Pendidik Kristen Profesional, Inspiratif dan Menarik

advertisement
DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017
DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani)
Volume 1, Nomor 2, April 2017
ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)
http://www.sttintheos.ac.id/e-journal/index.php/dunamis
Submitted: 04 April 2017
Accepted: 11 April 2017
Published: 30 April 2017
Pendidik Kristen Profesional, Inspiratif dan Menarik
Jannes Eduard Sirait
Prodi Pendidikan Agama Kristen STT Sunsugos Jakarta
[email protected]
Abstract
Every human is created and given specific grace by God to actualize their lifes, which one of
them is becoming educator or teacher. This article is about Christian educator, both teacher
and lecturer, whose faith in Jesus as Lord and Savior. The purpose of this article to show the
Christian educator’s responsible in teaching and doing God’s truth. The method used is
analytical description, which author’s describing today’s educational world, where requires a
professional, inspiring and attractive educator for students. By using idealistic approach to
Jesus’ profiling, so author conclude that Jesus is a pattern of a professional, inspiring and
attracative educator whom must be followed by Christian educators in this present time.
Keywords: attractive; educator; Christian educator; inspiring; professional
Abstrak
Manusia diciptakan dan memiliki karunia yang khusus dari Tuhan untuk melakukan
pekerjaannya, salah satunya adalah menjadi pendidik atau pengajar. Artikel membahas
tentang pendidik Kristen, yaitu setiap guru dan dosen yang beragama Kristen, yang beriman
kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Tujuan dari pembahasan ini untuk
menunjukkan tanggung jawab pendidik Kristen dalam mengajarkan ajaran Tuhan dan
melakukan kebenaran Allah. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif, penulis
menggambarkan keadaan dunia pendidikan saat ini, di mana membutuhkan sosok yang
profesional, inspiratif dan menarik bagi peserta didik. Dengan menggunakan pendekatan
idealistik pada profil Yesus, maka penulis menyimpulkan bahwa Yesus adalah sosok pendidik
yang profesional, inspiratif dan menarik, yang harus dicontoh oleh para pendidik Kristen
masa kini.
Kata Kunci: menarik; inspiratif; pendidik; pendidik Kristen; profesional
117
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)
Jannes Sirait – Pendidik Kristen Profesional, Inspiratif dan Menarik
dan memenuhi kompetensi yang andal.
PENDAHULUAN
Komponen pendidik merupakan ujung
tombak
berlangsungnya
Kompetensi profesional seorang pendidik
kegiatan
dapat usang sesuai dengan waktu dan
pembelajaran.
Ia
berperan
untuk
perubahan jaman. Artinya, kompetensi
merancang,
melaksanakan
dan
dan ilmu pengetahuan menjadi kurang
mengevaluasi
pembelajaran
sekaligus
relevan
dengan
perkembangan
dan
menjadi sumber belajar. Dalam perannya,
perubahan pengetahuan yang ada. Oleh
kerapkali mendominasi proses dalam
sebab itu, pendidik perlu memikirkan
perubahan nilai dan sisi kognisi anak
strategi-strategi menjawab pertanyaan dan
didik.
persoalan seputar peningkatan kompetensi
Mereka
berinteraksi
langsung
dengan para peserta didik. Sehingga,
profesionalnya.
mendorong praktisi pendidikan berasumsi
dilakukan
bahwa
praktisi pendidikan selalu dirindu dan
bagaimana
pun
bagusnya
Semua
akan
kurikulum dan seberapa lengkap fasilitas,
dinanti
sarana dan prasarana pendidikan yang
pengajarannya.
upaya
menjadikan
oleh
para
yang
seorang
pendengar
tersedia tanpa diimbangi oleh kemampuan
pendidik
METODE
Pendidikan Agama Kristen (PAK), maka
Metode
atau
tingkat
profesional
yang
digunakan
dalam
komponen-komponen pendidikan tidak
penelitian ini adalah analisis-deskriptif
dapat berfungsi optimal; satu pun dari
tentang pendidik Kristen atau Pendidikan
komponen itu tidak dapat diabaikan.
Agama Kristen dalam konteks proses
Berkaca dari keyakinan tersebut, maka
nisbah antara profesi pendidik dengan
tingkat profesionalismenya tidak dapat
disepelekan.
Dalam
kerangka
profesionalisme yang mencakup kualitas
proses dan out put, maka tindakan utama
yang harus dilakukan adalah mengkritisi,
mengupayakan
komponen
mengkaji
serta
meningkatkan
profesionalisme
dan
memikirkan
pendidik;
berbagai
strategi jitu dalam menutrisi, memelihara
118
belajar baik di pendidikan menengah
maupun
pendidikan
tinggi.
Peneliti
mendeskripsikan keadaan riil konteks
pendidikan di sekolah dan persoalan yang
dihadapinya.
Peneliti
menggunakan
pendekatan literatur untuk menguraikan
teori-teori belajar dan profesionalisme
tenaga pengajar atau pendidik demi
mendapatkan
sosok
ideal
seorang
pendidik yang dapat menstimulasi hasil
belajar peserta didik.
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)
DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017
Dengan pendekatan literatur tersebut
keseimbangan antara penguasaan aspek
peneliti mendeskripsikan profil pendidik
kependidikan dan disiplin ilmu. Keduanya
ideal dalam konteks pendidikan (agama)
tidak perlu dipertentangkan melainkan
Kristen. Peneliti menganalisis beberapa
bagaimana
teori dan menerapkannya untuk menjadi
kepribadiannya
sebuah
profesionalisme
penguasaan materinya. Untuk mencapai
pendidik Kristen, baik dalam konteks
maksud tersebut, seorang pendidik harus
pendidikan menengah maupun pendidikan
memastikan bahwa dirinya adalah seorang
tinggi.
yang
bentuk
ideal
wawasan
profesionalisme memberikan kontribusi
pancingan (feed back) yang inspiratif
untuk merenung dan memberikam nilai
ulang bobot dan kondisi profesionalisme
pendidik. Guna memperoleh kontribusi
optimal,
maka
sebelum
berkualitas
terasah
andal
yang
aspek
diikat
1. Membutuhkan kecakapan khusus
Profesionalisme Pendidik Kristen
tentang
dan
tertempa
religiousitas Kristen yang kuat.
PEMBAHASAN DAN HASIL
Pemaparan
pendidik
lebih
jauh
membicarakannya, akan lebih baik jika
terlebih dahulu melihat makna sekitar
Jabatan pendidik merupakan jabatan
profesional; sebagai jabatan profesional,
pemegangnya
kompetensi,
baik
memenuhi
secara
pedagogik,
kognitif, maupun spiritualitas. Profesional
berasal dari kata profesi (profession) yang
diartikan sebagai jenis pekerjaan khas
yang mana memerlukan pengetahuan,
keahlian atau ilmu pengetahuan yang
digunakan
wawasan profesionalisme.
harus
dalam
aplikasi
untuk
berhubungan dengan orang lain, instansi
Esensi pendidik Kristen profesional
Seorang
pendidik
Kristen
atau
wajib
lembaga.
profesional
Menurut
adalah
Nurdin,
(1)
bersangkutan
(2)
memerlukan
memiliki keberanian berinovasi dalam
dengan
hidup
pembelajaran,
kepandaian khusus menjalankannya dan
mengembangkannya menjadi bermutu,
(3) mengharuskan adanya pembayaran
dinamis dan bermakna. Profesionalisasi
untuk melakukannya.1
dan
proses
selalu berhubungan erat dengan profil
pendidik yang
flamboyan, walaupun
potret pendidik yang ideal memang sulit
Untuk
melalui
profesi,
menjadi
profesional
profesionalisasi.
harus
Sebab
profesionalisasi adalah proses yang akan
diperoleh namun hal itu mampu diterka.
Pendidik idaman adalah produk dari
119
1
Syafruddin Nurdin, Pendidik Profesional
dan Implementasi Kurikulum (Ciputat: Ciputat
Press, 2005), 13
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)
Jannes Sirait – Pendidik Kristen Profesional, Inspiratif dan Menarik
mengakibatkan pekerjaan bergerak pada
memaksimalkan
tingkat yang lebih tinggi atau lebih
didik berdasar potensi dan kecakapan
rendah. Profesionalisasi dapat diartikan
yang dimiliki masing-masing individu.
sebagai proses membuat suatu badan
organisasi
agar
Dengan
menjadi
kata
merupakan
lain,
usaha
profesional.
profesionalisasi
menjadikan
suatu
kemampuan
peserta
Seorang
pendidik
Kristen
harus
profesional,
memiliki
profesionalisme
yang sesuai dengan tanggung jawabnya,
serta
kehidupan
iman
yang mampu
jabatan sebagai pekerjaan profesional;
diteladani.
upaya dan peningkatan dasar, kriteria,
pendidik terlihat dari kemampuannya
standar, kemampuan, keahlian, etika, dan
dalam
perlindungan suatu profesi. Profesional
mengimplementasikan berbagai strategi
adalah sifat sesuatu yang berkenaan
pembelajaran sesuai dengan minat serta
dengan
dalam
bakat anak didik.2 Perkembangan peserta
dengan
didik termasuk dalam memanfaatkan
tuntutan profesi; orang yang mempunyai
berbagai sumber dan media pembelajaran
kemampuan
untuk
profesi;
menjalankan
penampilan
jabatan
sesuai
sesuai
dengan
tuntuan
profesi.
merancang
seorang
(desain)
menciptakan
serta
efektifitas
pembelajaran. Pendidik perlu memiliki
Kriteria
melibatkan
batang
Profesionalisme
jabatan
profesional
kemampuan khusus, yang tidak dimiliki
intelektual,
mempunyai
oleh mereka yang bukan pendidik.
tubuh
memerlukan
ilmu
yang
persiapan
khusus,
pendidik
Kristen
untuk
merupakan perilaku rasional. Artinya, apa
latihan
yang dilakukan seorang pendidik harus
dalam jabatan yang bersinambungan,
dapat dipertanggungjawabkan (rasional).
merupakan karir hidup dan keanggotaan
Penampilan atau unjuk kerja umumnya
yang
berhubungan erat dengan kemampuan
memangkunya,
memerlukan
permanen,
perilakunya,
lama
Profesionalisme
menentukan
mementingkan
baku
layanan,
strategis
yang
dimiliki
mempunyai organisasi profesional, dan
kemampuan
mempunyai kode etik yang ditaati oleh
Sehubungan dengan itu, maka tingkat
anggotanya. PendidikKristen profesional
profesionalisme pendidik menjadi penentu
adalah pendidik yang mengedepankan
dalam
proses
taktis
termasuk
dan
pembelajaran
teknis.
yang
mutu dan kualitas layanan dan produknya,
layanan
pendidik
standarisasi
bangsa
kebutuhan
dan
120
harus
memenuhi
masyarakat,
pengguna
serta
2
Bangun Munte, “Pengaruh Kompetensi
Profesional Guru Pendidikan Agama Kristen
(PAK) Terhadap Hasil Belajar Siswa”, Jurnal
Dinamika Pendidikan, Vol. 9, No. 3, November
2016: 127 (http://ejournal.uki.ac.id/index.php/jdp)
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)
DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017
berdampak bagi prestasi belajar anak
profesional,
didik. Hal tersebut menunjukkan bahwa
kapasitas untuk melakukan tugas pada
profesionalisme adalah kinerja pendidik
tingkatan yang dapat diterima sampai
yang
mendapatkan lisensi dan etika serta ciri-
ditampilkan
dalam
tugas
dan
tanggung jawabnya.
ciri
yakni
kemampuan
sub-kultur
yang
atau
berbeda.
Menurut Sherry dan Samuel ada dua
Sebagaimana dipahami bahwa profesi
kawasan yang tercakup di dalamnya.
pendidik selalu memerlukan pengetahuan
Pertama,
keahlian-keahlian
dasar, kecakapan teknis, kemampuan
(proficiencies) yang khusus bagi profesi
pemecahan masalah yang berbeda atau
atau bidang ilmu. Keahlian itu adalah
tidak tepat sama dengan keperluan profesi
dasar pengetahuan khusus untuk bidang
yang lain. Profesi pendidik memerlukan
ilmu; kecakapan teknis yang dianggap
kemampuan
pokok
kemampuan
kepribadian, motivasi, sikap-sikap dan
menyelesaikan beragam masalah yang
nilai-nilai yang berbeda atau tidak tepat
dihadapi dalam profesi. Kedua, ciri-ciri
sama dengan keperluan profesi lain.
umum yang memudahkan orang itu
Profesionalisme
mengembangkan dan mempertahankan
memenuhi
profesionalisme. Ciri-ciri itu antara lain
mengutip pandangan Heron membagi
kemampuan
profesionalisme tersebut ke dalam lima
adalah
dalam
profesi;
intelektual,
ciri-ciri
kepribadian, motivasi, sikap-sikap, dan
3
nilai-nilai.”
sendiri
kriteria
antara
ciri-ciri
pun
mutu.
lain:
harus
Subagyo
(1)
Kriteria
eksekutif, (2) Kriteria teknik, (3) Kriteria
Seorang profesional tidak dipanggil
hanya berbuat tetapi untuk menjadi
profesional.
kategori,
intelektual,
Profesionalisme
psikososial,
(4)
Kriteria
moral,
(5)
Kriteria internal.4
seorang
Kriteria ini amat perlu diperhatikan
pendidik Kristen mencakup unjuk kerja,
pendidik sebagai profesional sebab yang
seperti: menguasai pengetahuan teoritis,
diharapkan bukanlah sekedar tugas yang
mampu menyelesaikan masalah-masalah,
dikerjakannya
dapat
mengerjakanya (berkenaan dengan gaya
memakai
kemampuan
pengetahuan
meningkatkan
praktis,
diri.
tetapi
bagaimana
cara
Hal
dan sikap waktu mengerjakannya, bukan
tersebut juga mencakup identitas kolektif
saja kompeten tetapi disertai komitmen
sehingga ada integritas). Profesionalisme
3
Sherry L. Dubin dan Samuel S.Dubin,
Maintaining Profesional Competence.
Approaches to Career Enhancement, Vitality and
Success Throughout a Work Life (San Francisco:
Jossey-Bass Publishers, 1990), 3
121
4
Andreas Bambang Subagyo, Pendidikan
Keagamaan Orang Dewasa Sebagai Pembinaan
Kompetensi Orang Dewasa Bertheologia
(Semarang: STBI, 2001), 12
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)
Jannes Sirait – Pendidik Kristen Profesional, Inspiratif dan Menarik
kerja pendidik harus diupayakan sampai
pelayanan (1 Kor. 13); berdedikasi (Rm.
tingkat penguasaan yang optimal. Ini
1:11-17); memiliki etika dan estetika (1
berarti pendidik menjadi sedemikian ahli
Tim. 3: 1-7).6 Syarat dan kriteria di atas
sehingga
sambil
harus dimiliki setiap pendidik Kristen.
mendengarkan
Jika tidak, maka pendidik tersebut hanya
dapat
menjalankannya
petunjuk
berpikir
atau
dan
praktiknya
menyesuaikannya
dengan
tugasnya
sebagai
praktisi
pendidikan
guna
mempunyai peran marginal (tersisih).
tuntutan
Terlebih dalam konteks dunia modern
pendidik.Sebagai
mereka
harus
memiliki kemampuan yang mantap.
seorang
profesional
dalam
profesionalismenya harus:
Ini berarti, guru dituntut untuk memiliki
kemampuan atau kompetensi ini demi
terwujudnya hasil dan prestasi belajar
Joe dan James menuliskan beberapa
profesional,
(2
antara
Tim.
lain:
2:15);
berkompeten (Ef. 4:11-12; 1 Kor. 12:7);
otonom/mandiri
5
(Yoh.
13:1-16);
A. Hasan Saragih, “Kompetensi Minimal
Seorang Guru Dalam Mengajar”, Jurnal
Tabularasa PPS Unimed, Vol. 5, No.1, (Juni
2008): 30
(jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/tabularasa)
122
terus
menerus
berubah-ubah dan berkembang, menuntut
tugas
pendidikan.
Wina
Sanjaya
mengatakan, bahwa kompetensi sebagai
atau
unjuk
kerja
dan
yang
dapat
dipertanggungjawabkan (rasional) dalam
upaya mencapai suatu tujuan.7
Menurut Undang-Undang Guru dan
Dosen No. 14/2005 dalam Pasal 10 dan
Peraturan
kompetensi
kompetensi
Pemerintah
No.
19/2005,
pendidik
(guru)
meliputi
kepribadian,
pedagogik,
profesional, dan sosial. Pendidik Kristen
harus
memiliki
keempat
kompetensi
ditambah dengan kompetensi spritual.
2. Berkualitas dan Berdedikasi Tinggi
siswa yang signifikan.
berpendidikan
yang
perilaku rasional terlihat dari penampilan
(1) menguasai bahan, (2) mengelola
program belajar mengajar, (3)
mengelola kelas, (4) menggunakan
media sumber, (5) menguasai
landasan-landasan kependidikan, (6)
mengelola interaksi belajar mengajar,
(7) menilai prestasi peserta didik
untuk kepentingan pengajaran, (8)
mengenal fungsi dan program
pelayanan bimbingan dan penyuluhan,
(9) mengenal dan menyelenggarakan
administrasi sekolah, dan (10).5
standar
situasi
adanya kompetensi serta ketepatan dalam
Wijaya dalam Saragih berpendapat
bahwa
dengan
Pendidik Kristen harus berkualitas dan
berdedikasi
tinggi;
dengan
demikian
mereka menjadi dambaan dari setiap
segmen
pengguna
jasa
6
pendidikan.
Joe E. Trulland James E.Carter, Ministerial
Ethics: Being a Gong Minister in a Not So Good
World, (Nasville: Broadman & Holman
Publishers, 1993), 38
7
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Prenada Media Group, 2006), 17-18
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)
DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017
Pendidik berkualitas memiliki andil besar
menunjang
guna
pencapaian
tujuan
dalam
mencapai
keberhasilan
pembelajaran. Lebih baik lagi apabila
pembelajaran.
Mulyasa
mengatakan,
sang
pendidik
berkualitas
pernah
mengadakan
dalam
penelitan dan lain-lain. Ukuran kualitas
membantu perkembangan peserta didik
seorang pendidik tidaklah diukur dari
untuk
hidupnya
banyaknya gelar yang dimiliki ataupun
secara optimal. 8 Ada banyak cara yang
banyaknya pelatihan/seminar yang diikuti,
dapat
dalam meningkatkan
atau lamanya masa mengajar. Seorang
kualitas ataupun mutu pendidik, misalnya:
pendidik berkualitas adalah mereka yang
melalui peningkatan jenjang akademis,
melaksanakan tugas-tugas kependidikan
workshop, penataran, peningkatan kinerja,
yang ditekuninya, menjalankan tugas
atau
profesi dengan baik sehingga dapat
mewujudkan
ditempuh
studi
berperan
pendidik
tujuan
banding.
pengetahuan
dan
mengangkat
mutu
Penambahan
pengalaman
pendidik.
dapat
mencetak anak didik yang berkualitas.
Seorang
Seorang pendidik harus tetap menjaga,
pendidik harus mengembangkan kapasitas
memelihara dan meningkatkan kualitas
dirinya dalam kerangka menjadi panutan,
dirinya. Melalui modifikasi padangan di
menjadi contoh dan tempat bertanya serta
atas, maka pendidik bermutu selalu
teman berdiskusi bagi pengguna (stake
memiliki kompetensi andal, kecakapan,
holder).9
dan kewenangan. Selain keahlian tersebut,
Seorang pendidik yang berkualitas
para ahli pendidikan menyetujui beberapa
memiliki ciri khas dengan memegang
sikap
komitmen
efektif,
menjadi
pendidik
yang
pendidik
berkualitas,
seperti:
evaluatif,
energik,
edukatif,
10
bermutu dan handal. Artinya, mampu
emansipatif.
melaksanakan tugas-tugas keprofesiannya
Dewantara semua hal tersebut ditujukan
dengan penuh semangat, dedikasi dan
untuk
bertangung jawab. Contohnya: seorang
membedakan ras, budaya, dan bangsa. 11
pendidik
Pendidik
selalu
membuat
skenario
pembelajaran, membuat alat peraga yang
Menurut
memajukan
menjadi
Ki
bangsa
pembebas
Hajar
tanpa
yang
memahami potensi peserta didiknya dan
menghormati setiap insan. Ki Hajar
8
E. Mulyasa, Menjadi Pendidik Profesional
Menciptakan
Pembelajaran
Kreatif
dan
Menyenangkan, (Bandung: Rosdakarya, 2008), 35
9
Elika Dwi Murwani, “Peran Guru dalam
Membangun Kesadaran Kritis Siswa”, Jurnal
Pendidikan Penabur, No.06/Th.V/Juni 2006: 6263
123
Dewantara
mengabadikannya
10
dalam
Edi Hendri, “Guru Berkualitas: Profesional
dan Cerdas Emosi”, Jurnal Saung Guru, Vol. 1,
No. 2, 2010: 7
11
Sukardjo dan Ukim Komarudin, Landasan
Pendidikan Konsep dan Aplikasinya (Jakarta:
Rajawali Press, 2009), 96
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)
Jannes Sirait – Pendidik Kristen Profesional, Inspiratif dan Menarik
falsafah “Ing Ngarso Sung Tulado, Ing
profesional
Madya
Mangun
Handayani.”
mampu
Karso,
Seorang
tidak
cukup
Tut
Wuri
penyegaran,
pendidik
harus
persiapan untuk mengawali tanggung
membangkitkan
pertahanan
sebatas
motivasi,
jawab yang baru.
memberikan dorongan untuk terus maju,
Pemeliharaan
sekadar
profesionalisme
berkarya, dan berprestasi. Hal serupa juga
pendidik
harus
pendidikKristen,
penggantian unsur-unsur profesionalisme
pendidik penuh inspirasi dan menarik
yang sudah usang, tidak layak dan tidak
serta
emansipator,
cocok untuk dipakai lagi. Keusangan ini
pemberi teladan dalam pelbagai hal,
dapat terjadi pada setiap profesional.
menjadi pembebas dan panutan bagi anak
Gagasan tersebut menurut Singgih terkait
didiknya.
erat dengan timbulnya spesialisasi di
dimiliki
mampu
para
menjadi
Pentingnya peningkatan profesionalisme
Mengapa profesionalisme pendidik
dibutuhkan?
Emanuel
Gerrit
Singgih
mengatakan: “Sekarang dalam rangka
menghadapi abad ke-21 yang penuh
persaingan, dirasakan sudah waktunya
untuk
meningkatkan.
manusia.”
12
Sumber
daya
Kepentingan profesionalisme
pendidik dapat dilihat dari berbagai segi,
seperti: profesional, organisasi tempat
professional
layanan
bekerja,
profesional
dan
penerima
(stake
holder).
Profesionalisme pendidik Kristen menjadi
sangat penting karena dapat mencegah
terjadinya
serta
keusangan
akibatnya
bagi
profesionalisme
diri
sendiri,
organisasi dan anak didik. Gambaran
tersebut
mengisyaratkan
sekaligus
menekankan tuntutan bahwa pendidikan
secara
atau
mendasar
mencakup
berbagai jurusan, ilmu dan minat. Bahkan,
dapat dikatakan hal tersebut menjadi salah
satu ciri di zaman modern ini. Subagyo
menuliskan
delapan
menunjukkan
profesionalisme
perilaku
tanda
tertentu
yang
keusangan
yang
dapat
dijadikan hal yang umum untuk profesi
lain13, yaitu:
1) Profesional tidak sadar konsepkonsep, ancangan-ancangan, dan
inovasi-inovasi paling akhir dalam
bidang profesinya. 2) Masukan-masukan profesional tidak lagi
kompetitif. Profesional tidak bisa
dengan alat-alat dan perlengkapan
yang paling akhir dalam pekerjaannya.
3) Profesional tidak memahami
keputusan baru dalam bidangnya. 4)
Tidak dapat menerapkan konsepkonsepnya
dalam
bidang
spesialisasinya.
5)
Rekan-rekan
sekerjanya berhenti berkonsultasi
dengannya
mengenai
segi-segi
pekerjaan. 6) Profesional mengalami
penurunan
penghargaan
dan
12
Singgih, Emanuel Gerrit, Reformasi dan
Transformasi Pelayanan Gereja Menyongsong
Abad ke-21(Yogyakarta: Kanisius, 1996), 90.
124
13
Subagyo, Menjadi Profesional (Semarang:
STBI, 2001), 52
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)
DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017
kredibilitas diantara rekan-rekannya.
7) Ada kecenderungan profesional
kecil kemungkinan dipilih oleh
organisasi tempat ia bekerja untuk
menjalankan tugas-tugas pokok. 8)
Profesional sedikit berperan dalam
pengambilan
keputusan
dalam
organisasi tempat ia bekerja.
pendidikan, baik pendidikan diri sendiri
Ada
dapat
misalnya dengan cara permagangan. Pada
menimbulkan keusangan profesionalisme
zaman modern latihan dan sosialisasi ini
pada para profesional. Haedar Nashir
telah dilembagakan di pendidikan tinggi,
mengatakan,
adalah
dengan menyediakan program pendidikan
perubahan, baik di luar maupun di dalam
profesional dan memberikan lisensi yang
diri profesional. Perubahan itu dapat
mengakui
terjadi dalam bidang pengetahuan yang
profesional.
banyak
faktor
yang
“Ringkasnya
atau oleh orang lain. 15 Pendidikan oleh
orang lain bagi orang dewasa, boleh jadi
hal itu melalui pendidikan formal, non
formal. Pada zaman dahulu latihan dan
sosialisasi ini dilakukan secara informal,
profesionalisme
para
14
diikuti oleh perubahan lain.” Perubahan
Namun demikian, profesional juga
pengetahuan, teknologi dan inovasi serta
diharuskan untuk menjalani tanggung
perubahan pekerjaan adalah perubahan
jawab
dari luar yang menyebabkan keusangan
profesinya
profesionalisme para profesional. Pada
dipahami juga bahwa pendidikan yang
saat
dimaksudkan
penulis
adalah
kemajuan berkembang dikatakan bahwa
profesionalisme
pendidik
dengan
dewa lama akan pergi, sebagai akibat
mengganti unsur-unsur profesionalisme
konsekuensi
yang
yang lama (yang tidak relevan) dengan
sekaligus menurunkan kemampuan dan
profesionalisme yang baru. Profesional
profesionalisme manusia.
tidak
nalar
dan
ilmu
perubahan
serta
gagasan
baru
Sehubungan dengan hal tersebut di
atas
maka
diupayakan
peningkatan
adanya
profesionalisme
para
baru
sepanjang
sebagai
hanya
perjalanan
pendidik.
Perlu
mempertahankan
profesionalisme yang lama tetapi juga
menambahinya sesuai kebutuhan dan
tuntutan profesionalisme.
pendidik. Mereka harus segera dilatih dan
mensosialisasikan
kebutuhan
tersebut.
Supaya tujuan ini dapat dicapai, maka
sangat
tepat
dilakukan
melalui
Faktor yang Mempengaruhi
Profesionalisme
dalam
lingkungan kerja bergantung pada lima
15
14
Haedar Nashir, Agama dan Krisis
Kemanusiaan Modern (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1999), 174-175
125
konteks
Badrun Kartowagiran, “Kinerja Guru
Profesional (Guru Pasca Sertifikasi)”, Jurnal
Cakrawala Pendidikan, Th. XXX, No. 3,
November 2011: 469-470
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)
Jannes Sirait – Pendidik Kristen Profesional, Inspiratif dan Menarik
faktor utama, yakni: tantangan kerja dan
memenuhi
tugas,
suasana
dirasakannya. Menurut Arno motivasi
organisasi, interaksi rekan, kebijakan dan
adalah “…sebagai kondisi-kondisi yang
perilaku
supervisors,
praktek manajemen.
16
Hal ini juga bisa
kebutuhan
memulai,
tertentu
yang
membimbing
dan
terjadi pada dunia pendidikan sebagai
mempertahankan perilaku manusia hingga
lingkungan pekerjaan yang menuntut
suatu
profesionalisme kerja. Selaini itu, Nurdin
diblokir”. 19 Walaupun kebutuhan setiap
mengatakan, bahwa ada empat faktor
orang sangat kompleks dan bervariasi,
dalam upaya peningkatan profesi pendidik
namun
di Indonesia, yaitu: ketersediaan dan mutu
merupakan
calon pendidik, pendidikan pra-jabatan,
membuat
mekanisme pembinaan dalam jabatan dan
Setidaknya ada tiga kekuatan utama
peranan organisasi profesi.17
sehingga motivasi itu dapat terjadi, yaitu:
Selain faktor yang disebut di atas,
sasaran
dicapai
pada
kebutuhan
motivasi
pokok
manusia
yang
berperilaku.
telah tercapainya pemuasan kebutuhan,
pemuasan
pengaruh
terhadap
terjadi perbedaan kognisi.
Seseorang
akan
kebutuhan
terhalang,
dan
melakukan
Menyoroti pendefenisian di atas, dapat
motivasi.
ditemukan sumber dorongan tersebut bisa
maupun
hadir dari dalam, atau dari sesuatu yang
kecil, selalu dipengaruhi oleh motivasi.
menggerakkan keinginan di luar dan di
Yakob Tomatala menyebutnya sebagai a
dalam. Sumber motivasi dari dalam
moving cause dan berhubungan dengan
tersebut
inner drive, impulse, intention. Kata motif
kebiasaan
berkembang
dan
berkembang secara kompleks) sedangkan
atau
motivasi
sesuatu
jika
berniat
respon
dasarnya
motivasi seorang pendidik memberikan
profesionalisme.
atau
ia
memiliki
Keputusan-keputusan,
artinya:
besar
menjadi
sedang
motivasi,
digerakkan
cenderung
beranjak
dari
(yang
telah
individu
yang
sumber
penggeraknya
digerakkan oleh sesuatu, dan apa yang
datang dari luar, selalu disertai oleh
menggerakkan
persetujuan,
itu
terwujud
dalam
kemauan,
dan
kehendak
tindakan. 18 Sehingga, motivasi menjadi
individu.
suatu
“Perubahan dapat memotivasi menjadi
perilaku
yang
dibuat
guna
Jim
Stewart
mengatakan,
lebih profesional. Tetapi justru pada
16
Subagyo, Op.Cit., 73
17
Syafruddin Nurdin, Pendidik Profesional
dan Implementasi Kurikulum (Ciputat: Ciputat
Press, 2005), 22-30
18
YakobTomatala, Kepemimpinan yang
Dimanis (Jakarta: YT. Leadership, 1997), 214-215
126
posisi
berubah
perubahan,
(dalam
orang
tidak
mau
profesionalismenya)
19
Arno F. W, Introduction to Psykology
(McGraw: Hill Book Company, 1977), 105
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)
DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017
karena tidak menyetujui perubahan itu.”20
termasuk faktor lingkungan non-sosial
Ronald M. Cervero menuliskan enam
(alami) ini adalah seperti: keadaan suhu,
hambatan pendidik dalam meningkatkan
kelembaban udara, waktu, tempat dan lain
profesionalisme, yaitu: ketidak-terlibatan,
sebagainya. Faktor lingkungan sosial baik
kekurangan
berwujud manusia dan representasinya
keluarga,
mutu,
biaya
halangan-halangan
untuk
hadir
dalam
termasuk budayanya dapat mempengaruhi
program-program, kekurangberuntungan,
peningkatan
hambatan-hambatan kerja. 21 Selain itu,
berkelanjutan bagi para profesional.
ternyata faktor umur (usia) dan tahap
kerja juga berpengaruh terhadap motivasi
untuk berperan serta dalam pendidikan
pendidikan
profesional
Pemeliharaan Kompetensi dan
Peningkatan Kepakaran
Kesulitan Umum yang dialami dalam
profesional berkelanjutan. Makin tua dan
meningkatkan
makin lanjut dalam karir, maka semakin
pendidik
berkurang partisipasi profesional dalam
pemahaman yang dimiliki mereka tentang
pendidikan
sedikit
pendidik
belajar
membutuhkan tingkat profesionalisme.
sepanjang hidup mereka, dan fakta ini
Inilah menjadi latar pengakuan negara
mewarnai dan akan terus lama sekali
terhadap pendidik sebagai profesi sama
mewarnai
dengan profesilainnya. Bahkan dalam
profesional
formal.
Terlalu
berkelanjutan
praktek
pendidikan
berkelanjutan bagi profesional.
profesionalisme pendidik adalah faktor
adalah
Faktor
lingkungan
yang
kerja
adalah
profesional
seberapa
adalah
jauh
profesi
yang
faktanya, bahwa pendidik sudah benar-
Faktor selanjutnya yang menentukan
eksternal.
kompetensi
benar diakui sebagai pejabat fungsional
negara.
dimaksudkan
Tugas pendidik yang paling utama
profesional.
adalah mengajar. Kegiatan tersebut tidak
Menurut Sabri N. M. Alisuf
22
faktor
dapat
dianggap
semata-mata
hanya
proses
penyampaian
materi
tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian,
sebagai
yaitu faktor lingkungan non-sosial (alam)
pelajaran.
dan faktor lingkungan
menyampaikan materi pelajaran, namun
sosial.
Yang
Mengajar
tidaklah
sekadar
juga sebuah proses mengubah perilaku
20
Jim Stewart, Mengelola Perubahan Melalui
Pelatihan dan Pengembangan (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1997), 261
21
Ronald M. Cervero, Efective Continuing
Education for Professionals (San Francisco:
Jossey Bass, 1998), 66
22
N. M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan
(Jakarta: Ilmu Daya, 1995), 58
127
anak
sesuai
dengan
tujuan
yang
diharapkan. Para ahli sepakat berkata
bahwa
mengajar
adalah
kegiatan
membimbing agar berkembang sesuai
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)
Jannes Sirait – Pendidik Kristen Profesional, Inspiratif dan Menarik
dengan asasnya. Selain itu juga melatih
jangkauan ini mengisyaratkan, bahwa
keterampilan,
kognitif
seseorang akan kehilangan kebebasan
maupun motorik, sehingga anak didik
dirinya sebab ia harus senantiasa siap
dapat hidup dan memberi kontribusi
sedia setiap saat melaksanakan tugas dan
positif
tanggung
di
baik
secara
dalam
masyarakat
yang
multikultural dan penuh persaingan.
antara
kompetensi
pelayanan
yang
diperintahkan serta memandang segala
Uraian ini menunjukkan adanya titik
temu
jawab
sesuatu dari kacamata ilahi. Sambutan
dan
terhadap panggilan mulia dari Tuhan ini
profesionalisme. Pendidik yang memiliki
tentu harus dilakukan secara profesional,
kompetensi akan dapat melaksanakan
sehingga
tugasnya secara profesional. Inilah yang
mengembangkan kompetensinya. Harus
menjadi
pula diyakini bahwa Tuhan menginginkan
alasan,
mengapa
pemeliharaan
dan
diperlukan
peningkatan
kompetensi profesionalnya. Sehubungan
dengan
tugas
mulia
tersebut,
maka
seorang pendidik harus tetap memelihara
dan
meningkatkan
kompetensi
profesionalnya. Sebab pemeliharaan dan
peningkatan
tersebut
kompetensi
merupakan
profesional
tuntutan
yang
sedemikian urgen dalam kinerjapendidik.
Upaya
tersebut
memberi
dengan
pengakuan
sendirinya
bahwa
perlu
mencetak
dan
hal tersebut. Subagyo mengatakan:
Rohaniawan
mengembangkan
pengetahuan
khusus
mengenai
Alkitab, teologi, sejarah agama,
ibadah
dan
liturgi,
khotbah,
pendampingan dan konseling pastoral;
mewujudkan dan mempertahankan
standar kompetensi, etika dan
moralitas profesional... walaupun
mereka menerima bayaran, mereka
menyertai
pelayanan
dengan
memenuhi kewajiban etis bertindak
demi keuntungan klien yang sebesarbesarnya.23
setiap
Pada prinsipnya, perbedaan mendasar
pendidikharus bekerja secara profesional
setiap profesi terletak dan berada dalam
sesuai dengan kompetensi atau kepakaran
tugas dan tanggung jawab. Tugas dan
yang dimilikinya. Melihat urgensitasnya,
tanggung jawab tersebut selalu memiliki
maka sudah saatrnya mengorbitkan para
hubungan yang erat dengan kemampuan
pendidik
dan
profesi. Secara mendasar kompetensi
mendesain strategi-strategi jitu dalam
tersebut tidak lain merupakan kompetensi
peningkatan kompetensi.
pendidik.
Kapasitas Pendidik Kristen
pandangan Cooper dan Glasser yang
berkompetensi
tinggi
Dengan
Pendidik Kristen dipanggil dan dipilih
Tuhan
untuk
melayani.
Sifat
dan
23
Subagyo, Op.Cit., 86
128
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)
memodifikasi
DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017
dikutip Sudjana 24 , mengatakan tentang
pertimbangan akal sekat (reasionable
kompetensi profesional pendidik meliputi:
reflective) untuk melakukan atau tidak
a) memiliki pengetahuan tentang tugas
melakukan sesuatu.
dan
panggilan.
b)
mempunyai
Menurut Ngainun Naim membagi
pengetahuan tentang tingkah laku pelajar
dimensi fleksibilitas kognitif pendidik
dan
c)
dalam tiga bentuk, yaitu: (1) dimensi
mempunyai sikap yang tepat tentang diri
karakteristik pribadi pendidik; (2) dimensi
sendiri, sekolah, masyarakat. d) memiliki
sikap kognitif pendidik terhadap anak
keterampilan teknik pastoral dan mampu
didik, dan; (3) dimensi sikap kognitif
mendiagnosa
pendidik terhadap materi pelajaran dan
pengetahuan
pendidikan.
situasi.
e)
kemampuan
metode
Bertolak dari modifikasi di atas, maka
psikologis
kompetensi
tiga
kesediaannya yang relatif tinggi untuk
Kompetensi
bidang
mengomunikasikan dirinya dengan faktor-
dan
perilaku
faktor eksternal, antara lain anak didik,
bidang,
pendidik
yaitu:
kognitif,
mencakup
sikap
(psikomotorik).
teman
Aspek kognitif berkenaan dengan
penguasaan
biasanya
sejawat,
Keterbukaan
ditandai
dan
dengan
lingkungan
pendidikan tempatnya bekerja. Menerima
atau
pengetahuan.
kognitif
mencakup
kestabilan emosi dan tidak emosional.
fleksibilitas kognitif (keluwesan ranah
Selain itu juga memiliki empati (respons
cipta)
psikologis.
afektif) terhadap pengalaman emosional
Fleksibilitas kognitif adalah kemampuan
dan perasaan tertentu terhadap orang lain.
berpikir yang diikuti dengan tindakan
Ia mampu merasakan keberadaan orang
secara simultan dan memadai dalam
lain termasuk anak didiknya.
Kemampuan
dan
situasi
teori
mengajar.
25
mengukur (mengevaluasi) pembelajaran.
keterbukaan
tertentu.
dengan
iklas
dan
menjaga
umumnya
Keterbukaan psikologis ini memiliki
dengan
beberapa manfaat, antara lain: pertama,
keterbukaan dalam berpikir dan adaptasi.
merupakan pra-kondisi atau prasyarat
Memiliki resistensi (daya tahan) terhadap
penting yang perlu dimiliki pendidik
ketertutupan ranah cipta yang prematur
untuk memahami pikiran dan perasaan
(terlampau dini) dalam pengamatan dan
orang lain. Kedua, keterbukaan psikologis
pengenalan.
(critical
diperlukan untuk menciptakan suasana
oleh
hubungan antarpribadi pendidik dan anak
fleksibilitas
thinking)
24
ini
Pada
kritikan
ditandai
Berpikir
yang
kritis
dilandasi
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar
Mengajar (Bandung: Algesindo, 1998), 18
129
25
Ngainun Naim, Menjadi Pendidik Inspiratif
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 46-48
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)
Jannes Sirait – Pendidik Kristen Profesional, Inspiratif dan Menarik
didik harmonis, sehingga mendorong anak
didik
untuk
mengembangkan
dirinya
dalam situasi.
Upaya
peningkatan
kompetensi
secara bebas tanpa ganjalan. Kemampuan
profesional pun tergantung pada inisiatif
dalam
ini
pribadi pendidik sebagai orang yang
pendidik
dipilih Tuhan untuk melakukan tugas
secara hakiki adalah tugas yang sangat
pelayanan pendidikan. Setidak-tidaknya
kompleks.
kompetensi pendidik Kristen yang harus
fleksibilitas
menunjukkan
kognitif
bahwa
tugas
Kemampuan bidang sikap merupakan
ada adalah kualitas, mencakup kemuridan
kesiapan dan kesediaan pendidik terhadap
Kristus, pemahaman dunia, pemahaman
berbagai hal yang berkenan dengan tugas
tradisi Kristen, keprihatinan dan perhatian
dan
terhadap orang lain, kepastian untuk
profesinya.
Misalnya
sikap
menghargai pekerjaan, mencintai dan
penafsiran,
memiliki
kreativitas.
perasaan
senang
terhadap
panggilan
pelayanan,
toleransi
memiliki
kemauan
keras
dan
untuk
meningkatkan hasil pelayanannya.
pengabdian
diri,
dan
Strategi Peningkatan Kompetensi
Pendidik sebagai profesional sejati
perlu
memiliki
kesungguhan
dalam
melakukan hal terbaik dalam mengemban
Kompetensi perilaku (psikomotorik)
adalah
kemampuan
keterampilan
mengajar,
dalam
seperti:
keterampilan
membimbing,
menggunakan
berbagai
wahana,
menilai,
bergaul
berkomunikasi,
atau
keterampilan
menumbuhkan semangat, keterampilan
menyusun rencana, hingga administrasi.
Kompetensi
kepada
psikomotor
praktek
kompetensi
dan
tersebut
mempengaruhi.
menekankan
bidang-bidang
adalah
Pendidik
saling
selalu
berhubungan erat dengan keterampilan
dalam
melakukan
perencanaan,
tugas dan tanggung jawabnya sebagai
pendidik
Kristen.
Sebagaimana
disepakati, bahwa kompetensi-kompetensi
yang ada akan mampu memengaruhi
orang dalam jumlah besar yangdapat
dilakukan dan dipersembahkan seorang
pendidik Kristen kepada Tuhan Yesus
Kristus. Alasan ini menjadi acuan bahwa
pelayanan pendidikan masa kini semakin
disorot oleh banyak orang. Kartowagiran,
menekankan bahwa seorang pendidik
harus terus dapat mengembangkan dan
meningkatkan
profesionalnya.
kompetensi
26
Kompetensi tersebut
pelaksanaan, evaluasi dan kemandirian.
Kemampuan
membaca
situasi
dan
bertindak, serta dapat menemukan makna
130
26
Kartowagiran, Jurnal Cakrawala
Pendidikan, 469
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)
DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017
strategi yang meliputi pembaruan
secara mandiri.28
dapat ditingkatkan melalui pendidikan
yang prosesnya berlangsung terus selama
hidup seseorang yang dapat dilakukan
secara formal maupun non-formal.
Pendidik Kristen profesional, harus
mampu mengarahkan dirinya sendiri.
Peningkatan kompetensi profesional
Sebab tidak ada pihak luar yang berusaha
(pendidik) tersebut memerlukan strategi-
memaksanya untuk belajar, dia harua
strategi
memperbaiki
khusus.
David
Hocking
kesiagaan
mentalnya
mengatakan: ”Strategi itu akan membantu
menjadi
kita untuk bersabar bila sesuatu menjadi
berpengertian.
buruk. Bila kemerosotan itu terjadi,
pendidiksebagai orang dewasa, maka
strategi Anda dapat menahan Anda.
dalam mengarahkan dirinya sendiri hanya
Strategi Anda menolong menempatkan
ada
semua
itu”.
27
Strategi
peningkatan
lebih
satu
berpengetahuan
Dilihat
strategi
pembaharuan
secara
dan
dari
sudut
unggul,
yaitu:
mandiri
entah
kompetensi profesional tersebut tentu
memanfaatkan
harus didasarkan pada ancangan tertentu.
berkelanjutan, belajar sendiri, maupun
Menurut Andreas B Subagyo, bahwa
bersama-sama dengan rekannya dan ini
ancangan yang tepat dalam meningkatkan
merupakan ciri khas pendidikan orang
kompetensi profesional adalah ancangan
dewasa.
developmental, yaitu proses peningkatan
diperhatikan, ditempatkan dan digunakan
terus menerus, mulai segera sesudah
untuk menjelajah keilmuan dan memiliki
profesional
keuletan
menerima
gelar
dan
pendidikan
Setiap
untuk
profesional
petunjuk
menciptakan
sendiri
berlangsung terus sepanjang karirnya.
sumber
Menurut Subagyo:
kreatif tinggi, yaitu mempertanyakan, dan
Dilihat dari sudut pandang para
pendidik berkelanjutan ada tiga
strategi pokok cara meningkatkan
kompetensi
profesional.Pertama,
strategi yang memusatkan perhatian
pada manipulasi ciri-ciri lingkungan
kerja
yang
menyuburkan
peningkatan
kompetensi.Kedua,
strategi yang melibatkan pelatihan
kecakapan khusus yang dianggap
berkurang pada profesional ketika
pertengahan
karirnya.
Ketiga,
27
David Hocking. Rahasia Keberhasilan
Seorang Pemimpin, (Yogyakarta: Andi Offset,
2001), hlm. 122
131
pengetahuan.
harus
Memiliki
sifat
mempersoalkan, serta mengembangkan
yang telah ada demi suatu pelayanan
pendidikan yang berkualitas.
1. Peningkatan Melalui Pendidikan
Peningkatan
dilakukan
maupun
kompetensi
dilakukan
non
secara
formal.
dapat
formal
Berdasarkan
Instruksi Presiden No. 15 Tahun 1974.
28
Subagyo, “Pendidikan Keagamaan Orang
Dewasa Sebagai Pembinaan Kompetensi Orang
Dewasa Bertheologia”, Op.Cit.,10
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)
Jannes Sirait – Pendidik Kristen Profesional, Inspiratif dan Menarik
Pendidikan adalah segala usaha untuk
pendidikan sendiri.29
membina
Pendidikan
kepribadian
dan
sebagai
sarana
mengembangkan kemampuan manusia
mempersiapkan orang memiliki bekal
Indonesia, jasmani dan rohaniah, yang
agar
berlangsung seumur hidup, baik di dalam
mengembangkan metode berpikir secara
maupun diluar sekolah, dalam rangka
sistematik
pembangunan persatuan Indonesia dan
masalah yang akan dihadapi. Hal ini
masyarakat adil dan makmur berdasarkan
merupakan
Pancasila.
profesional. Dalam prosesnya memiliki
Sedangkan Undang-Undang RI No. 2
siap
strategi.
tahu,
agar
mengenal
dapat
bagian
Salah
memecahkan
dari
satu
dan
kompetensi
strategi
untuk
Tahun 1989 mencatat bahwa, “Pendidikan
meningkatkan
adalah usaha sadar untuk menyiapkan
dapat diperbaharui dengan berperan serta
peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
dalam Continuing Professional Education
pengajaran
(Pendidikan Profesional Berkelanjutan)
dan/atau
latihan
bagi
Kompetensi
profesional
peranannya dimasa yang akan datang."
dari
Artinya, pendidikan merupakan landasan
kompetensi tersebut dilakukan dengan
untuk
mempersiapkan,
memanfaatkan
mengembangkan
penyedia
membentuk,
membina
dan
berbagai
penyedia.
Peningkatan
lembaga-lembaga
seperti
pendidikan
tinggi,
kemampuan sumber daya. Pendidikan
lembaga atau lembaga independen yang
berperan
peningkatan
menyediakan
memberikan
profesional
dalam
kualitas
proses
profesional,
bimbingan,
pengajaran
latihan.
kualifikasi.
Asumsi ini memberi pengertian, bahwa
Cervero
manusia
harus
terhadap
pendidikan.
dan
bertanggungjawab
Sebagaimana
Lengrand menguraikannya:
Pertama, menempatkan struktur dan
metode, yang akan membantu
manusia selama jenjang hidupnya
untuk memelihara kelangsungan masa
percobaan dan latihannya. Kedua,
melengkapi tiap individu untuk
menjadi obyek dan alat perkembangan
sendiri dalam derajat tertinggi dan
paling benar melalui berbagai bentuk
paket-paket
lanjutan
yang
memiliki
dalam
kutipan
Subagyo
mengelompokkan
profesional
tujuan
berkelanjutan
pendidikan
dalam
tiga
bagian, yaitu:
(1) tujuan menurut sudut pandang
fungsionalis terhadap profesional,
yang mencakup fokus intervensi
individual dan sosial individual; (2)
tujuan menurut pandangan konflik
terhadap profesional yaitu yang
melihat profesional bertentangan
dengan kelompok-kelompok lain di
masyarakat demi kekuasaan, status,
29
Lengrand, Op.Cit., 31
132
pendidikan
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)
DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017
dan uang; (3) tujuan yang merupakan
reaksi terhadap tujuan berdasar
pandangan konflik dan tujuan
berdasarkan pandangan fungsi.30
mengatakan: “Program-program latihan
Peningkatan kompetensi sepenuhnya
inisiatif,
tertuju
kepada
peningkatan
kualitas
manusia. Kualitas itu mencakup segi fisik,
itu
hendaknya
mampu
mendorong
tumbuhnya kreativitas, keberanian, serta
sehingga
mampu
mengembangkan model-model pelayanan
secara variatif (bervariasi).”31
religius, moral, intelektual, keterampilan,
Salah satu model kecakapan tersebut
sosio kultural. Karena tanpa itu kita akan
adalah behavioral modeling atau pelatihan
tertinggal.
kecakapan sosial. Model ini memakai
Cara
untuk
memenuhi
dengan
prosedur belajar terstruktur mencakup
dan
modeling, role playing, kembalian unjuk
kebenaran baru. Pendidikan Profesional
kerja, dan transfer of training. Agar
Lanjutan merupakan salah satu strategi
terjadi transfer of training dipakai teknik-
dalam
kompetensi
teknik yang akan memudahkan terjadinya
ini
yaitu penyediaan secara lisan, tertulis atau
keperluan
intelektual
mempelajari
adalah
fakta,
keahlian
meningkatkan
profesional.
dilakukan
Pendidikan
ditempat
dapat
pelayanan
dan
dengan
gambaran
penyedia lain. Hal ini tidak lepas dari
kecakapan,
tujuan-tujuan yang ditentukan, baik secara
diulang-ulang,
fungsional, konflik dan reaksi.
mengupayakan kesamaan stimulan di
2. Lembaga Organisasi Pelayanan
lingkungan
Salah satu lembaga pengembangan
kompetensi profesional adalah lembaga
organisasi pelayanan. Seorang profesional
dapat
memanfaatkan
pendidikan
belajar
prinsip-prinsip
secara
berlebihan
semaksimal
mungkin
belajar
dan
lingkungan
pemakaiannya, menyediakan penguatan
dalam kehidupan yang sebenarnya.
Model tersebut akan menyebabkan
perubahan perilaku dan perubahan sikap
profesional berkelanjutan di lembaga
yang
organisasinya
komprehensif adalah model pengelolaan
sendiri
di
samping
konsisten.
Model
perubahan
mendukung
pengembangan. Hal ini diharapkan dapat
pemeliharaan
pelatihan
yang
menciptakan lingkungan pelayanan yang
terhadap
melalui
lain
dan
Dalam
menambah ketajaman pengajaran serta
mengenal
bimbingan. Model ini berfokus pada
beberapa model program pelatihan dan
perubahan perilaku mulai dari perilaku
kompetensi
profesional.
pemanfaatannya,
perlu
pendidikan yang tersedia. Darmaningtyas
31
30
Subagyo,Op.Cit., 105
133
Darmaningtyas. Pendidikan Pada dan
Setelah Krisis (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1998), 184
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)
Jannes Sirait – Pendidik Kristen Profesional, Inspiratif dan Menarik
minor sampai kepada perubahan perilaku
oleh
mayor. Perubahan perilaku yang kecil
mengajar). Pendidik dapat memanfaatkan
hanya berkenaan dengan pengetahuan
program-program
keterampilan
disajikan
sedang
yang
besar
organisasi
(tempat
pelayanan/
pendidikan
oleh
para
penyedia
yang
lain.
berkenaan dengan sikap. Yang kecil
Penyedia-penyedia tersebut antara lain:
cukup dicapai melalui pelatihan, sedang
Sekolah profesional, assosiasi profesi,
yang
penyedia-penyedia yang berdiri sendiri
besar
harus
dicapai
melalui
pengembangan dengan berbagai metode.
Berdasarkan analisis di atas, setiap
program
yang
dilakukan
harus
seperti penyedia pendidikan luar sekolah
yang sesuai dengan keperluan. Ada
Pendidikan
Tinggi
yang
mempunyai
melaksanakan agenda, baik agenda pokok
ataupun anak lembaganya yang khusus
maupun
menangani pendidikan berkelanjutan.
agenda
pendukung.
Agenda
pokok adalah program pendidikan yang
memberi
profesionalisme.
Meningkatkan
kompetensi
Agenda
profesionalisme kependidikannya dengan
pendukung adalah program pendidikan
memasuki jenjang pendidikan yang lebih
untuk menambah kemampuan, memahami
tinggi.
dan menguasai materi yang diberikan
dipertimbangkan tentang program studi
lewat agenda pokok tersebut. Menurut
lanjut yang harus dipilih dan harus sesuai
Buchoriada tiga agenda pokok untuk
dengan
menuju profesionalisme, yaitu:
dengan kemampuannya. Keperluan utama
pertama, program untuk menguasai
kemahiran
profesional.
Kedua,
program untuk memupuk kepekaan
terhadap aspek-aspek etika dari
profesi. Ketiga, program untuk
menanamkan
dasar-dasar
keberadaban. Segenap gagasan ini
tergantung kepada derajat realisme
dan asumsi yang dipergunakan dan
kemampuan
mengidentifikasikan
peluang-peluang yang terdapat dalam
kehidupan nyata.32
samping
sarana
keperluan
harus
serta
tetap
disesuaikan
dalam hal ini adalah upaya memelihara,
meningkatkan
profesional
dan
mempertahankan
profesi
kependidikannya.
Sementara kemampuan yang dimaksud
mencakup kemampuan intelektual, fisikis,
waktu dan finansialnya. Sebab memasuki
suatu jenjang pendidikan yang lebih tinggi
tidak mudah serta tidak pernah lepas dari
bagian-bagian yang disebutkan di atas.
3. Melalui Penyedia Lain
Di
Namun
peningkatan
kompetensi profesional yang disediakan
4. Melalui Personal Learning Project
Andrias Harefa berkata: “Anda adalah
pendidik terbaik bagi diri Anda sendiri.
Artinya, setiap orang dapat mengajarkan
32
Mochtar Buchori, Pendidikan Antisipatoris
(Yogyakarta: Kanisius, 2001), 111
134
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)
DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017
33
dan melatih dirinya sendiri.”
profesional
Semua
diharapkan
dapat
anggota
assosiasi
Membagikan pikiran-pikiran. Belajar dari
merencanakan belajarnya sendiri. Belajar
mentor,
sendiri ini mengarah kepada perbuatan
menggunakan komputer.
diri
menjadi
menusia
pembelajar.
profesional.
televisi
dan
radio
serta
Dalam pelaksanaan belajar pribadi ini
Selanjutnya Harefa mengatakan, “Bila
sangat
seseorang
Surakhmad mengatakan, "Kadang-kadang
telah
pembelajar,
menjadi
maka
manusia
kelak
ia
dipengaruhi
motivasi.
W.
lebih
suatu proses belajar tidak dapat mencapai
dimungkinkan untuk dapat diharapkan
hasil maksimal disebabkan oleh karena
menciptakan
ketiadaan kekuatan yang mendorong ini
organisasinya
menjadi
36
organisasi pembelajar, yakni organisasi
(motivasi).”
yang terus-menerus memperluas kapasitas
didorong oleh motivasi belajar yang bisa
menciptakan
dimunculkan dari dalam ataupun di luar
masa
depan
mereka.
Demikianlah pemimpin sejati membangun
dasar-dasar
kepemimpinannya
menjadi manusia pembelajar.”
dengan
34
Sumber daya dalam proyek belajar
pribadi mencakup pendidik, pakar atau
profesional, teman yang berpengalaman,
surat
khabar,
majalah,
jurnal,
perpustakaan dan buku-buku profesional,
laporan penelitian, sistem informasi.” 35
Seorang
murid
akan
dirinya. Keke T Aritonang mengatakan:
Faktor yang paling utama yang
menentukan apakah siswa akan
berminat dan termotivasi untuk belajar
adalah faktor dari guru sendiri. Karena
guru sebagai fasilitator harus mampu
memilih dan mengolah metode,
strategi dan motif mengajar yang
dapat meningkatkan minat dan
motivasi belajar para siswa dan guru
terlibat langsung dalam proses belajarmengajar.37
Strategi untuk memanfaatkannya adalah
Dalam hal ini pendidik Kristen harus
mewawancarai
mengajukan
dapat
mengamati,
seorang
apa
pekerjaannya.
dan
pertanyaan,
membaca,
menonton,
menerapkan
dipelajari
dan
kegiatan-kegiatan
yang
lain
menempatkan
yang
dirinya
profesional
sebagai
melakukan
Eysenck dalam Slameto merumuskan
(kunjungan, relasi dan paket-paket siap
motivasi
pakai). Strategi "self directif” yang lain
menentukan tingkatan kegiatan, intensitas,
yaitu,berpraktek atau belajar dari praktek
konsistensi, serta arah dari tingkah laku
dan pengalaman sehari-hari. Menjadi
33
Andrias Harefa, Menjadi Manusia
Pembelajar (Jakarta: Harian Kompas, 2000), 122
34
Ibid., 139-140
35
Subagyo,Op.Cit., 111
135
sebagai
suatu proses
36
yang
W.Surakhmad, Pengantar Interaksi
Mengajar-Belajar (Bandung: Tarsito, 1982), 66
37
Keke T Aritonang, ”Minat dan Motivasi
dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa”, Jurnal
Pendidikan Penabur, No.10/Tahun ke-7/Juni
2008: 17
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)
Jannes Sirait – Pendidik Kristen Profesional, Inspiratif dan Menarik
manusia, berkaitan dengan konsep-konsep
pendidik adalah belajar bersama rekan.
lain seperti minat, konsep diri, sikap dan
Belajar bersama dapat dikatakan sebagai
38
sebagainya.
juga
proyek belajar kelompok (group leaming
untuk
project). Seorang pribadi belajar dengan
tertentu,
rekan menunjukkan bahwa di antara
sehingga seseorang itu mau dan ingin
keduanya terjadi proses saling belajar dan
melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka,
mengajar. Proses belajar sedemikian ini
maka akan berusaha untuk meniadakan
biasanya muncul oleh karena berbagai
atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.
kebutuhan
5. Melalui Group Learning Project.
perubahan baru diantara orang-orang yang
dikatakan
Motivasi
serangkaian
menyediakan
dapat
usaha
kondisi-kondisi
Manusia adalah mahkluk individu dan
dan
oleh
karena
suatu
seprofesi. Timbulnya kebutuhan untuk
makhluk sosial. Dalam hubungannya
mengadakan
dengan manusia sebagai makhluk sosial,
dengan perkembangan
terkandung suatu maksud bahwa manusia
bidang kerja; timbul kebutuhan untuk
tidak terlepas dari individu lain. Pendidik
mengevaluasi proyek-proyek kerja yang
sebagai manusia pembelajar tentu tidak
dilaksanakan menurut program tertentu;
terlepas dari sesamanya. Harefa berkata,
timbul
“Manusia pembelajar bertanggung jawab
pengetahuan dan pengalaman di kalangan
kepada
petugas bidang kerja yang sejenis.
sesama
masyarakat
dengan
manusia,
sekitarnya.
eksistensi
makhluk sosial.”
39
Ini
manusia
kepada
pendidikan
kebutuhan
berkaitan
Dalam
sebagai,
memperhatikan
yang
terbaru dalam
untuk
proses
sesuai
belajar
berbagai
bertukar
perlu
kondisi
Sardiman A. M
pendukung. Kondisi tersebut berhubungan
mengatakan, “Ia perlu belajar mengenali
dengan pihak-pihak yang berinteraksi,
dan
guna mencapai sasaran yang diinginkan.
menghayati
nilai-nilai
dalam
peningkatan kompetensinya, dalam hal ini
Setiap
sesama
pendidik.
pengembangan dan evaluasi program;
tersebut
terjadi
Dalam
hubungan
komunikasi
dan
interaksi”.40
Salah
meningkatkan
38
strategi
kompetensi
dalam
kelompok
harus
memiliki
dalam
kecakapan melakukan penyelidikan dan
profesional
pemecahan masalah bersama-sama; sikap
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 1998),
170
39
Harefa, Op.Cit., 136
40
Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali, 1990), 1
136
berbagi
kebebasan ekspresi diijinkan; anggotaanggota
satu
orang
diagnostik
terhadap
proses
didorong
(selama belajar berlangsung harus ada
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)
DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017
evaluasi sambil jalan).
41
Dalam usaha
komponen pendidikan masih dianggap
pencapaian tujuan belajar perlu ada sistem
paling berperan dan berpengaruh bagi
lingkungan (kondisi) belajar yang lebih
kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu,
kondusif.
saling
sebagai komponen paling berpengaruh,
dan
maka para pendidik Kristen wajib menjadi
Setiap
mengalirkan
partisipan,
pengalaman
pengetahuan,
menolong
menciptakan
pribadi yang kreatif.
lingkungan yang nyaman bagi belajar,
memudahkan pengambilan keputusan.
Pendidik Kristen perlu melihat peran
42
dan fungsi besarnya dalam pendidikan
Belajar bersama rekan ini pun dapat
secara holistik. Menjadi sebuah alasan,
dilakukan melalui diskusi, sharing dan
bahwa pendidik Kristen harus tetap serius
lain sebagainya.
memelihara dan berusaha meningkatkan
KESIMPULAN
kompetensi
Pendidik Kristen yang profesional,
Sehingga
agar
menjadi
mampu
kompeten.
menjadi
pendidik
inspiratif dan menarik dalam kinerjanya
Kristen yang andal, profesional, inspiratif
harus menjaga stamina profesionalisme
dan
dalam
keusangan
dan
sebagai komponen pendidikan sepertinya
pengetahuan
dan
tidak
dimilikinya.
Artinya,
profesinya.
akan
Pendidik
pernah
sepi
Kristen
untuk
menarik.
Berupaya
harus
menghindari
ketidak-relevanan
kemampuan
secara
para
yang
pendidik
diperbincangkan. Pendidik (guru dan
Kristen
dosen) sebagai komponen pendidikan
kontinyu mengembangkan diri sebagai
harus mendapat perhatian serius dan
bagian dari bingkai komponen pendidikan
kontiniu. Pengelola pendidikan harus
dan pembelajaran. Kemampuan yang
melakukan perbaikan secara menyeluruh
dimiliki pendidik Kristen akan menjadi
terhadap komponen pendidikan, walaupun
sebuah kepribadian baginya. Pemeliharan
harus diakui bahwa perbaikan terhadap
kepribadian
semua komponen pendidikan tersebut
dirinya
tidak akan mungkin dapat dilakukan
menarik dan inovatif. Pada akhirnya
sekaligus dan serempak. Pendidik sebagai
mereka akan disebut sebagai pendidik
tersebut
tetap
konsisten
akan
membuat
profesional,
inspiratif,
profesional dan kreatif.
41
Subagyo,Op.Cit., 113
Ridaul Inayah, Trisno Martono, Heri Sawiji,
“Pengaruh Kompetensi Guru, Motivasi Belajar
Siswa, dan Fasilitas Belajar Terhadap Prestasi
Belajar Mata Pelajaran Ekonomi pada Siswa Kelas
XI IPS SMA Negeri 1 Lasem Jawa Tengah Tahun
Pelajaran 2011/2012”, Jurnal Pendidikan Insan
Mandiri, Vol. 1, No. 1, 2013:8
42
137
dan
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)
Jannes Sirait – Pendidik Kristen Profesional, Inspiratif dan Menarik
REFERENSI
Aritonang, Keke T. ”Minat dan Motivasi
dalam Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa”, Jurnal Pendidikan Penabur,
No.10/Tahun ke-7/Juni 2008
Buchori, Mochtar. Pendidikan
Antisipatoris,Yogyakarta: Kanisius,
2001
Darmaningtyas. Pendidikan Pada dan
Setelah Krisis, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1998.
Dubin, Sherry L. dan Dubin, Samuel S.
Maintaining Profesional
Competence. Approaches to Career
Enhancement, Vitality and Success
Throughout a Work Life, San
Francisco: Jossey-Bass Publishers,
1990.
Haedar, Nashir. Agama dan Krisis
Kemanusiaan Modern,Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1999.
Harefa, Andrias. Menjadi Manusia
Pembelajar, Jakarta: Harian Kompas,
2000
Hocking, David. Rahasia Keberhasilan
Seorang Pemimpin, Yogyakarta:
Andi Offset, 2001
Hendri,
Edi.
“Guru
Berkualitas:
Profesional dan Cerdas Emosi”,
Jurnal Saung Guru, Vol. 1, No. 2,
2010: 7
Inayah, Ridaul; Martono, Trisno; Sawiji,
Heri. “Pengaruh Kompetensi Guru,
Motivasi Belajar Siswa, dan Fasilitas
Belajar Terhadap Prestasi Belajar
Mata Pelajaran Ekonomi pada Siswa
Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Lasem
Jawa Tengah Tahun Pelajaran
2011/2012”, Jurnal Pendidikan
Insan Mandiri, Vol. 1, No. 1, 2013
Kartowagiran, Badrun. “Kinerja Guru
Profesional (Guru Pasca Sertifikasi)”,
Jurnal Cakrawala Pendidikan, Th.
XXX, No. 3, November 2011: 469470
Lengrand, Paul. Pengantar Pendidikan
Sepanjang Hayat, Jakarta: Gunung
Agung, 1981
138
M, Cervero, Ronald. Efektive Continuing
Education for Professionals, San
Francisco: Jossey Bass, 1998
M, Sardiman A. Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali,
1990Singgih, Emanuel Gerit.
Reformasi dan Transformasi
Pelayanan Gereja
MenyongsongAbad ke-21,
Yogyakarta: Kanisius, 1996
Mulyasa, E. Menjadi Pendidik
Profesional Menciptakan
Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, Bandung:
Rosdakarya, 2008
Munte, Bangun. “Pengaruh Kompetensi
Profesional Guru Pendidikan Agama
Kristen (PAK) Terhadap Hasil Belajar
Siswa”,
Jurnal
Dinamika
Pendidikan, Vol. 9, No. 3, November
2016:
127
(http://ejournal.uki.ac.id/index.php/jdp
)
Murwani, Elika Dwi. “Peran Guru dalam
Membangun Kesadaran Kritis Siswa”,
Jurnal
Pendidikan
Penabur,
No.06/Th.V/Juni 2006: 62-63
Naim, Ngainun. Menjadi Pendidik
Inspiratif, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009
Nurdin, Syafruddin. Pendidik
Profesional dan Implementasi
Kurikulum (Ciputat: Ciputat Press,
2005.
Sabri, N. M. Alisuf. Psikologi
Pendidikan, Jakarta: Ilmu Daya, 1995
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Jakarta: Prenada Media
Group, 2006.
Saragih, A. Hasan. “Kompetensi Minimal
Seorang Guru Dalam Mengajar”,
Jurnal Tabularasa PPS Unimed,
Vol. 5, No.1, (Juni 2008): 30
(jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/t
abularasa)
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)
DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor
yang Mempengaruhinya, Jakarta:
Rineka Cipta, 1998
Stewart, Jim. Mengelola Perubahan
Melalui Pelatihan dan
Pengembangan, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1997
Subagyo, Andreas Bambang. Pendidikan
Keagamaan Orang Dewasa Sebagai
Pembinaan Kompetensi Orang
Dewasa Bertheologia, Semarang:
STBI, 2001.
_______ Menjadi Profesional, Semarang:
STBI, 2001.
Sudjana, Nana. Dasar-Dasar Proses
Belajar Mengajar, Bandung:
Algesindo, 1998
139
Sukardjo dan Komarudin, Ukim.
Landasan Pendidikan Konsep dan
Aplikasinya, Jakarta: Rajawali Press,
2009.
Surakhmad, W. Pengantar Interaksi
Mengajar-Belajar, Bandung: Tarsito,
1982
Tomatala, Yakob. Kepemimpinan yang
Dimanis, Jakarta: YT. Leadership,
1997.
Trulland, Joe E. and Carter, James E.
Ministerial Ethics: Being a Gong
Minister in a Not So Good World,
Nasville: Broadman & Holman
Publishers, 1993.
W, Arno F. Introduction to Psykology,
McGraw: Hill Book Company, 1977.
W, Galbraith Michael. dan S, Zelenak
Boni. The Education of Adult and
Continuing Education Profesional,
Sanfrancisco: Jossey Bass, 1990.
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3937 (print), 2541-3945 (online)
Download