strata nonmarine yang membentang di atas basement akustik (gambar 3B). Profil
refleksi menguraikan cekungan struktural yang diisi oleh strata Miosen dan mungkin
lebih tua yang memisahkan area area basement akustik dari batas kontinantal.
Foraminifera bentik dalam strata pertengahan Miosen di Nias, menunjukkan ke arah
selatan, lantai samudera memiliki slope ke arah kedalamn batial pada bagian fleksure
Pliosen dan ke kedalaman yang lebih besar pada trech slope terendah yang
mendeformasi secra aktif di Nias bagian tengah.
Strata Nias mid-Miosen dan yang lebih muda dan tidak terdeformasi
(ghambar 6, 9; gambar 5 Karig et al. 1979) dan uniformity relatif
fasies dan
ketebalan strat yang melintasi fleksure ini (gambar 7) membantah ketiadaan fleksure
atau batas pantai yang terdefenisikan tajam dari deformasi berhubunngan dengan
subduksi apada trench slope break pertengahan Miosen sampai Pliosen akhir.
Sepertinya trench slope break lebih membentuk suatu shelf-edge, tinggian struktural
dan morfologik, dengan deformasi kompressional yang meningkat secara bertahap ke
arah bawah trench slope yang lebih rendah.
Waktu awal dimana kontrol stratal yang cukup untuk rekonstruksi palaeoenvironmental di daerah nias selama Miosen awal (N14-N6), saat trench sangat jelas
terbentang dalam bagian tengah Nias yang ada saat sekarang (gambar 3A). Sedimen
abyssal yang terdeformasi kuat pada saat itu di bagian timur Nias mungkin
merupakan endapan trench slope paling rendah. Pada awal Miosen kontinental shelf,
berada di dekat palaeo-shelf break, berfungsi sebagai sumber sedimen terbesar untuk
12
trench dan slope. Kebanyakan material ini terperangkap sebagai turbidit di cekungan
laut dalam palaeo shelf break yang mengarah ke laut. Barrier struktural yang yang
telah membentuk sayap bagian barat cekungan ini diinterpretasikan sedang
membentuk trench slope break. Posisinya hanya bisa ditempatkan dengan luas 25 km
antara bukaan awal Miosen di Nias dan edge bagian barat cekungan turbidit. Analogi
yang berkemmbang dengan prisma akresi muda lainnya akan menghasilkan
kesimpulan bahwa pembentangannya mencapai 20-40 km pada timur trench coeval,
atau sedikit lebih jauh ke timur dari posisinya di per tengahan Miosen (gambar 3A,
B). kedalaman air yang nyata di atas cekungan muka busur Miosen mennghadirkan
kesimpulan bahwa geometri prisma akresional pada waktu itu sama dengan busur
Aleutian tengah yang ada sekarang.
Profil refleksi yang melintasi trench slope beak di utara dan selatan Nias
memperlihatkan aspek lain sayap bagian barat cekungan muka busur. Mengarah ke
laut dari lengkungan Pini, cekungan muka busur dibatasi oleh suatu fleksure yang
melibatkan seluruh strata yang diendapkan dalam cekungan sejak onlap setelah
unconformity dan mungkin kebanyakan bagian yang lebih tua yang berputar ke
kontinental slope Paleogen (gambar 7A). ada indikasi (gambar 7A) bahwa reflektor
slope menyambung ke dip arah selatan di bawah lipatan, menyimpulkan bahwa sesar
bersudut besar di bawah lipatan teratakan pada kedalaman yang lebih jauh (gambar
7E). Ketiadaan deformasi yang ada sekarang dan durasi pendek perlipatan pada
bagian fleksure ini (gambar7) juga diindikasikan oleh ketebalan uniform satuan di
bawah 1,4 s dalam cekungan muka busur dan onlap bersih strata di atas 1 s.
Sepanjang sisi timur Siberut beberapa profil refleksi channel menguraikan
suatu set yang terdiri dari 2 dan mungkin paling banyak 4 lipatan yang meningkat
seiring kedalamn dan berkurang dalam amplitudo yang jelas mengarah ke Timur
(Karig 1977). Semua, tapi kebanyakan lipatan yang berada di sisi barat telah
dioeverlap oleh sedimen yang lebih muda dan tidak aktif lagi. Slumping dan
kemungkinan dip inisial, menghadirkan perkiraan apakah kebanyakan lipatan bagian
barat aktif dan apakah telah terjadi pembentukan sikuensial pola lipatan ini. Beberapa
13
grup lipatan, atau sesar dengan dip ke barat berada di tempat lain di sepanjang sayap
timur cekungan muka busur, tapi masih belum cukup informasi untuk
mendeterminasi kemajuan pembentukan. Sikuensi lipatan atau struktur sesar yang
membatasi cekungan muka busur ke arah utara Pulau Banyak patut mendapat studi
tambahan karena ketebalan isian cekungan yang tidak terdeformasi kelihatan
berkuarng tajam ke arah trench melintasi tiap struktur ini, menarik kesimpulan
terjadinya migrasi ke arah trench pada batas pantai subduksi yang berhubungan
dengan deformasi.
Linearitas zona struktural yang ada sekarang membentuk sayap bagian barat
cekungan muka busur yang luar biasa, terutama dalam kekontrasannya dengan
palaeo-shelf edge dan kontinental margin yang berukuran besar dan tidak beraturan.
Zona struktural terdiri atas satu atau lebih sesar fleksure yang memperlihatkan zona
lurus yang berdekatan dari selatan Nias paling kurang sejauh Siberut (gambar 4).
14
Kesimpulan
Disrupsi struktural continental margin Sumatera selama Oligosen akhir
muncul dengan cukup untuk menerangkan episode subsequent dari konvergensi plate
yang bisa ditampilkan sebagai prisma akresional yang baru. Data menghadirkan
trench Oligosen-Miosen sangat dekat dengan kontinental margin yang ada
sebelumnya. Dengan ruang yang diperlukan untuk suatu slope kontinental, maka
tidak ada ruang untuk rantaian kerak oseanik yang terjebak antara material yang
diakresi dan palaeo-shelf break. Walau demikian, area kerak oseanik yang terisolasi
mungkin membawahi ikutan yang paling besar sepanjang palaeo margin Sumatera.
Kerak oseanik biasanya diasumsikan mendasari cekungan muka busur,
mengandaikan bahwasanya terjebak dalam zona seluas 100 km antara trench awal
dan busur vulkanik (e.g. Seely & Dickinson 1979). Walaupun ada asumsi yang benar
untuk busur intra-oseanik, yang dikenal baik dimana subduksi diprakarsai dengan
baik saat sekarang, di sepanjang interface kerak continental-oseanik, dan kerak
oseanik yang terjebak tidak satupun yang tidak diperlukan untuk diobservasi di area
ini.
Sementara kerak samudera diandaikan kadang-kadang terjebak dalam
ketidakberaturan sepanjang kontinental margin, mungkin argumen ini terlalu
diperluas. Sejak prisma akresinal Oligosen lepas NW Sumatera telah terbuka lebar,
merubah trench sejauh 80-90 km ke arah barat. Trench slope break juga bermibgrasi
ke arah trench, tapi tidak terlalu jauh, dan dengan cara yang lebih rumit lagi. Karakter
morfologi dan struktural trench slope brak dirubah selam subduksi Neogen, dengan
hasil elemen yang berbeda pada zona ini tidak selalu bermiograsi dengan kecepatan
yang sama atau dengan arah yang sama.
Penyebab perubahan dalam struktural style dan pembentukan deformasi yang
mengarah ke busur masih belum jelas. Thrusting terutama jika dikontrol gravitasi,
seharusnya tidak akan memberikan jejak lurus, masih belum ada bukti yang
menunjukkan sesar di baewah fleksure diratakan dengan kedalaman. Zona struktural
15
ini kelihatan tidak satupun berhubungan dengan margin kontinental Paleogen. Trench
slope break bisa ditampilkan sebagai bagian belakang deformasi yang berhubungan
dengan subduksi, salah satunya karena prisma akresional telah mencapai ketebalan
dan kemampuan rigiditas dalam mentransimisikan stress-stress yang teraplikasi tanpa
gagal., atau kareana mungkin ada batas mekanikal yang sudah ada sebelumnya pada
lokasi (e.g. Hamilton 1977, 1978). Lepas Sumatera, pembentuknya lebih merupakan
alternatif, dan mengarahkan untuk memperkirakan bahwa pembentukan episodik
upthrust yang berarah ke busur mungkin suatu respon terhadap peningkatan level
stress di atas base prisma akresional. Stress yang mengalami peningkatan
inimengakibatkan terjadinya deformasi dengan bagian terbesar prisma akresional.
Oscillasi yang luar biasa pada kontinental margin dekat batas PaleogenNeogen tetap tidak bisa jelaskan secara pasti. Marshak dan Karig (1977)
mengusulkan bahwa kedua displacement vertkal dan aktifitas magma dengan daerah
muka bsur dihasilkan dari jalan lintasan ridge trench-trench triple junction ke arah
utara sepanjang batas ini.
Pengangkatan kontinental margin mungkin merupakan respon umum terhadap
inisiasi subduksi, tetapi ada beberapa data yang seakan mentest ide ini. Pengangkatan
busur paling depan yang sangat cepat dalam skala besar telah diiringi inisiasi
subduksi Neogen di timur Luzon (Karig & Wageman 1975) dan Shikoku arc
(Yonekura 1975).
Pensesaran strike-slip, diasumsikan sebgai hasil dari subduksi oblique
sepanjang busur Sunda. Untaian sesar mayor, beberapa dengan displacement yang
besar, memotong sepanjang cekungan muka busur dan mungkin menterminasi pada
trench. Range atau efek sesar-sesar ini pada prisma akresinal belum dieksplorasi tapi
ada beberapa kemungkinan. Sesar-sesar memperlebar jarak kontinental margin yang
telah ada sebelumnya, kemungkinan memotong basement kontinental ke arah utara
sepanjang batas cekungan. Dengan membuat kontinental margin yang tidak beraturan
sepanjang dimana subduksi dibentuk sesudahnya, sesar-sesar strike-slip mungkin
menempati bagian instrumental dalam penggantian kerak samudera sepanjang
16
kontinental margin. Akresi tektonik sedimen dan fragmen krustal oseanik yang
berada
dibawah
slab
krustal
oseanik
yang
terjebak
ini
memyebabkan
pengangkatannya dan pembukaannya sebagai ophiolit. Strike slip fault ini juga
menyebabkan terjadinya offset material yang terakresi, juxtaposing kompleks
subduksi dari derajat metamorfik dan umur yang berbeda. Interaksi antara strike-slip
dan thrust-faulting dekat trench bertanggung jawab atas asosiasi terdekat inklusi dan
derajat yang berbeda blok-blok sesar secara metamorfik yang tercatat di kompleks
Fransiscan, area lain dimana subduksi oblique mungkin muncul.
Referensi :
Karig, D.E. & J. Curray. 1980. Structural Framework of The Fore-Arc Basin, NW
Sumatera. Journal Geological Society 137 (Part 1): 77-91.
Download