TINJAUAN PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN

advertisement
TINJAUAN PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN KERJA
FISIK DAN KIMIA DI PT. TAKA TURBOMACHINERY INDONESIA
DURI RIAU TAHUN 2014
Fentra Welkisam Aidil Fitrah1 ; Halinda Sari Lubis ; Isyatun Mardhiyah Syahri2
1
Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Departemen Keselamtan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia
Email: [email protected]
2
ABSTRACT
Work environment monitoring program is a part of Occupational Health and Safety
Management System (OHSMS) aimed to help materialize of the maintenance of good employees, so
that they are aware of the significance about the implementation of health and safety program for
themselves and the company. The applied work environment monitoring program be expected be able
to prevent the workers from accidents and occupational diseases. In this study the problems are how
does to review the implementation of work environment monitoring programs of chemical and physical
at PT. Taka Turbomachinery Indonesia Duri Riau in 2014.
The kind of research used in this study is a qualitative approach in order to obtain in-depth
information about work environment monitoring program of chemical and physical at PT. Taka
Turbomachinery Indonesia Duri Riau. The primary data were obtained by data collection techniques
of in-depth interview. The informants for this study there were 4 peoples, namely Site Manager,
Supervisor Maintenances, Supervisor Operations, and HSE.
From this results be able seen that work environment monitoring program had been carried out
each day by PT. Taka Turbomachinery Indonesia Duri Riau at Central Gas Turbine Area. Monitoring
of physical work environment by conducting temperature measurement, noise, and radiation. As for
monitoring of chemical work environment based on the MSDS. But there are some workers who do not
obey with safety rules in the works.
The quality of the implementation work environment monitoring program chemical and
physical at PT. Taka Turbomachinery Indonesia Duri Riau maintened and further enhanced, in order
to create safe work environment. It also needs to be enhanced awareness for workers about the
importance of health and safety in the work.
Keywords: Work environment monitoring program, physical work environment, chemical work
environment
Pendahuluan
Menurut Undang-Undang No. 1 tahun
1970 tentang keselamatan kerja yaitu bahwa
setiap tenaga kerja berhak mendapat
perlindungan
atas
keselamatan
dalam
melakukan pekerjaan, dan setiap orang lainnya
yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula
keselamatannya serta setiap sumber produksi
perlu dipakai dan dipergunakan secara aman
dan efisien, sehingga proses produksi berjalan
lancar. Hak atas jaminan keselamatan ini
membutuhkan prasyarat adanya lingkungan
kerja yang sehat dan aman bagi tenaga kerja
dan masyarakat di sekitarnya. Pemanfaatan
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam proses
industri dapat menimbulkan risiko kecelakaan,
peledakan, kebakaran, penyakit akibat kerja dan
pencemaran
lingkungan.
Pengalaman
menunjukkan bahwa setiap kecelakaan selalu
mengakibatkan
kerugian
yang
bersifat
ekonomi, penderitaan korban dan keluarganya
serta masyarakat umum (Aditama, 2010).
SMK3 merupakan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah
bagian dari sistem manajemen perusahaan
secara keseluruhan dalam rangka pengendalian
risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien dan produktif (Peraturan Pemerintah
No. 50 Tahun 2012).
Salah satu bagian dari SMK3 adalah
program keselamatan kerja. Pelaksanaan
program keselamatan kerja dapat meningkatkan
pengetahuan karyawan tentang keselamatan
yang tinggi dan pengalaman kerja yang
menghindarkan pekerja dari bahaya-bahaya
ditempat kerja oleh karena adanya faktor
lingkungan kerja yang tidak mendukung
keselamatan dan kesehatan pekerja pada saat
bekerja dan pada saat berada di lingkungan
kerja. Pelaksanaan program pemantauan
lingkungan kerja juga penting untuk membantu
terwujudnya pemeliharaan karyawan yang baik,
sehingga mereka menyadari arti penting dari
pelaksanaan program keselamatan kerja bagi
dirinya maupun perusahaan.
PT. Taka Turbomachinery Indonesia
merupakan Perusahaan Swasta Nasional yang
bergerak dibidang proses produksi/ Fabrikasi,
Inspeksi dan perbaikan dalam bidang
mekanikal untuk Industri chemical, Migas,
Energi, Pupuk, Semen dan Kertas. PT. Taka
Turbomachinery Indonesia berpusat di Kota
Bandung Propinsi Jawa Barat. PT. Taka
Turbomachinery Indonesia memiliki kantor
cabang di berbagai daerah, salah satunya berada
di Kota Duri Kecamatan Mandau Kabupaten
Bengkalis Provinsi Riau.
Saat ini PT. Taka Turbomachinery
Indonesia telah tumbuh besar menjadi salah
satu perusahaan yang mampu memperbaiki
Turbin, Pompa, Kompressor skala raksasa yang
ada di Indonesia yaitu salah satunya dengan
mengadakan kerja sama dalam bidang
perbaikan mekanikal mesin Steam dan Gas
Turbine untuk PT. Chevron Pacific Indonesia
selaku pemilik Power & Steam Generation
PG&T Central Duri yaitu perusahaan yang
menghasilkan listrik bertenaga gas sekaligus
memproduksi steam atau uap. Secara umum
lingkup pekerjaan PT. Taka Turbomachinery
Indonesia adalah dibidang Steam & Gas
Turbine, Centrifugal Pump, Turbo Compressor,
Mfg Sleeve Bearing dan Other Rotating
Equipment.
Dalam setiap kegiatan proses kerja PT.
Taka Turbomachinery Indonesia memerlukan
pemantauan lingkungan kerja dalam rangka
upaya untuk menjaga keselamatan dan
kesehatan pekerjanya. Didalam pelaksanaan
kerjanya terutama di bagian perbaikan
mekanikal PT. Taka Turbomachinery Indonesia
tidak terlepas dari faktor bahaya yang ada di
lingkungan kerja di Central Gas Turbine Area
Duri seperti adanya bahaya fisik yaitu adanya
bahaya kebisingan yang memiliki tingkat
kebisingan yang bervariasi, suhu panas yang
dihasilkan dari panas mesin turbin dan panas
sinar matahari, dan radiasi yang dihasilkan dari
pengelasan dan pancaran sinar matahari, yang
mana bahaya fisik tersebut tentunya akan
mempengaruhi keselamatan dan kesehatan para
pekerja. Begitu juga dengan faktor kimia
seperti penggunaan bahan pelarut Acetilin
(C2H2) untuk pengelasan dan pemotongan
logam, lube oil sebagai bahan pelumas agar
mesin berjalan mulus dan bebas gangguan
sekaligus berfungsi sebagai pendingin dan
penyekat, solar untuk memproduksi uap dan
mencairkan hasil perindustrian, yang dapat
mempengaruhi keselamatan dan terutama
kesehatan para pekerja.
Dari uraian latar belakang di atas
dirumuskan
masalah
sebagai
berikut:
bagaimana tinjauan pelaksanaan program
pemantauan lingkungan kerja fisik dan kimia di
PT. Taka Turbomachinery Indonesia Duri Riau
tahun 2014?
Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi pihak
perusahaan PT. Taka Turbomachinery
Indonesia
mengenai
pentingnya
di
perhatikan program pemantauan lingkungan
kerja fisik dan kimia di Central Gas
Turbine Area.
2. Sebagai bahan masukan bagi pegawai K3
PT. Taka Turbomachinery Indonesia Duri
Riau mengenai program pemantauan
lingkungan kerja di perusahaan.
3. Sebagai
penambah
wawasan
dan
pengetahuan kepada penulis khususnya
mengenai
pelaksanaan
program
keselamatan kerja pada suatu perusahaan
terutama pada perusahaan bergerak
dibidang proses produksi/ Fabrikasi,
Inspeksi dan perbaikan dalam bidang
mekanikal untuk Industri chemical,
Migas, Energi, Pupuk, Semen dan Kertas.
4. Sebagai referensi dan sumber informasi
bagi pihak lain yang membutuhkan.
pada pendekatan kualitatif ini menggunakan
analisis domain yaitu upaya peneliti untuk
memperoleh gambaran umum tentang objek
penelitian. Selanjutnya data yang terkumpul
akan diolah dan disajikan secara narasi dalam
bentuk matriks menurut variabel yang diteliti.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif yang dapat didefinisikan sebagai
salah satu pendekatan yang menggunakan
paradigma
pengetahuan
berdasarkan
pengalaman individual, makna yang secara
sosial dan historis dibangun dengan maksud
mengembangkan suatu teori atau pandangan.
Kegiatan pengumpulan data dilakukan oleh
peneliti sendiri tentang tinjauan pelaksanaan
program pemantauan lingkungan kerja fisik
dan kimia di PT. Taka Turbomachinery
Indonesia Duri Riau dengan teknik
pengumpulan data in depth interview. (Emzir,
2009).
Penelitian dilakukan di unit Central Gas
Turbine Area milik PT. Chevron Pacific
Indonesia Duri Riau. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan April sampai Mei
2014.
Informan dalam penelitian ini sebanyak
4 orang. Diambil dari 1 orang Site Manager, 1
orang Supervisor Maintenance, 1 orang
Supervisor Operation, dan 1 orang tenaga K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) PT. Taka
Turbomachinery Indonesia Duri Riau.
Pengumpulan data pada penelitian ini
diperoleh dari 2 (Dua) sumber yaitu:
1. Data primer diperoleh melalui wawancara
mendalam (indepth interview).
2. Data sekunder diperoleh dari studi
dokumentasi, sumber datanya adalah
dokumen-dokumen yang ada terkait
pemantauan lingkungan kerja di PT. Taka
Turbomachinery Indonesia Duri Riau.
Teknik analisa data dilakukan berdasarkan
data yang diperoleh dari wawancara secara
mendalam (indepth interview) dan tidak
berstruktur terhadap informan kemudian
dibandingkan dengan teori pada tinjauan
pustaka. Tahap analisis data yang digunakan
Pemantauan Lingkungan Kerja
Fisik dan Kimia
1. Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan
Kerja.
Dari hasil penelitian tentang pelaksanaan
pemantauan lingkungan kerja dapat diketahui
bahwa pelaksanaan pemantauan lingkungan
kerja di Central Gas Turbin Area telah
berjalan
dan
untuk
pelaksanaannya
dilaksanakan
setiap
hari
dan
untuk
pelaksanaannya sendiri seluruh karyawan
terlibat didalam melestarikan lingkungan kerja
yang aman, untuk pemantauannya dilakukan
dengan
menyediakan
alat-alat
terkait
pemantauan
lingkungan
kerja
seperti
tersedianya Ambient, Gas Detector, Sound
Level Meter untuk pengukuran seperti
kebisingan, suhu dan juga pengambilan
sampel sekali sebulan, seperti sampel bahan
kimia nalcool, sampel air, sampel uap dan
lain-lain yang akan diperiksakan lebih dalam
ke laboratorium milik Chevron. Serta juga
melakukan observasi dengan memperhatikan
cara pekerja bekerja dalam aspek cara bekerja
yang aman dan selamat dan juga
memperhatikan segi kebersihan dan kesehatan
lingkungan kerja.
Dan hal ini juga sesuai dengan teori
Suma’mur (2013) koreksi cara, tempat dan
lingkungan kerja terutama dimaksudkan agar
intensitas atau kadar faktor penyebab penyakit
dalam hubungan ini penyebab fisis dan
kimiawi dalam udara tempat kerja diupayakan
senantiasa
berada
dibawah
NAB-nya.
Tindakan korektif terhadap cara kerja tempat
dan lingkungan kerja diselenggarakan atas
dasar hasil pengukuran dan evaluasinya
sehingga segala tindakan higiene industri
benar-benar obyektif. Koreksi tersebut
mungkin atas dasar telah terjadi peristiwa
keracunan, gangguan kesehatan, penyakit
akibat kerja, atau kecelakaan. Tapi mungkin
pula atas dasar preventif agar faktor fisis dan
kimiawi di tempat kerja tidak mengakibatkan
hal-hal yang tidak diinginkan.
2. Alat Bantu Dalam Pelaksanaan
Pemantauan Lingkungan Kerja.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa
alat bantu didalam pelaksanaan pemantauan
lingkungan kerja di Central Gas Turbine Area
sudah ada seperti tersedianya SOP Standart
Operating Procedure, JHA Job Hazard
Analysis dan juga tersedianya form-form
terkait dengan pemantauan lingkungan kerja,
seperti tersedianya form JSA Job Safety
Analysis, JSI Job Site Inspection, kemudian
BBS Behaviour Based Safety dan penggunaan
alat pelindung diri yang sesuai.
Hal ini sesuai berdasarkan teori Ramli
(2010)
untuk
membantu
pelaksanaan
manajemen risiko khususnya untuk melakukan
identifikasi
bahaya,
penilaian
dan
pengendaliannya diperlukan metoda atau
perangkat. Khusus untuk risiko K3, ada
beberapa cara atau alat yang dapat digunakan
sesuai dengan kebutuhan masing-masing salah
satunya adalah Job safety analysis yaitu salah
satu teknik analisa bahaya yang sangat popular
dan banyak digunakan di lingkungan kerja.
Adapun JSA teknik ini manfaatnya adalah
untuk mengidentifikasi dan menganalisa
bahaya dalam suatu pekerjaan. Hal ini sejalan
dengan pendekatan sebab kecelakaan yang
bermula dari adanya kondisi atau tindakan
tidak aman saat melakukan aktivitas. Karena
itu dengan melakukan identifikasi bahaya pada
setiap jenis pekerjaan dapat dilakukan langkah
pencegahan yang tepat dan efektif.
3. Upaya Keselamatan Pengendalian
Bahaya.
Dalam hal upaya keselamatan dalam
rangka pengendalian bahaya di Central Gas
Turbine Area, PT. Taka Turbomachinery
Indonesia Duri Riau melakukan serangkaian
tahapan untuk mencegah terjadinya kecelakaan
yaitu melakukan pelatihan tentang pekerjaan
yang akan dilakukan pekerja serta melakukan
induction atau pengenalan tentang bahayabahaya apa saja yang ada di Central Gas
Turbine Area, menyediakan alat pelindung diri
yang sesuai atau spesifik berdasarkan jenis
pekerjaan yang akan dilakukan bagi pekerja,
mengikuti atau mematuhi regulasi yang ada
terkait dengan prosedur kerja seperti bekerja
dengan SOP Standart Operating Procedure
dan mematuhi JHA Job Hazard Analysis.
Hal ini sesuai dengan teori Ramli (2010)
ada lima pendekatan dalam upaya pencegahan
kecelakaan, salah satunya adalah pendekatan
energi sebagai contoh untuk mengatasi bahaya
bising, manusia sebagai penerima energi suara
tersebut dilindungi dengan alat pelindung
telinga sehingga dampak bising yang timbul
dapat dikurangi. Kemudian dengan pendekatan
manusia yaitu dengan memberikan pembinaan
dan pelatihan, promosi dan kampanye K3,
pembinaan perilaku aman, pengawasan dan
inspeksi K3, audit K3, komunikasi K3, dan
pengembangan
prosedur
kerja
aman.
Pendekatan administratif yaitu dengan cara
penyediaan
alat
keselamatan
kerja,
mengembangkan dan menetapkan prosedur
dan peraturan tentang K3 dan lain-lain.
4. Upaya Kesehatan Pekerja
Dari hasil penelitian diketahui bahwa PT.
Taka Turbomachinery Indonesia Duri Riau
dalam rangka melaksanakan upaya kesehatan
bagi pekerjanya, telah memberikan jaminan
kesehatan berupa BPJS, serta asuransi
kesehatan dari perusahaan yang bernama in
health yang mana asuransi ini dapat digunakan
pekerja ketika mengalami sakit yang
diakibatkan oleh pekerjaan dan juga upaya
pemeriksaan kesehatan tahunan atau general
check up melalui rumah sakit yang telah
ditunjuk oleh PT. Taka Turbomachinery
Indonesia Duri Riau.
Hal ini sesuai dengan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992
tentang penyelenggaraan jaminan sosial tenaga
kerja pasal 3 ayat (1) yang menyatakan untuk
memberikan perlindungan kepada tenaga kerja
diselenggarakan program jaminan sosial
tenaga kerja yang pengelolaanya dapat
dilaksanakan dengan mekanisme asuransi.
Kemudian ayat (2) yang menyatakan setiap
tenaga kerja berhak atas jaminan sosial tenaga
kerja. Selain itu pasal 4 ayat (1) menyatakan
program jaminan sosial tenaga kerja
sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 wajib
dilakukan oleh setiap perusahaan bagi tenaga
kerja yang melakukan pekerjaan di dalam
hubungan kerja sesuai dengan ketentuan
undang-undang ini.
5. Kondisi Suhu Central Gas Turbine
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa
suhu di Central Gas Turbine Area sangat
panas, hal ini disebabkan oleh adanya proses
pembakaran gas turbin untuk menghasilkan
listrik dan juga panas yang dihasilkan oleh
HRSG yang memproduksi uap untuk
melelehkan minyak bumi dan juga panas yang
dihasilkan dari Exhaust yaitu buangan gas
yang dibuang ke udara, juga dari pancaran
sinar matahari yang panas.
Hal ini sesuai dengan teori Suma’mur
(2013) faktor-faktor yang menyebabkan
pertukaran panas antara tubuh dan lingkungan
sekitarnya adalah konduksi, konveksi, radiasi,
dan evaporasi (penguapan keringat). Konduksi
ialah pertukaran panas antara tubuh dengan
benda-benda sekitar melalui mekanisme
sentuhan atau kontak langsung. Konveksi
adalah pertukaran panas dari badan dengan
lingkungan melalui kontak udara dengan
tubuh.
6. Dampak Suhu Panas Terhadap Pekerja
Dari hasil penelitian diketahui bahwa
dampak kondisi suhu panas bagi pekerja yang
bekerja di Central Gas Turbine Area yaitu
lelah, dehidrasi, perasaan gerah, stress,
konsentrasi berkurang. Namun dalam hal ini
para informan melakukan antisipasi untuk
meminimalisir agar dampak tersebut tidak
mempengaruhi kinerja pekerja dengan caracara yang telah ditentukan.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Siregar (2008) yang menyatakan selama
bekerja di tempat panas terjadi pengeluaran
keringat yang banyak pada pekerja, dimana
keringat merupakan cairan hiponotik yang
terdiri dari air, natrium, dan klorida.
Penguapan dan pengeluaran keringat dari kulit
yang bertujuan untuk mengatur temperatur
tubuh menyebabkan terjadinya penurunan
tekanan darah, sehingga menyebabkan
kekurangan volume cairan.
7. Upaya Keselamatan Suhu Panas
Dari hasil penelitian diketahui bahwa
upaya keselamatan dalam pengendalian suhu
panas di Central Gas Turbine Area yang
dilakukan oleh PT. Taka Turbomachinery
Indonesia Duri Riau yaitu dengan memberikan
bantuan blower agar meredakan panas, dan
sumber-sumber panas tertentu di isolasi agar
panas tersebut tidak
berdampak buruk
terhadap pekerja, melakukan sistem bekerja
secara bergantian pada saat waktu tertentu agar
pekerja tidak terpapar lama di titik atau spot
yang memiliki potensi bahaya panas, serta
menyediakan air minum di Central Gas
Turbine Area untuk para pekerja sebagai
antisipasi agar tidak dehidrasi.
Hal ini sesuai dengan teori Harrianto
(2010) pengendalian pajanan lingkungan panas
di tempat kerja dapat dikurangi dengan cara
Pengendalian
Administratif
yaitu
mempersingkat pajanan dibutuhkan jadwal
istirahat yang pendek tetapi sering dan rotasi
pekerja yang memadai, penyediaan air minum
yang
cukup.
Pengendalian
Teknik,
mengurangi penyebaran panas radiasi dari
permukaan benda-benda yang panas dengan
cara
isolasi/penyekat
yaitu
melapisi
permukaan benda-benda yang panas dengan
bahan yang memiliki emisi yang rendah
seperti aluminium atau cat, mengurangi
kelembaban seperti penggunaan AC, peralatan
penarik kelembaban, dan upaya lain untuk
mengeliminasi uap panas sehingga dapat
mengurangi kelembaban di lingkungan tempat
kerja.
8. Kebisingan di Central Gas Turbine
Dari hasil penelitian diketahui bahwa
tingkat kebisingan di Central Gas Turbine
bervariasi ini dikarenakan terdapat lima unit
mesin turbin mulai dari yang terkecil yaitu di
turbin satu 89 dBA hingga diatas 95 dBA di
turbin lima, ini dikarenakan oleh adanya
aktifitas dari aktifitas mesin turbin tersebut.
Hal ini sesuai dengan teori Tambunan
(2005) sumber kebisingan berasal dari
aktivitas-aktivitas yang ikut menciptakan dan
menambah tingkat kebisingan di tempat kerja,
seperti mengoperasikan mesin-mesin produksi
yang sudah cukup tua, terlalu sering
mengoperasikan mesin-mesin kerja pada
kapasitas kerja cukup tinggi dalam operasi
cukup panjang.
9. Dampak Kebisingan Pada Pekerja
Dari hasil penelitian diketahui bahwa
dampak kondisi kebisingan bagi pekerja yang
bekerja di Central Gas Turbine Area yaitu
proses komunikasi yang tidak berjalan seperti
keadaan normal. Untuk segi kesehatan hal
yang berpengaruh adalah bisa mengakibatkan
gangguan pendengaran seperti tuli, namun
untuk mengantisipasi hal tersebut PT. Taka di
dalam bekerja menggunakan alat pelindung
telinga seperti Ear plug dan Ear muff.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Pradana (2013) yang menyatakan tingkat
kebisingan yang melebihi 85 dBA dalam
kondisi tersebut dapat menimbulkan rasa
kurang nyaman yang dialami pekerja dalam
hal komunikasi pada saat menjalankan
pekerjaannya sehingga memungkinkan pekerja
mengalami gangguan pada saat bekerja.
10. Upaya Keselamatan Pada Kebisingan
Dari hasil penelitian diketahui bahwa
untuk upaya keselamatan pada kondisi
kebisingan di Central Gas Turbine Area dapat
diketahui PT. Taka Turbomachinery Indonesia
Duri Riau menyediakan Personal Protective
Equipment atau PPE yang sesuai berdasarkan
tingkat
kebisingannya
yaitu
dengan
menyediakan ear plug atau penutup telinga
yang terbuat dari bahan karet dan juga ear
muff pada saat bekerja.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Saputra (2007) yang menyatakan peralatan alat
pelindung diri yang dipergunakan untuk
melindungi pekerja pabrik mempunyai jenis
dan spesifikasi tertentu berdasarkan tingkat
kebisingan di lingkungan pabrik PT. Pupuk
Kalimantan Timur, karyawan di lindungi
dengan alat pelindung telinga ear plug untuk
tingkat kebisingan antara 85-95 dBA dan ear
muff untuk tingkat kebisingan lebih dari 95
dBA.
11. Bahaya Radiasi di Central Gas Turbin
Dari hasil penelitian diketahui bahwa
bahaya radiasi yang terdapat di Central Gas
Turbine Area, sumbernya berasal dari proses
pekerjaan pengelasan, dan melalui terik sinar
matahari.
Hal ini sesuai dengan teori Subaris dan
Haryono (2008) sumber radiasi berasal dari
radiasi alam dan non alami. Radiasi yang
berasal dari alam disebut radiasi alam seperti
sinar matahari (ultra violet, infra red). Dan
radiasi buatan berasal dari penggunaan alat
elektronik dan radiasi yang dihasilkan dari
pengelasan atau las listrik.
12. Dampak Radiasi Terhadap Pekerja
Dari hasil penelitian diketahui bahwa
dampak bahaya fisik radiasi bagi pekerja yang
bekerja di Central Gas Turbine Area yaitu
dampak tersebut sangat berpengaruh terhadap
pekerja hal tersebut diketahui berdasarkan
pernyataan informan yang mengatakan ada
sebagian pekerja yang terkena dari dampak
radiasi tersebut pada saat sehabis melakukan
pengelasan yaitu penglihatan mata pekerja
tersebut agak kabur dan merasakan iritasi pada
mata.
Hal ini sesuai dengan teori Suma’mur
(2013) sinar laser adalah emisi energi tinggi,
sinar ini digunakan untuk banyak keperluan
dan pemakaiannya luas seperti pada
pengelasan, pemotongan, dan pelapisan logam.
Efek utama paparan sinar laser kepada tenaga
kerja adalah terhadap mata dan kulit.
Kerusakan mata merupakan akibat efek termis
sinar laser kepada retina, sehingga terjadi
kerusakan retina dan kebutaan. Sinar ultra
ungu dihasilkan oleh pengelasan yang
menggunakan suhu tinggi, benda pijar yang
suhunya tinggi, lampu pijar dan lainnya. Sinar
matahari mengandung pula sinar ultra ungu.
Pada mata sinar tersebut dapat mengakibatkan
konjungtivitis foto elektrika.
13. Upaya Keselamatan Terhadap Radiasi
Dari hasil penelitian diketahui bahwa
upaya keselamatan dalam pengendalian
bahaya radiasi di Central Gas Turbine Area,
PT. Taka Turbomachinery Duri Riau
melakukan upaya, seperti menyediakan alat
pelindung diri untuk kegiatan kerja pengelasan
dengan menyediakan face shield, kaca mata
hitam, sarung tangan karet dan untuk bahaya
radiasi yang berasal dari matahari seluruh
pekerja diwajibkan mengenakan baju lengan
panjang, sarung tangan, helm keselamatan,
kaca mata dan safety shoes.
Hal ini sesuai dengan penelitian Mulya
(2008) yang menyatakan untuk pengendalian
risiko terkena percikan api las pekerja harus
berhati-hati dengan mengatur jarak aman
seperti melawan arah mata angin dan
sebaiknya pekerja pengelasan menggunakan
alat pelindung diri seperti wear pack yang
terbuat dari bahan katun, pada saat pengelasan
juga leher baju harus dikancingkan, selalu
menggunakan safety googles, sarung tangan,
face shield (kedok las), dan apron kulit.
14. Penggunaan Bahan Kimia
Dari hasil penelitian diketahui bahwa PT.
Taka Turbomachinery Indonesia Duri Riau di
dalam proses produksi menggunakan bahan
kimia, adapun bahan kimia yang sering
digunakan adalah asetilin yang digunakan
untuk proses pengelasan dan pemotongan
logam, lube oil atau oli yang digunakan untuk
sebagai bahan pelumas agar mesin berjalan
mulus dan bebas gangguan sekaligus berfungsi
sebagai pendingin dan penyekat, dan solar
yang digunakan untuk sebagai bahan bakar
mesin turbin dan sebagai bahan untuk servis
reparasi pada bidang mekanikal.
Hal ini sesuai dengan teori Susanto (2009)
penggunaan bahan kimia banyak digunakan
dalam lingkungan kerja terutama bagi industri
yang menggunakan bahan kimia sebagai bahan
pembantu proses, diantaranya industri tekstil,
kulit, kertas, pelapisan listrik, pengilahan
logam, obat-obatan dan lain-lain.
15. Dampak Penggunaan Bahan Kimia
Dari hasil penelitian diketahui bahwa
setiap para karyawan telah mengetahui
dampak dari penggunaan bahan kimia
terhadap keselamatan dan kesehatannya yaitu
melalui pengarahan langsung dari pihak
manajemen PT. Taka sendiri yang diadakan
pada saat tail gate meeting berlangsung
mengenai tentang bagaimana cara penggunaan
bahan kimia yang benar sesuai dengan MSDS
dan SOP yang ada dan memeriksa
kelengkapan karyawan sebelum memulai
pekerjaan dari segi keselamatan yaitu telah
menggunakan APD dan adanya surat izin
bekerja. Setiap pekerja yang menggunakan
bahan kimia harus mentaati cara bekerja
berdasarkan prosedur yang ada. Dan dilakukan
pemantaun langsung oleh pihak HSE PT. Taka
dan juga dari pihak Chevron.
Hal ini sesuai dengan teori Harrianto
(2008) efek toksik zat kimia yang berbahaya,
bila masuk kedalam tubuh, bergantung pada
sifat fisik zat kimia tersebut dan sifat dasar
patofisiologis organ tubuh terhadap pajanan
tersebut.
16. Ketersediaan MSDS Untuk
Penggunaaan Bahan Kimia
Dari hasil penelitian diketahui, bahwa PT.
Taka Turbomachinery Indonesia Duri Riau di
dalam penggunaan bahan kimia untuk proses
produksi di Central Gas Turbine Area turut
serta menggunakan bahan kimia yang
memiliki MSDS dalam upaya keselamatan dan
kesehatan pekerja di dalam penggunaan bahan
kimia. Berdasarkan data MSDS yang peneliti
dapat selama di penelitian, MSDS tersebut
berisi konten tentang produk dan identitas
perusahaan, pengenalan bahaya, tipikal
komposisi, informasi kesehatan dan psikologi,
langkah-langkah pertolongan pertama dan
keadaan darurat, tata cara penanggulangan
tumpahan dan kebocoran, penanganan dan
penyimpanan,
pertimbangan-pertimbangan
pembuangan, informasi peraturan, informasi
perlindungan khusus, informasi perlindungan
terhadap
kebakaran,
data
reaktifitas,
perlindungan terhadap lingkungan, peringatan
khusus, dan ciri-ciri fisik.
Hal ini sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74
Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun, pasal 12 yang
berbunyi
setiap
penanggung
jawab
pengangkutan, penyimpanan, dan pengedaran
B3 wajib menyertakan Lembar Data
Keselamatan bahan (Material Safety Data
Sheet).
17. Upaya Keselamatan Penggunaan Bahan
Kimia
Dari hasil penelitian diketahui bahwa
upaya keselamatan dalam rangka melindungi
pekerja dari penggunaan bahan kimia di
Central Gas Turbine Area yaitu dengan
memberikan sosialisasi tentang bahan kimia
yang akan digunakan agar pekerja paham
dengan potensi bahaya apa yang bisa
membahayakan pekerja, memastikan MSDS
tersedia di lapangan ketika mengoperasikan
bahan kimia tersebut, menggunakan alat
pelindung diri yang sesuai yang telah
disediakan oleh PT. Taka Turbomachinery
Indonesia Duri Riau, tersedianya fasilitas
untuk personal hygiene seperti eye wash untuk
membersihkan mata apabila terkena bahan
kimia dan juga emergency shower.
Hal ini sesuai dengan teori Cahyono
(2010) penggunaan bahan kimia yang
jumlahnya sudah sedemikian banyak tentu saja
mengharuskan personil yang berhubungan
dengan bahan kimia untuk bekerja dengan cara
yang aman agar terhindar dari kecelakaan
kerja akibat bahan kimia, dan pencegahan
kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan
Pengendalian
Secara
Teknis
seperti
pemasangan LEV (Local Exhaust Ventilation).
Pengendalian Secara Administrasi seperti
pengaturan jam kerja pada tempat kerja
tertentu, rotasi shift, dan lama waktu yang
diperbolehkan pada tempat berbahaya.
Walaupun pengendalian secara teknis dan
administrasi telah dijalankan, tetapi dalam
upaya lebih menjaga keselamatan dan
kesehatan karyawan, maka personil yang
bekerja dengan bahan kimia harus dilengkapi
dengan alat pelindung diri.
18. Tempat Penyimpanan Bahan Kimia
Dari hasil penelitian diketahui bahwa
untuk tempat penyimpanan bahan kimia di
PG&T Central Duri sudah disesuaikan dengan
kondisi tingkat kelembapan, dan letak bahan
kimia disesuaikan berdasarkan jenis bahan
kimia yang sama dan membedakan antara
bahan kimia yang kosong dengan yang berisi
dan
berisi
setengah.
Untuk
tempat
penyimpanan bahan kimi di PG&T sendiri
telah dipasang rambu-rambu peringatan
bahaya bahan kimia serta alat pelindung diri
apa yang dipergunakan ketika hendak
memasuki area penyimpanan bahan kimia.
Untuk tempat penyimpan bahan kimia
diletakkan di satu tempat yaitu di chemical
storage dan untuk penyimpanannya dibeda-
bedakan
susunan
penyimpanannya
berdasarkan jenis bahan kimia.
Hal ini sesuai dengan teori Cahyono
(2010) Cara penyimpanan paket atau kontainer
harus ditentukan. Penentuan ini tidak boleh
terbatas hanya beberapa maslah seperti
‘metode palet’, drum di stack terakhir dan lainlain, tetapi harus termasuk batas aman untuk
setiap stack. Drum besar dan kecil mungkin
disimpan vertikal, horizontal, di palet, di rak,
stack, atau tumpukan. Tetapi, apapun metode
yang digunakan bahan kimia tidak boleh
terletak di lantai, terutama di lapangan terbuka.
Dan bila dilapangan terbuka jaga wadah tetap
bersih dan bebas dari benda asing yang dapat
membawa ke proses. Penyimpanan bahan
kimia berbahaya harus mengantisipasi
terjadinya kebocoran, sehingga diperlukan
peralatan yang memadai untuk mencegah
limbah bahan kimia berbahaya masuk ke tanah
atau perairan. Bahan kimia harus ditempatkan
sesuai dengan jenisnya. Suatu bahan kimia
mudah terbakar dapat ditempatkan dengan
bahan kimia yang lain yang juga mudah
terbakar pada satu area tetapi satu jenis bahan
kimia. Untuk memudahkan mengetahui jenis
bahan-bahan kimia yang ditempatkan di
gudang, maka di area tempat bahan kimia
ditempatkan harus ditandai dengan papan
nama yang jelas yang menyebutkan nama
bahan kimia yang berada di area.
19. Proses Pembuangan Bahan Kimia
Dari hasil penelitian diketahui bahwa
untuk pembuangan limbah kimia, PT. Taka
Turbomachinery Indonesia Duri Riau didalam
hal pembuangan limbah bahan kimia akan
melakukan pengemasan ulang yang nantinya
akan dikumpulkan ke bagian junk yard yaitu
tempat penampungan limbah kimia sementara
yang kemudian nantinya bahan kimia yang
didalam penampungan sementara tersebut
diambil dan akan dikirim atau dibawa ke
tempat penanganan limbah kimia B3 dan
untuk pelaksanaan tersebut akan dilakukan
oleh pihak PT. Chevron Pacific Indonesia
selaku pihak yang lebih berhak.
Hal ini sesuai dengan Menurut
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
menyatakan, bahwa lingkungan hidup perlu
dijaga kelestariannya sehingga tetap mampu
menunjang pelaksanaan pembangunan yang
berkelanjutan dan dengan meningkatnya
pembangunan di segala bidang, khususnya
pembangunan di bidang industri, semakin
meningkat pula jumlah limbah yang dihasilkan
termasuk yang berbahaya dan beracun yang
dapat membahayakan lingkungan hidup dan
kesehatan manusia. Pasal 3 mengenai
Ketentuan Umum menyatakan bahwa, setiap
orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
yang menghasilkan limbah B3 dilarang
membuang limbah B3 yang dihasilkannya itu
secara langsung ke dalam media lingkungan
hidup, tanpa pengolahan terlebih dahulu.
Kesimpulan
1. Program pemantauan lingkungan kerja telah
dilaksanakan setiap hari oleh PT. Taka
Turbomachinery Indonesia Duri Riau di
Central Gas Turbine Area.
2. Perangkat di dalam menunjang proses
pelaksanaan pemantauan lingkungan kerja
di Central Gas Turbine Area yaitu JSA Job
Safety Analysis.
3. Upaya keselamatan dalam rangka
pengendalian bahaya di Central Gas
Turbine Area dengan menyediakan alat
pelindung diri yang sesuai berdasarkan
spesifikasi pekerjaan.
4. Upaya kesehatan untuk menjamin
kesehatan pekerja dengan memberikan
jaminan kesehatan BPJS dan asuransi
kesehatan in health serta mengadakan
pemeriksaan kesehatan berkala setahun
sekali.
5. Upaya keselamatan pada kondisi suhu
panas di Central Gas Turbine Area yaitu
dengan memberikan bantuan blower,
mengisolasi sumber panas tertentu,
melakukan pergantian pekerja pada waktu
tertentu, dan menyediakan air minum untuk
mencegah dehidrasi.
6. Upaya keselamatan pada kondisi kebisingan
di Central Gas Turbine Area dengan
menyediakan alat pelindung diri telinga
yaitu ear plug dan ear muff.
7. Upaya keselamatan pada bahaya radiasi di
Central Gas Turbine Area dengan
menyediakan alat pelindung diri mata yaitu
kaca mata hitam, sarung tangan karet, dan
face shield.
8. Menyediakan MSDS sebagai pedoman
keselamatan didalam penggunaan bahan
kimia untuk proses produksi di Central Gas
Turbine Area dalam bentuk soft copy, dan
dokumen tertulis.
9. Upaya keselamatan dalam rangka
melindungi pekerja terhadap penggunaan
bahan kimia dengan menyediakan MSDS,
APD yang sesuai dengan bahan kimia yang
digunakan, tersedianya Eye Wash dan
Emergency Shower di Central Gas Turbine
Area.
10. Penyimpanan bahan kimia diletakkan di
chemical storage.
Saran
1. Kepada
PT.
Taka
Turbomachinery
Indonesia Duri Riau agar mempertahankan
kualitas
pelaksanaan
pemantauan
lingkungan kerja fisik dan kimia di Central
Gas Turbine Area Duri seperti mengukur
tingkat kebisingan dengan sound level
meter, mengukur tingkat suhu dengan
ambient dan gas tester untuk exhaust
turbine, mengambil sample bahan kimia
untuk di uji di laboratorium sebulan sekali,
membuang bahan kimia yang sudah tidak
dipakai lagi di junk yard. Memastikan
setiap pekerjaan yang memiliki potensi
bahaya sudah ada izin kerja nya dari pihak
user atau Chevron dan bekerja berdasarkan
SOP.
2. Kepada pekerja PT. Taka Turbomachinery
Indonesia Duri Riau khusus nya pekerja
yang melakukan kegiatan pengelasan
maupun pemotongan besi agar lebih
meningkatkan kesadarannya mengenai
pentingnya keselamatan dan kesehatan di
dalam
proses
pengelasan
dengan
menggunakan APD yang lengkap seperti
wear pack yang terbuat dari bahan katun,
pada saat pengelasan juga leher baju harus
dikancingkan, selalu menggunakan safety
gogles, sarung tangan, face shield (kedok
las), dan apron kulit agar kecelakaan yang
tidak diinginkan dapat di hindari.
Daftar Pustaka
Aditama, Tjandra Yoga. 2002. “ Kumpulan
Makalah
Seminar
K3
RS
Persahabatan Tahun 2000 & 2001
(Dr.Slamet Ichsan, M.S tahun 2001)
Kesehatan dan Keselamatan Kerja,
Penerbit Universitas Indonesia (UIPress).
Cahyono, Achadi Budi. 2010. Keselamatan
Kerja Bahan Kimia Di Industri,
Gadjah Mada University Press.
Dewan K3 Nasional. 1993. Program K3,
http://www.psychologymania.com/20
13/06/
program-keselamatan-dankesehatan-kerja.html. Diakses pada
tanggal 10 desember 2013.
Harrianto, Ridwan. 2008. Buku Ajar
Kesehatan Kerja, Penerbit Buku
Kedokteran, Jakarta.
Malaka,
Tan.
1996.
Biomonitoring
“Proceeding
Simposium
Pemantauan
Biologik
dalam
Proteksi Kesehatan Tenaga Kerja”,
Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
M, Soeripto. 2008. Higiene Industri, Balai
Penerbit
Fakultas
Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.
Mulya, Adi, 2008. Analisis dan Pengendalian
Risiko Keselamatan Kerja Dengan
Metode Semi Kuantitatif Pada
pekerja Pengelasan di Bengkel
Pabrik PT. Antam Tbk UBP Emas
Pongkor Bogor Tahun 2008.
Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Neldi, Mellysa P, 2011. Analisis Pelaksanaan
JSA Pada Pekerjaan Well Work
Dan Initial Completion Yang
Dilakukan
Kontraktor
Migas
Berdasarkan Teknik Management
Berdasarkan Oversight And Risk
Tree Di Lokasi Kerja PT. X Tahun
2011. Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Pradana, Aripta, 2011. Hubungan Antara
Kebisingan Dengan Stres Kerja
Pada Pekerja Bagian Gravity PT.
Dua
Kelinci.
Fakultas
Ilmu
Keolahragaan.
Jurusan
Ilmu
Kesehatan Masyarakat. Universitas
Negeri Semarang. Semarang.
Ramli, Soehatman. 2010. Pedoman Praktis
Manajemen
Risiko
dalam
Perspektif
K3
OHS
Risk
Management, PT. Dian Rakyat,
Jakarta.
Saputra, Agus J, 2007. Analisis Kebisingan
Peralatan Pabrik Dalam Upaya
Peningkatan Penaatan Peraturan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
PT. Pupuk Kaltim. Program Studi
Ilmu
Lingkungan.
Universitas
Diponegoro. Semarang.
Siregar,
Hikmah
R,
2008.
Upaya
Pengendalian Efek Fisiologis Akibat
Heat Stress Pada Pekerja Industri
Kerupuk Tiga Bintang Kecamatan
Binjai Utara Tahun 2008. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas
Sumatera. Medan.
Subaris, Heru dan Haryono. 2008. Hygiene
Lingkungan Kerja, Mitra Cendikia,
Jogjakarta.
Suma’mur. 2013. HIGIENE Perusahaan dan
Kesehatan Kerja (HIPERKES), CV
Sagung Seto, Jakarta.
Susanto, Ibnu. 2009. Bahan Kimia Berbahaya
dan Keselamatan Kesehatan Kerja
Bidang
Kimia.
http://ibnususanto.wordpress.com/200
9/02/13/bahan-kimia-berbahaya-dankeselamatan-kesehatan-kerja-bidangkimia/. Di akses pada tanggal 20 Mei
2014.
Tambunan, Sihar Tigor Benjamin. 2005.
Kebisingan di Tempat Kerja, C.V.
Andi Offset, Yogyakarta
Download