Uploaded by User4998

Laporan PKL QC Abi

advertisement
i
PROPOSAL
PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PENGENDALIAN MUTU RIBBED SMOKE SHEET
PTPN IX KEBUN KARET NGOBO SEMARANG
Oleh
Abiyanto Prabowo
NIM : 162310003
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2019
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul Proposal
: Pengendalian Mutu Ribber Smoke Sheet
PTPN IX Kebun Karet Ngobo Semarang
Pengusul
a. Nama Lengkap
b. NIM
c. Jurusan/Progdi
d. Universitas
e. Alamat dan No. Telp
f. Alamat Email
Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap
Gelar
b. NIDN
Lokasi PKL
:
:
:
:
:
Abiyanto Prabowo
162310003
Pertanian/Agribisnis
Universitas Muhammadiyah Purworejo
Jl. Gajah Mada Km 01, Rt 01/04, Desa
Bandungrejo, Kec. Bayan, Kab Purworejo
(0895401562049)
: [email protected]
dan : Uswatun Hasanah, S.P.,M.Sc.
: 0601127101
: PTPN IX cabang Kebun Ngobo, Bergas,
Semarang
: 1 (satu) bulan
Jangka Waktu PKL
Purworejo, Januari 2019
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Pengusul
Uswatun Hasanah, S. P., M. Sc.
NIDN. 0601127101
Abiyanto Prabowo
NIM. 162310003
Mengetahui,
Ketua Program Studi Agribisnis
Dyah Panuntun Utami, S. P., M. Sc.
NIDN. 0603017501
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN. ......................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
DAFRAT TABEL ............................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 3
C. Batasan Masalah................................................................................... 4
D. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
E. Tujuan .................................................................................................. 4
F. Manfaat Magang .................................................................................. 5
BAB II KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, DAN KERANGKA
PEMIKIRAN ................................................................................................... 6
A. Kajian Teori ......................................................................................... 6
1. Pengertian Pengendalian Mutu ...................................................... 6
2. Proses Pengendalian Mutu ............................................................. 8
B. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 11
1. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Karet .............................. 11
2. Kegunaan Karet Alam .............................................................. 15
3. Penyadapan karet ..................................................................... 16
4. Pengertian Ribbed Smoked Sheet (RSS) ................................. 16
5. Pengendalian Mutu Ribbed Smoked Sheet (RSS) ................. 17
C. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 39
BAB III Tata Laksana Kegiatan ....................................................................... 21
A. Desain Praktik Kerja Lapangan .......................................................... 21
B. Metode Pegumpulan Data .................................................................... 21
C. Sumber Data ......................................................................................... 22
D. Definisi Operasional............................................................................. 23
iv
E. Metode Analisis Data ........................................................................... 24
F. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ................... 25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Proses Pengolahan dan Pengendalian Mutu RSS.....................................17
Tabel 2. Jadwal praktik kerja lapangan ..................................................................19
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka pemikiran .............................................................................22
vii
BAB I
PENDAHULUAN
41
5
5
4
4
4
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara penghasil dan pengekspor karet alam
urutan ke 2 (dua) di dunia setelah Thailand. Meskipun produksi karet
Indonesia masih dibawah Thailand namun dari sisi luasan Indonesia
menduduki areal karet terluas di dunia. Kenyataan ini menunjukkan
bahwa tingkat produktivitas karet Indonesia per satuan luas masih
dibawah tingkat produktivitas di negara lain (Thailand dan Malaysia).
Namun demikian peluang ekspor karet alam Indonesia ke depan masih
tetap cerah bahkan Indonesia dapat menjadi negara pemasok karet utama
mengingat 2 pemasok utama lainnya (Thailand dan Malaysia) sudah
tidak mampu lagi meningkatkan produksinya karena keterbatasan lahan
pengembangan.
Dibalik peluang yang sangat besar tersebut, tuntutan terhadap
bahan baku yang bermutu merupakan suatu tantangan yang besar bagi
Indonesia. Mutu bahan baku karet yang diekspor ke luar negeri sangat
ditentukan oleh penanganan bahan olah karet di tingkat petani. Semenjak
Indonesia dikenalkan dengan produk crumb rubber dengan SIR (Standar
Indonesian Rubber), mutu bahan olah karet yang dipersiapkan oleh
petani semakin merosot.
Karet adalah polimer hidrokarbon yang terbentuk dari emulsi
kesusuan (dikenal sebagai latex) yang diperoleh dari getah beberapa jenis
2
tumbuhan pohon karet tetapi dapat juga diproduksi secara sintetis.
Sumber utama barang dagang dari latex yang digunakan untuk
menciptakan karet adalah pohon karet Havea Brasiliensis. Ini dilakukan
dengan cara melukai kulit pohon sehingga pohon akan memberikan
respons yang memberikan banyak latex lagi.
Proses pengolahan karet sangat dipengaruhi oleh kualitas bahan
baku karet yang diolah, mesin-mesin yang digunakan, proses pengolahan,
sumber daya manusia dan kondisi lingkungan pabrik, sehinga diperlukan
pembuatan standar operasional prosuder (SOP) pengolahan karet RSS
sebagai standar tatacara kerja, proses pengolahan terbaik yang menjamin
konsistensi mutu yang berlaku untuk semua pabrik karet RSS. PTP
Nusantara IX Kebun Ngobo merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang perkebunan keret dan pengolahan getah karet atau lateks. Ini
bertujuan untuk dijadikan sebagai pedoman dalam pengendalian mutu
bahan baku lateks menjadi karet RSS.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka kegiatan magang yang
akan di lakukan meliputi, ikut bekerja dalam melakukan manajemen
mutu dari proses pengambilan lateks sampai melakukan semua pekerjaan
dalam pengolahanya hingga lateks tersebut menjadi RSS.
3
B. Identifikasi Masalah
Perkebunan Nusantara IX yang merupakan BUMN dengan
cakupan wilayah kerja di Provinsi Jawa Tengah ini mengelola komoditi
utama perusahaan berupa karet, gula, tetes, teh dan kopi. Mengelola
kebun sebanyak 15 unit, 8 Pabrik Gula, 1 Unit Wisata Agro dan 1 Unit
Produksi dan Pemasaran Produk Hilir.
Perusahaan juga melakukan penanaman budidaya kayu secara
monokultur di lahan yang kurang cocok untuk komoditi pokok dan
intercrop di lahan-lahan marjinal untuk pemanfaatan lahan seperti ditepi
kanan dan kiri jalan dan lahan yang terlalu curam. Selain itu perusahaan
juga mengelola budidaya hortikultura dalam rangka optimalisasi lahan
untuk menambah pendapatan perusahaan yaitu tanaman buah-buahan
seperti jeruk, buah naga, pisang, serta tanaman untuk minyak atsiri yaitu
sereh wangi.
PT. Perkebunan Nusantara IX kebun Ngobo merupakan salah satu
anak perusahaan dari PTPN IX yang bergerak pada bidang perkebunan
karet. Karet yang dihasilkan merupakan salah satu produk unggulan
untuk dijadikan bahan baku ekspor.
PT. Perkebunan Nusantara khususnya Kebun Karet Ngobo dalam
meelakukan proses produksi karetnya (ribbed smoke sheet) secara
langsung melakukan kontrol penuh, hal ini ditujukan agar produksi karet
yang dihasilkan nantinya memiliki grading serta mutu baik sehingga
dapat diterima keberadaanya di pasar global.
4
C. Batasan Masalah
1. Kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini terbatas pada PT Perkebunan
Nusantara IX, Kebun Karet Ngobo Semarang.
2. Ruang lingkup yang dibahas hanya mencakup proses penderesan,
proses pengendalian mutu bahan baku karet, proses pengendalian mutu
karet setengah jadi dan proses pengendalian mutu produk karet jadi
(ribbed smoke sheet).
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pengendalian mutu dalam produksi karet (ribbed
smoke sheet) di PT Perkebunan Nusantara IX, Kebun Ngobo
Semarang?
2. Bagaimanakah peralatan yang digunakan untuk proses pengendalian
mutu dalam produksi karet (ribbed smoke sheet) di PT Perkebunan
Nusantara IX, Kebun Ngobo Semarang?
E. Tujuan
Tujuan magang di PT Perkebunan Nusantara
IX Kebun Ngobo
Semarang :
1. Mengetahui dan mempelajari secara langsung proses pengendalian
mutu karet mulai dari bahan baku sampai dengan produk jadi (ribbed
smoke sheet).
2. Mengetahui peralatan yang digunakan dalam proses pengendalian
mutu karet mulai dari bahan baku sampai dengan produk jadi (ribbed
smoke sheet).
5
F. Manfaat Magang
Kegiatan magang merupakan salah satu sarana bagi mahasiswa
untuk
mengembangkan
pengetahuan
pengetahuan
dan
wawasan
keilmuwan secara langsung di lapangan, mempersiapkan diri di dunia
kerja setelah masa studi berakhir.
6
BAB II
KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA,
DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Kajian Teori
1. Pengertian Pengendalian Mutu
Pengendalian Mutu adalah teknik-teknik dan kegiatan-kegiatan
operasional yang digunakan untuk memenuhi persyaratan mutu.
Pengendalian mutu meliputi monitoring suatu proses, melakukan tindakan
koreksi bila ada ketidaksesuaian dan menghilangkan penyebab timbulnya
hasil yang kurang baik pada tahapan rangkaian mutu yang relevan untuk
mencapai efektivitas yang ekonomis (Kadarisman, 1994).
Kegiatan
Pengendalian
Mutu
mencakup
kegiatan
menginterpretasikan dan mengimplementasikan rencana mutu. Rangkaian
kegiatan ini terdiri dari pengujian pada saat sebelum dan sesudah proses
produksi yang dimaksudkan untuk memastikan kesesuaian produ terhadap
persyaratan mutu.Mengacu Kadarisman (1994), sesuai dengan standar
ISO 9000, maka kegiatan Pengendalian memiliki fungsi antara lain:
1) Membantu dalam membangun pengendalian mutu pada berbagai
titik dalam proses produksi.
2) Memelihara dan mengkalibrasiperalatan pengendalian proses.
3) Meneliti cacat yang terjadi dan membantu memecahkan masalah
Mutu selama produksi.
4) Melaksanakan pengendalian mutu terhadap bahan yang diterima.
7
5) Mengoperasikan laboratorium uji untuk melaksanakan uji dan
analisa.
6) Mengorganisasikan inspeksi pada setiap tahap proses dan spot
checks bilamana diperlukan.
7) Melaksanakan inspeksi akhir untuk menilai mutu produk akhir dan
efektivitas pengukuranpengendalian mutu.
8) Memeriksamutu kemasan untuk memastikan produk mampu
menahan dampak transportasi dan penyimpanan.
9) Melakukan uji untuk mengukur dan menganalisa produk yang
diterima akibat tuntutan konsumen.
10) Memberikan umpan balik data cacat dan tuntutan konsumen
kepada bagian rekayasamutu.
Menurut Ahyari (1990), untuk melaksanakan pengendalian kualitas
dapat ditempuh dengan tiga pendekatan, yaitu :
1. Pendekatan bahan baku
Bahan baku merupakan faktor yang cukup besar pengaruhnya
terhadap kualitas produk akhir. Bagi beberapa perusahaan yang
memproduksi suatu produk di mana karakteristik bahan baku
sangat berpengaruh kepada (atau bahkan langsung menjadi)
karakteristik produk, maka dalam hal pengendalian kualitas
bahan baku akan menjadi hal yang sangat penting.
8
2. Pendekatan proses produksi
Untuk perusahaan yang sudah ternama ini, meskipun telah
mempergunakan bahan baku dengan kualitas tinggi, namun
apabila tidak disertai dengan pelaksanaan proses produksi yang
baik dan benar, maka akan diperoleh kualitas produk akhir
yang rendah pula. Dengan demikian proses produksi akan
menentukan kualitas produk akhir.
3. Pendekatan produk akhir perusahaan
Pendekatan produk akhir adalah cara untuk melaksanakan
pengendalia kualitas di dalam perusahaan dengan jalan melihat
atau mengadakan seleksi terhadap produk akhir perusahaan
tersebut. Setelah produk selesai diproduksi, pada umumnya
dianggap bahwa produk tersebut sudah siap dipasarkan dan
tidak
perlu
adanya
pengendalian
kualitas,
padahal
kelangsungan hidup perusahaan sedikit banyak bergantung
kepada kepuasan konsumen terhadap produk tersebut. Upaya
untuk merebut hati konsumen diantaranya dengan melakukan
pendekatan kualitas produk akhir perusahaan.
2. Proses Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu merupakan serangkaian proses yang digunkan
untuk mendeterminir apa-apa yang akan dilaksanakan, mengevaluasi
pelaksanaan dan bilamana melaksanakan tindakan-tindakan korektif
sedemikian rupa. Hal ini berarti fungsi pengendalian meliputi segala
9
aktivitas yang dimaksudkan untuk memaksakan kejadian-kejadian agar
sesuai perencanaan semula. Menurut Mockler (1972) proses pengendalian
mutu dapat diuraikan menjadi langkah-langkah berikut :
11) Menentukan sasaran
Sasaran pokok proyek adalah menghasilkan produk atau instalasi
dengan batasan anggaran, jadwal dan mutu yang telah ditentukan.
Sasaran ini dihasilkan dari suatu perencanaan dasar dan menjadi
salah satu faktor pertimbangan utama dalam mengambil keputusan
untuk melakukan investasi atau membangun proyek, sehingga
sasaran-sasaran tersebut merupakan tonggak tujuan dari kegiatan
pengendalian.
12) Lingkup Kegiatan
Untuk
memperjelas
sasaran,
maka
lingkup
proyek
perlu
didefinisikan lebih lanjut, yaitu mengenai ukuran, batas, dan jenis
pekerjaan apa saja (dalam: paket kerja, SPK, RKS) yang harus
dilakukan untuk menyelesaikan lingkup proyek keseluruhan.
13) Standar dan Kriteria
Dalam usaha mencapai sasaran secara efektif dan efisien, perlu
disusun suatu standar, kriteria, atau spesifikasi yang dipakai
sebagai tolak ukur untuk membandingkan dan menganalisis
pekerjaan. Standar, kriteria, dan patokan yang dipilih dan
ditentukan harus bersifat, kuantitatif, demikian pula metode
10
pengukuran dan perhitungannya harus dapat memberikan indikasi
terhadap pencapaian sasaran.
14) Merancang Sistem Informasi
Satu hal yang perlu ditekankan dalam proses pengendalian mutu
dalam suatu proyek proyek adalah perlunya suatu sistem informasi
dan pengumpulan data yang mampu memberikan keterangan yang
tepat, cepat, dan akurat. Sistem informas tersebut harus dapat
mengolah data yang telah dikumpulkan tersebut menjadi suatu
bentuk informasi yang dapat dipakai untuk tindakan pengambilan
keputusan. Pada akhir suatu kurun waktu yang ditentukan,
diadakan
pelaporan
pengumpulan
data
dan
pemeriksaan,
serta
informasi
pengukuran
hasil
dan
pelaksanaan
pekerjaan.Agar memperoleh gambaran yang realistis, pelaporan
sejauh mungkin didasarkan atas pengukuran penyelesaian fisik
pekerjaan.
15) Mengkaji dan Menganalisis Hasil Pekerjaan
Pada langkah ini diadakan analisis atas indikator yang diperoleh
dan mencoba membandingkan dengan kriteria dan standar yang
ditentukan. Hasil analisis ini penting karena akan digunakan
sebagai landasan dan dasar tindakan pembetulan. Oleh karena itu,
metode
yang
digunakan
harus
kemungkinan adanya penyimpangan.
tepat
dan
peka
terhadap
11
16) Mengadakan Tindakan Pembetulan
Apabila hasil analisis menunjukkan adanya indikasi penyimpangan
yang cukup berarti, maka perlu diadakan langkah-langkah
pembetulan. Tindakan pembetulan dapat berupa :
a. Realokasi sumber daya, misalnya memindahkan peralatan,
tenaga kerja, dan kegiatan pembangunan fasilitas pembantu
untuk
dipusatkan
ke
kegiatan konstruksi instalasi dalam
rangka mengejar jadwal produksi.
b. Menambah tenaga kerja dan pengawasan serta biaya dari
kontingensi.
c. Mengubah metode, cara, dan prosedur kerja, atau mengganti
peralatan yang digunakan.
Hasil analisis dan pembetulan akan berguna sebagai umpan balik
perencanaan pekerjaan selanjutnya dalam rangka mengusahakan
tetap tercapainya sasaran semula.
B. Tinjauan Pustaka
1. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Karet
Genus tanaman karet terdiri atas 20 spesies yang keseluruhannya
berasal dari lembah Amazon. Beberapa di antara spesies tersebut
mempunyai morfologi dan sitologi yang berbeda yakni Hevea
brasiliensis, Hevea spruceana, Hevea benthamiana, Hevea pauciflora
dan Heveaa rigidifolia. Spesies yang mampu memproduksi lateks
adalah Hevea brasiliensis Muell Arg (Anwar, 2001). Klasifikasi botani
12
tanaman karet Hevea brasiliensis Muell Arg termasuk pada Famili
Euphorbiaceae, Genus Hevea, Spesies Hevea brasiliaensis Muell Arg.
Karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup
besar dengan batangnya mengandung getah yang dinamakan lateks.
Klasifikasi tanaman karet adalah sebaai berikut :
-Divisi
-Subdivisi
-Kelas
-Ordo
-Family
-Genus
-Spesies
: Spermatophyta
: Angiospermae
: Dicotyledonae
: Euphorbiales
: Euphorbiaceae
: Hevea
: Hevea brasiliensis Muell Arg.
Tanaman karet memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar
tunggang, akar lateral yang menempel pada akar tunggang dan akar
serabut. Pada tanaman yang berumur 3 tahun kedalaman akar tunggang
sudah mencapai 1,5m. Apabila tanaman sudah berumur 7 tahun maka
akar tunggangnya sudah mencapai kedalaman lebih dari 2,5m. Pada
konsisi tanah yang gembur akar lateral dapat berkembang sampai pada
kedalaman 40-80 cm. Akar lateral berfungsi untuk menyerap air dan
unsur hara dari tanah. Pada tanah yang subur akar serabut masih
dijumpai sampai kedalaman 45cm. Akar serabut akan mencapai jumlah
yang maksimum pada musim semi dan pada musim gugur mencapai
jumlah minimum (Basuki dan Tjasadihardja, 1995).
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan
berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25m.
Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan
13
yang tinggi. Beberapa pohon karet ada kecondongan arah tumbuh
agak miring. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal
dengan naman lateks (Setiawan dan Andoko, 2000).
Daun karet berselang-seling, tangkai daunnya panjang dan terdiri
dari 3 anak daun yang licin berkilat. Petiola tipis, hijau, berpanjang
3,5-30 cm. Helaian anak daun bertangkai pendek dan berbentuk
lonjong-oblong atau oblong-obovate, pangkal sempit dan tegang, ujung
runcing, sisi atas daun hijau tua dan sisi bawah agak cerah, panjangnya
5-35 cm dan lebar 2,5-12,5 cm (Sianturi, 2001).
Daun karet berwarna hijau. Apabila akan rontok berubah warna
menjadi kuning atau merah. Daun mulai rontok apabila memasuki
musim kemarau. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan
tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama sekitar 3-20 cm.
Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10 cm. Biasanya terdapat 3 anak
daun pada setiap helai daun karet. Anak daun karet berbentuk elips,
memanjang dengan ujung yang meruncing, tepinya rata dan tidak
tajam (Marsono dan Sigit, 2005).
Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan betina yang terdapat
dalam malai payung yang jarang. Pada ujungnya terdapat lima taju
yang sempit. Panjang tenda bunga 4-8mm. Bunga betina berambut,
ukurannya sedikit lebih besar dari bunga jantan dan mengandung bakal
buah yang beruang tiga. Kepala putik yang akan dibuahi dalam posisi
duduk juga berjumlah tiga buah. Bunga jantan mempunyai sepuluh
14
benang sari yang tersusun menjadi suatu tiang. Kepala sari terbagi
dalam 2 karangan dan tersusun lebih tinggi dari yang lain (Marsono
dan Sigit, 2005). Bunga majemuk ini terdapat pada ujung ranting yang
berdaun. Tiap-tiap karangan bunga bercabang-cabang. Bunga betina
tumbuh pada ujung cabang, sedangkan bunga jantan terdapat pada
seluruh bagian karangan bunga. Jumlah bunga jantan jauh lebih banyak
daripada bunga betina. Bunga berbentuk “lonceng” berwarna kuning.
Ukuran bunga betina lebih besar daripada bunga jantan. Apabila bunga
betina terbuka, putik dengan tiga tangkai putik akan tampak. Bunga
jantan bila telah matang akan mengeluarkan tepung sari yang berwarna
kuning. Bunga karet mempunyai bau dan warna yang menarik dengan
tepung sari dan putik yang agak lengket (Setyamidjaja, 1993).
Buah karet memiliki pembagian ruang yang jelas. Masing-masing
ruang berbentuk setengah bola. Jumlah ruang biasanya tiga, kadangkadang sampai enam ruang. Garis tengah buah sekitar 3-5 cm. Bila
telah masak, maka buah akan pecah dengan sendirinya. Pemecahan biji
ini berhubungan dengan pengembangbiakan tanaman karet secara
alami
yaitu biji terlontar sampai jauh dan akan tumbuh dalam
lingkungan yang mendukung (Marsono dan Sigit, 2005).
Tanaman karet dapat diperbanyak secara generatif (dengan biji)
dan vegetatif (okulasi). Biji yang akan dipakai untuk bibit, terutama
untuk penyediaan batang bagian bawah harus sungguh-sungguh baik
(Setyamidjaja, 1993).
15
2. Kegunaan Karet Alam
Karet merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia
sehari- hari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang
memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan,
conveyor belt, sabuk transmisi, dock fender, sepatu dan sandal karet.
Karet alam berguna sebagai bahan baku pembuatan berbagai macam
barang dalam industri dan berbagai bidang seperti industri otomotif,
industri alat listrik dan bidang kedokteran. Barang- barang yang terbuat
dari karet alam (baik sebagai bahan tunggal maupun campuran dengan
karet sitetis) terdiri dari banyak jenis. Mulai dari karet dot balita,
penghapus, selang, balon, sol sepatu, kasur busa, membran, karet
gelang, ban kendaraan, sabuk pengaman
(belt), alas lantai,
pembungkus kabel, dudukan mesin kendaraan maupun kaca mobil
semuanya terbuat dari bahan karet.
Kegunaan karet alam sebagai bahan baku pembuatan barang dalam
berbagai industri tidak terlepas dari sifat-sifat alami dari karet seperti
tahan panas, tidak dapat mengantarkan arus listrik, elastis, kedap air,
menahan gesekan dan kemampuan meredam suara. Sehingga berbagai
barang yang dihasilkan dari bahan baku karet alam umumnya memiliki
manfaat dasar yang sama dengan manfaat karet itu sendiri.
16
3. Penyadapan Tanaman Karet
Tanaman karet adalah tanaman tahunan yang dapat hidup hingga
sekitar 30 tahun. Tanaman karet memang bukan tanaman asli di
Indonesia. Namun, perkembangan tanaman karet di Indonesia sangat
pesat. Beberapa orang hanya mengetahui manfaat tanaman karet ini
sebagai bahan baku untuk pembuatan karet.
Bahan baku pembuatan karet dibuat dari getah tanaman karet.
Getah karet yang dihasilkan oleh pohon karet ini berwarna putih
seperti susu dan berbentuk cairan. Getah karet ini diambil dengan cara
disadap. Cara sadap ini dengan cara melukai bagian pohon karet secara
mengerucut ke bawah sehingga getah tersebut turun ke kaleng atau
tempat penampungan getah yang sudah disiapkan sebelumnya. Getah
ini
tidak
langsung
diambil,
melainkan
dibiarkan
di
tempat
penampungan selama beberapa hari. Setelah itu, getah tersebut akan
berubah menjadi blok yang sangat lengket.
4. Pengertian Ribbed Smoked Sheet (RSS)
Karet sheet asap atau yang lebih dikenal Ribbed Smoked Sheet
(RSS) adalah lembaran karet yang diolah dengan cara khusus dan
dikeringkan dengan cara pengasapan. Mutu karet RSS yang baik
adalah yang mempunyai sifat: kering, bersih, terlihat kuat, pengasapan
merata sehingga warnanya rata, bebas dari cacat dan bahan-bahan
lainnya (Suseno dan Suwari, 1989).
17
Ribbed Smoked Sheet (RSS) adalah salah satu produk yang paling
baik dari suatu pabrik pengolahan getah karet atau lateks. Produk ini
merupakan lembaran karet tipis, berwarna kuning kecoklatan dan agak
transparan serta mempunyai kelenturan yang sangat baik. RSS
dikelompokkan menjadi tiga kelas mutu, yaitu RSS I, RSS II, RSS III.
Bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan produk berasal dari
lateks kebun, selain itu juga digunakan bahan penolong dan bahan lain
yang membantu terbentuknya RSS. Bahan – bahan yang diperlukan
untuk pengolahan lateks menjadi RSS adalah asam semut, tawa,
amoniak, N.S, kayu bakar, premium, minyak tanah, talk, arpus dan
soda api.
5. Pengendalian Mutu RSS
Setiap tahapan proses produksi diatur dengan Instruksi Kerja (IK)
yang berfungsi mengatur pengendalian mutu yang harus dilakukan.
Instruksi kerja dan pengendalian mutu proses tersebut dapat dilihat
pada tabel 1.
No
1
2
Tabel 1.
Proses Pengolahan dan Pengendalian Mutu RSS
Proses
Pengendalian mutu yang dilakukan
Penerimaan
- Kesiapan dan kebersihan alat
Bahan Olahan - Pengukuran volume lateks
- Penentuan KKK
- Penyaringan lateks
- Hindari timbulnya busa
- Dokumentasi penerimaan bahan olahan
Pengenceran
- Kesiapan/kebersihan alat
- Metode kerja
- Tenaga kerja terlatih
- Dokumentasi proses pengenceran
18
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Pembekuan
- Kesiapan dan kebersihan alat
- Metode kerja
- Tenaga kerja terlatih
- Dokumentasi proses pembekuan
Penggilingan
- Kesiapan mesin giling
- Kebersihan gilingan
- Ketebalan sheet maksimal 4 mm
- Pembilasan
Penirisan
- Kebersihan tempat dan lamanya penirisan
- Dokumentasi proses penirisan
Pengasapan
- Kesiapan/kebersihan alat maupun tempat
- Pengendalian pemakaian kayu bakar
- Pengendalian suhu
- Pembalikan lembar sheet pada hari kedua
- Dokumentasi proses pengasapan
Sortasi
- Kesiapan/kebersihan alat dan ruangan
- Tenaga kerja terlatih
- Pemisahan jenis mutu
- Penimbangan
- Dokumentasi proses sortasi
Pengempaan
- Kesiapan/kebersihan alat
- Tenaga kerja terlatih
- Waktu pengempaan
- Dokumentasi proses pengempaan
Pembungkusan - Kesiapan alat dan bahan pelaburan
& pelaburan
- Pemberian identitas bal
- Tenaga kerja terlatih
- Dokumentasi proses
Penyimpanan
- Kebersihan gudang
bal
dalam - penyimpanan produk jadi
Gudang
- Kesiapan alas untuk bal
- Sirkulasi udara
- Penyusunan bal berdasarkan jenis FIFO
- Dokumentasi persediaan
Pengiriman
- Pemeriksaan identitas bal
- Kesiapan/kebersihan sarana pengiriman
- Dokumentasi proses pengiriman
19
C. Kerangka Pemikiran
PT. Perkebunan Nusantara IX
Kebun Karet Ngobo
Ngobo
- Bahan Baku
- Proses Produksi
Pengawasan
Standar Mutu
Hasil
Produksi Baik
Sesuai Standar
Produk Tidak
Sesuai Standar
Pengemasan
Analisis
Pemasaran
Menentukan
Ketidak sesuaian
Perbaikan
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
Keterangan :
PT. Perkebunan Nasional IX khususnya bagian kebun karet Ngobo
membudidayakan tanaman karet yang nantinya diolah menjadi produk karet jadi
yang dalam istilah adalah lembaran karet bergaris / Ribbed Smoked Sheet.
20
Proses produksi serta pengawasan mutu yang baik menghasilkan produk
yang sesuiai standar yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas serta kuantitas
produksi, dan juga kepuasan konsumen setelah produk RSS dipasarkan nantinya.
Dalam proses Quality Control sebagai pengawasan produk RSS dimulai dari
pengawsan mutu bahan baku produk, dilanjutkan kedalam proses mutu pasca
produksi dan juga pengawasan mutu produk jadi.
Proses produksi karet RSS di Kebun Ngobo dimulai dengan pemilahan
bahan baku yang berkualitas, dilanjut dengan proses produksi yang sesuai dengan
standar industri hijau. Standar industry hijau merupakan standar yang ditetapkan
dalam produksi karet menjadi produk jadi yang mengutamakan upaya efisiensi
serta efektifitas pemakaian sumber daya secara berkelanjutan sehingga mampu
menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian lingkungan hidup serta
memberi manfaat bagi masyarakat sekitar. Dengan melakukan proses produksi
dengan menggunakan standar rumah hijau, dan diawasi lanngsung dalam
penjaminan kualitasya dari peroses pemilihan bahan baku sampai kepada proses
sortasi dipasaran, diharapkan produk karet RSS yang diproduksi Kebun Ngobo
mampu bersaing dari segi kualitasnya pada pasar nasional maupun pasar global.
Terdapat dua kemungkinan hasil dari proses produksi kkaret RSS, yaitu produksi
karet yang sesuai standar dan produksi karet yang tidak sesuai standar.
Produksi yang sesuai standar akan dikemas dan dipasarkan, sedangkan
produksi yang tidak sesuai standar akan dianalisis untuk mencari penyebab dari
produk tersebut tidak sesuai standar. Hasil analisis digunakan sebagai bahan
evaluasi untuk perbaikan proses produksi.
21
BAB III
METODE PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
A. Desain Praktik Kerja Lapangan
Desain Praktik Kerja Lapangan ini adalah metode magang kerja.
Magang kerja adalah bagian dari pendidikan yang menyangkut proses belajar
untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan
yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat dengan metode yang lebih
mengutamakan praktik daripada teori (Rivai, 2004). Pelaksanaannya antara
lain dengan kegiatan sebagai berikut:
1.
Mengikuti seluruh kegiatan secara teknis di lapangan seperti mengikuti
proses produksi di PT Perkebunan Nusantara Kebun karet Ngobo
Semarang.
2.
Pengamatan secara langsung untuk memperoleh data primer mengenai
proses pengendalian mutu yang diterapkan PT Perkebunan Nusantara
Kebun karet Ngobo Semarang.
B. Metode Pengumpulan Data
1. Observasi
Yaitu suatu bentuk kegiatan yang dilakukan penulis dengan
pengamatan baik secara berhadapan langsung maupun secara tidak
langsung seperti memberikan daftar pertanyaan untuk dijawab.
22
2. Wawancara
Yaitu kegiatan dengan mengadakan wawancara menggunakan
kuesioner secara langsung dengan pimpinan perusahaan dan sejumlah
karyawan untuk mencari data-data mengenai strategi pemasaran yang
diterapkan oleh PT Perkebunan Nusantara, Kebun Karet Ngobo
Semarang.
3. Dokumentasi
Yaitu kegiatan yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan
berbagai dokumen perusahaan yang berhubungan dengan praktik kerja
lapangan ini. Dokumentasi yang diambil meliputi dari proses Quality
Control produk karet RSS di PT Perkebunan Nusantara, Kebun Karet
Ngobo Semarang.
4. Studi Pustaka
Yaitu kegiatan yang dilakukan dengan membaca beberapa buku
literaturliteratur, mengumpulkan dokumen, arsip, maupun cataatan
penting organisasi yang ada hubungannya dengan permasalahan penulisan
laporan ini dan selanjutnya diolah kembali.
C. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan
langsung dan wawancara kepada pembimbing lapang serta karyawan di
PT. Perkebunan Nusantara IX, Kebun Karet Ngobo Semarang. Data yang
23
diambil antara lain data tentang strategi produk yang dilakukan dan
dokumentasi foto.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara mengutip
dari buku, arsip, jurnal yang berkaitan dengan Praktik Kerja Lapangan.
Data yang diambil berupa sejarah dan profil perusahaan, struktur
organisasi perusahaan dan studi pustaka.
D. Definisi Operasional
1.
PT. Perkebunan Nusantara IX merupakan badan usaha milik Negara
dengan cakupan wilayah operasi di Jawa Tengah dan membawahi banyak
cabang perusahaan khususnya perkebunan dan salah satu komoditi yang
dihasilkan berupa karet.
2.
Salah satu jenis karet yang dihasilkan di PT. Perkebunan Nusantara IX
merupakan lembaran karet bergaris (ribbed smoked sheet) yang diolah
langsung di kebun karet Ngobo, dan beralamat di Jl. Wringin Putih /Ptp
Ngobo, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang.
3. Quality Control merupakan ketetapan yang ditentukan oleh PT.
Perkebunan Nusantara IX untuk mengatur dan mengendalikan hasil
produksi.
4. Mutu adalah kualitas yang tercermin dari produk lembaran karet bergaris
(ribbed smoked sheet) yang diproduksi oleh PT. Perkebunan Nusantara
IX kebun karet Ngobo Semarang.
24
5. Bahan baku yang dipergunakan dalam proses produksi karet ribbed
smoke sheet adalah lateks yang didapatkan dari kebun karet milik PTPN
IX Kebun Karet Ngobo Semarang.
6. Proses produksi karet ribbed smoke sheet dilakukan dalam area PTPN IX
Kebun Karet Ngobo Semarang.
7. Dalam proses produksi karet ribbed smoke sheet, produk karet yang
sudah sesuai standar, dapat langsung masuk kedalam proses sortasi,
pengemasan dan juga pemasaran produk
8. Produk karet yang belum memenuhi standar dalam proses produksi, harus
dilakukan analisis ulang serta proses pengolahan ulang hingga karet RSS
tersebut sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan oleh pabrik, sebelum
masuk kedalam proses pengemasan dan juga pemasaran.
9. Standar industri hijau merupaka standar yang ditetapkan dalam industri
pengolahan getah karet, yang bertujuan untuk meminimalkan dampak
buruk, seperti emisi, bahan berbahaya beracun dan juga pencemaran
linngkungan yang dihasilkan dalam kegiatan pengolahan getah katet
tersebut.
E. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan untuk membahas quality control
di PT Perkebunan Nusantara IX, Kebun Karet Ngobo Semarang adalah
analisis deskriptif. Analisis deskriptif yaitu metode yang memusatkan diri
pada pemecahan masalah-masalah yang actual sedangkan analisis adalah data
yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, dan kemudian dianalisis.
25
Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara
sistematis, factual dan akurat mengenai fakta/ sifat hubungan antara
fenomena yang diselidiki.
F. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
1.
Tempat Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan di PT Perkebunan Nusantara
Kebun karet Ngobo Semarang.
2. Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan selama satu bulan yaitu mulai
tanggal 11 Februari 2019 sampai dengan tanggal 15 Maret 2019. Jadwal
Praktik Kerja Lapangan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 2.
Jadwal Praktik Kerja Lapangan
NO
1.
2.
3.
4.
5.
KEGIATAN
Proposal
Pelaksanaan
PKL
Analisa Data
Laporan
Ujian PKL
1
2
3
4
5
MINGGU
6 7 8 9
10 11 12
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi dan Gabaran Umum Perusahaan
1. Sejarah Berdirinya PTPN IX Kebun Ngobo
Pada tahun 1957 Kebun Ngobo merupakan kebun milik
swasta Belanda yang semula dari nama Firma MC.TH.Crone,
yang berkantor di Semarang dan kemudian dinasionalisasi pada
tanggal 10 Desember 1957 oleh pemerintah Republik Indonesia
(RI) dengan nama PPN / Perusahaan Perkebunan Negara. Pada
tahun 1973 diadakan reorganisasi menjadi PT. Perkebunan XVII
(Persero) tepatnya tanggal 1 Agustus 1973. Kemudian tahun 1980
Kebun Ngobo digabung dengan kebun Jatirunggo – Gebugan
menjadi nama baru Kebun Ngobo / Jatirunggo / Gebugan, dengan
dasar surat No: XVII / KPTS / 135 / 1980 tanggal 23 April 1980.
Tahun 1994 Manajemen PT. Perkebunan XXI – XXII, Tahun
1996 PT. Perkebunan XVII di Merger dengan PT. Perkebunan XV
– XVI, dengan nama PTP. Nusantara IX (Persero), berdasarkan PP
No.14 Tahun 1996, pada tanggal 2 oktober 2014, Menteri BUMN
Dahlan Iskan meresmikan Holding BUMN Perkebunan yang
beranggotakan PTPN I,II,IV,V,VI,VII,VIII,IX,X,XI,XII, XIII,XIV
dengan PTPN III sebagai induk Holding BUMN Perkebunan.
Dengan resmi terbentuknya Holding Perkebunan, PT Perkebunan
27
Nusantara IX (Persero) berubah nama menjadi PT. Perkebunan
Nusantara IX.
2. Lokasi PTPN IX Kebun Ngobo
Lokasi Pabrik RSS beserta Kebun Karet Ngobo PTPN IX berada
di daerah Desa Wringin Putih, Kec. Bergas, Kab. Semarang.
Dengan kantor direksi utama yang berada di Jalan Mugas Dalam,
Kelurahan Mugassari, Kecamatan Semarang Selatan, Kota
Semarang.
3. Visi dan Misi PTPN IX Kebun Ngobo
a. Visi

Menjadi Perusahaan Agrobisnis Yang Berdaya Saing
Tinggi Dan Tumbuh Berkembang Bersama Mitra.
b. Misi

Memproduksi dan memasarkan produksi karet, teh, kopi,
gula dan tetes ke pasar domestik dan internasional secara
profesional untuk menghasilkan pertumbuhan laba
(profit growth) dan mendukung kelestarian lingkungan.

Mengembangkan cakupan bisnis melalui diversifikasi
usaha, yaitu produk
hilir, wisata agro, dan usaha
lainnya, untuk mendukung kinerja perusahaan.

Mengembangkan sinergi dengan mitra usaha sytrategis
dan masyarakat lingkungan usaha untuk mewujudkan
kesejahteraan Bersama.
28

Stuktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun
Ngobo.
Struktur organisasi umumnya dimiliki oleh setiap
perusahaan.
Berikut struktur organisasi yang terdapat pada PT.
Perkebunan Nusantara IX Kebun Ngobo dapat dilihat
pada Gambar 2.
Gambar 2. Struktur Organisasi PTPN IX Kebun Ngobo.
29
Deskripsi mengenai tugas dan wewenang dari struktur
organisasi PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Ngobo adalah
sebagai berikut:
a. Manajer
pemimpin yang bertugas sebagai perencana, pengkoordinasi, dan
pengawas kinerja direksi.
b. Asisten kepala
wakil pimpinan manajer yang bertugas sebagai penanggung jawab
kedua setelah manajer.
c. Asisten kebun
wakil pimpinan manajer di bidang kebun pada setiap afdeling
kebun.
d. Asisten kantor
wakil pimpinan dibagian SDM kantor induk pabrik.
e. Asisten Teknik
wakil manajer di bagian Teknik yang menangani proses
pengolahan, pengasapan, sortasi serta sanitasi.
f. Koordinator
sebagai pemberi arahan dan penjelasan tugas dari setiap karyawan.
g. Mandor besar
mandor penanggung jawab dari setiap proses kegiatan produksi
berlangsung.
h. Admin
30
Pengkoordinasi karyawan dialam pabrik maupun dari luar pabrik.
i. Mandor pengolahan
penanggung jawab utama dalam proses pengolahan berlangsung.
j. Mandor panen
pengawas dan penanggung jawab pada saat proses pemanenan di
kebun.
k. Mandor pemeliharaan
penanggung jawab terhadap tugas pemeliharaan tanaman di kebun
dan inventaris perusahaan seperti sarana dan prasaran peralatan
produksi dan kendaraan distribusi .
B. Kegiatan Pengendalian Mutu RSS di PTPN IX kebun Ngobo
Pengendalian mutu suatu produk merupakan bagian penting dalam
suatu perusahaan agar semua produk yang berada atau sampai ditangan
konsumen merupakan produk yang memiliki kualitas paling baik. PT.
Perkebunan Nusantara IX Kebun Ngobo merupakan anak usaha dari
PTPN III yang merupakan holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
dibidang perkebunan. PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Ngobo
menghasilkan produk karet sheet dengan standar mutu unggul dan
dipasarkan secara global mencangkup pasaran domestik maupun ekspor.
Kegiatan pengendalian yang dilakukan oleh PT. Perkebunan Nusantara
IX (Persero) Kebun Ngobo meliputi semua kegiatan dari awal yaitu
proses pengadaan bahan baku produksi, proses prroduksi sampai dengan
proses akhir yaitu proses pengiriman barang ke gudang veem. Kegiatan
31
pengendalian mutu dalam proses produksi ribbed smoke sheet (RSS)
yang dilakukan oleh PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Ngobo 3
pendekatan yaitu :
1. Pendekatan Penyediaan Bahan Baku RSS
Tanaman karet adalah tanaman tahunan yang dapat hidup hingga
sekitar 30 tahun. Tanaman karet memang bukan tanaman asli di Indonesia.
Namun, perkembangan tanaman karet di Indonesia sangat pesat. Beberapa
orang hanya mengetahui manfaat tanaman karet ini sebagai bahan baku
untuk pembuatan karet.
Bahan baku pembuatan RSS dibuat dari getah tanaman karet yang
sering disebut lateks. Getah karet yang dihasilkan oleh pohon karet ini
berwarna putih seperti susu dan berbentuk cairan. Getah karet ini diambil
dengan cara disadap. Cara sadap ini dengan cara melukai bagian pohon
karet secara mengerucut ke bawah sehingga getah tersebut turun ke kaleng
atau tempat penampungan getah yang sudah disiapkan sebelumnya. Getah
ini tidak langsung diambil, melainkan dibiarkan di tempat penampungan
selama beberapa jam, Setelah getah terkumpul getah kemudian akan
segera dipulung.
Bahan baku utama prroduksi RSS di PTPN IX Kebun Ngobo
dihasilkan dari empat afdeling kebun dengan luasan total sekitar 2. 257,44
Ha dan dapat menghasilkan getah sekitar 3 sampai 4 ton lateks cair dalam
setiap harinya.
2. Pendekatan Proses Produksi
32
Pada proses pengolahan karet mentah menjadi RSS di PTPN IX
Kebun Ngobo memperhatikan panduan intrumen-instrumen serta standar
operasi perusahaan yang dimaksudkan untuk meminimalisir kesalahan dan
juga pengawasan akan kualitas produk yang dihasilkan nantinya sesuai
dengan sertifikat ISO – 9004 dengan proses pengolahan RSS terdiri atas
beberapa tahap, yaitu :
1) Penyadapan dan Pemulungan Lateks
Penyadapan karet dilakuan setiap harinya di masig-masing
afdeling kebun oleh tenaga penyadap karet yang dilakukan mulai
jam empat dini hari hingga jam enam pagi.
Penyadapan karet dilakuan setiap harinya di masig-masing
afdeling kebun oleh tenaga penyadap karet yang dilakukan mulai
jam empat dini hari hingga jam enam pagi. Sementara proses
pemulungan karet dilakukan setelah mangkok sadap terisi penuh
yang membutuhkan waktu dua hingga tiga jam. Proses
pemulungan karet biasanya dilakukan sebelum siang, yaitu antara
jam delapan hingga jam sepuluh pagi, hal ini dilakukan untuk
menjaga kondisi getah lateks tetap stabil dan enghindari proses
penggumpalan dini.
2) Pengumpulan Lateks di TPH dan Pengangkutan lateks Ke Pabrik
Lateks yang diperoleh dari proses pemulungan akan segera
di kumpulkan di TPH (Tempat Pengumpulan Hasil) yang berada
pada setiap pos masing-masing afdeling atau lokasi kebun, ketika
33
lateks masuk TPH, lateks akan segera dipisahkan dari lump dan
dan kontaminan lain yang kasat mata seperti ranting maupun daun,
setelah itu lateks akan segera ditimbang volumenya dan dilakukan
penyaringan sebelum lateks tersebut masuk kedalam bak
penampungan.
Untuk
menjaga
kondisi
lateks
tetap
stabil
dan
meminimalisir adanya penggumpalan serta pembekuan lateks di
lokasi kebun, ditambahkan cairan Amoniak (NH3) sebagai bahan
anti koagulan. Penambahan cairan NH3 dilakukan untuk mencegah
lateks menggumpal menjadi lump proses penambahan cairan NH3
ini menggunakan perhitungan yang sudah ditetapkan oleh pabrik
yaitu dalam 100 liter lateks ditambahkan 300 cc cairan NH3.
Lateks yang sudah ditambahkan cairan NH3 sebagai bahan
koogulan akan tetap dalam kondisi cair dan stabil hingga jangka
waktu 3 jam.
Pengakutan lateks ke pabrik dilakukan setelah lateks sudah
terkumpul seluruhnya di TPH dengan jumlah perolehan rata-rata
dari setiap TPH terkumpul 800 – 1400 liter lateks pada masingmasing blok kebun. Dalam satu kali jalan, truk pengangkut lateks
dengan kapasitas tangki sebesar 4000 liter mengankut lateks dari 4
sampai 5 blok kebun. Hal ini dilakukan guna mengefisienkan
waktu pengangkutan lateks dari kebun ke pabrik untuk segera
34
diolah menjadi RSS karena kondisi stabil lateks agar tetap cair
memiliki jangka waktu yang sangat terbatas.
3) Penyaringan Serta Penampungan Lateks di bulking tank
Setibanya lateks di pabrik, lateks akan segera dialirkan ke tangki
penampungan sementara yang biasanya disebut Bulking Tank.
Sebelum masuk kedalam Bulking Tank, lateks dari kebun akan
dilakukan proses penyaringan dengan saringan 40 mesh untuk
meisahkan lateks dari gumpalan lump serta kontaminan kecil
seperti kerikil serpihan kulit kayu karena proses penderesan dan
juga benda asing lain. Didalam Bulking Tank lateks dilakukan
pengencekan serta pengambilan sampling KKK (Kadar Karet
Kering) dari lateks kebun dengan menggunakan metrolak (alat
penguji kekentalan). Hal ini dilakukan guna menentukan taksasi
banyaknya air serta asam semut yang digunakan dalam proses
pengenceran, penetralan serta pembekuan lateks nantinya. Kadar
Karet Kering yang dikehendaki dalam proses produksi sekitar 9%
hingga 13%. Jika kondisi KKK dibawah 9% maka karet akan sulit
untuk membeku dan cenderung buruk kualitasnya karet tersebut
membeku. KKK dipengauhi dari banyak faktor, mulai dari kondisi
lateks yang keluar dari pohon, penambahan NH3 yang tidak sesuai
aturan dan juga kondisi iklim. KKK yang sesuai berkisar antara
17% hingga 22% sangat mempengaruhi kualitas mutu hasil RSS
yang diproduksi nantinya.
35
4) Pembekuan Lateks dan Proses Giling Sheet
Pembekuan latek dilakuakan setelah didapatkan hasil dari
sampel KKK di bulking tank untuk menentukan banyaknya air
sebagai pengencer dan asam semut sebagai penetral lateks.
Pembekuan dilakukan dengan mengalirkan lateks kedalam setiap
bak pembekuan yang sebelumnyaa sudah diisi air sebagai bahan
pengencer menggunakan pipa yang sudah terhubung ke setiap bak
pembekuan yang ada.
Didalam bak pembekuan lateks kemudian ditambahkan
asam semut sesuai takaran yang sudah ditentukan sebelumnya dan
dilakukan pengadukan sebanyak 12 kali adukan. Hal ini
dimaksudkan agar lateks tercampur sepenuhnya dengan air dan
asam semut. Dalam proses pengadukan akan muncul buih, buih
tersebut harus sgera dipisahkan di wadah lain guna menejaga
kualitas karet sheet nantinya. Setelah lateks di bak pembekuan
benar-benar bebas dari buih, segera dilakukan proses penyekatan
dengan lempeng besi (pencetakan). Dalam proses pencetakan serta
pembekuan karet diperlukn waktu sekitar 2-3 jam masa tunggu
sebelum karet tersebut benar benar
membeku sepenuhnya dan
dapat dilakukan proses giling nantinya.
Lateks yang membeku secara optimal dengan mutu bagus,
memiliki slab / bekuan dengan tingkat kekenyalan yang seragam,
dan memilii pori-pori cenderung halus dan rapat. Sedangkan karet
36
yang gagal dalam proses pembekuan akan mengeluarkan cairan
serum kuning dan kondisi karet cenderung lembek dan banyak
rongga-ronga udara yang tercipta dari slab / bekuan. Hal ini sangat
mempengaruhi kualitas nantinya. Jika lateks yang gagal dalam
proses pembekuan tetap digiling nantinya akan menghasilkan
produk akhir RSS 4. Untuk mengefisienkan tenaga kerja serta
biaya produksi, maka lateks yang gagal dalam proses pembekuan
akan disingkirkan dan dijadikan produk akhir lump.
Lateks yang sudah membeku dan menjadi slab dengan
kondiisi bagus kemudian dilakukan proses penggilinggan. Proses
penggiingan lateks. Enggilingan dilakukan untuk mengurangi
intensitas masa air yang terdapat dari setiap slab dan juga
penempaan menjadi lembaran slab dengan ketebalan seragam.
Proses giling dan penempaan slab dilakukan dari slab yang
memiliki ketebalan sekitar 3 cm dari setiap bak cetakan menjadi
slab yang hanya meiliki ketebalan sekitar 2,5–3 mm ketika sudah
mengalami proses giling. Slab–lab inilah yang nantinya disebut
sebagai ribbed sheet metah. Dan harus melaluai proses pengasapan
sebelum menjadi produk akhir RSS. Proses giling dilakukan
dengan sebelumnya sudah disetel kerenggangan serta ketebalanya
dari masing-masing mangel dan juga cetakanya, sehingga nantinya
sheet yang dihasilkan dari proses penggilingan memiliki ketebalan
37
yang serupa dan dengan motif garis cetakan yang serpa pula antar
masing-masing sheet.
5) Pengasapan Sheet
Proses pengasapan dilakukan setelah seluruh lateks digiling
menjadi sheet dengan cara digantungkan pada setiap rak yng ada di
ruang pengasapan. Proses pengasapan dilakukan di kamar asap
yang memiliki kapasitas 5 ton dari setiap kamar asap. Pengasapan
dilakukan selama 5 hari dengan suhu yang berbeda dimana suhu
tersebut ditambah secara bertahap pada setiap harinya sehingga
karet yang dihasilkan nantinya memiliki kematangan menyeluruh
dan meminimalisir adanya karet yang gagal masak karena adanya
lonjakan suhu yang signifikan.
pada hari kedua pengasapan, dilakukan pembalikan
lembaran karet, hal ini dilakukan untuk mempercepat proses
pengurangan
kandungan
air
pada
sheet
serta
memperata
jangakauan panas pada masing-masing bagian permukaan sheet
sehingga sheet tersebut memiliki kematangan yang maksimal.
Adapun pengaturan suhu yang dilakukan dalam proses
produksi RSS PTPN IX Kebun Ngobo adalah sebagai berikut :
-
Hari 1 : 40°-45° C
-
Hari 2 : 45°-50° C
-
Hari 3 : 50°-55° C
-
Hari 4 : 55°-60° C
38
-
Hari 5 : 60° C
Pengaturan suhu tersebut dimaksudkan agar karet sheet
yang diasapi bisa matang permukaanya secara menyeluruh, dan
juga mengurungi adanya resiko sheed yang jatuh dari gantungan
kamar asap ataupun karet sheet menjadi melar dan tidak terkontrol
daya elastisitasnya karena terjdi lonjakan suhu yang sangat tinggi.
Pada hari ke 6, setelah karet dilakukan proses pengasapan selama 5
hari, dilakukan pemongkara pada kamar
pengasapan, untuk
mengambil
dan
sheet
yang
sudah
matang
siap
dibawa
menggunakan troli untuk dilakukan proses sortasi dan pegepakan
sheet.
6) Sortasi, Pengepakan dan Marking
Proses sortasi RSS dilakuakan setelah seluruh sheed sudah
dibonngkar dari kamar pengasapan dan diangkut ke ruang sortasi
menggunkan lori. Sheet yang dikeluarkan dari rumah asap harus
selesai disortir pada hari itu juga, proses penyortiran dilakukan di
atas kaca untuk mengklasifikasikan jenis sheet berdasarkan mutu
(warna, kotoran, gelembung udara, jamur dan kehalusan gilingan),
produk yang dihasilkan yaitu RSS 1, RSS 3, RSS 4 dan Cutting.
Pengepakan sangat penting dilakukan untuk suatu hasil
prosuksi. Pengepakan berguna untuk melindungi produk dari
kontaminasi serangga, debu, mikroorganisme, mempermudah
39
dalam transportasi, dan mengelompokkan produksi sehingga
ukuran berat atau volumnya seragam.
Produk karet olahan yang telah dikelompokkan berdasarkan
jenis mutu kemudian dimall ke dalam peti cetak (balling press) dan
didiamkan
selama
12
jam,
hal
tersebut
dilakukan
guna
mendapatkan bentuk karet olahan berupa loss ball seberat 113 kg
dengan ukuran bandela atau pembungkus sebesarr 56 cm x 46 cm x
78 cm. Sedangkan dalam proses marking atau pelaburan bahan
pelabur biasanya menggunakan talk yang dicampur dengan bahan
perekat, yang dibuat dengan cara mencampur talk powder 200
gram, premium 0,8 liter dan bahan perekat/lem menggunakan
potongan karet atau cutting sheet. Tanda – tanda yang dicantumkan
dalam tiap bandela adalah sebagai berikut
a.
Tanda derajat (Grade Marks)
b.
Tanda perusahaan (Firm Marks)
c.
Berat tiap bandela = 113 kilogram
d.
Tanda – tanda pengenala lot (Lot Identification Marks)
e.
Nomor urut bandela
Fungsi pelaburan adalah untuk mencegah kemungkinan
lengket antara bandela yang ditumpuk pada penyimpanan di
gudang
dan
untuk
mikroorganisme (jamur).
7) Pergudangan
mengurangi
kemungkinan
timbulnya
40
Proses pergudangan di PTPN IX Kebun Ngobo dibedakan
menjadi dua jenis gudang, yaitu gudang lokal dan gudang
veem. RSS yang diproduksi di pabrik, kemudian akan
ditapmung terlebih dahulu di gudang local dan dipisahkan
menurut kualitasnya, gudang lokal berada dilokasi pabrik
dan menjadi satu dengan ruang sortasi pengepakan dan
marking. Proses endistribusian barang yang dilakukan dari
gudang lokal ke gudang veem menggunakan metode FIFO /
metode First In First Out, dimana jika pabrik sudah berhasil
memproduksi RSS dengan jumlah 54 ball akan segera di
kirim ke gudang veem. Proses pengiriman dialkukan setiap
dua atau tiga hari sekali dengan berat yang selalu konstan
yaitu 7182 kg atau sebanyak 54 ball RSS. Sebelum
dilakukn pengiriman ke gudang veem, ball RSS dilakukan
pengecekan kembali menggunakan metal detector yang
dimaksudkan untuk menghindari adanya kontaminan /
benda asing saat barang akan dikirim. Pengirimaan ke
gudang veem dilakukan menggunakan armada truck yang
sudah di check terlebih dahulu kesiapan setra kebersihan
armada.
Di gudang veem, RSS akan ditampung sebelum dijual ke
konsumen yang kebanyakan berasal dari luar negri seperti
prancis, rusia, india dan singapura. Penanganan RSS di
41
gudang veem harus sesuai dengan standar mutu produk,
yaitu dengan mengggunakan alas kayu sebagai dasar
tumpuan, penumpukan ball RSS tidak lebih dri 4 tumpuk,
serta kondisi gudang harus selalu bersih dan bebas lembab.
Hal ini dimaksudkan agar kualitas RSS tetap terjaga hingga
sampai ketangan konsumen.
8) Sanitasi
3. Pendekatan Kontrol Kualitas Menggunakan Analisis Diagram SebabAkibat (Fishbone Chart)
Dalam proses produksi karet RSS di PTPN IX Kebun Ngobo,
pihak teknik selaku pihak yang bertugas dalam mengontrol seluruh
istrumen serta kegiatan di bagian produksi RSS di pabrik menggunakan
alat bantu untuk mencari penyebab adanya permasalahan menggunakan
diagram sebab akibat / Fishbone chart.
a. Fishbone
Chart
untuk
Permasalahan
Sebab
Permasalahan Noda dan Gelembung Kecil pada sheet.
Akibat
untuk
42
Keterangan ;
1. Man (Pekerja)
 Kelalaian pekerja dalam hal penggantian bambu
Pekerja di ruang pengasapan seharusnya setiap hari harus
mengecek setiap bambu yang digunakan untuk menjemur sheet.
Setiap bambu mempunyai tingkat kekuatan yang berbeda dalam
hal ketahanan. Bambu yang sudah tidak layak dipakai ini nantinya
akan menjadikan sheet yang dijemur akan dikenai jamur.
 Respon pekerja dalam menjaga kebersihan
Selain kebersihan dari diri pekerja, kebersihan ruang
pengasapan dan peralatan sehari-hari yang digunakan harus
terbebas dari kotoran agar tidak menghambat proses pengolahan.
Sebelum peralatan digunakan untuk proses pengolahan, maka
peralatan sebaiknya harus terlebih dahulu dibersihkan agar sisasisa bahan yang diolah sebelumnya tidak ikut tercampur. Hal ini
nantinya juga akan mempengaruhi kualitas lembaran karet yang
dihasilkan.
2. Method (Instruksi Kerja)
 Pencucian lembaran (sheet) yang kurang bersih
Pencucian lembaran yang dihasilkan setelah proses giling
harus dicuci dengan air yang mengalir sehingga sisa-sisa serum
tersebut tidak tertinggal di lembaran. Metode pencucian yang perlu
43
diperhatikan yakni dengan air bersih yang mengalir. Akibat
pencucian yang kurang bersih ini nantinya akan menyebabkan
lembaran mudah kena jamur. Pekerja dalam bagian ini harus
melihat benar apakah lembaranlembaran yang dicuci sudah bersih
dan sebaiknya pencucian ini dilakukan secara berulang-ulang agar
lembaran-lembaran karet benar-benar terjamin kebersihannya.
 Pembalikan lembaran (sheet) yang tidak segera dibalik
Pembalikan sheet dilakukan pada hari ke-2 pada saat
pengasapan. Terkadang pembalikan sheet ini tidak segera
dilakukan oleh para pekerja dikarenakan sheet yang masih panas
sehingga terjadinya kondensasi uap air di dalam ruangan dan
mengenai sheet
tersebut. Hal inilah yang menyebabkan sheet
terkena nodanoda kecil (cendawan). Maka, dalam metode kerja di
ruang pengasapan perlu adanya penekanan untuk perlakuan
tindakan pembalikan lembaran-lembaran karet dengan segera pada
hari ke-2.
3. Material (Bahan Baku)
 Bahan baku lateks yang mengalami goncangan
Lateks yang dikirim dari Afdelling yang jaraknya lumayan
jauh dari pabrik pengolahan ini juga mempengaruhi kualitas dari
lateks itu sendiri. Lateks yang seperti ini banyak berbusa sehingga
dalam pengolahannya harus perlu tenaga ekstra untuk menyaring
busa-busa tersebut. Akibat dari teragulasinya bahan baku lateks
44
dengan
cepat
yang
dapat
menyebabkan
terjadinya
gelembunggelembung udara dalam tiap sheet. Jadi, sebaiknya
petugas penerimaan bahan baku memberikan informasi kepada
petugas bagian pengolahan selanjutnya tentang kondisi bahan baku
tersebut agar para pekerja pada bagian selanjutnya juga waspada
dan paham apa yang harus dilakukan nantinya.
4. Environment (Lingkungan)
 Cuaca dan suhu yang kadang kurang mendukung
Pada akhir bulan desember hingga pertengahan bulan
februari terjadi hujan deras dan inilah yang menyebabkan
kelembaban yang berlebih di ruang pengasapan maupun ruang
sortasi. Akibat dari kelembaban udara ini timbul adanya
bercak/noda kecil seperti jamur/cendawan. Perlu dilakukan
pencegahan
untuk
berkembangbiaknya
cendawan
menyemprot dengan anti-jamur pada ruang bagian sortasi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
seperti
45
Ahyari, Agus.1990. Manajemen Produksi : Pengendalian Produksi. Buku 2 Edisi
ke Empat. Yogyakarta : BPFE. Hal 286-287
Mahardika, Rini. 2009.Laporan Magang Quality Control Pt. Tiga Pilar Sejahtera
Food Tbk(Unit Candy)Pt.Poly Meditra Indonesia(Diunduh pada tanggal
10 Januari 2018 Pukul 10.00 WIB)
Nazir, M. 1983. Metode Penelitian
Gaspersz, Vincent, 2010. Total Quality Management (TQM). Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
O’Connor, Patrick D, T.2001. Practical Reliability Engineering, Fourth Edition,
Jonh Wiley & Sons Ltd. England
Gitosudarmo Indriyo, Reksohadiprodjo Sukanto, 2008. Manajemen Produksi
Edisi 4., Yogyakarta BPFE
Download