Green School Bali merupakan sebuah kawasan sekolah yang memiliki konsep kembali ke alam. Sekolah ini berlokasi di Banjar Saren, Desa Sibang Kaja, Abiansemal, Badung. Dibuka pada 1 September 2008 dan diresmikan pada Mei 2009. Penggagas bangunan sekolah ini adalah John Hardy, seorang pengusaha perak yang berasal dari Kanada dan telah menetap di Bali selama lebih dari 30 tahun. Menurutnya, ide pembagunan sekolah ini adalah untuk menerapkan ajaran Tri Hita Karana yang pada dasarnya hakikat ajaran ini adalah penekanan tiga hubungan manusia dalam kehidupan di dunia, yang meliputi hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam sekitar. Sehingga dalam pembangunannya bangunan ini tidak menggunakan bahan buatan pabrik atau zat kimia. Green School merupakan penggabungan konsep pendidikan dan konsep lingkungan sehingga tercipta konsep lingkungan yang sehat. Konsep hijau (green) pada sekolah merupakan sebuah metode yang menyediakan gaya hidup yang sehat, suasana yang nyaman dan produktif. Bangunan sekolah ini merupakan salah satu contoh bangunan yang menerapkan arsitektur organik. Arsitektur organik merupakan sebuah teori/ilmu yang mempelajari perencanaan dan perancangan dalam mendesain yang mengambil sumber dari alam sebagai poko dari bentuk dan fungsi bangunan. Menurut Fleming, Honour & Pevsner (1999) dalam Penguin Dictionary of Architecture, arsitektur organik memiliki dua pengertian. Yang pertama, arsitektur organik merupakan sebuah istilah yang diaplikasikan pada bangunan atau bagian bangunan yang terorganisir berdasarkan analogi biologi atau sesuatu yang mengingatkan pada bentuk – bentuk natural. Sedangkan pengertian yang kedua, arsitektur organik merupakan sebuah istilah yang digunakan oleh Frank Llyod Wright dan arsitek lainnya untuk menggambarkan arsitektur yang secara visual, lingkungannya saling harmonis, sesuai dengan tapak, dan mereflesikan kepedulian arsitek terhadap proses dan bentuk alam yang dibuat. Menurut Ganguly (2008) pada artikelnya yang berjudul What is Organic in Architecture, mendefinisikan arsitektur organik merupakan hasil dari perasaan akan kehidupan, seperti integritas, kebebasan, harmoni, persaudaraan, keindahan, kegembiraan, dan cinta. Arsitektur organik merupakan sebuah filosofi arsitektur yang menjunjung harmoni antara lingkungan hidup manusia dan dunia alam melalui pendekatan desain. Arsitektur organik terintegrasi dengan tapak dan memiliki sebuah kesatuan, komposisi yang saling berkaitan, berisi bangunan – bangunan dan lingkungan sekitarnya. Arsitektur organik merupakan sebuah interpretasi prinsip – prinsip yang ada di alam untuk dijadikan bentuk. Beberapa konsep dasar arsitektur organik adalah. a. Building as nature, bangunan memiliki sifat alami. Alam menjadi pokok dan inspirasi dari arsitektur organik. Pada umumnya yang menjadi dasar konsep dan gagasan dalam desain arsitektur organik adalah bentuk – bentuk dan struktur suatu organisme. b. Continous present, salah satu karakteristik khusus dari desain arsitek organik adalah sebuah desain arsitektur yang terus berlanjut, dimana tidak pernah berhenti dan selalu dalam keadaan yang selalu berkembang mengikuti zaman namun tetap membawa unsur keaslian dan kesegaran dalam arsitektur. c. Form Follow Flow, bentuk bangunan didesain mengikuti aliran energi alam. Arsitektur organik menyesuaikan dengan alam sekitarnya dan bukan melawan alam. d. Of the People, perancangan bentuk dan struktur bangunan organik, didesain sesuai dengan kebutuhan pemakai bangunan. Perancangan untuk kenyamanan pemakai bangunan juga sangat penting. e. Of the Hill, Lokasi bangunan yang buruk dan tidak biasa akan menjadi tantangan bagi arsitektur organik untuk memberikan solusi tak terduga dan imajinatif. Untuk desain arsitektur organik, dalam kondisi apapun arsitektur organik mengurangi dampak manusia pada lingkungan alam sekitar. f. Of the Materials, material tradisional dari alam seperti jerami, kayu, dan bambu digunakan dalam bangunan organik. Kebutuhan akan material digunakan dengan baik dimana tidak merusak alam dan pemanfaatan sumber daya alam dengan efisien. g. Youthful and Unexpected, arsitektur organik pada umumnya memiliki karakter yang sangat individu. Desain bangunan terkadang dibuat dengan aksen dan memberi kejutan yang tidak terduga. h. Living Music, arsitektur organik mengandung unsur musik modern, dimana mengandung keselarasan irama, dari segi struktur dan proporsi bangunan yang tidak simetris. Arsitektur organik selalu futuristic dan modern. i. Integral, elemen-elemen bangunannya bersifat terpusat. Berdasarkan karakteristik arsitektur organik yang sudah dijelaskan, Green School yang berada di Bali memiliki konsep yang sesuai dengan arsitektur organik. Green School menyediakan berbagai fasilitas yang ramah lingkungan dengan berbagai keuntungan, yaitu mengurangi gas – gas berbahaya bagi atmosfer, menjaga kesehatan para siswa dari berbagai penyakit gangguan pernapasan seperti asma, meningkatkan kepekaan sosial, dan lain – lain. Gambar 01. Green school Bali Sumber : http://889yoga.com/blog/community-889/green-school-bali/ Sekolah ini mendidik siswanya dengan pendidikan tentang lingkungan. Bangunan ini hanya mengguanakan material bambu, rumput gajah dan tanah liat. Semen yang digunakan hanya di beberapa bagian bangunan. Dimensi bangunan ini adalah 18 meter dengan tinggi 64 meter. Green School mendapat listrik dari sumber energi yang ramah lingkungan yaitu generator turbin hidrolik dan panel surya. Bahan bangunan Green School Bali hampir seluruhnya berasal dari bambu lokal, di antaranya pada tiang, rangka atap, tangga, lantai atas dan lainnya. Bambu-bambu itu disambung dengan sistem pin dan baut. Interior bangunan seperti meja, kursi, rak, dan lemari menggunakan bambu. Bambu, merupakan tanaman yang mudah tumbuh. Hanya dalam jangka 4-5 tahun ketinggian bambu bisa mencapai 18 meter, sementara pohon lain membutuhkan waktu 25 tahun. Dengan demikian, bambu termasuk material yang ramah lingkungan karena mudah dan cepat diperbaharui. Sedangkan atap bangunan menggunakan alang – alang. Material yang digunakan sedapat mungkin berasal dari lokal (lingkungan sekitar). Dengan memakai bahan-bahan lokal maka distribusi bahan untuk sampai ke tempat tujuan akan jauh lebih mudah dan cepat. Dimana hal ini akan berdampak pada pemakaian bahan bakar untuk alat transportasi tersebut. Semakin dekat lokasi bangunan dengan sumber material, maka bahan bakar yang diperlukan juga akan semakin sedikit. Inilah pentingnya memanfaatkan potensi lokal semaksimal mungkin dalam bidang arsitektur. Semua ruangan menciptakan keharmonisan antara bangunan dengan alam sekitarnya. Jalan setapak yang menghubungkan antar bangunan hanya menggunakan material batu kali dan cadas yang tidak diaspal. Ruang kelas didesain tanpa sekat atau dinding beton menghasilkan angin dan cahaya matahari dapat masuk dengan maksimal ke dalam bangunan. Ditambah dengan sebuah skylight yang melingkar di puncak atap, sebagai sumber pencahayaan alami bagi ruang-ruang di bawahnya., sehingga para siswa menikmati pelajaran seperti belajar di alam terbuka. Pembentukan ruang kelas tanpa sekat juga bermanfaat agar para guru dan siswa dapat lebih peka dan dekat dalam menjalin hubungan edukasi dan sosial. Karena halaman sekolah yang sangat luas, dimanfaatkan sebagai tempat untuk bercocok tanam secara organik. Mereka tidak menggunakan pupuk dan pestisida kimia. Tanaman yang dibudidayakan adalah asli tanaman lokal seperti ketela rambat, talas, pisang, kelapa, padi, singkong, dan lain – lain. Hasil panen dinikmati oleh siswa, guru, dan pengelola sekolah. Sisanya dijual di kantin sebagai makanan ringan organik. Sebagai penghawaan, bangunan ini tidak menggunakan AC, melainkan menggunakan kincir angin melalui terowongan bawah tanah. Hal ini dapat terjadi karena kondisi fisik lahan yang berkontur dan dekat dengan sungai dan hutan. Tenaga listriknya menggunakan bio-gas yang berasal dari kotoran hewan, generator turbin air, serta panel surya. Di dalam area sekolah ini terdapat sungai Ayung yang mengalir mejadikan gemericiknya sebagai musik alami. Bangunan Green School juga mengurangi sampah atau limbah yang ditimbulkan oleh manusia, karena hampir keseluruhan material bangunan menggunakan material yang berasal dari alam. Bangunan ini juga berperan mengurangi emisi karbon, karena penggunaan panel surya sebagai sumber tenaga listrik secara otomatis mengurangi tingkat penggunan listrik yang dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik. Sehingga tidak perlu lagi menggunakan bahan bakar yang bayak menghasilkan polusi udara. Sedangkan penyediaan air bersih berasal dari sungai Ayung yang berada sekitar 40 m di bawah tanah. Bentuk elemen bangunan melingkar dan berpusat pada skylight yang ada pada bagian tengah bangunan utama. Peletakan ruang – ruang dan bentuk bangunan menerapkan pola dan struktur biomorfik, mengikuti kontur lahan, dan memanfaatkan lingkungan dengan maksimal tanpa merusak keaslian yang telah ada membuat bangunan Green School Bali ini sebagai bangunan arsitektur organik. Selain memiliki konsep arsitektur organik, bentuk bangunan Green School Bali juga memiliki bentuk geometri. Geometri menghasilkan bentuk arsitektur yang bebas. Walaupun cara pemikiran, aturan atau kaidah dari geometri bersifat mengikat namun pada akhirnya akan menghasilkan suatu kebebasan bentuk dan ekspresi. Geometri juga dapat berarti ilmu ukur suatu ruang. Dan ruang yang dimaksud adalah bumi. Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa geometri adalah sesuatu yang pada dasarnya bebas, penuh dengan kedinamisan. Ilmu biologi dapat diterapkan dalam bentuk geometri. Sudah banyak karya – karya arsitektur yang mengadopsi bentuk alam (natural form). Sehingga bermunculan bentuk – bentuk yang baru, aneh, dan unik tetapi merupakan ruang tempat hidup manusia. Geometri dalam arsitektur juga berupa penghadiran bentuk – bentuk dasar yang memiliki dan mengandung unsur – unsur geometris. Garis, bidang, solid yang dapat memberikan kemampuan untuk mengenali bentuk – bentuk yang tercermin dalam tampilan bangunan. Bangunan utama pada Green School Bali memiliki bentuk melingkar yang berpusat pada bagian tengah bangunan. Bentuk geometri seperti bentuk – bentuk alam sesuai dengan teori Ruskin. Menurut Ruskin, “Bentuk terwujud karena mengadopsi bentuk – bentuk yang ada di alam”. Bangunan utama Green School Bali berbentuk tiga lantai yang dinaungi oleh tiga buah atap besar dengan skylight berbentuk keong. Gambar 02. Skylight pada Green School Bali Sumber: http://tedconfblog.files.wordpress.com/2011/05/201105_green_school-17-label.jpg Keong merupakan hewan yang berasal dari alam. Sehingga bentuk bangunan ini sesuai dengan teori Ruskin yang mengadopsi bentuk – bentuk yang berasal dari alam. Analogi biologis dapat menjelaskan mengenai konsep teori Ruskin. Analogi biologis terdiri dari dua bentuk yaitu organic yang bersifat terpusat pada hubungan antara bagian – bagian bangunan atau antara bangunan dengan penempatannya, dan biomorfik yang bersifat terpusat pada pertumbuhan proses – proses dan kemampuan gerakan yang berhubungan dengan organisme. Analogi biologis berhubungan dengan arsitektur organik, karena sama – sama berhubungan dengan bentuk – bentuk yang berasal dari alam, serta mengikuti keadaan alam. Bangunan Green School Bali menerapkan bangunan yang mengikuti keadaan alam, sehingga bangunan ini memiliki konsep arsitektur organik, memiliki bentuk geometri yang menerapkan bentuk alam, dan sesuai teori Ruskin. Secara tipologi, sekolah ini memiliki bentuk bangunan yang berbeda dari bentuk sekolah pada umumnya. Sehingga ciri – ciri yang ada pada bangunan sekolah ini tidak aka nada pada bangunan sekolah lainnya.