INTEGRASI KONSEP ISLAM DAN PERSPEKTIF EKOLOGI DI SEKOLAH ALAM SEBAGAI ALTERNATIF PENDIDIKAN LINGKUNGAN DALAM MENGATASI KRISIS EKOLOGI HIDAYAT SYARIFUDDIN ESTI ROHIMAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................ 1 DAFTAR ISI ................................................................................................... 2 ABSTRAK ....................................................................................................... 3 PENDAHULUAN ........................................................................................... 3 Latar Belakang ................................................................................................. 3 Perumusan Masalah ........................................................................................ 5 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 6 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................... 7 Metode Penelitian............................................................................................ 8 Kerangka Pemikiran ........................................................................................ 9 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 10 Pengertian Lingkungan ................................................................................... 10 Lingkungan dalam Konsep Islam ................................................................... 11 Krisis Ekologi ................................................................................................. 17 Perspektif Ekologi ........................................................................................... 18 Pendidikan Lingkungan .................................................................................. 19 HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 21 Ganbaran Umum Lokasi ................................................................................. 21 Konsep Islam dan Perspektif Ekologi Sekolah Alam Bogor .......................... 25 Konsep Islam dan Perspektif Ekologi School of Universe, Parung, Bogor .... 30 Peran Pendidikan Lingkungan di Sekolah Alam sebagai Solusi adanya Krisis Ekologi ................................................................................................. 33 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 36 Kesimpulan ..................................................................................................... 36 Saran ................................................................................................................ 36 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 37 BIODATA PENULIS ..................................................................................... 38 2 INTEGRASI KONSEP ISLAM DAN PERSPEKTIF EKOLOGI DI SEKOLAH ALAM SEBAGAI ALTERNATIF PENDIDIKAN LINGKUNGAN DALAM MENGATASI KRISIS EKOLOGI Hidayat Syarifuddin dan Esti Rohimah Institut Pertanian Bogor ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses intregasi konsep Islam dan perspektif ekologi di sekolah alam dan menganalisis peran pendidikan lingkungan di sekolah alam dalam mengatasi krisis ekologi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan strategi studi kasus. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Alam Bogor, Tanah Baru Bogor dan School of Universe, Parung, Bogor pada bulan April- Mei 2007 yang mencakup meliputi persiapan, pengumpulan data, dan analisis data serta penulisan laporan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekolah alam secara umum sudah menerapkan sistem pembelajaran yang didasarkan pada Al Quran dan As Sunnah dan empat perspektif ekologi, yaitu holistik, kebelanjutan, keanekaragaman, dan keseimbangan (Ife, 2002), meskipun masih memiliki kekurangan dalam proses penerapannya. Sekolah alam memiliki empat pilar proses pembelajaran, antara lain akhlak, logic science, kepemimpinan, dan kewirausahan. Hal inilah yang menyebabkan nilai, etika, dan moral anak dapat terbentuk sejak anak usia dini sehingga membentuk generasi muda yang berakhlak mulia dan memiliki kepedulian lingkungan yang besar. Hal ini akan menimbulkan suatu kesadaran lingkungan yang akan dapat menyelesaikan masalah krisis ekologi. Pendidikan lingkungan menjadi pembelajaran yang penting di sekolah alam, namun dalam kenyatanya pendidikan lingkungan yang diberikan di sekolah alam masih belum diimbangi dengan pendidikan lingkungan yang diberikan di keluarga, sebagai tempat pertama dan utama dalam membentuk pola perilaku anak. Kata Kunci : Sekolah Alam, Pendidikan Lingkungan, Perspektif Ekologi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah lingkungan hidup merupakan masalah kompleks yang sudah menyeruak dan menjadi narasi serta diskursus baru di tengah-tengah derasnya arus pembangunan yang digalakkan oleh banyak negara maju dan berkembang. Kerusakan dan pencemaran lingkungan yang terus berlangsung lebih dari empat dekade ini, telah berakumulasi sedemikian luas, sehingga menyentuh berbagai sendi dan jenjang sejak tingkat individu, rumah tangga, kelompok, komunitas lokal hingga global, serta terkait satu 3 sama lain. Inilah yang sering kita sebut sebagai krisis ekologi, yaitu krisis hubungan antara manusia (dan kebudayaan dengan lingkungan hidup) tempat berlindung, bermukim, dan mengeksploitasi sumber daya alam (Adiwibowo, 2007). Beberapa isu yang terdapat dalam Human Development Report 2006 adalah meningkatnya Global Warming, krisis air dan kemiskinan. Isu yang ada tersebut merupakan isu krisis ekologi yang sedang melanda bumi. Indonesia sebagai salah satu bagian dari bumi turut merasakan dampak dari adanya berbagai krisis ekologi. Sebagai makhluk yang memiliki kemampuan adaptasi paling tinggi, manusia melakukan berbagai upaya penyesuaian guna mengatasi masalah yang terjadi dengan cara yang disadari maupun tidak disadari. Salah satu cara yang ditempuh manusia untuk dapat mempertahankan eksistensinya di bumi adalah dengan kembali memperhatikan lingkungan. Saat ini banyak sekali dikumandangkan slogan-slogan yang berbunyi ”back to nature”. Selain itu, untuk mengatasi krisis ekologi yang terjadi saat ini, seharusnya juga memperhatikan akar krisis dan upaya penanggulangannya secara holistik yang berlandaskan paradigma ekologi. Masalah lingkungan hidup (krisis ekologi) di atas tidak dapat diatasi hanya melalui reposisi hubungan manusia dan lingkungan alamnya (atau banyak dikenal sebagai modernisasi ekologi), tetapi juga harus melalui reorientasi nilai, etika, dan norma-norma kehidupan yang kemudian tersimpul dalam tindakan kolektif, serta restrukturisasi hubungan sosial antar individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, dan antara kelompok dengan organisasi yang lebih besar (Adiwibowo, 2007). Reorientasi nilai, etika, dan norma kehidupan, serta restrukturisasi hubungan sosial tidak lepas dari campur tangan dua institusi, yaitu institusi keluarga dan institusi pendidikan (baik formal maupun non formal). Pendidikan yang baru dan termasuk paling penting pada masa sekarang ialah pendidikan lingkungan. Pendidikan tersebut terkait dengan pengetahuan lingkungan di sekitar manusia dan menjaga berbagai unsurnya 4 yang dapat mendatangkan ancaman kehancuran, pencemaran, atau perusakan. Pendidikan lingkungan telah diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada para sahabatnya. Pendidikan lingkungan yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW adalah berdasarkan wahyu Allah SWT. Banyak ayat-ayat ilmiah Al Quran dan As Sunnah yang membahas tentang lingkungan. Tidak hanya dalam Al Quran dan As Sunnah, buku-buku yang menjelaskan mengenai lingkungan hidup, yang di dalamnya membahas secara rinci mengenai pentingnya menjaga lingkungan tidak sedikit dijumpai sekarang. Namun, seperti yang telah ada sekarang ini, berbagai bencana, pencemaran lingkungan, dan kurangnya air bersih, yang merupakan krisis ekologi masih berlangsung. Pendidikan lingkungan yang berlandaskan Al Quran dan As Sunnah, serta berdasarkan pada perspektif ekologi sangat penting dilakukan, sehingga norma, nilai, dan etika lingkungan yang ekosentrisme akan tertanam pada diri manusia. Hal ini pada akhirnya menimbulkan kesadaran akan pentingnya kelestarian lingkungan hidup. Pendidikan ini, sangat penting dilakukan mulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa, baik secara formal maupun non formal. Salah satu institusi pendidikan yang mengedepankan pendidikan lingkungan sekarang ini adalah sekolah alam. Oleh karena itu peting untuk dibahas lebih jauh mengenai integrasi konsep islam dan perspektif ekologi di Sekolah Alam sebagai alternatif pendidikan lingkungan dalam mengatasi krisis ekologi yang terjadi sekarang ini. 1.2. Perumusan Masalah Masalah krisis ekologi telah banyak menyita waktu manusia untuk mencari solusinya. Sebagian besar manusia telah berupaya keras dengan berbagai tindakan untuk mengurangi adanya krisis ekologi. Namun, ada juga yang dengan sadar maupun tidak sadar telah melakukan kegiatan yang menimbulkan kerusakan lingkungan. Pendidikan lingkungan yang berlandaskan pada Al Qur,an dan As Sunnah serta berdasarkan pada perspektif ekologi berperan penting dalam mencari solusi atas krisis ekologi. 5 Pendidikan lingkungan secara holistik merupakan suatu konsep pendidikan yang mengacu pada kesadaran manusia akan rasa sosial dan kepedulian tehadap lingkungan. Salah satu bentuknya adalah sekolah alam yang menanmkan pendidikan lingkungan yang berdasarkan pada Al Qur,an dan As Sunnah serta berdasarkan perspektif ekologi, sehingga mendorong manusia untuk peduli terhadap lingkungan. Berdasarkan latar belakang di atas, maka permaslahan hal yang akan di kaji dalam studi ini adalah 1. Bagaimana proses intregasi konsep Islam dan perspektif ekologi di sekolah alam ? 2. Bagaimana peran pendidikan lingkungan di sekolah alam dalam mengatasi krisis ekologi ? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis proses pendidikan di sekolah alam sebagai alternatif pendidikan lingkungan dalam mengatasi krisis ekologi. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan hal berikut : 1. Menganalisis proses intregasi konsep Islam dan perspektif ekologi di sekolah alam. 2. Menganalisis peran pendidikan lingkungan di sekolah alam dalam mengatasi krisis ekologi. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penulisan ini, adalah : 1. Bagi penulis, merupakan sarana untuk mengetahui sejauh mana konsep islam dan perspektif ekologi terintegrasi disekolah alam, serta sejauh mana pendidikan lingkungan di sekolah alam dapat menjadi solusi bagi adanya krisis ekologi. 2. Bagi masyarakat umum, hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai gambaran mengenai kondisi sekolah alam sebagai alternatif dari pendidikan lingkungan melalui sekolah formal dalam mengatasi krisis ekologi. 6 3. Bagi pemerintah atau pihak terkait, hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam mengambil kebijakan mengenai sistem pendidikan lingkungan yang efektif bagi anak. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Menurut Kementrian Lingkungan Hidup (2007), pendidikan lingkungan dapat dilakukan melalui jalur formal, nonformal, dan informal. Pendidikan lingkungan hidup formal adalah kegiatan pendidikan di bidang lingkungan hidup yang diselenggarakan melalui sekolah, terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi dan dilakukan secara terstruktur dan berjenjang dengan metode pendekatan kurikulum yang terintegrasi maupun kurikulum yang monolitik (tersendiri). Pendidikan lingkungan hidup nonformal adalah kegiatan pendidikan di bidang lingkungan hidup yang dilakukan di luar sekolah yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang (misalnya pelatihan AMDAL, ISO 14000, PPNS). Pendidikan lingkungan hidup informal adalah kegiatan pendidikan di bidang lingkungan hidup yang dilakukan di luar sekolah dan dilaksanakan tidak terstruktur maupun tidak berjenjang Sekolah alam adalah sebuah institusi pendidikan yang tidak hanya menerapkan kurikulum Departemen Pendidikan Nasional, tetapi juga mengembangkan kurikulum sendiri, baik mengenai kegiatan agama maupun terkait dengan alam. Penguatan pada aspek agama inilah yang merupakan integrasi dari konsep Islam di sekolah alam. Al Quran dan As Sunnah digunakan sebagai landasan dalam melakukan setiap kegiatan sehari-hari, yang dibarengi dengan integrasi perspektif ekologi. Integrasi perspektif ekologi adalah diterapkannya empat prinsip ekologi, yaitu keberlanjutan, holistik, keanekaragaman dan keseimbangan (Ife, 2002), di sekolah alam (dalam hal ini Sekolah Alam Bogor dan School of Universe, Parung, Bogor). Apabila konsep Islam dan perspektif ekologi telah terintegrasi di sekolah alam, maka akan dapat menjadi solusi dari adanya krisis ekologi, yaitu suatu keadaan dimana sistem ekologi mengalami ketidakstabilan/guncangan maupun gangguan kesetimbangan 7 pertukaran energi-materi dan informasi yang selanjutnya mengakibatkan ketidakseimbangan pada fungsi-fungsi distribusi seta akumulasi energimateri antara satu organisme dengan organisme lain dan alam lingkungannya sementara itu organisme (manusia dengan teknologi, perilaku dan organisasi sosialnya belum mampu melakukan penyesuaian yang berarti dalam mengantisipasi/merespons guncangan tersebut (Dharmawan, 2007). 1.6 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan strategi studi kasus. Pendekatan kualitatif dipilih karena mampu memberikan pemahaman yang mendalam dan rinci tentang suatu peristiwa atau gejala social serta mampu menggali berbagai realitas dan proses social maupun makna yang didasarkan pada pemahaman yang berkembang tentang pendidikan di sekolah alam. Desain penelitian ini menggunakan one time cross-sectional study dimana penelitian dilakukan hanya pada satu waktu tertentu (single period in time). Penelitian ini menghasilkan potret (snapshot) situasi pada saat tertentu. Sampelnya dipilih khusus untuk satu kali penelitian saja, namun cakupan data yang dikumpulkan tidak terbatas pada periode ketika penelitian diadakan (Purwadi 2000). Penelitian ini dilakukan di Sekolah Alam Bogor, Tanah Baru Bogor dan School of Universe, Parung, Bogor pada bulan AprilMei 2007 yang mencakup meliputi persiapan, pengumpulan data, dan analisis data serta penulisan laporan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik triangulasi metode (kombinasi beberapa metode pengumpulan data) antara lain : wawancara mendalam, observasi lapang dan penelusuran dokumen atau literatur. Data dan informasi dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengamatan berpartisipasi. Sedangkan data sekunder diperoleh dengan menelusuri beberapa literatur yang diperoleh dari dokumen atau literatur. Data-data hasil penelitian selanjutnya dianalisis secara deskriptif. 8 1.7 Kerangka Pemikiran Pendidikan lingkungan dapat menjadi solusi untuk mengatasi krisis ekologi yang menjadi permasalahan dunia. Penerapan pendidikan lingkungan pada sekolah formal melahirkan sebuah solusi yang sedang dikembangkan saat ini yaitu sekolah alam. Sekolah alam menerapkan asas pembelajaran yang berdasarkan pada konsep Islam, yaitu sesuai dengan Al Qur’an dan As Sunnah, serta berdasarkan pada perspektif ekologi. Sekolah Alam yang bisa dijadikan solusi dalam mengatasi krisis ini dengan menggunakan kurikulum dan infrastruktur yang bersahabat dengan alam, sehingga dalam pengimplementasiannya dalam menerapkan konsep pendidikan lingkungan. Hasil yang diharapkan dari sekolah alam adalah kepedulian manusia (anak) terhadap lingkungan. Krisis Ekologi Pendidikan Lingkungan Perspektif Ekologi Kurikulum Sekolah Alam Infrastruktur Konsep Islam Implementasi Kepedulian Manusia (Anak) terhadap Lingkungan Krisis Ekologi Akan Teratasi Gambar 1. Kerangka Pemikiran 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lingkungan Lingkungan adalah semua objek dan kekuatan eksternal (external forces) yang mempengaruhi suatu organisme (dalam hal ini manusia) yang diantaranya saling berinteraksi atau salah satunya dipengaruhi oleh yang lain (Campbell, Neil, Reece, dan Mitchell, 2000). Lingkungan mencakup segala hal sekeliling kita yang terkait kepadanya secara langsung atau tidak langsung, yang hidup dan kegiatan kita berhubungan dengannya dan bergantung padanya (Ananinchev dalam Notohadiprawiro, 2006). Lingkungan dapat diartikan keseluruhan keadaan luar yang mempengaruhi keberadaan organisme, masayarakat atau obyek. Dapat juga dikatan lingkungan adalah keseluruhan faktor, kakas (force) atau keadaan yang mempengaruhi atau berperan atas hidup dan kehidupan makhluk. Boleh juga disebutkan, lingkungan adalah segala gatra ekologi ditinjau dari segi manusia (Notohadiprawiro, 1992). Secara ringkas, lingkungan adalah habitat. Keadaan luar dapat dipilahkan menjadi tiga unsure menurut pengaruhnya atas hidup dan kehidupan makhluk : (1) keadaan yang diperlukan secara mutlak, (2) keadaan yang menguntungkan, dan (3) keadaan yang membahayakan. Sebagai contoh, ketersediaan udara dan air segara dalam jumlah cukup merupakan criteria keadaan yang diperlukan secara mutlak. Kemudahan wilayah dijangkau (accessed) dan dilintasi (passed through) menjadi kriteria keadaan yang menguntungkan. Pencemaran udara, air dan tanah adalah criteria keadaan yang membahayakan. (Notohadiprawiro, 1996). Dalam AMDAL di Negeri Belanda, istilah lingkungan digunakan menurut dua pengertian. Dalam peraturan perundangan lingkungan diberi arti “keseluruhan air, tanah, udara, manusia, hewan, tumbuhan, barang beserta nasabah antar masing-masing”. Kalau menyangkut satu jenis makhluk, pengertian lingkungan ialah keseluruhan factor yang dapat berpengaruh atas hidup suatu jenis makhluk (Notohadiprawiro, 1992). Di dalam Ketentuan Umum Undang-Undang R.I Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, 10 lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk didalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. 2.2 Lingkungan dalam Konsep Islam Lingkungan adalah ruang kehidupan dalam arti seluas-luasnya bagi makhluk hidup atau organisme (manusia serta flora-fauna). Jika pengertian ini digunakan untuk memahami konsep Islam tentang lingkungan, maka ada beberapa istilah Al Qur’an yang berkaitan dengan lingkungan tersebut seperti as-sama’ (jagat raya), al-ard (bumi), al-‘alamin (seluruh spesies) dan al-bi’ah (lingkungan). Lingkungan dalam konsep Islam senantiasa dipahami dalam hubungannya dengan Tuhan sebagai pencipta, pemelihara, dan sekaligus pemberi tempat bagi kehidupan yang baik serta ideal (Tim Penyusun, 2001). Karena Islam itu bukanlah semata-mata mengatur ibadah: kepentingan tiaptiap pribadi dengan Allah saja, tetapi juga memikirkan dan mengatur masyarakat.” Pesan-pesan Al-Qur'an mengenai lingkungan sangat jelas dan prospektif. Ada beberapa tentang lingkungan dalam Al-Qur'an, antara lain : lingkungan sebagai suatu sistem, tanggung jawab manusia untuk memelihara lingkungan hidup, larangan merusak lingkungan, sumber daya vital dan problematikanya, peringatan mengenai kerusakan lingkungan hidup yang terjadi karena ulah tangan manusia dan pengelolaan yang mengabaikan petunjuk Allah serta solusi pengelolaan lingkungan. Adapun As-Sunnah lebih banyak menjelaskan lingkungan hidup secara rinci dan detail. Karena Al-Qur'an hanya meletakkan dasar dan prinsipnya secara global, sedangkan As-Sunnah berfungsi menerangkan dan menjelaskannya dalam bentuk hukum-hukum, pengarahan pada hal-hal tertentu dan berbagai penjelasan yang lebih rinci. Allah telah memberikan tuntunan dalam Al-Quran tentang lingkungan hidup. Karena waktu perenungan, hanya beberapa dalil saja yang diulas sebagai landasan untuk merumuskan teori tentang lingkungan hidup 11 menurut ajaran Islam. Dua dalil pertama pembuka diskusi ini bersumber pada Surat Al An’aam 101 dan Al Baqarah 30. Dalil pertama adalah: “Allah pencipta langit dan bumi (alam semesta) dan hanya Dialah sumber pengetahuannnya”. Lalu dalil kedua menyatakan bahwa manusia diciptakan untuk menjadi khalifah di muka bumi ini, yang berarti sebagai berikut; “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Perlu dijelaskan bahwa menjadi khalifah di muka bumi itu bukan sesuatu yang otomatis didapat ketika manusia lahir ke bumi. Manusia harus membuktikan dulu kapasitasnya sebelum dianggap layak untuk menjadi khafilah. Ayat ini ditafsirkan secara lebih spesifik oleh Sayyed Hossein Nasr, dosen studi Islam di George Washington University, Amerika Serikat (Alim, 2006) dalam dua bukunya “Man and Nature (1990)” dan “Religion and the Environmental Crisis (1993)”, yang disajikan sebagai berikut: “……Man therefore occupies a particular position in this world. He is at the axis and centre of the cosmic milieu at once the master and custodian of nature. By being taught the names of all things he gains domination over them, but he is given this power only because he is the vicegerent (khalifah.) of God on earth and the instrument of His Will. Man is given the right to dominate over nature only by virtue of his theomorphic make-up, not as a rebel against heaven.” Jelaslah bahwa tugas manusia, terutama muslim/muslimah di muka bumi ini adalah sebagai khalifah (pemimpin) dan sebagai wakil Allah dalam memelihara bumi (mengelola lingkungan hidup). Seperti halnya dalil pertama, dalil ke tiga ini menyangkut tauhid. Hope dan Young dalam Alim (2006) berpendapat bahwa tauhid adalah salah satu kunci untuk memahami masalah lingkungan hidup. Tauhid adalah pengakuan kepada ke-esa-an Allah serta pengakuan bahwa Dia-lah pencipta alam semesta ini. Perhatikan firman Allah dalam Surat Al An’aam 79: “Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan” Dalil ke empat adalah mengenai keteraturan sebagai kerangka penciptaan alam semesta seperti firman Allah dalam Surat Al An’aam, dengan arti 12 sebagai berikut, “Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, dan mengadakan gelap dan terang..” Adapun dalil ke lima dapat ditemukan dalam Surat Hud 7 yang menjelaskan maksud dari penciptaan alam semesta, “Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,….Dia menguji siapakah diantara kamu yang lebih baik amalnya.” Itulah salah satu tujuan penciptaan lingkungan hidup yaitu agar manusia dapat berusaha dan beramal sehingga tampak diantara mereka siapa yang taat dan patuh kepada Allah. Dalil ke enam adalah kewajiban bagi manusia untuk selalu tunduk kepada Allah sebagai maha pemelihara alam semesta ini. Perintah ini jelas tertulis dalam Surat Al An’aam 102 yaitu, “..Dialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah pemelihara segala sesuatu” Dalil ke tujuh adalah penjabaran lanjut dari dalil kedua yang mewajibkan manusia untuk melestarikan lingkungan hidup. Adapun rujukan dari dalil ini adalah Surat Al A’raaf 56 diterjemahkan sebagai berikut; “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepadaNya……..” Selanjutnya dalil ke delapan mengurai tugas lebih rinci untuk manusia, yaitu menjaga keseimbangan lingkungan hidup, seperti yang difirmankanNya dalam surat Al Hijr 19, ”Dan kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.” Dalil ke sembilan menunjukkan bahwa proses perubahan diciptakan untuk memelihara keberlanjutan (sustainability) bumi. Proses ini dikenal dalam literatur barat sebagai: siklus Hidrologi. Dalil ini bersumber dari beberapa firman Allah seperti Surat Ar Ruum 48, Surat An Nuur 43, Surat Al A’raaf 57, Surat An Nabaa’ 14-16, Surat Al Waaqi’ah 68-70, dan beberapa Surat/Ayat lainnya. Sebagai khalifah, sudah tentu manusia harus bersih jasmani dan rohaninya. Inilah inti dari dalil ke sepuluh bahwa kebersihan jasmani merupakan bagian integral dari kebersihan rohani. Merujuk pada 13 Surat Al-Baqarah 222; “….sesungguhnya Allah senang kepada orang yang bertobat, dan senang kepada orang yang membersihkan diri.” Serta Surat Al-Muddatstsir 4-5; “..dan bersihkan pakaianmu serta tinggalkan segala perbuatan dosa.” Mengutip disertasi Abdillah dalam Alim (2006), Surat Luqman ayat 20 Allah berfirman, “Tidakkah kau cermati bahwa Allah telah menjadikan sumber daya alam dan lingkungan sebagai daya dukung lingkungan bagi kehidupanmu secara optimum. Entah demikian, masih saja ada sebagian manusia yang mempertanyakan kekuasaan Allah secara sembrono. Yakni mempertanyakan tanpa alasan ilmiah, landasan etik dan referensi memadai.” Selain itu, Abdillah juga mengutip bahwa manusia harus mempunyai ketajaman nalar, sebagai prasyarat untuk mampu memelihara lingkungan hidup. Hal ini bisa dilihat Surat Al Jaatsiyah 13 sebagai berikut; “Dan Allah telah menjadikan sumber daya alam dan lingkungan sebagai daya dukung lingkungan bagi kehidupan manusia. Yang demikian hanya ditangkap oleh orang-orang yang memiliki daya nalar memadai.” Dalil-dalil di atas adalah pondasi dari teori pengelolaan lingkungan hidup yang dikenal dengan nama “Teorema Alim” yang dirumuskan sebagai berikut: Misi manusia sebagai khalifah di muka bumi adalah memelihara lingkungan hidup, dilandasi dengan visi bahwa manusia harus lebih mendekatkan diri pada Allah. Perangkat utama dari misi ini adalah kelembagaan, penelitian, dan keahlian. Adapun tolok ukur pencapaian misi ini adalah mutu lingkungan. Berdasarkan “Teorema Alim” ini, kerusakan lingkungkan adalah cerminan dari turunnya kadar keimanan manusia. Rasulullah S.A.W. dan para sahabat telah memberikan teladan pengelolaan lingkungan hidup yang mengacu kepada tauhid dan keimanan. Seperti yang dilaporkan Sir Thomas Arnold dalam Alim (1931) bahwa Islam mengutamakan kebersihan sebagai standar lingkungan hidup. Standar inilah yang mempengaruhi pembangunan kota Cordoba. Menjadikan kota ini 14 memiliki tingkat peradaban tertinggi di Eropa pada masa itu. Kota dengan 70 perpustakaan yang berisi ratusan ribu koleksi buku, 900 tempat pemandian umum, serta pusatnya segala macam profesi tercanggih pada masa itu. Kebersihan dan keindahan kota tersebut menjadi standar pembangunan kota lain di Eropa. Selain beberapa dalil di atas, dalam Al Qur’an dan As-sunnah juga masih terdapat beberapa hal terkait lingkungan, antara lain : Lingkungan Sebagai Suatu Sistem Suatu sistem terdiri atas komponen-komponen yang bekerja secara teratur sebagai suatu kesatuan. Atau seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas (Depdikbud, 1990). Lingkungan terdiri atas unsur biotik (manusia, hewan, dan tumbuhan) dan abiotik (udara, air, tanah, iklim dan lainnya). Allah SWT berfirman : "Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gununggunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakannya pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezeki kepadanya." (QS. 15 : 19-20) Hal ini senada dengan pengertian lingkungan hidup, yaitu sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang menentukan perikehidupan serta kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya (Kementrian Lingkungan Hidup, 1982). Atau bisa juga dikatakan sebagai suatu sistem kehidupan dimana terdapat campur tangan manusia terhadap tatanan ekosistem. Pembangunan Lingkungan Hidup Lingkungan hidup sebagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan manusia guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Allah SWT berfirman : "Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya, dan makanlah sebagian dari rizki-Nya. Dan hanya kepada-Nya lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. " (QS. 67 : 15) 15 Akan tetapi, lingkungan hidup sebagai sumber daya mempunyai regenerasi dan asimilasi yang terbatas. Selama eksploitasi atau penggunaannya di bawah batas daya regenerasi atau asimilasi, maka sumber daya terbaharui dapat digunakan secara lestari. Akan tetapi apabila batas itu dilampaui, sumber daya akan mengalami kerusakan dan fungsinya sebagai faktor produksi dan konsumsi atau sarana pelayanan akan mengalami gangguan (Soemarwoto, 1997). Oleh karena itu, pembangunan lingkungan hidup pada hakekatnya untuk pengubahan lingkungan hidup, yakni mengurangi resiko lingkungan dan atau memperbesar manfaat lingkungan. Sehingga manusia mempunyai tanggung jawab untuk memelihara dan memakmurkan alam sekitarnya. Allah SWT berfirman : "Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata : "Hai kaumku, sembalah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) dan lagi memperkenankan (do'a hamba-Nya)." (QS. 11 : 61) Upaya memelihara dan memakmurkan tersebut bertujuan untuk melestarikan daya dukung lingkungan yang dapat menopang secara berkelanjutan pertumbuhan dan perkembangan yang kita usahakan dalam pembangunan. Walaupun lingkungan berubah, kita usahakan agar tetap pada kondisi yang mampu untuk menopang secara terus-menerus pertumbuhan dan perkembangan, sehingga kelangsungan hidup kita dan anak cucu kita dapat terjamin pada tingkat mutu hidup yang makin baik. Konsep pembangunan ini lebih terkenal dengan pembangunan lingkungan berkelanjutan (Mitchell, 2000). Tujuan tersebut dapat dicapai apabila manusia tidak membuat kerusakan di bumi, sebagaimana firman Allah SWT "Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo'alah kepada-Nya dengan rasa takut dan 16 harapan. Sesungguhnya Allah amat dekat kepada orang yang berbuat baik." (QS. 7 : 56) 2.3 Krisis Ekologi Krisis Ekologi merupakan suatu keadaan dimana sistem ekologi mengalami ketidakstabilan/guncangan maupun gangguan kesetimbangan pertukaran energi-materi dan informasi yang selanjutnya mengakibatkan ketidakseimbangan pada fungsi-fungsi distribusi seta akumulasi energimateri antara satu organisme dengan organisme lain dan alam lingkungannya sementara itu organisme (manusia dengan teknologi, perilaku dan organisasi sosialnya belum mampu melakukan penyesuaian yang berarti dalam mengantisipasi/merespons guncangan tersebut (Dharmawan, 2007). Krisis ekologi, yakni krisis hubungan antar manusia (dan kebudayaanya) dengan lingkungan hidup tempat mereka berlindung, bermukim, dan mengeksploitasi sumberdaya alam. Dengan memandang persoalan lingkungan hidup sebagai krisis ekologi maka terbentang jalan yang luas untuk memperbaiki ketidakseimbangan hubungan tersebut. Masalah lingkungan hidup tidak dapat diatasi hanya melalui reposisi hubungan manusia dengan lingkungan alamnya, tetapi juga harus melalui reorientasi nilai, etika dan norma-norma kehidupan yang kemudia tersimpul dalam tindakan kolektif, serta restrukturisasi hubungan sosial antar individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, dan antara kelompok dengan organisasi yang lebih besar (misal negara, lembaga internasional). Etika lingkungan dalam (ekosentrisme) memandang bahwa manusia merupakan bagian dari seluruh ekosistem yang ada di alam, yang semuanya mempunyai nilai baik biotik maupun abiotik. Penyebab berlangsungnya krisis ekologi antara lain pola ekstraksi selaras alam berubah ke cara-cara eksploitasi-industrial terhadap sumberdaya alam yang sangat rakus, eksistensi manusia makin dominan dalam menguasai alam, kapasitas adaptasi manusia yang lebih besar, dan makin terbatasnya ruang, materi (sumberdaya) serta energi. 17 Manusia telah diperingatkan Allah SWT dan Rasul-Nya agar jangan melakukan kerusakan di bumi, akan tetapi manusia mengingkarinya. Allah SWT berfirman : "Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah membuat kerusakan di muka bumi", mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orangorang yang mengadakan perbaikan." (QS. 2 : 11). Keingkaran mereka disebabkan karena keserakahan mereka dan mereka mengingkari petunjuk Allah SWT dalam mengelola bumi ini. Sehingga terjadilah bencana alam dan kerusakan di bumi karena ulah tangan manusia. Allah SWT berfirman : "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)". Katakanlah : "Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)." (QS. 30 : 41-42). Dalam Al Quran, terdapat kisah dramatis tentang bencana lingkungan. Salah satunya adalah peristiwa banjir. Banjir pernah menimpa kaum Nabi Nuh AS (QS.7:59-64; 11:32-49; 71: 5-20), kaum Nabi Hud (QS.7:65-72; 11:50-58), dan negeri Saba (QS.34:16). Musibah yang menimpa ketiga kaum itu terjadi karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah (QS.7:64). Dalam tradisi tafsir,kata “ayat-ayat Allah” bukan hanya berarti ayat yang tertulis dalam Al Qur’an, melainkan juga ayat yang tidak tertulis yang terhampar dalam lingkungan. Ungkapan “mendustakan ayat-ayat Allah” dalam konteks ekologi bisa diartikan “tidak mengindahkan hukum ekologi atau lingkungan”, sehingga terjadilah malapetaka banjir yang menyengasarakan manusia. 2.4 Perspektif Ekologi Falsafah atau prinsip-prinsip dasar yang terkandung di dalam teori dan konsep-konsep ekologi selain menjadi kebijakan bagi fomulasi paradigma dan etika ekologi, juga dikembangkan sebagai perspektif ekologi. Ife (2002) memperkenalkan empat prinsip ekologi yang banyak digunakan sebagai perspektif oleh kalangan intelektual, ilmuwan, dan penggiat hijau atau 18 green. Empat prinsip ini menimbulkan beberapa konsekuensi, yakni: 1) holistik (holism) : filosofi ekosentrik, respek pada kehidupan dan alam, menolak solusi linear, perubahan yang bersifat organik. 2) keberlanjutan (sustainibility) : konservasi mengurangi konsumsi ekonomi tanpa menekankan pada pertumbuhan, Kendala pada pengembangan teknologi 3) keanekaragaman (diversty) : anti kapitalis, menghrai perbedaan, tidak ada jawaban tunggal atas suatu masalah, desntralisasi, jejaring (networking) dan komunikasi lateral, teknologi tepat guna (lower level technology). 4) keseimbangan (equilibrium) : global/lokal, yin/yang, gender, hak/tanggung jawab, perdamaian dan kerjasama 2.5 Pendidikan Lingkungan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak manusia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain (Kementrian Lingkungan Hidup, 2007). Pendidikan lingkungan hidup dapat dilakukan melalui jalur formal, nonformal, dan informal. Pendidikan lingkungan hidup formal adalah kegiatan pendidikan di bidang lingkungan hidup yang diselenggarakan melalui sekolah, terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi dan dilakukan secara terstruktur dan berjenjang dengan metode pendekatan kurikulum yang terintegrasi maupun kurikulum yang monolitik (tersendiri). Pendidikan lingkungan hidup nonformal adalah kegiatan pendidikan di bidang lingkungan hidup yang dilakukan di luar sekolah yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang (misalnya pelatihan AMDAL, ISO 14000, PPNS). Pendidikan lingkungan hidup informal adalah kegiatan pendidikan di bidang lingkungan hidup yang dilakukan di luar sekolah dan dilaksanakan tidak 19 terstruktur maupun tidak berjenjang. Kelembagaan pendidikan lingkungan hidup adalah seluruh lapisan masyarakat yang meliputi pelaku, penyelenggara dan pelaksana pendidikan lingkungan hidup, baik di jalur formal, nonformal dan informal. Menurut Kementrian Lingkungan Hidup, pendidikan lingkungan hidup bertujuan untuk mendorong dan memberikan kesempatan kepada masyarakat memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang pada akhirnya dapat menumbuhkan kepedulian, komitmen untuk melindungi, memperbaiki serta memanfaatkan lingkungan hidup secara bijaksana, turut menciptakan pola perilaku baru yang bersahabat dengan lingkungan hidup, mengembangkan etika lingkungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup. Sedangkan tujuan pendidikan lingkungan hidup untuk pembangunan berkelanjutan menurut IEEP Pasca-KTT Bumi (Departemen KSHE-IPB, 2007) : 1. Mengembangkan kepekaan individu dan kelompok komunitas dan bangsa terhadap kesalingtergantungan antar aspek-aspek ekologi, ekonomi dan sosial budaya. 2. Memberikan kesempatan kepada semua orang untuk mendapatkan kesadaran, pengetahuan, keahlian dan komitmen untuk melindungi dan memperbaiki tata lingkungan. 3. Membentuk pola perilaku yang ramah lingkungan. 4. Mengembangkan etika lingkungan. 5. Memberantas buta lingkungan. 6. Meningkatkan kualitas hidup. 20 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Ganbaran Umum Lokasi 1). Sekolah Alam Bogor Sekolah Alam Bogor (SAB), sebuah sekolah yang dibangun di atas lahan kira-kira seluas setengah hektar ini adalah sekolah yang di bangun penuh mimpi oleh para pendirinya. Sekolah ini kokoh berdiri di Jl Pangeran Sogiri No. 150 RT.01/04 Tanah Baru Bogor dengan status lahan yang masih sewa. Seperti halnya konsep sekolah alam lainnya, SAB memiliki konsep yang sama dengan Sekolah Alam Ciganjur yang merupakan sekolah alam pertama di Indonesia, namun pengembangan dari konsep tersebut disesuaikan dengan kondisi alam sekolah tersebut. Hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan potensi daerah masing-masing. Setiap daerah memiliki potensi yang berbeda satu sama lain, hal ini dikarenakan adanya perbedaan kondisi geografis, sosial budaya dan ekonomi. Oleh karena itu SAB memfokuskan konsepnya kepada pengembangan pertanian dan kewirausahaan. Sekolah yang didirikan pada tahun 2004 ini terdiri dari dua sub wilayah, wilayah pertama untuk murid Sekolah Dasar (SD) yang berada di sebelah kanan dan wilayah kedua untuk anak prasekolah di sebelah kiri. Dengan luas wilayah sekitar 500 m2 dan ruang kelas panggung bertingkat dua yang tidak permanen, sekolah alam ini mencoba menampakkan keasrian dan keindahan bagi siapa saja yang melihatnya. Aktivitas sekolah diadakan dari hari Senin hingga Jumat, dimulai dari pukul 08.00 dan diakhiri pukul 10.30 untuk playgroup, pukul 13.00 untuk TK, pukul 14.00 dan 16.00 untuk SD. Dari total waktu tersebut, kegiatan dibagibagi menjadi beberapa bagian, yaitu kegiatan pagi dan kegiatan utama. Kegiatan pagi meliputi shalat dhuha, hafalan doa dan surah Al-Qur’an, serta menulis diary di komputer. Setelah itu dilanjutkan untuk kegiatan utama yaitu penyampaian materi dan diakhiri istirahat sambil makan siang, sholat, serta pengulangan materi yang telah diberikan. 21 Dengan berprinsip bahwa proses pembelajaran dapat dilakukan dimana saja dan melalui apa saja, anak-anak lebih diarahkan untuk belajar langsung di alam, maka di sekolah alam ini kita akan menemukan “ Green lab “ yaitu laboratorium terpadu dengan petak-petak kebun milik masing-masing kelas yang ditanami aneka tanaman organik dan hidroponik. Pada saat panen, anak-anak sendirilah yang memetik hasil dan menjualnya kepada orangtua atau siapa saja yang kebetulan berkunjung. Selain itu, di antara dua kelas panggung terdapat bangunan vertikultur, yakni batang-batang bambu yang disusun horizontal, diikat dengan ijuk dan membentuk limas segitiga. Batang-batang bambu yang melintang dilubangi, diisi kompos, dan ditanami berbagai tanaman mini yang umumnya sayuran. dipojok tepat di samping ruang kelas juga terdapat kolam ikan lele dengan air berwarna hijau keruh, kolam ini juga merupakan tempat pembuangan air terakhir dari beberapa sumber. Apabila memasuki kawasan prasekolah yang berada tepat di pojok lahan tersebut, akan dijumpai kandang-kandang ternak yang disebut “pets zone” untuk beberapa jenis hewan seperti kambing, marmut dan kelinci tepat berdampingan dengan “recycle zone” yaitu tempat akhir pemilahan sampah yang selanjutnya akan diolah menjadi pupuk atau kreatifitas anak lainnya. Saat ini, SAB telah memiliki total sekitar dua ratus siswa untuk tiga tingkatan sekolah dasar (SD), satu kelas play group, dua kelas TK A, serta tiga kelas TK B. SAB menyediakan tenaga pengajar untuk masing-masing kelas sebanyak dua orang, seorang direktur sekolah alam, satu kepala sekolah TK, satu kepala SD, satu guru komputer, dua guru farming, satu pengurus outbond dan masing-masing satu guru untuk mendampingi dan mengajar siswa berkebutuhan khusus. Satu kelebihan dari SAB yaitu adanya kelas khusus untuk anak berkebutuhan khusus. SAB sangat fokus pada masalah kualitas. Oleh karena itu, SAB membatasi jumlah anak dalam setiap kelasnya. Mekanisme penilaian akhir siswa SAB adalah dengan memberikan dua raport akhir, yakni raport Dinas Pendidikan Kota Bogor dan raport deskriptif. Raport diknas ialah hasil belajar anak di sekolah alam dan berisi 22 data kuantitatif, sedangkan raport deskriptif memperlihatkan gambaran perkembangan anak secara kualitatif. Tidak ada sistem ranking dalam sekolah ini, karena mereka percaya setiap anak memiliki potensi yang harus dibangun, bukan dihilangkan hanya karena sistem rangking yang ada. 2). School of Universe, Parung, Bogor School of Universe merupakan sekolah alam yang berada di Jl. Raya Parung 314, Desa Lebak Wangi RT 03/01, Kelurahan Pemagar Sari, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor km 43. Sekolah ini mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut: a) Sebelah utara berbatasan dengan kota Jakarta, b) Sebelah barat berbatasan dengan Bogor, c) Sebelah timur berbatasan dengan Depok, d) Sebelah selatan berbatasan dengan Kota Bogor. Sekolah ini memiliki lahan seluas 1 Ha, yang dapat menampung siswa sebanyak 500 orang, namun hingga saat ini, siswa yang ada baru mencapai 70 orang. Keseluruhan wilayah digunakan untuk pembangunan fasilitas belajar dan lahan praktek para siswa. School of Universe adalah media pendampingan anak manusia yang bersifat praktis bukan teoritis; tempat berlangsungnya proses belajar dari pengalaman; tempat pencarian ilmu yang terus-menerus sepanjang hayat yang dapat dilakukan di mana saja, kapan saja dan bersifat tanpa paksaan (sukarela). Atas dasar itulah infrastruktur School of Universe yang paling utama adalah : 1. Alam Semesta (universe) Keanekaragaman hayati dan ekosistem yang terdapat di sekitar sekolah dimanfaatkan sebagai medium belajar aplikasi science dan technology. 2. Fasilitator (teachers) Setiap kelas akan didampingi oleh 2 fasilitator yang memiliki kualifikasi sarjana dari perguruan tinggi terbaik, kompetensi keilmuan sangat tinggi, serta mampu berbahasa dunia (dalam hal ini Inggris). Jumlah pengajar yang terdapat di SoU Saat ini sebanyak 30 orang dan ditambah dengan 2 orang staf. 3. Ruang Kelas 23 Arsitektur dan interior kelas, dirancang sesuai kebutuhan ruang standar internasional 1 orang: 15m2. Mampu menopang suasana belajarmengajar (diskusi, presentasi, menulis laporan). Setiap kelas maksimal menampung 24 siswa dan 2 orang fasilitator. Ruang kelas yang tersedia berjumlah 7 buah, dengan rincian sebagai berikut: TK A dan TK B, SD 1 dan 2, SD 3 dan 4, SD 5 dan 6, SM 1, SM 2, SM 3 dan 4. Ruang kelas yang terdapat di lokasi observasi berbeda dengan ruang kelas yang umumnya terdapat di sekolah konvensional. 4. Perpustakaan Desain arsitektur dan interior perpustakaan mengacu pada kebutuhan siswa dalam mengakses ilmu pengetahuan dan informasi. Produk pustaka yang akan dikelola mencakup buku (hard printed), CD-ROM, dan internet. 5. Resource & Workshop Room Ruangan khusus untuk menampung seluruh bahan-bahan/material yang digunakan sebagai alat peraga maupun proyek penelitian dan tempat bagi pengembangan teknologi tepat guna. 6. Outbound Sebuah media belajar luar ruang (outdoor) yang dikhususkan untuk pelatihan kepemimpinan, creative thinking, problem solving, team working, team building, strategic planning dan sekaligus sebagai latihan peningkatan jasmani. 7. Biotechnology Center Sebuah pusat bisnis bioteknologi tempat dimana anak-anak dapat belajar secara aplikatif setiap harinya. 8. Information Communication Technology Center Sebuah pusat bisnis information communication technology, tempat para siswa anak-anak belajar secara aplikatif. 9. Retail & Distribution Center Sebuah pusat bisnis retail & distribusi tempat siswa belajar secara aplikatif setiap harinya. 24 3.2 Konsep Islam dan Perspektif Ekologi Sekolah Alam Bogor Sekolah alam adalah sekolah dengan konsep pendidikan berbasis alam semesta. Secara ideal, dasar konsep tersebut berangkat dari nilai-nilai Al Qur’an dan Sunnah, yang menyatakan bahwa hakikat penciptaan manusia adalah untuk menjadi pemimpin, khalifah dimuka bumi. Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT. Surat Al Bqoroh ayat 30. ”Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepad malaikat: ”Sesungguhnya Aku hendak menjadikan (kholifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih engan memuji Engkau dan mensucikan engkau?” tuhan berfirman: ” Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak engkau ketahui.”(QS. 2:30) Oleh karena itu, para penggagas SA yakin bahwa hakikat tujuan pendidikan adalah membantu anak didik tumbuh menjadi manusia yang berkarakter. Menjadi manusia yang tidak saja mampu memanfaatkan apa yang tersedia di alam, tetapi juga mampu mencintai dan memelihara alam lingkungannya (paradigma ekosentris). Ife (2002) memperkenalkan empat prinsip ekologi antara lain holistik, keberlanjutan, keseimbangan dan keanekaragaman. Pada SAB prinsip tersebut dapat dilihat dari berbagai kegitan belajar mengajar sehari-hari di sekolah. Empat prinsip ekologi tercermin dalam kegiatan berikut ini: Holistik Metode belajar yang digunakan merupakan integrasi dari kurikulum khas sekolah alam dengan kurikulum berbasis kompetensi Pendidikan Nasional (Diknas) yang dijelmakan dalam metode “spider web”. Metode ini merupakan sistem pembelajaran dengan mengintegrasikan tema dalam semua mata pelajaran, dengan demikian diharapkan, pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran bersifat integratif, kompherensif dan aplikatif, sekaligus juga lebih “membumi”. Dengan metode ini, mereka belajar tidak hanya mendengar penjelasan guru, tetapi juga dengan melihat, merasakan dan mengikuti keseluruhan proses dari setiap pembelajaran. Kegiatan penanaman terong organik yang telah dijelaskan pada teks 1 memberikan pemahaman kepada anak tentang proses penanaman yang 25 bersifat organik. Penanamanan dengan metode ini akan mempertahankan kestabilan tanah sehingga unsur hara tetap terjaga. Kegiatan ini memberikan pemahaman kepada anak secara meyeluruh tentang proses perkembangan terotng sejak ditanam, hingga dapat dipetik atau dipanen nantinya. Teks 1 Menanam Pohon dan sayuran Salah satu pogram yang dilakukan oleh SAB untuk memupuk kepedulian anak terhadap lingkungan adalah dengan melakukan penanaman pohon dan sayuran yang dilakukan secara berkelompok. Pohon ataupun sayuran yang ditanam pun bermacam-macam, misalnya padi, terong, kangkung, dan bayam. Dalam penanaman ini pupuk yang digunakan adalah pupuk kompos, pupuk kompos di sini adalah pupuk hasil olahan sampah organik buangan SAB. Pohon tersebut dirawat dan dikelola agar dapat tumbuh dengan baik dan hasilnya dapat dijual pada kegiatan ”business day” (seminggu sekali) atau ”market day” (setiap satu semester). Keberlanjutan Kegiatan Kewirausahaan dari hasil cocok tanam mereka yang dijelaskan pada teks 1 menggambarkan bahwa anak diajarkan untuk menghargai proses, baik proses itu akan menghasilkan suatu keberhasilan ataupun kegagalan. Dari sini anak juga belajar untuk mengatur keuangan dan penjualan mereka. Harapannya, suatu saat nanti ketika mereka menjadi pelaku-pelaku di dunia ekonomi mereka tidak hanya mengandalkan pertumbuhan ekonomi yang cepat tanpa memperhatikan proses dan tidak bersifat kapitalis. Tentang konsep keberlanjutan, Allah SWT menjelaskan dalam surat Al A’raf ayat 57, ” Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu kami turunkan hujan di daerah itu berbagai buahbuahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang yang telah mati, mudahmudahan kamu mengambil pelajaran”. Ayat ini menjelaskan bahwa adanya keberlanjutan dari setiap tindakan manusia merupakan suatu keharusan, karena islam sendiri telah mengajarkan umatnya untuk menerapkan konsep keberlanjutan. 26 SAB menyediakan tempat sampah yang sesuai dengan sifat sampah, yaitu sampah organik, sampah anorganik, dan sampah basah, serta menampung sampah dari yang bisa digunakan kembali dari luar sekolah, terutama dari keluarga. Sikap membuang sampah pada tempatnya ini merupakan ajaran dasar Islam, yaitu mengenai kebersihan. Mengenai perintah untuk hidup bersih, Allah menjelaskan dalam surat Surat Al-Baqarah 222; “….sesungguhnya Allah senang kepada orang yang bertobat, dan senang kepada orang yang membersihkan diri.” Serta Surat Al-Muddatstsir 4-5; “..dan bersihkan pakaianmu serta tinggalkan segala perbuatan dosa.” Pengelolaaan sampah tersebut dilakukan dengan metode reduce, recycle, dan reuse. untuk mengelola sampah yang telah dikumpulkan, SAB menyediakan ”bengkel kreasi”. Di bengkel ini anak-anak bebas berkreasi dalam memanfaatkan sampah anorganik sedangkan sampah organik diolah menjadi pupuk kompos. Dengan kegiatan proses pengelolaan sampah ini, diharapkan anak memiliki kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya dan mampu menfaatkan sampah dalam proses daur ulang. Dalam proses pembelajaran yang berlangsung beberapa anak masih belum bisa membedakan jenis- jenis sampah tertentu, hal ini terkait tahapan perkembangan anak yang belum mencapai tahapan pemahaman abstrak. SAB juga menerbitkan Salam News (buletin sekolah alam) yang terbit sebulan sekali untuk kalangan orang tua siswa. Dalam Salam News tersebut terdapat satu pojok lingkungan yang bernama “echo of eco” atau gaung ekologi yang berisi kampanye lingkungan hidup. Keanekaragaman Filosofi keanekaragaman terlihat pada penanaman pohon dan sayuran yang bermacam-macam. Melalui proses tersebut anak belajar untuk menghargai setiap perbedaan tanaman yang ditanam masing-masing kelas. Hal ini berimplikasi terhadap pemahaman anak mengenai setiap perbedaan yang kerap muncul dalam keseharian mereka, misalnya sikap menghargai perbedaan pakaian yang mereka kenakan serta perbedaan cara menunaikan ibadah. SAB memandang keanekaragaman sebagai hakikat dari keunikan individu yang harus diakui dan dihargai, mereka juga meyakini bahwa 27 keseragaman memang tidak seharusnya terletak pada apa yang dikenakan, tetapi pada perilaku dan sikap, serta semangat belajar dan rasa ingin tahu. Dalam hal manajemen sekolah alam, penerapannya dilakukan desentralisasi penuh oleh masing-masing SA walaupun beberapa SA memilki logo dan konsep yang sama dalam manajemennya. Dalam hal membangun jejaring dan komunikasi, inovasi lain yang dilakukan SAB yaitu adanya home visit yang dilaksanakan sekali dalam satu bulan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengajarkan kepada anak untuk menjalin silaturrahmi dengan sesama. Dalam kegiatan ini anak-anak diajak untuk berkunjung ke rumah salah satu dari mereka. Di sana mereka bisa mendapatkan suasana yang mungkin berbeda dari rumahnya dan mereka juga mendapat banyak pelajaran dari orang tua siswa yang rumahnya dikunjungi. Selain itu, ada pula kegiatan kunjungan edukatif ke beberapa tempat seperti PLTA, rel kereta api, tempat yang mengalami bencana, camping dengan tema penyelamatan lingkungan, dan lain-lain. Jadi, anak-anak diharapkan dapat belajar untuk peduli terhadap lingkungan dan menumbuhkan sense of ecology. Keseimbangan Pemahaman tentang keadilan gender sudah diterapkan sejak dini. Anak lakilaki dilatih untuk melakukan kegiatan seperti cuci piring sendiri setelah makan yang pada umumnya dilakukan oleh perempuan. Hal ini melukiskan adanya keseimbangan antara hak dan tanggung jawab. Selain itu terlihat juga adanya perdamaian dan kerjasama antara laki-laki dan perempuan yang dapat terlihat dari berbagai macam kegiatan seperti main bersama, shalat berjamah, makan bersama, dan lain-lain. Islam telah memerintahkan kepada ummatnya untuk selalu hidup dengan seimbang. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Al Hijr 19, ”Dan kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.” Selain itu, mereka berusaha untuk menyajikan materi yang nantinya dapat menyeimbangkan antara otak kiri dan kanan. Selama ini sekolah konvensional terlalu menitikberatkan pada otak neokorteks. Oleh karena itu, mereka tidak sembarangan mengikutsertakan anak didiknya dalam suatu 28 kompetisi. Mereka menyadari bahwa hal utama yang lebih penting dari kompetisi yang harus ditanamkan pada setiap anak adalah berkooperatif. Anak diajarkan untuk meningkatkan kreativitas, keberanian, kepercayaan diri, kepemimpinan, sosialisasi, dan juga entrepreneurship. Untuk mencapai tujuan dari empat prinsip ekologi tersebut, para pendiri sekolah alam percaya bahwa semua proses belajar yang dilakukan harus menyenangkan. Belajar di alam terbuka, secara naluriah akan menimbulkan suasana tersebut, tanpa tekanan dan jauh dari kebosanan. Dengan begitu akan tumbuh kesadaran pada anak-anak bahwa belajar itu mengasyikkan dan sekolah pun identik dengan kegembiraan. Kondisi kegiatan SAB yang telah dijelaskan secara garis besar telah menggambarkan empat prinsip ekologi. Ada beberapa kelemahan yang kami lihat dapat menjadi bumerang bagi perkembangan kepribadian anak. Homogenitas religi yang ada di SAB ini dikhawatirkan akan menimbulkan anak kurang menghargai perbedaan walaupun dari beberapa sisi, penghargaan terhadap perbedaan terlihat nyata. Dengan ciri khas ”alam” ini dikhawatirkan anak akan cenderung kurang dapat beradaptasi dengan lingkungan baru yang cenderung formal. Ditambah lagi dengan adanya ketidakkonsistenan kedisiplinan dalam sekolah alam ini. Dari sudut pandang lingkungan, penerapan klasifikasi sampah melalui pemisahan tong sampah yang dilakukan anak-anak masih cenderung lemah. Hal ini mungkin dikarenakan konsep kongkrit yang dibutuhkan sesuai anak masih belum diaplikasikan. Kampanye lingkungan hidup melalui berbagai kegiatannya pun masih bersifat lokal di lingkungan SAB saja Pemahaman tentang sampah misalnya, masih belum menyentuh lingkungan sekitar sekolah alam tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan kerjasama semua pihak, khususnya SAB untuk dapat mempengaruhi lingkungan sekitar sekolah alam tidak hanya bertugas melahirkan anak-anak yang peduli lingkungan dan berakhlak mulia, tetapi juga menyentuh komunitas sekitar mereka yang belum mendapatkan informasi dan kesempatan. 29 3.3 Konsep Islam dan Perspektif Ekologi School of Universe, Parung, Bogor Pendirian School of Universe berdasarkan pada landasan bahwa hubungan manusia dengan Sang Pencipta, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam haruslah seimbang. School of Universe merupakan sebuah aksi global yang berupaya mewujudkan “Our Common Future” dalam konteks ikhtiar bersama dan diharapkan mampu memberikan rahmat bagi sekalian alam. School of Universe didirikan pada tanggal 17 Juli 2004 di Parung dengan menggunakan basic agama dan mata tombak bisnis. Pelopor dalam pendirian School of Universe adalah Lendo Novo Fellow Ashoka. Adapun visi dan misi yang dimiliki oleh School of Universe adalah sebagai berikut : Visi School of Universe : Mengembalikan manusia pada tujuan penciptaannya “Ingatlah ketikaTuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi...” (QS 2:30) Sebagai khalifah di muka bumi, hendaknya kita memiliki kaidah-kaidah hidup yang mencakup: Ketakwaan (cara tunduk/akhlak kepada Allah, Sang Pencipta). Logika (cara mengelola bumi sesuai dengan sunatullah/science & teknologi). Kepemimpinan (leadership yang sesuai dengan utusan-Nya, Rasulullah SAW). Dari Satu Bumi Ke Satu Dunia “Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan diantara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan...” (QS 2 :213) Misi School of Universe : Mendampingi setiap anak manusia untuk menjadi “pemimpin” di muka bumi dan menebar “rahmat” bagi sekalian alam. Membangun sebuah model peradaban manusia yang sesuai dengan cita-cita “Common Future” dalam bentuk praktis yang tertuang pada pencapaian “metode-metode pendidikan 30 baru”, “moral bersama”, “nilai-nilai kehidupan baru” dan yang paling penting adalah pola-pola “perilaku yang baru.”Menghadirkan manfaat bagi sesama dan dunia, mampu memberikan inspirasi tentang pembelajaran teladan kebaikan, sehingga seluruh umat manusia akan terpengaruh oleh “iklim” atau suasana kebaikan sehingga terjadilah tular-menular perbuatan baik. Dalam sistem pembelajaran, SoU menggunakan asas : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan...”(QS.96:1) “Aku adalah Khazanah yang tersembunyi, dan Aku ingin dikenali, maka Kuciptakan semesta...”(Hadits Qudsi) Alam semesta adalah sumber pelajaran tanpa batas. Para siswa dilatih untuk dapat “membaca” semesta dengan cara pandang utuh, menyeluruh. Khazanah semesta dibagi ke dalam tema-tema bahasan, kemudian siswa belajar mengupas tema tersebut melalui cara pandang berbagai cabang keilmuan. Sistem pengajaran “spider web” ini, akan membuat anak didik peka sekaligus terbuka dalam menyimak permasalahan dan mencari pemecahan total. Paradigma baru ini dijadikan nyawa pembelajaran, sebab dunia nyata-nyata telah teraniaya dan lelah oleh cara pandang dan pemecahan parsial ala generasi masa lalu. Pada seluruh tingkatan pendidikan, kurikulum dan penjenjangan proses pembelajaran bersifat “luwes”, senantiasa disesuaikan dengan perkembangan kejiwaan dan “keunikan dan bakat” masing-masing anak. Pada pendidikan tingkat dasar: PG, TK & SD, kurikulum terbagi dalam 3 materi pokok: Pengembangan akhlak, dengan metode “Tauladan” Pengembangan logika, dengan metode belajar “Action Learning” Pengembangan sifat kepemimpinan, dengan metode belajar “Outbound Training” Dalam pendidikan tingkat menengah (SMP-SMA) kurikulum dikembangkan dari integrasi basic kurikulum yang mencakup materi-materi pokok ujian masuk PTN maupun SAT, yaitu Matematika, IPA (kimia, fisika, biologi) 31 dan Bahasa Inggris serta Life Skill Curriculum yang berbasis pada Bioteknology, Information-Communication-Technology dan Retail & Distribution Business. Untuk mendukung model integrasi kurikulum, SoU menerapkan metode pembelajaran model Dual System yaitu suatu model pembelajaran yang telah banyak dikembangkan di Eropa terutama di Jerman. Esensi Dual System adalah model pembelajaran yang dikembangkan dari prinsip belajar yaitu belajar dari pengalaman yang terstruktur. Kegitaan yang tercemin dari perspektif ekologi (Ife, 2002) di School of Universe tidak jauh berbeda dari kegiatan yang ada di Sekolah Alam Bogor. Penerapan yang dilakukan sebagai hasil dari sistem pendidikan dan infrastruktur yang mendukung adalah tumbuhnya rasa kepedulian yang besar terhadap lingkungan, kemampuan mereka dalam mengelompokkan jenis sampah serta cara mendaur ulangnya sehingga dapat menghasilkan barang yang berguna kembali. Alat-alat pembelajaran yang digunakan juga menggunakan barang yang di daur ulang atau yang tidak terpakai. Kegiatan berkebun membuat anak lebih memahami proses perkembangan tanaman dan sayuran sehingga mampu memberikan pemahaman yang menyeluruh kepada anak, selain itu juga meningkatkan minat anak untuk makan sayuran. Kegiatan ini juga memupuk rasa tanggung jawab anak dalam merawat tanaman yang mereka tanam. Kepedulian sosial anak juga berkembang, ini dibuktikan dengan diselenggarakannya bazar setiap hari minggu, eco shop yang menyediakan barang kebutuhan masyarakat sekitar tetapi dibawah labelnya tertera bahwa produk tersebut ramah lingkungan atau tidak. Kegiatan observasi lapang di beberapa wilayah atau daerah khususnya di daerah yang memiliki kemampuan ekonomi menengah ke bawah diharapkan mampu menumbuhkan jiwa sosial dan kepedulian anak terhadap kondisi social di sekitar mereka. Rasa kebersamaan dan kerjasama juga dikembangkan di SoU, ini dibuktikan bahwa mereka dibiasakan untuk memakai peralatan menggambar secara 32 bersama-sama, saling membantu untuk melaksanakan suatu acara, dan bekerja bersama- sama dalam sebuah kelompok . Sikap tanggung jawab dan tolong menolong dibuktikan melalui kegiatan outbound, bercocok tanam, mengerjakan tugas pribadi dan selesai tepat waktu, menjaga pensil yang diberikan karena setiap siswa hanya memiliki satu pensil. Proses pemahaman kebaragaman di SoU diwujudkan dalam bentuk pakaian sekolah mereka sehari- hari. Karena tidak adanya pakaian seragam khusus, anak didik diharapkan mampu lebih menghargai perbedaan yang ada. 3.4 Peran Pendidikan Lingkungan di Sekolah Alam sebagai Solusi adanya Krisis Ekologi Islam memberikan panduan yang cukup jelas bahwa sumber daya alam dan lingkungan merupakan daya dukung lingkungan bagi kehidupan manusia. Sebab fakta menunjukkan bahwa Allah SWT, telah memberikan daya dukung lingkungan bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu hokum pelestarian lingkungan adalah wajib (Abdillah, 2005). Menurut Abdillah (2005), kelestarian lingkungan merupakan keniscayaan ekologis yang tidak dapat ditawar oleh siapapun dan kapanpun. Oleh karena itu pelestarian lingkungan harus dilakukan oleh manusia. Perintah untuk melestarikan lingkungan secara eksplisit dijelaskan oleh Allah dalam Al Qur’an surat Luqman ayat 20. “ Tidakkah kamu cermati bahwa Allah telah menjadikan suber daya alam dan lingkungan sebaga daya dukung lingkungan bagi kehidupanmu secara optimum. Entah demikian, masih saja ada sebagian manusia yang mempertanyakan kekuasaan Allah tanpa alasan ilmiah, landasan etik dan referensi memadai. Selain itu perintah untuk selalu menjaga dan melestarikan lingkungan juga dijelaskan oleh Allah swt. dalam dan surat al-jatsiyah ayat 13. “ Dan (Allah) telah menjadikan semua sumber daya alam dan lingkungan sebagai daya dukung lingkungan bagi kehidupan manusia. Ynag demikian hanya ditangkap oleh orang-orang yang memiliki perhatian serius pada lingkungan.” 33 Berdasarkan pengembangan dan pendalaman makna dua ayat tersebut di atas jelas bahwa manusia wajib mengembangkan kesadaran pelestarian lingkungan. Kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan ini dapat dilakukan melalui pendidikan lingkungan. Pendidikan lingkungan hidup sebagai salah satu upaya untuk mengubah perilaku dan sikap telah dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran tentang nilai-nilai lingkungan dan isu permasalahan lingkungan yang pada akhirnya dapat menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya pelestarian dan keselamatan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang. Menurut IEEP tahun 1977 (Departemen KSHE-IPB, 2007) pendidikan lingkungan yaitu proses yang bertujuan mengembangkan penduduk dunia agar memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan hidup seluruhnya dan segala permasalahannya serta memiliki pengetahuan sikap, keahlian, motivasi dan komitmen untuk bekerja, baik secara individu maupun kolektif, untuk memecahkan masalah saat ini dan mencegah masalah yang akan datang. Pendidikan lingkungan yang ada merupakan bagian dari pengetahuan manusia yang terintegrasi dalam setiap perilaku. Pendidikan lingkungan mengarahkan manusia agar dapat peduli dan tanggap terhadap setiap permasalahan yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem. Pendidikan lingkungan lebih konkret di wujudkan dalam kurikulum pendidikan Sekolah Alam, dimana dalam setiap kurikulumnya pendidikan lingkungan terintegrasikan. Sekolah Alam adalah sekolah dengan konsep pendidikan berbasis alam semesta. Di Sekolah Alam, tidak hanya murid yang belajar. Guru pun belajar dari murid. Bahkan orang tua juga belajar dari guru dan anak murid. Di sini murid-murid tidak hanya belajar di kelas. Mereka belajar di mana saja dan dengan siapa saja. Mereka belajar tidak hanya dari buku tapi dari apa saja yang ada di sekelilingnya. Satu hal yang pasti, bahwa mereka belajar tidak sekedar mengejar nilai, tetapi juga memanfaatkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari. Di Sekolah Alam para murid bebas mengekspresikan 34 keinginannya, tetapi tetap sesuai dengan peraturan yang telah mereka sepakati bersama. Di sekolah ini juga tidak ditekankan pada keseragaman seperti pada sekolah konvensional. Belajar di alam terbuka, secara naluriah akan menimbulkan suasana 'fun', tanpa tekanan dan jauh dari kebosanan. Dengan demikian akan tumbuh kesadaran pada anak bahwa 'learning is fun' dan sekolah identik dengan kegembiraan. Namun sebagus apapun konsep yang disusun, tidak akan sempurna hasilnya tanpa guru yang berkualitas dan berdedikasi tinggi. Menjaga kualitas dan dedikasi hanya bisa dilakukan bila seorang guru mempunyai visi pendidikan yang jelas dan memahami prinsip dasar bahwa setiap anak adalah individu yang unik. Sekolah alam yang menjadi objek observasi menerapkan sistem pembelajaran yang melatih anak untuk berfikir secara utuh, menyeluruh dan mencari solusi dari setiap masalah secara total. Selain itu, pendidikan yang dijadikan dasar dari setiap mata pelajaran berkaitan dengan agama dan bisnis. Kurikulum yang digunakan disetiap jenjang pendidikan secara umum lebih menekankan pada pengembangan akhlak, logika, dan sifat kepemimpinan. School of Universe membuka kelas untuk siswa yang berusia prasekolah sampai sekolah menengah. Sedangkan SAB, dengan segala keterbatasnya hanya membuka kelas untuk prasekolah sampai dengan anak kelas tiga SD, namun kedua sekolah ini sama-sama menerapkan sistem pendidikan yang respek pada lngkungan. Satu hal yang sangat menarik, berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap beberapa siswa, mereka terlihat sangat antusias terhadap kelestarian lingkungan, meskipun untuk anak prasekolah tindakan cinta lingkungan masih sebatas instrumental dan belum benar benar tertanam. Hal ini adalah wajar, karena sesuai dengan tahap perkembangannya, anak usia prasekolah masih tergolong pada tahap perkembangan operasianal kongkrit. Terlepas dari adanya kelemahan tersebut, sekolah alam memang jauh lebih baik apabila diimbangi dengan dukungan dari berbagai pihak. Anak yang memiliki nilai, moral, etika serta dalam dirinya telah tertanam rasa kepedulian terhadap lingkungan, maka akan tumbuh menjadi generasi yang senantiasa menjaga kelestarian 35 lingkungan, yang pada akhirnya akan berkonstribusi terhadap penyelesaian masalah krisis ekologi. IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Ada dua hal penting yang terdapat pada integrasi konsep Islam dan perspektif ekologi dalam proses pendidikan di sekolah alam. Pertama, cara menumbuhkembangkan pemahaman dan kesadaran lingkungan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara dan berbagai media, salah satunya dengan menggunakan media sekolah sebagai institusi formal yang memiliki peranan besar untuk mengubah kesadaran anak didik. Sekolah alam adalah sekolah dengan konsep pendidikan berbasis alam semesta. Sekolah alam secara umum sudah menerapkan sistem pembelajaran yang didasarkan pada Al Quran dan As Sunnah dan empat perspektif ekologi, yaitu holistik, kebelanjutan, keanekaragaman, dan keseimbangan (Ife, 2002), meskipun masih memiliki kekurangan dalam proses penerapannya. Kedua, sekolah alam memiliki empat pilar proses pembelajaran, antara lain akhlak, logic science, kepemimpinan, dan kewirausahan. Hal inilah yang menyebabkan nilai, etika, dan moral anak dapat terbentuk sejak anak usia dini sehingga membentuk generasi muda yang berakhlak mulia dan memiliki kepedulian lingkungan yang besar. Hal ini akan menimbulkan suatu kesadaran lingkungan yang akan dapat menyelesaikan masalah krisis ekologi Pendidikan lingkungan menjadi pembelajaran yang penting di sekolah alam, namun dalam kenyatanya pendidikan lingkungan yang diberikan di sekolah alam masih belum diimbangi dengan pendidikan lingkungan yang diberikan di keluarga, sebagai tempat pertama dan utama dalam membentuk pola perilaku anak. 4.2 Saran Saran yang dapat diberikan adalah dengan menumbuhkan kesadaran betapa pentingnya lingkungan dari sejak dini, agar krisis ekologi tidak semakin meluas. Disamping itu saran yang dapat diberikan untuk Sekolah Alam Bogor dan School of Universe adalah dengan terus melakukan perbaikan 36 secara kuantitas dan kualitas dari sistem pembelajaran dan fasilitas yang telah ada. Sehingga proses dari pendidikaan lingkungan yang bersifat holistik dapat terwujud. Peran serta semua pihak pun sangat diperlukan dalam merancang programprogram yang dapat meningkatkan kepedulian anak terhadap lingkungan. Melihat kondisi beberapa sekolah alam, yang memiliki prospek ke depan yang bagus, maka dipelukan peran serta pemerintah dalam melegalisasi sekolah alam yang awalnya masih banya menimbulkan kontroversi. Perlu adanya pengembangan program- program pendidikan lingkungan lain yang dilakukan sejak anak usia dini baik itu melalui jalur formal, non formal maupun informal. DAFTAR PUSTAKA Al Qur’an Abdillah, M. 2005. Fikih Lingkungan: Panduan Spiritual Hidup Berwawasan Lingkungan.Yogyakarta: UMP AMP YKPN. Adiwibowo, S. 2007. Etika Lingkungan. Modul Kuliah Ekologi Manusia. Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB, Bogor. ______________.2007. Paradigma, Etika, dan Perspektif Ekologi: Landasan Filosofis Ekologi Manusia. Modul Kuliah Ekologi Manusia. Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB, Bogor Alim, Yusmin. 2006. Lingkungan dan Kadar Iman Kita. http://hidayatullah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=33 16&Itemid=60 Campbell, Neil, Reece, dan Mitchell.1983. Biologi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Depdikbud.1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Balai Pustaka. Dharmawan, A. H. 2007. Konsep-konsep Dasar dan Isyu-Isyu Kritikal Ekologi Manusia. Modul Kuliah Ekologi Manusia. Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB, Bogor. Djajadiningrat, S. T. 2001. Pemikiran, Tantangan dan Permasalahan Lingkungan. Bandung: Studio Tekno Ekonomi ITB. Kementrian Lingkungan Hidup.1982. Undang-Undang R.I Nomor 4 Tahun 1982 _________________________.2007. Pendidikan Lingkungan Hidup. Komunitas Sekolah Alam. 2005. Menemukan Sekolah yang Membebaskan. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka. 37 Mitchell, Bruce dkk. 2000. Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Notohadiprawiro, Tejuwono.1992. Pengelolaan Lingkungan untuk Kelanjutan Kegunaan Sumberdaya Alam. Prosiding Makalah Seminar Nasional “Arah dan Kebijakan Pembangunan yang Berkelanjutan dalam Upaya Optimalisasi Sumberdaya untuk Pembangunan Jangka Panjang Tahap II, Fakultas Geografi UGM, Yogyakarta. Notohadiprawiro, Tejuwono.1996. Pendayagunaan Pengelolaan Tanah untuk Proteksi Lingkungan. Prosiding Makalah Seminar “Inovasi Teknologi Lingkungan Menyongsong Era Globalisasi”, Sekolah Tinggi Teknik Lingkugan, Yogyakarta. Notohadiprawiro, Tejuwono.2006. Pendidikan Lingkungan. http://www.soil.faperta.ugm.ac.id/tj/19XX/19xx%20PENDIDIKAN.pdf Soemarwoto, Otto.1997. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Penerbit Djambatan. Supriatin, dkk.2007. Kumpulan Tulisan Konservasi dan Pendidikan Lingkungan Hidup. Bogor: Biodiversity Corservation Indonesia (BCI). Tim Penyusun. 2001.Ensiklopedi Islam untuk Pelajar. Jilid 3.Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve. BIODATA PENULIS I. Nama Lengkap : Hidayat Syarifuddin Tempat/ Tanggal Lahir : Batang, 3 Oktober 1986 Penghargaan Ilmiah : a. Finalis Lomba Debat Bahasa Arab PIMNAS XIX Malang 2006 b. Peringkat ke-6 LKTM tingkat IPB bidang IPS 2007 c. Finalis MKTQ MTQ Tingkat IPB 2007 d. Penyaji tingkat Nasional Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penulisan Ilmiah PIMNAS XX UNILA 2007 e. Finalis KKTM tingkat IPB bidang Pendidikan 2008 f. Penerima Hibah Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat DIKTI Depdiknas 2008. g. Penerima Hibah Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian DIKTI Depdiknas 2008. h. Penerima Hibah Program Kreativitas Mahasiswa bidang Teknologi DIKTI Depdiknas 2008. 38 i. Penerima Hibah Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penulisan Ilmiah DIKTI Depdiknas 2008. j. Student Paper Presenter International Conference “Agricultural for Better Future” IISB 2008, Bogor Agricultural University 2008. Karya Ilmiah : a. Touching and Affection: Memberikan Pengetahuan tentang Pentingnya Kasih Sayang bagi Perkembangan Optimal Anak di Panti Asuhan di Kota Bogor. b. Studi Preferensi dan Aktivitas Anak Usia Sekolah dalam Permainan Tradisional berdasarkan Perbedaan Gender dan Sosio Demografis Keluarga. c. Pengembangan Media Pembelajaran Bahasa Arab Berbantuan Komputer: Upaya Peningkatan Kualitas Pengajaran Bahasa Arab di SMA/MA. d. Pendidikan Konsumen bagi Anak Sekolah Dasar dan Pembinaan Pedagang Makanan Jajanan Lingkungan Sekolah : Aspek Keamanan Pangan. e. Analisis Perilaku Konsumen dalam Keputusan Pemilihan Minor dan Supporting Courses (Kurikulum Mayor Minor) : Studi Kasus Mahasiswa S1 Institut Pertanian Bogor Angkatan 2005 . f. Penanggulangan Kemiskinan melalui Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) g. Faktor Nature atau Nurture pada Kehidupan Homoseksualitas : Tinjauan Penyebab dan Pencegahan h. Ussusu Ta’allumillughoh al Arabiyah ‘inda tholabah al Ma’had al ‘Asri al Islami Assalaam i. Pengelolaan Sampah Terpadu di Lingkungan Keluarga dan Sekolah sebagai Upaya Pengenalan Pola Hidup Ramah Lingkungan Sejak Dini.Bahaya Penyalahgunaan Narkoba pada Remaja. j. Cara Pembuatan Nasi Jagung sebagai Makanan Alternatif Pengganti Beras. k. Optimalisasi Kemandirian Siswa Melalui KBK. l. Preparing Agricultural People Toward Creative Economy Era for Better Life in The Future. 39 II. Nama Lengkap : Esti Rohimah Tempat/ Tanggal Lahir : Lamongan, 23 Juli 1986 Penghargaan Ilmiah : a. Finalis MKTQ MTQ Tingkat IPB 2007 b. Penerima Hibah Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat DIKTI Depdiknas 2007. c. Penerima Hibah Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian DIKTI Depdiknas 2008. Karya Ilmiah : a. Ijtihad Kolektif, Siapa Takut? b. Demografi Bonus : Celah Sempit Indonesia untuk Bangkit Kembali c. Revitalisasi Khazanah Budaya Melalui Cerita Bergambar bagi Anak Usia Prasekolah d. Sereal Bekatul sebagai Alternatif Added Valeu Residu Penggilingan Padi e. Integrasi Pemberian Stimulasi Psikososial Pada Posyandu Sebagai Alternatif Pola Pelayanan Kesejahteraan Anak f. Hubungan Desain Dapur dengan Efisiensi Produktivitas Ibu Bekerja dalam Penyediaan Makanan Keluarga 40