HUBUNGAN PENCEGAHAN DENGAN KEJADIAN RUAM POPOK PADA BAYI USIA 0-12 BULAN DI PUSKESMAS GUNUNG SITEMBER KEC GUNUNG SITEMBER TAHUN 2018 SKRIPSI Oleh : LENNY EPANITA PANJAITAN 1701032330 PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN INSTITUT KESEHATAN HELVETIA MEDAN 2018 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diapers merupakan alat yang berupa popok sekali pakai berdaya serap tinggi yang terbuat dari plastik dan campuran bahan kimia untuk menampung sisa-sisa metabolisme seperti air seni dan feses. Di era modern saat ini, segala sesuatu dibuat canggih dengan tujuan memberikan kemudahan kepada masyarakat. Sehingga para ibu tidak direpotkan dengan sesering mungkin untuk mengganti popok anaknya, masalah diapers ini sudah sering terjadi sehingga menyebabkan sakit dan perasaan tidak nyaman pada bayi, seperti ruam popok yang sering terjadi pada bayi. Ruam popok adalah masalah yang amat lazim dan perlu perhatian agar daerah popok tetap bersih dan kering sehingga ruam tidak berkembang. Ruam popok adalah gangguan kulit yang timbul akibat radang di daerah yang tertutup popok, yaitu dialat kelamin, sekitar dubur, bokong, lipatan paha, dan perut bagian bawah (1) (1). Berdasarkan World Health Organization (WHO) pada tahun 2016 prevalensi iritasi kulit (ruam popok) pada bayi cukup tinggi 25% dari 6.840.507.000 bayi yang lahir di dunia kebanyakan menderita iritasi kulit (ruam popok) akibat penggunaan popok dan 75% dari 6.840.507.000 bayi yang tidak mengalami ruam popok. Angka terbanyak ditemukan pada usia 6-12 bulan sekitar 456.033.(15% ). Peradangan ini terutama terjadi pada bagian daerah kedua belah paha, bokong, perut bagian bawah, sekitar kelamin, serta area disekitar atas 1 2 bokong dan punggung bawah. Kejadian ruam popok ini disebabkan karena orangtua belum mengetahui cara pencegahan terjadinya ruam popok dan menjaga kebersihan serta pemakaian diapers yang kurang tepat (2) (2). Di Inggris pada tahun 2015 menemukan, 25% dari 12.000 bayi berusia empat minggu mengalami ruam popok dan 54% (6.480) bayi usia satu bulan dan 21% (5.520) bayi yang tidak mengalami ruam popok usia 0-12 bulan. Gangguan kulit ini menyerang bagian tubuh bayi yang tertutup popok. Daerah yang terserang biasanya area genital, lipatan paha dan bokong. Kulit bayi cenderung terlihat merah dan agak bersisik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah ruam popok adalah perawatan perianal (3) (3). Angka kejadian ruam popok berbeda disetiap negara, tergantung hygiene, pengetahuan orangtua (pengasuh) tentang tata cara penggunaan popok, menurut Kimberly A Horii, MD (asisten profesor spesialis anak universitas misouri) dan Jhon Merch, MD, FAAP menyebutkan bahwa 10-12% bayi usia 4 minggu diapers dermatitis dijumpai pada praktek spesialis anak di Amerika. Sedangkan prevalensi bayi berkisar antara 7-35%, dengan angka terbanyak pada usia 9-12 bulan berkisar 4-35% dan 60% bayi tidak mengalami ruam popok. Untuk mengatasi ruam popok, diperlukan pengetahuan tentang tata cara merawat diaper rush dengan baik dan benar (4) (4). Menurut laporan Journal of pediatric terdapat 54% bayi berumur 1 bulan yang mengalami ruam popok setelah memakai disposable diaper dan sekitar 46% dari 12000 jumlah populasi bayi tidak mengalami ruam popok. Dalam artikel yang berjudul disposable diapers: Potential Health Hazards, Cathy Allison 3 menyatakan kalau procter & Gamble ( produsen pampers dan hugginies) melalui penelitiannya memperoleh data mencengangkan. Angka ruam popok pada bayi usia 0-12 bulan yang menggunakan disposable diaper meningkat dari 7,1% hingga 61%. Sementara itu Mark Fearer dalam artikelnya yang berjudul Diaper DebateNot Over Yet menyatakan beberapa hasil studi medis menunjukkan angka peningkatan ruam popok sebanyak7% (3) (3). Di Indonesia pada tahun 2015 terdapat bayi kulit yang keras bersisik, berbintil, bahkan melepuh dan lecet, yang menimbulkan gatal dan perih pada bayi, kurang lebih 50% dari 12000 bayi yang memakai popok pernah mengalaminya dan 50% bayi usia 0-12 bulan tidak mengalami ruam popok. Penyakit ini juga mengenai 7-35% dari populasi bayi usia 0-12 bulan. Disebabkan kurangnya menjaga hygiene. Popok jarang diganti atau terlalu lama tidak segera diganti setelah pipis atau BAB (feses) (3) (3). Ahli Menteri Kesehatan Bidang Peningkatan Kapasitas dan Desentralisasi, dr Krisnajaya, MS memperkirakan jumlah anak balita (bawah lima tahun) Indonesia pada tahun 2016 mencapai 10% dari populasi penduduk. Jika jumlah penduduk 220-240 juta jiwa, maka setidaknya ada 22 juta balita di Indonesia, dan 1/3 dari jumlah bayi di Indonesia mengalami ruam popok dan 55-60 juta bayi tidak mengalami ruam popok (4) (4). Di Puskesmas Sidoarjo pada tahun 2013 menunjukkan bahwa, terdapat 622 (26%) dari 2394 bayi usia 0-12 bulan terserang diaper dermatitis yang Di puskesmas Dan Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2014 ditemukan 74 kasus (4.3 4 %) dari 1709 kunjungan dan 74% (3192) bayi yang tidak mengalami ruam popok (4) (4). Berdasarkan hasil penelitian Irmania Januarpati pada Tahun 2016 mengatakan bahwa mencegah ruam popok bisa dilakukan dengan menghilangkan kelembapan dan pergesekan kulit dengan cara mengganti popok segera setelah bayi buang air kecil atau buang air besar, sewaktu mengganti popok kulit bayi dibersihkan secara lembut dengan air, olesi atau krim yang mengandung seng oksida pada kulit yang sedang meradang untuk melindungi kulit kontak dengan bahan iritan. Dari hasil survey awal yang di lakukan peneliti di Puskesmas Gunung Sitember Kec Gunung Sitember pada tanggal 2 juli 2018, 7 responden didapatkan bayi yang berusia 0-12 bulan yang memakai diapers dan mengalami ruam sebanyak 5 bayi (71,42%) karena kulit bayi yang menempel cukup lama dengan urin atau kotoran yang mengandung amonia, kulit terpapar bahan kimia atau terbuat dari plastik atau popok sekali pakai atau infeksi jamur, dan 2 bayi (28,57%) yang memakai diapers dan tidak mengalami ruam popok. Alasannya karena cukupnya pengetauan orang tua dalam penggunaan diapers seperti, mengganti popok segera setelah anak buang air kecil atau buang air besar, tidak memakai popok dengan ketat khususnya sepanjang malam hari, menggunakan popok dengan longgar sehingga bagian yang basah yang terkena tinja tidak menggesek kulit lebih luas. 5 Berdasarkan uraian, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berjudul hubungan pencegahan dengan Kejadian Ruam Popok Pada Bayi Usia 012 bulan di Puskesmas Gunung Sitember Kec Gunung Sitember Tahun 2018. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan pencegahan dengan kejadian ruam popok pada bayi usia 0-12 bulan di Puskesmas Gunung Sitember Kec Gunung Sitember Tahun 2018. 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui hubungan pencegahan dengan kejadian ruam popok pada bayi usia 0-12 bulan di Puskesmas Gunung Sitember Kec Gunung Sitember Tahun 2018. 1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pencegahan ruam popok pada bayi usia 0-12 bulan di Puskesmas Gunung Sitember Kec Gunung Sitember Tahun 2018. 2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi ruam popok pada bayi usia 0-12 bulan di Puskesmas Gunung Sitember Kec Gunung Sitember Tahun 2018. 3. Untuk mengetahui hubungan pencegahan dengan kejadian ruam popok pada bayi usia 0-12 bulan di di Puskesmas Gunung Sitember Kec Gunung Sitember Tahun 2018. 6 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat member manfaat secara teoritis dan dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan. 1.4.2. Manfaat praktis 1. Bagi peneliti a. Untuk mengetahui hubungan tindakan pencegahan dengan kejadian ruam popok di Puskesmas Gunung Sitember Kec Gunung Sitember Tahun 2018.. b. Sebagai pengalaman proses pembelajaran dalam hal penelitian tentang pencegahan dengan kejadian ruam popok. 2. Bagi Tempat Penelitian Sebagai bahan masukan terhadap petugas kesehatan mengenai hubungan pencegahan dengan kejadian ruam popok pada bayi usia 0-12 bulan di di Puskesmas Gunung Sitember Kec Gunung Sitember Tahun 2018. 3. Bagi Institut Pendidikan a. Sebagai bahan dokumentasi terhadap perbendaharaan kesehatan mengenai hubungan pencegahan dengan kejadian petugas ruam popok pada bayi usia 0-12 bulan di Puskesmas Gunung Sitember Kec Gunung Sitember Tahun 2018. b. Penelitian ini dapat melengkapi bacaan atau kepustakaan dan dapat menjadi bahan referensi untuk masukan bagi mahasiswa yang akan mengadakan penelitian selanjutnya tentang hubungan pencegahan 7 dengan kejadian ruam popok pada bayi usia 0-12 bulan di Puskesmas Gunung Sitember Kec Gunung Sitember Tahun 2018. 4. Bagi Peneliti Berikutnya a. Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitianpenelitian di tempat lain. b. Data dan hasil yang diperoleh dapat menjadi dasar atas pendukung untuk penelitian berikutnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peneliti Terdahulu Dari penelitian Andri Tri Kusumaninrum tahun 2015 tentang Hubungan Sikap Orang tua dan Tindakan Pencegahan Dengan Kejadian Diapers Dermatitis Pada Neonatus hasil penelitian menunjukkan seluruhnya orangtua mempunyai sikap kurang didapatkan sebanyak 13 (100%) dimana sebagian besar neonatus mengalami diapers dermatitis ringan yakni 8 (61,5%), seluruhnya orang tua mempunyai tindakan pencegahan kurang 12 (100%) dimana sebagian besar terjadi diaper dermartitis ringan yakni 7 (58,3%). Hasil pengujian statistik diperoleh ada Hubungan Sikap Orangtua Dengan Kejadian Diaper Dermatitis, dengan koefisien korelasi 0,642. Maka r antara 0,60-0,79= kuat dan signifikansi 0,000 (p<0,05) dan terdapat hubungan tindaakan pencegahan dengan kejadian ruam popok, dengan koefisien korelasi 0,389. Maka r antara 0.30-0.49= moderat dan tingkat signifikansi 0,034 (p>0,05) (4) (4). Dari penelitian Frilasari tahun 2016 dengan judul Derajat Diaper Rush Pada Bayi Usia 0-12 Bulan Di Puskesmas Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto menunjukkan bayi usia 0-12 bulan yang mengalami diaper rush di ruang perinatal dan ruang anak Puskesmas Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto sebanyak 37 bayi. Sampel diambil sebanyak 25 bayi. Hasil menunjukkan hampir seluruh responden mengalami diaper rush dalam kategori ringan sebanyak 20 responden (80%). Penggunaan popok yang kurang 8 tepat dapat mempengaruhi 9 terjadinya diaper rush seperti popok yang tidak diganti dalam waktu yang lama, dan ibu kurang menjaga kebersihan daerah yang tertutup popok (2) (2). Dari penelitian Sujatni, dkk, dengan judul Pengaruh Lamanya Pemakaian Diapers Terhadap Ruam Diapers Pada Anak Diare Usia 6-12 Bulan Di Puskesmas Tugurejo Semarang Tahun 2015. Hasil analisis antara lamanya pemakaian diapers dengan ruam diapers diperoleh bayi yang memakai diapers selama 4 jam yang mengalami ruam diapers lebih banyak yaitu 9 anak (8,0%), dibandingkan dengan anak yang memakai diapers selama 2 jam aitu 6 anak (8,0%), hasil statistik diperoleh nilai p=0,356 yang berarti (p>0,05) maka dapat disimpulkan tidak ada pengaruh antara lamanya pemakaian diapers terhadap ruam diapers pada anak diare usia6-12 bulan (5)(5). 2.2. Telaah Teori 2.2.1. Ruam Popok Ruam popok adalah gangguan kulit yang timbul akibat radang di daerah yang tertutup popok, yaitu dialat kelamin, sekitar dubur, bokong, lipatan paha, dan perut bagian bawah. Kelainan kulit yang timbul di daerah kulit yang tertutup popok terjadi setelah penggunaan popok. Berbagai usaha telah dilakukan untuk mendapatkan popok yang ideal, namun penyakit ini masih merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi pada bayi dan anak yang menggunakan popok (2)(2). Menurut Boediardjo 2013, diaper disebut juga dermatitis popok adalah kelainan kulit (ruam kulit) yang timbul akibat radang didaerah yang tertutup popok, yaitu alat kelamin, sekitar dubur, bokong, lipat paha, dan perut bagian 10 bawah. Penyakit ini sering terjadi pada bayi dan anak balita yang menggunakan popok, biasanya pada usia kurang dari 3 tahun (6). (6) 2.2.1.1 Tanda dan Gejala Tanda dan gejala diapers pada bayi yaitu sebagai berikut: 1. Iritasi pada kulit yang terkena muncul sebagai crytaema 2. Crupsy pada daerah kontak yang menonjol seperti pantat, alat kemaluan, perut bawah dan paha atas. Berbagai gejala kelainan kulit dapat ditemui pada ruam popok yang ringan kelainan kulit berupa kemerahan yang ringan, berkilat disertai lecet. Pada gejala yang lebih berat tampak kulit kemerahan dan lecet, meliputi area yang lebih luas. Selain itu didapatkan beruntus-beruntus kemerahan bengkak, basah, dan kadang bersisik (2)(2). Kelainan ini menyebabkan bayi dan anak rewel karena disertai rasa sakit dan tidak nyaman bila buang air kecil dan buang air besar. Kelainan ini bersifat hilang timbul. Daerah yang terkena terutama daerah yang paling lama kontak dengan popok, misalnya bagian cembung bokong, bagian paha dalam, daerah kelamin, sedangkan daerah lipatan biasanya tidak terkena. Bila kelainan kulit menyembuh tampak seperti kertas yang berkerut (wrinkle parchment). Dalam buku yang bejudul perawatan kulit pada bayi dan balita menyebutkan gejalanya yaitu ruam popok yang ringan biasanya hanya berupa kemerahan pada kulit daerah popok. Bila penyakit lebih parah, dapat timbul bintilbintil merah, lecet atau luka, bersisik, kadang membasah dan bengkak. Pada keadaan demikian, bayi atau balita tersebut akan rewel karena rasa nyeri, terutama 11 buang air kecil atau buang air besar. Bila penyakit ini berlangsung lebih dari 3 hari, daerah tersebut sering terkoloniasi (ditumbuhi) jamur, terutama jenis candida albicans, sehingga kelainan kulit bertambah merah dan basah. Keadaan kulit yang telah mengalami gangguan fungsi sawar tersebut akan memudahkan terjadinya infeksi kuman, biasanya staphyilococus aureus streptococcus beta hemolyticus, sehingga kulit menjadi lebih merah, lebih bengkak, serta didapatkan nanah dan keroping (6). (6) 2.2.1.2 Penyebab Ruam Popok Penyakit ini terutama disebabkan oleh iritasi terhadap kulit yang tertutup oleh popok oleh karena cara pemakaian popok yang tidak benar, yaiu: 1. Tidak mengganti popok setelah bayi atau balita buang air besar. Feses yang tidak segera dibuang, bila bercampur dengan urin, akan menyebabkan pembentukan amonia. Amonia tersebut akan meningkatkan keasaman (pH) kulit sehingga aktivitas enzim yang ada pada feses akan meningkat dan akhirnya menyebabkan iritasi pada kulit. 2. Menggunakan popok, terutama popok sekali pakai (disposable diaper), melebihi daya tampungnya sehingga kulit menjadi lembab. Kulit yang lebih cenderung lebih rentan terhadap gesekan, lebih mudah mengalami iritasi, dan memudahkan pertumbuhan kuman dan jamur. Kulit bayi dan anak sangat rentan terhadap bahan-bahan yang dapat mengiritasi, misalnya feses, dan deterjen atau bahan pemutih pada popok kain karena pembilasan yang kurang. Oleh karena itu kontak yang berlangsung lama dengan urin dan feses karena popok yang tidak diganti dapat mengakibatkan ruam popok (7). (7) 12 Penyebab ruam popok bersifat multifaktorial. Kelembaban yang tinggi dan lama mengawali terjadinya ruam popok. Diantara berbagai faktor penyebab, peranan feses (tinja), urin, gesekan, kelembaban kulit yang tinggi, suhu, bahan iritan kimiawi, dan popok itu sendiri perlu dipertimbangan (8). (8) 1. Kelembaban kulit Popok bersifat menutup kulit sehingga akan menghambat penguapan dan menyebabkan kulit menyebabkan kulit menjadi lembab. Penggunaan popok sekali pakai atau popok kain (tradisional) dengan menggunakan tambahan celana plastik yang terlalu ketat yang melebihi daya tamping urin akan menyebabkan kulit menjadi lebih lembab, fungsi sawar (pertahanan) kulit akan menurun, gesekan, mudah lecet, mudah mengalami iritasi, dan mudah terjadi infeksi oleh jamur dan bakteri. 2. Urin dan feses Bila segera mengganti popok setelah bayi atau anak buang air besar, maka feses akan bercampur dengan urin mengandung amonia. Amonia akan meningkatkan derajat keasaman kulit (pH) dan meningkatkan aktivitas enzim yang ada pada feses, yaitu enzim yaitu enzim lipase dan protease. Hal ini akan menyebabkan iritasi pada kulit, gesekan ringan dapat menyebabkan kulit menjadi merah dan terkelupas. 3. Gesekan Adanya gesekan antara popok dan kulit yang kulit yang disebabkan gerakan atau aktivitas bayi dapat menyebabkan luka lecet dan menimbulkan ruam popok. Kelainan kulit akan tampak pada permukaan cembung daerah 13 kelamin, bokong, dan pinggang. Pada keadaan ini bagian dalam daerah lipatan kulit tidak terkena. 4. Hidrasi Adanya hidrasi yang berlebihan ini dapat membuat kulit lebih rentan terhadap trauma, fungsi sawar kulit terganggu, dan mempermudah tumbuh mikro organisme. 5. Bahan kimia Bahan kimia yang terkandung dalam popok atau pada pelindung popok sekali pakai dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit bayi dan anak. Selain itu juga deterjen, bahan pewangi, dan pemutih yang digunakan pada popok kain dengan pembilasan yang kurang dapat menyebabkan ruam popok. 6. Jamur dan bakteri Pada keadaan kulit yang hangat dan lembab, antara lain karena pemakaian popok, jamur akan tumbuh lebih cepat menjadi banyak sehingga jamur candida albicans pada saat ini dianggap mempunyai peranan paling penting pada terjadi ruam popok. Beberapa peneliti lebih mendukung bahwa infeksi jamur maupun bakteri merupakan merupakan proses sekunder pada kulit yang telah rusak akibat terjadinya ruam popok (9). (9) Penyebab ruam popok bisa karena kebersihannya tidak terjaga, sering buang air, bayi sedang mengkonsumsi antibiotik atau bayi menyusui yang mendapat antibiotik dari air susu ibunya. 14 Ruam popok dapat terpicu akibat beberapa sebab, yaitu: a. Ruam yang memang disebabkan penggunaan popok, termasuk iritasi kulit, biang keringat dan infeksi jamur candida albicans yang berasal dari kotoran. b. Ruam yang terjadi diarea popok dan ditempat lain, tetapi diperparah dengan penggunaan popok, misalnya radang kulit akibat alergi (dermatitis atopi), dermatitis seboroik, dan psoriasis. c. Ruam popok yang terjadi diarea popok tetapi tidak berkaitan dengan penggunaan popok, tetapi akibat infeksi kulit akibat bakteri, kelainan daya tahan tubuh, kekurangan zat seng, sipilis, scabies hingga HIV. d. Ruam popok yang sebenarnya dan akan sembuh dengan mengganti popok lebih sering serta menjaga kebersihan sekitar popok (8). (8) 2.2.1.3 Faktor yang Berperan Beberapa faktor berperan dalam timbulnya ruam popok, antara lain: 1. Kelembaban kulit Popok bersifat menutup kulit (oklusif) sehingga menghambat penguapan dan menyebabkan kulit lebih lembab. Kulit yang lembab akan lebih mudah dilalui oleh bahan-bahan yang dapat menyebabkan iritasi (bahan iritan) dan lebih mudah terinfeksi jamur maupun kuman. Selain itu, kulit yang lembab juga lebih rentan terhadap gesekan sehingga kulit mudah lecet yang akan lebih mempermudah iritasi. Kelembaban kulit dapat meningkat oleh pemakaian popok yang ketat atau yang ditutupi oleh celana plastik. 15 2. Urin dan feses Urin akan menambah kelembaban kulit yang tertutup popok sehingga meningkatkan kerentanan kulit. Seperti telah disebutkan diatas, amonia yang terbentuk dari urin dan enzim yang berasal dari feses akan meningkatkan ph kulit sehingga kulit menjadi lebih rentan terhadap bahan iritan. 3. Jamur dan kuman Jamur candida albicans adalah jamur yang normal terdapat dikulit dalam jumlah sedikit. Pada keadaan kulit yang hangat dan lembab, antara lain karena pemakaian popok, jamur tersebut akan tumbuh lebih cepat menjadi banyak sehingga dapat menyebabkan radang (ruam popok). Keadaan kulit yang lembab juga memudahkan tumbuhnya kuman, yang paling sering adalah staphylococcus aureus (7). (7) 2.2.1.4 Pencegahan Ruam Popok Dengan mengetahui penyebab dan faktor-faktor yang bepengaruh, ruam popok dapat dicegah bila dilakukan upaya-upaya sebagai berikut. 1. Mengurangi kelembaban dan gesekan pada kulit a. Segera ganti popok, terutama setelah buang airbesar. b. Bila menggunakan popok sekali pakai, pakailah sesuai daya tampungnya, segera ganti bila tidak lagi dapat menampung urin, pada malam hari gunakanlah popok sekali pakai yang dapat menampung urin sepanjang malam. 16 c. Sewaktu mengganti popok, bersihkan kulit secara lembut dengan air hangat. Dapat digunakan dengan sabun terutama setelah buang air besar, kemudian dibilas dengan bersih. Keringkan dengankain atau handuk dan anginkan sebentar sebelum dipakaikan popok baru. d. Bubuhkan bedak, krim, atau salap untuk melindungi kulit terhadap kontak dengan urin, feses, atau bahan iritan lainnya (deterjen, bahan pemutih), serta mengurangi gesekan. Jangan membubuhkan bedak bila kulit belum dikeringkan atau masih basah oleh urin karena bedak akan menggumpal dan mempermudah terjadinya infeksi jamur atau kuman. Hati-hati pemakaian bedak secara berlebihan karena dapat terhirup oeh bayi dan balita sehingga menyebabkan gangguan pernafasan. e. Biarkan bayi dan balita tidak memakai popok selama 2-3 jam sehari agar kulitnya tidak panas dan lembab. f. Hindari pemakaian popok yang ketat atau terbuat dari bahan yang kasar atau terlalu menutup, misalnya plastik, kain yang kaku dan tebal. 2. Memilih popok yang baik Cara memilih popok yang baik adalah : 1.Pastikan popok tidak mengandung bahan yang membuat bayi alegi 2. Pilih popok dengan daya serap tinggi dan lembut 3. Pilih size yang sesuai 4. Pilih popok yang berdaya serap tinggi 5. Pilih popok yang sirkulasi udaranya baik (8). (8) 17 Upaya-upaya yang paling penting agar tidak terjadi ruam popok adalah sebagai berikut: 1. Menjaga kebersihan kulit dan sawar kulit, mengurangi kelembaban dan iritasi kulit. a. Makin sering mengganti popok dapat mencegah terjadinya ruam popok. b. Segera ganti popok bila basah, terutama setelahbuang air besar, c. Bila menggunakan popok sekali pakai harus sesuai daya tampung dan segera diganti bila tidak lagi dapat menampung urin. d. Bila akan mengganti popok bersihkan daerah popok dengan air hangat kemudian dikeringkan. Sabun bayi dapat digunakan untuk membersihkan sisa feses kemudian dibilas dengan bersih. Pembersihan dilakukan dengan hati-hati tanpa menggosok agar tidak terjadi kerusakan kulit . Keringkan dengan handuk yang lembut dan anginkan sebentar sebelum memakai popok yang baru (6). (6) 2.2.1.5 Pengobatan Pengobatan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Ruam popok biasanya bisa menghilang dengan sering-sering mengganti popok. Kulit anak harus selalu dibersihkan dengan baik, menggunakan sabun dan air. b. Memakaikan pelembab kulit, sabun yang membuat iritasi, dan obat-obatan untuk mengatasi rasa gatal (7). (7) 18 2.2.2. Diapers 2.2.2.1 Definisi Diapers Diapers merupakan alat yang berupa popok sekali pakai berdaya serap tinggi yang terbuat dari plastik dan campuran bahan kimia untuk menampung sisa-sisa metabolisme seperti air seni dan feses (8)(8). Seiring dengan perkembangan zaman, makin banyak barang-barang yang diciptakan manusia untuk mempermudah kehidupannya, juga bagi anak-anak salah satunya diapers, dalam bahasa indonesianya dikenal dengan istilah popok kertas sekali pakai. Popok kertas adalah alat untuk mempermudah orangtua sehingga tidak terlalu sibuk untuk membersihkan kotoran anak-anak mereka angbelum mengerti membuang sampah pada tempatnya. 2.2.2.2 Kelebihan diapers 1. Orangtua tidak perlu repot-repot, jadi setelah pakai langsung dibuang saja. 2. Memberikan kemudahan saat berpergian jauh karena tidak perlu sering mengganti popok 3. Popok sekali pakai bisa untuk beberapa kali buang air sehingga bayi tidak sering rewel untuk mengganti popok. 4. Bagi wanita karier ini akan memudahkan karena ia tak perlu berurusan untuk mencuci popok karena memang popok ini didesain untuk sekali pakai. 5. Anak bisa tidur lebih tenang saat tidur dimalam hari karena tidak terusik oleh popok yang basah (8). (8) 19 2.2.2.3 Kekurangan Diapers 1. Memerlukan biaya 2. Kenyamanan dan kesehatan sikecil. Diapers cenderung panas yang bisa menyebabkan iritasi pada kulit atau ruam popok. 3. Menggunakan bahan kimia, yang dicurigai memiliki dampak pada kesehatan dalam jangka pendek maupun panjang (8)(8). 2.2.2.4 Bahaya Penggunaan Popok Secara Terus Menerus Pemakaian atau penggunaan diapers hendaknya menjadi bahan perhatian orangtua meskipun sangat efektif dan mudah digunakan, namun pemakaian diapers ini dapat membayakan kesehatan bayi. Berikut adalah efek buruk dan bahaya diapers untuk bayi: 1. Kulit berubah jadi kemerahan Kulit yang berubah jadi kemerahan merupakan gejala utama yang sering bayi anda dapatkan saat si kecil terlalu sering memakai diapers. Setelah itu kulit yang kemerahan tersebut dapat berubah jadi gatal, lecet atau bahkan infeksi. 2. Ruam Popok Ruam popok adalah iritasi pada selangkangan bayi. Ini karena kebanyakan diapers tidak nyaman untuk bayi, karena ukurannya yang tebal dan teksturnya yang kasar sehingga mengganjal saat digunakan. Pemakaian diapers bayi yang terlalu sering juga dapat mengakibatkan ruam. Disertai juga dengan kulitnya yang lecet dan perih saat disentuh. 20 3. Infeksi jamur kulit Salah satu dampak buruk dari pemakaian diapers dan timbulnya jamur yang jadi penyebab infeksi. Hal tersebut biasanya disebabkan juga oleh pemakaian diapers yang lembab terlalu lama sehingga menjadi penyebab bakteri semakin tumbuh subur. 4. Sistem kekebalan tubuh Penggunaan diapers juga dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh. Hal tersebut terjadi dikarenakan infeksi dan radang yang seringkali terjadi dapat berpengaruh pada sistem kekebalan tubuhnya sehingga buah hati anda juga mudah sakit. 5. Alergi bayi Saat buah hati anda terkena infeksi dikarenakan pemakaian diapers maka hal tersebut dapat berubah jadi alergi yang cukup berkepanjangan. Dan ketika sikecil mulai mengalami alergi, maka hentikanlah pemakaian diapers pada bayi. 6. Infeksi saluran kemih bayi Karena diapers ini berfungsi untuk dapat menampung air kencing sikecil sementara, maka ini bisa menjadi tempat munculnya penyebaran kuman dari air kencing didalamnya. Apabila anda tidak sering dalam mengganti diapers bayi maka kuman itu berpotensi dapat menimbulkan munculnya infeksi yang cukup berbahaya pada saluran kemih sibuah hati (8). (8) 21 2.2.3. Hubungan Pencegahan Dengan Kejadian Ruam Popok Bada Bayi Usia 0-12 Bulan Pencegahan dilakukan sebelum masalah itu terjadi. Pencegahan kurang yaitu kurangnya pencegahan yang dilakukan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan oleh setiap manusia. Jika pencegahan orang tua kurang, kemungkinan besar bayinya akan mengalami ruam popok dan jika orang tua pencegahannya baik yang meliputi memperhatikan hygiene, kelembaban kulit daerah bokong, waktu mengganti popok atau diapers (popok sekali pakai) sangat diperhatikan, otomatis bayi akan terhindar dari ruam popok (10) (10). Pencegahan merupakan tingkah laku seseorang dalam melaksanakan perawatan pada bayinya supaya terhindar dari ruam popok, jika pencegahan orangtua baik bayinya akan terhindar dari ruam popok. Mencegah ruam popok yang tepat adalah sering mengganti popok, bilas sisa deterjen yang masih menempel pada popok yang menyebabkan ruam, bilas atau seka dengan baik setiap mengganti popok, cucilah pantat bayi jika popok sekali pakai bocor dan terdapat bau amonia pada pantat bayi, ulas pantat bayi dengan lembut dengan menggunakan handuk atau kain katun yang bersih. Orangtua hendaknya meningkatkan pencegahan pada bayinya dengan cara menjaga kebersihan kulit bayi dan selalu memperhatikan popok bayi, bila popok bayi sudah basah popok harus segera diganti supaya kulit bayi tidak lembab dan selalu terjaga kebersihannya sehingga ruam popok tidak terjadi pada bayi. 22 2.3. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara terhadap permasalahan yang diajukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadikan hipotesis adalah Ha. Adapun Hipotesis dalam penelitian ini ada hubungan pencegahan dengan kejadian ruam popok pada bayi usia 0-12 bulan di Puskesmas Gunung Kec Gunung Sitember Tahun 2018. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan cara yang akan dilakukan dalam penelitian untuk medapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (11). (11) Dengan menggunakan jenis penelitian survei analtik dimana mencoba menggali bagaimana dan mengapa terjadinya fenomena/masalah, baik antara faktor resiko (independen) dan faktor efek (Dependen) (12). (12) Desain penelitian menggunakan desain Cross Sectional merupakan melakukan pengukuran atau pengamatan antara faktor resiko/permasalahan penelitian. 3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Gunung Sitember Kec Gunung Sitember Tahun 2018. Dengan alasan dilakukan penelitian ditempat tersebut karena dikawasan Puskesmas Gunung Sitember Kec Gunung Sitember tersebut belum pernah diteliti sebelumnya bagaimana Hubungan Pencegahan Dengan Kejadian Ruam Popok Pada Bayi Usia 0-12 Bulan dan ada masalah ruam popok pada bayi usia0-12 bulan yang ditemukan puskesmas tersebut dan mudah dijangkau oleh peneliti. 3.2.2. Waktu Penelitian Waktu penelitian di Puskesmas Gunung Sitember Kec Gunung Sitember akan dilakukan pada bulan Juni sampai dengan September Tahun 2018. 23 3.3. Populasi Dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian akan ditarik menjadi kesimpulannya (13) (13). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi usia 0-12 bulan dan sedang di Puskesmas Gunung Sitember Kec Gunung Sitember rencana populasi yang diambil sebanyak 36 orang. 3.3.2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang di ambil dari populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul mewakili (13) (13) Sampel dalam penelitian ini ditarik dengan menggunakan Accidental sampling di mana pasien yang di Puskesmas Gunung Sitember Kec Gunung Sitember pada periode penelitian dilakukan. 3.4. Kerangka Konsep Kerangka Konsep penelitian adalah alur penelitian yang memperlihatkan varibel yang mempengaruhi dan di pengaruhi. Atau dengan kata lain kerangka konsep adalah suatu uraian vasialisasi yang menghubungkan antara variabel X (Pencegahan) dan variabel Y (ruam popok) (13) (13). 24 25 Variabel indevenden Variabel dependen Kejadian Ruam popok Pencegahan Gambar 3.1 Kerangka Konsep 3.5. Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran 3.5.1. Defenisi Operasional Defenisi Operasional adalah batasan yang digunakan untuk mendefenisikan variable-variabel atau faktor yang mempengaruhi. Aspek pengukuran adalah aturan-aturan yang meliputi cara alat ukur (instrument pengukuran), hasil pengukuran, kategori dan skala pengukuran yang digunakan oleh variabel (13) (13). 1. Variabel independen Pencegahan merupakan tingkah laku atau cara ibu dalam melaksanakan perawatan pada bayinya supaya terhindar dari ruam popok. 2. Variabel dependen Ruam popok adalah gangguan kulit yang timbul akibat radang di daerah yang tertutup popok, yaitu dialat kelamin, sekitar dubur, bokong, lipatan paha, dan perut bagian bawah. 3.5.2. Aspek Pengukuran Aspek pengukuran adalah aturan-aturan yang meliputi cara dan alat ukur (instrument), hasil pengukuran, kategori, dan skala ukur yang digunakan untuk menilai suatu variable (13). (13) 26 Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Jumlah Pertanyaan Cara dan Alat ukur Skala Pengukuran Value SkalaUkur 10 Kuesioner Skor 6-10 Skor 1-5 Baik (2) Kurang (1) Ordinal 3 Kuesioner Skor 1-3 Skor 0 Ya (1) Tidak (0) Nominal Variabel x Pencegahan Variabel Y Kejadian Ruam Popok 3.6. Metode Pengumpulan Data 3.6.1. Jenis Data 1. Data Primer Data primer sumber informasi yang bersumber dari yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap data tersebut. Data primer ini diambil sendiri oleh peneliti dengan mengajukan lembar pernyataan (kuesioner) kepada ibu yang memiliki bayi usia 0-12 bulan dengan ruam popok di mana peneliti memberikan penjelasan singkat tentang pengisian kuesioner yang telah disediakan dengan menggunakan instrumen yang telah disediakan. 2. Data Sekunder Data yang di ambil ataupun diperoleh dari hasil dokumentasi oleh pihak yang berhubungan, misalnya data pasien. Adapun data yang di ambil oleh peneliti adalah jumlah pasien yang berada di Puskesmas Gunung Sitember Kecamatan Gunung Sitember. 27 3.6.2. Validitas dan Realibilitas a. Uji Validitas Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar benar mengukur apa yang diukur. Uji validitas ini dilakukan di Di Puskesmas Tigalingga dengan dilakukan 15 orang. Langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi dari instrument, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian. Tujuan uji validitas untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita susun mampu mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji korelasi antara skor tiap-tiap item dengan skor total kuesioner tersebut (11). (12) Kuesioner pencegahan dengan kejadian ruam popok pada bayi yang telah disusun terlebih dahulu dilakukan uji coba sebelum di jadikan sebagai alat ukur penelitian yang bertujuan untuk mengetahui validitas dan rehabilitas alat ukur. Uji coba kuesioner di lakukan kepada 15 orang di Puskesmas Tigalingga. Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai yang menunjukkan tingkat kehadalan atau keahlian suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antara variabel dengan skor total variabel menggunakan rumus dengan teknik pearson product moment (r), di mana r-tabel df=n-2 dengan ketentuan jika rhitung>rtabel, maka di nyatakan valid, dan jika rhitung<rtabel di nyatakan tidak valid. Untuk sampel berjumlah 15 orang maka rtabel adalah 0,514. Hasil uji validitas instrument penelitian (kuesioner) dapat dilihat pada tabel 3.2. berikut ini : 28 Tabel 3.2 Hasil uji validitas Hubungan pencegahan dengan kejadian ruam popok No Pertanyaan mengenai pencegahan r- hitung r-tabel Keterangan 1 Pertanyaan 1 0,935 0,514 Valid 2 Pertanyaan 2 0,735 0,514 Valid 3 Pertanyaan 3 0,835 0,514 Valid 4 Pertanyaan 4 0,714 0,514 Valid 5 Pertanyaan 5 0,802 0,514 Valid 6 Pertanyaan 6 0,735 0,514 Valid 7 Pertanyaan 7 0,851 0,514 Valid 8 Pertanyaan 8 0,768 0,514 Valid 9 Pertanyaan 9 0,816 0,514 Valid 10 Pertanyaan 10 0,885 0,514 Valid r-hitung r- tabel Keterangan Hasil uji validitas Ruam Popok No Pernyataan ruam popok 1 Pertanyaan 1 0,941 0,514 Valid 2 Pertanyaan 2 0,839 0,514 Valid 3 Pertanyaan 3 0,839 0,514 Valid b. Uji Reliabilitas 29 Menentukan derajat konsistensi dari instrumen penelitian berbentuk kuesioner. Tingkat reliabilitas dapat dilakukan menggunakan SPSS melalui uji cronchbach alpha yang dibandingkan dengan tabel r. Setelah dilakukan uji validitas maka dilakukan juga uji reliabilitas, dan didapat nilai dengan hasil sebagai berikut: Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas Pencegahan Dengan Kejadian ruam popok pada bayi Cronbach Alpha Nilai r-tabel Keterangan ( r- hitung) 0.972 0,514 Reliabel Berdasarkan hasil uji reliabilitas instrument diperoleh hasil bahwa nilai rhitung sebesar 0,972 lebih besar dari nilai r-tabel sebesar 0.514 sehingga instrumen penelitian dinyatakan reliabel. 3.7. Metode Pengolahan Data Pada kasus tersebut seperti penelitian kualitatif data yang dikumpul diolah dengan cara komputerisasi dengan langkah-langkah : 1. Collecting Proses pengumpulan data yang berasal dari kuesioner, angket atau wawancara, proses pengumpulan data diperlukan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan dapat didefenisikan dengan jelas. Proses ini menyediakan informasi dasar untuk mengukur hal apa yang akan diperbaiki. 2. Editing 30 Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner dengan tujuan agar data di olah secara benar. 3. Coding Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada variabelvariabel yang diteliti, misalnya nama responden dirubah menjadi nomor. 4. Tabulating untuk mempermudah pengolahan dan analisa data serta pengambilan kesimpulan kemudian memasukkan kedalam bentuk distribusi frekuensi (11). (11) 3.8. Analisa Data Di sini di uraikan langkah-langkah dalam mengolah data dan teknik dalam menganalisa data dan teknik dalam menganalisa data. Sebutkan alat yang digunakan untuk mengolah data, yaitu program komputernya atau uji statistiknya. Teknik analisis dapat digunakan hanya dengan presentase, tabel, atau diagram (11). (11) 3.8.1. Analisis Univariat Analisis Univariat di gunakan untuk mendeskripsikan data yang di lakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian analisis univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data menjadi infromasi yang berguna(12). (12) Analisa univariat yaitu analisis yang di gunakan untuk menggambarkan secara tunggal independen yaitu pencegahan dan variabel dependen kejadian ruam popok. 3.8.2. Analisi Bivariat 31 Untuk menghubungan adanya hubungan yang signifikan antara varibel bebas dan variabel terikat digunakan analisis Chi-square pada batas kemaknaan perhitungan statistik p Value (0,05). Apabila hasil perhitungan menunjukkan p Value <0,05 maka Ho ditolak dan Ha menerima, dan artinya kedua variabel tersebut mempunyai hubungan yang signifikan (12). (12) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Puskesmas Gunung Sitember adalah sebuah puskesmas yang berada di kecamatan Sitember yang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, yang dimekarkan dari Kecamatan Tigalingga. Penghasilan penduduk rata rata dari pertanian, hasil tani berupa jagung, padi tanah kering/ bukan sawah, kemiri, coklat dan durian. Mayoritas agamanya adalah Kristen kemudian disusul agama islam. Suku mayoritas di gunung sitember adalah Karo kemudian Pakpak dan Toba. Jumlah penduduk ± 10.834 jiwa dengan kepadatan penduduk 141 jiwa/Km2. Kecamatan Gunung Sitember merupakan salah satu kecamatan di Dairi yang luasnya adalah 77 km2 atau sekitar 3,99% dari Luas Kabupaten Dairi. Wilayah kerja Puskesmas Gunung Sitember Kecamatan Sitember mempunyai 8 desa dan 1 kelurahan yaitu desa Batu Gun-gun, desa Bukit Lau Kersik, desa Gunung Sitember, desa Kendit Liang, desa Lau Lebah, desa Leluhung, desa Rante Besi dan desa Tupak Raja serta kelurahan Gundaling. Wilayah administrasi desa yang terbesar adalah Desa Bukit Lau Kersik yang mencapai luas 14 km2 atau sebesar 18 persen dari luas total Kecamatan. Secara topografis, wilayah Kecamatan Gunung Sitember berbentuk perbukitan dan kesemuanya berada di daratan. Apabila ditarik garis lurus dari ibu kota kecamatan, maka Desa Lau Lebah dan Desa Bukit Lau Kersik adalah desa yang terjauh, yaitu mencapai 12 km dan 8 km. 32 33 Puskesmas Gunung Sitember Kecamatan Gunung Sitember memiliki batas-batas sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tanah Pinem 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tigalingga dan Kecamatan Tanah Pinem 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tigalingga dan Kecamatan Siempat Nempu Hilir 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tanah Pinem 4.2. Hasil Penelitian 4.2.1. Karakteristik Responden Karakteristik responden dalam penelitian ini yaitu usia, pendidikan, dan pekerjaan yang disajikan pada tabel di bawah ini: Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Ibu di Puskesmas Gunung Sitember Kecamatan Gunung Sitember Tahun 2018 No Karakteristik Ibu Jumlah (n) Persentase (%) 1 Umur 20-24 Tahun 14 38,9 25-29 Tahun 12 33,3 30-34 Tahun 10 27,8 Total 36 100 2 Pendidikan SMP 4 11,1 SMA 20 55,6 D-III 9 25,0 S-1 3 8,3 Total 36 100 3 Pekerjaan PNS 1 2,8 Karyawan Swasta 7 19,4 Pedagang 6 16,7 Ibu Rumah Tangga 19 52,8 Guru Honor 3 8,3 Total 36 100 34 Berdasarkan Tabel 4.1 hasil penelitian karakteristik ibu diperoleh untuk umur ibu diketahui mayoritas ibu berada pada umur 20-24 tahun yaitu sebanyak 14 orang (38,9%), untuk pendidikan ibu mayoritas berpendidikan SMA yaitu sebanyak 20 orang (55,6%), dan untuk pekerjaan ibu mayoritas ibu rumah tangga (IRT) yaitu sebanyak 19 orang (52,8%). Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Ibu di Puskesmas Gunung Sitember Kecamatan Gunung Sitember Tahun 2018 Jumlah Persentase No Karakteristik Bayi (n) (%) 1 Umur 0-4 Bulan 14 38,9 5-8 Bulan 15 41,7 9-12 Bulan 7 19,4 Total 36 100 2 Anak Ke Satu (1) 13 36,1 Dua (2) 14 38,9 Tiga (3) 9 25,0 Total 36 100 Berdasarkan Tabel 4.2 hasil penelitian karakteristik bayi diperoleh untuk umur bayi diketahui mayoritas bayi berada pada umur 5-8 bulan yaitu sebanyak 15 bayi (41,7%), dan mayoritas bayi adalah anak ke 2 (dua) yaitu sebanyak 14 bayi (38,9%). 4.2.2. Analisis Univariat Analisis univariat adalah analisis yang menggambarkan secara tunggal variabel independen dan dependen dalam bentuk distribusi frekuensi. 35 1. Pencegahan Pencegahan dalam penelitian ini terdiri dari 10 item kuesioner yang diberikan kepada ibu yang mempunyai bayi berumur 0-12 bulan di Puskesmas Gunung Sitember. Hasilnya disajikan sebagai berikut : Tabel 4.3. Distribusi Pencegahan Kejadian Ruam Popok pada Bayi Usia 0-12 Bulan di Puskesmas Gunung Sitember Kecamatan Gunung Sitember Tahun 2018 Pengetahuan 1. Pada saat menggunakan popok sekali pakai saya menggantikannya bila popok sudah bocor 2. Ibu segera mengganti popok, terutama buang air besar 3. Pada malam hari ibu menggunakan popok yang dapat menampung urine sepanjang malam 4. Sebelum memakai popok baru ibu mengeringkan kulit bayi dengan kain 5. Saya membutuhkan bedak/krim sebelum menggunakan popok 6. Setelah dibersihkan kulit bayi langsung saya taburkan bedak 7. Ibu membutuhkan bedak yang banyak pada kulit bayi untuk mencegah terjadinya iritasi 8. Ibu memakai popok pada bayi selama 8 jam/hari 9. Ibu menggunakan popok yang ketat agar urine tidak berceceran atau tumpah 10. Pada saat mengganti popok karena buang air besar ibu membersihkan kulit dengan menggunakan sabun dan kemudian dibilas dengan air bersih n 18 Ya % 50,0 n 18 Tidak % 50,0 20 56,6 16 44,4 16 44,4 20 56,6 14 38,9 22 61,1 16 44,4 20 56,6 19 52,8 17 47,2 15 41,7 21 58,3 19 22 52,8 61,1 17 14 47,2 38,9 19 52,8 17 47,2 Berdasarkan tabel 4.3. dari 36 orang ibu, ada masing-masing 18 orang ibu (50,0%) ya dan tidak bahwa pada saat menggunakan popok sekali pakai ibu menggantikannya bila popok sudah bocor, 20 orang ibu (56,6%) segera mengganti popok terutama saat buang air besar, 20 orang ibu (56,6%) pada malam hari tidak menggunakan popok yang dapat menampung urine sepanjang malam, 22 orang 36 ibu (61,1%) sebelum memakai popok baru ibu tidak mengeringkan kulit bayi dengan kain, 20 orang ibu (56,6%) tidak membutuhkan bedak/krim sebelum menggunakan popok, 19 orang ibu (52,8%) setelah membersihkan kulit bayi langsung menaburkan bedak, 21 orang ibu (58,3%) tidak membutuhkan bedak yang banyak pada kulit bayi untuk mencegah terjadinya iritasi, 19 orang ibu (52,8%) memakaikan popok pada bayi selama 8 jam/hari, 22 orang ibu (61,1%) menggunakan popok yang ketat agar urine tidak berceceran atau tumpah, dan 19 orang ibu (52,8%) pada saat mengganti popok karena buang air besar ibu membersihkan kulit dengan menggunakan sabun dan kemudian dibilas dengan air bersih. Tabel 4.4. Distribusi Kategori Pencegahan Kejadian Ruam Popok pada Bayi Usia 0-12 Bulan di Puskesmas Gunung Sitember Kecamatan Gunung Sitember Tahun 2018 No 1 2 Pencegahan Baik Kurang Total Jumlah (n) 17 19 36 Persentase (%) 47,2 52,8 100 Berdasarkan tabel 4.4. dari 36 orang ibu di Puskesmas Gunung Sitember, mayoritas ibu pencegahannya pada kejadian ruam popok adalah kurang sebanyak 19 orang (52,8%). 2. Kejadian Ruam Popok Kejadian ruam popok dalam penelitian ini didasari dari 3 item kuesioner yang diberikan kepada ibu yang mempunyai bayi berumur 0-12 bulan di Puskesmas Gunung Sitember. Hasilnya disajikan sebagai berikut : 37 Tabel 4.5. Distribusi Kategori Kejadian Ruam Popok pada Bayi Usia 0-12 Bulan di Puskesmas Gunung Sitember Kecamatan Gunung Sitember Tahun 2018 No 1 2 Kejadian Ruam Popok Ya Tidak Total Jumlah (n) 21 15 36 Persentase (%) 58,3 41,7 100 Berdasarkan tabel 4.6. dari 36 orang ibu di Puskesmas Gunung Sitember, mayoritas bayinya mengalami kejadian ruam popok sebanyak 21 orang (58,3%). 4.2.3. Analisis Bivariat Analisis bivariat dimaksudkan untuk menganalisis hubungan variabel bebas yaitu pencegahan dengan variabel terikat yaitu kejadian ruam popok menggunakan uji chi square pada tingkat kepercayaan 95%. 1. Hubungan Pencegahan dengan Kejadian Ruam Popok Hasil analisis hubungan pencegahan dengan kejadian ruam popok pada bayi usia 0-12 bulan di Puskesmas Gunung Sitember Kecamatan Gunung Sitember tahun 2018 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.6. Hubungan Pencegahan dengan Kejadian Ruam Popok pada Bayi Usia 0-12 Bulan di Puskesmas Gunung Sitember Kecamatan Gunung Sitember Tahun 2018 Kejadian Ruam Popok Pencegahan Nilai Ya Tidak Total p f % f % f % Kurang 16 84,2 3 15,8 19 100 Baik 5 29,4 12 70,6 0,003 17 100 Total 21 58,3 15 41,7 36 100 Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 19 orang ibu yang mempunyai bayi 0-12 bulan yang pencegahannya terhadap kejadian ruam popok adalah kurang, ada sebanyak 16 orang ibu (84,2%) bayinya mengalami ruam popok, dan 38 3 orang ibu (15,8%) bayinya tidak mengalami ruam popok. Sedangkan dari 17 orang ibu yang mempunyai bayi 0-12 bulan yang pencegahannya terhadap kejadian ruam popok adalah baik, ada sebanyak 5 orang ibu (29,4%) bayinya mengalami ruam popok, dan 12 orang ibu (70,6%) bayinya tidak mengalami ruam popok. Hasil analisis bivariat (chi-square test) diperoleh nilai p (0,003) < alpha (0,05) artinya ada hubungan pencegahan dengan kejadian ruam popok pada bayi usia 0-12 bulan di Puskesmas Gunung Sitember Kecamatan Gunung Sitember tahun 2018. 4.3. Pembahasan Penelitian 4.3.1. Hubungan Pencegahan dengan Kejadian Ruam Popok Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 19 orang ibu yang mempunyai bayi 0-12 bulan yang pencegahannya terhadap kejadian ruam popok adalah kurang, ada sebanyak 16 orang ibu (84,2%) bayinya mengalami ruam popok, dan 3 orang ibu (15,8%) bayinya tidak mengalami ruam popok. Sedangkan dari 17 orang ibu yang mempunyai bayi 0-12 bulan yang pencegahannya terhadap kejadian ruam popok adalah baik, ada sebanyak 5 orang ibu (29,4%) bayinya mengalami ruam popok, dan 12 orang ibu (70,6%) bayinya tidak mengalami ruam popok. Ada hubungan yang signifikan antara pencegahan dengan kejadian ruam popok pada bayi usia 0-12 bulan di Puskesmas Gunung Sitember Kecamatan Gunung Sitember tahun 2018yang ditunjukkan dengan hasil nilai sig-p= 0,003. Menurut hasil penelitian pencegahan oleh ibu pada kejadian ruam popok pada bayinya mayoritas adalah kurang yaitu 52,8%. Hal ini dapat dilihat dari 56,6% pada malam hari tidak menggunakan popok yang dapat menampung urine 39 sepanjang malam, 61,1% sebelum memakai popok baru ibu tidak mengeringkan kulit bayi dengan kain, 56,6% tidak membutuhkan bedak/krim sebelum menggunakan popok, 58,3% tidak membutuhkan bedak yang banyak pada kulit bayi untuk mencegah terjadinya iritasi. Pencegahan ruam popok dapat dilakukan dengan mengetahui penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu mengurangi kelembaban dan gesekan pada kulit, memilih popok yang baik, menjaga kebersihan kulit dan sawar kulit, mengurangi iritasi kulit (2). (2) Pencegahan yang baik dapat didasari oleh pengetahuan yang baik pula. Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap suatu objek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (14). (14) Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Andri Tri Kusumaninrum tahun 2015 tentang Hubungan Sikap Orang tua dan Tindakan Pencegahan dengan Kejadian Diapers Dermatitis Pada Neonatus. Hasil penelitian menunjukkan seluruh orang tua mempunyai tindakan pencegahan kurang 12 (100%) dimana sebagian besar terjadi diaper dermartitis ringan yakni 7 (58,3%). Terdapat hubungan tindaakan pencegahan dengan kejadian ruam popok, dengan tingkat signifikansi 0,034 (4). (4) 40 Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Semakin tinggi pengetahuan ibu tentang ruam popok maka akan semakin besar pencegahan yang akan dilakukan ibu terhadap kejadian ruam popok (14). (14) Pencegahan dilakukan sebelum masalah itu terjadi. Pencegahan kurang yaitu kurangnya pencegahan yang dilakukan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan oleh setiap manusia. Jika pencegahan orang tua kurang, kemungkinan besar bayinya akan mengalami ruam popok dan jika orang tua pencegahannya baik yang meliputi memperhatikan hygiene, kelembaban kulit daerah bokong, waktu mengganti popok atau diapers (popok sekali pakai) sangat diperhatikan, otomatis bayi akan terhindar dari ruam popok (10). (10) Menurut asumsi peneliti pencegahan merupakan tingkah laku seseorang dalam melaksanakan perawatan pada bayinya supaya terhindar dari ruam popok, jika pencegahan orang tua baik bayinya akan terhindar dari ruam popok. Mencegah ruam popok yang tepat adalah sering mengganti popok, bilas sisa deterjen yang masih menempel pada popok yang menyebabkan ruam, bilas atau seka dengan baik setiap mengganti popok, cucilah pantat bayi jika popok sekali pakai bocor dan terdapat bau amonia pada pantat bayi, ulas pantat bayi dengan lembut dengan menggunakan handuk atau kain katun yang bersih. Orangtua hendaknya meningkatkan pencegahan pada bayinya dengan cara menjaga kebersihan kulit bayi dan selalu memperhatikan popok bayi, bila popok bayi sudah basah, popok harus segera diganti supaya kulit bayi tidak lembab dan selalu terjaga kebersihannya sehingga ruam popok tidak terjadi pada bayi. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan tentang hubungan pencegahan kejadian ruam popok pada bayi usiah 0-12 bulan di Puskesmas Gunung Sitember Tarigan tahun 2018 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil uji univariat variabel mengenai pencegahan ruam popok dari 36 orang ibu di Puskesmas Gunung Sitember, mayoritas ibu pencegahannya pada kejadian ruam popok adalah kurang sebanyak 19 orang (52,8%). 2. Hasil uji univariat variabel mengenai kejadian ruam popok dari 36 orang ibu di Puskesmas Gunung Sitember, mayoritas bayinya mengalami kejadian ruam popok sebanyak 21 orang (58,3%). 3. Ada hubungan yang signifikan antar pencegahan denan kejadian ruam popok pada bayi 0-12 di Puskesmas Gunung Sitember karena memiliki nilai sig-p 0,003< sig α 0,005. 5.2. Saran Sebaiknya lebih meningkatkan pencegahan karena semakin baik pencegahan maka semakin kecil kejadian ruam popok pada bayi 0-12 bulan. a. Bagi Responden Lebih banyak mencari informasi terkait manfaat dan bahaya penggunaan popok sehingga pencegahan ibu dapat meningkat. 41 42 b. Bagi Institusi Lebih mengarahkan mahasiswa agar penelitian lebih baik dan efisien. c. Bagi Tempat Penelitian Puskesmas sebaiknya memberikan penyuluhan tentang ruam popok dalam upaya peningkatan pengetahuan agar dapat meningkatkan pencegahan ibu terhadap ruam popok pada bayinya. d. Bagi Penelitian Selanjutnya Peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian lebih mendalam tentang hubungan pencegahan dengan kejadian ruam popok pada bayi 0-12 bulan misalnya dengan memperbesar are penelitian dan jumlah sampel. DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. Maryanti, dkk,. Neonatus, bayi dan balita, 2013. Filasary, Derajat daiaper rush pada bayi usia 0-12 bulan di RSUD Wahidin sudirohusodo kota mojokerto, 2016. Aisyah,. Hubungan pemakaian diapers dengan kejadian ruam popok pada bayi usia 6-12 bulan, 2015. Kusumaningrum, Hubungan sikap orangtua dan tindakan pencegahan dengan kejadian diaper dermatitis pada neonates, 2015. Sujatni, dkk, Pengaruh lamanya pemakaian diapers terhadap ruam diapers pada anak diare usia 6-12 bulan di RSUD tugurejo semarang, 2015 Utama, Penanganan eksim pada bayi dan anak, 2015. Boediarja. Perawatan kulit pada bayi dan balita, 2015 Ardinasari, eiyta, Penyakit anak dan bayi, 2016. Bahaya penggunakan popok, 2014. Diakses tanggal 02 juli di laman http://sharingdisana.com/2014/06/02/ bahaya penggunaanpopok, 2017 Memakai clodi dan pospak, 2016.Diakses pada tanggal 02 juli 2017 di laman http://memakai clodi dan pospak.com/31jan 2016 Muhammad, iman, Panduan penyusunan karya tulis ilmiah bidang kesehatan menggunakan metode ilmiah. Bandung: Cipta pustaka Media Perintis, 2016. Turnip, Hubungan pencegahan ruam popok pada bayi di klinik sally tahun 2014. Muhammad, iman. Pemanfaatan SPSS dalam bidang kesehatan dan umum. Bandung: Ciptapustaka Media Perintis, 2016 Notoadmodjo, Metode Penelitian: Rineka Cipta, 2016. Notoatmodjo. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta; 2013. S,Maryani S,R, pinem S. jurnal Obstetrika Scientiae d. Natawijaya. Editor. Jakarta: Trans Info Media ; 2015 Suryati, Diaper Rush pada Bayi, 2016 Notoadmodjo, metode penelitian:rineka cipta,2016 Yeyeh A. Yulianti,L,M, Susilawati, Dikta kuliah asuhan kebidanan pada neonatus,2nd.jakarta: trans info media,2014 Prawirohardjo s. Ilmu kebidanan.4th ed. Rachimhadhi t, editor. Jakarta : PT. Bina Pustaka ; 2014 43 44 Lampiran 1 LEMBAR KUESIONER HUBUNGAN PENCEGAHAN DENGAN KEJADIAN RUAM POPOK PADA BAYI USIA 0-12 BULAN DI PUSKESMAS GUNUNG SITEMBER KEC GUNUNG SITEMBER TAHUN 2018 A. IDENTITASS RESPONDEN Nomor responden : Nama responden : Data Ibu : Data Bayi : Umur : Umur Pendidikan : Anak Ke : Pekerjaan : : B. Pencegahan Berilah tanda ceklis (√) pada kotak yang sesuai dengan diri saudara Bila ada pernyataan yang kurang dimengerti dapat di tanyakan pada peneliti No Pernyataan 1. Pada saat menggunakan popok sekali pakai saya menggantikannya bila popok sudah bocor 2. Ibu segera mengganti popok, terutama buang air besar. 3. Pada malam hari ibu menggunakan popok yang dapat menampung urine sepanjang malam. 4. Sebelum memakai popok baru ibu mengeringkan kulit bayi dengan kain. 5. Saya membutuhkan menggunakan popok. bedak/krim Ya sebelum Tidak 45 6. Setelah dibersihkan kulit bayi langsung saya taburkan bedak. 7. Ibu membutuhkan bedak yang banyak pada kulit bayi untuk mencegah terjadinya iritasi. 8. Ibu memakai popok pada bayi selama 8 jam/hari. 9. Ibu menggunakan popok yang ketat agar urine tidak berceceran atau tumpah. 10. Pada saat mengganti popok karena buang air besar ibu membersihkan kulit dengan menggunakan sabun dan kemudian dibilas dengan air bersih. B. Ruam Popok NO Pernyataan Ya 1. Kulit bayi tampak berkilat disertai lecet pada daerah belakang atau selamgkangan. 2. Kulit bayi tampak beruntus-beruntus kemerahan bengkak, basah. 3. Bayi mengalami bintik-bintik merah muda dibelakang dan selangkangan. Tidak Responden ( ) 46 Lampiran 2 Master Data Validitas Pencegahan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 P1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 P2 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 N0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 P3 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 P4 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 P5 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 P6 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 P7 P8 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 P9 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 P10 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 Master Data Validitas Ruam Popok p1 p2 p3 jumlah 1 1 0 2 1 1 1 3 1 1 1 3 0 0 0 0 1 1 0 2 1 1 1 3 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3 0 0 0 0 1 1 1 3 1 1 1 3 1 1 1 3 Total 8 1 8 0 10 1 0 1 9 9 10 2 10 1 4 47 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 2 0 3 3 2 1 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 Lampiran 3 MASTER TABEL PENELITIAN HUBUGAN PENCEGAHAN DENGAN KEJADIAN RUAM POPOK PADA BAYI USIA 0-12 BULAN DI PUSKESMAS GUNUNG SITEMBER KECAMATAN GUNUNG SITEMBER TAHUN 2018 No Umur Pendidikan Pekerjaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 26 28 21 22 23 25 24 29 24 26 20 28 25 24 26 27 SMA SMP SMA SMA SMA SMA SMP SMA SMP SMA SMA SMA SMA SMP SMA SMA IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT Guru IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT Pencegahan Tot_p Ket_p p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 7 2 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 4 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 3 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 4 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 4 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 4 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 6 2 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 6 2 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 3 2 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 5 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 3 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 5 2 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 6 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 4 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 3 1 48 Penjabaran baik kurang kurang kurang kurang kurang baik baik kurang baik kurang kurang baik kurang kurang kurang Kejadian Ruam Popok Tot_r Ket_r p1 p2 p3 0 0 0 0 0 1 1 1 3 1 1 1 1 3 1 0 0 0 0 0 1 1 0 2 1 1 1 1 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3 1 0 0 0 0 0 1 1 1 3 1 1 1 1 3 1 1 1 1 3 1 1 1 1 3 1 1 1 1 3 1 1 1 1 3 1 Penjabaran tidak ya ya tidak ya ya tidak tidak ya tidak ya ya ya ya ya ya 49 17 18 19 19 20 21 22 23 24 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 26 24 28 25 26 23 22 28 25 24 26 25 23 22 27 30 26 24 23 22 SMA SMP SMA SMP SMA SMA SMP SMP SMA SMA SMA SMA SMP SMP SMP SMA SMA SMA SMP SMP Ket. Pencegahan 1= kurang 2= baik IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 Ket. Kejadian Ruam 0= tidak 1= ya 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 2 6 6 2 6 7 6 7 7 6 6 5 7 3 5 7 4 4 7 4 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 kurang baik baik kurang baik baik baik baik baik baik baik kurang baik kurang kurang baik kurang kurang baik kurang 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 3 2 0 3 3 2 0 0 3 0 0 0 0 2 3 0 3 0 0 2 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 ya ya tidak ya ya ya tidak tidak ya tidak tidak tidak tidak ya ya tidak ya tidak tidak ya Lampiran 4 Hasil Uji Validitas Pencegahan p1 p1 Pearson Correlation p2 p2 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N p3 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N p4 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N p5 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N p6 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N p7 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N p8 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N p9 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N p1 Pearson Correlation 0 Sig. (2-tailed) N p4 p5 p6 .732** .732** .600* .875** .002 .002 .018 15 15 15 .732** 1 1 Sig. (2-tailed) N p3 .002 p7 p8 p9 p10 jumlah .607* .764** .607* .873** .764** .935** .000 .016 .001 .016 .000 .001 .000 15 15 15 15 15 15 15 15 .464 .327 .607* .339 .491 .600* .491 .735** .081 .234 .016 .216 .063 .000 .018 .063 .002 15 15 15 15 15 15 .875* * 15 15 15 15 15 .732** .464 1 .600* .607* .607* .764** .607* .600* .764** .835** .002 .081 .018 .016 .016 .001 .016 .018 .001 .000 15 15 15 15 15 15 15 15 15 .491 .491 .667** .491 .444 .667** .714** .063 .063 .007 .063 .097 .007 .003 15 15 15 15 15 15 15 .464 .600* .464 .764** .600* .802** .081 .018 .081 .001 .018 .000 15 15 .600* .327 .600* .018 .234 .018 15 15 15 .875** .607* .607* .491 .000 .016 .016 .063 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 .607* .339 .607* .491 .464 1 .600* .464 .491 .873** .735** .016 .216 .016 .063 .081 .018 .081 .063 .000 .002 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 .764** .491 .764** .667** .600* .600* 1 .600* .667** .722** .851** .001 .063 .001 .007 .018 .018 .018 .007 .002 .000 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 .607* .875** .607* .491 .464 .464 .600* .491 .600* .768** .016 .000 .016 .063 .081 .081 .018 .063 .018 .001 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 .873** .600* .600* .444 .764** .491 .667** .491 1 .667** .816** .000 .018 .018 .097 .001 .063 .007 .063 .007 .000 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 .764** .491 .764** .667** .600* .873** .722** .600* .667** 1 .885** .001 .063 .001 .007 .018 .000 .002 .018 .007 15 15 15 15 15 15 15 15 15 1 15 50 1 1 15 .000 15 15 51 ju Pearson Correlation ml ah Sig. (2-tailed) N .935** .735** .835** .714** .802** .735** .851** .000 .002 .000 .003 .000 .002 .000 15 15 15 15 15 15 15 .768* .816** .885** .001 .000 .000 15 15 15 * **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Uji Validitas Ruam Popok p1 p1 Pearson Correlation p2 p2 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N p3 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N jumlah Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N jumlah .732** .732** .941** .002 .002 .000 15 15 15 15 .732** 1 .464 .839** .081 .000 1 Sig. (2-tailed) N p3 .002 15 15 15 15 .732** .464 1 .839** .002 .081 15 15 15 15 .941** .839** .839** 1 .000 .000 .000 15 15 15 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). .000 15 1 15 52 Lampiran 5 OUTPUT HASIL PENELITIAN 1. ANALISIS UNIVARIAT N Valid Statistics Pencegaha n 36 ruam_popok 36 Missing 0 0 Frequency Table pencegahan Valid kurang baik Total Frequency 19 17 36 Percent 52.8 47.2 100.0 Valid Percent 52.8 47.2 100.0 Cumulative Percent 52.8 100.0 ruam_popok Valid tidak terjadi terjadi Total pencegahan * ruam_popok Frequency 15 21 36 Percent 41.7 58.3 100.0 Valid Percent 41.7 58.3 100.0 Cumulative Percent 41.7 100.0 Case Processing Summary Cases Valid Missing N Percent N Percent Total N Percent 36 36 100.0% 0 0.0% 100.0% 53 2.ANALISIS BIVARIAT pencegahan * ruam_popok Crosstabulation ruam_popok tidak terjadi terjadi pencegahan kurang Count 3 16 baik Total % within pencegahan Count % within pencegahan Count % within pencegahan 15.8% 12 70.6% 15 41.7% 84.2% 5 29.4% 21 58.3% Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2Value df sided) sided) a 11.085 1 .001 8.945 1 .003 11.731 1 .001 .002 Total 19 100.0% 17 100.0% 36 100.0% Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio Fisher's Exact Test .001 Linear-by-Linear 10.777 1 .001 Association N of Valid Cases 36 a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.08. b. Computed only for a 2x2 table