ACARA IV POLIPLOIDISASI A. Hasil Pengamatan Hasil Pengamatan Metafase pada Akar Bawang Merah (Allium cepa L.) Penambahan Colchicine (C-metafase) Jumlah Kromosom : 2n=2x=32 Tanpa Pemberian Colchicine Jumlah Kromosom : 2n=2x=16 B. Pembahasan Poliploid adalah tanaman yang diolah (Cultivated plants), seperti tomat, gandum, buah frambus, yang mana memiliki lebih dari satu set kromosom. Kelebihan ini akan memberi organisme yang bersangkutan keuntungan dalam memproduksi bunga yang indah atau hasil tanaman yang meningkat. Tanaman polypoid diproduksi dengan perlakuan benih dan pemberian kolkisin. Poliploid dapat berkromosom 3n (3 set), 4n (4 set), dll (Kilgour, 1987). Jaringan yang mudah untuk ditelaah mitosis ialah meristem pada titik tumbuh akar bawang. Mewarnainya dengan zat pewarna yang sesuai akan tampak kromosom-kromosom dalam sel-sel yang membelah diri. Sel akar bawang yang baru terbentuk berisi 16 kromosom dan 8 diantaranya pada mulanya disumbangkan oleh “bapak” tumbuhan bawang yaitu tumbuhan yang menyediakan gamet jantan. Sisa yang 8 lagi semula disediakan oleh “indung”, yaitu bawang yang menghasilkan telur (Kimball, 1983). Pada percobaan kali ini menggunakan bahan ujung akar bawang merah (Allium cepa) yang sedang aktif membelah karena termasuk bagian yang bersifat meristematis. Kemudian akar dibagi menjadi 2 kelompok yaitu perlakuan tanpa kolkisin (kontrol) dan perlakuan dengan kolkhisin. Antara keduanya dibandingkan tiap-tiap fase yang terjadi pada pembelahan sel dan jumlah kromosom anakan pada akhir pembelahan.. Pada fase metafase, membentuk benangbenang spindel yang sangat berperan dalam pembelahan kromosom. Jumlah kromosom bawang merah yang normal/ tanpa diberi kolkisin adalah 2n (16), tahap pembelahan mitosis yang terjadi adalah interfase-profase-metafase-anafase dan telofase. Sehingga akan terbentuk dua sel anakan yang juga memiliki jumlah kromosom 2n (16). Sedangkan pada perlakuan yang diberi kolkisin, sel anakan yang terbentuk memiliki jumlah kromosom 32 yang merupakan kelipatan dari jumlah kromosom normalnya, yaitu 2n menjadi 4n dan disebut tetraploid. Proses mitosis karena pengaruh kolkisin mengalami modifikasi disebut dengan C-mitosis. Pada fase ini tidak terbentuk benang-benang spindle maka kromsom tetap tinggal berserakan dalam sitoplasma. Benang spindle yang tidak terbentuk tersebut menyebabkan kromsom anak tetap berada pada bidang equator, tidak bergerak kearah kutub sehingga akan terbentuk tetraploid (4n). Pada stadium ini kromosom memperlihatkan gambaran-gambaran yang khas seperti tanda silang, tetapi kromsom dapat memisahkan diri pada sentromernya dan dimulailah C-anafase. Selanjutnya terbentuklah dinding nukleus sehingga nukleus mengalami perbaikan dimana jumlah kromosomnya berganda. Bila pengaruh kolkisin telah menghambur/hilang, maka sel poliploid yang baru dapat membentuk benang spindle pada kedua kutubnya dan membentuk nukleus anakan seperti pada telofase mitosis. Jadi, pembelahan sel akan kembali normal bila pengaruh kolkisinnya telah hilang. Faktor utama yang mendukung terjadinya penggandaan kromosom atau poliploidisasi adalah adanya kolkisin. Pemberian kolkisin tidak hanya pada bagian yang sedang mengadakan pembelahan saja, tapi dapat juga digunakan pada biji, bibit maupun bagian tanaman yang dewasa. Keefektifan kolkisin sangat bergantung dari konsentrasi, lama perendaman dan jenis sel yang sedang membelah. Jika konsentrasi larutan kolkisin dan lamanya waktu perlakuan kurang mencapai keadaan yang tepat, maka poliploidi belum dapat diperoleh. Sebaliknya jika konsentrasinya terlalu tinggi atau waktunya perendaman terlalu lama, maka kolkhisin akan memperlihatkan penampilan tanaman akan lebih buruk, sel-selnya banyak yang rusak atau bahkan dapat menyebabkan matinya tanaman. Kolkisin merupakan alkaloid yang berfungsi menghalang-halangi terbentuknya benang gelendong seperti pada pembelahan mitosis yang normal. Kolkisin (C22H22O6N) hanya berpengaruh pada sel yang sedang membelah. Pengaruhnya sangat khas, yaitu penghambatan benang-benang spindel. Jadi pada stadium permulaan (profase) dari mitosis biasanya yang diikuti oleh pembelahan kromosom menjadi 2, pengaruh kolkisin mulai saat itu semua kromosom yang telah membelah itu tidak berjajar pada bidang equatorial (metafase) untuk kemudian membagi dalam dua kelompok yang sama (anafase), menuju masing-masing kutub yang berhadapan dan selanjutnya terbentuk dinding pemisah, melainkan bahan-bahan tadi tetap tinggal ditengahtengah sel untuk sementara waktu tidak teratur, kemudian kembali ke stadium nucleus beristirahat dan sekarang mempunyai jumlah kromosom 2 kali lipat dari semula (Suryo, 1995). Karena tidak terbentuk gelendong pada pembelahan yang dipengaruhi kolkhisin, maka kromosom anak tidak bergerak ke kutub-kutub sel, tetapi tetap tinggal di tengah-tengah. Dengan demikian terjadilah tanaman dengan sel tetraploid atau poliploid. Pengaruh kolkisin dalam menginduksi mutasi bersifat acak, sehingga dalam penelitian ini dapat ditemukan individu sel yang tetap bersifat diploid (2n), sebagaimana umumnya sel normal. Serta sel-sel yang mengalami pengurangan jumlah kromosom, yakni bersifat monoploid/haploid (1n) dan sel-sel mengalami penambahan jumlah kromosom atau poliploid yang meliputi: tetraploid (4n), pentaploid (5n), heksaploid (6n), septaploid (7n), oktaploid (8n) dan nonaploid (9n) (Suminah, et.al., 2002). Kolkisin hanya diberikan pada bagian meristematis yaitu di dekat titik tumbuh karena pada daerah tua zat ini tidak mempunyai pengaruh, sehingga poliploidisasi tidak terjadi. Perlakuan Kolkisin biasanya menyebabkan perbedaan tingkat ploidi dalam jaringan dan batang karena itu perlu membuat pemeriksaan sitologis dari mixoploid untuk mengidentifikasi tetraploid. Zat kimia lain yang biasa digunakan untuk poliploidisasi antara lain acenaphtene dan digitonin.Berikut Rumus bangunnya: Dengan poliploidisasi, kita akan memperoleh tanaman yang lebih tahan terhadap lingkungan yang ekstrem, ukurannya lebih besar, dapat memperoleh forma-forma yang baru dalam bentuk liar maupun yang diusahakan untuk persilangan, mengubah pollen yang incompatible menjadi compatible, mempertahankan kombinasi gen dari forma-forma diploid dan mempertinggi hasil pertanaman. Pada tahun 1937 ditemukan bahwa kolkisin, sebuah alkaloid merupakan bentuk yang lebih efektif daripada bahan lainnya. kolkisin diperoleh dari ujung batang dan biji tanaman Autumn corcus (Colchicine autumnale), anggota dari famili Liliaceae. Kolkisin menyebabkan penggandaan jumlah kromosom tanaman pada konsentrasi rendah. Pada konsentrasi tinggi bahan ini merupakan racun. Kolkisin dapat mempengaruhi pembelahan dalam mitosis yang menyebabkan terhalangnya pembentukan spindel, maka kromosom anak tidak bergerak ke kutub dan hanya tinggal di tengah-tengah sebagai pasangan (ski). Dengan demikian maka fase-fase pembelahan mitosis menjadi tidak normal, hanya berhenti pada fase metafase dan pembelahan akan kembali normal jika pengaruh colchicine telah hilang. Selain itu poliploidisasi dapat digunakan untuk sarana menciptakan galur murni yang sangat penting dalam persilangan tanaman. Efek poliploid mempunyai peranan penting dalam bidang pertanian yaitu : sebagai perubahan pada jumlah kromosom akan mengubah segregasi genetik, setiap penambahan jumlah kromosom akan memberikan efek penutup yang mengurangi gen – gen resesif yang merugikan, penambahan jumlah kromosom selalu diikuti penambahan ukuran sel sehingga bentuk poliploid sering menunjukkan keunggulan kualitas dan kuantitas, serta sterilitas pada gamet dan penurunan daya perkembangbiakan sering terjadi. Kesimpulan 1. Poliploidi dapat diperoleh dengan cara pemberian zat kimia Kolkisin. 2. Pengaruh pemberian colchisine terlihat jelas pada metafase karena colchisine dapat menghalangi pembentukan benang spindel, sehingga pasangan kromosom tidak berpisah dan tidak tertarik ke kutub-kutubnya dan tidak terjadi pembelahan kromosom. 3. Tanaman poliploid mempunyai jumlah kromosom yang berlipat daripada jumlah kromosom normalnya (2n berlipat menjadi 4n, 5n, 6n, dst). 4. Tanaman polyploid mempunyai banyak kelebihan antara lain mempunyai daun yang lebar dengan warna hijau, bunga dan buah besar, produksi bunga dan buah juga besar, meningkatkan jumlah dan ukuran putik pollen, meningkatkan ukuran berbagai macam organ tanaman. Daftar Pustaka Kilgour, O. F. G. 1987. Mastering Biology. Mac-Millan Education Ltd., London. Kimball, J. W. 1983. Biology 3rd ed. John Willey and Sons, Inc., New York. . Suminah, Sutarno, dan Setyawan A.D. 2002. Induksi poliploidi bawang merah (Allium ascalonicum L.) dengan pemberian kolkisin. Biodiversitas 3: 174 — 180. Suryo. 1995 . Sitogenetika. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.