i PROPOSAL PRAKTIK KERJA LAPANGAN PENGENDALIAN MUTU RIBBED SMOKE SHEET PTPN IX KEBUN KARET NGOBO SEMARANG Oleh Abiyanto Prabowo NIM : 162310003 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2019 ii HALAMAN PERSETUJUAN Judul Proposal : Pengendalian Mutu Ribber Smoke Sheet PTPN IX Kebun Karet Ngobo Semarang Pengusul a. Nama Lengkap b. NIM c. Jurusan/Progdi d. Universitas e. Alamat dan No. Telp f. Alamat Email Dosen Pendamping a. Nama Lengkap Gelar b. NIDN Lokasi PKL : : : : : Abiyanto Prabowo 162310003 Pertanian/Agribisnis Universitas Muhammadiyah Purworejo Jl. Gajah Mada Km 01, Rt 01/04, Desa Bandungrejo, Kec. Bayan, Kab Purworejo (0895401562049) : [email protected] dan : Uswatun Hasanah, S.P.,M.Sc. : 0601127101 : PTPN IX cabang Kebun Ngobo, Bergas, Semarang : 1 (satu) bulan Jangka Waktu PKL Purworejo, Januari 2019 Menyetujui Dosen Pembimbing Pengusul Uswatun Hasanah, S. P., M. Sc. NIDN. 0601127101 Abiyanto Prabowo NIM. 162310003 Mengetahui, Ketua Program Studi Agribisnis Dyah Panuntun Utami, S. P., M. Sc. NIDN. 0603017501 iii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN. ......................................................................... ii DAFTAR ISI .................................................................................................... iii DAFRAT TABEL ............................................................................................ v DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vi BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 3 C. Batasan Masalah................................................................................... 4 D. Rumusan Masalah ................................................................................ 4 E. Tujuan .................................................................................................. 4 F. Manfaat Magang .................................................................................. 5 BAB II KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, DAN KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................................................... 6 A. Kajian Teori ......................................................................................... 6 1. Pengertian Pengendalian Mutu ...................................................... 6 2. Proses Pengendalian Mutu ............................................................. 8 B. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 11 1. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Karet .............................. 11 2. Kegunaan Karet Alam .............................................................. 15 3. Penyadapan karet ..................................................................... 16 4. Pengertian Ribbed Smoked Sheet (RSS) ................................. 16 5. Pengendalian Mutu Ribbed Smoked Sheet (RSS) ................. 17 C. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 39 BAB III Tata Laksana Kegiatan ....................................................................... 21 A. Desain Praktik Kerja Lapangan .......................................................... 21 B. Metode Pegumpulan Data .................................................................... 21 C. Sumber Data ......................................................................................... 22 D. Definisi Operasional............................................................................. 23 iv E. Metode Analisis Data ........................................................................... 24 F. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ................... 25 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN v DAFTAR TABEL Tabel 1. Proses Pengolahan dan Pengendalian Mutu RSS.....................................17 Tabel 2. Jadwal praktik kerja lapangan ..................................................................19 vi DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kerangka pemikiran .............................................................................22 vii BAB I PENDAHULUAN 41 5 5 4 4 4 A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil dan pengekspor karet alam urutan ke 2 (dua) di dunia setelah Thailand. Meskipun produksi karet Indonesia masih dibawah Thailand namun dari sisi luasan Indonesia menduduki areal karet terluas di dunia. Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat produktivitas karet Indonesia per satuan luas masih dibawah tingkat produktivitas di negara lain (Thailand dan Malaysia). Namun demikian peluang ekspor karet alam Indonesia ke depan masih tetap cerah bahkan Indonesia dapat menjadi negara pemasok karet utama mengingat 2 pemasok utama lainnya (Thailand dan Malaysia) sudah tidak mampu lagi meningkatkan produksinya karena keterbatasan lahan pengembangan. Dibalik peluang yang sangat besar tersebut, tuntutan terhadap bahan baku yang bermutu merupakan suatu tantangan yang besar bagi Indonesia. Mutu bahan baku karet yang diekspor ke luar negeri sangat ditentukan oleh penanganan bahan olah karet di tingkat petani. Semenjak Indonesia dikenalkan dengan produk crumb rubber dengan SIR (Standar Indonesian Rubber), mutu bahan olah karet yang dipersiapkan oleh petani semakin merosot. Karet adalah polimer hidrokarbon yang terbentuk dari emulsi kesusuan (dikenal sebagai latex) yang diperoleh dari getah beberapa jenis 2 tumbuhan pohon karet tetapi dapat juga diproduksi secara sintetis. Sumber utama barang dagang dari latex yang digunakan untuk menciptakan karet adalah pohon karet Havea Brasiliensis. Ini dilakukan dengan cara melukai kulit pohon sehingga pohon akan memberikan respons yang memberikan banyak latex lagi. Proses pengolahan karet sangat dipengaruhi oleh kualitas bahan baku karet yang diolah, mesin-mesin yang digunakan, proses pengolahan, sumber daya manusia dan kondisi lingkungan pabrik, sehinga diperlukan pembuatan standar operasional prosuder (SOP) pengolahan karet RSS sebagai standar tatacara kerja, proses pengolahan terbaik yang menjamin konsistensi mutu yang berlaku untuk semua pabrik karet RSS. PTP Nusantara IX Kebun Ngobo merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan keret dan pengolahan getah karet atau lateks. Ini bertujuan untuk dijadikan sebagai pedoman dalam pengendalian mutu bahan baku lateks menjadi karet RSS. Berdasarkan latar belakang tersebut maka kegiatan magang yang akan di lakukan meliputi, ikut bekerja dalam melakukan manajemen mutu dari proses pengambilan lateks sampai melakukan semua pekerjaan dalam pengolahanya hingga lateks tersebut menjadi RSS. 3 B. Identifikasi Masalah Perkebunan Nusantara IX yang merupakan BUMN dengan cakupan wilayah kerja di Provinsi Jawa Tengah ini mengelola komoditi utama perusahaan berupa karet, gula, tetes, teh dan kopi. Mengelola kebun sebanyak 15 unit, 8 Pabrik Gula, 1 Unit Wisata Agro dan 1 Unit Produksi dan Pemasaran Produk Hilir. Perusahaan juga melakukan penanaman budidaya kayu secara monokultur di lahan yang kurang cocok untuk komoditi pokok dan intercrop di lahan-lahan marjinal untuk pemanfaatan lahan seperti ditepi kanan dan kiri jalan dan lahan yang terlalu curam. Selain itu perusahaan juga mengelola budidaya hortikultura dalam rangka optimalisasi lahan untuk menambah pendapatan perusahaan yaitu tanaman buah-buahan seperti jeruk, buah naga, pisang, serta tanaman untuk minyak atsiri yaitu sereh wangi. PT. Perkebunan Nusantara IX kebun Ngobo merupakan salah satu anak perusahaan dari PTPN IX yang bergerak pada bidang perkebunan karet. Karet yang dihasilkan merupakan salah satu produk unggulan untuk dijadikan bahan baku ekspor. PT. Perkebunan Nusantara khususnya Kebun Karet Ngobo dalam meelakukan proses produksi karetnya (ribbed smoke sheet) secara langsung melakukan kontrol penuh, hal ini ditujukan agar produksi karet yang dihasilkan nantinya memiliki grading serta mutu baik sehingga dapat diterima keberadaanya di pasar global. 4 C. Batasan Masalah 1. Kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini terbatas pada PT Perkebunan Nusantara IX, Kebun Karet Ngobo Semarang. 2. Ruang lingkup yang dibahas hanya mencakup proses penderesan, proses pengendalian mutu bahan baku karet, proses pengendalian mutu karet setengah jadi dan proses pengendalian mutu produk karet jadi (ribbed smoke sheet). D. Rumusan Masalah 1. Bagaimana proses pengendalian mutu dalam produksi karet (ribbed smoke sheet) di PT Perkebunan Nusantara IX, Kebun Ngobo Semarang? 2. Bagaimanakah peralatan yang digunakan untuk proses pengendalian mutu dalam produksi karet (ribbed smoke sheet) di PT Perkebunan Nusantara IX, Kebun Ngobo Semarang? E. Tujuan Tujuan magang di PT Perkebunan Nusantara IX Kebun Ngobo Semarang : 1. Mengetahui dan mempelajari secara langsung proses pengendalian mutu karet mulai dari bahan baku sampai dengan produk jadi (ribbed smoke sheet). 2. Mengetahui peralatan yang digunakan dalam proses pengendalian mutu karet mulai dari bahan baku sampai dengan produk jadi (ribbed smoke sheet). 5 F. Manfaat Magang Kegiatan magang merupakan salah satu sarana bagi mahasiswa untuk mengembangkan pengetahuan pengetahuan dan wawasan keilmuwan secara langsung di lapangan, mempersiapkan diri di dunia kerja setelah masa studi berakhir. 6 BAB II KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Pengertian Pengendalian Mutu Pengendalian Mutu adalah teknik-teknik dan kegiatan-kegiatan operasional yang digunakan untuk memenuhi persyaratan mutu. Pengendalian mutu meliputi monitoring suatu proses, melakukan tindakan koreksi bila ada ketidaksesuaian dan menghilangkan penyebab timbulnya hasil yang kurang baik pada tahapan rangkaian mutu yang relevan untuk mencapai efektivitas yang ekonomis (Kadarisman, 1994). Kegiatan Pengendalian Mutu mencakup kegiatan menginterpretasikan dan mengimplementasikan rencana mutu. Rangkaian kegiatan ini terdiri dari pengujian pada saat sebelum dan sesudah proses produksi yang dimaksudkan untuk memastikan kesesuaian produ terhadap persyaratan mutu.Mengacu Kadarisman (1994), sesuai dengan standar ISO 9000, maka kegiatan Pengendalian memiliki fungsi antara lain: 1) Membantu dalam membangun pengendalian mutu pada berbagai titik dalam proses produksi. 2) Memelihara dan mengkalibrasiperalatan pengendalian proses. 3) Meneliti cacat yang terjadi dan membantu memecahkan masalah Mutu selama produksi. 4) Melaksanakan pengendalian mutu terhadap bahan yang diterima. 7 5) Mengoperasikan laboratorium uji untuk melaksanakan uji dan analisa. 6) Mengorganisasikan inspeksi pada setiap tahap proses dan spot checks bilamana diperlukan. 7) Melaksanakan inspeksi akhir untuk menilai mutu produk akhir dan efektivitas pengukuranpengendalian mutu. 8) Memeriksamutu kemasan untuk memastikan produk mampu menahan dampak transportasi dan penyimpanan. 9) Melakukan uji untuk mengukur dan menganalisa produk yang diterima akibat tuntutan konsumen. 10) Memberikan umpan balik data cacat dan tuntutan konsumen kepada bagian rekayasamutu. Menurut Ahyari (1990), untuk melaksanakan pengendalian kualitas dapat ditempuh dengan tiga pendekatan, yaitu : 1. Pendekatan bahan baku Bahan baku merupakan faktor yang cukup besar pengaruhnya terhadap kualitas produk akhir. Bagi beberapa perusahaan yang memproduksi suatu produk di mana karakteristik bahan baku sangat berpengaruh kepada (atau bahkan langsung menjadi) karakteristik produk, maka dalam hal pengendalian kualitas bahan baku akan menjadi hal yang sangat penting. 8 2. Pendekatan proses produksi Untuk perusahaan yang sudah ternama ini, meskipun telah mempergunakan bahan baku dengan kualitas tinggi, namun apabila tidak disertai dengan pelaksanaan proses produksi yang baik dan benar, maka akan diperoleh kualitas produk akhir yang rendah pula. Dengan demikian proses produksi akan menentukan kualitas produk akhir. 3. Pendekatan produk akhir perusahaan Pendekatan produk akhir adalah cara untuk melaksanakan pengendalia kualitas di dalam perusahaan dengan jalan melihat atau mengadakan seleksi terhadap produk akhir perusahaan tersebut. Setelah produk selesai diproduksi, pada umumnya dianggap bahwa produk tersebut sudah siap dipasarkan dan tidak perlu adanya pengendalian kualitas, padahal kelangsungan hidup perusahaan sedikit banyak bergantung kepada kepuasan konsumen terhadap produk tersebut. Upaya untuk merebut hati konsumen diantaranya dengan melakukan pendekatan kualitas produk akhir perusahaan. 2. Proses Pengendalian Mutu Pengendalian mutu merupakan serangkaian proses yang digunkan untuk mendeterminir apa-apa yang akan dilaksanakan, mengevaluasi pelaksanaan dan bilamana melaksanakan tindakan-tindakan korektif sedemikian rupa. Hal ini berarti fungsi pengendalian meliputi segala 9 aktivitas yang dimaksudkan untuk memaksakan kejadian-kejadian agar sesuai perencanaan semula. Menurut Mockler (1972) proses pengendalian mutu dapat diuraikan menjadi langkah-langkah berikut : 11) Menentukan sasaran Sasaran pokok proyek adalah menghasilkan produk atau instalasi dengan batasan anggaran, jadwal dan mutu yang telah ditentukan. Sasaran ini dihasilkan dari suatu perencanaan dasar dan menjadi salah satu faktor pertimbangan utama dalam mengambil keputusan untuk melakukan investasi atau membangun proyek, sehingga sasaran-sasaran tersebut merupakan tonggak tujuan dari kegiatan pengendalian. 12) Lingkup Kegiatan Untuk memperjelas sasaran, maka lingkup proyek perlu didefinisikan lebih lanjut, yaitu mengenai ukuran, batas, dan jenis pekerjaan apa saja (dalam: paket kerja, SPK, RKS) yang harus dilakukan untuk menyelesaikan lingkup proyek keseluruhan. 13) Standar dan Kriteria Dalam usaha mencapai sasaran secara efektif dan efisien, perlu disusun suatu standar, kriteria, atau spesifikasi yang dipakai sebagai tolak ukur untuk membandingkan dan menganalisis pekerjaan. Standar, kriteria, dan patokan yang dipilih dan ditentukan harus bersifat, kuantitatif, demikian pula metode 10 pengukuran dan perhitungannya harus dapat memberikan indikasi terhadap pencapaian sasaran. 14) Merancang Sistem Informasi Satu hal yang perlu ditekankan dalam proses pengendalian mutu dalam suatu proyek proyek adalah perlunya suatu sistem informasi dan pengumpulan data yang mampu memberikan keterangan yang tepat, cepat, dan akurat. Sistem informas tersebut harus dapat mengolah data yang telah dikumpulkan tersebut menjadi suatu bentuk informasi yang dapat dipakai untuk tindakan pengambilan keputusan. Pada akhir suatu kurun waktu yang ditentukan, diadakan pelaporan pengumpulan data dan pemeriksaan, serta informasi pengukuran hasil dan pelaksanaan pekerjaan.Agar memperoleh gambaran yang realistis, pelaporan sejauh mungkin didasarkan atas pengukuran penyelesaian fisik pekerjaan. 15) Mengkaji dan Menganalisis Hasil Pekerjaan Pada langkah ini diadakan analisis atas indikator yang diperoleh dan mencoba membandingkan dengan kriteria dan standar yang ditentukan. Hasil analisis ini penting karena akan digunakan sebagai landasan dan dasar tindakan pembetulan. Oleh karena itu, metode yang digunakan harus kemungkinan adanya penyimpangan. tepat dan peka terhadap 11 16) Mengadakan Tindakan Pembetulan Apabila hasil analisis menunjukkan adanya indikasi penyimpangan yang cukup berarti, maka perlu diadakan langkah-langkah pembetulan. Tindakan pembetulan dapat berupa : a. Realokasi sumber daya, misalnya memindahkan peralatan, tenaga kerja, dan kegiatan pembangunan fasilitas pembantu untuk dipusatkan ke kegiatan konstruksi instalasi dalam rangka mengejar jadwal produksi. b. Menambah tenaga kerja dan pengawasan serta biaya dari kontingensi. c. Mengubah metode, cara, dan prosedur kerja, atau mengganti peralatan yang digunakan. Hasil analisis dan pembetulan akan berguna sebagai umpan balik perencanaan pekerjaan selanjutnya dalam rangka mengusahakan tetap tercapainya sasaran semula. B. Tinjauan Pustaka 1. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Karet Genus tanaman karet terdiri atas 20 spesies yang keseluruhannya berasal dari lembah Amazon. Beberapa di antara spesies tersebut mempunyai morfologi dan sitologi yang berbeda yakni Hevea brasiliensis, Hevea spruceana, Hevea benthamiana, Hevea pauciflora dan Heveaa rigidifolia. Spesies yang mampu memproduksi lateks adalah Hevea brasiliensis Muell Arg (Anwar, 2001). Klasifikasi botani 12 tanaman karet Hevea brasiliensis Muell Arg termasuk pada Famili Euphorbiaceae, Genus Hevea, Spesies Hevea brasiliaensis Muell Arg. Karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar dengan batangnya mengandung getah yang dinamakan lateks. Klasifikasi tanaman karet adalah sebaai berikut : -Divisi -Subdivisi -Kelas -Ordo -Family -Genus -Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledonae : Euphorbiales : Euphorbiaceae : Hevea : Hevea brasiliensis Muell Arg. Tanaman karet memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar lateral yang menempel pada akar tunggang dan akar serabut. Pada tanaman yang berumur 3 tahun kedalaman akar tunggang sudah mencapai 1,5m. Apabila tanaman sudah berumur 7 tahun maka akar tunggangnya sudah mencapai kedalaman lebih dari 2,5m. Pada konsisi tanah yang gembur akar lateral dapat berkembang sampai pada kedalaman 40-80 cm. Akar lateral berfungsi untuk menyerap air dan unsur hara dari tanah. Pada tanah yang subur akar serabut masih dijumpai sampai kedalaman 45cm. Akar serabut akan mencapai jumlah yang maksimum pada musim semi dan pada musim gugur mencapai jumlah minimum (Basuki dan Tjasadihardja, 1995). Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan 13 yang tinggi. Beberapa pohon karet ada kecondongan arah tumbuh agak miring. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan naman lateks (Setiawan dan Andoko, 2000). Daun karet berselang-seling, tangkai daunnya panjang dan terdiri dari 3 anak daun yang licin berkilat. Petiola tipis, hijau, berpanjang 3,5-30 cm. Helaian anak daun bertangkai pendek dan berbentuk lonjong-oblong atau oblong-obovate, pangkal sempit dan tegang, ujung runcing, sisi atas daun hijau tua dan sisi bawah agak cerah, panjangnya 5-35 cm dan lebar 2,5-12,5 cm (Sianturi, 2001). Daun karet berwarna hijau. Apabila akan rontok berubah warna menjadi kuning atau merah. Daun mulai rontok apabila memasuki musim kemarau. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama sekitar 3-20 cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10 cm. Biasanya terdapat 3 anak daun pada setiap helai daun karet. Anak daun karet berbentuk elips, memanjang dengan ujung yang meruncing, tepinya rata dan tidak tajam (Marsono dan Sigit, 2005). Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan betina yang terdapat dalam malai payung yang jarang. Pada ujungnya terdapat lima taju yang sempit. Panjang tenda bunga 4-8mm. Bunga betina berambut, ukurannya sedikit lebih besar dari bunga jantan dan mengandung bakal buah yang beruang tiga. Kepala putik yang akan dibuahi dalam posisi duduk juga berjumlah tiga buah. Bunga jantan mempunyai sepuluh 14 benang sari yang tersusun menjadi suatu tiang. Kepala sari terbagi dalam 2 karangan dan tersusun lebih tinggi dari yang lain (Marsono dan Sigit, 2005). Bunga majemuk ini terdapat pada ujung ranting yang berdaun. Tiap-tiap karangan bunga bercabang-cabang. Bunga betina tumbuh pada ujung cabang, sedangkan bunga jantan terdapat pada seluruh bagian karangan bunga. Jumlah bunga jantan jauh lebih banyak daripada bunga betina. Bunga berbentuk “lonceng” berwarna kuning. Ukuran bunga betina lebih besar daripada bunga jantan. Apabila bunga betina terbuka, putik dengan tiga tangkai putik akan tampak. Bunga jantan bila telah matang akan mengeluarkan tepung sari yang berwarna kuning. Bunga karet mempunyai bau dan warna yang menarik dengan tepung sari dan putik yang agak lengket (Setyamidjaja, 1993). Buah karet memiliki pembagian ruang yang jelas. Masing-masing ruang berbentuk setengah bola. Jumlah ruang biasanya tiga, kadangkadang sampai enam ruang. Garis tengah buah sekitar 3-5 cm. Bila telah masak, maka buah akan pecah dengan sendirinya. Pemecahan biji ini berhubungan dengan pengembangbiakan tanaman karet secara alami yaitu biji terlontar sampai jauh dan akan tumbuh dalam lingkungan yang mendukung (Marsono dan Sigit, 2005). Tanaman karet dapat diperbanyak secara generatif (dengan biji) dan vegetatif (okulasi). Biji yang akan dipakai untuk bibit, terutama untuk penyediaan batang bagian bawah harus sungguh-sungguh baik (Setyamidjaja, 1993). 15 2. Kegunaan Karet Alam Karet merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia sehari- hari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, conveyor belt, sabuk transmisi, dock fender, sepatu dan sandal karet. Karet alam berguna sebagai bahan baku pembuatan berbagai macam barang dalam industri dan berbagai bidang seperti industri otomotif, industri alat listrik dan bidang kedokteran. Barang- barang yang terbuat dari karet alam (baik sebagai bahan tunggal maupun campuran dengan karet sitetis) terdiri dari banyak jenis. Mulai dari karet dot balita, penghapus, selang, balon, sol sepatu, kasur busa, membran, karet gelang, ban kendaraan, sabuk pengaman (belt), alas lantai, pembungkus kabel, dudukan mesin kendaraan maupun kaca mobil semuanya terbuat dari bahan karet. Kegunaan karet alam sebagai bahan baku pembuatan barang dalam berbagai industri tidak terlepas dari sifat-sifat alami dari karet seperti tahan panas, tidak dapat mengantarkan arus listrik, elastis, kedap air, menahan gesekan dan kemampuan meredam suara. Sehingga berbagai barang yang dihasilkan dari bahan baku karet alam umumnya memiliki manfaat dasar yang sama dengan manfaat karet itu sendiri. 16 3. Penyadapan Tanaman Karet Tanaman karet adalah tanaman tahunan yang dapat hidup hingga sekitar 30 tahun. Tanaman karet memang bukan tanaman asli di Indonesia. Namun, perkembangan tanaman karet di Indonesia sangat pesat. Beberapa orang hanya mengetahui manfaat tanaman karet ini sebagai bahan baku untuk pembuatan karet. Bahan baku pembuatan karet dibuat dari getah tanaman karet. Getah karet yang dihasilkan oleh pohon karet ini berwarna putih seperti susu dan berbentuk cairan. Getah karet ini diambil dengan cara disadap. Cara sadap ini dengan cara melukai bagian pohon karet secara mengerucut ke bawah sehingga getah tersebut turun ke kaleng atau tempat penampungan getah yang sudah disiapkan sebelumnya. Getah ini tidak langsung diambil, melainkan dibiarkan di tempat penampungan selama beberapa hari. Setelah itu, getah tersebut akan berubah menjadi blok yang sangat lengket. 4. Pengertian Ribbed Smoked Sheet (RSS) Karet sheet asap atau yang lebih dikenal Ribbed Smoked Sheet (RSS) adalah lembaran karet yang diolah dengan cara khusus dan dikeringkan dengan cara pengasapan. Mutu karet RSS yang baik adalah yang mempunyai sifat: kering, bersih, terlihat kuat, pengasapan merata sehingga warnanya rata, bebas dari cacat dan bahan-bahan lainnya (Suseno dan Suwari, 1989). 17 Ribbed Smoked Sheet (RSS) adalah salah satu produk yang paling baik dari suatu pabrik pengolahan getah karet atau lateks. Produk ini merupakan lembaran karet tipis, berwarna kuning kecoklatan dan agak transparan serta mempunyai kelenturan yang sangat baik. RSS dikelompokkan menjadi tiga kelas mutu, yaitu RSS I, RSS II, RSS III. Bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan produk berasal dari lateks kebun, selain itu juga digunakan bahan penolong dan bahan lain yang membantu terbentuknya RSS. Bahan – bahan yang diperlukan untuk pengolahan lateks menjadi RSS adalah asam semut, tawa, amoniak, N.S, kayu bakar, premium, minyak tanah, talk, arpus dan soda api. 5. Pengendalian Mutu RSS Setiap tahapan proses produksi diatur dengan Instruksi Kerja (IK) yang berfungsi mengatur pengendalian mutu yang harus dilakukan. Instruksi kerja dan pengendalian mutu proses tersebut dapat dilihat pada tabel 1. No 1 2 Tabel 1. Proses Pengolahan dan Pengendalian Mutu RSS Proses Pengendalian mutu yang dilakukan Penerimaan - Kesiapan dan kebersihan alat Bahan Olahan - Pengukuran volume lateks - Penentuan KKK - Penyaringan lateks - Hindari timbulnya busa - Dokumentasi penerimaan bahan olahan Pengenceran - Kesiapan/kebersihan alat - Metode kerja - Tenaga kerja terlatih - Dokumentasi proses pengenceran 18 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Pembekuan - Kesiapan dan kebersihan alat - Metode kerja - Tenaga kerja terlatih - Dokumentasi proses pembekuan Penggilingan - Kesiapan mesin giling - Kebersihan gilingan - Ketebalan sheet maksimal 4 mm - Pembilasan Penirisan - Kebersihan tempat dan lamanya penirisan - Dokumentasi proses penirisan Pengasapan - Kesiapan/kebersihan alat maupun tempat - Pengendalian pemakaian kayu bakar - Pengendalian suhu - Pembalikan lembar sheet pada hari kedua - Dokumentasi proses pengasapan Sortasi - Kesiapan/kebersihan alat dan ruangan - Tenaga kerja terlatih - Pemisahan jenis mutu - Penimbangan - Dokumentasi proses sortasi Pengempaan - Kesiapan/kebersihan alat - Tenaga kerja terlatih - Waktu pengempaan - Dokumentasi proses pengempaan Pembungkusan - Kesiapan alat dan bahan pelaburan & pelaburan - Pemberian identitas bal - Tenaga kerja terlatih - Dokumentasi proses Penyimpanan - Kebersihan gudang bal dalam - penyimpanan produk jadi Gudang - Kesiapan alas untuk bal - Sirkulasi udara - Penyusunan bal berdasarkan jenis FIFO - Dokumentasi persediaan Pengiriman - Pemeriksaan identitas bal - Kesiapan/kebersihan sarana pengiriman - Dokumentasi proses pengiriman 19 C. Kerangka Pemikiran PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Karet Ngobo Ngobo - Bahan Baku - Proses Produksi Pengawasan Standar Mutu Hasil Produksi Baik Sesuai Standar Produk Tidak Sesuai Standar Pengemasan Analisis Pemasaran Menentukan Ketidak sesuaian Perbaikan Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Keterangan : PT. Perkebunan Nasional IX khususnya bagian kebun karet Ngobo membudidayakan tanaman karet yang nantinya diolah menjadi produk karet jadi yang dalam istilah adalah lembaran karet bergaris / Ribbed Smoked Sheet. 20 Proses produksi serta pengawasan mutu yang baik menghasilkan produk yang sesuiai standar yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas serta kuantitas produksi, dan juga kepuasan konsumen setelah produk RSS dipasarkan nantinya. Dalam proses Quality Control sebagai pengawasan produk RSS dimulai dari pengawsan mutu bahan baku produk, dilanjutkan kedalam proses mutu pasca produksi dan juga pengawasan mutu produk jadi. Proses produksi karet RSS di Kebun Ngobo dimulai dengan pemilahan bahan baku yang berkualitas, dilanjut dengan proses produksi yang sesuai dengan standar industri hijau. Standar industry hijau merupakan standar yang ditetapkan dalam produksi karet menjadi produk jadi yang mengutamakan upaya efisiensi serta efektifitas pemakaian sumber daya secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian lingkungan hidup serta memberi manfaat bagi masyarakat sekitar. Dengan melakukan proses produksi dengan menggunakan standar rumah hijau, dan diawasi lanngsung dalam penjaminan kualitasya dari peroses pemilihan bahan baku sampai kepada proses sortasi dipasaran, diharapkan produk karet RSS yang diproduksi Kebun Ngobo mampu bersaing dari segi kualitasnya pada pasar nasional maupun pasar global. Terdapat dua kemungkinan hasil dari proses produksi kkaret RSS, yaitu produksi karet yang sesuai standar dan produksi karet yang tidak sesuai standar. Produksi yang sesuai standar akan dikemas dan dipasarkan, sedangkan produksi yang tidak sesuai standar akan dianalisis untuk mencari penyebab dari produk tersebut tidak sesuai standar. Hasil analisis digunakan sebagai bahan evaluasi untuk perbaikan proses produksi. 21 BAB III METODE PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN A. Desain Praktik Kerja Lapangan Desain Praktik Kerja Lapangan ini adalah metode magang kerja. Magang kerja adalah bagian dari pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat dengan metode yang lebih mengutamakan praktik daripada teori (Rivai, 2004). Pelaksanaannya antara lain dengan kegiatan sebagai berikut: 1. Mengikuti seluruh kegiatan secara teknis di lapangan seperti mengikuti proses produksi di PT Perkebunan Nusantara Kebun karet Ngobo Semarang. 2. Pengamatan secara langsung untuk memperoleh data primer mengenai proses pengendalian mutu yang diterapkan PT Perkebunan Nusantara Kebun karet Ngobo Semarang. B. Metode Pengumpulan Data 1. Observasi Yaitu suatu bentuk kegiatan yang dilakukan penulis dengan pengamatan baik secara berhadapan langsung maupun secara tidak langsung seperti memberikan daftar pertanyaan untuk dijawab. 22 2. Wawancara Yaitu kegiatan dengan mengadakan wawancara menggunakan kuesioner secara langsung dengan pimpinan perusahaan dan sejumlah karyawan untuk mencari data-data mengenai strategi pemasaran yang diterapkan oleh PT Perkebunan Nusantara, Kebun Karet Ngobo Semarang. 3. Dokumentasi Yaitu kegiatan yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan berbagai dokumen perusahaan yang berhubungan dengan praktik kerja lapangan ini. Dokumentasi yang diambil meliputi dari proses Quality Control produk karet RSS di PT Perkebunan Nusantara, Kebun Karet Ngobo Semarang. 4. Studi Pustaka Yaitu kegiatan yang dilakukan dengan membaca beberapa buku literaturliteratur, mengumpulkan dokumen, arsip, maupun cataatan penting organisasi yang ada hubungannya dengan permasalahan penulisan laporan ini dan selanjutnya diolah kembali. C. Sumber Data 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan langsung dan wawancara kepada pembimbing lapang serta karyawan di PT. Perkebunan Nusantara IX, Kebun Karet Ngobo Semarang. Data yang 23 diambil antara lain data tentang strategi produk yang dilakukan dan dokumentasi foto. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara mengutip dari buku, arsip, jurnal yang berkaitan dengan Praktik Kerja Lapangan. Data yang diambil berupa sejarah dan profil perusahaan, struktur organisasi perusahaan dan studi pustaka. D. Definisi Operasional 1. PT. Perkebunan Nusantara IX merupakan badan usaha milik Negara dengan cakupan wilayah operasi di Jawa Tengah dan membawahi banyak cabang perusahaan khususnya perkebunan dan salah satu komoditi yang dihasilkan berupa karet. 2. Salah satu jenis karet yang dihasilkan di PT. Perkebunan Nusantara IX merupakan lembaran karet bergaris (ribbed smoked sheet) yang diolah langsung di kebun karet Ngobo, dan beralamat di Jl. Wringin Putih /Ptp Ngobo, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang. 3. Quality Control merupakan ketetapan yang ditentukan oleh PT. Perkebunan Nusantara IX untuk mengatur dan mengendalikan hasil produksi. 4. Mutu adalah kualitas yang tercermin dari produk lembaran karet bergaris (ribbed smoked sheet) yang diproduksi oleh PT. Perkebunan Nusantara IX kebun karet Ngobo Semarang. 24 5. Bahan baku yang dipergunakan dalam proses produksi karet ribbed smoke sheet adalah lateks yang didapatkan dari kebun karet milik PTPN IX Kebun Karet Ngobo Semarang. 6. Proses produksi karet ribbed smoke sheet dilakukan dalam area PTPN IX Kebun Karet Ngobo Semarang. 7. Dalam proses produksi karet ribbed smoke sheet, produk karet yang sudah sesuai standar, dapat langsung masuk kedalam proses sortasi, pengemasan dan juga pemasaran produk 8. Produk karet yang belum memenuhi standar dalam proses produksi, harus dilakukan analisis ulang serta proses pengolahan ulang hingga karet RSS tersebut sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan oleh pabrik, sebelum masuk kedalam proses pengemasan dan juga pemasaran. 9. Standar industri hijau merupaka standar yang ditetapkan dalam industri pengolahan getah karet, yang bertujuan untuk meminimalkan dampak buruk, seperti emisi, bahan berbahaya beracun dan juga pencemaran linngkungan yang dihasilkan dalam kegiatan pengolahan getah katet tersebut. E. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan untuk membahas quality control di PT Perkebunan Nusantara IX, Kebun Karet Ngobo Semarang adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif yaitu metode yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang actual sedangkan analisis adalah data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, dan kemudian dianalisis. 25 Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta/ sifat hubungan antara fenomena yang diselidiki. F. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan 1. Tempat Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan di PT Perkebunan Nusantara Kebun karet Ngobo Semarang. 2. Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan selama satu bulan yaitu mulai tanggal 11 Februari 2019 sampai dengan tanggal 15 Maret 2019. Jadwal Praktik Kerja Lapangan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 2. Jadwal Praktik Kerja Lapangan NO 1. 2. 3. 4. 5. KEGIATAN Proposal Pelaksanaan PKL Analisa Data Laporan Ujian PKL 1 2 3 4 5 MINGGU 6 7 8 9 10 11 12 26 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi dan Gabaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Berdirinya PTPN IX Kebun Ngobo Pada tahun 1957 Kebun Ngobo merupakan kebun milik swasta Belanda yang semula dari nama Firma MC.TH.Crone, yang berkantor di Semarang dan kemudian dinasionalisasi pada tanggal 10 Desember 1957 oleh pemerintah Republik Indonesia (RI) dengan nama PPN / Perusahaan Perkebunan Negara. Pada tahun 1973 diadakan reorganisasi menjadi PT. Perkebunan XVII (Persero) tepatnya tanggal 1 Agustus 1973. Kemudian tahun 1980 Kebun Ngobo digabung dengan kebun Jatirunggo – Gebugan menjadi nama baru Kebun Ngobo / Jatirunggo / Gebugan, dengan dasar surat No: XVII / KPTS / 135 / 1980 tanggal 23 April 1980. Tahun 1994 Manajemen PT. Perkebunan XXI – XXII, Tahun 1996 PT. Perkebunan XVII di Merger dengan PT. Perkebunan XV – XVI, dengan nama PTP. Nusantara IX (Persero), berdasarkan PP No.14 Tahun 1996, pada tanggal 2 oktober 2014, Menteri BUMN Dahlan Iskan meresmikan Holding BUMN Perkebunan yang beranggotakan PTPN I,II,IV,V,VI,VII,VIII,IX,X,XI,XII, XIII,XIV dengan PTPN III sebagai induk Holding BUMN Perkebunan. Dengan resmi terbentuknya Holding Perkebunan, PT Perkebunan 27 Nusantara IX (Persero) berubah nama menjadi PT. Perkebunan Nusantara IX. 2. Lokasi PTPN IX Kebun Ngobo Lokasi Pabrik RSS beserta Kebun Karet Ngobo PTPN IX berada di daerah Desa Wringin Putih, Kec. Bergas, Kab. Semarang. Dengan kantor direksi utama yang berada di Jalan Mugas Dalam, Kelurahan Mugassari, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang. 3. Visi dan Misi PTPN IX Kebun Ngobo a. Visi Menjadi Perusahaan Agrobisnis Yang Berdaya Saing Tinggi Dan Tumbuh Berkembang Bersama Mitra. b. Misi Memproduksi dan memasarkan produksi karet, teh, kopi, gula dan tetes ke pasar domestik dan internasional secara profesional untuk menghasilkan pertumbuhan laba (profit growth) dan mendukung kelestarian lingkungan. Mengembangkan cakupan bisnis melalui diversifikasi usaha, yaitu produk hilir, wisata agro, dan usaha lainnya, untuk mendukung kinerja perusahaan. Mengembangkan sinergi dengan mitra usaha sytrategis dan masyarakat lingkungan usaha untuk mewujudkan kesejahteraan Bersama. 28 Stuktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Ngobo. Struktur organisasi umumnya dimiliki oleh setiap perusahaan. Berikut struktur organisasi yang terdapat pada PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Ngobo dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Struktur Organisasi PTPN IX Kebun Ngobo. 29 Deskripsi mengenai tugas dan wewenang dari struktur organisasi PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Ngobo adalah sebagai berikut: a. Manajer pemimpin yang bertugas sebagai perencana, pengkoordinasi, dan pengawas kinerja direksi. b. Asisten kepala wakil pimpinan manajer yang bertugas sebagai penanggung jawab kedua setelah manajer. c. Asisten kebun wakil pimpinan manajer di bidang kebun pada setiap afdeling kebun. d. Asisten kantor wakil pimpinan dibagian SDM kantor induk pabrik. e. Asisten Teknik wakil manajer di bagian Teknik yang menangani proses pengolahan, pengasapan, sortasi serta sanitasi. f. Koordinator sebagai pemberi arahan dan penjelasan tugas dari setiap karyawan. g. Mandor besar mandor penanggung jawab dari setiap proses kegiatan produksi berlangsung. h. Admin 30 Pengkoordinasi karyawan dialam pabrik maupun dari luar pabrik. i. Mandor pengolahan penanggung jawab utama dalam proses pengolahan berlangsung. j. Mandor panen pengawas dan penanggung jawab pada saat proses pemanenan di kebun. k. Mandor pemeliharaan penanggung jawab terhadap tugas pemeliharaan tanaman di kebun dan inventaris perusahaan seperti sarana dan prasaran peralatan produksi dan kendaraan distribusi . B. Kegiatan Pengendalian Mutu RSS di PTPN IX kebun Ngobo Pengendalian mutu suatu produk merupakan bagian penting dalam suatu perusahaan agar semua produk yang berada atau sampai ditangan konsumen merupakan produk yang memiliki kualitas paling baik. PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Ngobo merupakan anak usaha dari PTPN III yang merupakan holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibidang perkebunan. PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Ngobo menghasilkan produk karet sheet dengan standar mutu unggul dan dipasarkan secara global mencangkup pasaran domestik maupun ekspor. Kegiatan pengendalian yang dilakukan oleh PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo meliputi semua kegiatan dari awal yaitu proses pengadaan bahan baku produksi, proses prroduksi sampai dengan proses akhir yaitu proses pengiriman barang ke gudang veem. Kegiatan 31 pengendalian mutu dalam proses produksi ribbed smoke sheet (RSS) yang dilakukan oleh PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Ngobo 3 pendekatan yaitu : 1. Pendekatan Penyediaan Bahan Baku RSS Tanaman karet adalah tanaman tahunan yang dapat hidup hingga sekitar 30 tahun. Tanaman karet memang bukan tanaman asli di Indonesia. Namun, perkembangan tanaman karet di Indonesia sangat pesat. Beberapa orang hanya mengetahui manfaat tanaman karet ini sebagai bahan baku untuk pembuatan karet. Bahan baku pembuatan RSS dibuat dari getah tanaman karet yang sering disebut lateks. Getah karet yang dihasilkan oleh pohon karet ini berwarna putih seperti susu dan berbentuk cairan. Getah karet ini diambil dengan cara disadap. Cara sadap ini dengan cara melukai bagian pohon karet secara mengerucut ke bawah sehingga getah tersebut turun ke kaleng atau tempat penampungan getah yang sudah disiapkan sebelumnya. Getah ini tidak langsung diambil, melainkan dibiarkan di tempat penampungan selama beberapa jam, Setelah getah terkumpul getah kemudian akan segera dipulung. Bahan baku utama prroduksi RSS di PTPN IX Kebun Ngobo dihasilkan dari empat afdeling kebun dengan luasan total sekitar 2. 257,44 Ha dan dapat menghasilkan getah sekitar 3 sampai 4 ton lateks cair dalam setiap harinya. 2. Pendekatan Proses Produksi 32 Pada proses pengolahan karet mentah menjadi RSS di PTPN IX Kebun Ngobo memperhatikan panduan intrumen-instrumen serta standar operasi perusahaan yang dimaksudkan untuk meminimalisir kesalahan dan juga pengawasan akan kualitas produk yang dihasilkan nantinya sesuai dengan sertifikat ISO – 9004 dengan proses pengolahan RSS terdiri atas beberapa tahap, yaitu : 1) Penyadapan dan Pemulungan Lateks Penyadapan karet dilakuan setiap harinya di masig-masing afdeling kebun oleh tenaga penyadap karet yang dilakukan mulai jam empat dini hari hingga jam enam pagi. Penyadapan karet dilakuan setiap harinya di masig-masing afdeling kebun oleh tenaga penyadap karet yang dilakukan mulai jam empat dini hari hingga jam enam pagi. Sementara proses pemulungan karet dilakukan setelah mangkok sadap terisi penuh yang membutuhkan waktu dua hingga tiga jam. Proses pemulungan karet biasanya dilakukan sebelum siang, yaitu antara jam delapan hingga jam sepuluh pagi, hal ini dilakukan untuk menjaga kondisi getah lateks tetap stabil dan enghindari proses penggumpalan dini. 2) Pengumpulan Lateks di TPH dan Pengangkutan lateks Ke Pabrik Lateks yang diperoleh dari proses pemulungan akan segera di kumpulkan di TPH (Tempat Pengumpulan Hasil) yang berada pada setiap pos masing-masing afdeling atau lokasi kebun, ketika 33 lateks masuk TPH, lateks akan segera dipisahkan dari lump dan dan kontaminan lain yang kasat mata seperti ranting maupun daun, setelah itu lateks akan segera ditimbang volumenya dan dilakukan penyaringan sebelum lateks tersebut masuk kedalam bak penampungan. Untuk menjaga kondisi lateks tetap stabil dan meminimalisir adanya penggumpalan serta pembekuan lateks di lokasi kebun, ditambahkan cairan Amoniak (NH3) sebagai bahan anti koagulan. Penambahan cairan NH3 dilakukan untuk mencegah lateks menggumpal menjadi lump proses penambahan cairan NH3 ini menggunakan perhitungan yang sudah ditetapkan oleh pabrik yaitu dalam 100 liter lateks ditambahkan 300 cc cairan NH3. Lateks yang sudah ditambahkan cairan NH3 sebagai bahan koogulan akan tetap dalam kondisi cair dan stabil hingga jangka waktu 3 jam. Pengakutan lateks ke pabrik dilakukan setelah lateks sudah terkumpul seluruhnya di TPH dengan jumlah perolehan rata-rata dari setiap TPH terkumpul 800 – 1400 liter lateks pada masingmasing blok kebun. Dalam satu kali jalan, truk pengangkut lateks dengan kapasitas tangki sebesar 4000 liter mengankut lateks dari 4 sampai 5 blok kebun. Hal ini dilakukan guna mengefisienkan waktu pengangkutan lateks dari kebun ke pabrik untuk segera 34 diolah menjadi RSS karena kondisi stabil lateks agar tetap cair memiliki jangka waktu yang sangat terbatas. 3) Penyaringan Serta Penampungan Lateks di bulking tank Setibanya lateks di pabrik, lateks akan segera dialirkan ke tangki penampungan sementara yang biasanya disebut Bulking Tank. Sebelum masuk kedalam Bulking Tank, lateks dari kebun akan dilakukan proses penyaringan dengan saringan 40 mesh untuk meisahkan lateks dari gumpalan lump serta kontaminan kecil seperti kerikil serpihan kulit kayu karena proses penderesan dan juga benda asing lain. Didalam Bulking Tank lateks dilakukan pengencekan serta pengambilan sampling KKK (Kadar Karet Kering) dari lateks kebun dengan menggunakan metrolak (alat penguji kekentalan). Hal ini dilakukan guna menentukan taksasi banyaknya air serta asam semut yang digunakan dalam proses pengenceran, penetralan serta pembekuan lateks nantinya. Kadar Karet Kering yang dikehendaki dalam proses produksi sekitar 9% hingga 13%. Jika kondisi KKK dibawah 9% maka karet akan sulit untuk membeku dan cenderung buruk kualitasnya karet tersebut membeku. KKK dipengauhi dari banyak faktor, mulai dari kondisi lateks yang keluar dari pohon, penambahan NH3 yang tidak sesuai aturan dan juga kondisi iklim. KKK yang sesuai berkisar antara 17% hingga 22% sangat mempengaruhi kualitas mutu hasil RSS yang diproduksi nantinya. 35 4) Pembekuan Lateks dan Proses Giling Sheet Pembekuan latek dilakuakan setelah didapatkan hasil dari sampel KKK di bulking tank untuk menentukan banyaknya air sebagai pengencer dan asam semut sebagai penetral lateks. Pembekuan dilakukan dengan mengalirkan lateks kedalam setiap bak pembekuan yang sebelumnyaa sudah diisi air sebagai bahan pengencer menggunakan pipa yang sudah terhubung ke setiap bak pembekuan yang ada. Didalam bak pembekuan lateks kemudian ditambahkan asam semut sesuai takaran yang sudah ditentukan sebelumnya dan dilakukan pengadukan sebanyak 12 kali adukan. Hal ini dimaksudkan agar lateks tercampur sepenuhnya dengan air dan asam semut. Dalam proses pengadukan akan muncul buih, buih tersebut harus sgera dipisahkan di wadah lain guna menejaga kualitas karet sheet nantinya. Setelah lateks di bak pembekuan benar-benar bebas dari buih, segera dilakukan proses penyekatan dengan lempeng besi (pencetakan). Dalam proses pencetakan serta pembekuan karet diperlukn waktu sekitar 2-3 jam masa tunggu sebelum karet tersebut benar benar membeku sepenuhnya dan dapat dilakukan proses giling nantinya. Lateks yang membeku secara optimal dengan mutu bagus, memiliki slab / bekuan dengan tingkat kekenyalan yang seragam, dan memilii pori-pori cenderung halus dan rapat. Sedangkan karet 36 yang gagal dalam proses pembekuan akan mengeluarkan cairan serum kuning dan kondisi karet cenderung lembek dan banyak rongga-ronga udara yang tercipta dari slab / bekuan. Hal ini sangat mempengaruhi kualitas nantinya. Jika lateks yang gagal dalam proses pembekuan tetap digiling nantinya akan menghasilkan produk akhir RSS 4. Untuk mengefisienkan tenaga kerja serta biaya produksi, maka lateks yang gagal dalam proses pembekuan akan disingkirkan dan dijadikan produk akhir lump. Lateks yang sudah membeku dan menjadi slab dengan kondiisi bagus kemudian dilakukan proses penggilinggan. Proses penggiingan lateks. Enggilingan dilakukan untuk mengurangi intensitas masa air yang terdapat dari setiap slab dan juga penempaan menjadi lembaran slab dengan ketebalan seragam. Proses giling dan penempaan slab dilakukan dari slab yang memiliki ketebalan sekitar 3 cm dari setiap bak cetakan menjadi slab yang hanya meiliki ketebalan sekitar 2,5–3 mm ketika sudah mengalami proses giling. Slab–lab inilah yang nantinya disebut sebagai ribbed sheet metah. Dan harus melaluai proses pengasapan sebelum menjadi produk akhir RSS. Proses giling dilakukan dengan sebelumnya sudah disetel kerenggangan serta ketebalanya dari masing-masing mangel dan juga cetakanya, sehingga nantinya sheet yang dihasilkan dari proses penggilingan memiliki ketebalan 37 yang serupa dan dengan motif garis cetakan yang serpa pula antar masing-masing sheet. 5) Pengasapan Sheet Proses pengasapan dilakukan setelah seluruh lateks digiling menjadi sheet dengan cara digantungkan pada setiap rak yng ada di ruang pengasapan. Proses pengasapan dilakukan di kamar asap yang memiliki kapasitas 5 ton dari setiap kamar asap. Pengasapan dilakukan selama 5 hari dengan suhu yang berbeda dimana suhu tersebut ditambah secara bertahap pada setiap harinya sehingga karet yang dihasilkan nantinya memiliki kematangan menyeluruh dan meminimalisir adanya karet yang gagal masak karena adanya lonjakan suhu yang signifikan. pada hari kedua pengasapan, dilakukan pembalikan lembaran karet, hal ini dilakukan untuk mempercepat proses pengurangan kandungan air pada sheet serta memperata jangakauan panas pada masing-masing bagian permukaan sheet sehingga sheet tersebut memiliki kematangan yang maksimal. Adapun pengaturan suhu yang dilakukan dalam proses produksi RSS PTPN IX Kebun Ngobo adalah sebagai berikut : - Hari 1 : 40°-45° C - Hari 2 : 45°-50° C - Hari 3 : 50°-55° C - Hari 4 : 55°-60° C 38 - Hari 5 : 60° C Pengaturan suhu tersebut dimaksudkan agar karet sheet yang diasapi bisa matang permukaanya secara menyeluruh, dan juga mengurungi adanya resiko sheed yang jatuh dari gantungan kamar asap ataupun karet sheet menjadi melar dan tidak terkontrol daya elastisitasnya karena terjdi lonjakan suhu yang sangat tinggi. Pada hari ke 6, setelah karet dilakukan proses pengasapan selama 5 hari, dilakukan pemongkara pada kamar pengasapan, untuk mengambil dan sheet yang sudah matang siap dibawa menggunakan troli untuk dilakukan proses sortasi dan pegepakan sheet. 6) Sortasi, Pengepakan dan Marking Proses sortasi RSS dilakuakan setelah seluruh sheed sudah dibonngkar dari kamar pengasapan dan diangkut ke ruang sortasi menggunkan lori. Sheet yang dikeluarkan dari rumah asap harus selesai disortir pada hari itu juga, proses penyortiran dilakukan di atas kaca untuk mengklasifikasikan jenis sheet berdasarkan mutu (warna, kotoran, gelembung udara, jamur dan kehalusan gilingan), produk yang dihasilkan yaitu RSS 1, RSS 3, RSS 4 dan Cutting. Pengepakan sangat penting dilakukan untuk suatu hasil prosuksi. Pengepakan berguna untuk melindungi produk dari kontaminasi serangga, debu, mikroorganisme, mempermudah 39 dalam transportasi, dan mengelompokkan produksi sehingga ukuran berat atau volumnya seragam. Produk karet olahan yang telah dikelompokkan berdasarkan jenis mutu kemudian dimall ke dalam peti cetak (balling press) dan didiamkan selama 12 jam, hal tersebut dilakukan guna mendapatkan bentuk karet olahan berupa loss ball seberat 113 kg dengan ukuran bandela atau pembungkus sebesarr 56 cm x 46 cm x 78 cm. Sedangkan dalam proses marking atau pelaburan bahan pelabur biasanya menggunakan talk yang dicampur dengan bahan perekat, yang dibuat dengan cara mencampur talk powder 200 gram, premium 0,8 liter dan bahan perekat/lem menggunakan potongan karet atau cutting sheet. Tanda – tanda yang dicantumkan dalam tiap bandela adalah sebagai berikut a. Tanda derajat (Grade Marks) b. Tanda perusahaan (Firm Marks) c. Berat tiap bandela = 113 kilogram d. Tanda – tanda pengenala lot (Lot Identification Marks) e. Nomor urut bandela Fungsi pelaburan adalah untuk mencegah kemungkinan lengket antara bandela yang ditumpuk pada penyimpanan di gudang dan untuk mikroorganisme (jamur). 7) Pergudangan mengurangi kemungkinan timbulnya 40 Proses pergudangan di PTPN IX Kebun Ngobo dibedakan menjadi dua jenis gudang, yaitu gudang lokal dan gudang veem. RSS yang diproduksi di pabrik, kemudian akan ditapmung terlebih dahulu di gudang local dan dipisahkan menurut kualitasnya, gudang lokal berada dilokasi pabrik dan menjadi satu dengan ruang sortasi pengepakan dan marking. Proses endistribusian barang yang dilakukan dari gudang lokal ke gudang veem menggunakan metode FIFO / metode First In First Out, dimana jika pabrik sudah berhasil memproduksi RSS dengan jumlah 54 ball akan segera di kirim ke gudang veem. Proses pengiriman dialkukan setiap dua atau tiga hari sekali dengan berat yang selalu konstan yaitu 7182 kg atau sebanyak 54 ball RSS. Sebelum dilakukn pengiriman ke gudang veem, ball RSS dilakukan pengecekan kembali menggunakan metal detector yang dimaksudkan untuk menghindari adanya kontaminan / benda asing saat barang akan dikirim. Pengirimaan ke gudang veem dilakukan menggunakan armada truck yang sudah di check terlebih dahulu kesiapan setra kebersihan armada. Di gudang veem, RSS akan ditampung sebelum dijual ke konsumen yang kebanyakan berasal dari luar negri seperti prancis, rusia, india dan singapura. Penanganan RSS di 41 gudang veem harus sesuai dengan standar mutu produk, yaitu dengan mengggunakan alas kayu sebagai dasar tumpuan, penumpukan ball RSS tidak lebih dri 4 tumpuk, serta kondisi gudang harus selalu bersih dan bebas lembab. Hal ini dimaksudkan agar kualitas RSS tetap terjaga hingga sampai ketangan konsumen. 8) Sanitasi 3. Pendekatan Kontrol Kualitas Menggunakan Analisis Diagram SebabAkibat (Fishbone Chart) Dalam proses produksi karet RSS di PTPN IX Kebun Ngobo, pihak teknik selaku pihak yang bertugas dalam mengontrol seluruh istrumen serta kegiatan di bagian produksi RSS di pabrik menggunakan alat bantu untuk mencari penyebab adanya permasalahan menggunakan diagram sebab akibat / Fishbone chart. a. Fishbone Chart untuk Permasalahan Sebab Permasalahan Noda dan Gelembung Kecil pada sheet. Akibat untuk 42 Keterangan ; 1. Man (Pekerja) Kelalaian pekerja dalam hal penggantian bambu Pekerja di ruang pengasapan seharusnya setiap hari harus mengecek setiap bambu yang digunakan untuk menjemur sheet. Setiap bambu mempunyai tingkat kekuatan yang berbeda dalam hal ketahanan. Bambu yang sudah tidak layak dipakai ini nantinya akan menjadikan sheet yang dijemur akan dikenai jamur. Respon pekerja dalam menjaga kebersihan Selain kebersihan dari diri pekerja, kebersihan ruang pengasapan dan peralatan sehari-hari yang digunakan harus terbebas dari kotoran agar tidak menghambat proses pengolahan. Sebelum peralatan digunakan untuk proses pengolahan, maka peralatan sebaiknya harus terlebih dahulu dibersihkan agar sisasisa bahan yang diolah sebelumnya tidak ikut tercampur. Hal ini nantinya juga akan mempengaruhi kualitas lembaran karet yang dihasilkan. 2. Method (Instruksi Kerja) Pencucian lembaran (sheet) yang kurang bersih Pencucian lembaran yang dihasilkan setelah proses giling harus dicuci dengan air yang mengalir sehingga sisa-sisa serum tersebut tidak tertinggal di lembaran. Metode pencucian yang perlu 43 diperhatikan yakni dengan air bersih yang mengalir. Akibat pencucian yang kurang bersih ini nantinya akan menyebabkan lembaran mudah kena jamur. Pekerja dalam bagian ini harus melihat benar apakah lembaranlembaran yang dicuci sudah bersih dan sebaiknya pencucian ini dilakukan secara berulang-ulang agar lembaran-lembaran karet benar-benar terjamin kebersihannya. Pembalikan lembaran (sheet) yang tidak segera dibalik Pembalikan sheet dilakukan pada hari ke-2 pada saat pengasapan. Terkadang pembalikan sheet ini tidak segera dilakukan oleh para pekerja dikarenakan sheet yang masih panas sehingga terjadinya kondensasi uap air di dalam ruangan dan mengenai sheet tersebut. Hal inilah yang menyebabkan sheet terkena nodanoda kecil (cendawan). Maka, dalam metode kerja di ruang pengasapan perlu adanya penekanan untuk perlakuan tindakan pembalikan lembaran-lembaran karet dengan segera pada hari ke-2. 3. Material (Bahan Baku) Bahan baku lateks yang mengalami goncangan Lateks yang dikirim dari Afdelling yang jaraknya lumayan jauh dari pabrik pengolahan ini juga mempengaruhi kualitas dari lateks itu sendiri. Lateks yang seperti ini banyak berbusa sehingga dalam pengolahannya harus perlu tenaga ekstra untuk menyaring busa-busa tersebut. Akibat dari teragulasinya bahan baku lateks 44 dengan cepat yang dapat menyebabkan terjadinya gelembunggelembung udara dalam tiap sheet. Jadi, sebaiknya petugas penerimaan bahan baku memberikan informasi kepada petugas bagian pengolahan selanjutnya tentang kondisi bahan baku tersebut agar para pekerja pada bagian selanjutnya juga waspada dan paham apa yang harus dilakukan nantinya. 4. Environment (Lingkungan) Cuaca dan suhu yang kadang kurang mendukung Pada akhir bulan desember hingga pertengahan bulan februari terjadi hujan deras dan inilah yang menyebabkan kelembaban yang berlebih di ruang pengasapan maupun ruang sortasi. Akibat dari kelembaban udara ini timbul adanya bercak/noda kecil seperti jamur/cendawan. Perlu dilakukan pencegahan untuk berkembangbiaknya cendawan menyemprot dengan anti-jamur pada ruang bagian sortasi. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA seperti 45 Ahyari, Agus.1990. Manajemen Produksi : Pengendalian Produksi. Buku 2 Edisi ke Empat. Yogyakarta : BPFE. Hal 286-287 Mahardika, Rini. 2009.Laporan Magang Quality Control Pt. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk(Unit Candy)Pt.Poly Meditra Indonesia(Diunduh pada tanggal 10 Januari 2018 Pukul 10.00 WIB) Nazir, M. 1983. Metode Penelitian Gaspersz, Vincent, 2010. Total Quality Management (TQM). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. O’Connor, Patrick D, T.2001. Practical Reliability Engineering, Fourth Edition, Jonh Wiley & Sons Ltd. England Gitosudarmo Indriyo, Reksohadiprodjo Sukanto, 2008. Manajemen Produksi Edisi 4., Yogyakarta BPFE