TINJAUAN PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN KERJA FISIK DAN KIMIA DI PT. TAKA TURBOMACHINERY INDONESIA DURI RIAU TAHUN 2014 Fentra Welkisam Aidil Fitrah1 ; Halinda Sari Lubis ; Isyatun Mardhiyah Syahri2 1 Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Departemen Keselamtan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia Email: [email protected] 2 ABSTRACT Work environment monitoring program is a part of Occupational Health and Safety Management System (OHSMS) aimed to help materialize of the maintenance of good employees, so that they are aware of the significance about the implementation of health and safety program for themselves and the company. The applied work environment monitoring program be expected be able to prevent the workers from accidents and occupational diseases. In this study the problems are how does to review the implementation of work environment monitoring programs of chemical and physical at PT. Taka Turbomachinery Indonesia Duri Riau in 2014. The kind of research used in this study is a qualitative approach in order to obtain in-depth information about work environment monitoring program of chemical and physical at PT. Taka Turbomachinery Indonesia Duri Riau. The primary data were obtained by data collection techniques of in-depth interview. The informants for this study there were 4 peoples, namely Site Manager, Supervisor Maintenances, Supervisor Operations, and HSE. From this results be able seen that work environment monitoring program had been carried out each day by PT. Taka Turbomachinery Indonesia Duri Riau at Central Gas Turbine Area. Monitoring of physical work environment by conducting temperature measurement, noise, and radiation. As for monitoring of chemical work environment based on the MSDS. But there are some workers who do not obey with safety rules in the works. The quality of the implementation work environment monitoring program chemical and physical at PT. Taka Turbomachinery Indonesia Duri Riau maintened and further enhanced, in order to create safe work environment. It also needs to be enhanced awareness for workers about the importance of health and safety in the work. Keywords: Work environment monitoring program, physical work environment, chemical work environment Pendahuluan Menurut Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yaitu bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan, dan setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya serta setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien, sehingga proses produksi berjalan lancar. Hak atas jaminan keselamatan ini membutuhkan prasyarat adanya lingkungan kerja yang sehat dan aman bagi tenaga kerja dan masyarakat di sekitarnya. Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam proses industri dapat menimbulkan risiko kecelakaan, peledakan, kebakaran, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan. Pengalaman menunjukkan bahwa setiap kecelakaan selalu mengakibatkan kerugian yang bersifat ekonomi, penderitaan korban dan keluarganya serta masyarakat umum (Aditama, 2010). SMK3 merupakan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012). Salah satu bagian dari SMK3 adalah program keselamatan kerja. Pelaksanaan program keselamatan kerja dapat meningkatkan pengetahuan karyawan tentang keselamatan yang tinggi dan pengalaman kerja yang menghindarkan pekerja dari bahaya-bahaya ditempat kerja oleh karena adanya faktor lingkungan kerja yang tidak mendukung keselamatan dan kesehatan pekerja pada saat bekerja dan pada saat berada di lingkungan kerja. Pelaksanaan program pemantauan lingkungan kerja juga penting untuk membantu terwujudnya pemeliharaan karyawan yang baik, sehingga mereka menyadari arti penting dari pelaksanaan program keselamatan kerja bagi dirinya maupun perusahaan. PT. Taka Turbomachinery Indonesia merupakan Perusahaan Swasta Nasional yang bergerak dibidang proses produksi/ Fabrikasi, Inspeksi dan perbaikan dalam bidang mekanikal untuk Industri chemical, Migas, Energi, Pupuk, Semen dan Kertas. PT. Taka Turbomachinery Indonesia berpusat di Kota Bandung Propinsi Jawa Barat. PT. Taka Turbomachinery Indonesia memiliki kantor cabang di berbagai daerah, salah satunya berada di Kota Duri Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Saat ini PT. Taka Turbomachinery Indonesia telah tumbuh besar menjadi salah satu perusahaan yang mampu memperbaiki Turbin, Pompa, Kompressor skala raksasa yang ada di Indonesia yaitu salah satunya dengan mengadakan kerja sama dalam bidang perbaikan mekanikal mesin Steam dan Gas Turbine untuk PT. Chevron Pacific Indonesia selaku pemilik Power & Steam Generation PG&T Central Duri yaitu perusahaan yang menghasilkan listrik bertenaga gas sekaligus memproduksi steam atau uap. Secara umum lingkup pekerjaan PT. Taka Turbomachinery Indonesia adalah dibidang Steam & Gas Turbine, Centrifugal Pump, Turbo Compressor, Mfg Sleeve Bearing dan Other Rotating Equipment. Dalam setiap kegiatan proses kerja PT. Taka Turbomachinery Indonesia memerlukan pemantauan lingkungan kerja dalam rangka upaya untuk menjaga keselamatan dan kesehatan pekerjanya. Didalam pelaksanaan kerjanya terutama di bagian perbaikan mekanikal PT. Taka Turbomachinery Indonesia tidak terlepas dari faktor bahaya yang ada di lingkungan kerja di Central Gas Turbine Area Duri seperti adanya bahaya fisik yaitu adanya bahaya kebisingan yang memiliki tingkat kebisingan yang bervariasi, suhu panas yang dihasilkan dari panas mesin turbin dan panas sinar matahari, dan radiasi yang dihasilkan dari pengelasan dan pancaran sinar matahari, yang mana bahaya fisik tersebut tentunya akan mempengaruhi keselamatan dan kesehatan para pekerja. Begitu juga dengan faktor kimia seperti penggunaan bahan pelarut Acetilin (C2H2) untuk pengelasan dan pemotongan logam, lube oil sebagai bahan pelumas agar mesin berjalan mulus dan bebas gangguan sekaligus berfungsi sebagai pendingin dan penyekat, solar untuk memproduksi uap dan mencairkan hasil perindustrian, yang dapat mempengaruhi keselamatan dan terutama kesehatan para pekerja. Dari uraian latar belakang di atas dirumuskan masalah sebagai berikut: bagaimana tinjauan pelaksanaan program pemantauan lingkungan kerja fisik dan kimia di PT. Taka Turbomachinery Indonesia Duri Riau tahun 2014? Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi pihak perusahaan PT. Taka Turbomachinery Indonesia mengenai pentingnya di perhatikan program pemantauan lingkungan kerja fisik dan kimia di Central Gas Turbine Area. 2. Sebagai bahan masukan bagi pegawai K3 PT. Taka Turbomachinery Indonesia Duri Riau mengenai program pemantauan lingkungan kerja di perusahaan. 3. Sebagai penambah wawasan dan pengetahuan kepada penulis khususnya mengenai pelaksanaan program keselamatan kerja pada suatu perusahaan terutama pada perusahaan bergerak dibidang proses produksi/ Fabrikasi, Inspeksi dan perbaikan dalam bidang mekanikal untuk Industri chemical, Migas, Energi, Pupuk, Semen dan Kertas. 4. Sebagai referensi dan sumber informasi bagi pihak lain yang membutuhkan. pada pendekatan kualitatif ini menggunakan analisis domain yaitu upaya peneliti untuk memperoleh gambaran umum tentang objek penelitian. Selanjutnya data yang terkumpul akan diolah dan disajikan secara narasi dalam bentuk matriks menurut variabel yang diteliti. Hasil Penelitian dan Pembahasan Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang dapat didefinisikan sebagai salah satu pendekatan yang menggunakan paradigma pengetahuan berdasarkan pengalaman individual, makna yang secara sosial dan historis dibangun dengan maksud mengembangkan suatu teori atau pandangan. Kegiatan pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri tentang tinjauan pelaksanaan program pemantauan lingkungan kerja fisik dan kimia di PT. Taka Turbomachinery Indonesia Duri Riau dengan teknik pengumpulan data in depth interview. (Emzir, 2009). Penelitian dilakukan di unit Central Gas Turbine Area milik PT. Chevron Pacific Indonesia Duri Riau. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2014. Informan dalam penelitian ini sebanyak 4 orang. Diambil dari 1 orang Site Manager, 1 orang Supervisor Maintenance, 1 orang Supervisor Operation, dan 1 orang tenaga K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) PT. Taka Turbomachinery Indonesia Duri Riau. Pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dari 2 (Dua) sumber yaitu: 1. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview). 2. Data sekunder diperoleh dari studi dokumentasi, sumber datanya adalah dokumen-dokumen yang ada terkait pemantauan lingkungan kerja di PT. Taka Turbomachinery Indonesia Duri Riau. Teknik analisa data dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara secara mendalam (indepth interview) dan tidak berstruktur terhadap informan kemudian dibandingkan dengan teori pada tinjauan pustaka. Tahap analisis data yang digunakan Pemantauan Lingkungan Kerja Fisik dan Kimia 1. Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan Kerja. Dari hasil penelitian tentang pelaksanaan pemantauan lingkungan kerja dapat diketahui bahwa pelaksanaan pemantauan lingkungan kerja di Central Gas Turbin Area telah berjalan dan untuk pelaksanaannya dilaksanakan setiap hari dan untuk pelaksanaannya sendiri seluruh karyawan terlibat didalam melestarikan lingkungan kerja yang aman, untuk pemantauannya dilakukan dengan menyediakan alat-alat terkait pemantauan lingkungan kerja seperti tersedianya Ambient, Gas Detector, Sound Level Meter untuk pengukuran seperti kebisingan, suhu dan juga pengambilan sampel sekali sebulan, seperti sampel bahan kimia nalcool, sampel air, sampel uap dan lain-lain yang akan diperiksakan lebih dalam ke laboratorium milik Chevron. Serta juga melakukan observasi dengan memperhatikan cara pekerja bekerja dalam aspek cara bekerja yang aman dan selamat dan juga memperhatikan segi kebersihan dan kesehatan lingkungan kerja. Dan hal ini juga sesuai dengan teori Suma’mur (2013) koreksi cara, tempat dan lingkungan kerja terutama dimaksudkan agar intensitas atau kadar faktor penyebab penyakit dalam hubungan ini penyebab fisis dan kimiawi dalam udara tempat kerja diupayakan senantiasa berada dibawah NAB-nya. Tindakan korektif terhadap cara kerja tempat dan lingkungan kerja diselenggarakan atas dasar hasil pengukuran dan evaluasinya sehingga segala tindakan higiene industri benar-benar obyektif. Koreksi tersebut mungkin atas dasar telah terjadi peristiwa keracunan, gangguan kesehatan, penyakit akibat kerja, atau kecelakaan. Tapi mungkin pula atas dasar preventif agar faktor fisis dan kimiawi di tempat kerja tidak mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan. 2. Alat Bantu Dalam Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan Kerja. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa alat bantu didalam pelaksanaan pemantauan lingkungan kerja di Central Gas Turbine Area sudah ada seperti tersedianya SOP Standart Operating Procedure, JHA Job Hazard Analysis dan juga tersedianya form-form terkait dengan pemantauan lingkungan kerja, seperti tersedianya form JSA Job Safety Analysis, JSI Job Site Inspection, kemudian BBS Behaviour Based Safety dan penggunaan alat pelindung diri yang sesuai. Hal ini sesuai berdasarkan teori Ramli (2010) untuk membantu pelaksanaan manajemen risiko khususnya untuk melakukan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendaliannya diperlukan metoda atau perangkat. Khusus untuk risiko K3, ada beberapa cara atau alat yang dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan masing-masing salah satunya adalah Job safety analysis yaitu salah satu teknik analisa bahaya yang sangat popular dan banyak digunakan di lingkungan kerja. Adapun JSA teknik ini manfaatnya adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisa bahaya dalam suatu pekerjaan. Hal ini sejalan dengan pendekatan sebab kecelakaan yang bermula dari adanya kondisi atau tindakan tidak aman saat melakukan aktivitas. Karena itu dengan melakukan identifikasi bahaya pada setiap jenis pekerjaan dapat dilakukan langkah pencegahan yang tepat dan efektif. 3. Upaya Keselamatan Pengendalian Bahaya. Dalam hal upaya keselamatan dalam rangka pengendalian bahaya di Central Gas Turbine Area, PT. Taka Turbomachinery Indonesia Duri Riau melakukan serangkaian tahapan untuk mencegah terjadinya kecelakaan yaitu melakukan pelatihan tentang pekerjaan yang akan dilakukan pekerja serta melakukan induction atau pengenalan tentang bahayabahaya apa saja yang ada di Central Gas Turbine Area, menyediakan alat pelindung diri yang sesuai atau spesifik berdasarkan jenis pekerjaan yang akan dilakukan bagi pekerja, mengikuti atau mematuhi regulasi yang ada terkait dengan prosedur kerja seperti bekerja dengan SOP Standart Operating Procedure dan mematuhi JHA Job Hazard Analysis. Hal ini sesuai dengan teori Ramli (2010) ada lima pendekatan dalam upaya pencegahan kecelakaan, salah satunya adalah pendekatan energi sebagai contoh untuk mengatasi bahaya bising, manusia sebagai penerima energi suara tersebut dilindungi dengan alat pelindung telinga sehingga dampak bising yang timbul dapat dikurangi. Kemudian dengan pendekatan manusia yaitu dengan memberikan pembinaan dan pelatihan, promosi dan kampanye K3, pembinaan perilaku aman, pengawasan dan inspeksi K3, audit K3, komunikasi K3, dan pengembangan prosedur kerja aman. Pendekatan administratif yaitu dengan cara penyediaan alat keselamatan kerja, mengembangkan dan menetapkan prosedur dan peraturan tentang K3 dan lain-lain. 4. Upaya Kesehatan Pekerja Dari hasil penelitian diketahui bahwa PT. Taka Turbomachinery Indonesia Duri Riau dalam rangka melaksanakan upaya kesehatan bagi pekerjanya, telah memberikan jaminan kesehatan berupa BPJS, serta asuransi kesehatan dari perusahaan yang bernama in health yang mana asuransi ini dapat digunakan pekerja ketika mengalami sakit yang diakibatkan oleh pekerjaan dan juga upaya pemeriksaan kesehatan tahunan atau general check up melalui rumah sakit yang telah ditunjuk oleh PT. Taka Turbomachinery Indonesia Duri Riau. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992 tentang penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja pasal 3 ayat (1) yang menyatakan untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja diselenggarakan program jaminan sosial tenaga kerja yang pengelolaanya dapat dilaksanakan dengan mekanisme asuransi. Kemudian ayat (2) yang menyatakan setiap tenaga kerja berhak atas jaminan sosial tenaga kerja. Selain itu pasal 4 ayat (1) menyatakan program jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 wajib dilakukan oleh setiap perusahaan bagi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di dalam hubungan kerja sesuai dengan ketentuan undang-undang ini. 5. Kondisi Suhu Central Gas Turbine Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa suhu di Central Gas Turbine Area sangat panas, hal ini disebabkan oleh adanya proses pembakaran gas turbin untuk menghasilkan listrik dan juga panas yang dihasilkan oleh HRSG yang memproduksi uap untuk melelehkan minyak bumi dan juga panas yang dihasilkan dari Exhaust yaitu buangan gas yang dibuang ke udara, juga dari pancaran sinar matahari yang panas. Hal ini sesuai dengan teori Suma’mur (2013) faktor-faktor yang menyebabkan pertukaran panas antara tubuh dan lingkungan sekitarnya adalah konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi (penguapan keringat). Konduksi ialah pertukaran panas antara tubuh dengan benda-benda sekitar melalui mekanisme sentuhan atau kontak langsung. Konveksi adalah pertukaran panas dari badan dengan lingkungan melalui kontak udara dengan tubuh. 6. Dampak Suhu Panas Terhadap Pekerja Dari hasil penelitian diketahui bahwa dampak kondisi suhu panas bagi pekerja yang bekerja di Central Gas Turbine Area yaitu lelah, dehidrasi, perasaan gerah, stress, konsentrasi berkurang. Namun dalam hal ini para informan melakukan antisipasi untuk meminimalisir agar dampak tersebut tidak mempengaruhi kinerja pekerja dengan caracara yang telah ditentukan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Siregar (2008) yang menyatakan selama bekerja di tempat panas terjadi pengeluaran keringat yang banyak pada pekerja, dimana keringat merupakan cairan hiponotik yang terdiri dari air, natrium, dan klorida. Penguapan dan pengeluaran keringat dari kulit yang bertujuan untuk mengatur temperatur tubuh menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah, sehingga menyebabkan kekurangan volume cairan. 7. Upaya Keselamatan Suhu Panas Dari hasil penelitian diketahui bahwa upaya keselamatan dalam pengendalian suhu panas di Central Gas Turbine Area yang dilakukan oleh PT. Taka Turbomachinery Indonesia Duri Riau yaitu dengan memberikan bantuan blower agar meredakan panas, dan sumber-sumber panas tertentu di isolasi agar panas tersebut tidak berdampak buruk terhadap pekerja, melakukan sistem bekerja secara bergantian pada saat waktu tertentu agar pekerja tidak terpapar lama di titik atau spot yang memiliki potensi bahaya panas, serta menyediakan air minum di Central Gas Turbine Area untuk para pekerja sebagai antisipasi agar tidak dehidrasi. Hal ini sesuai dengan teori Harrianto (2010) pengendalian pajanan lingkungan panas di tempat kerja dapat dikurangi dengan cara Pengendalian Administratif yaitu mempersingkat pajanan dibutuhkan jadwal istirahat yang pendek tetapi sering dan rotasi pekerja yang memadai, penyediaan air minum yang cukup. Pengendalian Teknik, mengurangi penyebaran panas radiasi dari permukaan benda-benda yang panas dengan cara isolasi/penyekat yaitu melapisi permukaan benda-benda yang panas dengan bahan yang memiliki emisi yang rendah seperti aluminium atau cat, mengurangi kelembaban seperti penggunaan AC, peralatan penarik kelembaban, dan upaya lain untuk mengeliminasi uap panas sehingga dapat mengurangi kelembaban di lingkungan tempat kerja. 8. Kebisingan di Central Gas Turbine Dari hasil penelitian diketahui bahwa tingkat kebisingan di Central Gas Turbine bervariasi ini dikarenakan terdapat lima unit mesin turbin mulai dari yang terkecil yaitu di turbin satu 89 dBA hingga diatas 95 dBA di turbin lima, ini dikarenakan oleh adanya aktifitas dari aktifitas mesin turbin tersebut. Hal ini sesuai dengan teori Tambunan (2005) sumber kebisingan berasal dari aktivitas-aktivitas yang ikut menciptakan dan menambah tingkat kebisingan di tempat kerja, seperti mengoperasikan mesin-mesin produksi yang sudah cukup tua, terlalu sering mengoperasikan mesin-mesin kerja pada kapasitas kerja cukup tinggi dalam operasi cukup panjang. 9. Dampak Kebisingan Pada Pekerja Dari hasil penelitian diketahui bahwa dampak kondisi kebisingan bagi pekerja yang bekerja di Central Gas Turbine Area yaitu proses komunikasi yang tidak berjalan seperti keadaan normal. Untuk segi kesehatan hal yang berpengaruh adalah bisa mengakibatkan gangguan pendengaran seperti tuli, namun untuk mengantisipasi hal tersebut PT. Taka di dalam bekerja menggunakan alat pelindung telinga seperti Ear plug dan Ear muff. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Pradana (2013) yang menyatakan tingkat kebisingan yang melebihi 85 dBA dalam kondisi tersebut dapat menimbulkan rasa kurang nyaman yang dialami pekerja dalam hal komunikasi pada saat menjalankan pekerjaannya sehingga memungkinkan pekerja mengalami gangguan pada saat bekerja. 10. Upaya Keselamatan Pada Kebisingan Dari hasil penelitian diketahui bahwa untuk upaya keselamatan pada kondisi kebisingan di Central Gas Turbine Area dapat diketahui PT. Taka Turbomachinery Indonesia Duri Riau menyediakan Personal Protective Equipment atau PPE yang sesuai berdasarkan tingkat kebisingannya yaitu dengan menyediakan ear plug atau penutup telinga yang terbuat dari bahan karet dan juga ear muff pada saat bekerja. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Saputra (2007) yang menyatakan peralatan alat pelindung diri yang dipergunakan untuk melindungi pekerja pabrik mempunyai jenis dan spesifikasi tertentu berdasarkan tingkat kebisingan di lingkungan pabrik PT. Pupuk Kalimantan Timur, karyawan di lindungi dengan alat pelindung telinga ear plug untuk tingkat kebisingan antara 85-95 dBA dan ear muff untuk tingkat kebisingan lebih dari 95 dBA. 11. Bahaya Radiasi di Central Gas Turbin Dari hasil penelitian diketahui bahwa bahaya radiasi yang terdapat di Central Gas Turbine Area, sumbernya berasal dari proses pekerjaan pengelasan, dan melalui terik sinar matahari. Hal ini sesuai dengan teori Subaris dan Haryono (2008) sumber radiasi berasal dari radiasi alam dan non alami. Radiasi yang berasal dari alam disebut radiasi alam seperti sinar matahari (ultra violet, infra red). Dan radiasi buatan berasal dari penggunaan alat elektronik dan radiasi yang dihasilkan dari pengelasan atau las listrik. 12. Dampak Radiasi Terhadap Pekerja Dari hasil penelitian diketahui bahwa dampak bahaya fisik radiasi bagi pekerja yang bekerja di Central Gas Turbine Area yaitu dampak tersebut sangat berpengaruh terhadap pekerja hal tersebut diketahui berdasarkan pernyataan informan yang mengatakan ada sebagian pekerja yang terkena dari dampak radiasi tersebut pada saat sehabis melakukan pengelasan yaitu penglihatan mata pekerja tersebut agak kabur dan merasakan iritasi pada mata. Hal ini sesuai dengan teori Suma’mur (2013) sinar laser adalah emisi energi tinggi, sinar ini digunakan untuk banyak keperluan dan pemakaiannya luas seperti pada pengelasan, pemotongan, dan pelapisan logam. Efek utama paparan sinar laser kepada tenaga kerja adalah terhadap mata dan kulit. Kerusakan mata merupakan akibat efek termis sinar laser kepada retina, sehingga terjadi kerusakan retina dan kebutaan. Sinar ultra ungu dihasilkan oleh pengelasan yang menggunakan suhu tinggi, benda pijar yang suhunya tinggi, lampu pijar dan lainnya. Sinar matahari mengandung pula sinar ultra ungu. Pada mata sinar tersebut dapat mengakibatkan konjungtivitis foto elektrika. 13. Upaya Keselamatan Terhadap Radiasi Dari hasil penelitian diketahui bahwa upaya keselamatan dalam pengendalian bahaya radiasi di Central Gas Turbine Area, PT. Taka Turbomachinery Duri Riau melakukan upaya, seperti menyediakan alat pelindung diri untuk kegiatan kerja pengelasan dengan menyediakan face shield, kaca mata hitam, sarung tangan karet dan untuk bahaya radiasi yang berasal dari matahari seluruh pekerja diwajibkan mengenakan baju lengan panjang, sarung tangan, helm keselamatan, kaca mata dan safety shoes. Hal ini sesuai dengan penelitian Mulya (2008) yang menyatakan untuk pengendalian risiko terkena percikan api las pekerja harus berhati-hati dengan mengatur jarak aman seperti melawan arah mata angin dan sebaiknya pekerja pengelasan menggunakan alat pelindung diri seperti wear pack yang terbuat dari bahan katun, pada saat pengelasan juga leher baju harus dikancingkan, selalu menggunakan safety googles, sarung tangan, face shield (kedok las), dan apron kulit. 14. Penggunaan Bahan Kimia Dari hasil penelitian diketahui bahwa PT. Taka Turbomachinery Indonesia Duri Riau di dalam proses produksi menggunakan bahan kimia, adapun bahan kimia yang sering digunakan adalah asetilin yang digunakan untuk proses pengelasan dan pemotongan logam, lube oil atau oli yang digunakan untuk sebagai bahan pelumas agar mesin berjalan mulus dan bebas gangguan sekaligus berfungsi sebagai pendingin dan penyekat, dan solar yang digunakan untuk sebagai bahan bakar mesin turbin dan sebagai bahan untuk servis reparasi pada bidang mekanikal. Hal ini sesuai dengan teori Susanto (2009) penggunaan bahan kimia banyak digunakan dalam lingkungan kerja terutama bagi industri yang menggunakan bahan kimia sebagai bahan pembantu proses, diantaranya industri tekstil, kulit, kertas, pelapisan listrik, pengilahan logam, obat-obatan dan lain-lain. 15. Dampak Penggunaan Bahan Kimia Dari hasil penelitian diketahui bahwa setiap para karyawan telah mengetahui dampak dari penggunaan bahan kimia terhadap keselamatan dan kesehatannya yaitu melalui pengarahan langsung dari pihak manajemen PT. Taka sendiri yang diadakan pada saat tail gate meeting berlangsung mengenai tentang bagaimana cara penggunaan bahan kimia yang benar sesuai dengan MSDS dan SOP yang ada dan memeriksa kelengkapan karyawan sebelum memulai pekerjaan dari segi keselamatan yaitu telah menggunakan APD dan adanya surat izin bekerja. Setiap pekerja yang menggunakan bahan kimia harus mentaati cara bekerja berdasarkan prosedur yang ada. Dan dilakukan pemantaun langsung oleh pihak HSE PT. Taka dan juga dari pihak Chevron. Hal ini sesuai dengan teori Harrianto (2008) efek toksik zat kimia yang berbahaya, bila masuk kedalam tubuh, bergantung pada sifat fisik zat kimia tersebut dan sifat dasar patofisiologis organ tubuh terhadap pajanan tersebut. 16. Ketersediaan MSDS Untuk Penggunaaan Bahan Kimia Dari hasil penelitian diketahui, bahwa PT. Taka Turbomachinery Indonesia Duri Riau di dalam penggunaan bahan kimia untuk proses produksi di Central Gas Turbine Area turut serta menggunakan bahan kimia yang memiliki MSDS dalam upaya keselamatan dan kesehatan pekerja di dalam penggunaan bahan kimia. Berdasarkan data MSDS yang peneliti dapat selama di penelitian, MSDS tersebut berisi konten tentang produk dan identitas perusahaan, pengenalan bahaya, tipikal komposisi, informasi kesehatan dan psikologi, langkah-langkah pertolongan pertama dan keadaan darurat, tata cara penanggulangan tumpahan dan kebocoran, penanganan dan penyimpanan, pertimbangan-pertimbangan pembuangan, informasi peraturan, informasi perlindungan khusus, informasi perlindungan terhadap kebakaran, data reaktifitas, perlindungan terhadap lingkungan, peringatan khusus, dan ciri-ciri fisik. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun, pasal 12 yang berbunyi setiap penanggung jawab pengangkutan, penyimpanan, dan pengedaran B3 wajib menyertakan Lembar Data Keselamatan bahan (Material Safety Data Sheet). 17. Upaya Keselamatan Penggunaan Bahan Kimia Dari hasil penelitian diketahui bahwa upaya keselamatan dalam rangka melindungi pekerja dari penggunaan bahan kimia di Central Gas Turbine Area yaitu dengan memberikan sosialisasi tentang bahan kimia yang akan digunakan agar pekerja paham dengan potensi bahaya apa yang bisa membahayakan pekerja, memastikan MSDS tersedia di lapangan ketika mengoperasikan bahan kimia tersebut, menggunakan alat pelindung diri yang sesuai yang telah disediakan oleh PT. Taka Turbomachinery Indonesia Duri Riau, tersedianya fasilitas untuk personal hygiene seperti eye wash untuk membersihkan mata apabila terkena bahan kimia dan juga emergency shower. Hal ini sesuai dengan teori Cahyono (2010) penggunaan bahan kimia yang jumlahnya sudah sedemikian banyak tentu saja mengharuskan personil yang berhubungan dengan bahan kimia untuk bekerja dengan cara yang aman agar terhindar dari kecelakaan kerja akibat bahan kimia, dan pencegahan kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan Pengendalian Secara Teknis seperti pemasangan LEV (Local Exhaust Ventilation). Pengendalian Secara Administrasi seperti pengaturan jam kerja pada tempat kerja tertentu, rotasi shift, dan lama waktu yang diperbolehkan pada tempat berbahaya. Walaupun pengendalian secara teknis dan administrasi telah dijalankan, tetapi dalam upaya lebih menjaga keselamatan dan kesehatan karyawan, maka personil yang bekerja dengan bahan kimia harus dilengkapi dengan alat pelindung diri. 18. Tempat Penyimpanan Bahan Kimia Dari hasil penelitian diketahui bahwa untuk tempat penyimpanan bahan kimia di PG&T Central Duri sudah disesuaikan dengan kondisi tingkat kelembapan, dan letak bahan kimia disesuaikan berdasarkan jenis bahan kimia yang sama dan membedakan antara bahan kimia yang kosong dengan yang berisi dan berisi setengah. Untuk tempat penyimpanan bahan kimi di PG&T sendiri telah dipasang rambu-rambu peringatan bahaya bahan kimia serta alat pelindung diri apa yang dipergunakan ketika hendak memasuki area penyimpanan bahan kimia. Untuk tempat penyimpan bahan kimia diletakkan di satu tempat yaitu di chemical storage dan untuk penyimpanannya dibeda- bedakan susunan penyimpanannya berdasarkan jenis bahan kimia. Hal ini sesuai dengan teori Cahyono (2010) Cara penyimpanan paket atau kontainer harus ditentukan. Penentuan ini tidak boleh terbatas hanya beberapa maslah seperti ‘metode palet’, drum di stack terakhir dan lainlain, tetapi harus termasuk batas aman untuk setiap stack. Drum besar dan kecil mungkin disimpan vertikal, horizontal, di palet, di rak, stack, atau tumpukan. Tetapi, apapun metode yang digunakan bahan kimia tidak boleh terletak di lantai, terutama di lapangan terbuka. Dan bila dilapangan terbuka jaga wadah tetap bersih dan bebas dari benda asing yang dapat membawa ke proses. Penyimpanan bahan kimia berbahaya harus mengantisipasi terjadinya kebocoran, sehingga diperlukan peralatan yang memadai untuk mencegah limbah bahan kimia berbahaya masuk ke tanah atau perairan. Bahan kimia harus ditempatkan sesuai dengan jenisnya. Suatu bahan kimia mudah terbakar dapat ditempatkan dengan bahan kimia yang lain yang juga mudah terbakar pada satu area tetapi satu jenis bahan kimia. Untuk memudahkan mengetahui jenis bahan-bahan kimia yang ditempatkan di gudang, maka di area tempat bahan kimia ditempatkan harus ditandai dengan papan nama yang jelas yang menyebutkan nama bahan kimia yang berada di area. 19. Proses Pembuangan Bahan Kimia Dari hasil penelitian diketahui bahwa untuk pembuangan limbah kimia, PT. Taka Turbomachinery Indonesia Duri Riau didalam hal pembuangan limbah bahan kimia akan melakukan pengemasan ulang yang nantinya akan dikumpulkan ke bagian junk yard yaitu tempat penampungan limbah kimia sementara yang kemudian nantinya bahan kimia yang didalam penampungan sementara tersebut diambil dan akan dikirim atau dibawa ke tempat penanganan limbah kimia B3 dan untuk pelaksanaan tersebut akan dilakukan oleh pihak PT. Chevron Pacific Indonesia selaku pihak yang lebih berhak. Hal ini sesuai dengan Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun menyatakan, bahwa lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya sehingga tetap mampu menunjang pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan dan dengan meningkatnya pembangunan di segala bidang, khususnya pembangunan di bidang industri, semakin meningkat pula jumlah limbah yang dihasilkan termasuk yang berbahaya dan beracun yang dapat membahayakan lingkungan hidup dan kesehatan manusia. Pasal 3 mengenai Ketentuan Umum menyatakan bahwa, setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang menghasilkan limbah B3 dilarang membuang limbah B3 yang dihasilkannya itu secara langsung ke dalam media lingkungan hidup, tanpa pengolahan terlebih dahulu. Kesimpulan 1. Program pemantauan lingkungan kerja telah dilaksanakan setiap hari oleh PT. Taka Turbomachinery Indonesia Duri Riau di Central Gas Turbine Area. 2. Perangkat di dalam menunjang proses pelaksanaan pemantauan lingkungan kerja di Central Gas Turbine Area yaitu JSA Job Safety Analysis. 3. Upaya keselamatan dalam rangka pengendalian bahaya di Central Gas Turbine Area dengan menyediakan alat pelindung diri yang sesuai berdasarkan spesifikasi pekerjaan. 4. Upaya kesehatan untuk menjamin kesehatan pekerja dengan memberikan jaminan kesehatan BPJS dan asuransi kesehatan in health serta mengadakan pemeriksaan kesehatan berkala setahun sekali. 5. Upaya keselamatan pada kondisi suhu panas di Central Gas Turbine Area yaitu dengan memberikan bantuan blower, mengisolasi sumber panas tertentu, melakukan pergantian pekerja pada waktu tertentu, dan menyediakan air minum untuk mencegah dehidrasi. 6. Upaya keselamatan pada kondisi kebisingan di Central Gas Turbine Area dengan menyediakan alat pelindung diri telinga yaitu ear plug dan ear muff. 7. Upaya keselamatan pada bahaya radiasi di Central Gas Turbine Area dengan menyediakan alat pelindung diri mata yaitu kaca mata hitam, sarung tangan karet, dan face shield. 8. Menyediakan MSDS sebagai pedoman keselamatan didalam penggunaan bahan kimia untuk proses produksi di Central Gas Turbine Area dalam bentuk soft copy, dan dokumen tertulis. 9. Upaya keselamatan dalam rangka melindungi pekerja terhadap penggunaan bahan kimia dengan menyediakan MSDS, APD yang sesuai dengan bahan kimia yang digunakan, tersedianya Eye Wash dan Emergency Shower di Central Gas Turbine Area. 10. Penyimpanan bahan kimia diletakkan di chemical storage. Saran 1. Kepada PT. Taka Turbomachinery Indonesia Duri Riau agar mempertahankan kualitas pelaksanaan pemantauan lingkungan kerja fisik dan kimia di Central Gas Turbine Area Duri seperti mengukur tingkat kebisingan dengan sound level meter, mengukur tingkat suhu dengan ambient dan gas tester untuk exhaust turbine, mengambil sample bahan kimia untuk di uji di laboratorium sebulan sekali, membuang bahan kimia yang sudah tidak dipakai lagi di junk yard. Memastikan setiap pekerjaan yang memiliki potensi bahaya sudah ada izin kerja nya dari pihak user atau Chevron dan bekerja berdasarkan SOP. 2. Kepada pekerja PT. Taka Turbomachinery Indonesia Duri Riau khusus nya pekerja yang melakukan kegiatan pengelasan maupun pemotongan besi agar lebih meningkatkan kesadarannya mengenai pentingnya keselamatan dan kesehatan di dalam proses pengelasan dengan menggunakan APD yang lengkap seperti wear pack yang terbuat dari bahan katun, pada saat pengelasan juga leher baju harus dikancingkan, selalu menggunakan safety gogles, sarung tangan, face shield (kedok las), dan apron kulit agar kecelakaan yang tidak diinginkan dapat di hindari. Daftar Pustaka Aditama, Tjandra Yoga. 2002. “ Kumpulan Makalah Seminar K3 RS Persahabatan Tahun 2000 & 2001 (Dr.Slamet Ichsan, M.S tahun 2001) Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Penerbit Universitas Indonesia (UIPress). Cahyono, Achadi Budi. 2010. Keselamatan Kerja Bahan Kimia Di Industri, Gadjah Mada University Press. Dewan K3 Nasional. 1993. Program K3, http://www.psychologymania.com/20 13/06/ program-keselamatan-dankesehatan-kerja.html. Diakses pada tanggal 10 desember 2013. Harrianto, Ridwan. 2008. Buku Ajar Kesehatan Kerja, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. Malaka, Tan. 1996. Biomonitoring “Proceeding Simposium Pemantauan Biologik dalam Proteksi Kesehatan Tenaga Kerja”, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. M, Soeripto. 2008. Higiene Industri, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Mulya, Adi, 2008. Analisis dan Pengendalian Risiko Keselamatan Kerja Dengan Metode Semi Kuantitatif Pada pekerja Pengelasan di Bengkel Pabrik PT. Antam Tbk UBP Emas Pongkor Bogor Tahun 2008. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. Neldi, Mellysa P, 2011. Analisis Pelaksanaan JSA Pada Pekerjaan Well Work Dan Initial Completion Yang Dilakukan Kontraktor Migas Berdasarkan Teknik Management Berdasarkan Oversight And Risk Tree Di Lokasi Kerja PT. X Tahun 2011. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. Pradana, Aripta, 2011. Hubungan Antara Kebisingan Dengan Stres Kerja Pada Pekerja Bagian Gravity PT. Dua Kelinci. Fakultas Ilmu Keolahragaan. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Negeri Semarang. Semarang. Ramli, Soehatman. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS Risk Management, PT. Dian Rakyat, Jakarta. Saputra, Agus J, 2007. Analisis Kebisingan Peralatan Pabrik Dalam Upaya Peningkatan Penaatan Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT. Pupuk Kaltim. Program Studi Ilmu Lingkungan. Universitas Diponegoro. Semarang. Siregar, Hikmah R, 2008. Upaya Pengendalian Efek Fisiologis Akibat Heat Stress Pada Pekerja Industri Kerupuk Tiga Bintang Kecamatan Binjai Utara Tahun 2008. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera. Medan. Subaris, Heru dan Haryono. 2008. Hygiene Lingkungan Kerja, Mitra Cendikia, Jogjakarta. Suma’mur. 2013. HIGIENE Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES), CV Sagung Seto, Jakarta. Susanto, Ibnu. 2009. Bahan Kimia Berbahaya dan Keselamatan Kesehatan Kerja Bidang Kimia. http://ibnususanto.wordpress.com/200 9/02/13/bahan-kimia-berbahaya-dankeselamatan-kesehatan-kerja-bidangkimia/. Di akses pada tanggal 20 Mei 2014. Tambunan, Sihar Tigor Benjamin. 2005. Kebisingan di Tempat Kerja, C.V. Andi Offset, Yogyakarta