Uploaded by edoaryadinata

penataan ruang

advertisement
NAMA
: I GDE EDDO ARYA DINATA
NPM
: 1504742010162
KELAS
: IV C
 Kemukakan pendapat saudara keterkaitan antara penataan ruang dengan :
 Penatagunaan Tanah
Saat ini tanah merupakan resource yang memiliki posisi strategis dalam kontek pembangunan
nasional. Segala bentuk pembangunan hampir seluruhnya memerlukan tanah untuk aktifitasnya.
Dalam kaitan tersebut, diperlukan upaya untuk lebih meningkatkan peran penatagunaan tanah
untuk dapat mewujudkan pembangunan yang sustainable.
Seperti yang telah dimaklumatkan dalam Pasal 1, PP No. 16/2004 Tentang Penatagunaan Tanah,
yang dimaksudkan penatagunaan tanah adalah sama dengan pola pengelolaan tata guna tanah yang
meliputi penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah yang berwujud konsolidasi
pemanfaatan tanah melalui pengaturan kelembagaan yang terkait dengan pemanfaatan tanah
sebagai satu kesatuan sistem untuk kepentingan masyarakat secara adil. Penatagunaan tanah ini
merujuk pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota yang telah ditetapkan seperti
tercantum pada pasal 3 mengenai tujuan dari penatagunaan tanah. Dari sini dapat kita telaah
bahwasannya, penatagunaan tanah merupakan ujung tombak dalam mengimplementasikan RTRW
di lapangan. Hal ini didasarkan bahwa, dalam setiap jengkal tanah, pada hakekatnya telah melekat
hak kepemilikan tanah. Sehingga untuk mewujudkan RTRW dalam setiap jengkal tanah mau tidak
mau harus berinteraksi dengan pemegang hak atas tanah tersebut.
Posisi penatagunaan tanah juga semakin jelas seperti yang termaktub dalam Pasal 33 UU
No.26/2007 Tentang Penataan Ruang, dimana pemanfaatan ruang mengacu pada rencana tata
ruang yang dilaksanakan dengan penatagunaan tanah, penatagunaan air, dan penatagunaan udara.
Pada hakekatnya, tanah sebagai unsur yang paling dominan dalam penataan ruang, telah dilandasi
dengan PP, memiliki peran yang paling strategis dalam mewujudkan penataan ruang. Namun
1
demikian, penatagunaan tanah belum begitu dilibatkan dalam proses penyusunan, implementasi
maupun pengawasan penataan ruang. Menurut saya, proses penataan ruang di Indonesia saat ini
memang pada level yang bervariasi. Namun demikian, secara umum dapat dilihat bahwa, penataan
ruang masih bergerak dilevel dasar, yaitu proses euphoria penyusunan tata ruang. Hal ini terbukti
dari banyaknya tata ruang yang tidak dilaksanakan di lapangan. Seharusnyalah, mulai sekarang,
kita bersama-sama harus lebih memikirkan juga bagaimana implementing di lapangan.
Penatagunaan tanah memiliki dua peran utama dalam mewujudkan rencana tata ruang guna
kepentingan masyarakat secara adil. Pertama, peran secara makro, penatagunaan tanah bersamasama dengan instansi lain baik pusat maupun daerah, bekerja sama untuk merumuskan kebijakan
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang. Hal ini terwujud dalam
pembentukan Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN) maupun didaerah (BKPRD).
Perlu diketahui bahwa sampai dengan hari ini, penatagunaan tanah yang diemban oleh Badan
Pertanahan Nasional (Direktorat Penatagunaan Tanah), masih merupakan instansi vertikal.
Kondisi ini lebih memudahkan kontrol maupun koordinasi antara penatagunaan tanah nasional
maupun daerah. Selain itu penatagunaan tanah juga bertugas untuk menyusun neraca
penatagunaan tanah. Di dalam neraca ini terdapat evalusai kesesuaian RTRW dengan penggunaan
tanah saat ini, serta ketersediaan tanah untuk pembangunan didasarkan pada RTRW, penggunaan,
dan penguasaan tanah. Neraca ini tentunya sangat berguna dalam revisi dan evaluasi RTRW.
Peran penatagunaan tanah di level mikro adalah implementing penatagunaan tanah dalam pada
administrasi pertanahan. Di sini peran penatagunaan tanah semakin jelas, dimana secara langsung
dalam administrasi pertanahan, penatagunaan tanah dapat terlibat langsung dalam proses
administrasi pertanahan. Proses-proses administrasi pertanahan mulai dari penerbitan hak,
pemindahan hak, pelepasan hak, dan lain-lain, kesemuanya harus mengacu pada rencana tata ruang
wilayah. Dalam penyelenggaraan penatagunaan tanah, dapat ditempuh melalui penataan kembali,
upaya kemitraan, dan penyerahan dan pelepasan hak atas tanah kepada negara. Dalam hal
pembinaan dan pengendalian penatagunaan tanah dapat ditempuh melalui pemberian insentif dan
disinsentif.
2
 Penatagunaan Perizinan
Perijinan pemafaatan ruang adalah salah satu bentuk pengendalian pemanfaatan ruang yang
bertujuan agar pemanfaatan ruang dapat berjalan sesuai dengan fungsi ruang yang ditetapkan
dalam rencana tata ruang yang telah disepakati oleh pemerintah dan masayarakat, yang merupakan
kebijakan operasional pemanfaatan ruang yang berkaitan dengan penetapan lokasi, kualitas ruang
dan tata bangunan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan, hukum adat dan kebiasaan
yang berlaku, yang diselenggarakan oleh Bupati/Walikota di wilayah Kabupaten/Kota.
Perijinan pemanfaatan ruang terdiri dari atas 3 (tiga) jenis perijinan yang memiliki hirarki struktur,
sebagai berikut :
1. Perijinan peruntukan dan perolehan lahan berkaitan dengan penetapan lokasi investasi dan
perolehan tanah, dalam bentuk Ijin Lokasi(IL).
2. Perijinan pemanfaatan lahan berkaitan dengan rencana pengembangan kualitas ruang dalam
bentuk Persetujuan Site Plan (PSP).
3. Perijinan mendirikan bangunan berkaitan dengan pengembangan tata ruang dan tata bangunan
dalam bentuk Ijin Mendirikan Bangunan (IMB).
Menurut Undang-Undang Penataan Ruang, diatur pula mengenai perijinan pemanfaatan ruang,
seperti di bawah ini :

Perijinan pemanfaatan ruang adalah salah satu bentuk pengendalian pemanfaatan ruang
dapat berlangsung sesuai fungsi ruang yang telah ditetapkan dalam rencana tata ruang yang
telah disepakati oleh rakyat (DPRD) dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Perijinan pemanfaatan ruang adalah suatu bentuk kegiatan pengendalian pemanfaatan
ruang yang diselenggarakan oleh Bupati/Walikota di wilayah Kabupaten/Kota, disamping
kegiatan pengawasan dan penertiban.

Perijinan pemanfaatan ruang adalah merupakan kebijaksanaan operasional pemanfaatan
ruang yang berkaitan dengan penetapan lokasi, kualitas ruang dan tata ruang sesuai dengan
peraturan perundangan, hukum adat dan kebiasaan yang berlaku.
3
 Penatagunaan Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup dan pengelolannya diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pasalpasal terpenting berkenaan dengan kebijakan tata ruang ialah pasal 1 tentang batasan pengertian,
pasal 2 tentang ruang lingkup, pasal 3 mengenai asas dan pasal 4 mengenai tujuan pengelolaan
lingkungan hidup, dan pasal 5 tentang hak dan kewajiban orang akan lingkungan hidup. Pasalpasal tersebut dapat diintisarikan sebagai berikut.
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan mahluk
hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya (pasal 1 butir 1). Penjelasannya mengatakan
bahwa lingkungan hidup merupakan sistem yang meliputi lingkungan alam hayati, alam nonhayati,
buatan dan sosial.
Lingkungan hidup Indonesia berdasarkan wawasan nusantara beruang lingkup meliputi
ruang, tempat Negara Republik Indonesia melaksanakan kedaulatan, hak berdaulat serta
jurisdiksinya (pasal 2). Dalam penjelasan umum dikatakan bahwa lingkungan hidup Indonesia
merupakan pengertian hukum dan politik.
Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu memanfaatkan, menata,
memelihara, mengawasi, mengendalikan, memulihkan dan mengembangkan lingkungan hidup
(pasal 1 butir 2).
Asas pengelolaan lingkungan hidup ialah pelestarian kemampuan yang serasi dan
seimbang untuk menunjang pembangunan berkesinambungan bagi peningkatan kesejahteraan
manusia (pasal 3). Penjelasannya menyebutkan bahwa keserasian dan keseimbangan lingkungan
menjadi prasarat bagi pencapaian kehidupan optimum.
Tujuan pengelolaan lingkungan hidup ialah penyelarasan hubungan manusia dengan
lingkungan hidup, pemanfaatan sumberdaya secara bijaksana, keterlaksanaan pembangunan
berwawasan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang, perlindungan
negara terhadap dampak kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan kerusakan dan
pencemaran lingkungan, dan perwujudan manusia Indonesia sebagai pembina lingkungan hidup
(pasal 4 butir a s.d. e). Dalam penjelasan disebutkan bahwa kebijaksanaan memanfaatkan
4
sumberdaya perlu memperhatikan aspek-aspek-aspek a.l. kehematan, daya guna, hasil guna dan
daur ulang.
Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, dan bersamaan dengan itu
berkewajiban memelihara lingkungan hidup dan mencegah serta menanggulangi kerusakan dan
pencemarannya (pasal 5 butir 1 dan 2).
5
Download