e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) PENERAPAN METODE BERMAIN BERBANTUAN MEDIA FLASHCARD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN PADA ANAK Pande Komang Ariesta Dewi1, A.A Gede Agung2, Luh Ayu Tirtayani3 1&3 Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini 2 Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: [email protected]., [email protected]., [email protected] Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi kurangnya kemampuan berhitung permulaan pada anak kelompok B semester II TK Widya Bakti Nongan. Berdasarkan hasil observasi diperoleh data dari 17 anak, 13 anak mulai berkembang dan empat anak masih belum berkembang, dan rata-rata M% pada observasi awal yang diperoleh sebesar 42,24%. Jika dikonversikan ke dalam PAP skala lima kemampuan berhitung permulaan berada pada kriteria rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berhitung permulaan pada anak kelompok B Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 di TK Widya Bakti Nongan. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Metode yang digunakan adalah metode observasi dengan instrumen berupa lembar observasi. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode bermain berbantuan media flashcard dapat meningkatkan kemampuan berhitung permulaan anak pada siklus I sebesar 65,43% yang berada pada kategori sedang dan siklus II meningkat menjadi sebesar 84.18% berada pada kategori tinggi. Setelah skor yang diperoleh pada siklus I ke siklus II maka diperoleh nilai gains skor sebesar 0,5 berada pada kategori sedang. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa penerapan metode bermain berbantuan media flashcard dapat meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada anak kelompok B TK Widya Bakti Nongan. Kata kunci: berhitung permulaan, flashcard , metode bermain Abstract This research is motivated on lock of numeracy skill for beginner on child group B, semester II Kindegarten Widya Bakti Nongan. Based on result of observation, it is obtained the data from 17 child, 13 children have been depeloved and 4 children are not still develoved yet and average m% on first observation that is obtained aroynd 42,24%. If it is conversion into pap scale five the numerancy skill beginning is placed on criteria low. This research has purpose to know the increase beginning numecary skills in children group B semester II in 2014/2015 at kindegaten widya bakti nongan. This research is a class act which method of observation with instruments such as observation sheets. The data obtained will be analyzed with statistic description and qualitative description. The result of research show that the application of the method to play with flashcard can increase numeracy skill for beginung children on cycle I about 65,43% that placed on medium chategory and cycle II increase inti 84,18% placed in high category. After score about 0,5 on medium cathegory. The conclude that is obtained from this research is the application game method with flashcard can increase numerancy skill fot beginning children group B kindegarten widya bakti nongan. Keywords: begining numerancy, flashard, game method e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) PENDAHULUAN Taman kanak-kanak didirikan sebagai usaha mengembangkan seluruh kepribadian anak dalam rangka menjembatani pendidikan dalam keluarga dan pendidikan di sekolah. Usia 4-6 tahun merupakan masa peka bagi anak, dimana anak mulai sensitip untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi anak. Masa depan seorang anak tidak terlepas dari perkembnangan dan pertumbuhan anak sejak lahir, dimana perkembangan dan pertumbuhan anak akan menjadi optimal jika mendapat rangsangan atau stimulus dan lingkungan sekitar anak, baik stimulus yang eksternal maupumn internal anak itu sendiri. Pendidikan anak usia dini harus berlandaskan pada kebutuhan anak “Sehat, cerdas, ceria, dan berakhlak mulia adalah sebait ungkapan yang sarat makna dan merupakan semboyan dalam pengasuhan, pendidikan dan pengembangan anak usia dini di Indonesia”. Menurut Munandar, (dalam Susanto, 2011:97), “bahwa kemampuan merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan”. Seseorang dapat melakukan sesuatu karena adanya kemampuan yang dimiliki anak. Kemampuan berhitung perlmulaan merupakan kemampuan yang dimiliki setiap anak untuk mengembangkan kemampuan, karakteristik perkembangan dimulai dari lingkungan yang terdekat dengan dirinya, sejalan dengan perkembangan kemampuannya anak dapat meningkat ketahap pengertian mengenai jumlah, yaitu berhubungan dengan jumlah dan pengurangan. Kemampuan berhitung perlmulaan merupakan kemampuan yang dimiliki setiap anak untuk mengembangkan kemampuan, karakteristik perkembangan dimulai dari lingkungan yang terdekat dengan dirinya Kemampuan berhitung permulaan akan terus berkembang sesuai dengan tahap perkembangan anak. Guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang akan digunakan harus menyesuaikan dengan keadaan dan kondisi anak. Melalui metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak agar mampu mengembangkan semua aspek perkembangan salah satunya yaitu aspek perkembangan kognitif, terutama pada kemampuan berhitung permulaan anak. Metode berasal dari kata “methodos”. Secara etimologi “methodos” berasal dari akar kata: metha dan hodos. Metha artinya: “dilalui” dan “hodos” berarti “jalan”. Menurut Sudjana (dalam Martiana 2014:40), metode ialah “cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran pembelajaran untuk menciptakan proses mengajar dan belajar, sehingga terciptalah interaksiinteraksi edukatif”. Menurut Piaget, (dalam Sujiono 2009:144) bahwa “bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan atau kepuasan bagi diri seseorang”. Dworetzky (dalam Moeslichatoen, 2004:34) juga mengatakan bahwa “fungsi bermain dan interaksi dalam permainan mempunyai peran penting bagi perkembangan kognitif dan social anak”. Fungsi bermain tidak hanya dapat meningkatkan perkembangan kognitif dan social, tapi juga perkembangan bahasa, disiplin, perkembangan moral, kreativitas dan perkembangan fisik anak. Fungsi bermain tidak hanya dapat meningkatkan perkembangan kognitif dan social, tapi juga perkembangan bahasa, disiplin, perkembangan moral, kreativitas dan perkembangan fisik anak. Menurut Bruner (dalam Yuliani 2012:32) “bermain memotivasi anak melakukan kegiatan dalam memecahkan masalah melalui penemuannya sendiri”. Vygotsky (dalam Mutiah, 2010:103) berpendapat bahwa “bermain mempunyai peran langsung terhadap perkembangan kognisi seorang anak”. Metode bermain adalah cara atau sarana untuk berlatih, mengeksploitasi dan merekayasa yang dilakukan secara berulang-ulang dengan menggunakan atau tanpa menggunakan alat untuk memperoleh informasi, kesenangan dan mengembangkan daya imajinasi dan kegiatan yang menyenangkan dan dapat mengembangkan kemampuan e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) dirinya. Metode bermain ini sangat cocok digunakan dalam proses belajar mengajar pada Anak Usia Dini. Karena sudah tidak dapat dihindari dan dipungkiri lagi bahwa setiap anak kecil pastinya sangat menyukai sebuah permainan, baik permainan yang sederhana sampai permainan yang mengandung sebuah tantangan. Fungsi bermain bagi anak TK, menurut Hartley, Frank dan Goldenson (dalam Moeslichatoen, 2004:33-34) ada 8 fungsi bermain bagi anak, menirukan apa yang dilakukan oleh orang dewasa. Contoh, meniru ibu masak di dapur, dokter mengobati orang sakit, untuk melakukan berbagai peran yang ada di dalam kehidupan nyata seperti guru mengajar di kelas, sopir mengendarai bus, petani menggarap sawah, dan sebagainya, untuk mencerminkan hubungan dalam keluarga dan pengalaman hidup yang nyata. Contoh: ibu memandikan adik, ayah membaca Koran, kakak mengerjakan tugas sekolah, untuk menyalurkan perasaan yang kuat seperti memukul-mukul kaleng, menepuknepuk air, untuk melepaskan dorongandorongan yang tidak dapat diterima seperti berperan sebagai pencuri, menjadi anak nakal, untuk kilas balik peran-peran yang bias yang biasa dilakukan seperti gosok gigi, sarapan pagi, naik angkutan kota, mencerminkan pertumbuhan seperti pertumbuhan misalnya semakin bertambah tinggi tubuhnya, semakin gemuk badannya, untuk memecahkan masalah dan mencoba berbagai penyelesaian masalah seperti menghiasi ruangan, menyiapkan jamuan makan dan pesta ulang tahun. Langkah-langkah metode bermain. Tahap persiapan, dalam tahap persiapan, guru merumuskan tujuan yang hendak dicapai, guru menjelaskan manfaat dari permainan yang akan dilakukan. Tahap pelaksanaan, dalam tahap ini ada tiga langkah yang harus dilakukan yaitu, tahap pembukaan. Pada tahap ini guru memberikan arahan kepada murid apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya. Tahap pelaksanaan, pada tahap ini para murid memainkan permainan yang sudah ditentukan dengan mengikuti rambu-rambu yang telah ditentukan pula. Tahap Penutupan. Pada tahap ini guru memberikan reward kepada murid-murid yang telah melakukan permainan dengan baik dan benar. Selain memberi reward, guru memberikan arahan kepada anak yang belum baik dan benar dalam bermain dan menyuruh mengulangi lagi sampai bisa melakukan dengan baik dan benar. Metode bermain ini sangat cocok digunakan dalam proses belajar mengajar pada Anak Usia Dini. Karena sudah tidak dapat dihindari dan dipungkiri lagi bahwa setiap anak kecil pastinya sangat menyukai sebuah permainan, baik permainan yang sederhana sampai permainan yang mengandung sebuah tantangan. Jika metode bermain ini selalu diterapkan maka selain akan disukai anak-anak kecil, pada dasarnya metode ini akan banyak membawa manfaat bagi perkembangan anak. Susilana dan Rudi (2007) mengatakan bahwa “Flashcard adalah media pembelajaran dalam bentuk kartu bergambar yang berukuran 25x30 cm”. Gambar-gambar dibuat menggunakan tangan atau foto atau memanfaatkan gambar/foto yang sudah ada yang ditempelkan pada lembaran-lembaran flashcard. Menurut Ratnawati (dalam Susanto, 2011:108), “permainan flashcard dapat merangsang anak agar lebih cepatmengenal angka, membuat minat anak semakin kuat menguasai konsep bilangan serta merangsang kecerdasan dan ingatan anak”. Basuki Wibawa dan Farida Mukti (dalam Nurjanah, 2014:292), mengemukakan bahwa flashcard biasanya berisi kata-kata, gambar atau kombinasinya, dan dapat digunakan untuk mengembangkan perbendaharaan kata dalam mata pelajaran bahasa pada umumnya dan bahasa asing pada khususnya. Gambar pada flashcard bertujuan untuk memudahkan siswa mengetahui penjelasan pada gambar. Manfaat flashcard menurut Rahman (dalam Susanto 2011:108), mengungkapkan bahwan manfaat penggunaan flashcard terdapat kemampuan berhitng permulaan, diantaranya anak mampu mengembangkan kemampuan kognitifnya dengan baik, anak memiliki konsep berhitung dengan baik dan anak dapat mengembangkan segenap e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) potensi yang dimiliki sesuai dengan kemampuannya. Menurut Susilana (2007) beberapa kelebihan media flashcard dapat dipaparkan, mudah dibawa, praktis, gampang diingat, menyenangkan. Kelemahan media flashcard menurut Astro (dalam Nurjanah, 2014:293), kelemahan media flashcard adalah “anak hanya dapat mengetahui dan memahami kata dan gambar hanya sebatas kata dan gambar yang ada pada media flashcard”. Susilana (2007), mengatakan persiapan penggunaan media flashcard ada empat yaitu, mempersiapkan diri, mempersiapkan flashcard, mempersiapkan tempat, dan mempersiapkan anak. Langkah-langkah pelaksanaan media flashcard siapkan kertas, gambar, gunting, lem, potongpotong kertas lalu ditempel. Guru harus menguasai bahan pembelajaran dengan baik, mempersiapkan flashcard, mempersiapkan tempat, mempersiapkan anak. Kartu yang sudah disusun di pegang menghadap anak, kartu dicabut satu persatu. Berikan anak untuk bergiliran untuk mengamati. Munandar, (dalam Susanto, 2011:97), mengatakan bahwa, kemampuan merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Dalam pandangan Munandar, kemampuan ini ialah potensi seseorang yang merupakan bawaan sejak lahir serta dipermatang dengan adanya pembiasaan dan latihan, sehingga ia mampu melakukan sesuatu. Menurut Susanto, (2011) mengatakan “kemampuan berhitung permulaan ialah kemampuan yang dimiliki setiap anak untuk mengembangkan kemampuannya, karakteristik perkembangannya dimulai dari lingkungan terdekat dengan dirinya”. Beberapa tahapan kemampuan berhitung permulaan Depdiknas, (dalam Susanto, 2011:100), “tahapan penguasaan konsep, tahap transisi, tahap pengenalan lambang. tahapan kemampuan berhitung permulaan yaitu pemahaman secara konkret dengan menggunakan benda dan mengenalkan konsep tentangsesuatu yang menggunakan benda. Anak akan mampu memahami secara abstrak, maka anak dapat dikenalkan terhadap penguasaan konsep, untuk meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada anak dengan berbantuan media flashcard. Mudjito, 2007:1, prinsip-prinsip dalam berhitung permulaan untuk mengembangkan kemampuan berhitung anak, dimulai dari menghitung benda, berhitung dari yang lebih mudah ke yang lebih sulit, anak berpartisipasi aktif dan adanya rangsangan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, suasana yang menyenangkan, bahasa yang sederhana dan menggunakan contoh-contoh, anak dikelompokkan sesuai dengan tahapan berhitungnya, evaluasi dari mulai awal sampai akhir bagian. Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti mengadakan penelitian yang berjudul Penerapan Metode Bermain Berbantuan Media Flashcard untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung Permulaan Pada Anak Kelompok B Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 Tk Widya Bakti Nongan Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem. METODE Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada anak melalui flashcard. Menurut Syukri, 2009 (dalam Agung, 2014:23) penelitian pada hakikatnya merupakan “suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dengan menggunakan metode-metode ilmiah”. Menurut Agung, (2012:24) penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR) merupakan “penelitian yang bersifat aplikasi (terapan), terbatas, segera, dan hasilnya untuk memperbaiki dan menyempurnakan program pembelajaran yang sedang berjalan”. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam siklus. Di dalam siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi. Adapun rancangan dari penelitian tindakan kelas (PTK) ini dapat digambarkan sebagai berikut. e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) Siklus II ? 1 2 4 3 1 4 Siklus I 2 3 Gambar 01. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas (Agung, 2014:141) Tempat pelaksanaan penelitian yaitu di TK Widya Bakti Nongan kecamatan Rendang kabupaten Karangasem. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah anak kelompok B TK Widya Bakti Nongan yang berjumlah 17 anak, dengan 7 anak laki-laki dan 10 anak perempuan. Objek yang ditangani dalam penelitian ini adalah meningkatakan kemampuan berhitung permulaan pada anak kelompok B semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 di TK Widya Bakti Nongan. Penelitian ini direncanakan sebanyak dua siklus, tetapi tidak menutup kemungkinan dilanjutkan ke siklus berikutnya apabila belum memenuhi target penelitian. Akhir siklus I ditandai dengan evaluasi begitupun dengan siklus II dan siklus selanjutnya bila belum memenuhi target penelitian. Pengumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi. Menurut Agung, (2012:61) metode observasi ialah “suatu cara memperoleh data dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang sesuatu objek tertentu”. Metode observasi ialah suatu cara memperoleh data dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang sesuatu objek tertentu. Dalam penelitian ini, metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang media flashcard dalam meningkatkan kemampuan berhitung permulaan anak digunakan metode observasi terhadap kegiatan yang dilakukan oleh anak pada proses pembelajaran berlangsung. Berikut ini merupakan kisi-kisi Instrumen kemampuan berhitung permulaan untuk meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada anak yang disajikan dalam tabel berikut ini. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan secara langsung dan alamiah untuk mengetahui sejauh mana peningkatan yang terjadi pada kemampuan berhitung permulaan anak. Setiap kegiatan yang diobservasikan dikategorikan ke dalam kualitas yang sesuai yaitu anak belum berkembang dengan tanda bintang satu (*), anak mulai berkembang dengan bintang dua (**), anak berkembang sesuai harapan dengan tanda bintang tiga (***), anak berkembang sangat baik dengan tanda bintang empat (****). Setelah data diperoleh dalam penelitian ini terkumpul maka selanjutnya akan dilakukan analisis data. Dalam menganalisis data ini dapat menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis statistik deskriptif kuantitatif. Agung (2012:68), menyatakan metode analisis statstik deskripti merupakan “suatu cara pengelolaan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti: distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata, median, modus, mean dan standar deviasi untuk menggambarkan suatu objek/variabel tertentu, sehingga diperoleh kesimpulan umum. Penerapan metode analisis statistik deskripif data yang diperoleh dari hasil penelitian disajikan ke dalam tabel distribusi e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) frekuensi, menghitung angka rata-rata atau mean (M), menghitung modus (Mo), menghitung median (Me), dan menyajikan ke dalam grafik polygon. Menurut Agung, (2012:67) metode analisis deskriptif kuanttatif adalah “suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau presentase mengenai suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum”. Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tingkatan tinggi rendahnya kemampuan berhitung permulaan pada anak yang dikonversasikan ke dalam penilaian acuan patokan (PAP) skala lima. Tingkat kemampuan berhitung permulaan dapat ditentukan dengan membandingkan M% atau rata-rata persen ke dalam kriteria penilaian acuan patokan (PAP) skala lima criteria sebagai berikut. Tabel 01. Pedoman (PAP) Skala Lima Kreteria Kemampuan Persentase Berhitung Permulaan pada Anak 90-100 Sangat tinggi 80-89 Tinggi 65-79 Sedang 55-64 Rendah 0-54 Sangat rendah (Agung, 2014:118) Peningkatan kemampuan berhitung permulaan ditentukan dengan membandingkan skor yang diperoleh pada pra-siklus, siklus I dan siklus II. Untuk menentukan keberhasilan tindakan meningkatkan kemampuan berhitung permulaan digunakan kriteria berikut. Tabel 02. Kriteria Peningkatan Berhitung Permulaan Kriteria Penigkatan Gains Predikat Skor ≥07 Tinggi 0,3 sd < 0,7 Sedang <0,3 Rendah HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan april sampai mei 2015 di kelompok B TK Widya Bakti Nongan Tahun pelajaran 2014/2015 dengan jumlah subjek sebanyak 17 anak. Tema yang digunakan pada saat penelitian adalah tanah airku dan alam semesta. Siklus I terdiri dari 16 kali pertemuan, 12 kali pertemuan pembelajaran dan empat kali melaksanakan evaluasi penilaian kemampuan berhitung permulaan pada anak. Siklus II terdiri dari 12 kali pertemuan, delapan kali pertemuan untuk pembelajaran dan empat kali untuk evaluasi akhir. Data yang dikumpulkan adalah penerapan metode bermain berbantuan media flashcard untuk meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada anak. Data yang diperoleh tersebut dianalisis dengan menggunakan metode yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasil analisisnya dipaparkan sebagai berikut. 7 6 5 4 3 2 1 0 peningkatan kemampuan berhitung permulaan 8 9 10 11 12 13 14 Gambar 02. Grafik Kemampuan Berhitung Permulaan Pada Anak Siklus I Berdasarkan perhitungsn dan grafik polygon di atas terlihat Mo < Md < M (8<10<10,47), yang menunjukkan bahwa data-data kemampuan berhitung permulaan pada siklus I merupakan kurva juling positif. Berdasarkan grafik polygon pada gambar 03, terlihat Me<M<Mo dimana 13<13,23<14 yang menunjukkan kurve juling negatif sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran skor kemampua motorik halus pada siklus II cenderung tinggi. e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) Gambar 03. Grafik Kemampuan Berhitung Permulaan pada Anak Siklus II Adapun kendala-kendala dan kekurangan penerapan metode bermain berbantuan media flashcard, anak kurang aktif dalam mengikuti kegiatan, hanya beberapa anak yang terlihat aktif, ada juga anak yang bermain-main dalam kelompok yang dapat mengganggu anak lain, anak belum terbiasa dengan pembelajaran menggunakan media flashcard. Anak belum memahami tentang media yang akan digunakan oleh guru, karena cara menjelaskannya kurang menarik minat anak. Dalam rangka mengatasi kendalakendala tersebut, maka usaha yang dapat dilakukan setelah berkonsultasi dengan Kepala TK Widya Bakti Nongan, guru mengadakan pendekatan terhadap anak dan menjelaskan pentingnya media flashcar dalam pembelajaran. Belajar dengan menggunakan media flashcard atau kartu bergambar lebih menarik minat anak. Membimbing dan mendampingi anak dalam kegiatan belajar serta memberikan motivasi siswa agar anak bisa berfokus pada kegiatan dengan memberikan nilai. Nilai yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan anak di dalam melaksanakan kegiatan. Adapun temuan-temuan yang diperoleh selama pelaksanaan tindakan siklus II, secara umum pembelajaran anak telah dapat berjalan sesuai denan rencana kegiatan harian (RKH) yang dibuat. Pembelajaran menjadi lebih kondusif. Anak menunjukkan antusiasme untuk melakukan kegiatan bermain flashcard dalam kelompok. Setiap anggota kelompok sudah mampu memposisikan diri bukan hanya sebagai pelengkap kelompok. Kondisi ini sesuai dengan tujuan dari pembelajaran kooperatif bahwa setiap anggota tidak hanya bertanggung jawab pada diri sendiri tetapi juga pada kelompok. Pemeliti dalam hal ini berperan sebagai guru yang memberikan arahan pada anak apabila ada hal yang belum mereka pahami mengenai kegiatan flashcard yang sedang dipelajari. Secara umum proses pembelajaran denngan penerapan metode bermain berbantuan media flashcard sudah berjalan dengan baik, ini terlihat dari adanya peningkatan kemampuan berhitung permulaan pada anak dari siklus I ke siklus II, sehingga peneliti memandang penelitian ini cukup pada siklus II dan tidak berlanjut ke siklus berikutnya. Pembahasan Analisis data hasil penelitian memberikan gambaran bahwa dengan penerapan metode bermain berbantuan flashcard bisa meningkatkan kemampuan anak khususnya kemampuan berhitung permulaan, dikarenakan melalui kegiatan bermain anak dapat melaksanakan pembelajaran secara lebih antusias dan menyenangkan. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan berhitung permulaan anak dapat diuraikan sebagai berikut. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan deskriptif kuantitatif menunjukkan rata-rata skor presentase kemampuan berhitung permulaan anak pada observasi awal yaitu sebesar 42,24% berada pada kriteria rendah. Hasil penelitian yang telah dilaksanakan di TK Widya Bakti Nongan pada anak kelompok B semester II tahun ajaran 2014/2015 selama dua siklus menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan berhitung permulaan pada anak setelah penerapan metode bermain dengan berbantuan media flashcard, pada siklus I diperoleh nilai modus (Mo) yaitu 8, media (Me) yaitu 10, dan mean (M) yaitu 10,47. Berdasarkan perhitungan tersebut terlihat Mo < Md < M (8<10<10,47). yang menunjukkan bahwa data-data kemampuan berhitung permulaan pada siklus I merupakan kurva juling positif. Rata-rata skor presentase kemampuan berhitung permulaan sebesar 65,43% berada pada tingkat penguasaan 65-79% pada kriteria sedang. e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) Adapun kendala-kendala yang ditemukan pada siklus I, anak kurang aktif dalam mengikuti kegiatan, anak hanya terfokus terhadap media flashcard sehingga konsentrasi anak belum terfokus pada pembelajaran. Cara mengatasi kendala yang ditemukan pada siklus I, guru mengadakan pendekatan terhadap anak dan menjelaskan media flashcard dalam pembelajaran. Membimbing anak dalam kegiatan belajar serta memberikan motivasi agar anak bisa terfokus pada kegiatan. Hasil analisis penelitian tindakan kelas pada siklus II memperoleh nilai modus (Mo) 15, median (Me) yaitu 14, mean yaitu 13,47. Nilai rata-rata skor pada siklus II meningkat menjadi 84,18% berada pada tingkat penguasaan 80-89% pada kriteria tinggi. Jadi, terjadi peningkatan kemampuan berhitung permulaan dengan metode bermain berbantuan media flashcard sebesar 18,75%. Setelah skor yang diperoleh pada pra siklus, siklus I dan siklus II maka diperoleh nilai gains skor sebesar 0,54 berada pada kategori sedang. Pada siklus II ditemukan bahwa secara umum pembelajaran anak telah dapat berjalan sesuai dengan rencana kegiatan harian (RKH), anak menunjukkan antusiasme untuk melakukan kegiatan bermain flashcard. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa dengan penerapan metode bermain berbantuan media flashcard dapat meningkatkan kemampuan berhitung permulaan anak. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode bermain berbantuan media flashcard dapat meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada anak B di TK Widya Bakti Nongan Semester II Tahun pelajaran 2014/2015. Sudjana (dalam Martiana 2014:40), mengatakan metode adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan anak pada saat berlangsungnya pengajaran pembelajaran untuk menciptakan proses mengajar dan belajar, sehingga terciptalah interaksiinteraksi edukatif. Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan atau kepuasan bagi diri seseorang. Metode bermain merupakan salah satu metode pembelajaran dalam pendidikan anak usia dini yang menggunakan konsep bermain bagi anak, sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak optimal. Selama ini taman kanakkanak didefinisikan sebagai tempat untuk mempersiapkan anak-anak memasuki masa sekolah yang dimulai di jenjang sekolah dasar. Flashcard merupakan media pembelajaran dalam bentuk kartu bergambar yang ukurannya 25 x 30 cm, Susilana dan Rudi (2007). Media flashcard dapat merangsang anak agar lebih cepat mengenal angka, membuat minat anak semakin kuat menguasai konsep bilangan serta merangsang kecerdasan dan ingatan anak. Gambar-gambar pada flashcard dikelompokkan antara lain seri binatang, buah-buahan, pakaian, warna, bentukbentuk angka, dan sebagainya flashcard tersebut dimainkan dengan cara diperlihatkan kepada anak. Tujuan dari flashcard adalah melatih kemampuan otak kanan untuk mengingat gambar dan angka sehingga kemampuan berhitung anak bisa dilatih dan ditingkatkan sejak usia dini. Metode bermain dengan berbantuan flashcard merupakan sebuah metode yang mampu melatih anak dan memberikan pembelajaran untuk berlatih berhitung. Bermain menggunakan flashcard dapat melatih perkembangan anak khususnya perkembangan kognitif anak. Kognitif mengacu pada aktivitas mental tentang bagaimana informasi masuk kedalam pikiran, disimpan, dan ditransformasi serta dipanggil kembali dan di gunakan dalam aktivitas kompleks seperti berpikir. Menurut Vigotsky (dalam Megawangi 2005:12), perkembangan intelektual anak mencakup bagaimana mengaitkan bahasa dan pikiran. Pada awal perkembangan anak, antara bahasa dan pikiran tidak ada keterkaitan. Misalnya seorang anak kecil yang menghafalkan lagu atau doa tanpa memikirkan apa artinya. Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana pikiran anak berkembang dan berfungsi sehingga dapat berpikir. Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi) yang mencirikan seseorang dengan e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) berbagai minat,terutama di tujukan kepada ide-ide dan belajar. Kemampuan berhitung permulaan merupakan suatu kemampuan yang telah dimiliki setiap anak secara alami, untuk mengembangkan kemampuannya, karakteristik perkembangannya dimulai dari lingkungan terdekat dengan anak. Lingkungan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mengembangkan kemampuan yang dimiliki anak, karena anak belajar dari lingkungan yang paling dekat dengannya. Dalam penelitian ini, untuk mengembangkan kemampuan berhitung permulaan anak maka digunakan metode bermain berbantuan media flashcard. Penerapan metode bermain berbantuan media flashcard menurut Susanto (2011), mengatakan bahwa kemampuan berhitung permulaan adalah “kemampuan yang dimiliki setiap anak untuk mengembangkan kemampuannya, karakteristik perkembangannya dimulai dari lingkungan terdekat dengan dirinya”. Dalam meningkatkan kemampuan berhitung permulaan harus dilakukan secara bervariasi dan menarik minat anak, sehingga dalam kegiatan berhitung, anak tidak merasa cepat bosan dan apa yang diterima anak dapat diingat lebih lama. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lusi Dwi Martiana (2014) yang berjudul Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Melalui Metode Bermain Dengan Media Ular Tangga Pada Anak, penelitian yang dilakukan menunjukkan peningkatan kemampuan berhitung melalui metode bermain, dikategorikan baik sekali sebesar 95%. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian di atas menunjukkan bahwa penerapan metode bermain berbantuan media flashcard berlangsung secara efektif, sehingga kemampuan berhitung permulaan pada anak kelompok B Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 di TK Widya Bakti Nongan dapat meningkat. peningkatan kemampuan berhitung permulaan pada anak kelompok B TK Widya Bakti Nongan Tahun Pelajaran 2014/2015 setelah diterapkan metode bermain berbantuan media flashcard sebesar 18,75%. Ini terlihat dari peningkatan rata-rata presentase kemampuan berhitung permulaan anak pada siklus I 65,43% yang berada pada kategori sedang menjadi sebesar 84.18% pada siklus II yang berada pada kategori tinggi. Peningkatan rata-rata siklus I ke siklus II terkategori sedang terlihat pada nilai gains skor sebesar 0,54. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana disajikan dalam bab IV, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat DAFTAR PUSTAKA Agung, A. A Gede 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: FIP Undiksha. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran yaitu, kepada Kepala TK, disarankan agar mampu memberikan informasi tentang metode pembelajaran dan media be;ajar pada proses pembelajaran yang nanti mampu meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada anak. Kepada Guru, guru diharpkan mampu berinovasi dan berkreasi dalam menyajikan pembelajaran berbantuan media flashcard yang lebih menarik, agar anak menjadi tertarik untuk belajar sehingga kemampuan berhitung permulaan anak dapat ditingkatkan. Kepada peneliti lain yang ingin melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai metode bermain berbantuan media flashcard dalam lingkup yang lebih luas, dengan menggunakan variasi media flashcard yang lebih menarik, dan disarankan kepada peneliti lain untuk mengembangkan media flashcard tidak hanya untuk meningkatkan kemampuan berhitung permulaan anak, namun dapat meningkatkan kemampuan aspek perkembangan lain. Semoga penelitian ini dapat dijadikan acuan dan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan terhadap penelitian yang akan dilaksanakan. e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) -------. A. A Gede 2014. Buku Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Aditya Media Publishing. Martiana, Lusi Dwi. 2014. “Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Melalui Metode Bermain Dengan Media Ular Tangga Pada Anak”. Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang. volume 2, no 2 (halaman 40). Megawangi, Ratna, dkk. 2005. Pendidikan Yang Patut dan Menyenangkan (DAP). Jakarta: Indonesia Heritage Fondation. Moeslichatoen. R. 2004. Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: PT Asdi Mahasatya. Mudjito. 2007. Pedoman Pembelajaran Permainan Berhitung Permulaan Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Mutiah, Diana. 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana. Nurjanah. 2014. Peningkatan Kemampuan Penguasaan Kosakata Melalui Kartu Huruf Bergambar Siswa Kelas Ii Sdn 5 Soni. Jurnal Kreatif Tadulako Online. Vol 4, no 8 (halaman 293). Sujiono, Nurani Yuliani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks. Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Susilana, Rudi. 2007. Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. Yuliani, Dwi. 2012. Bermain Sambil Belajar Sains di Taman Kanak-kanak. Jakarta: PT Indeks.