REVIEW MATERI “METODE KUADRAT TUNGGAL” Untuk memenuhi tugas mata kuliah ANALISIS VEGETASI Dosen Pengampu: Arif Mustaqim, M.Si Disusun oleh : Umi Nadhifah (17208163107) Cahya Aprilia Eka Putri (17208163083) Wahyuni Risalatul Azmah (17208163110) Meydi Yuliana ( 17208163115) Alta Setyaning Dyah (17208163065) JURUSAN TADRIS BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN IAIN TULUNGAGUNG MARET 2019 TEORI A. Metode Kuadrat Metode kuadrat adalah salah satu metode analisis vegetasi berdasarkan suatu luasan petak contoh. Kuadrat yang dimaksud dalam metode ini adalah suatu ukuran luas yang diukur dengan satuan kuadrat seperti m², cm² dan lain-lain. Bentuk petak contoh pada metode kuadrat pada dasarnya ada tiga macam yaitu bentuk lingkaran, bentuk bujur sangkar dan bentuk empat persegi panjang. Dari ketiga bentuk petak contoh ini masing-masing bentuk memiliki kelebihan dan kekurangannya (Kusmana, C, 1997). Bentuk lingkaran akan lebih menguntungkan jika dapat dipakai untuk analisis vegetasi herba yang bergerombol, karena ukuran dapat cepat diperluas dan teliti dengan menggunakan seutas tali yang dikaitkan pada titik pusat lingkaran. Untuk vegetasi herba rendah bentuk empat persegi panjang akan lebih efisien dibandingkan dengan bentuk bujur sangkar pada ukuran yang sama. (Kusmana, C, 1997). Namun demikian, bentuk petak contoh empat persegi panjang mempunyai kekurangan terhadap bentuk bujur sangkar, karena perbandingan panjang tepi terhadap luasnya lebih besar daripada perbandingan panjang tepi bujur sangkar terhadap luasnya. Kesalahan tersebut terus meningkat apabila perbandingan panjang tepi terhadap luasnya semakin meningkat. Metode kuadrat juga ada beberapa jenis: a. Liat quadrat: Spesies di luar petak sampel dicatat. b. Count atau list count quadrat: Metode ini dikerjakan dengan menghitung jumlah spesies yang ada beberapa batang dari masing-masing spesies di dalam petak. Jadi merupakan suatu daftar spesies yang ada di daerah yang diselidiki. c. Cover quadrat (basal area kuadrat): Penutupan relatif dicatat, jadi persentase tanah yang tertutup vegetasi. Metode ini digunakan untuk memperkirakan berapa area (penutupan relatif) yang diperlukan tiap-tiap spesies dan berapa total basal dari vegetasi di suatu daerah. Total basal dari vegetasi merupakan penjumlahan basal area dari beberapa jenis tanaman. d. Chart quadrat: Penggambaran letak atau bentuk tumbuhan disebut Pantograf. Metode ini terutama berguna dalam mereproduksi secara tepat tepi-tepi vegetasi dan menentukan letak tiap-tiap spesies yang vegetasinya tidak begitu rapat. Alat yang digunakan pantograf dan planimeter. Pantograf dilengkapi dengan lengan pantograf. Planimeter merupakan alat yang dipakai dalam pantograf yaitu alat otomatis mencatat ukuran suatu luas bila batas-batasnya diikuti dengan jarumnya (Weaver dan Clements, 1938). Dengan metode kuadrat, bentuk percontoh atau sampel dapat berupa segi empat atau lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisis yang menggunakan metode ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi (Syafei, 1990). Sistem Analisis dengan Metode Kuadrat Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu luasan tertentu, misalnya 100 individu/ha. Frekuensi suatu jenis tumbuhan adalah jumlah petak contoh dimana ditemukannya jenis tersebut dari sejumlah petak contoh yang dibuat. Biasanya frekuensi dinyatakan dalam besaran persentase. Basal area merupakan suatu luasan areal dekat permukaan tanah yang dikuasai oleh tumbuhan. Untuk pohon, basal areal diduga dengan mengukur diameter batang (Kusmana, 1997). Suatu daerah yang didominasi oleh hanya jenis-jenis tertentu saja, maka daerah tersebut dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang rendah. Keanekaragaman jenis terdiri dari 2 komponen, yaitu jumlah jenis dalam komunitas yang sering disebut kekayaan jenis dan kesamaan jenis. Kesamaan menunjukkan bagaimana kelimpahan spesies itu, yaitu jumlah individu, biomassa, penutup tanah, dan sebagainya, yang tersebar antara banyak spesies itu (Ludwiq and Reynolds, 1988). Kerimbunan ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan. Sedangkan frekuensi ditentukan berdasarkan kekerapan dari jenis tumbuhan dijumpai dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan seluruh total area sampel yang dibuat (N), biasanya dalam persen (%). Keragaman spesies dapat diambil untuk menandai jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapat dinyatakan secara numerik sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil (Michael, 1994). Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan nilai relatif dari sejumlah variabel yang telah diukur (kerapatan relatif, kerimbunan relatif, dan frekuensi relatif). Jika disusun dalam bentuk rumus maka akan diperoleh: Nilai Penting = Kr + Dr + Fr Harga relatif ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu variabel yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100% dalam tabel. Jenis-jenis tumbuhan disusun berdasarkan urutan harga nilai penting, dari yang terbesar sampai yang terkecil. Dan dua jenis tumbuhan yang memiliki harga nilai penting terbesar dapat digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut (Odum, E. P., 1971). REVIEW JURNAL A. Latar Belakang Kebun Raya “Eka Karya” Bali, merupakan tempat konservasi, penelitian, pendidikan dan wisata, Terutama tumbuhan. Alamat di Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti,Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Luas : 157,5 hektarketinggian : 1.250 – 1.450 m dpl, suhu : 18 – 20 derajat celcius, kelembaban : 70 – 90 %. Kebun Raya ini merupakan cabang dari kebun raya Bogor, sebagai tempat penelitian flora pegunungan Indonesia Timur. Berdasarkan kesepakatan lokasi Kebun Raya meliputi area hutan reboisasi Candikuning serta berbatasan langsung dengan Cagar Alam Batukau. Tepat pada tanggal 15 Juli 1959 Kebun Raya “Eka Karya” Bali diresmikan oleh Prof. Ir. Kusnoto Setyodiwiryo, Direktur Lembaga Pusat Penyelidikan Alam sebagai realisasi SK Kepala Daerah Tingkat I Bali tanggal 19 Januari 1959 No. 19/E.3/2/4. Di kebun raya tersebut penelitian jurnal dilakukan untuk mengetahui vegetas hutan hujan tropis tepatnya. Untuk mengetahui keanekaragaman hayati tumbuhan, struktur vegetasi tumbuhan, dan faktorfaktor yang mempengaruhi keragaman tumbuhan disana. B. Metode Eksperimen Subjek Penelitian : Kebun Raya “Eka Karya” Bali Teknik Pengumpulan data : Metode Kuadrat Analisis data : Menggunakan rumus Indeks Nilai Penting (INP) C. Hasil dan Pembahasn Dari hasil pengamatan dengan 8 plot, terdapat 95 jenis individu dari 6 (enam) spesies pohon yang berbeda. Antara lain : Altingia excelsa, Arecaceae, Asplenium ethiopicum, Magnolia sp, Michelia Champaca L. dan Michelia. Dan jumlah total luas bidang dasar adalah 12,9438. Untuk pengelompokan ground cover (seluruh plot) terdapat 1696 dari 23 spesies tumbuhan yang berbeda. Yang mendominansi adalah Oplismenus sp. Yang jumlah individunya mencapai 597 buah. Dan yang paling sedikit ada 2 jenis yaitu Piper dan Rijasa yang masing-masing hanya ada 1 buah. Untuk mencari nilai kerapatan jenis, yaitu jumlah individu dibagi satuan luas plot yaitu 2512 m2 maka akan diperoleh nilai kerapatannya. Altingia excelsa nilai kerapatannya adalah 0.0287 dan Arecaceae nilai kerapatannya adalah 0.0012. Dan untuk mencari nilai kerapatan relatif yaitu kerapatan tiap individu dibagi dengan kerapatan total dikalikan dengan 100 %. Altingia excelsa kerapatan relatifnya 75.789 % dan Arecaceae kerapatan relatipnya 3.158 %. Frekwensi pohon diperoleh dari perhitungan jumlah kemunculan setiap individu pada masing-masing plot dibagi dengan jumlah plot (8 plot). Dalam pencarian frekwensi relatif dengan perhitungan frekwensi tiap individu dibagi dengan frekwensi total lalu dikalikan dengan 100%. Hasilnya yang sudah dijumlahkan Altingia excelsa frekwensinya adalah 9 dan frekwensi relatifnya adalah 75,798 % dan Arecaceae frekwensinya adalah 0,38 dan frekwensi relatifnya adalah 3,158 %. Dominansi diperoleh dari luas bidang dasar individu dibagi dengan luas plot. Karena luas plot 2512 m2 , maka luas bidang dasar individu dbagi dengan 2512. Dan untuk memperoleh dominansi relatif, dominansi tiap individu dibagi dengan jumlah dominansi, lalu dikalikan dengan 100 %. Altingia excelsa dominansinya adalah 0.00453529 dan dominansi relatifnya adalah 84.730 % dan Arecacea dominansinya adalah 0.00001700 dan dominansi relatifnya 0.318 %. Indek nilai penting (INP) diperoleh dengan cara menjumlahkan kerapatan relatif ditambah frekensi relatif, ditambah dengan dominansi relatif. Dari data tersebut indek nilai penting dari Altingia excelsa adalah 236.309, indek nilai penting dari Arecaceae adalah 6.633, indeks nilai penting dari Asplenium ethiopicum adalah 3.861, indek nilai penting dari Magnolia sp. Adalah 48.855, indek nilai penting dari Michelia Champaca L. adalah 2.111, dan indek nilai penting dari Michelia Montana adalah 2.231. Keanekaragaman Hayati Tumbuhan di Kebun Raya Eka Karya Bali Dari hasil penelitian tersebut Keanekaragaman Hayati di Kebun Raya Eka Karya Bali termasuk dalam kategori tinggi, karena dari jumlah spesies tumbuhan yang banyak dan ada yang belum teridentifikasi. Dalam penelitian tersebut juga ditemukan spesies baru yaitu Piper (sejenis sirih-sirihan) dan Rijasa satu spesies dengan nama lokal yang belum diketahui peneliti apa nama ilmiah dan nama bahasa Indonesianya. Berdasarkan data hasil penelitian tersebut, tumbuhan yang mendominasi adalah pohon Rasamala yang memiliki Indek Nilai Penting yang terbesar yaitu 11.3927. Pohon Rasamala (Altingia excelsa) sangat subur tumbuh di sana, karena daerah tersebut memiliki curah hujan yang tinggi menyebabkan jumlah air menjadi banyak, keadaan tanah yang subur yang menyediakan berbagai unsur hara, cahaya matahari yang cukup membuat pohon ini tumbuh bebas dapat berfotosintesis tanpa terganggu oleh tumbuhan lain. Pohon ini tumbuh di berbagai tempat di Indonesia mulai dari Jawa hingga Bali dan tumbuh di daerah-daerah pegunungan. Pohon yang Indek Nilai Pentingnya paling sedikit dari data yang diperoleh adalah Michelia Champaca L. yang nilainya 2.111. Ini disebabkan oleh kurangnya memperoleh sinar matahari. Adapun faktor yang mempengaruhi keanekaragaman hayati di sana ada beberapa faktor. Vegetasi yang paling kaya, baik dalam arti jumlah jenis makhluk hidup yang membentuknya, maupun dalam tingginya nilai sumber daya lahan (tanah, air, cahaya matahari) yang dimilikinya. Hutan dataran rendah ini didominasi oleh pepohonan besar yang membentuk tajuk berlapis-lapis (layering). Kawasan hutan tropis memilki hamparan dedaunan hijau yang busuk. Dedaunan hijau yang busuk ini dinamakan lapisan humus, hal ini menandakan kawasan hutan tropis memiliki tingkat kesuburan yang cukup tinggi. D. Kesimpulan Dari Jurnal diatas dapat kita ketahui bahwa metode kuadrat adalah metode yang sangat efektif dalam pengambilan data vegetasi. Dapat juga kita ketahui hutan Hutan tropis di kebun raya Eka Karya Bali, mengenai vegetasi tumbuhan di hutan tersebut didominasi oleh pohon rasamala dan pada tumbuhan ground covernya adalah sejenis paku pakuan, rumput rumputan, dan kacang kacangan.