Kemukakan pendapat saudara keterkaitan antara penataan ruang dengan : Penatagunaan Tanah Saat ini tanah merupakan resource yang memiliki posisi strategis dalam kontek pembangunan nasional. Segala bentuk pembangunan hampir seluruhnya memerlukan tanah untuk aktifitasnya. Dalam kaitan tersebut, diperlukan upaya untuk lebih meningkatkan peran penatagunaan tanah untuk dapat mewujudkan pembangunan yang sustainable. Seperti yang telah dimaklumatkan dalam Pasal 1, PP No. 16/2004 Tentang Penatagunaan Tanah, yang dimaksudkan penatagunaan tanah adalah sama dengan pola pengelolaan tata guna tanah yang meliputi penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah yang berwujud konsolidasi pemanfaatan tanah melalui pengaturan kelembagaan yang terkait dengan pemanfaatan tanah sebagai satu kesatuan sistem untuk kepentingan masyarakat secara adil. Penatagunaan tanah ini merujuk pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota yang telah ditetapkan seperti tercantum pada pasal 3 mengenai tujuan dari penatagunaan tanah. Dari sini dapat kita telaah bahwasannya, penatagunaan tanah merupakan ujung tombak dalam mengimplementasikan RTRW di lapangan. Hal ini didasarkan bahwa, dalam setiap jengkal tanah, pada hakekatnya telah melekat hak kepemilikan tanah. Sehingga untuk mewujudkan RTRW dalam setiap jengkal tanah mau tidak mau harus berinteraksi dengan pemegang hak atas tanah tersebut. Posisi penatagunaan tanah juga semakin jelas seperti yang termaktub dalam Pasal 33 UU No.26/2007 Tentang Penataan Ruang, dimana pemanfaatan ruang mengacu pada rencana tata ruang yang dilaksanakan dengan penatagunaan tanah, penatagunaan air, dan penatagunaan udara. Pada hakekatnya, tanah sebagai unsur yang paling dominan dalam penataan ruang, telah dilandasi dengan PP, memiliki peran yang paling strategis dalam mewujudkan penataan ruang. Namun demikian, penatagunaan tanah belum begitu dilibatkan dalam proses penyusunan, implementasi maupun pengawasan penataan ruang. Menurut saya, proses penataan ruang di Indonesia saat ini memang pada level yang bervariasi. Namun demikian, secara umum dapat dilihat bahwa, penataan ruang masih bergerak dilevel dasar, yaitu proses euphoria penyusunan tata ruang. Hal ini terbukti dari banyaknya tata ruang yang tidak dilaksanakan di lapangan. Seharusnyalah, mulai sekarang, kita bersama-sama harus lebih memikirkan juga bagaimana implementing di lapangan. 1 Penatagunaan tanah memiliki dua peran utama dalam mewujudkan rencana tata ruang guna kepentingan masyarakat secara adil. Pertama, peran secara makro, penatagunaan tanah bersamasama dengan instansi lain baik pusat maupun daerah, bekerja sama untuk merumuskan kebijakan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang. Hal ini terwujud dalam pembentukan Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN) maupun didaerah (BKPRD). Perlu diketahui bahwa sampai dengan hari ini, penatagunaan tanah yang diemban oleh Badan Pertanahan Nasional (Direktorat Penatagunaan Tanah), masih merupakan instansi vertikal. Kondisi ini lebih memudahkan kontrol maupun koordinasi antara penatagunaan tanah nasional maupun daerah. Selain itu penatagunaan tanah juga bertugas untuk menyusun neraca penatagunaan tanah. Di dalam neraca ini terdapat evalusai kesesuaian RTRW dengan penggunaan tanah saat ini, serta ketersediaan tanah untuk pembangunan didasarkan pada RTRW, penggunaan, dan penguasaan tanah. Neraca ini tentunya sangat berguna dalam revisi dan evaluasi RTRW. Peran penatagunaan tanah di level mikro adalah implementing penatagunaan tanah dalam pada administrasi pertanahan. Di sini peran penatagunaan tanah semakin jelas, dimana secara langsung dalam administrasi pertanahan, penatagunaan tanah dapat terlibat langsung dalam proses administrasi pertanahan. Proses-proses administrasi pertanahan mulai dari penerbitan hak, pemindahan hak, pelepasan hak, dan lain-lain, kesemuanya harus mengacu pada rencana tata ruang wilayah. Dalam penyelenggaraan penatagunaan tanah, dapat ditempuh melalui penataan kembali, upaya kemitraan, dan penyerahan dan pelepasan hak atas tanah kepada negara. Dalam hal pembinaan dan pengendalian penatagunaan tanah dapat ditempuh melalui pemberian insentif dan disinsentif. Penatagunaan Perizinan Perijinan pemafaatan ruang adalah salah satu bentuk pengendalian pemanfaatan ruang yang bertujuan agar pemanfaatan ruang dapat berjalan sesuai dengan fungsi ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang yang telah disepakati oleh pemerintah dan masayarakat, yang merupakan kebijakan operasional pemanfaatan ruang yang berkaitan dengan penetapan lokasi, kualitas ruang 2 dan tata bangunan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan, hukum adat dan kebiasaan yang berlaku, yang diselenggarakan oleh Bupati/Walikota di wilayah Kabupaten/Kota. Perijinan pemanfaatan ruang terdiri dari atas 3 (tiga) jenis perijinan yang memiliki hirarki struktur, sebagai berikut : 1. Perijinan peruntukan dan perolehan lahan berkaitan dengan penetapan lokasi investasi dan perolehan tanah, dalam bentuk Ijin Lokasi(IL). 2. Perijinan pemanfaatan lahan berkaitan dengan rencana pengembangan kualitas ruang dalam bentuk Persetujuan Site Plan (PSP). 3. Perijinan mendirikan bangunan berkaitan dengan pengembangan tata ruang dan tata bangunan dalam bentuk Ijin Mendirikan Bangunan (IMB). Menurut Undang-Undang Penataan Ruang, diatur pula mengenai perijinan pemanfaatan ruang, seperti di bawah ini : Perijinan pemanfaatan ruang adalah salah satu bentuk pengendalian pemanfaatan ruang dapat berlangsung sesuai fungsi ruang yang telah ditetapkan dalam rencana tata ruang yang telah disepakati oleh rakyat (DPRD) dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Perijinan pemanfaatan ruang adalah suatu bentuk kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang yang diselenggarakan oleh Bupati/Walikota di wilayah Kabupaten/Kota, disamping kegiatan pengawasan dan penertiban. Perijinan pemanfaatan ruang adalah merupakan kebijaksanaan operasional pemanfaatan ruang yang berkaitan dengan penetapan lokasi, kualitas ruang dan tata ruang sesuai dengan peraturan perundangan, hukum adat dan kebiasaan yang berlaku. Penatagunaan Lingkungan Hidup Lingkungan hidup dan pengelolannya diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pasalpasal terpenting berkenaan dengan kebijakan tata ruang ialah pasal 1 tentang batasan pengertian, 3 pasal 2 tentang ruang lingkup, pasal 3 mengenai asas dan pasal 4 mengenai tujuan pengelolaan lingkungan hidup, dan pasal 5 tentang hak dan kewajiban orang akan lingkungan hidup. Pasalpasal tersebut dapat diintisarikan sebagai berikut. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya (pasal 1 butir 1). Penjelasannya mengatakan bahwa lingkungan hidup merupakan sistem yang meliputi lingkungan alam hayati, alam nonhayati, buatan dan sosial. Lingkungan hidup Indonesia berdasarkan wawasan nusantara beruang lingkup meliputi ruang, tempat Negara Republik Indonesia melaksanakan kedaulatan, hak berdaulat serta jurisdiksinya (pasal 2). Dalam penjelasan umum dikatakan bahwa lingkungan hidup Indonesia merupakan pengertian hukum dan politik. Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu memanfaatkan, menata, memelihara, mengawasi, mengendalikan, memulihkan dan mengembangkan lingkungan hidup (pasal 1 butir 2). Asas pengelolaan lingkungan hidup ialah pelestarian kemampuan yang serasi dan seimbang untuk menunjang pembangunan berkesinambungan bagi peningkatan kesejahteraan manusia (pasal 3). Penjelasannya menyebutkan bahwa keserasian dan keseimbangan lingkungan menjadi prasarat bagi pencapaian kehidupan optimum. Tujuan pengelolaan lingkungan hidup ialah penyelarasan hubungan manusia dengan lingkungan hidup, pemanfaatan sumberdaya secara bijaksana, keterlaksanaan pembangunan berwawasan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang, perlindungan negara terhadap dampak kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan, dan perwujudan manusia Indonesia sebagai pembina lingkungan hidup (pasal 4 butir a s.d. e). Dalam penjelasan disebutkan bahwa kebijaksanaan memanfaatkan sumber daya perlu memperhatikan aspek-aspek-aspek a.l. kehematan, daya guna, hasil guna dan daur ulang. Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, dan bersamaan dengan itu berkewajiban memelihara lingkungan hidup dan mencegah serta menanggulangi kerusakan dan pencemarannya (pasal 5 butir 1 dan 2). 4