DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017 DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani) Volume 1, Nomor 2, April 2017 ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online) http://www.sttintheos.ac.id/e-journal/index.php/dunamis Submitted: 04 April 2017 Accepted: 11 April 2017 Published: 30 April 2017 Pendidik Kristen Profesional, Inspiratif dan Menarik Jannes Eduard Sirait Prodi Pendidikan Agama Kristen STT Sunsugos Jakarta [email protected] Abstract Every human is created and given specific grace by God to actualize their lifes, which one of them is becoming educator or teacher. This article is about Christian educator, both teacher and lecturer, whose faith in Jesus as Lord and Savior. The purpose of this article to show the Christian educator’s responsible in teaching and doing God’s truth. The method used is analytical description, which author’s describing today’s educational world, where requires a professional, inspiring and attractive educator for students. By using idealistic approach to Jesus’ profiling, so author conclude that Jesus is a pattern of a professional, inspiring and attracative educator whom must be followed by Christian educators in this present time. Keywords: attractive; educator; Christian educator; inspiring; professional Abstrak Manusia diciptakan dan memiliki karunia yang khusus dari Tuhan untuk melakukan pekerjaannya, salah satunya adalah menjadi pendidik atau pengajar. Artikel membahas tentang pendidik Kristen, yaitu setiap guru dan dosen yang beragama Kristen, yang beriman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Tujuan dari pembahasan ini untuk menunjukkan tanggung jawab pendidik Kristen dalam mengajarkan ajaran Tuhan dan melakukan kebenaran Allah. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif, penulis menggambarkan keadaan dunia pendidikan saat ini, di mana membutuhkan sosok yang profesional, inspiratif dan menarik bagi peserta didik. Dengan menggunakan pendekatan idealistik pada profil Yesus, maka penulis menyimpulkan bahwa Yesus adalah sosok pendidik yang profesional, inspiratif dan menarik, yang harus dicontoh oleh para pendidik Kristen masa kini. Kata Kunci: menarik; inspiratif; pendidik; pendidik Kristen; profesional 117 Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online) Jannes Sirait – Pendidik Kristen Profesional, Inspiratif dan Menarik dan memenuhi kompetensi yang andal. PENDAHULUAN Komponen pendidik merupakan ujung tombak berlangsungnya Kompetensi profesional seorang pendidik kegiatan dapat usang sesuai dengan waktu dan pembelajaran. Ia berperan untuk perubahan jaman. Artinya, kompetensi merancang, melaksanakan dan dan ilmu pengetahuan menjadi kurang mengevaluasi pembelajaran sekaligus relevan dengan perkembangan dan menjadi sumber belajar. Dalam perannya, perubahan pengetahuan yang ada. Oleh kerapkali mendominasi proses dalam sebab itu, pendidik perlu memikirkan perubahan nilai dan sisi kognisi anak strategi-strategi menjawab pertanyaan dan didik. persoalan seputar peningkatan kompetensi Mereka berinteraksi langsung dengan para peserta didik. Sehingga, profesionalnya. mendorong praktisi pendidikan berasumsi dilakukan bahwa praktisi pendidikan selalu dirindu dan bagaimana pun bagusnya Semua akan kurikulum dan seberapa lengkap fasilitas, dinanti sarana dan prasarana pendidikan yang pengajarannya. upaya menjadikan oleh para yang seorang pendengar tersedia tanpa diimbangi oleh kemampuan pendidik METODE Pendidikan Agama Kristen (PAK), maka Metode atau tingkat profesional yang digunakan dalam komponen-komponen pendidikan tidak penelitian ini adalah analisis-deskriptif dapat berfungsi optimal; satu pun dari tentang pendidik Kristen atau Pendidikan komponen itu tidak dapat diabaikan. Agama Kristen dalam konteks proses Berkaca dari keyakinan tersebut, maka nisbah antara profesi pendidik dengan tingkat profesionalismenya tidak dapat disepelekan. Dalam kerangka profesionalisme yang mencakup kualitas proses dan out put, maka tindakan utama yang harus dilakukan adalah mengkritisi, mengupayakan komponen mengkaji serta meningkatkan profesionalisme dan memikirkan pendidik; berbagai strategi jitu dalam menutrisi, memelihara 118 belajar baik di pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi. Peneliti mendeskripsikan keadaan riil konteks pendidikan di sekolah dan persoalan yang dihadapinya. Peneliti menggunakan pendekatan literatur untuk menguraikan teori-teori belajar dan profesionalisme tenaga pengajar atau pendidik demi mendapatkan sosok ideal seorang pendidik yang dapat menstimulasi hasil belajar peserta didik. Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online) DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017 Dengan pendekatan literatur tersebut keseimbangan antara penguasaan aspek peneliti mendeskripsikan profil pendidik kependidikan dan disiplin ilmu. Keduanya ideal dalam konteks pendidikan (agama) tidak perlu dipertentangkan melainkan Kristen. Peneliti menganalisis beberapa bagaimana teori dan menerapkannya untuk menjadi kepribadiannya sebuah profesionalisme penguasaan materinya. Untuk mencapai pendidik Kristen, baik dalam konteks maksud tersebut, seorang pendidik harus pendidikan menengah maupun pendidikan memastikan bahwa dirinya adalah seorang tinggi. yang bentuk ideal wawasan profesionalisme memberikan kontribusi pancingan (feed back) yang inspiratif untuk merenung dan memberikam nilai ulang bobot dan kondisi profesionalisme pendidik. Guna memperoleh kontribusi optimal, maka sebelum berkualitas terasah andal yang aspek diikat 1. Membutuhkan kecakapan khusus Profesionalisme Pendidik Kristen tentang dan tertempa religiousitas Kristen yang kuat. PEMBAHASAN DAN HASIL Pemaparan pendidik lebih jauh membicarakannya, akan lebih baik jika terlebih dahulu melihat makna sekitar Jabatan pendidik merupakan jabatan profesional; sebagai jabatan profesional, pemegangnya kompetensi, baik memenuhi secara pedagogik, kognitif, maupun spiritualitas. Profesional berasal dari kata profesi (profession) yang diartikan sebagai jenis pekerjaan khas yang mana memerlukan pengetahuan, keahlian atau ilmu pengetahuan yang digunakan wawasan profesionalisme. harus dalam aplikasi untuk berhubungan dengan orang lain, instansi Esensi pendidik Kristen profesional Seorang pendidik Kristen atau wajib lembaga. profesional Menurut adalah Nurdin, (1) bersangkutan (2) memerlukan memiliki keberanian berinovasi dalam dengan hidup pembelajaran, kepandaian khusus menjalankannya dan mengembangkannya menjadi bermutu, (3) mengharuskan adanya pembayaran dinamis dan bermakna. Profesionalisasi untuk melakukannya.1 dan proses selalu berhubungan erat dengan profil pendidik yang flamboyan, walaupun potret pendidik yang ideal memang sulit Untuk melalui profesi, menjadi profesional profesionalisasi. harus Sebab profesionalisasi adalah proses yang akan diperoleh namun hal itu mampu diterka. Pendidik idaman adalah produk dari 119 1 Syafruddin Nurdin, Pendidik Profesional dan Implementasi Kurikulum (Ciputat: Ciputat Press, 2005), 13 Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online) Jannes Sirait – Pendidik Kristen Profesional, Inspiratif dan Menarik mengakibatkan pekerjaan bergerak pada memaksimalkan tingkat yang lebih tinggi atau lebih didik berdasar potensi dan kecakapan rendah. Profesionalisasi dapat diartikan yang dimiliki masing-masing individu. sebagai proses membuat suatu badan organisasi agar Dengan menjadi kata merupakan lain, usaha profesional. profesionalisasi menjadikan suatu kemampuan peserta Seorang pendidik Kristen harus profesional, memiliki profesionalisme yang sesuai dengan tanggung jawabnya, serta kehidupan iman yang mampu jabatan sebagai pekerjaan profesional; diteladani. upaya dan peningkatan dasar, kriteria, pendidik terlihat dari kemampuannya standar, kemampuan, keahlian, etika, dan dalam perlindungan suatu profesi. Profesional mengimplementasikan berbagai strategi adalah sifat sesuatu yang berkenaan pembelajaran sesuai dengan minat serta dengan dalam bakat anak didik.2 Perkembangan peserta dengan didik termasuk dalam memanfaatkan tuntutan profesi; orang yang mempunyai berbagai sumber dan media pembelajaran kemampuan untuk profesi; menjalankan penampilan jabatan sesuai sesuai dengan tuntuan profesi. merancang seorang (desain) menciptakan serta efektifitas pembelajaran. Pendidik perlu memiliki Kriteria melibatkan batang Profesionalisme jabatan profesional kemampuan khusus, yang tidak dimiliki intelektual, mempunyai oleh mereka yang bukan pendidik. tubuh memerlukan ilmu yang persiapan khusus, pendidik Kristen untuk merupakan perilaku rasional. Artinya, apa latihan yang dilakukan seorang pendidik harus dalam jabatan yang bersinambungan, dapat dipertanggungjawabkan (rasional). merupakan karir hidup dan keanggotaan Penampilan atau unjuk kerja umumnya yang berhubungan erat dengan kemampuan memangkunya, memerlukan permanen, perilakunya, lama Profesionalisme menentukan mementingkan baku layanan, strategis yang dimiliki mempunyai organisasi profesional, dan kemampuan mempunyai kode etik yang ditaati oleh Sehubungan dengan itu, maka tingkat anggotanya. PendidikKristen profesional profesionalisme pendidik menjadi penentu adalah pendidik yang mengedepankan dalam proses taktis termasuk dan pembelajaran teknis. yang mutu dan kualitas layanan dan produknya, layanan pendidik standarisasi bangsa kebutuhan dan 120 harus memenuhi masyarakat, pengguna serta 2 Bangun Munte, “Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Kristen (PAK) Terhadap Hasil Belajar Siswa”, Jurnal Dinamika Pendidikan, Vol. 9, No. 3, November 2016: 127 (http://ejournal.uki.ac.id/index.php/jdp) Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online) DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017 berdampak bagi prestasi belajar anak profesional, didik. Hal tersebut menunjukkan bahwa kapasitas untuk melakukan tugas pada profesionalisme adalah kinerja pendidik tingkatan yang dapat diterima sampai yang mendapatkan lisensi dan etika serta ciri- ditampilkan dalam tugas dan tanggung jawabnya. ciri yakni kemampuan sub-kultur yang atau berbeda. Menurut Sherry dan Samuel ada dua Sebagaimana dipahami bahwa profesi kawasan yang tercakup di dalamnya. pendidik selalu memerlukan pengetahuan Pertama, keahlian-keahlian dasar, kecakapan teknis, kemampuan (proficiencies) yang khusus bagi profesi pemecahan masalah yang berbeda atau atau bidang ilmu. Keahlian itu adalah tidak tepat sama dengan keperluan profesi dasar pengetahuan khusus untuk bidang yang lain. Profesi pendidik memerlukan ilmu; kecakapan teknis yang dianggap kemampuan pokok kemampuan kepribadian, motivasi, sikap-sikap dan menyelesaikan beragam masalah yang nilai-nilai yang berbeda atau tidak tepat dihadapi dalam profesi. Kedua, ciri-ciri sama dengan keperluan profesi lain. umum yang memudahkan orang itu Profesionalisme mengembangkan dan mempertahankan memenuhi profesionalisme. Ciri-ciri itu antara lain mengutip pandangan Heron membagi kemampuan profesionalisme tersebut ke dalam lima adalah dalam profesi; intelektual, ciri-ciri kepribadian, motivasi, sikap-sikap, dan 3 nilai-nilai.” sendiri kriteria antara ciri-ciri pun mutu. lain: harus Subagyo (1) Kriteria eksekutif, (2) Kriteria teknik, (3) Kriteria Seorang profesional tidak dipanggil hanya berbuat tetapi untuk menjadi profesional. kategori, intelektual, Profesionalisme psikososial, (4) Kriteria moral, (5) Kriteria internal.4 seorang Kriteria ini amat perlu diperhatikan pendidik Kristen mencakup unjuk kerja, pendidik sebagai profesional sebab yang seperti: menguasai pengetahuan teoritis, diharapkan bukanlah sekedar tugas yang mampu menyelesaikan masalah-masalah, dikerjakannya dapat mengerjakanya (berkenaan dengan gaya memakai kemampuan pengetahuan meningkatkan praktis, diri. tetapi bagaimana cara Hal dan sikap waktu mengerjakannya, bukan tersebut juga mencakup identitas kolektif saja kompeten tetapi disertai komitmen sehingga ada integritas). Profesionalisme 3 Sherry L. Dubin dan Samuel S.Dubin, Maintaining Profesional Competence. Approaches to Career Enhancement, Vitality and Success Throughout a Work Life (San Francisco: Jossey-Bass Publishers, 1990), 3 121 4 Andreas Bambang Subagyo, Pendidikan Keagamaan Orang Dewasa Sebagai Pembinaan Kompetensi Orang Dewasa Bertheologia (Semarang: STBI, 2001), 12 Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online) Jannes Sirait – Pendidik Kristen Profesional, Inspiratif dan Menarik kerja pendidik harus diupayakan sampai pelayanan (1 Kor. 13); berdedikasi (Rm. tingkat penguasaan yang optimal. Ini 1:11-17); memiliki etika dan estetika (1 berarti pendidik menjadi sedemikian ahli Tim. 3: 1-7).6 Syarat dan kriteria di atas sehingga sambil harus dimiliki setiap pendidik Kristen. mendengarkan Jika tidak, maka pendidik tersebut hanya dapat menjalankannya petunjuk berpikir atau dan praktiknya menyesuaikannya dengan tugasnya sebagai praktisi pendidikan guna mempunyai peran marginal (tersisih). tuntutan Terlebih dalam konteks dunia modern pendidik.Sebagai mereka harus memiliki kemampuan yang mantap. seorang profesional dalam profesionalismenya harus: Ini berarti, guru dituntut untuk memiliki kemampuan atau kompetensi ini demi terwujudnya hasil dan prestasi belajar Joe dan James menuliskan beberapa profesional, (2 antara Tim. lain: 2:15); berkompeten (Ef. 4:11-12; 1 Kor. 12:7); otonom/mandiri 5 (Yoh. 13:1-16); A. Hasan Saragih, “Kompetensi Minimal Seorang Guru Dalam Mengajar”, Jurnal Tabularasa PPS Unimed, Vol. 5, No.1, (Juni 2008): 30 (jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/tabularasa) 122 terus menerus berubah-ubah dan berkembang, menuntut tugas pendidikan. Wina Sanjaya mengatakan, bahwa kompetensi sebagai atau unjuk kerja dan yang dapat dipertanggungjawabkan (rasional) dalam upaya mencapai suatu tujuan.7 Menurut Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14/2005 dalam Pasal 10 dan Peraturan kompetensi kompetensi Pemerintah No. 19/2005, pendidik (guru) meliputi kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial. Pendidik Kristen harus memiliki keempat kompetensi ditambah dengan kompetensi spritual. 2. Berkualitas dan Berdedikasi Tinggi siswa yang signifikan. berpendidikan yang perilaku rasional terlihat dari penampilan (1) menguasai bahan, (2) mengelola program belajar mengajar, (3) mengelola kelas, (4) menggunakan media sumber, (5) menguasai landasan-landasan kependidikan, (6) mengelola interaksi belajar mengajar, (7) menilai prestasi peserta didik untuk kepentingan pengajaran, (8) mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan, (9) mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, dan (10).5 standar situasi adanya kompetensi serta ketepatan dalam Wijaya dalam Saragih berpendapat bahwa dengan Pendidik Kristen harus berkualitas dan berdedikasi tinggi; dengan demikian mereka menjadi dambaan dari setiap segmen pengguna jasa 6 pendidikan. Joe E. Trulland James E.Carter, Ministerial Ethics: Being a Gong Minister in a Not So Good World, (Nasville: Broadman & Holman Publishers, 1993), 38 7 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2006), 17-18 Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online) DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017 Pendidik berkualitas memiliki andil besar menunjang guna pencapaian tujuan dalam mencapai keberhasilan pembelajaran. Lebih baik lagi apabila pembelajaran. Mulyasa mengatakan, sang pendidik berkualitas pernah mengadakan dalam penelitan dan lain-lain. Ukuran kualitas membantu perkembangan peserta didik seorang pendidik tidaklah diukur dari untuk hidupnya banyaknya gelar yang dimiliki ataupun secara optimal. 8 Ada banyak cara yang banyaknya pelatihan/seminar yang diikuti, dapat dalam meningkatkan atau lamanya masa mengajar. Seorang kualitas ataupun mutu pendidik, misalnya: pendidik berkualitas adalah mereka yang melalui peningkatan jenjang akademis, melaksanakan tugas-tugas kependidikan workshop, penataran, peningkatan kinerja, yang ditekuninya, menjalankan tugas atau profesi dengan baik sehingga dapat mewujudkan ditempuh studi berperan pendidik tujuan banding. pengetahuan dan mengangkat mutu Penambahan pengalaman pendidik. dapat mencetak anak didik yang berkualitas. Seorang Seorang pendidik harus tetap menjaga, pendidik harus mengembangkan kapasitas memelihara dan meningkatkan kualitas dirinya dalam kerangka menjadi panutan, dirinya. Melalui modifikasi padangan di menjadi contoh dan tempat bertanya serta atas, maka pendidik bermutu selalu teman berdiskusi bagi pengguna (stake memiliki kompetensi andal, kecakapan, holder).9 dan kewenangan. Selain keahlian tersebut, Seorang pendidik yang berkualitas para ahli pendidikan menyetujui beberapa memiliki ciri khas dengan memegang sikap komitmen efektif, menjadi pendidik yang pendidik berkualitas, seperti: evaluatif, energik, edukatif, 10 bermutu dan handal. Artinya, mampu emansipatif. melaksanakan tugas-tugas keprofesiannya Dewantara semua hal tersebut ditujukan dengan penuh semangat, dedikasi dan untuk bertangung jawab. Contohnya: seorang membedakan ras, budaya, dan bangsa. 11 pendidik Pendidik selalu membuat skenario pembelajaran, membuat alat peraga yang Menurut memajukan menjadi Ki bangsa pembebas Hajar tanpa yang memahami potensi peserta didiknya dan menghormati setiap insan. Ki Hajar 8 E. Mulyasa, Menjadi Pendidik Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: Rosdakarya, 2008), 35 9 Elika Dwi Murwani, “Peran Guru dalam Membangun Kesadaran Kritis Siswa”, Jurnal Pendidikan Penabur, No.06/Th.V/Juni 2006: 6263 123 Dewantara mengabadikannya 10 dalam Edi Hendri, “Guru Berkualitas: Profesional dan Cerdas Emosi”, Jurnal Saung Guru, Vol. 1, No. 2, 2010: 7 11 Sukardjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya (Jakarta: Rajawali Press, 2009), 96 Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online) Jannes Sirait – Pendidik Kristen Profesional, Inspiratif dan Menarik falsafah “Ing Ngarso Sung Tulado, Ing profesional Madya Mangun Handayani.” mampu Karso, Seorang tidak cukup Tut Wuri penyegaran, pendidik harus persiapan untuk mengawali tanggung membangkitkan pertahanan sebatas motivasi, jawab yang baru. memberikan dorongan untuk terus maju, Pemeliharaan sekadar profesionalisme berkarya, dan berprestasi. Hal serupa juga pendidik harus pendidikKristen, penggantian unsur-unsur profesionalisme pendidik penuh inspirasi dan menarik yang sudah usang, tidak layak dan tidak serta emansipator, cocok untuk dipakai lagi. Keusangan ini pemberi teladan dalam pelbagai hal, dapat terjadi pada setiap profesional. menjadi pembebas dan panutan bagi anak Gagasan tersebut menurut Singgih terkait didiknya. erat dengan timbulnya spesialisasi di dimiliki mampu para menjadi Pentingnya peningkatan profesionalisme Mengapa profesionalisme pendidik dibutuhkan? Emanuel Gerrit Singgih mengatakan: “Sekarang dalam rangka menghadapi abad ke-21 yang penuh persaingan, dirasakan sudah waktunya untuk meningkatkan. manusia.” 12 Sumber daya Kepentingan profesionalisme pendidik dapat dilihat dari berbagai segi, seperti: profesional, organisasi tempat professional layanan bekerja, profesional dan penerima (stake holder). Profesionalisme pendidik Kristen menjadi sangat penting karena dapat mencegah terjadinya serta keusangan akibatnya bagi profesionalisme diri sendiri, organisasi dan anak didik. Gambaran tersebut mengisyaratkan sekaligus menekankan tuntutan bahwa pendidikan secara atau mendasar mencakup berbagai jurusan, ilmu dan minat. Bahkan, dapat dikatakan hal tersebut menjadi salah satu ciri di zaman modern ini. Subagyo menuliskan delapan menunjukkan profesionalisme perilaku tanda tertentu yang keusangan yang dapat dijadikan hal yang umum untuk profesi lain13, yaitu: 1) Profesional tidak sadar konsepkonsep, ancangan-ancangan, dan inovasi-inovasi paling akhir dalam bidang profesinya. 2) Masukan-masukan profesional tidak lagi kompetitif. Profesional tidak bisa dengan alat-alat dan perlengkapan yang paling akhir dalam pekerjaannya. 3) Profesional tidak memahami keputusan baru dalam bidangnya. 4) Tidak dapat menerapkan konsepkonsepnya dalam bidang spesialisasinya. 5) Rekan-rekan sekerjanya berhenti berkonsultasi dengannya mengenai segi-segi pekerjaan. 6) Profesional mengalami penurunan penghargaan dan 12 Singgih, Emanuel Gerrit, Reformasi dan Transformasi Pelayanan Gereja Menyongsong Abad ke-21(Yogyakarta: Kanisius, 1996), 90. 124 13 Subagyo, Menjadi Profesional (Semarang: STBI, 2001), 52 Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online) DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017 kredibilitas diantara rekan-rekannya. 7) Ada kecenderungan profesional kecil kemungkinan dipilih oleh organisasi tempat ia bekerja untuk menjalankan tugas-tugas pokok. 8) Profesional sedikit berperan dalam pengambilan keputusan dalam organisasi tempat ia bekerja. pendidikan, baik pendidikan diri sendiri Ada dapat misalnya dengan cara permagangan. Pada menimbulkan keusangan profesionalisme zaman modern latihan dan sosialisasi ini pada para profesional. Haedar Nashir telah dilembagakan di pendidikan tinggi, mengatakan, adalah dengan menyediakan program pendidikan perubahan, baik di luar maupun di dalam profesional dan memberikan lisensi yang diri profesional. Perubahan itu dapat mengakui terjadi dalam bidang pengetahuan yang profesional. banyak faktor yang “Ringkasnya atau oleh orang lain. 15 Pendidikan oleh orang lain bagi orang dewasa, boleh jadi hal itu melalui pendidikan formal, non formal. Pada zaman dahulu latihan dan sosialisasi ini dilakukan secara informal, profesionalisme para 14 diikuti oleh perubahan lain.” Perubahan Namun demikian, profesional juga pengetahuan, teknologi dan inovasi serta diharuskan untuk menjalani tanggung perubahan pekerjaan adalah perubahan jawab dari luar yang menyebabkan keusangan profesinya profesionalisme para profesional. Pada dipahami juga bahwa pendidikan yang saat dimaksudkan penulis adalah kemajuan berkembang dikatakan bahwa profesionalisme pendidik dengan dewa lama akan pergi, sebagai akibat mengganti unsur-unsur profesionalisme konsekuensi yang yang lama (yang tidak relevan) dengan sekaligus menurunkan kemampuan dan profesionalisme yang baru. Profesional profesionalisme manusia. tidak nalar dan ilmu perubahan serta gagasan baru Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka diupayakan peningkatan adanya profesionalisme para baru sepanjang sebagai hanya perjalanan pendidik. Perlu mempertahankan profesionalisme yang lama tetapi juga menambahinya sesuai kebutuhan dan tuntutan profesionalisme. pendidik. Mereka harus segera dilatih dan mensosialisasikan kebutuhan tersebut. Supaya tujuan ini dapat dicapai, maka sangat tepat dilakukan melalui Faktor yang Mempengaruhi Profesionalisme dalam lingkungan kerja bergantung pada lima 15 14 Haedar Nashir, Agama dan Krisis Kemanusiaan Modern (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), 174-175 125 konteks Badrun Kartowagiran, “Kinerja Guru Profesional (Guru Pasca Sertifikasi)”, Jurnal Cakrawala Pendidikan, Th. XXX, No. 3, November 2011: 469-470 Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online) Jannes Sirait – Pendidik Kristen Profesional, Inspiratif dan Menarik faktor utama, yakni: tantangan kerja dan memenuhi tugas, suasana dirasakannya. Menurut Arno motivasi organisasi, interaksi rekan, kebijakan dan adalah “…sebagai kondisi-kondisi yang perilaku supervisors, praktek manajemen. 16 Hal ini juga bisa kebutuhan memulai, tertentu yang membimbing dan terjadi pada dunia pendidikan sebagai mempertahankan perilaku manusia hingga lingkungan pekerjaan yang menuntut suatu profesionalisme kerja. Selaini itu, Nurdin diblokir”. 19 Walaupun kebutuhan setiap mengatakan, bahwa ada empat faktor orang sangat kompleks dan bervariasi, dalam upaya peningkatan profesi pendidik namun di Indonesia, yaitu: ketersediaan dan mutu merupakan calon pendidik, pendidikan pra-jabatan, membuat mekanisme pembinaan dalam jabatan dan Setidaknya ada tiga kekuatan utama peranan organisasi profesi.17 sehingga motivasi itu dapat terjadi, yaitu: Selain faktor yang disebut di atas, sasaran dicapai pada kebutuhan motivasi pokok manusia yang berperilaku. telah tercapainya pemuasan kebutuhan, pemuasan pengaruh terhadap terjadi perbedaan kognisi. Seseorang akan kebutuhan terhalang, dan melakukan Menyoroti pendefenisian di atas, dapat motivasi. ditemukan sumber dorongan tersebut bisa maupun hadir dari dalam, atau dari sesuatu yang kecil, selalu dipengaruhi oleh motivasi. menggerakkan keinginan di luar dan di Yakob Tomatala menyebutnya sebagai a dalam. Sumber motivasi dari dalam moving cause dan berhubungan dengan tersebut inner drive, impulse, intention. Kata motif kebiasaan berkembang dan berkembang secara kompleks) sedangkan atau motivasi sesuatu jika berniat respon dasarnya motivasi seorang pendidik memberikan profesionalisme. atau ia memiliki Keputusan-keputusan, artinya: besar menjadi sedang motivasi, digerakkan cenderung beranjak dari (yang telah individu yang sumber penggeraknya digerakkan oleh sesuatu, dan apa yang datang dari luar, selalu disertai oleh menggerakkan persetujuan, itu terwujud dalam kemauan, dan kehendak tindakan. 18 Sehingga, motivasi menjadi individu. suatu “Perubahan dapat memotivasi menjadi perilaku yang dibuat guna Jim Stewart mengatakan, lebih profesional. Tetapi justru pada 16 Subagyo, Op.Cit., 73 17 Syafruddin Nurdin, Pendidik Profesional dan Implementasi Kurikulum (Ciputat: Ciputat Press, 2005), 22-30 18 YakobTomatala, Kepemimpinan yang Dimanis (Jakarta: YT. Leadership, 1997), 214-215 126 posisi berubah perubahan, (dalam orang tidak mau profesionalismenya) 19 Arno F. W, Introduction to Psykology (McGraw: Hill Book Company, 1977), 105 Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online) DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017 karena tidak menyetujui perubahan itu.”20 termasuk faktor lingkungan non-sosial Ronald M. Cervero menuliskan enam (alami) ini adalah seperti: keadaan suhu, hambatan pendidik dalam meningkatkan kelembaban udara, waktu, tempat dan lain profesionalisme, yaitu: ketidak-terlibatan, sebagainya. Faktor lingkungan sosial baik kekurangan berwujud manusia dan representasinya keluarga, mutu, biaya halangan-halangan untuk hadir dalam termasuk budayanya dapat mempengaruhi program-program, kekurangberuntungan, peningkatan hambatan-hambatan kerja. 21 Selain itu, berkelanjutan bagi para profesional. ternyata faktor umur (usia) dan tahap kerja juga berpengaruh terhadap motivasi untuk berperan serta dalam pendidikan pendidikan profesional Pemeliharaan Kompetensi dan Peningkatan Kepakaran Kesulitan Umum yang dialami dalam profesional berkelanjutan. Makin tua dan meningkatkan makin lanjut dalam karir, maka semakin pendidik berkurang partisipasi profesional dalam pemahaman yang dimiliki mereka tentang pendidikan sedikit pendidik belajar membutuhkan tingkat profesionalisme. sepanjang hidup mereka, dan fakta ini Inilah menjadi latar pengakuan negara mewarnai dan akan terus lama sekali terhadap pendidik sebagai profesi sama mewarnai dengan profesilainnya. Bahkan dalam profesional formal. Terlalu berkelanjutan praktek pendidikan berkelanjutan bagi profesional. profesionalisme pendidik adalah faktor adalah Faktor lingkungan yang kerja adalah profesional seberapa adalah jauh profesi yang faktanya, bahwa pendidik sudah benar- Faktor selanjutnya yang menentukan eksternal. kompetensi benar diakui sebagai pejabat fungsional negara. dimaksudkan Tugas pendidik yang paling utama profesional. adalah mengajar. Kegiatan tersebut tidak Menurut Sabri N. M. Alisuf 22 faktor dapat dianggap semata-mata hanya proses penyampaian materi tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian, sebagai yaitu faktor lingkungan non-sosial (alam) pelajaran. dan faktor lingkungan menyampaikan materi pelajaran, namun sosial. Yang Mengajar tidaklah sekadar juga sebuah proses mengubah perilaku 20 Jim Stewart, Mengelola Perubahan Melalui Pelatihan dan Pengembangan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997), 261 21 Ronald M. Cervero, Efective Continuing Education for Professionals (San Francisco: Jossey Bass, 1998), 66 22 N. M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Ilmu Daya, 1995), 58 127 anak sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Para ahli sepakat berkata bahwa mengajar adalah kegiatan membimbing agar berkembang sesuai Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online) Jannes Sirait – Pendidik Kristen Profesional, Inspiratif dan Menarik dengan asasnya. Selain itu juga melatih jangkauan ini mengisyaratkan, bahwa keterampilan, kognitif seseorang akan kehilangan kebebasan maupun motorik, sehingga anak didik dirinya sebab ia harus senantiasa siap dapat hidup dan memberi kontribusi sedia setiap saat melaksanakan tugas dan positif tanggung di baik secara dalam masyarakat yang multikultural dan penuh persaingan. antara kompetensi pelayanan yang diperintahkan serta memandang segala Uraian ini menunjukkan adanya titik temu jawab sesuatu dari kacamata ilahi. Sambutan dan terhadap panggilan mulia dari Tuhan ini profesionalisme. Pendidik yang memiliki tentu harus dilakukan secara profesional, kompetensi akan dapat melaksanakan sehingga tugasnya secara profesional. Inilah yang mengembangkan kompetensinya. Harus menjadi pula diyakini bahwa Tuhan menginginkan alasan, mengapa pemeliharaan dan diperlukan peningkatan kompetensi profesionalnya. Sehubungan dengan tugas mulia tersebut, maka seorang pendidik harus tetap memelihara dan meningkatkan kompetensi profesionalnya. Sebab pemeliharaan dan peningkatan tersebut kompetensi merupakan profesional tuntutan yang sedemikian urgen dalam kinerjapendidik. Upaya tersebut memberi dengan pengakuan sendirinya bahwa perlu mencetak dan hal tersebut. Subagyo mengatakan: Rohaniawan mengembangkan pengetahuan khusus mengenai Alkitab, teologi, sejarah agama, ibadah dan liturgi, khotbah, pendampingan dan konseling pastoral; mewujudkan dan mempertahankan standar kompetensi, etika dan moralitas profesional... walaupun mereka menerima bayaran, mereka menyertai pelayanan dengan memenuhi kewajiban etis bertindak demi keuntungan klien yang sebesarbesarnya.23 setiap Pada prinsipnya, perbedaan mendasar pendidikharus bekerja secara profesional setiap profesi terletak dan berada dalam sesuai dengan kompetensi atau kepakaran tugas dan tanggung jawab. Tugas dan yang dimilikinya. Melihat urgensitasnya, tanggung jawab tersebut selalu memiliki maka sudah saatrnya mengorbitkan para hubungan yang erat dengan kemampuan pendidik dan profesi. Secara mendasar kompetensi mendesain strategi-strategi jitu dalam tersebut tidak lain merupakan kompetensi peningkatan kompetensi. pendidik. Kapasitas Pendidik Kristen pandangan Cooper dan Glasser yang berkompetensi tinggi Dengan Pendidik Kristen dipanggil dan dipilih Tuhan untuk melayani. Sifat dan 23 Subagyo, Op.Cit., 86 128 Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online) memodifikasi DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017 dikutip Sudjana 24 , mengatakan tentang pertimbangan akal sekat (reasionable kompetensi profesional pendidik meliputi: reflective) untuk melakukan atau tidak a) memiliki pengetahuan tentang tugas melakukan sesuatu. dan panggilan. b) mempunyai Menurut Ngainun Naim membagi pengetahuan tentang tingkah laku pelajar dimensi fleksibilitas kognitif pendidik dan c) dalam tiga bentuk, yaitu: (1) dimensi mempunyai sikap yang tepat tentang diri karakteristik pribadi pendidik; (2) dimensi sendiri, sekolah, masyarakat. d) memiliki sikap kognitif pendidik terhadap anak keterampilan teknik pastoral dan mampu didik, dan; (3) dimensi sikap kognitif mendiagnosa pendidik terhadap materi pelajaran dan pengetahuan pendidikan. situasi. e) kemampuan metode Bertolak dari modifikasi di atas, maka psikologis kompetensi tiga kesediaannya yang relatif tinggi untuk Kompetensi bidang mengomunikasikan dirinya dengan faktor- dan perilaku faktor eksternal, antara lain anak didik, bidang, pendidik yaitu: kognitif, mencakup sikap (psikomotorik). teman Aspek kognitif berkenaan dengan penguasaan biasanya sejawat, Keterbukaan ditandai dan dengan lingkungan pendidikan tempatnya bekerja. Menerima atau pengetahuan. kognitif mencakup kestabilan emosi dan tidak emosional. fleksibilitas kognitif (keluwesan ranah Selain itu juga memiliki empati (respons cipta) psikologis. afektif) terhadap pengalaman emosional Fleksibilitas kognitif adalah kemampuan dan perasaan tertentu terhadap orang lain. berpikir yang diikuti dengan tindakan Ia mampu merasakan keberadaan orang secara simultan dan memadai dalam lain termasuk anak didiknya. Kemampuan dan situasi teori mengajar. 25 mengukur (mengevaluasi) pembelajaran. keterbukaan tertentu. dengan iklas dan menjaga umumnya Keterbukaan psikologis ini memiliki dengan beberapa manfaat, antara lain: pertama, keterbukaan dalam berpikir dan adaptasi. merupakan pra-kondisi atau prasyarat Memiliki resistensi (daya tahan) terhadap penting yang perlu dimiliki pendidik ketertutupan ranah cipta yang prematur untuk memahami pikiran dan perasaan (terlampau dini) dalam pengamatan dan orang lain. Kedua, keterbukaan psikologis pengenalan. (critical diperlukan untuk menciptakan suasana oleh hubungan antarpribadi pendidik dan anak fleksibilitas thinking) 24 ini Pada kritikan ditandai Berpikir yang kritis dilandasi Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Algesindo, 1998), 18 129 25 Ngainun Naim, Menjadi Pendidik Inspiratif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 46-48 Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online) Jannes Sirait – Pendidik Kristen Profesional, Inspiratif dan Menarik didik harmonis, sehingga mendorong anak didik untuk mengembangkan dirinya dalam situasi. Upaya peningkatan kompetensi secara bebas tanpa ganjalan. Kemampuan profesional pun tergantung pada inisiatif dalam ini pribadi pendidik sebagai orang yang pendidik dipilih Tuhan untuk melakukan tugas secara hakiki adalah tugas yang sangat pelayanan pendidikan. Setidak-tidaknya kompleks. kompetensi pendidik Kristen yang harus fleksibilitas menunjukkan kognitif bahwa tugas Kemampuan bidang sikap merupakan ada adalah kualitas, mencakup kemuridan kesiapan dan kesediaan pendidik terhadap Kristus, pemahaman dunia, pemahaman berbagai hal yang berkenan dengan tugas tradisi Kristen, keprihatinan dan perhatian dan terhadap orang lain, kepastian untuk profesinya. Misalnya sikap menghargai pekerjaan, mencintai dan penafsiran, memiliki kreativitas. perasaan senang terhadap panggilan pelayanan, toleransi memiliki kemauan keras dan untuk meningkatkan hasil pelayanannya. pengabdian diri, dan Strategi Peningkatan Kompetensi Pendidik sebagai profesional sejati perlu memiliki kesungguhan dalam melakukan hal terbaik dalam mengemban Kompetensi perilaku (psikomotorik) adalah kemampuan keterampilan mengajar, dalam seperti: keterampilan membimbing, menggunakan berbagai wahana, menilai, bergaul berkomunikasi, atau keterampilan menumbuhkan semangat, keterampilan menyusun rencana, hingga administrasi. Kompetensi kepada psikomotor praktek kompetensi dan tersebut mempengaruhi. menekankan bidang-bidang adalah Pendidik saling selalu berhubungan erat dengan keterampilan dalam melakukan perencanaan, tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik Kristen. Sebagaimana disepakati, bahwa kompetensi-kompetensi yang ada akan mampu memengaruhi orang dalam jumlah besar yangdapat dilakukan dan dipersembahkan seorang pendidik Kristen kepada Tuhan Yesus Kristus. Alasan ini menjadi acuan bahwa pelayanan pendidikan masa kini semakin disorot oleh banyak orang. Kartowagiran, menekankan bahwa seorang pendidik harus terus dapat mengembangkan dan meningkatkan profesionalnya. kompetensi 26 Kompetensi tersebut pelaksanaan, evaluasi dan kemandirian. Kemampuan membaca situasi dan bertindak, serta dapat menemukan makna 130 26 Kartowagiran, Jurnal Cakrawala Pendidikan, 469 Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online) DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017 strategi yang meliputi pembaruan secara mandiri.28 dapat ditingkatkan melalui pendidikan yang prosesnya berlangsung terus selama hidup seseorang yang dapat dilakukan secara formal maupun non-formal. Pendidik Kristen profesional, harus mampu mengarahkan dirinya sendiri. Peningkatan kompetensi profesional Sebab tidak ada pihak luar yang berusaha (pendidik) tersebut memerlukan strategi- memaksanya untuk belajar, dia harua strategi memperbaiki khusus. David Hocking kesiagaan mentalnya mengatakan: ”Strategi itu akan membantu menjadi kita untuk bersabar bila sesuatu menjadi berpengertian. buruk. Bila kemerosotan itu terjadi, pendidiksebagai orang dewasa, maka strategi Anda dapat menahan Anda. dalam mengarahkan dirinya sendiri hanya Strategi Anda menolong menempatkan ada semua itu”. 27 Strategi peningkatan lebih satu berpengetahuan Dilihat strategi pembaharuan secara dan dari sudut unggul, yaitu: mandiri entah kompetensi profesional tersebut tentu memanfaatkan harus didasarkan pada ancangan tertentu. berkelanjutan, belajar sendiri, maupun Menurut Andreas B Subagyo, bahwa bersama-sama dengan rekannya dan ini ancangan yang tepat dalam meningkatkan merupakan ciri khas pendidikan orang kompetensi profesional adalah ancangan dewasa. developmental, yaitu proses peningkatan diperhatikan, ditempatkan dan digunakan terus menerus, mulai segera sesudah untuk menjelajah keilmuan dan memiliki profesional keuletan menerima gelar dan pendidikan Setiap untuk profesional petunjuk menciptakan sendiri berlangsung terus sepanjang karirnya. sumber Menurut Subagyo: kreatif tinggi, yaitu mempertanyakan, dan Dilihat dari sudut pandang para pendidik berkelanjutan ada tiga strategi pokok cara meningkatkan kompetensi profesional.Pertama, strategi yang memusatkan perhatian pada manipulasi ciri-ciri lingkungan kerja yang menyuburkan peningkatan kompetensi.Kedua, strategi yang melibatkan pelatihan kecakapan khusus yang dianggap berkurang pada profesional ketika pertengahan karirnya. Ketiga, 27 David Hocking. Rahasia Keberhasilan Seorang Pemimpin, (Yogyakarta: Andi Offset, 2001), hlm. 122 131 pengetahuan. harus Memiliki sifat mempersoalkan, serta mengembangkan yang telah ada demi suatu pelayanan pendidikan yang berkualitas. 1. Peningkatan Melalui Pendidikan Peningkatan dilakukan maupun kompetensi dilakukan non secara formal. dapat formal Berdasarkan Instruksi Presiden No. 15 Tahun 1974. 28 Subagyo, “Pendidikan Keagamaan Orang Dewasa Sebagai Pembinaan Kompetensi Orang Dewasa Bertheologia”, Op.Cit.,10 Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online) Jannes Sirait – Pendidik Kristen Profesional, Inspiratif dan Menarik Pendidikan adalah segala usaha untuk pendidikan sendiri.29 membina Pendidikan kepribadian dan sebagai sarana mengembangkan kemampuan manusia mempersiapkan orang memiliki bekal Indonesia, jasmani dan rohaniah, yang agar berlangsung seumur hidup, baik di dalam mengembangkan metode berpikir secara maupun diluar sekolah, dalam rangka sistematik pembangunan persatuan Indonesia dan masalah yang akan dihadapi. Hal ini masyarakat adil dan makmur berdasarkan merupakan Pancasila. profesional. Dalam prosesnya memiliki Sedangkan Undang-Undang RI No. 2 siap strategi. tahu, agar mengenal dapat bagian Salah memecahkan dari satu dan kompetensi strategi untuk Tahun 1989 mencatat bahwa, “Pendidikan meningkatkan adalah usaha sadar untuk menyiapkan dapat diperbaharui dengan berperan serta peserta didik melalui kegiatan bimbingan, dalam Continuing Professional Education pengajaran (Pendidikan Profesional Berkelanjutan) dan/atau latihan bagi Kompetensi profesional peranannya dimasa yang akan datang." dari Artinya, pendidikan merupakan landasan kompetensi tersebut dilakukan dengan untuk mempersiapkan, memanfaatkan mengembangkan penyedia membentuk, membina dan berbagai penyedia. Peningkatan lembaga-lembaga seperti pendidikan tinggi, kemampuan sumber daya. Pendidikan lembaga atau lembaga independen yang berperan peningkatan menyediakan memberikan profesional dalam kualitas proses profesional, bimbingan, pengajaran latihan. kualifikasi. Asumsi ini memberi pengertian, bahwa Cervero manusia harus terhadap pendidikan. dan bertanggungjawab Sebagaimana Lengrand menguraikannya: Pertama, menempatkan struktur dan metode, yang akan membantu manusia selama jenjang hidupnya untuk memelihara kelangsungan masa percobaan dan latihannya. Kedua, melengkapi tiap individu untuk menjadi obyek dan alat perkembangan sendiri dalam derajat tertinggi dan paling benar melalui berbagai bentuk paket-paket lanjutan yang memiliki dalam kutipan Subagyo mengelompokkan profesional tujuan berkelanjutan pendidikan dalam tiga bagian, yaitu: (1) tujuan menurut sudut pandang fungsionalis terhadap profesional, yang mencakup fokus intervensi individual dan sosial individual; (2) tujuan menurut pandangan konflik terhadap profesional yaitu yang melihat profesional bertentangan dengan kelompok-kelompok lain di masyarakat demi kekuasaan, status, 29 Lengrand, Op.Cit., 31 132 pendidikan Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online) DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017 dan uang; (3) tujuan yang merupakan reaksi terhadap tujuan berdasar pandangan konflik dan tujuan berdasarkan pandangan fungsi.30 mengatakan: “Program-program latihan Peningkatan kompetensi sepenuhnya inisiatif, tertuju kepada peningkatan kualitas manusia. Kualitas itu mencakup segi fisik, itu hendaknya mampu mendorong tumbuhnya kreativitas, keberanian, serta sehingga mampu mengembangkan model-model pelayanan secara variatif (bervariasi).”31 religius, moral, intelektual, keterampilan, Salah satu model kecakapan tersebut sosio kultural. Karena tanpa itu kita akan adalah behavioral modeling atau pelatihan tertinggal. kecakapan sosial. Model ini memakai Cara untuk memenuhi dengan prosedur belajar terstruktur mencakup dan modeling, role playing, kembalian unjuk kebenaran baru. Pendidikan Profesional kerja, dan transfer of training. Agar Lanjutan merupakan salah satu strategi terjadi transfer of training dipakai teknik- dalam kompetensi teknik yang akan memudahkan terjadinya ini yaitu penyediaan secara lisan, tertulis atau keperluan intelektual mempelajari adalah fakta, keahlian meningkatkan profesional. dilakukan Pendidikan ditempat dapat pelayanan dan dengan gambaran penyedia lain. Hal ini tidak lepas dari kecakapan, tujuan-tujuan yang ditentukan, baik secara diulang-ulang, fungsional, konflik dan reaksi. mengupayakan kesamaan stimulan di 2. Lembaga Organisasi Pelayanan lingkungan Salah satu lembaga pengembangan kompetensi profesional adalah lembaga organisasi pelayanan. Seorang profesional dapat memanfaatkan pendidikan belajar prinsip-prinsip secara berlebihan semaksimal mungkin belajar dan lingkungan pemakaiannya, menyediakan penguatan dalam kehidupan yang sebenarnya. Model tersebut akan menyebabkan perubahan perilaku dan perubahan sikap profesional berkelanjutan di lembaga yang organisasinya komprehensif adalah model pengelolaan sendiri di samping konsisten. Model perubahan mendukung pengembangan. Hal ini diharapkan dapat pemeliharaan pelatihan yang menciptakan lingkungan pelayanan yang terhadap melalui lain dan Dalam menambah ketajaman pengajaran serta mengenal bimbingan. Model ini berfokus pada beberapa model program pelatihan dan perubahan perilaku mulai dari perilaku kompetensi profesional. pemanfaatannya, perlu pendidikan yang tersedia. Darmaningtyas 31 30 Subagyo,Op.Cit., 105 133 Darmaningtyas. Pendidikan Pada dan Setelah Krisis (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), 184 Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online) Jannes Sirait – Pendidik Kristen Profesional, Inspiratif dan Menarik minor sampai kepada perubahan perilaku oleh mayor. Perubahan perilaku yang kecil mengajar). Pendidik dapat memanfaatkan hanya berkenaan dengan pengetahuan program-program keterampilan disajikan sedang yang besar organisasi (tempat pelayanan/ pendidikan oleh para penyedia yang lain. berkenaan dengan sikap. Yang kecil Penyedia-penyedia tersebut antara lain: cukup dicapai melalui pelatihan, sedang Sekolah profesional, assosiasi profesi, yang penyedia-penyedia yang berdiri sendiri besar harus dicapai melalui pengembangan dengan berbagai metode. Berdasarkan analisis di atas, setiap program yang dilakukan harus seperti penyedia pendidikan luar sekolah yang sesuai dengan keperluan. Ada Pendidikan Tinggi yang mempunyai melaksanakan agenda, baik agenda pokok ataupun anak lembaganya yang khusus maupun menangani pendidikan berkelanjutan. agenda pendukung. Agenda pokok adalah program pendidikan yang memberi profesionalisme. Meningkatkan kompetensi Agenda profesionalisme kependidikannya dengan pendukung adalah program pendidikan memasuki jenjang pendidikan yang lebih untuk menambah kemampuan, memahami tinggi. dan menguasai materi yang diberikan dipertimbangkan tentang program studi lewat agenda pokok tersebut. Menurut lanjut yang harus dipilih dan harus sesuai Buchoriada tiga agenda pokok untuk dengan menuju profesionalisme, yaitu: dengan kemampuannya. Keperluan utama pertama, program untuk menguasai kemahiran profesional. Kedua, program untuk memupuk kepekaan terhadap aspek-aspek etika dari profesi. Ketiga, program untuk menanamkan dasar-dasar keberadaban. Segenap gagasan ini tergantung kepada derajat realisme dan asumsi yang dipergunakan dan kemampuan mengidentifikasikan peluang-peluang yang terdapat dalam kehidupan nyata.32 samping sarana keperluan harus serta tetap disesuaikan dalam hal ini adalah upaya memelihara, meningkatkan profesional dan mempertahankan profesi kependidikannya. Sementara kemampuan yang dimaksud mencakup kemampuan intelektual, fisikis, waktu dan finansialnya. Sebab memasuki suatu jenjang pendidikan yang lebih tinggi tidak mudah serta tidak pernah lepas dari bagian-bagian yang disebutkan di atas. 3. Melalui Penyedia Lain Di Namun peningkatan kompetensi profesional yang disediakan 4. Melalui Personal Learning Project Andrias Harefa berkata: “Anda adalah pendidik terbaik bagi diri Anda sendiri. Artinya, setiap orang dapat mengajarkan 32 Mochtar Buchori, Pendidikan Antisipatoris (Yogyakarta: Kanisius, 2001), 111 134 Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online) DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017 33 dan melatih dirinya sendiri.” profesional Semua diharapkan dapat anggota assosiasi Membagikan pikiran-pikiran. Belajar dari merencanakan belajarnya sendiri. Belajar mentor, sendiri ini mengarah kepada perbuatan menggunakan komputer. diri menjadi menusia pembelajar. profesional. televisi dan radio serta Dalam pelaksanaan belajar pribadi ini Selanjutnya Harefa mengatakan, “Bila sangat seseorang Surakhmad mengatakan, "Kadang-kadang telah pembelajar, menjadi maka manusia kelak ia dipengaruhi motivasi. W. lebih suatu proses belajar tidak dapat mencapai dimungkinkan untuk dapat diharapkan hasil maksimal disebabkan oleh karena menciptakan ketiadaan kekuatan yang mendorong ini organisasinya menjadi 36 organisasi pembelajar, yakni organisasi (motivasi).” yang terus-menerus memperluas kapasitas didorong oleh motivasi belajar yang bisa menciptakan dimunculkan dari dalam ataupun di luar masa depan mereka. Demikianlah pemimpin sejati membangun dasar-dasar kepemimpinannya menjadi manusia pembelajar.” dengan 34 Sumber daya dalam proyek belajar pribadi mencakup pendidik, pakar atau profesional, teman yang berpengalaman, surat khabar, majalah, jurnal, perpustakaan dan buku-buku profesional, laporan penelitian, sistem informasi.” 35 Seorang murid akan dirinya. Keke T Aritonang mengatakan: Faktor yang paling utama yang menentukan apakah siswa akan berminat dan termotivasi untuk belajar adalah faktor dari guru sendiri. Karena guru sebagai fasilitator harus mampu memilih dan mengolah metode, strategi dan motif mengajar yang dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar para siswa dan guru terlibat langsung dalam proses belajarmengajar.37 Strategi untuk memanfaatkannya adalah Dalam hal ini pendidik Kristen harus mewawancarai mengajukan dapat mengamati, seorang apa pekerjaannya. dan pertanyaan, membaca, menonton, menerapkan dipelajari dan kegiatan-kegiatan yang lain menempatkan yang dirinya profesional sebagai melakukan Eysenck dalam Slameto merumuskan (kunjungan, relasi dan paket-paket siap motivasi pakai). Strategi "self directif” yang lain menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, yaitu,berpraktek atau belajar dari praktek konsistensi, serta arah dari tingkah laku dan pengalaman sehari-hari. Menjadi 33 Andrias Harefa, Menjadi Manusia Pembelajar (Jakarta: Harian Kompas, 2000), 122 34 Ibid., 139-140 35 Subagyo,Op.Cit., 111 135 sebagai suatu proses 36 yang W.Surakhmad, Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar (Bandung: Tarsito, 1982), 66 37 Keke T Aritonang, ”Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa”, Jurnal Pendidikan Penabur, No.10/Tahun ke-7/Juni 2008: 17 Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online) Jannes Sirait – Pendidik Kristen Profesional, Inspiratif dan Menarik manusia, berkaitan dengan konsep-konsep pendidik adalah belajar bersama rekan. lain seperti minat, konsep diri, sikap dan Belajar bersama dapat dikatakan sebagai 38 sebagainya. juga proyek belajar kelompok (group leaming untuk project). Seorang pribadi belajar dengan tertentu, rekan menunjukkan bahwa di antara sehingga seseorang itu mau dan ingin keduanya terjadi proses saling belajar dan melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, mengajar. Proses belajar sedemikian ini maka akan berusaha untuk meniadakan biasanya muncul oleh karena berbagai atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. kebutuhan 5. Melalui Group Learning Project. perubahan baru diantara orang-orang yang dikatakan Motivasi serangkaian menyediakan dapat usaha kondisi-kondisi Manusia adalah mahkluk individu dan dan oleh karena suatu seprofesi. Timbulnya kebutuhan untuk makhluk sosial. Dalam hubungannya mengadakan dengan manusia sebagai makhluk sosial, dengan perkembangan terkandung suatu maksud bahwa manusia bidang kerja; timbul kebutuhan untuk tidak terlepas dari individu lain. Pendidik mengevaluasi proyek-proyek kerja yang sebagai manusia pembelajar tentu tidak dilaksanakan menurut program tertentu; terlepas dari sesamanya. Harefa berkata, timbul “Manusia pembelajar bertanggung jawab pengetahuan dan pengalaman di kalangan kepada petugas bidang kerja yang sejenis. sesama masyarakat dengan manusia, sekitarnya. eksistensi makhluk sosial.” 39 Ini manusia kepada pendidikan kebutuhan berkaitan Dalam sebagai, memperhatikan yang terbaru dalam untuk proses sesuai belajar berbagai bertukar perlu kondisi Sardiman A. M pendukung. Kondisi tersebut berhubungan mengatakan, “Ia perlu belajar mengenali dengan pihak-pihak yang berinteraksi, dan guna mencapai sasaran yang diinginkan. menghayati nilai-nilai dalam peningkatan kompetensinya, dalam hal ini Setiap sesama pendidik. pengembangan dan evaluasi program; tersebut terjadi Dalam hubungan komunikasi dan interaksi”.40 Salah meningkatkan 38 strategi kompetensi dalam kelompok harus memiliki dalam kecakapan melakukan penyelidikan dan profesional pemecahan masalah bersama-sama; sikap Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 170 39 Harefa, Op.Cit., 136 40 Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali, 1990), 1 136 berbagi kebebasan ekspresi diijinkan; anggotaanggota satu orang diagnostik terhadap proses didorong (selama belajar berlangsung harus ada Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online) DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017 evaluasi sambil jalan). 41 Dalam usaha komponen pendidikan masih dianggap pencapaian tujuan belajar perlu ada sistem paling berperan dan berpengaruh bagi lingkungan (kondisi) belajar yang lebih kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, kondusif. saling sebagai komponen paling berpengaruh, dan maka para pendidik Kristen wajib menjadi Setiap mengalirkan partisipan, pengalaman pengetahuan, menolong menciptakan pribadi yang kreatif. lingkungan yang nyaman bagi belajar, memudahkan pengambilan keputusan. Pendidik Kristen perlu melihat peran 42 dan fungsi besarnya dalam pendidikan Belajar bersama rekan ini pun dapat secara holistik. Menjadi sebuah alasan, dilakukan melalui diskusi, sharing dan bahwa pendidik Kristen harus tetap serius lain sebagainya. memelihara dan berusaha meningkatkan KESIMPULAN kompetensi Pendidik Kristen yang profesional, Sehingga agar menjadi mampu kompeten. menjadi pendidik inspiratif dan menarik dalam kinerjanya Kristen yang andal, profesional, inspiratif harus menjaga stamina profesionalisme dan dalam keusangan dan sebagai komponen pendidikan sepertinya pengetahuan dan tidak dimilikinya. Artinya, profesinya. akan Pendidik pernah sepi Kristen untuk menarik. Berupaya harus menghindari ketidak-relevanan kemampuan secara para yang pendidik diperbincangkan. Pendidik (guru dan Kristen dosen) sebagai komponen pendidikan kontinyu mengembangkan diri sebagai harus mendapat perhatian serius dan bagian dari bingkai komponen pendidikan kontiniu. Pengelola pendidikan harus dan pembelajaran. Kemampuan yang melakukan perbaikan secara menyeluruh dimiliki pendidik Kristen akan menjadi terhadap komponen pendidikan, walaupun sebuah kepribadian baginya. Pemeliharan harus diakui bahwa perbaikan terhadap kepribadian semua komponen pendidikan tersebut dirinya tidak akan mungkin dapat dilakukan menarik dan inovatif. Pada akhirnya sekaligus dan serempak. Pendidik sebagai mereka akan disebut sebagai pendidik tersebut tetap konsisten akan membuat profesional, inspiratif, profesional dan kreatif. 41 Subagyo,Op.Cit., 113 Ridaul Inayah, Trisno Martono, Heri Sawiji, “Pengaruh Kompetensi Guru, Motivasi Belajar Siswa, dan Fasilitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Lasem Jawa Tengah Tahun Pelajaran 2011/2012”, Jurnal Pendidikan Insan Mandiri, Vol. 1, No. 1, 2013:8 42 137 dan Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online) Jannes Sirait – Pendidik Kristen Profesional, Inspiratif dan Menarik REFERENSI Aritonang, Keke T. ”Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa”, Jurnal Pendidikan Penabur, No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 Buchori, Mochtar. Pendidikan Antisipatoris,Yogyakarta: Kanisius, 2001 Darmaningtyas. Pendidikan Pada dan Setelah Krisis, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998. Dubin, Sherry L. dan Dubin, Samuel S. Maintaining Profesional Competence. Approaches to Career Enhancement, Vitality and Success Throughout a Work Life, San Francisco: Jossey-Bass Publishers, 1990. Haedar, Nashir. Agama dan Krisis Kemanusiaan Modern,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999. Harefa, Andrias. Menjadi Manusia Pembelajar, Jakarta: Harian Kompas, 2000 Hocking, David. Rahasia Keberhasilan Seorang Pemimpin, Yogyakarta: Andi Offset, 2001 Hendri, Edi. “Guru Berkualitas: Profesional dan Cerdas Emosi”, Jurnal Saung Guru, Vol. 1, No. 2, 2010: 7 Inayah, Ridaul; Martono, Trisno; Sawiji, Heri. “Pengaruh Kompetensi Guru, Motivasi Belajar Siswa, dan Fasilitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Lasem Jawa Tengah Tahun Pelajaran 2011/2012”, Jurnal Pendidikan Insan Mandiri, Vol. 1, No. 1, 2013 Kartowagiran, Badrun. “Kinerja Guru Profesional (Guru Pasca Sertifikasi)”, Jurnal Cakrawala Pendidikan, Th. XXX, No. 3, November 2011: 469470 Lengrand, Paul. Pengantar Pendidikan Sepanjang Hayat, Jakarta: Gunung Agung, 1981 138 M, Cervero, Ronald. Efektive Continuing Education for Professionals, San Francisco: Jossey Bass, 1998 M, Sardiman A. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali, 1990Singgih, Emanuel Gerit. Reformasi dan Transformasi Pelayanan Gereja MenyongsongAbad ke-21, Yogyakarta: Kanisius, 1996 Mulyasa, E. Menjadi Pendidik Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Rosdakarya, 2008 Munte, Bangun. “Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Kristen (PAK) Terhadap Hasil Belajar Siswa”, Jurnal Dinamika Pendidikan, Vol. 9, No. 3, November 2016: 127 (http://ejournal.uki.ac.id/index.php/jdp ) Murwani, Elika Dwi. “Peran Guru dalam Membangun Kesadaran Kritis Siswa”, Jurnal Pendidikan Penabur, No.06/Th.V/Juni 2006: 62-63 Naim, Ngainun. Menjadi Pendidik Inspiratif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009 Nurdin, Syafruddin. Pendidik Profesional dan Implementasi Kurikulum (Ciputat: Ciputat Press, 2005. Sabri, N. M. Alisuf. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Ilmu Daya, 1995 Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Prenada Media Group, 2006. Saragih, A. Hasan. “Kompetensi Minimal Seorang Guru Dalam Mengajar”, Jurnal Tabularasa PPS Unimed, Vol. 5, No.1, (Juni 2008): 30 (jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/t abularasa) Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online) DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 1998 Stewart, Jim. Mengelola Perubahan Melalui Pelatihan dan Pengembangan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997 Subagyo, Andreas Bambang. Pendidikan Keagamaan Orang Dewasa Sebagai Pembinaan Kompetensi Orang Dewasa Bertheologia, Semarang: STBI, 2001. _______ Menjadi Profesional, Semarang: STBI, 2001. Sudjana, Nana. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Algesindo, 1998 139 Sukardjo dan Komarudin, Ukim. Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, Jakarta: Rajawali Press, 2009. Surakhmad, W. Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar, Bandung: Tarsito, 1982 Tomatala, Yakob. Kepemimpinan yang Dimanis, Jakarta: YT. Leadership, 1997. Trulland, Joe E. and Carter, James E. Ministerial Ethics: Being a Gong Minister in a Not So Good World, Nasville: Broadman & Holman Publishers, 1993. W, Arno F. Introduction to Psykology, McGraw: Hill Book Company, 1977. W, Galbraith Michael. dan S, Zelenak Boni. The Education of Adult and Continuing Education Profesional, Sanfrancisco: Jossey Bass, 1990. Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)