Uploaded by User3864

laporan difraksi

advertisement
LAPORAN
PRAKTIKUM ANALISIS MATERIAL
Difraksi Sinar-X (Pengenalan Sinar-X dan Penentuan Grain Size LiF)
Nama
: Dian Mela Saputri
NIM
:165090301111032
Kelompok
:1
Tanggal Praktikum
: 23 November 2018
Asisten
: Aziz Wahyudin
LABORATORIUM ANALISIS MATERIAL
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penentuan karakter material, baik dalam bentuk pejal atau partikel, kristalin atau
amorf, merupakan kegiatan inti dalam ilmu material. Pendekatan umum yang diambil
adalah meneliti material dengan berkas radiasi atau partikel berenergi tinggi. Radiasi
bersifat elektromagnetik dan dapat bersifat monokromatik maupun polikromatik. Dengan
memanfaatkan hipotesa de Broglie mengenai dualitas frekuensi radiasi dan momentum
partikel, maka gagasan tentang panjang gelombang dapat diterapkan dalam eksitasi
elektron.
Sinar X adalah suatu radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang (λ = 0,1
nm) yang lebih pendek dari panjang gelombang cahaya tampak (λ = 400 – 800 nm).
Apabila elektron ditembak dengan cepat dalam suatu ruang vakum maka akan dihasilkan
sinar X. Radiasi yang dipancarkan dapat dipisahkan menjadi dua komponen yaitu (a)
spektrum kontinu dengan rentang panjang gelombang yang lebar dan (b) spektrum garis
sesuai karakteristik logam yang ditembak.
Gejala interferensi dan difraksi adalah hal umum dalam bidang cahaya. Percobaan
fisika standar untuk menentukan jarak antar kisi dilakukan dengan mengukur sudut berkas
difraksi dari cahaya yang diketahui panjang gelombangnya. Persyaratan yang harus
dipenuhi adalah kisi bersifat periode dan panjang gelombang cahaya memiliki orde yang
sama dengan jarak kisi yang akan ditentukan.
Percobaan ini secara langsung dapat dikaitkan dengan penerapan sinar X untuk
menentukan jarak kisi dan jarak antar atom dalam kristal. Pembahasan difraksi kisi kristal
dengan kisi – kisi tiga dimensional cukup rumit, namun Bragg menyederhanakannya
dengan menunjukkan bahwa difraksi ekivalen dengan pemantulan simetris oleh berbagai
bidang kristal, asalkan persyaratan tertentu dipenuhi. Pemanfaatan metode difraksi
memegang peranan penting untuk analisis padatan kristalin. Selain untuk meneliti ciri
utama struktur, seperti parameter kisi dan tipe struktur kristal, juga dimanfaatkan untuk
mengetahui rincian lain seperti susunan berbagai jenis atom dalam kristal, kehadiran
cacat, orientasi, ukuran butir dan lain – lain.
1.2 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengoprasian instrumen
difraksi sinar-X PHYWE dalam karakterisasi bahan dan menentukan ukuran butir (grain
size) kristal LiF dengan prinsip sinar-X.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Difraksi sinar-x oleh sebuah materi terjadi akibat dua fenomena: (1) hamburan
oleh tiap atom dan (2) interferensi gelombang-gelombang yang dihamburkan oleh atomatom tersebut. Interferensi ini terjadi karena gelombang-gelombang yang dihamburkan
oleh atom-atom memiliki koherensi dengan gelombang datang dan, demikian pula,
dengan mereka sendiri. Perhitungan interferensi gelombang dapat dijelaskan sebagai
berikut. Pandang seberkas sinar-x paralel dan sebuah pusat hamburan O (Gambar 2.1).
Bila E cos2πνt 0 adalah amplitudo komponen medan listrik pada O, amplitudo pada
sebuah titik berjarak r dari O adalah (Bragg dkk, 1975).
Gambar 2.1 Interferensi dua gelombang dari dua pusat hamburan
dengan f disebut faktor hamburan, yaitu rasio antara amplitudo terhambur dan
amplitudo datang. Secara umum, f tergantung pada sudut 2θ antara kedua radiasi. Besaran
φ adalah pergeseran fase hamburan. Bila digunakan notasi kompleks,
Besaran
dinamakan faktor hamburan kompleks.
Bila pusat hamburan adalah sebuah elektron bebas, maka φ = 90°. Keadaan yang sama, secara
umum, ditemukan pada hamburan dengan atom sebagai pusatnya. Gelombang terhambur
memiliki fase yang berlawanan dengan gelombang dating (Guiner, 1963).
Kembali ke Gambar 2.1, sekarang akan dibahas radiasi resultan yang terhambur oleh dua
sumber hamburan O dan M. Diasumsikan bahwa pergeseran fase φ oleh kedua atom sama.
Bila kedua atom identik, memang demikian keadaannya, namun hal yang sama juga terjadi
pada kebanyakan kasus di mana kedua atom berbeda. Beda fase antara kedua gelombang
terpancar tergantung pada posisi O dan M. Muka-muka gelombang datang dan terhambur
yang melewati O adalah (π0) dan (π). Panjang lintasan sinar yang melewati M lebih besar
sebanyak ∆ = mM + nM , dengan m dan n adalah proyeksi O pada sinar datang dan terhambur
yang melalui M. Arah sinar datang dan terhambur akan didefinisikan menggunakan vektorvektor satuan S dan S0. Panjang mM dan nM adalah
Sehingga ( ) S0 ∆ = mM + nM = −OM ⋅ S - , dan beda fase keduanya adalah
Didefinisikan vektor yang memiliki peran besar dalam teori hamburan. Vektor ini akan
dibahas lebih mendalam pada bagian berikut ini. Perhatikan Gambar 2.2. Vektor s memiliki
arah sama dengan ON yang memotong sudut yang dibentuk oleh S dan -S0. Panjangnya
adalah ( )sin[ ] ( )/ 2 2 = λ S,S0 s . Bila sudut hamburan ( ) S,S0 sama dengan 2θ, maka
Gambar 2.2 Definisi dari
Karena beda fase hanya tergantung pada vektor s, perhitungan interferensi tidak tergantung
secara eksplisit pada S, S0 dan λ, melainkan pada kombinasi
. Pentingnya s
menjadikan lebih nyamannya membuat sebuah ruang baru yang dinamakan ruang resiprokal
(reciprocal space) yang setiap titiknya berhubungan dengan sebuah vektor s yang merupakan
vektor posisi titik tersebut. Intensitas terhambur pun sekarang dapat dinyatakan sebagai
I(s)(Warren, 1969).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Pada praktikum ini digunakan beberapa alat dan bahan. Bahan yang digunakan
adalah padatan kristal LIF. Sedangkan alat-alat yang digunakan antara lain sebuah
instrumen diffraksi sinar-X PHYWE dan 3 jenis Kolimator yaitu kolimator kecil,
kolimator sedang dan kolimator besar.
3.2 Tata Laksana Percobaan
Percobaan difraksi sianar-X dimulai dengan menyalakan tombol power di
belakang sinar-X PHYWE. Selanjutnya setelah instrumen menyala, bagian jendela
dibuka dan sampel (padatan kristal LIF) dipasang dan dipasang juga kolimator di
sebelah kiri bagian dalam ruangan. Pada percobaan yang pertama digunakan terlebih
dahulu kolimator kecil. Setelah sampel dan kolimator kecil telah dipasang, langkah
selanjutnya adalah jendela ditutup dengan rapat. Jendela harus ditutup rapat agar tidak
terjadi radiasi sumber sinar-X ke bagian luar ketika XRD dijalankan. Selain itu jika
jendela tidak ditutup rapat maka instrumen tidak akan bekerja memindai sampel.
Langkah berikutnya XRD dioperasikan melalui komputer dengan
program
“measure”. Cara menjalankannya adalah klik start lalu klik measure. Komputer akan
menampilkan tampilan awal program kemudian klik ok. Selanjutnya klik file
kemudian klik Newmeasurement. Kemudian muncul tampilan di monitor lalu diisi
data sampel yang akan diuji yaitu kristal LIF, penggunaan daya, domain yang diukur
dan penggunaan kolimator atau filter. Pada percobaan yang pertama digunakan
kolimator kecil dan tidak menggunakan filter jadi pada monitor diklik no filter.
Kemudian starting angel detector diatur pada 20°dan stopping angel detektor diatur
pada sudut 60°. Setelah semuanya diisi dengan benar lalu klik Continue. Untuk mulai
pengukuran klik start measurement. Setelah selesai kemudian klik stop measurement.
Setelah pengukuran selesai, data yang diperoleh disimpan. Cara penyimpanan data
file.txt dengan cara klik measurement → export data → centang save to file lalu Ok. Selanjutnya
dilakukan percobaan yang kedua dengan mengganti kolimator sedang dan percobaan
yang terahir untuk kolimator besar. Langkah yang dilakukan sama halnya dengan
percobaan yang pertama.
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Percobaan
4.1.1 Kolimator Kecil
Kolimator Kecil
55
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
-5 0
-10

Ряд1
20
40
60
80
100
Puncak Tertinggi 1
Puncak Tertinggi 1
55
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
-5 50
-10
Ряд1
52
54
56
58
60
62
64
66
68
70
72
74

Puncak Tertinggi 2
Puncak Tertinggi 2
56
52
48
44
40
36
32
28
24
20
16
12
8
4
0
-4 0
-8
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Ряд1

Puncak Tertinggi 3
Puncak Tertinggi 3
60
50
40
30
Ряд1
20
10
0
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
-10
4.1.2 Kolimator Sedang
Kolimator Sedang
450
400
350
300
250
200
Ряд1
150
100
50
0
-50 0

10
20
30
40
50
60
70
80
90
Puncak Tertinggi 1
Puncak Tertinggi 1
450
425
400
375
350
325
300
275
250
225
200
175
150
125
100
75
50
25
0
-25 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75
-50
Ряд1

Puncak Tertinggi 2
Puncak Tertinggi 2
450
425
400
375
350
325
300
275
250
225
200
175
150
125
100
75
50
25
0
-25 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 50 52 54 56 58 60
-50

Ряд1
Puncak Tertinggi 3
Puncak Tertinggi 3
460
440
420
400
380
360
340
320
300
280
260
240
220
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
-20
-40 0
-60
Ряд1
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
4.1.3 Kolimator Besar
Kolimator Besar
1200
1000
800
600
Ряд1
400
200
0
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
-200

Puncak Tertinggi 1
Puncak Tertinggi 1
1150
1100
1050
1000
950
900
850
800
750
700
650
600
550
500
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
-50
-100 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75
-150
Ряд1

Puncak Tertinggi 2
Puncak Tertinggi 2
1120
1080
1040
1000
960
920
880
840
800
760
720
680
640
600
560
520
480
440
400
360
320
280
240
200
160
120
80
40
0
-40
-80 50
-120

Ряд1
51
52
53
54
55
Puncak Tertinggi 3
Puncak Tertinggi 3
1150
1100
1050
1000
950
900
850
800
750
700
650
600
550
500
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
-50
-100 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
-150
Ряд1
4.2 Perhitungan
4.2.1 Kolimator Kecil
Kolimator Kecil
Titik
Puncak
1
2θ
θ
Cos θ
B (ᵒ)
B (rad)
k
λ
L
64
32
0,848048
1
0,01744
1,54
1 × 10-10
0.000000010412
2
9
3
0,998629
1,3
0,02267
1,54
1 × 10-10
0.000000006802
3
12
6
0,994521
1
0.01744
1,54
1 × 10-10
0.000000008879
4.2.2 Kolimator Sedamg
Kolimator Sedang
Titik
Puncak
1
2θ
θ
Cos θ
B (ᵒ)
B (rad)
k
λ
64
32
0,848048
1,2
0,020933
1,54
1 × 10-10 0.00000000867
2
52
26
0,898794
1,6
0,027911
1,54
1 × 10-10 0.00000000614
3
9
4,5
0,707106
1
0,01744
1,54
1 × 10-10 0.00000001249
L
4.2.3 Kolimator Besar
Kolimator Besar
Titik
Puncak
1
2θ
θ
Cos θ
B (rad)
k
λ
L
0,852640
B
(ᵒ)
1
63
31,5
0,01744
1,54
1 × 10-10
0.000000010356
2
51
25,5
0,902585
1
0,01744
1,54
1 × 10-10
0.000000009783
3
8
4
0,997564
1,2
0,020933
1,54
1 × 10-10
0.000000007375
4.3 Pembahasan
4.3.1 Analisa Prosedur
Percobaan ini digunakan prinsip sinar-X untuk ditentukan ukuran butir kristal LiF
dengan instrumen difraksi sinar-X. Digunakan tiga jenis kolimator yaitu kolimator kecil,
kolimator sedang dan kolimator besar. Penggunaan kolimator dengan ukuran yang
berbeda beda ini agar diketahui bagaimana pengaruh ukuran kolimator yang digunakan
terhadap hasil pengukuran ukuran butir kristal yang diperoleh. Setelah dipasang sampel
(padatan kristal LIF) dan kolimator selanjutnya sebelum percobaan dimulai, jendela harus
ditutup dengan rapat. Perlakuan ini bertujuan agar tidak terjadi radiasi sumber sinar-X ke
bagian luar ketika XRD dijalankan. Selain itu jika jendela tidak ditutup rapat maka
instrumen tidak akan bekerja memindai sampel. Kemudian diatur sudut sampel, yang
terdiri dari crystal angle dan detector angle.
4.3.2 Analisa Hasil
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka didapatkan data yang
selanjutnya dibuat dalam bentuk grafik. Grafik yang diperoleh pada kolimator kecil,
kolimator sedang, dan kolimator besar terdapat perbedaan yang signifikan. Ketinggian
puncak grafik pada setiap kolimator berbeda beda. Untuk mengetahui puncak
tertingginya maka dilakukan smoothing pada grafik dari masing masing kolimator.
Semakin besar kolimator maka puncak pada grafik akan semakin tinggi. Kolimator kecil
memiliki puncak pada grafik yang terendah. Dari hasil perhitungan nilai grain size
terbesar yaitu diperoleh pada kolimator besar. Pada kolimator kecil nilai grain size nya
rata rata terendah dari nilai grain size pada kolimator sedang dan besar. Pada kolimator
kecil didapatkan hasil perhitungan nilai grain size pada puncak tertinggi 1 ke puncak
tertinggi 3 nilai nya naik turun. Pada kolimator sedang juga didapatkan hasil nilai grain
size sama sperti pada kolimator kecil yaitu tidak stabil. Pada kolimator besar nilai grain
size yang didapat dari hasil perhitungan pada puncak tertinggi 1 ke puncak tertinggi 3
semakin menurun.
Berdasarkan persamaan Bragg, jika seberkas sinar-X di jatuhkan pada sampel
kristal, maka bidang kristal itu akan membiaskan sinar-X yang memiliki panjang
gelombang sama dengan jarak antar kisi dalam kristal tersebut. Sinar yang dibiaskan akan
ditangkap oleh detektor kemudian diterjemahkan sebagai sebuah puncak difraksi. Makin
banyak bidang kristal yang terdapat dalam sampel, makin kuat intensitas pembiasan yang
dihasilkannya. Tiap puncak yang muncul pada pola XRD mewakili satu bidang kristal
yang memiliki orientasi tertentu dalam sumbu tiga dimensi.
Penggunaan kolimator kecil akan menyebabkan intensitas berkas sinar-X yang
diterima detektor akan semakin rendah sehingga diperlukan waktu yang lebih lama untuk
mendapatkan data yang baik dibandingkan jika menggunakan kolimator sedang atau
besar intensitas berkas sinar-X yang diperoleh detektor akan semakin tinggi namun
semakin besar kemungkinan mengalami hamburan saat sinar-X ditembakkan, sehingga
tingkat keakurasian data yang diperoleh kurang baik.
Lithium Fluoride (LiF) adalah bahan dengan transmisi UV paling tinggi dari
bahan apapun dan digunakan untuk optik UV khusus. Lithium fluoride dapat
mentransmisikan secara signifikan ke wilayah VUV di garis hidrogen Lyman-alpha
(121nm). Lithium fluoride juga digunakan untuk X-ray piring monokromator dimana
jarak kisi yang membuat analisis kristal paling berguna. Lithium fluoride merupakan
senyawa anorganik dengan rumus kimia LiF. Senyawa ini berwarna bening, strukturnya
padat, transisinya menjadi berwarna putih dengan mengurangi ukuran kristalnya.
Meskipun tidak berbau, lithium fluoride memiliki rasa pahit-garam. Strukturnya analog
dengan natrium klorida, tetapi jauh lebih sedikit larut dalam air. Hal ini terutama
digunakan sebagai komponen dari garam cair. Pembentukan LiF melepaskan salah satu
energi tertinggi per massa reaktan. Lithium Fluoride (LiF) memiliki indeks bias terendah
dari semua bahan inframerah pada umumnya. LiF juga memiliki transmisi UV tertinggi
dari bahan apapun. LiF sedikit larut dalam air, sementara larut dalam HDF dan asam
lainnya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa perangkat
XRD adalah alat yang digunakan untuk karakterisasi dan mengukur butir kristal dengan
meggunakan emisi sinar x. semakin besar kolimator semakin besar intensitas dari sinar X
yang dipancarkan. Untuk karakterisasi kristal didapatkan dengan melihat puncak dari kurva
yang tertera atau yang diperoleh dan untuk interaksi dari radiasi sinar X dengan sampel atau
materi tersebut berupa hamburan dari sinar X oleh materi.
5.2 Saran
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan disarankan agar praktikan mempelajari
terlebih dahulu materi yang akan digunakan untuk percobaan sehingga tidak terjadi kesalahan
saat melakukan percobaan.
Daftar Pustaka
Bragg, L., Phillips, D. & Lipson, H. S. 1975. The development of x-ray analysis. London :
Bell.
Guinier, A. 1963. X-ray diffraction in crystals, imperfect crystals and amorphous bodies. San
Francisco : W.H. Freeman.
Warren, B. E. 1969. X-ray diffraction. Massa Chussetts : Addison-Wesley Pub. Co.
LAMPIRAN
Download