pengukuran uji kebocoran tabung pesawat sinar

advertisement
SEMINAR NASIONAL VI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010
ISSN 1978-0176
PENGUKURAN UJI KEBOCORAN TABUNG PESAWAT SINAR-X
DIAGNOSTIK RONTGEN DI WILAYAH KABUPATEN PATI DAN
KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH
Sigit Purnomo
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-Badan Tenaga Nuklir Nasional
Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB Yk. 55281
Telp.(0274) 48085,489716; Fax:(0274)489715
E-mail : [email protected]
Abstrak
UJI KEBOCORAN TABUNG PESAWAT SINAR-X DIAGNOSTIK DI WILAYAH KABUPATEN
PATI DAN KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH. Perkembangan pemanfaatan pesawat sinar-X
diagnostik di Indonesia sangat pesat, hal ini telah direspon oleh pemerintah dengan menerbirkan regulasi
tentang keselamatan dan keamanan pemanfaatan sumber radiasi pengion. Dalam rangka pelaksanaan Tri
Darma Perguruan Tinggi, STTN-BATAN melaksanakan pemantauan Uji Kebocoran Tabung pesawat sinar-X
diagnostik di Kabupaten Pati dan Kabupaten Rembang. Hasil pemantauan dari 18 instalasi pesawat sinar-X
di wilayah tersebut adalah : 8 buah tabung pesawat sinar-X memberikan laju dosis melebihi nilai ambang
yang ditentukan dengan berbagai variasi arah dan 10 buah pesawat sinar-X menberikan laju dosis kurang
dari nilai ambang yang ditentukan.
Kata kunci : laju dosis, uji kepatuhan, uji kebocoran,
Abstract
The development of the utilization of diagnostic X-ray machine in Indonesia is very rapid, it has been
responded to by the government to publish regulations on safety and security of the utilization of sources of
ionizing radiation. In the framework of the implementation of Tri Darma University, STTN-BATAN
implement monitoring Leakage Test Tube diagnostic X-ray machine in Pati and Rembang. Results of
monitoring of 18 X-ray machine installations in the region are: 8 pieces X-ray tube machine to give the dose
rate exceeds a specified threshold value with a variety of directions and 10 pieces of X-ray tube machine
gives a dose rate less than the specified threshold value.
Key words: dose rate, compliance test, leakage test,
PENDAHULUAN
Perkembangan pemanfaatan sumber radiasi pengion
di Indonesia saat ini semakin luas, terutama
dibidang kesehatan dan lebih khusus lagi untuk
diagnostik rontgen. Semakin tumbuhnya usaha
dibidang ini, selain sangat menggembirakan, namun
juga sangat memprihatinkan karena tidak didukung
dengan peralatan-peralatan sesuai dengan regulasi
pemerintah, sehingga harus dilakukan pembinaan
dan pemantauan yang signifikan agar tidak
Sigit Purnomo
581
menyimpang dari regulasi yang dikeluarkan oleh
pemerintah terutama dibidang keandalan peralatan
yang pada akhirnya akan menjamin keselamatan
terhadap manusia dan lingkungan.
Di Jawa Tengah, jumlah lembaga yang
menggunakan pesawat sinar-X untuk keperluan
diagnostik
kesehatan
sebanyak
211
lembaga/institusi baik berbentuk RS, RSU,
Poliklinik, Balai Kesehatan, Puskesmas atau yang
lainnya, dengan total jumlah pesawat sinar-X
diagnostik rontgen sebanyak 450 buah (data :
BAPETEN;2009). Kondisi pesawat sinar-X
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
SEMINAR NASIONAL VI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010
ISSN 1978-0176
diagnostik rontgen yang ada tentunya mempunyai
umur yang beragam, mulai yang baru sampai
dengan yang sudah lama. Jumlah instalasi maupun
instansi pengguna pesawat sinar-X diagnostik
diperkirakan akan semakin bertambah, hal ini
disebabkan oleh semakin meningkatnya kesadaran
masyarakat akan pemeriksaan kesehatan serta
fasilitas dukungan kesehatan masyarakat yang
semakin meningkat, misalnya Jamkesmas.
Peningkatan jumlah instalasi maupun instansi
pengguna sinar-X diagnostik yang cukup signifikan
ini perlu diikuti oleh lembaga maupun perangkat
pengujian keselamatan maupun keandalan yang
memadai. Hal ini perlu dilakukan untuk
memberikan tingkat keselamatan yang memadai
bagi masyarakat maupun lingkungan. Disisi lain,
dalam rangka mengantisipasi pasar bebas ASEAN
tahun 2011 dan pasar bebas AFTA tahun 2015,
peralatan sumber radiasi pengion memerlukan
sertifikasi yang menyatakan bahwa peralatan
tersebut telah memenuhi syarat keselamatan
sehingga layak digunakan. Untuk itu diperlukan
suatu pengujian untuk memeriksa tingkat kelayakan
dari peralatan sumber radiasi pengion, pengujian ini
dikenal dengan sebutan uji kepatuhan atau
compliance test.
Salah satu bagian dari uji kepatuhan adalah uji
kebocoran tabung pesawat sinar-X (leakage test).
Uji kebocoran tabung pesawat sinar-X adalah
pengukuran laju dosis pada jarak 1 meter dari focal
spot pada kondisi operasi kV maksimum dan mA
atau mAs maksimum, dengan jendela kolimator
tertutup. Pengujian ini, sesuai dengan regulasi
Pemerintah Indonesia, harus dilakukan secara
berkala, dan untuk peralatan sumber radiasi pengion
diagnostik kesehatan dalam ketentuan regulasi
pemerintah seharusnya dilakukan setiap tahun.
dilakukan terhadap 14 instansi/perusahaan dan 18
instalasi yang terdiri dari berbagai merek dan tipe
serta tahun keluaran. Dari hasil pengamatan
diperoleh data sebagai berikut : 4 pesawat sinar-X
sistem penutup kolimator tidak baik (tidak bisa
rapat), 14 buah pesawat dengan sistem kolimator
bisa tertutup rapat, serta 5 buah bersifat mobile dan
13 buah bersifat statis.
Pengukuran dilakukan dengan memasang
peralatan dosimeter pada jarak 1 meter melingkar
berdimensi bola dari focal spot. Pengukuran awal
dilakukan dengan parameter perbedaan posisi 90o,
apabila
hasil
pengukuran
menunjukkan
kecenderungan tingkat kebocoran tabung pesawat
yang tidak melebihi nilai ambang yang ditentukan,
maka pengukuran dengan perbedaan arah 90o
dianggap cukup. Tetapi apabila hasil pengukuran
pada titik tertentu menunjukkan kecenderungan
tingkat kebocoran tabung pesawat yang melebihi
nilai ambang yang ditentukan, maka dilakukan
pengukuran tambahan sekitar titik tersebut.
PERMASALAHAN DAN PENYELESAIAN
Untuk memenuhi tuntutan regulasi Pemerintah,
sebagian besar instansi/lembaga pengguna peralatan
pesawat sinar-X diagnostik sangat sulit memenuhi.
Hal ini disebabkan antara lain biaya peralatan serta
biaya dan jadwal pengujian oleh lembaga nasional
penyedia jasa pengujian. Peralatan pesawat sinar-X
diagnostik pada umumnya dilakukan pengukuran
tingkat kebocoran tabung hanya pada saat instalasi
awal.
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir, dengan Unit
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat,
dalam rangka melaksanakan Tri Darma Perguruan
Tinggi telah melakukan kegiatan Pengabdian
kepada Masyarakat berupa pengukuran tingkat
kebocoran tabung pesawat sinar-X diagnostik,
antara lain di Kabupaten Pati dan Kabupaten
Rembang pada tahun 2008 dan 2010. Kegiatan
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
Gambar 1. Skema pengukuran uji kebocoran
tabung pesawat sinar-X
Dosimeter yang digunakan adalah dosimeter digital
dengan kepekaan terhadap sinar-X dengan energi
antara 40 keV s/d 1,3 MeV. Kemampuan rekam
dosis yang terdeteksi adalah antara 0,00 – 99 mR
atau 0,0000 – 0,0099 mGy. Kemampuan dosimeter
ini jauh dibawah angka 0,1 (mGy/jam) namun tidak
ada pengaruhnya, karena waktu maksimum
penyinaran untuk pesawat sinat-X diagnostik sangat
singkat. Dosimeter ditempatkan pada peralatan
pengatur posisi, selanjutnya pengatur posisi
ditempatkan pengelilingi focal spot tabung pesawat
sinar-X diagnostik.
582
Sigit Purnomo
SEMINAR NASIONAL VI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010
ISSN 1978-0176
sudah berubah.
Tabel 1. Batas ketentuan kebocoran tabung pesawat
sinar-X
No
1
2
3
Keperluan/Jenis
Pesawat
sinar-x
untuk industri
Pesawat
sinar-x
untuk terapi
Pesawat
sinar-x
untuk diagnosis
KESIMPULAN DAN SARAN
Batas
≤ 1 R/jam atau
10 mGy/jam
≤ 1 R/jam atau
10 mGy/jam
≤ 0,1 R/jam atau
1 mGy/jam
Dari hasil pemantauan uji kebocoran terhadap 18
buah instalasi diperoleh hasil sebagai berikut :
1. 10 buah tabung pesawat sinar-X diagnostik
pada kondisi baik.
2. 8 buah tabung pesawat sinar-X diagnostik
terdapat kebocoran pada berbagai variasi arah.
Pada 8 instalasi yang bocor, disarankan untuk
dilakukan perbaikan sistem kolimasi dan atau
penambahan penahan radiasi pada arah yang tepat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengukuran yang diperoleh dilapangan
kemudian diolah dan didapatkan data sebagai
berikut :
DAFTRAR PUSTAKA
1. www.bapeten.go.id.,
Data
Perizinan
Pemanfaatan Zat radioaktif dan/atau
Sumber Radiasi Pengion, Data internet
BAPETEN, 2010.
2. Peraturan Pemerintah nomor 33 tahun
2007 tentang Keselamatan Radiasi
Pengion
dan
Keamanan
Sumber
Radioaktif, Jakarta, 2007
3. Badan
Pengawas
Tenaga
Nuklir,
Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan
Peralatan Radiografi Industri, Peraturan
Kepala BAPETEN nomor 7 tahun 2009,
BAPETEN, Jakarta, 2009.
4. Kementerian
Kesehatan
Republik
Indonesia, STANDAR PELAYANAN
RADIOLOGI
DIAGNOSTIK
DI
SARANA PELAYANAN KESEHATAN,
Surat Keputusan Menteri Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1014/MENKES/SK/XI/2008,
Depkes,
Jakarta, 2008
5. Sekolah
Tinggi
Teknologi
Nuklir,
Pelatihan Petugas Proteksi Radiasi,
Kumpulan
Modul,
STTN-BATAN,
Yogyakarta, 2010.
6. Jumpeno, BYEB dan Bunawas, Uji
Kepatuhan Peralatan Radiografi Gamma
Bidang Industri, Prosiding Seminar
Keselamatan Nuklir, BAPETEN, Jakarta,
2008
Tabel 2. Hasil uji kebocoran pesawat sinar-X
diagnostik di wilayah Kabupaten Pati dan Kabupaten
Rembang.
No
1
2
Laju
dosis
≤
0,1
R/jam
atau
1
mGy/ja
m
>
0,1
R/jam
atau
1
mGy/ja
m
Jumlah
instalasi
10 buah
Kondisi fisik
pesawat
Tabung pesawat
masih
layak
digunakan
8 buah
4
buah
kolimator tidak
bisa menutup
rapat, 2 buah
bocor 1 arah, 1
buah bocor 2
arah dan 1 buah
bocor 4 arah
Dari hasil yang didapatkan, 4 buah pesawat dengan
kolimator yang tidak bisa tertutup rapat, dosis searah
kolimator terekam besar sedangkan arah lain
dibawah nilai ambang yang ditentukan. Pesawat ini
dimungkinkan tidak bocor apabila sistem
kolimasinya bisa berfungsi dengan baik. Oleh
karena itu rekomendasi yang diberikan adalah
perbaikan sistem kolimasi tabung pesawat sinar-X.
Demikian juga pesawat yang kedapatan bocor 1 arah
pada arah kolimator, juga direkomendasikan untuk
perbaikan sistem kolimasi tabung pesawat sinar-X.
Pesawat dengan arah kebocoran 1 arah yang
tidak searah dengan kolimator ataupun 2 arah,
direkomendasikan untuk menambah penahan
radiasi pada rumah tabung pesawat menggunakan
penahan Pb dengan ketebalan bervariasi antara 1
mm sampai 2 mm. Sedangkan rumah tabung
pesawat yang bocor lebih besar atau sama dengan 4
arah direkomendasikan untuk memeriksa focal spotnya, karena kemungkinan besar dimensi focal spot
Sigit Purnomo
583
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
SEMINAR NASIONAL VI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010
ISSN 1978-0176
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
584
Sigit Purnomo
Download