BLOK 5 “ KEGANASAN HEMATOLOGI “ KELOMPOK 1 : WASILATUL SAADAH ADIATMAN WIDYASTUTI LONDONG ALLO NITA RAHMAWATI BULANGO MUNZIR MAKARIM DEWON KHRISDIANTO FERRY ILHAM SURIPTO GANI VIANNEY PASKALIA B. RANDA INGGIT GARNASIH FITRIA RAMADHAN N 101 17 009 N 101 17 015 N 101 17 021 N 101 17 031 N 101 17 033 N 101 17 067 N 101 17 077 N 101 17 079 N 101 17 087 N 101 17 093 “ Dana untuk Siti “ Seorang anak perempuan berusia 2 tahun dibawa oleh orang tuanya ke poliklinik anak rumah sakit Tadulako dengan keluhan lemah, pucat, memar pada tubuh. Keluhan ini dialami sejak sebulan yang lalu. Pasien juga mengalami pucat, lemah, dan ibunya mengaku Siti sering demam. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda vital dalam batas normal, hepatomegaly, dan ptechiae pada ekstremitas. Dokter kemudian meminta dilakukan pemeriksaan laboratorium dan didapatkan hasil Hb 8.1 gr/dl, MCV 81 fl, MCH 28 pg, leukosit 76.000/Ul, trombosit 15.000/uL, SGOT 65 U/L, SGPT 54 U/L, HBsAG negatif, IgM dan IgG anti Dengue negatif. Dokter kemudian meminta pemeriksaan laboratorium analisa darah tepi. Hasil pemeriksaan analisa darah tepi di dapatkan kecurigaan keganasan dan di sarankan melanjutkan pemeriksaan aspirasi sumsum tulang dan pemeriksaan fungsi ginjal.dokter menyarankan orang tua siti untuk menyiapkan dana untuk kemoterapi. Klasifikasi Leukemia Pengertian Etiologi Patofisiologi Tanda dan Gejala Leukemia Limfoblastik Akut ( LLA ) Keganasan klonal dari sel-sel limfoid - Faktor keturunan - Faktor lingkungan ( Radiasi ionik, paparan benzene) - Merokok - Obat kemoterapi - Infeksi virus Epstein Barr Kelainan sitogenik yang paling sering dijumpai. Fusi gen BCR-ABL merupakan hasil dari translokasi kromosom dan 22 yang dapat dideteksi hanya dengan pulse field gel electrophoresis. ABL adalah nonreseptor tyrosine protein kinase yang secara enzimatik mentranfer molekul fosfat ke substrat protein, sehingga terjadi aktivasi jalur transduksi sinyal dalam regulasi proliferasi dan pertumbuhan sel. - Anemia : mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada -Anoreksia -Nyeri tulang dan sendi - Perdarahan kulit ( Petechiae), perdarahan gusi, hematuria - Hepatomegali -Splenomegali Leukimia Limfositik Kronik Keganasan hematologik yang ditandai oleh proliferatif klonal dan penumpukan limfosit B neoplastik dalam darah, sumsum tulang, limfonodi, limpa, hati dan organ-organ lain Penyebab LLK masih belum diketahui. Kemungkinan yang berperan adalah abnormalitas kromosom, onkogen dan retrovirus ( RNA tumour virus ). Sel B LLK mnegekspresikan imunoglobulin membran permukaan yang umumnya rendah kadarnya, kebanyakan IgM, IgD, dibandingkan sel B darah tepi normal. LLK kemungkinan merupakan akibat dari suatu proses bertahap, dimulai dari ekspansi poliklonal yang ditimbulkan oleh antigen terhadap limfosit B CD5+ yang dibawah pengaruh agen mutasi pada akhirnya ditransformasi menjadi proliferasi monoklonal. - Limfadenopati generalisasi -Penurunan berat badan -Kelelahan -Hilangnya Nafsu Makan - Demam dan keringat malam hari - Splenomegali - Hepatomegali Klasifikasi Leukemia Pengertian Etiologi Patofisiologi Tanda dan Gejala Leukemia Mieloblastik Akut ( LMA ) Penyakit yang ditandai dengan transformasi neoplastik dan gangguan diferensiasi sel-sel progenitor dari seri mieloid Faktor predisposisi : - Benzene, zat leukomogenik untuk LMA. - Trisomi kromosom 21( Penyakit herediter sindrom down ) - Pengobatan dengan kemoterapi sitotoksik pada pasien tumor padat. Adanya blokade maturitas yang menyebabkan proses diferensiasi sel-sel seri mieloid terhenti pada sel-sel muda ( blast ) dengan akibat terjadi akumulasi blast di sumsum tulang. Akumulasi blast di dalam sumsum tulang akan menyebabkan gangguan hematopoiesis normal dan mengakibatkan sindrom kegagalan sumsum tulang yang ditandai dengan adanya sitopenia ( anemia, leukopenia, trombositopenia ). - Lelah - Perdarahan (purpura atau petekia, epitaksis, perdarahan gusi dan retina ) - Demam -Trombositopenia - Anemia -Leukositosis Leukemia Mieloblastik kronik Merupakan leukemia yang pertama kali diketahui patogenesisnya, berdarkan kelainan kromosom 22 Leukemia dengan kelainan kromosom 22 Gen BCR-ABL pada kromosom menyebabkan proliferasi yang berlebihan sel induk pluripoten pada sistem hematopoiesis. Klon-klon ini selain proliferasinya berlebihan juga dapat bertahan hidup lebih lama dibanding sel normal, karena gen BCRABL juga anti-apoptosis. Dampak kedua mekanisme adalah terbentuknya klon-klon abnormal yang akhirnya mendesak sistem hematopoiesis lainnya. - Pembesaran limpa, merasa cepat kenyang - Nyeri tekan di perut kanan atas - Rasa cepat lelah - Demam yang tidak terlalu tinggi - Keringat malam Patofisiologi Hepatomegali dan Petechiae • Perdarahan kulit ( petechiae), perdarahan gusi, hematuria, perdarahan saluran cerna, perdarahan di otak, diman perdarahan-perdarahan ini terjadi karena trombositopenia. Trombositopenia terjadi akibat prekursor trombosit yaitu mieoloblast terpusat pada pembentukan leukosit akibat adanya keganasan dan mengakibatkan penurunan produksi trombosit. • Hepatomegali, splenomegali, limfadenopati yang disebabkan infiltrasi sel-sel leukemia ke berbagai jaringan dan organ. Prosedur Aspirasi Sumsum Tulang Persiapan Pasien : • Informed consent • Melakukan pemeriksaan darah lengkap, nilai retikulosit, apusan darah tepi, faktor pembekuan darah seperti prothrombin time (PT), international normalized ratio (INR), dan activated partial thromboplastin (aPTT). Untuk pasien yang mengkonsumsi beberapa obat yang menimbulkan efek anti pembekuan darah, sebaiknya dihentikan satu minggu sebelum prosedur dilaksanakan. • Memastikan status imun pasien untuk menyingkirkan risiko infeksi • Pastikan pasien tidak memiliki reaksi hipersensitivitas terhadap bahan anestesi lokal. • Menyingkirkan beberapa risko yang meningkatkan kerapuhan tulang Prosedur Aspirasi Sumsum Tulang Peralatan • Pisau scalpel 15 • Mallet • Spuit 30 cc • Jarum trocar dan kanul BMA • Antikoagulan di dalam tabung EDTA, jika spesimen tidak segera langsung dibuat dalam bentuk slide • Spuit 5 ml atau 10 ml untuk anestesi • Jarum 22 dan 25 untuk menyuntikkan anestesi • Sediaan untuk anestesi lokal yaitu larutan buprenorphine 0,5% dan lidokain hidroklorida 2% • Sarung tangan steril • Cairan antiseptik (povidone iodin atau klorheksidin glukonas) • Swab alcohol • Perekat elasoplas [1, 3-5] Prosedur Aspirasi Sumsum Tulang Posisi Pasien • Posisi pasien disiapkan dalam posisi lateral dekubitus dengan tungkai atas berada dalam keadaan fleksi dan tungkai bawah berada dalam keadaan ekstensi. • Sebagai alternative, posisi pasien dapat dikerjakan pada posisi pronasi. Untuk pasien obesitas, jarak antara kulit dengan iliaka akan semakin besar sehingga mempersulit tindakan aspirasi sumsum tulang, penetuan lokasi aspirasi dapat semakin jelas dengan meletakkan bantal kecil pada posisi ipsilateral panggul pasien. Prosedur Aspirasi Sumsum Tulang Praprosedural • Cuci tangan • Cek ulang ketersediaan seluruh material • Monitor tanda vital pasien, oksimetri dan keadaan sedasi jika prosedur dilakukan pada anak • Singkirkan semua pelapis dan pakaian yang menutupi sumsum tulang agar prosedur yang dilaksanakan tetap steril • Pastikan posisi pasien dalam keadaan lateral dekubitus atau pronasi. • Menentukan lokasi aspirasi sumsum tulang dengan menandai lokasi tersebut dengan marker • Menyiapkan bahan anestesi dalam spuit untuk tindakan anestesi dengan larutan lidokain • Mengisi spuit 20 ml dengan sedikit EDTA untuk pemeriksaan sitologi, jika untuk keperluan sitogenetika menggunakan larutan heparin • Tindakan asepsis dan antisepsis lokasi aspirasi menggunakan kasa steril yang dibasahi cairan povidone iodin 10% atau klorheksidin dengan gerakan memutar (sentrifugal), dimulai dari tempat yang ditandai menuju keluar sampai kira 8-9cm Prosedur Aspirasi Sumsum Tulang Prosedural pada Tulang Iliaka Anterior • Melakukan penetrasi jarum aspirasi dengan tegak lurus dan gerakan memutar ke kiri dan kanan ke arah bawah secara lembut menembus kulit sampai membentur tulang dan memasukkannya menembus periosteum • Mencabut mandrain dan memasang spuit 20 ml, melakukan aspirasi secara perlahan namun pasti. Untuk spesimen yang digunakan untuk pemeriksaan sitomorfologi dan imunophenotiping maksimal 5ml. • Mencabut spuit namun jarum dibiarkan saja • Meneteskan aspirat secukupnya ke kaca objek dan diratakan di atas kaca objek. Pastikan apakah terdapat partikel sumsum tulang. Jika spesimen sudah benar, sisa aspirat dimasukkan ke dalam botol koleksi dan dikirim ke laboratorium • Memasang spuit 20 ml yang telah dibasahi heparin untuk mendapatkan spesimen untuk pemeriksaan sitogenetika • Melakukan tindakan aspirasi sebanyak maksimal 5 ml seperti cara sebelumnya • Mencabut jarum aspirasi perlahan-lahan dengan cara diputar sama seperti pada saat memasukkannya • Memberikan tekanan pada daerah aspirasi selama minimal 5 menit • Menutup bekas luka tusukan jarum dengan kasa steril dan plester. Merapikan alat dan membuang bahan medis habis pakai ke tempat sampah medis • Membuka sarung tangan, lalu mencuci tangan Prinsip Terapi Keganasan Darah Tujuan umum terapi onkologi anak adalah untuk menyembuhkan semua pasien dengan toksisitas minimal. Terapi untuk anak dengan kanker seringkali bersifat multimodalitas dan dapat meliputi : 1. Pembedahan, 2.Terapi radiasi, dan 3. Kemoterapi Pembedahan dan radiasi umumnya merupakan modalitas terapi lokal ( kecuali iritasi tubuh keseluruhan sebagai bagian dari transplantasi sel punca atau sumsum tulang ), sedangkan kemoterapi memiliki efek lokal dan sistemik. Monitoring Keganasan Darah Pemeriksaan parameter pertumbuhan dan tanda vital penting untuk diperiksa pada semua pasien. Pemeriksaan saturasi oksigen harus dilakukan apabila ada gejala pernapasan. Keadaan umum pasien secara keseluruhan harus diperhatikan, khususnya tampilan umum, nyeri, kaheksia, pucat dan distress pernapasan. Massa yang teraba harus diukur. Jika ada, limfadenopati dan organomegali harus diukur. Pemeriksaan kulit secara menyeluruh memperlihatkan adanya ruam, memar dan petekie. Prognosis Keganasan Darah Pasien dengan LLA diklasifikasikan ke dalam empat kategori risiko prognostik ( rendah, standar, tinggi dan sangat tinggi ) berdasarkan usia, hitung leukosit awal, karakteristik genetik dan respon terhadap terapi induksi. Secara umum, risiko rendah adalah mereka yang berusia 1- 9 tahun dengan hitung leukosit awal kurang dari 50.000/mm3 . pasien risiko tinggi adalah berusia dibawah 1 tahun atau berusia 10 tahun keatas, memiliki hitung leukosit awal diatas 50.000/mm3.