BULLYING DITINJAU DARI KONFORMITAS TERHADAP KELOMPOK TEMAN SEBAYA PADA REMAJA (Bullying Reviewed from Conformity to Peer Groups Among Adolescent) MILDA REYNA Fakultas Psikologi Universitas Semarang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas terhadap kelompok teman sebaya dengan bullying pada remaja. Hipotesis yang diajukan peneliti adalah ada hubungan positif antara konformitas terhadap kelompok teman sebaya dengan bullying pada remaja. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 60 siswa-siswi SMK Dr. Tjipto Semarang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik cluster random sampling. Penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu Skala Konformitas terhadap Kelompok Teman Sebaya dan Skala Bullying pada Remaja. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik Korelasi Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara konformitas terhadap kelompok teman sebaya dengan bullying pada remaja yang ditunjukkan dengan nilai rxy = 0,429 dan p = 0,001 (p < 0,01). Kata Kunci : konformitas, teman sebaya , bullying, remaja Abstract This study aims to empirically determine the correlation between conformity to peer groups with bullying in adolescent. The hypothesis was that there is a positive correlation between conformity to peer groups with bullying in adolescent. This research used 60 students on SMK Dr. Tjipto Semarang. This study used an cluster random sampling technique. This study Data in this studi was collected using two scales, conformity to peer groups scale and bullying in adolescent scale. Data analysis using Product Moment Correlation. The Results showed that there was a significant correlation between conformity to peer groups with bullying in adolescent, indicated by rxy = 0.429 and p = 0.001 (p <0,01). Key words: conformity, friend with same age, bullying, adolescent 12 sosialisasi dalam suasana dimana nilai-nilai yang Pendahuluan Masa remaja adalah masa yang berlaku bukanlah nilai-nilai yang ditetapkan oleh menguntungkan sekaligus masa mencari identitas orang dewasa, melainkan oleh teman sebaya. Jadi, diri. Dikatakan menguntungkan karena pada masa di dalam masyarakat sebaya inilah remaja remaja ini seorang remaja diberi kesempatan atau memperoleh dukungan untuk memperjuangkan waktu untuk mencoba gaya hidup yang berbeda emansipasi dan disitupulalah ia dapat menemukan dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang dunia yang memungkinkannya bertindak sebagai paling sesuai dengan dirinya. Masa remaja juga pemimpin apabila ia bisa dikatakan masa dimana seseorang berangsur- Kecuali itu, kelompok sebaya merupakan hiburan angsur menuju kematangan baik secara fisik, akal, utama bagi anak-anak belasan tahun. Berdasarkan kejiwaan, sosial, dan emosinya. alasan tersebut kelihatanlah kepentingan vital Dalam kehidupan remaja, banyak faktor yang mampu melakukanya. masa remaja mempengaruhi kepribadian dan perilaku mereka, Bagi remaja bahwa kelompok sebaya terdiri seperti pola asuh, lingkungan, sistem religi, anggota-anggota tertentu di teman-temannya yang budaya, sosial politik atau pendidikan. Dan pada dapat menerimanya dan yang kepadanya ia sendiri masa remaja ini, pengaruh teman sebaya terhadap bergantung. Bila dibandingkan dengan konflik sikap dan perilaku mereka lebih besar daripada antara remaja dengan orang tua, konflik remaja pola asuh atau keluarga. Hal ini disebabkan dengan teman sebayanya tergolong lebih sengit. remaja lebih banyak berada diluar rumah bersama Perkembangan sosial pada remaja ada dua teman sebayanya. Tentang pengaruh kelompok macam gerak, yaitu yang pertama memisahkan sebaya terhadap si remaja, Conger, Papalia dan diri dari orang tua, dan yang kedua adalah menuju Olds, 2001 (dalam Jahja, 2011) menegaskan kearah teman-teman sebaya. Dua macam gerak ini bahwa kelompok sebaya merupakan sumber merupakan suatu reaksi terhadap peralihan status referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi intern anak muda. Seorang remaja berusaha untuk dan sikap remaja yang berkaitan dengan gaya melepaskan diri dari lingkungan orang tua dengan hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber maksud menemukan dirinya. Proses tersebut informasi misalnya mengenai bagaimana cara berlangsung berpakaian menarik, musik, atau film apa yang kelompok teman sebaya (peers group). Proses bagus. Di dalam kelompok sebaya ia merumuskan tersebut dan memperbaiki konsep dirinya, disinilah ia terhadap teman sebaya (Monks, 2002). melalui menampakkan identifikasi suatu terhadap konformitas dinilai oleh orang lain yang sejajar dengan dirinya. Kelompok sebaya memberikan sebuah dunia tempat kawula muda dapat melakukan Selama masa remaja, pengaruh pengelompokan sosial cenderung meningkat, yang sering tampak dalam pelanggaran yang dilakukan 13 anggota-anggotanya. Dalam pembentukan suatu sosial mempunyai standar bagi para anggotanya kelompok pada remaja, tidak secara spontan atau tentang perilaku yang dapat diterima. Untuk dapat tiba-tiba terbentuk. Berdasarkan hasil wawancara bermasyarakat anak tidak hanya harus mengetahui dengan beberapa pelajar SMA (4 Desember perilaku yang dapat diterima, tetapi mereka juga 2009), harus menyesuaikan perilaku dengan patokan mereka kelompok itu mengatakan terbentuk bahwa karena suatu adanya yang diterima. Setiap kelompok sosial kebersamaan, memiliki minat dan hobi yang sama mempunyai pola kebiasaan yang telah ditentukan sehingga terjalinlah suatu persahabatan antar dengan seksama oleh anggotanya dan dituntut anggota kelompok tersebut. untuk dipatuhi (Monks, 2002). Konformitas akan Perilaku bullying erat kaitannya dengan tampak pada saat individu lain hadir, disaat itulah Olds, dalam Jahja, seorang individu akan meniru perilaku orang lain 2011). Tidak jarang seseorang merubah nilai-nilai seperti yang diharapkan, tetapi pada saat tidak ada dan norma-norma yang dianutnya dan bahkan individu lain, seorang individu menunjukkan mungkin pula pola perilakunya. Perubahan yang perilaku terjadi akibat adanya interaksi dan pengaruh dari menyatakan bahwa kadang individu konform konformitas (Papalia dan pihak lain. Kadang hal itu terjadi dengan tidak yang berbeda. Penelitian Ellan tanpa memikirkan dampak dari konformitas yang disadari oleh remaja tersebut, akan tetapi mungkin dilakukannya Konformitas remaja terhadap teman pula proses tersebut terjadi karena ada unsur sebayanya akan semakin tinggi, apabila dalam disengaja. kelompok tersebut anggota-anggotanya melakukan hal yang sama. Mereka akan marah Pada masa sekolah, seorang remaja memasuki “usia geng”, yaitu usia pada saat itu kesadaran sosial berkembang pesat. Menjadi pihak yang sosial merupakan salah satu tugas perkembangan yang utama dalam periode ini. Seorang remaja jika teman-teman mereka diremehkan, dilalaikan, atau dicemoohkan anak lainnya. Reaksi yang mereka lakukan ini bisa bersifat melakukan kekerasan, yang bisa berupa reaksi fisik, atau kata-kata, dan dapat ringan atau kuat. menjadi anggota suatu kelompok teman sebaya yang bertahap menggantikan perilaku. Tidak Banyak contoh kasus bullying yang terjadi di akan sekolah maupun di lingkungan sekitar sekolah, menimbulkan gangguan perkembangan psikis dan dan pada kali ini peneliti mengambil contoh kasus sosial dari remaja yang bersangkutan. yang terjadi di salah satu sekolah di Semarang, adanya penerimaan teman sebaya karena berdasarkan hasil wawancara dengan Menurut Baron dan Byrne (dalam Ayu, dkk, 2009: 16) konformitas terjadi ketika individu mengubah tingkah laku mereka dengan tujuan beberapa siswa, ternyata ditemukan perilaku bullying di sekolah tersebut dan kejadian tersebut terjadi pada bulan November, bullying itu menaati norma sosial yang ada. Setiap kelompok 14 dilakukan oleh salah satu “geng”anak kelas 3 sesaat dan mendadak, oleh karena siswa anggota terhadap salah satu siswa kelas 1. Mereka kelompok tersebut tersingung oleh tindakan siswa melakukan konfrotasi fisik terhadap anak kelas 1 lain yang mengganggu atau merusak kedamaian tersebut karena anak itu dituduh telah menyebar kelompok tersebut, Siswa kemudian menyerang. fitnah terhadap salah satu anggota “geng” mereka yang mereka nilai bisa merusak nama baik “geng” Berdasarkan uraian diatas, pengertian korban bullying adalah ketika seseorang secara terang- tersebut. Akibat dari perilaku tersebut, siswa yang terangan disakiti oleh tindakan orang lain dan menjadi korban perilaku bullying ini pingsan setiap karena rasa takut yang dialaminya. Berdasarkan perlakuan negatif baik secara mental maupun fisik uraian diatas, menimbulkan pertanyaan apakah oleh seseorang atau lebih, dan korban tidak ada hubungan antara konformitas terhadap teman memiliki kekuatan untuk mencegah terjadinya sebaya dengan perilaku bullying pada remaja. kekejaman tersebut. Bullying saat atau terus-menerus mendapat Ponny (2008: 22) menggolongkan bentuk Pengertian bullying masih menjadi perdebatan dan belum menemukan suatu defines yang diakui bullying ada dua, yaitu: a. Bullying fisik secara universal, sehingga belum ada pengertian yang baku hingga saat ini. Bullying menurut Pearce diidentifikasikan sebagai suatu perilaku yang tidak dapat diterima (Ponny, 2008: 3). Bullying, menurut Ken Rigby adalah sebuah hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan kedalam aksi, menyebabkan seseorang menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seseorang atau kelompok yan lebih kuat, tidak bertanggung jawab, dan biasanya dilakukan berulang. (Ponny, 2008: 3). Motif penyalahgunaan yang mendasari kekuasaan serta adalah hasrat Ini adalah jenis bullying yang kasat mata. Siapa pun bisa melihatnya karena terjadi sentuhan fisik antara pelaku bullying dan korbannya. Contoh-contoh mengigit, menarik dan penggunakan senjata tajam. b. Bullying non fisik 1) Verbal: berkata jorok pada korban, berkata korban, kekuasaan. pemerasan. menjelaskan bahwa bullying adalah sebagai aksi yang dimulai dan dilakukan oleh sekelompok orang ( Ponny, 2008: 20). Aksi ini terjadi secara memukul, mengancam, mencakar, merusak kepemilikan, memang benar bahwa bullying terkait dengan Heinemann lain korban di ruangan, memukul, mendorong, menekan, menurut rambut, antara menendang, mengunci dan mengintimidasi menjalankan intimidasi dan dominasi sehingga Sedangkan bullying fisik menyebarluaskan menghasut, kejelekan pemalakan, dan 2) Non verbal: mengasingkan, mengirim pesat menghasut, curang, muka mengancam, hentakan, dan menakuti. 15 Dari uraian di atas dapat disimpulkan ada tiga perilaku yang muncul pada anak karena mereka bentuk bullying yang dialami oleh korban yaitu hanya mengikuti norma yang ada pada bullying secara fisik, dan bullying secara verbal. kelompoknya. Contohnya membolos sekolah, tawuran, merokok, dan lain sebagainya hanya Konformitas Kelompok Teman sebaya karena Menurut Baron dan Byrne (dalam Ayu, dkk, 2009:16) konformitas terjadi ketika individu mengubah tingkah laku mereka dengan tujuan menaati norma social yang ada. Menurut Hurlock mengikuti kelompoknya. teman-teman Mereka dalam beranggapan bahwa dengan melakukan perilaku tersebut berarti mereka merupakan bagian dari kelompok tersebut. (dalam Ayu,dkk, 2009:16 ) menambahkan bahwa peningkatan konformitas tersebut disebabkan Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa waktu yang lebih banyak dihabiskan remaja konformitas kelompok teman sebaya adalah bersama keluarga. perilaku individu yang ingin mengikuti pendapat kelompok kelompok teman sebaya atas keinginan sendiri merupakan perilaku menyerah pada tekanan atau paksaan orang lain untuk menghindari celaan kelompok atau keterasingan tanpa melihat baik buruknya teman daripada Sedangkan menurut walaupun bersama Konformitas tidak ada permintaan langsung untuk mengikuti apa yang telah dibuat oleh kelompok tersebut. Individu melakukan bagi individu tersebut. Davidoff membagi aspek-aspek konformitas konformitas atas dasar keinginan untuk berbuat sebagai berikut : benar, serta pengaruh negatif karena rasa takut a. Kerelaan dan penerimaan mendapat celaan dari lingkungan sosial (Myers, Seseorang melakukan sesuatu atas dasar dalam Indria dan Nindyati, 2007: 89). Myers juga kesadarannya sendiri. menambahkan bahwa konformitas adalah suatu b. Kerelaan tanpa penerimaan perubahan sebagai akibat tekanan kelompok, hal Seseorang rela melakukan sesuatu tetapi ini dapat dilihat dari kecenderungan individu sebenarnya untuk selalu menyamakan perilakunya terhadap menerima hal tersebut. kelompok, sehingga terhindar dari dari celaan, c. Penerimaan tanpa kerelaan orang tersebut kurang dapat keterasingan atau cemooh. Sedangkan menurut Seseorang dapat menerima segala sesuatu yang Sarwono (Suharsono dan Haryono, 2009: 62) diperintahkan kepadanya tetapi orang tersebut koformitas adalah perilaku sama dengan orang enggan melakukannya. lain yang didorong oleh keinginan sendiri. Konformitas tidak selalu jelek dan tidak selalu d. Tanpa kerelaan atau tanpa penerimaan baik, begitu pula perilaku yang konformitas yang terjadi pada kelompok teman sebaya. Banyak 16 Hubungan antara Konformitas terhadap Kelompok Teman Sebaya dengan Perilaku Bullying pada Remaja. bullying pada remaja. Hasil penelitian ini mendukung pendapat Perilaku bullying erat kaitannya dengan konformitas (Papalia dan Olds, Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa aspek-aspek konformitas penerimaan, kerelaan kerelaan tanpa dan penerimaan, dalam Jahja, 2011). Tidak jarang seseorang merubah nilai-nilai dianutnya dan norma-norma yang dan bahkan mungkin pula pola penerimaan tanpa kerelaan, dan tanpa kerelaan perilakunya. Perubahan yang terjadi akibat adanya atau tanpa penerimaan. interaksi dan pengaruh dari pihak lain. Kadang hal itu terjadi dengan tidak disadari oleh remaja Metode Penelitian tersebut, akan tetapi mungkin pula proses tersebut Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara konformitas terhadap kelompok teman sebaya dengan bullying pada remaja, dan sebaliknya. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara konformitas terhadap kelompok teman sebaya dengan bullying pada remaja. Semakin tinggi konformitas terhadap teman sebaya, maka semakin tinggi bullying pada remaja, dan sebaliknya. terjadi karena ada unsur disengaja. Konformitas kelompok muncul karena adanya rasa takut terhadap celaan yang dilakukan oleh teman-temannya (Sears, dkk, 2004: 85). Bagi remaja yang tidak menunjukkan bullying akan mendapatkan kritik dari teman-temannya yang berani menunjukkan bullying dan menganggapnya tidak memiliki keberanian untuk melakukannya. Individu melakukan bullying agar tidak terlihat Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi berbeda dengan orang lain, apalagi dengan SMK Dr. Tjipto Semarang. Teknik pengambilan kelompoknya. Perbedaan dengan kelompok acuan sampel yang digunakan adalah cluster random cenderung dicela sehingga membuat tertekan, sampling. Penelitian ini menggunakan Skala menjadi frustrasi dan terasing. Keadaan emosional Konformitas terhadap Kelompok Teman Sebaya yang demikian cenderung akan meningkatkan dan Skala Bullying pada Remaja. Analisis data perilaku menggunakan teknik korelasi Product Moment. menghindari celaan atau penolakan dari kelompok Hasil Penelitian dan Pembahasan acuannya Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh diketahui bahwa rxy = 0,429 dan p = 0,001 (p < 0,01) sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara konformitas terhadap teman sebaya dengan konformitas dengan yang bertujuan melakukan untuk bentuk-bentuk bullying. Santrock (2003: 221) menyatakan konformitas atau conformity muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka. Tekanan untuk mengikuti teman sebaya menjadi sangat kuat pada masa anak. 17 Konformitas terhadap teman sebaya akan semakin meningkatkan kecenderungan untuk melakukan bullying karena ketakutan dikucilkan oleh teman sebaya dan dianggap sebagai penakut. Pengertian konformitas menurut Kiester dan Kiester (dalam Sarwono, 2005: 172) menyatakan bahwa konformitas kelompok adalah perubahan perilaku atau keyakinan karena adanya tekanan dari kelompok, baik sungguh-sungguh maupun Bullying. Jakarta: PT Gramedia Widiasara Indonesia. Santrock, J. W. 2003. Life-Span Development : Perkembangan Masa Hidup. Edisi Kelima. Alih Bahasa: Achmad Chusairi, S. Psi. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama. Sarwono, S. W. 2005. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sears, D.O, Fredman, J. L., dan Peplau, L.A. 2004. Psikologi Sosial : jilid 2. Alih bahasa: Michael Adryanto. Jakarta: Erlangga. yang dibayangkan saja. Konformitas kelompok dapat mendorong remaja untuk menunjukkan bentuk-bentuk bullying sebagai bentuk keterikatan dengan kelompoknya. Suharsono, M dan Haryono, A.W. 2009. Sikap Terhadap Demonstrasi Ditinjau Dari Konformitas Pada Kelompok Teman Sebaya. Jurnal Psikodemensia. Volume. 8 No. 1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil simpulan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara konformitas terhadap teman sebaya dengan bullying pada remaja, dan sebaliknya. Daftar Pustaka Ayu, dkk. 2009. Hubungan Antara Konformitas Terhadap Teman Sebaya Dengan Intensi Merokok Pada Remaja Perempuan Di SMA Kesatrian 1 Semarang. Jurnal Psycho Idea. Tahun 7, No. 2. Indria, K., dan Nindyati, A. D. 2007. Kajian Konformitas dan Kreativitas Affective Remaja. Jurnal Provitae. Vol. 3. No. 1. Hal. 85-108. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara. Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana. Monks, F.J., dkk. 2002. Psikologi Perkembangan:Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.Ponny, R.A. 2008. Meredam 18