Uploaded by User7038

MAKALAH PENILAIAN SURAT BERHARGA SAHAM

advertisement
I.
LATAR BELAKANG
Investasi merupakan istilah penanaman modal dalam bentuk satu aktiva atau
lebih yang di miliki perseorangan atau sebuah organisasi dengan harapan
mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Dalam sudut pandang investor,
investasi dilakukan agar mendapatkan keuntungan berupa meningkatnya harga saham
yang telah diinvestasikan. Sedangkan dari sudut perusahaan adanya investasi
mengakibatkan bertambahnya modal perusahaan untuk memproduksi barang-barang
yang akan diperjual-belikan dan dapat juga digunakan untuk memperluas pangsa
pasar yang dituju.
Investasi dapat berkaitan dengan penanaman sejumlah dana pada aset riil (real
assets) seperti: tanah, emas, rumah, barang-barang seni, real estate dan aset riil
lainnya atau pada aset finansial (financial assets), berupa surat-surat berharga yang
pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva riil yang dikuasai oleh entitas seperti:
deposito, saham, obligasi, dan surat berharga lainnya. Harapan keuntungan di masa
datang merupakan kompensasi atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi
yang dilakukan. Dalam konteks investasi, harapan keuntungan tersebut sering disebut
sebagai return.
Eduardus Tandelilin (2001:47) mengemukakan bahwa: “Return merupakan
salah satu faktor yang memotivasi investor berinteraksi dan juga merupakan imbalan
atas keberanian investor dalam menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya.”
1
Singkatnya return adalah keuntungan yang diperoleh investor dari dana yang
ditanamkan pada suatu investasi.
Sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu yield
dan capital gain (loss). Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran
kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Dalam
investasi saham, yield ditunjukkan oleh besarnya dividen yang diperoleh. Sedangkan,
capital gain (loss) sebagai komponen kedua dari return merupakan kenaikan
(penurunan) harga suatu surat berharga (saham atau obligasi), yang bisa memberikan
keuntungan (kerugian) bagi investor.
Saham merupakan hak kepemilikan dalam bentuk surat berharga yang diberikan
kepada seseorang yang telah melakukan investasi di dalam sebuah perusahaan. Di
dalam perusahaan pemegang saham mempunyai hak suara dalam pengambilan
keputusan di dalam sebuah rapat karena pemegang saham juga disebut sebagai
pemilik perusahaan tersebut namun kepemilikan tergantung dari berapa persen saham
yang ditanamkan dalam perusahaan dan dengan kata lain jika investor membeli
saham, disebut sebagai
pemilik atau pemegang saham dari sebuah perusahaan.
Bentuk dari saham adalah selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas itu
adalah pemilik perusahaan. Adapun jenis dari saham yang biasa di terbitkan oleh
perusahaan yaitu saham biasa dan saham preferen, perbedaan dari saham biasa dan
saham preferen ialah saham preferen mendapatkan hak yang istImewa dalam
pembayaran dividen dibandingkan dengan saham biasa. Saham dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Diantaranya adalah faktor ekonomi makro maupun mikro.
Kurs atau nilai tukar merupakan nilai suatu mata uang terhadap mata uang
lainnya. Sebagai mata uang internasional yang digunakan oleh banyak negara, Dollar
AS di jadikan patokan dalam menilai mata uang suatu negara termasuk indonesia.
Indonesia menganut sistem floating exchange rate yang dimana nilai tukar rupiah di
tentukan oleh permintaan dan penawaran pada pasar uang, sehingga mengakibatkan
perubahan nilai tukar mempengaruhi harga saham. Kurs valuta asing (USD) juga
menjadi alteratif investasi yang bisa di pilih oleh para investor. Menguatnya kurs
valuta asing mengakibatkan investor lebih memilih berinvestasi dalam bentuk USD
dibandingkan dengan berinvestasi pada surat–surat berharga karena investasi pada
surat–surat berharga cenderung berjangka panjang.
II.
RUMUSAN MASALAH
MAKALAH SURAT BERHARGA “SAHAM”
MATAKULIAH HUKUM SURAT-SURAT BERHARGA
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, yang mana kami
dapat menyelesaikan makalah Agama Islam tentang surat berharga “saham”
Makalah ini digunakan mahasiswa semester 5 program Ilmu Hukum
Fakultas
Hukum
Universitas
Islam
Kadiri,
yang
dimaksudkan
untuk
mempermudah mahasiswa dalam pemahaman materi mata kuliah tersebut.
Mudah-mudahan makalah yang sederhana ini dapat memberikan manfaat
yang besar pada para mahasiswa.
Akhirnya kami sangat menghargai kepuasan dan kritik yang datang dari
para mahasiswa dan dosen untuk perbaikan pada periode mendatang.
Dan terima kasih atas sumbang sarannya.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Keberadaan Surat Berharga di dalam dunia bisnis pasti sudah tidak asing lagi,
dalam kekuatannya surat berharga dapat dijadikan sebuah bukti atas kepemilikan
atau merupakan sebuah catatan prestasi bagi yang menerimanya. Surat Berharga
memiliki kekuatan hukum yang dalam keberadaannya diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang, seperti cek,wesel aksep dam promes, serta
pada peraturan-peraturan yang sudah disyahkan atas penerbitannya.
Dalam dunia perdagangan kemungkinan pembayaran dengan uang tunai akan
memiliki banyak resiko. Selain menjadi incaran orang jahat terhadap barang
bawaannya, juga akan menyulitkan saat membawa uang tersebut karena terlalu
berat untuk mata uang tunai. Disamping itu dalam penghitungan mata uang tunai
baik logam atau tunai, akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh karena
itu, dalam dunia perdagangan, diperlukan bentuk pembayaran yang lebih mudah,
lebih lancar, lebih mudah, daln lebih aman.
Secara hukum surat berharga merupakan sebuah dokumen yang diterbitkan oleh
penerbitnya sebagai pemenuhan suatu prestasi berupa pembayaran sejumlah uang
sehingga berfungsi sebagai alat bayar yang di dalamnya berisikan suatu perintah
untuk membayar kepada pihak-pihak yang memegang surat tersebut. Pada
kenyataannya surat berharga dapat dijadikan suatu alat transaksi yang
mempunyai nilai tertentu sesuai yang tertera dalam peraturan yang mengatur dan
kesepakatan yang mengeluarkannya. Pada makalah ini saya akan menjelaskan
lebih lanjut tentang jenis surat berharga
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Apakah Pengertian Saham
2. Bagaimana Karakteristik Saham Didalam Perseroan Terbatas
3. Apa Saja Yang Menjadi Jenis-Jenis Saham
4. Bagaimana Persyaratan Kepemilikan Saham
5. Bagaimana Cara Dalam Penyetoran Saham
6. Bagaimana Hak Atas Kepemilikan Saham
7. Bagaimana Pemindahan Hak Atas Saham
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Saham
Saham merupakan salah satu jenis surat berharga yang diperdagangkan di bursa
efek. Saham diartikan sebagai bukti penyertaan modal di suatu perseroan, atau
merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Siapa saja yang memiliki
saham berarti dia ikut menyertakan modal atau memiliki perusahaan yang
mengeluarkan saham tersebut.
Dalam bahasa Belanda, Saham disebut “aandeel”, dan dalam bahasa Inggris
disebut dengan “share”, dalam bahasa Jerman disebut “aktie”, dan dalam bahasa
Perancis disebut “action”. Semua istilah ini mempunyai arti surat berharga yang
mencantumkan kata “saham” di dalamnya sebagai tanda bukti kepemilikan
sebagian dari modal perseroan, dengan mana Saham Perseroan dikeluarkan atas
nama pemiliknya
Berdasarkan Pasal 60 UU NO. 40 Tahun 2007, Saham merupakan benda
bergerak dan rnemberikan hak untuk menghadiri dan mengeluarkan suara dalam
RUPS, menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi serta
menjalankan hak lainnya berdasarkan Undang-Undang ini.
Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas
itu adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. Jadi sama
dengan menabung di bank, setiap kali kita menabung maka kita akan mendapatkan slip yang menjelaskan bahwa kita telah menyetor sejumlah uang.
Dalam investasi saham, yang kita terima bukan slip melainkan saham.
Dalam persyaratan kepemilikan saham, dapat ditetapkan dalam anggaran dasar
dengan memperhatikan persyaratan yang ditetapkan oleh instansi yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam hal
persyaratan kepemilikan saham telah ditetapkan dan tidak dipenuhi, pihak yang
memperoleh kepemilikan saham tersebut tidak dapat menjalankan hak selaku
pemegang saham dan saham tersebut tidak diperhitungkan dalam kuorum yang
hams dicapai sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.
Untuk mendapatkan suatu saham, seseorang harus melakukan investasi atau
penanaman modal kesuatu perusahaan atau persero, dengan mana penanaman
modal di bagi menjadi, penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal
Asing
1.
Penanaman Modal dalam negeri
Penanaman modal dalam negeri menurut UU No.25 tahun 2007 adalah kegiatan
penanaman modal untuk melakukan usaha di wilayah negara RI oleh penanam
modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Modal dalam
negeri adalah modal yang dimiliki oleh negara Republik Indonesia, perseorangan
warga negara Indonesia, atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau
tidak berbadan hukum.
Sejalan dengan pengertian penanaman modal dalam negeri di atas, pengertian
penanam modal dalam negeri menurut pasal 1 ayat (5) UU No.25 tahun 2007
adalah penanam modal dalam negeri adalah perseorangan warga negara
Indonesia, badan usaha Indonesia, negara Republik Indonesia, atau daerah yang
melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia.
2.
Penanaman modal asing
Berdasarkan UU No.25 tahun 2007 memberikan pengertian penanaman modal
asing sebagai kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah
negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang
menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan
penanam modal dalam negeri.
Penanam modal asing adalah perseorangan warga negara asing, badan usaha
asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah
negara Republik Indonesia. Modal asing adalah modal yang dimiliki oleh negara
asing, perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing,
dan/atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki
oleh pihak asing.
Dalam prakteknya perusahaan Penanaman Modal Asing selalu berbentuk PT.
Menurut Pasal 5 ayat (2) UU No 25 Tahun 2007 tentang PMA :
“Penanaman modal Asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan
hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah negara Indonesia”.
Menurut Pasal 5 ayat (3) PMA dalam bentuk PT itu dilakukan dengan 3
cara,yaitu :
1.
Mengambil bagian saham pada saat pendirian PT.
2.
Membeli saham
3.
Melakukan cara lain sesuai dengan peraturan per-UU-an
Semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal,
kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka
dengan persyaratan.
Bidang usaha yang tertutup bagi penanam modal asing adalah :

produksi senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan perang; dan

bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan undang-
undang.
B. Perseroan Terbatas
Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum
yang merupakan
persekutuan
modal,
didirikan
berdasarkan
perjanjian,
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalarn
saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini
serta peraturan pelaksanaannya.
Dalam Perseroan Terbatas, pengeluaran saham adalah suatu upaya pengumpulan
modal, maka kewajiban penyetoran atas saham seharusnya dibebankan kepada
pihak lain, Jadi, Perseroan tidak boleh mengeluarkan saham untuk dimiliki
sendiri,Larangan tersebut termasuk juga larangan kepemilikan silang (cross
holding)yang terjadi apabila Perseroan memiliki saham yang dikeluarkan oleh
Perseroan lain yang memiliki saham Perseroan tersebut, baik secara langsung
maupun tidak langsung, Pengertian kepemilikan silang secara langsung adalah
apabila Perseroan pertama memiliki saham pada Perseroan kedua tanpa melalui
kepemilikan pada satu "Perseroan antara" atau lebih dan sebaliknya Perseroan
kedua memiliki saham pada Perseroan pertama. Pengertian kepemilikan silang
secara tidak langsung adalah kepemilikan Perseroan pertama atas saham pada
Perseroan kedua melalui kepemilikan pada satu "Perseroan antara" atau lebih dan
sebaliknya Perseroan kedua memiliki saham pada Perseroan pertama.
Akan tetapi, Kepemilikan saham yang mengakibatkan pemilikan saham oleh
Perseroan sendiri atau pemilikan saham secara kepemilikan silang tidak dilarang
jika pemilikan saham tersebut diperoleh berdasarkan peralihan karena hukum,
hibah, atau hibah wasiat oleh karena dalam ha1 ini tidak ada pengeluaran saham
yang memerlukan setoran dana dari pihak lain sehingga tidak melanggar
ketentuan larangan. Saham yang diperoleh berdasarkan peralihan ini, harus
dialihkan kepada pihak lain yang tidak dilarang memiliki saham dalam perseroan
dalam jangka waktu 1 tahun setelah tanggal perolehan saham tersebut
C.
Jenis-jenis Saham
Suatu
perusahaan
dapat
menerbitkan
2
jenis
saham,
yaitu saham
biasa dan saham preferen.
a.
Saham Biasa (common stock)
Saham biasa merupakan saham yang mempunyai hak suara untuk mengambil
keputusan dalam RUPS mengenai segala hal yang berkaitan dengan pengurusan
Perseroan, mempunyai hak untuk menerima dividen yang dibagikan, dan
menerima sisa. kekayaan hasil likuidasi.
Saham Biasa Memiliki karakteristik Utama yaitu:
Ø Hak suara pemegang saham, dapat memillih dewan komisaris
Ø Hak didahulukan, bila organisasi penerbit menerbitkan saham baru
Ø Tanggung jawab terbatas, pada jumlah yang diberikan saja
b.
Saham Preferen (Preferred Stock)
Saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa,
karena bisa menghasilkan pendapatan tetap. Saham ini lebih aman dibandingkan
dengan saham biasa karena memiliki hak klaim terhadap kekayaan perusahaan
dan pembagian dividen terlebih dahulu. Saham preferen sulit diperjualbelikan
seperti saham biasa karena jumlahnya yang sedikit.
Karakteristik Saham Preferen adalah sebagai berikut:

Memiliki berbagai tingkat, dapat diterbitkan dengan karakteristik yang
berbeda

Tagihan terhadap aktiva dan pendapatan, memiliki prioritas lebih tinggi dari
saham biasa dalam hal pembagian dividen

Dividen kumulatif, bila belum dibayarkan dari periode sebelumnya maka
dapat dibayarkan pada periode berjalan dan lebih dahulu dari saham biasa

Konvertibilitas, dapat ditukar menjadi saham biasa, bila kesepakatan antara
pemegang saham dan organisasi penerbit terbentuk
D.
Persyaratan Kepemilikan Saham
Berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007, Persyaratan Kepemilikan Saham yaitu :
1.
Saham Perseroan dikeluarkan atas nama pemiliknya,
2.
Persyaratan kepemilikan saham dapat ditetapkan dalam anggaran dasar
dengan memperhatikan persyaratan yang ditetapkan oleh instansi yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam hal
persyaratan kepemilikan saham sebagaimana hal tersebut, telah ditetapkan dan
tidak dipenuhi, pihak yang memperoleh kepemilikan saham tersebut tidak dapat
menjalankan hak selaku pemegang saham dan saham tersebut tidak
diperhitungkan dalam kuorum yang harus dicapai sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang ini dan/ atau anggaran dasar.
3.
Nilai saham harus dicantumkan dalam mata uang rupiah, dengan mana
Saham tanpa nilai nominal tidak dapat dikeluarkan
Dalam Saham, Direksi Perseroan wajib rnengadakan dan menyimpan daftar
pemegang saham, yang memuat sekurang-kurangnya :
a.
Nama dan alamat pemegang saham;
b.
Jumlah, nomor, tanggal perolehan saham yang dimiliki pernegang saham,
dan klasifikasinya dalam ha1 dikeluarkan lebih dari satu klasifikasi saham;
c.
d.
Jumlah yang disetor atas setiap saham;
Nama dan alamat dari orang perseorangan atau badan hukum yang
mempunyai hak gadai atas saham atau sebagai penerima jaminan fidusia saham
dan tanggal perolehan hak gadai atau tanggal pendaftaran jaminan fidusia
tersebut;
e.
Keterangan penyetoran saham dalam bentuk lain , dengan penilaian setoran
modal saham ditentukan berdasarkan nilai wajar yang ditetapkan sesuai dengan
harga pasar atau oleh ahli yang tidak terafiliasi dengan Perseroan.
Perseroan wajib mengadakan dan menyimpan daftar khusus yang memuat
keterangan mengenai saharn anggota Direksi dan Dewan Komisaris beserta
keluarganya dalam Perseroan dan/atau pada Perseroan lain serta tanggal saham
itu diperoleh. Sehingga Pemegang saham diberi bukti atas pemilikan saham
untuk saham yang dimilikinya.
E. Penyetoran Saham
Pada umumnya penyetoran saham adalah dalam bentuk uang. Namun, tidak
ditutup kemungkinan penyetoran saham dalam bentuk lain, baik berupa benda
berwujud maupun benda tidak berwujud, yang dapat dinilai dengan uang dan
yang secara nyata telah diterima oleh Perseroan. Penyetoran saharn dalam bentuk
lain selain uang harus disertai rincian yang menerangkan nilai atau harga, jenis
atau macam, status, tempat kedudukan, dan lain-lain yang dianggap perlu demi
kejelasan rnengenai penyetoran tersebut.
Dalam Pasal 34 ayat 1, 2 dan 3, UU No. 40 Tahun 2007, yaitu:
1.
Penyetoran atas modal saham dapat dilakukan dalam bentuk uang
dan/atau dalam bentuk lainnya.
2.
Dalam hal penyetoran modal saham dilakukan dalam bentuk lain
sebagaimana dimaksud pada ayat (I), penilaian setoran modal saham ditentukan
berdasarkan nilai wajar yang ditetapkan sesuai dengan harga pasar atau oleh ahli
yang tidak terafiliasi dengan Perseroan.
3.
Penyetoran saham dalam bentuk benda tidak bergerak hams
diumumkan dalam 1 (satu) Surat Kabar atau lebih, dalam jangka waktu 14
(empat belas) hari setelah akta pendirian ditandatangani atau setelah RUPS
memutuskan penyetoran saham tersebut
F.
Hak Kepemilikan Saham
Saham memberikan hak kepada pemiliknya untuk:

menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS, berlaku setelah saham
dicatat dalam daftar pemegang saham atas nama pemiliknya,

menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi;

menjalankan hak lainnya berdasarkan Undang-Undang ini.
Setiap saham memberikan kepada pemiliknya hak yang tidak dapat dibagi.
maksudnya para pemegang saham tidak diperkenankan membagi-bagi hak atas 1
(satu) saharn menurut kehendaknya sendiri,
Dalam hal, jika 1 (satu) saham dimiliki oleh lebih dari 1 (satu) orang, hak yang
timbul dari saham tersebut digunakan dengan cara menunjuk 1 orang sebagai
wakil bersama. Setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap
Perseroan ke pengadilan negeri apabila dirugikan karena tindakan Perseroan
yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan wajar sebagai akibat keputusan RUPS,
Direksi, dan/atau Dewan Komisaris,
Setiap pemegang saham berhak meminta kepada Perseroan agar sahamnya dibeli
dengan harga yang wajar apabila yang bersangkutan tidak menyetujui
tindakan Perseroan yang merugikan pemegang saham atau Perseroan, berupa:
a.
b.
perubahan anggaran dasar
pengalihan atau penjaminan kekayaan Perseroan yang mempunyai nilai
lebih dari 50% (lirna puluh persen)kekayaan bersih Perseroan,
c.
Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan.
G.
Pemindahan Hak Atas Saham
Pada dasarnya, mengenai pemindahan saham, Pasal 56 UU No. 40 tahun 2007
mengatur sebagai berikut:
A. Dilakukan dengan Akta Pemindahan Hak, Menurut Pasal 56 ayat (1) UUPT,
pemindahan hak atas saham harus dilakukan dengan akta pemindahan hak.
Menurut penjelasan pasal ini, yang dimaksud dengan akta adalah akta yang
dibuat di hadapan Notaris atau Akta di bawah tangan.
B.
Akta pemindahan hak tersebut atau salinannya disampaikan secara tertulis
kepada Perseroan (Pasal 56 ayat (2) UUPT).
C. Direksi wajib mencatat pemindahan hak atas saham, tanggal, dan hari
pemindahan hak tersebut dalam daftar pemegang saham atau daftar khusus dan
memberitahukan perubahan susunan pemegang saham kepada Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia untuk dicatat dalam daftar Perseroan paling lambat 30
(tiga puluh) hariterhitung sejak tanggal pencatatan pemindahan hak (Pasal 56
ayat (3) UUPT).
Dalam anggaran dasar dapat diatur persyaratan mengenai pemindahan hak atas
saham, yaitu:

keharusan menawarkan terlebih dahulu kepada pemegang saham dengan
klasifikasi tertentu atau pemegang saham lainnya, dan dalam jangka waktu 30
(tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal penawaran dilakukan ternyata pemegang
saharn tersebut tidak membeli, pemegang saharn penjual dapat menawarkan dan
menjual sahamnya kepada pihak ketiga.

keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Organ Perseroan,
dan/atau

keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari instansi yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Yahya Harahap, S.H. dalam bukunya yang berjudul “Hukum Perseroan
Terbatas“ mengatakan bahwa pemindahan hak atas saham melalui jual beli
tunduk kepada ketentuan Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Perdata, yakni:
1) Terdapat persetujuan antara para pihak
2) Pihak yang satu mengikatkan diri untuk menyerahkan saham tersebut, dan
pihak yang lain untuk membayar harga yang dijanjikan. Di samping itu, apabila
dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal penawaran
dilakukan ternyata B atau pemegang saham lain tidak membeli, pemegang saham
penjual (A) dapat menawarkan dan menjual sahamnya kepada pihak ketiga (lihat
Pasal 58 ayat (1) UUPT).
BAB III
KESIMPULAN
Saham merupakan salah satu jenis surat berharga yang diperdagangkan di bursa
efek. Saham diartikan sebagai bukti penyertaan modal di suatu perseroan, atau
merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Berdasarkan Pasal 60 UU
NO. 40 Tahun 2007, Saham merupakan benda bergerak dan rnemberikan hak
untuk menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS, menerima pembayaran
dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi serta menjalankan hak lainnya
berdasarkan Undang-Undang ini.
Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas
itu adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. Jadi sama
dengan menabung di bank, setiap kali kita menabung maka kita akan mendapat-
kan slip yang menjelaskan bahwa kita telah menyetor sejumlah uang.
Dalam investasi saham, yang kita terima bukan slip melainkan saham.
Saham memberikan hak kepada pemiliknya untuk:

menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS, berlaku setelah saham
dicatat dalam daftar pemegang saham atas nama pemiliknya,

menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi;

menjalankan hak lainnya berdasarkan Undang-Undang ini.
DAFTAR PUSTAKA
C.S.T.Kansil dan Christine S.T. Kansil. 2008. Pokok –pokok pengetahuan
Hukum Dagang Indonesia. Jakarta : Sinar Grafika
Partadiredja, Iting. 1978. Pengetahuan dan Hukum dagang, Jakarta: Erlangga
[1] C.S.T.Kansil dan Christine S.T. Kansil, Pokok –pokok pengetahuan Hukum
Dagang Indonesia, (Jakarta : Sinar Grafika, 2008), hlm. 153
[2] Akhmad Ikhsan, Hukum Dagang, (Jakarta : Pradnya Paramita, 1987), Hal.
286
[3] Iting Partadiredja, Pengetahuan dan Hukum dagang, (Jakarta: Erlangga,
1978), hlm. 97
Download