PDF - Jurnal UNESA

advertisement
UNESA Journal of Chemistry Vol. 3 No. 1 January 2014
PENGARUH LAMA FERMENTASI DAN PENAMBAHAN BAKTERI ASAM LAKTAT
Lactobacillus plantarum B1765 TERHADAP MUTU PRODUK TAPE SINGKONG
THE EFFECT OF FERMENTATION TIME AND ADDITIONAL LACTIC ACID
BACTERIA Lactobacillus plantarum B1765 TO THE QUALITY OF FERMENTED
CASSAVA PRODUCT
Nur Khasanah* dan Prima Retno Wikandari
Departement of Chemistry, Faculty of Mathematics and Natural sciences
State University of Surabaya
Jl. Ketintang Surabaya (60231), Telp. 031-8298761
* Corresponding author, email : [email protected]
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama fermentasi dan penambahan kultur
starter bakteri asam laktat Lactobacillus plantarum B1765 terhadap mutu mikrobiologi, kimia, dan
organoleptik dari tape singkong. Fermentasi dilakukan dengan dua cara yaitu dengan penambahan ragi
sebesar 0,2% (fermentasi I) dan penambahan ragi sebanyak 0,2% serta L. plantarum B1765 sebesar
105CFU/g (fermentasi II). Pada pengujian mutu mikrobiologi, fermentasi I diperoleh total bakteri asam
laktat (BAL) tertinggi sebesar 2,03 x 102 dengan waktu fermentasi selama 72 jam, sedangkan fermentasi II
diperoleh total BAL tertinggi sebesar 1,53 x 106 CFU/g dengan waktu fermentasi selama 24 jam dan
menurun sampai 1,46x 105 pada fermentasi selama 72 jam. Jumlah khamir tertinggi pada fermentasi I
adalah sebesar 3,3x 104 dengan waktu fermentasi selama 48 jam dan untuk fermentasi II jumlah tertinggi
sebesar 1,77x 103 dengan waktu fermentasi selama 48 jam. Mutu kimia yang diuji pada penelitian ini
meliputi pH, kadar glukosa, kadar alkohol, dan total asam. Pada uji mutu kimia terbukti bahwa dengan
fermentasi ke II dapat menekan kadar alkohol dan mempercepat proses fermentasi . Mutu organoleptik yang
meliputi rasa, aroma, serta tekstur diperoleh pada fermentasi II dengan lama fermentasi 48 jam.
Kata Kunci: lama fermentasi, kultur starter, L. plantarum B176
Abstract. The aim of this research is to determine the effect of fermentation and the addition of starter
cultures of L. plantarum B1765 lactic acid bacteria towards quality of microbiological, chemical, and
organoleptic of fermented cassava. Fermentation is carried out with addition of 0,2% yeast and with
addition of 0,2% yeast and starter cultures of 105CFU/g L. plantarum B1765. On the microbiological quality
testing, fermentation with the addition starter cultures of L. plantarum B1765 LAB acquired the highest total
LAB of 1,53 x 106 CFU/g on the 24 hours and decreased to 1,46x 105to ferment for 72 hours, while the total
LAB fermentation with addition of yeast reached the highest total LAB only 2,03 x 102 CFU/g on the 72
hours. The number of yeasts in the fermentation with the addition of starter cultures of L. plantarum B1765
reached the highest number on the 48 hours of 1,77x 103 while the addition of fermented with yeast, the
highest number of yeasts existed in the 48 hours of 3,3x 104. Chemical quality tested in this study include pH,
glucose, alcohol content, and total acid. In the average results, better chemical quality obtained in the
fermentation with the addition of a starter culture of L. plantarum B1765. Organoleptic quality which
includes flavor, aroma, and texture obtained the highest average in the fermentation with the addition of a
starter culture of L. plantarum B1765 during 24 hours.
Keywords: Time fermentation, Starter Culture, L. plantarum B1765.
78
UNESA Journal of Chemistry Vol. 3 No. 1 January 2014
MRS, PDA, CaCO3, aquades, etanol 70%, Cualkalis, arsenomolibdat, NaCl, Ba(OH)2, ZnSO4,
NaOH, indikator PP, K2Cr2O7, H2SO4, etanol.
Prosedur Penelitian
Tahap pembuatan tape singkong
Tape singkong yang diuji dalam penelitian ini
dibuat dengan dua cara fermentasi. Cara yang
pertama yaitu dengan penambahan ragi 0,2% pada
singkong yang telah dikukus. Cara yang kedua
dilakukan dengan cara penambahan ragi 0,2% dan L.
plantarum B1765 105 CFU/g.
Tahap penelitian utama
Pada tahap ini dilakukan pengujian mutu tape
singkong yang telah dibuat dengan dua cara
fermentasi. Pengujian dialkukan setiap 24 jam sekali
yaitu mulai dari jam ke-24, 48, dan 72 yang meliputi
uji mutu mikrobiologi, mutu kimia, dan mutu
organoleptik. Uji mutu mikrobiologi meliputi jumlah
bakteri asam laktat dan khamir.
Uji mutu kimia meliputi nilai pH, kadar glukosa,
kadar alkohol, dan total asam. Pengujian pH
menggunakan metode pH meter, kadar glukosa
menggunakan metode Nelson Somogyi, kadar
alkohol menggunakan metode oksidasi kalium
dikromat, dan total asam menggunakan metode
titrasi asam basa.
Uji mutu organoleptik menggunakan metode
angket untuk menilai tingkat kesukaan panelis.
PENDAHULUAN
Singkong (Manihot utilissima) merupakan salah satu
komoditas hasil pertanian yang banyak ditanam di
Indonesia sebagai bahan baku utama industri tepung
tapioka. Selain dimanfaatkan oleh industri, singkong
diolah menjadi berbagai macam produk olahan,
diantaranya adalah tape singkong.
Tape singkong merupakan hasil fermentasi
singkong oleh ragi yang mengandung kapang,
khamir, bakteri asam laktat, dan bakteri amilolitik.
Kelebihan produk fermentasi dibandingkan dengan
olahan lainnya diantaranya adalah mudah dicerna,
cita rasa lebih enak dan nilai nutrisi [1].
Selama ini, fermentasi singkong dilakukan
dengan penambahan ragi dan difermentasi selama
±72 jam. Dalam penelitian ini akan dipelajari
pengaruh lama fermentasi dan penambahan kultur L.
plantarum B1765. Bakteri ini diisolasi dari bekasam
dan diduga memiliki sifar amilolitik karena dapat
menurunkan pH bekasam like product (bahan utama
bekasam telah disterilkan) yang berbahan utama nasi
[2]. Sifat amilolitik L. plantarum B1765 juga telah
dibuktikan dalam beberapa penelitian [3] [4] [5].
Dengan penambahan kultur L. plantarum B1765
diharapkan proses fermentasi singkong menjadi tape
akan menjadi lebih cepat dengan mutu yang lebih
baik. Manfaat lain dari penambahan kultur ini adalah
ternetuknya produk tape yang kemungkinan
berpotensi sebagai probiotik [6].
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik fisik tape
Pengamatan karakteristik fisik dari kedua cara
fermentasi dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik fisik tape singkong dengan
kedua cara fermentasi.
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen
menggunakan desain “Factorial Design”. Teknik
pengumpulan data diantaranya adalah, mutu kimia
meliputi pH, kadar glukosa, kadar alkohol, dan total
asam. Mutu mikrobiologi meliputi jumlah BAL dan
jumlah khamir, serta mutu organoleptik meliputi
rasa, aroma, dan tekstur. Hasil penelitian uji mutu
mikrobiologi
dan
mutu
kimia
dianalisis
menggunakan analisis statistik anava dua arah,
sedangkan hasil uji mutu organoleptik dianalisis
menggunakan analisis statistik friedman.
Alat
Alat gelas, timbangan, pipet tetes, autoklaf,
penjepit, botol semprot, pembakar spirtus, incubator,
sentrifus, spektrofotometer UV Vis, botol sentrifus,
cawan petri, seperangkat alat titrasi, dan pH meter.
Bahan
No.
79
Ciri
Fisik
Fermentasi
dengan Ragi
(Jam)
Fermentasi
dengan Ragi +
L. plantarum
B1765 (Jam)
2
4
4
8
72
2
4
48
72
1
Tekstu
r Tape
+
+
+
++
+
+
++
+
++
++
2
Kondi
si
Berair
-
+
++
-
++
++
+
UNESA Journal of Chemistry Vol. 3 No. 1 January 2014
Pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa tekstur tape
pada fermentasi dengan penambahan ragi dan L.
plantarum B1765 memiliki tekstur yang lebih lunak
dari pada fermentasi dengan penambahan ragi saja.
Hal ini diduga dengan penambahan L. plantarum
B1765 dapat mempercepat proses hidrolisis pati
menjadi glukosa karena adanya aktivitas amilolitik.
Sifat amilolitik L. plantarum sendiri telah dibuktikan
dalam beberapa penelitian, diantaranya L. plantarum
6.1 dapat menghidrolisis bubur millet [4], L.
plantarum dapat tumbuh pada media pati sebagai
satu-satunya sumber karbon [5], L. plantarum juga
dapat memfermentasi makanan tropis yang
mengandung pati terutama singkong [6].
Pada hidrolisis pati, enzim yang berperan adalah
-amilase yang bekerja memutuskan ikatan dengan
konfigurasi α pada pati (amilosa) . Reaksi yang
terjadi di dalam pemecahan pati adalah
amilosa
maltosa
maltosa + glukosa
glukosa + glukosa
dari pati akan dihasilkan glukosa dan dengan adanya
aktivitas amilolitik dari bakteri asam laktat akan
mampu menghasilkan glukosa yang lebih banyak,
selanjutnya glukosa akan diubah menjadi piruvat
dengan membebaskan molekul air.
C6H12O6
2 C2H3OCOOH + 2H2O
Dari sini tape juga akan cepat berair. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa dengan adanya penambahan ragi
dan L. plantarum B1765 dapat mempercepat
pemecahan pati menjadi glukosa sehingga
menyebabkan proses fermentasi berjalan lebih cepat.
1,16
3,50
72
3,5
2,83
Aroma
Skor aroma tape singkong dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Skor aroma pada tape singkong dengan
kedua cara fermentasi.
Waktu
Cara Fermentasi
Fermentasi
Ragi
Ragi + L.
(Jam)
plantarum
B1765
Analisis Mutu Organoleptik
Tekstur
Tekstur tape yang lebih disukai oleh panelis
adalah lembut dan tidak berair. Skor tekstur tape
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Skor tekstur pada tape singkong dengan
kedua cara fermentasi.
Waktu
Cara Fermentasi
Fermentasi
Ragi
Ragi + L.
(Jam)
plantarum
B1765
24
1,25
Skor tekstur tertinggi pada tape singkong yang
difermentasi dengan penambahan kultur starter
diperoleh pada jam ke-48 dengan skor 3,50
sedangkan tape singkong yang difermentasi dengan
hanya penambahan ragi yaitu sebesar 3,50 diperoleh
pada jam ke-72.
Penambahan kultur starter bakteri asam laktat L.
plantarum B1765 menyebabkan tape singkong
menjadi lebih lembut. Hal ini diduga karena dengan
penambahan kultur starter L. plantarum B1765 dapat
mempercepat proses hidrolisis pati, dengan adanya
hidrolisis pati yang cepat , maka akan dihasilkan
glukosa dengan waktu yang lebih singkat,
selanjutnya glukosa akan diubah menjadi piruvat
dengan
membebaskan
molekul
air
yang
menyebabkan tekstur lebih cepat empuk.
Untuk mendapatkan produk tape singkong
dengan tekstur yang dapat diterima panelis,
seharusnya fermentasi dihentikan saat jam ke-48
untuk tape singkong yang difermentasi dengan
penambahan ragi dan kultur starter L. plantarum
B1765.
maltose + maltotriosa
maltotriosa
48
24
1,17
1,17
48
1,50
3,50
72
3,08
2,58
Skor aroma tertinggi pada tape singkong yang
difermentasi dengan penambahan kultur starter
diperoleh pada jam ke-48 dengan skor 3,50, skor ini
lebih tinggi jika dibandingkan dengan tape singkong
yang difermentasi dengan hanya penambahan ragi
yaitu sebesar 3,08 yang diperoleh pada jam ke-72.
Hal ini menunjukkan bahwa fermentasi dengan
1,17
80
UNESA Journal of Chemistry Vol. 3 No. 1 January 2014
penambahan kultur starter L. plantarum B1765
mampu memperoleh aroma yang lebih cepat dan
lebih baik dibandingkan tape singkong yang
difermentasi tanpa penambahan L. plantarum
B1765.
Aroma dihasilkan dari terbentuknya senyawasenyawa hasil fermentasi. Pada singkong yang
difermentasi dengan menggunakan ragi dan L.
plantarum B1765 mampu mendegradasi pati lebih
cepat karena bantuan dari L. plantarum B1765 yang
akan menghasilkan glukosa, dari glukosa sebagian
akan diubah menjadi alkohol oleh khamir dan dari
alkohol diubah menjadi asam, sedangkan sebagian
dari glukosa akan langsung diubah menjadi asam
laktat oleh bakteri asam laktat sehingga proses
fermentasi akan lebih cepat dan aroma pun lebih
cepat terbentuk. Berbeda dengan fermentasi dengan
hanya penambahan ragi. Pati hanya diubah oleh
mikroorganisme yang hanya ada pada ragi menjadi
glukosa selanjutnya menjadi alkohol yang kemudian
menjadi asam, sehingga memerlukan waktu yang
lebih lama agar aroma dapat terbentuk.
alkohol dan asam. Dalam hal ini asam laktat yang
dihasilkan oleh bakteri asam laktat berperan penting
dalam memunculkan rasa dan dapat menekan
terbentuknya alkohol. Perbedaan ini bisa dilihat
pada uji mutu kimia tape singkong.
Analisis mutu mikrobiologi
Analisis yang dilakukan meliputi jumlah bakteri
asam laktat dan total khamir. Analisis statistik
menunjukkan bahwa ada pengaruh antara lama
fermentasi dan penambahan kultur starter terhadap
jumlah bakteri asam laktat dan jumlah khamir
dengan nilai p<0,05.
Jumlah bakteri asam laktat
Pertumbuhan bakteri asam laktat dapat dilihat pada
Gambar 1 berikut:
Rasa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor rasa
tertingggi pada tape singkong yang difermentasi
dengan penambahan kultur starter diperoleh pada
jam ke-48 dengan skor 3,58, sedangkan pada
fermentasi dengan hanya penambahan ragi, skor
tertinggi terdapat pada fermentasi jam ke-72 dengan
skor sebesar 3,33
Tabel 4. Skor rasa pada tape singkong dengan kedua
cara fermentasi.
Waktu
Cara Fermentasi
Fermentasi
Ragi
Ragi + L.
(Jam)
plantarum
B1765
24
1,33
1,25
48
1,50
3,58
72
3,33
2,75
Gambar 1. Diagram jumlah bakteri asam laktat pada
tape singkong dengan kedua cara
fermentasi.
Pada fermentasi dengan penambahan kultur L.
plantarum B1765 jumlah bakteri asam laktat
tertinggi dicapai pada jam ke-24 dengan jumlah
mencapai 1,53 x 106 CFU/gram dan pada jam ke-48
jumlahnya hampir sama yaitu sebesar 1,35 x 106 .
Jumlah bakteri asam laktat mulai turun yaitu sebesar
1,46 x 105 diduga pada saat jam ke-24 dan 48 bakteri
asam laktat sedang berada dalam fase stasioner
karena antara jam ke-24 dengan 48 hanya terdapat
sedikit perbedaan jumlah bakteri asam laktat. Fase
stasioner sendiri adalah fase dimana antara
pertumbuhan dan kematian bakteri terjadi secara
seimbang. Sedangkan pada jam ke-72 jumlah bakteri
asam laktat mengalami penurunan yang menandakan
bakteri asam laktat sudah berada pada fase kematian.
Menurunnya jumlah bakteri asam disebabkan karena
pertumbuhannya sudah mulai terhambat. Hal ini
karena substrat glukosa sudah mulai berkurang. Pati
singkong yang telah diubah menjadi glukosa akan
diubah lebih lanjut menjadi alkohol dan asam oleh
mikroorganisme. Hal ini dibuktikan dari data analisis
Hal ini menunjukkan bahwa fermentasi dengan
penambahan kultur starter L. plantarum B1765
dapat mempercepat proses fermentasi dan mampu
menghasilkan rasa yang lebih baik. Organoleptik
rasa erat hubungannya dengan kadar glukosa,
81
UNESA Journal of Chemistry Vol. 3 No. 1 January 2014
glukosa yang akan dibahas selanjutnya yang
menyatakan jumlah glukosa akan semakin berkurang
seiring dengan lamanya fermentasi. Kadar alkohol
dan asam akan meningkat seiring dengan lamanya
fermentasi.
Pada fermentasi dengan penambahan ragi bakteri
asam laktat baru bisa teramati pada jam ke-72 yaitu
sebesar 2,03 x 102. Hal ini karena waktu fermentasi
selama 24 dan 48 jam, bakteri asam laktat diduga
masih dalam fase adaptasi.
Jumlah khamir
Pertumbuhan jumlah khamir dapat dilihat pada
Gambar 2 berikut:
Gambar 3. Diagram nilai pH pada tape singkong
dengan kedua cara fermentasi.
Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa pada
fermentasi dengan penambahan ragi yang disertai
dengan kultur starter yaitu berupa bakteri asam laktat
L. plantarum B1765 menghasilkan pH yang lebih
rendah dari pada fermentasi dengan hanya
penambahan ragi. Perubahan pH pada masingmasing fermentasi turun secara beriringan dari jam
ke-24 sampai pada jam ke-72 fermentasi.
Perbedaaan penurunan pH pada fermentasi
dengan penambahan kultur starter ini diduga karena
bakteri asam laktat L. plantarum B1765 dapat
membantu kerja dari mikroorganisme yang terdapat
dalam ragi untuk mengubah pati menjadi glukosa
dan dari glukosa diubah menjadi asam. Hal ini juga
telah dibuktikan bahwa L. plantarum B1765 dapat
menyebabkan penurunan pH pada bekasam like
product (bahan utama bekasam telah disterilkan)
dengan bahan dasar nasi [3]. Bakteri asam laktat
homofermentatif dapat mengubah 95% glukosa atau
heksosa lainya menjadi asam laktat [7]. Sehingga
dari penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan
kultur starter bakteri asam laktat L. plantarum B1765
dapat mempercepat terjadinya penurunan pH,
sehingga lama fermentasi juga dapat dipercepat.
Kadar glukosa. Perubahan pH dapat dilihat pada
Gambar 4 berikut:
Gambar 2. Diagram jumlah khamir pada tape
singkong dengan kedua cara fermentasi.
Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa pada
fermentasi dengan penambahan ragi jumlah kmair
lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah
khamir yang terdapat pada fermentasi dengan
penambahan ragi yang disertai kultur starter bakteri
asam laktat L. plantarum B1765. Hal ini
membuktikan bahwa bakteri asam laktat dapat
menekan pertumbuhan khamir, sehingga jumlah
khamir berkurang. Hal ini juga didukung dari uji
mutu kimia yaitu uji kadar alkohol. Pada fermentasi
dengan kombinasi ragi dan L. plantarum B1765
kadar alkoholnya lebih sedikit dibandingkan cara
fermentasi dengan penambahan ragi saja.
Analisis mutu kimia pH
Hasil statistik uji pH menunjukkan bahwa lama
fermentasi dan penambahan kultur starter
berpengaruh terhadap pH dengan p<0,05. Perubahan
pH dapat dilihat pada Gambar 3 berikut:
Gambar 4. Diagram kadar glukosa pada tape
singkong dengan kedua cara fermentasi.
82
UNESA Journal of Chemistry Vol. 3 No. 1 January 2014
Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat dilihat
bahwa kadar glukosa pada proses fermentasi dengan
penambahan ragi atau dengan cara fermentasi
dengan penambahan ragi dan bakteri asam laktat L.
plantarum B1765 mengalami peningkatan kadar
glukosa pada jam ke- 24. Namun, kadar glukosa
pada fermentasi dengan penambahan ragi dan
bakteri asam laktat L. plantarum B1765 jauh lebih
rendah
jika
dibandingkan
dengan
cara
memfermentasi hanya dengan penambahan ragi.
Perbedaan kadar glukosa yang jauh ini sudah terlihat
mulai dari jam ke- 24.
Meningkatnya kadar glukosa ke-48 pada proses
fermentasi diduga karena laju konversi glukosa
menjadi asam laktat masih relatif lambat
dibandingkan dengan laju penguaraian pati menjadi
glukosa, sehingga meningkatnya kadar glukosa
tersebut karena penguraian pati menjadi glukosa
masih berlangsung. Pada jam ke-72 kedua cara
fermentasi mengalami penurunan kadar glukosa. Hal
ini diduga karena konversi glukosa menjadi menjadi
asam menjadi lebih tinggi. Sehingga kadar glukosa
menjadi semakin rendah.
Pada fermentasi dengan penambahan kultur
starter diperoleh kadar glukosa yang lebih rendah
dibandingkan
dengan
fermentasi
dengan
penambahan ragi, hal ini diduga karena sebagian
glukosa yang telah terbentuk dari proses penguraian
pati sudah dikonversi menjadi asam laktat oleh
bakteri asam laktat sehingga kadar glukosa pada
fermentasi dengan penambahan kultur starter L.
plantarum B1765 lebih kecil jika dibandingkan
dengan fermentasi dengan hanya penambahan ragi.
Hal ini didukung dengan data jumlah bakteri asam
laktat. Selain itu, hal ini juga didukung oleh data
perubahan pH dan kadar total asam. Nilai pH pada
fermentasi dengan penambahan ragi dan L.
plantarum B1765 lebih keci dan total asam pada
fermentasi dengan penambahan ragi dan L.
plantarum B1765 lebih besar jika dibandingkan
denagn fermentasi dengan hanya penambahan ragi.
Kadar alkohol. Hasil statistik uji kadar alkohol
menunjukkan bahwa lama fermentasi dan
penambahan kultur starter berpengaruh terhadap pH
dengan p<0,05. Perubahan pH dapat dilihat pada
Gambar 5 berikut:
Gambar 5. Diagram kadar alkohol pada tape
singkong dengan kedua cara fermentasi.
Diduga dalam fermentasi tape singkong ini,
dengan adanya penambahan kultur starter bakteri
asam laktat L. plantarum B1765 akan menambah
banyaknya jumlah mikroorganisme yang dapat
merombak pati menjadi glukosa. Hal ini juga akan
berpengaruh pada banyaknya jumlah glukosa yang
nantinya akan diubah menjadi alkohol. Sehingga
pada fermentai jam ke-24 dengan penambahan ragi
dan L. plantarum B1765 kadar alkoholnya lebih
tinggi dibandingkan dengan cara fermentasi ke-24
yaitu hanya dengan penambahan ragi.
Pada jam ke-48 dan ke-72 kadar alkohol pada
fermentasi dengan penambahan ragi dan L.
plantarum B1765 mengalami peningkatan tapi masih
lebih rendah jika dibandingkan fermentasi dengan
hanya penambahan ragi. Hal ini karena L. plantarum
B1765
merupakan
bakteri
asam
laktat
homofermentatif. Sehingga dari proses pengolahan
glukosa yang ada bakteri ini tidak menghasilkan
alkohol akan tetapi langsung dipecah menjadi asam
laktat. Selain itu bakteri asam laktat L. plantarum
B1765 juga dapat menekan pertumbuhan khamir,
sehingga pembentukan alkohol oleh khamir dapat
terhambat. Sedangkan pada fermentasi dengan
penambahan ragi, glukosa yang tersedia akan diubah
menjadi alkohol terlebih dahulu sebelum nantinya
diubah menjadi asam.
Total asam
Hasil statistik total asam menunjukkan bahwa
lama fermentasi dan penambahan kultur starter
berpengaruh terhadap pH dengan p<0,05. Perubahan
pH dapat dilihat pada Gambar 6 berikut:
83
UNESA Journal of Chemistry Vol. 3 No. 1 January 2014
Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
maka untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan
penelitian untuk mengetahui apakah produk ini dapat
digunakan sebagai makanan probiotik.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Gambar 6. Diagram total asam pada tape singkong
dengan kedua cara fermentasi.
Perbedaan kenaikan total asam pada fermentasi
dengan penambahan kultur starter ini karena L.
plantarum B1765 dapat merubah glukosa yang telah
terbentuk dari proses fermentasi sebelumnya dan
diuraikan menjadi asam laktat. Pada fermentasi
dengan hanya penambahn ragi, glukosa yang telah
terbentuk akan diubah oleh mikroorganisme yang
terdapat dalam ragi menjadi asam. Sehingga dengan
penambahan kultur starter mengakibatkan bertambah
banyaknya mikroorganisme yang dapat merubah
glukosa menjadi asam. Sehingga pembentukan asam
dari glukosa menjadi semakin cepat.
2.
3.
4.
PENUTUP
Simpulan
1. Lama fermentasi dan penambahan kultur starter
L. plantarum B1765 berpengaruh terhadap mutu
mikrobiologi dari tape singkong. Pada pengujian
mutu
mikrobiologi,
fermentasi
dengan
penambahan kultur starter menghasilkan jumlah
bakteri asam laktat yang lebih tinggi dan lebih
cepat dibandingkan fermentasi dengan hanya
penambahan
ragi.
Fermentasi
dengan
penambahan kultur starter juga dapat
menghambat jumlah khamir.
2. Lama fermentasi dan penambahan kultur starter
L. plantarum B1765 berpengaruh terhadap mutu
kimia dari tape singkong. Pada pengujian mutu
kimia, fermentasi dengan penambahan kultur
starter dapat mempercepat proses fermentasi yang
5.
6.
7.
ditandai dengan penurunan pH yang lebih cepat,
mempercepat konversi glukosa menjadi asam, dan
mampu menekan pembentukan alkohol.
3. Lama fermentasi dan penambahan kultur starter
L. plantarum B1765 berpengaruh terhadap mutu
organoleptik dari tape singkong.
84
Parwiroharsono.
Suyanto.
Potensi
Pengembangan Industri dan Bioekonomi Berbasis
Makanan Fermentasi Tradisional. Jurnal Ilmu
Kefarmasian Indonesia, September 2007, hal. 85-91
vol. 5 no.2
Wikandari, Prima Retno. 2012. Potensi
Bakteri Asam Laktat yang Diisolasi dari Bekasam
sebagai Penghasil ACE Inhibitor pada Fermentasi
Bekasam Like Product. Jurnal AGRITECH. Vol. 32
No. 3 Agustus 2012
Quattara, L.T. Songe, C. M. Rivier, C. I.
Vernière, I. Rochette, B. Diawara dan J.P. Guyot.
2009. Potential of Amylolytic Lactic Acid Bacteria
to Replace the Use of Malt for Partial Starch
Hydrolysis to Produce African Fermented Pearl
Millet Guel Fortified with Goundnut. International
Journal of Food Microbiology. Volume 130, Issue 3,
15 April 2009, Pages 258–26.
Putri, W. D. Rukmi, Haryadi, D. W.
Marseno, M. N. Cahyanto. Isolasi dan Karakterisasi
Bakteri Asam Laktat Amilolitik Selama Fermentasi
Gowol, Makanan Tradisional Indonesia. Jurnal
Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 1 [April 2012] 5260
Nwankwo, D., E. Anadu, and R. Usoro.
1989. Cassava Fermenting Organisms. Mircen J.
5:169-179.
Wanita,
Yeyen
Prestyaning.
2011.
Teknologi Pengolahan Tape Prebiotik. Yogyakarta:
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.
Yusra, Efendi, Y. 2010. Dasar-Dasar
Teknologi Hasil Perikanan. Padang: Bung Hatta
University Press.
Download