VISI (2013) 21 (1) 1292-1305 PENGARUH POLA PENGOLAHAN TANAH DAN APLIKASI PUPUK KANDANG TERHADAP BEBERAPA SIFAT FISIKA TANAH DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L) PADA TANAH ULTISOL SIMALINGKAR. Parlindungan Lumbanraja ABSTRACT The Effects of Soil Tillages and Manure to Some Soil Physical Properties, Yield and Seeds Size of Soybeans (Glycine max L) on Simalingkar Ultisol by Parlindungan Lumbanraja. Research took place in Simalingkar-B, Medan, North Sumatera , Indonesia. According to USDA soil classification this soil is Ultisol with loamy sand texture and pH of soil is 5,5 the area is abouth 33 meters above sea level (Lumbanraja, 2000). Hypothesized that the kinds of soil tillage methods and the rate of manure application, as the singgle factor and as well as combination factors has effected soil phisical condition and soybean yield and its grain size. Application of different soil tillage (P) with three rate is the first factors and manure (K) with four rate as the second factors. Every combinations of the treatment replicated by three times. Research designed with Randomize Complete Block Design, every parameter effect significantly will be continued analized with Duncan’s Multiple Range Test. For observation had made by measures soil bulk density, soil porosity, soil water holding capacity by volumetric water content, yield and weight of 100 seeds of soybeans. The concluding of the research can be explain that: 1. Application of the kinds of soil tillage only effected highly significant to soil bulk dendity as well as to soil porosity 2. Application of manure not significantly effected all parameters had been observed neither for soil parameters nor to every plant parameters. 3. The combination of treatment that applicated did highly significant effected just to water holding capacity, but not significantly effected many others parameters had been ovserved. -------------------Keywords: soil tillage, minimum tillage, conventional tillage, conservation tillage, zero tillage, manure. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sebagai media tumbuh bagi tanaman, tanah merupakan sumberdaya alam yang utama bagi menunjang usaha pertanian yang menjadi andalan dalam mempertahankan kelanjutan kehidupan manusia di biosfer ini. Kerusakan tanah yang sering kita kenal sebagai degradasi tanah atau degradasi lahan sudah sangat perlu mendapat perhatian utama untuk mencegah pengrusakan yang lebih parah (Lumbanraja, 2007). Hal ini merupakan hal yang sangat urgen untuk dapat mempertahankan sumberdaya tanah tersebut, karena tanpa sumber daya ini adalah tidak mungkin memprodulsi hasil pertanian dalam volume sebagaimana adanya delam pertanian dengan media tanah itu sendiri. Pertumbuhan dan perkembangan 1292 _____________ ISSN 0853-0203 VISI (2013) 21 (1) 1292-1305 tanaman sangat tergantung kemampuan sumber daya ini menyediakan unsur hara, air dan udara bagi tanaman (Arsyad, 1989). Sebagai benda alam yang rumit, tanah yang mempunyai berbagai macam ragam tentunya memerlukan pola pengolahan yang beragam juga. Ultisol sebagai salah satu jenis tanah paling luas setelah Inceptisol di Indonesia, banyak digunakan dalam pengembangan pertanian. Subagyo, (2004) mengutarakan bahwa Tanah ini tersebar luas dibeberapa pulau besar di Indonesia, seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Di pulau Sumatera saja tanah ini menempati 77% dari luas wilayah daratannya. Ultisol merupakan tanah yang kurang baik secara fisik maupun secara kimia, sebab itu tanah ini dalam pemanfaatannya memerlukan penanganan yang sangat hati-hati dan akurat. Untuk meningkatkan kemampuan produksi lahan ini dapat ditempuh dengan berbagai cara seperti pengolahan tanah yang seminimum mungkin, pemberian bahan organik, pemupukan, penambahan kapur, dan pertanaman yang adaptif. Perlunya meminimumkan pengolahan tanah pada tanah ini terutama karena pada tanah ini terdapat horizon argillik, yang apa bila dalam proses persiapan tanam karena suatu hal terjadi pembalikan yang mengakibatkan horizon argillik terangkat maka yang timbul adalah masalah. Sehingga perlu dipertimbangkan bagaimana pola pengolahan tanah yang pas, satu diantaranya adalah pola pengolahan konservasi seperti pengolahan tanah minimum dan tanpa olah tanah (Lumbanraja, 1989). Sebagaimana kita ketahui bahwa tujuan pengolahan tanah adalah untuk menciptakan kondisi tanah yang optimal bagi pertumbuhan tanaman usaha. Hal ini bisa juga disertai dengan pembenaman sisasisa tanaman kedalam tanah (Anonimus, 2009). Tanah ini umumnya mempunyai kandungan bahan organik yang rendah, kondisi ini memungkinkan tanah akan padat sehingga membatasi penetrasi akar dalam mendapatkan hara dan air ataupun udara untuk pertumbuhannya. Atas kenyataan rentetan keadaan di atas sehingga tanah sangat rentan terhadap pemadatan, sehingga pemberian pupuk kandang sebagai upaya meningkatkan kandungan bahan organik untuk memperbaiki struktur tanah adalah sangat berarti. Sejak beberapa tahun lalu pemerintah sudah berusaha agar indonesia dapat berswasembadea palawija, khususnya kedelai dan jagung. Namun cita-cita ini belum dapat terpenuhi sebagaimana pada kenyataan masih harus mengimport komoditi ini guna memenuhi permintaan dalam negeri (Deptan, 1977). Banyak para pakar mencoba mengusulkan peningkatan produksi maupun kwalitas melalui berbagai cara mulai dari perbaikan cara produksi (Rusdi, 1986; Omar, 1985, dan Prawinata dkk., 1981) dan bahkan Sinto, (1995) mengutarakan peningkatan kwalitas produksi tanaman kedelai dapat ditingkatkan dengan memperbaiki cara penyimpanan yang benar. Sumarno dan Hartono, (1983) dan Ibrahim (1990), masih menegaskan bahwa sebenarnya produksi kedelai kita masih dapat ditingkatkan produksinya dengan cara pengoptimalan penanaman yang lebih baik. Tentunya hal ini dapat dilakukan dengan cara perbaikan pola persiapan tanam dan 1293 _____________ ISSN 0853-0203 VISI (2013) 21 (1) 1292-1305 peningkatan bahan organik dalam tanah, yang mana kedua perlakuan tersebut di atas dapat memberikan pengaruh yang sangat mendasar bagi pertumbuhan tanaman. 1.2. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektivan dari pola pengolahan tanah dan penggunaan pupuk kandang dalam upaya memperbaiki potensi penggunaan Ultisol Simalingkar dalam upaya memperbaiki produksi dan ukuran biji kedelai. 1.3. Hipotesis Penelitian 1. Diduga bahwa pola pengolahan tanah dan pemberian pupuk kandang secara tunggal maupun kombinasinya akan dapat memperbaiki beberapa sifat fisik tanah Ultisol Simalingkar dalam upaya memperbaiki produksi biji dan ukuran biji kedelai. 2. Diduga bahwa interaksi pola pengolahan tanah dan pupuk kandangdapat memperbaiki beberapa sifat fisik tanah Ultisol Simalingkar dalam upaya memperbaiki produksi biji dan ukuran biji kedelai. 1.4. Kegunaan Penelitian: 1. Untuk memenuhi tugas Tri Dharma Perguranuan tinggi di Program Studi Agroekoteknoloogi Fakultas Pertanian Universitas HKBP NommensenMedan 2. Sumber informasi tentang pola pengolahan tanah dan penggunaan pupuk kandang pada tanah Ultisol Simalingkar terhadap beberapa sifat fisik tanah dan produksi tanaman kedelai. 1.5. Urgensi Penelitian Urgensi penelitian adalah untuk mendapatkan pola pengolahan tanah dan aplikasi pupuk kandang yang paling tepat dalam upaya memperbaiki beberapa sifat fisika tanah dan peningkatan produksi kedelai pada tanah Ultisol Simalingkar. II. BAHAN DAN METODA Penelitian ini akan dilaksanakan di Porlak Percobaan Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen Medan yang berada di Desa Simalingkar B. Ketinggian Daerah ini lebih kurang 33 m dpl, jenis tanah Ultisol, pH tanah 5,5 dan tekstur tanah adalah pasir berlempung (Lumbanraja, 2000). Penelitian berlangsung dari bulan September 2012 sampai dengan bulan Pebruari 2013. Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai varietas genjah, pupuk kandang, fingisida, insektisida, dll. Alat yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi, alat olah tanah dalam hal ini cangkul, parang, babat, tugal, timbangan papan nama, meteran, 1294 _____________ ISSN 0853-0203 VISI (2013) 21 (1) 1292-1305 gembor , corong, tali plastik, ember, semprot punggung, bambu, oven, ringsampler dan alat-alat laboratorium lainnya serta alat tulis. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari dua faktor perlakuan, yaitu: Faktor pertama, Pola Pengolahan Tanah (P) terdiri dari 3 jenis, yaitu: P0 = Tanpa Pengolahan Tanah; P1 = Pengolahan Tanah Minimum; P2 =Penolshsn Tanah Biasa Faktor kedua, pemberian pupuk kandang sapi (K) terdiri dari 4 taraf dosis yaitu: K0 = setara denga 0 ton/ha); K1= setara denga 10 ton/ha); K2 = setara dengan (20 ton/ha); K3= setara denga 30 ton/ha. Dengan demikian diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 3 x 4 = 12, yaitu: P0K0, P0K1, P0K2, P0K3, P1K0, P1K1, P1K2, P1K3, P2K0, P2K1, P2K2, P2K3. Model analisa yang digunakan untuk Rancangan Acak Kelompok Faktorial adalah dengan model linear aditif: Yijk = i j k jk ijk dimana: Yijk = Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan pola pengolahan tanah pada taraf ke-j dan pemberian pupuk kandang sapi pada taraf ke-k Nilai tengah I = Pengaruh blok ke-i. j = Pengaruh pola pengolahan tanah pada taraf ke-j. k = Pengaruh pemberian pupuk kandang sapi pada taraf ke-k jk = Pengaruh interaksi pola pengolahan tanah pada taraf ke-j dan pemberian pupuk kandang sapi pada taraf ke-k. ijk = Pengaruh sisa pada blok ke-i dari faktor perlakuan pola pengolahan tanah pada taraf ke-j dan pemberian pupuk kandang sapi pada taraf ke-k. Untuk mengetahui pengaruh dari faktor yang dicoba serta interaksinya maka data hasil percobaan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam. Perlakuaan yang berpengaruh nyata dan sangat nyata dilanjutkan dengan pengujian uji beda rataan dengan menggunakan uji jarak Duncan (Malau, 2005). Lahan seluas 25,5 m x 7 m dibabat/dipangkas dengan mesin potong rumput dan sisa gulma potongan rumput disisihkan dari lahan. Sistem pengolahan tanah pada percobaan ini diawali dengan aplikasi herbisida berbahan aktif glifosat (Round Up) untuk mematikan gulma dan dibiarkan selama 2 minggu setelah lahan dibabat. Kemudian dibuat petak bedengan berukuran 1,5 m x 1 m sebanyak 36 petak yang dibagi menjadi 3 kelompok dengan 12 kombinasi perlakuan yang diacak penempatannya, dengan jarak antar petak 50 cm dan jarak antar ulangan 100 cm (sesuai dengan bagan penelitian Lampiran 2). Untuk Tanpa Olah Tanah lahan yang telah ditentukan plotnya sesuai dengan perlakuan tanpa olah tanah tidak dilakukan pengolahan tanah dan gulma yang telah di semprot dengan 1295 _____________ ISSN 0853-0203 VISI (2013) 21 (1) 1292-1305 herbisida dibiarkan (P0). Pada Pola Pengolahan Tanah Minimum (Minimum Tillage) lahan diolah dengan cara mengolah tanah terbatas (minimum tillage). Dalam sistem pengolahan tanah dengan pola pengolahan tanah minimum, tanah diolah hanya seperlunya saja dengan cara membalikkan tanah satu kali saja tanpa penghancuran bongkah-bongkah tanah yang ada (P1). Pola Pengolahan Tanah Biasa (Conventional Tillage) lahan dibajak/dicangkul dan dilakukan penggaruan pertama, sisa-sisa tanaman/gulma dikumpulkan dan disisihkan dari petak percobaan. Pembersihan sisa-sisa tanaman diikuti dengan pembajakan kedua sebelum melakukan pertanaman sampai diperoleh permukaan tanah yang halus, tanpa bongkahan yang besar dan bersih dari sisa-sisa tanaman serta permukaan lahan yang relatif datar/tanpa ada gundukan (P2). Penanaman dilakukan seminggu setelah aplikasi pupuk kandang sapi. Lubang tanam dibuat dengan menggunakan tugal dengan cara tanah ditugal sekitar 2-3 cm dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Dimana pada setiap lubang dimasukkan 2 benih kedelai yang sudah diseleksi terlebih dahulu, lalu ditutup dengan tanah gembur. Pemeliharaan kedelai meliputi : Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari tergantung pada keadaan cuaca. Penyiraman dilakukan secara merata dengan menggunakan gembor. Penyulaman dilakukan seminggu setelah tanam untuk menggantikan benih kedelai yang tidak tumbuh atau tanaman kedelai yang rusak atau/mati. Penjarangan dilakukan dengan mencabut/memotong tanaman kedelai yang pertumbuhannya kurang baik dan satu lubang tanam ditinggalkan satu tanaman kedelai. Penjarangan dilakukan pada satu minggu setelah tanam. Penyiangan dilakukan untuk membuang gulma agar tidak terjadi persaingan bagi tanaman kedelai dengan gulma dalam penyerapan unsur hara dan sinar matahari. Pembumbunan bertujuan untuk menutup bagian pangkal batang agar batang tanaman menjadi lebih kokoh dan tidak mudah rebah. Penyiangan dan pembumbunan dilakukan secara bersamaan pada saat tanaman berumur 21 hari setelah tanam dan 42 hari setelah tanam. Untuk mencegah dan mengendalikan serangan hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan pestisida. Untuk mencegah dan mengendalikan hama digunakan insektisida Decis 2,5 EC. Pencegahan dan pengendalian penyakit digunakan fungisida Dithane M-45 dengan konsentrasi 2 cc/liter air. Penyemprotan insektisida dan fungisida dilakukan setiap 2 minggu sekali atau tergantung gejala serangan hama dan penyakit di lapangan Tanaman kedelai varietas Anjasmoro telah dapat dipanen setelah berumur 82.5 – 92.5 hari (umur masak). Selain ditentukan oleh ketetapan umur sesuai dengan deskripsi varietas yang ditanam, waktu panen juga ditentukan oleh banyaknya polong yang telah berubah menjadi cokelat kuning atau kuning jerami. Panen mulai dilakukan dengan mempedomani keadaan yaitu 95% polong telah bewarna coklat kuning dan warna daun telah menguning dan jumlah daun yang tertinggal ditanaman sekitar 5-10%. Hasil panen tanaman sampel dipisahkan dari hasil tanaman yang bukan sampel. Cara panen dilakukan dengan memotong 1296 _____________ ISSN 0853-0203 VISI (2013) 21 (1) 1292-1305 batang setinggi 10 cm dari permukanaan tanah dengan menggunakan sabit. Keuntungan pemotongan dengan menggunakan sabit adalah hanya batang tanaman kedelai yang dipotong sehingga bintil akar yang mengandung bakteri Rhizobium masih tetap ada tersisa di dalam tanah. Dengan demikian populasi bakteri tersebut terus bertambah di dalam tanah dan bermanfaat untuk penanaman selanjutnya. Sifat fisika tanah yang diamati meliputi: Berat Jenis Tanah; Porositas Tanah; Kadar Air Tanah (volumetric) Bagian tanaman yang diamati meliputi : Produksi (ton/ha) dan Bobot 100 biji kering kedelai (g) III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil 3.1.1. Pengaruh Pola Pengolahan Tanah Terhadap: BD, Porositas, Kadar Air Tanah, Produksi dan Bobot Biji Kedelai. Dari hasil penelitian seperti pada Tabel 1, diperoleh bahwa pengaruh pola pengolahan tanah hanya berpengaruh nyata terhadap berat jenis dan porositas tanah. Untuk parameter kadar air tanah maupun terhadap produksi dan ukuran biji kedelai perlakuan pola pengolahan tanah tidak berpengaruh nyata. Tabel. 1. Pengaruh Pola Pengolahan Tanah Terhadap: BD, Porositas, Kadar Air Tanah, Produksi dan Bobot Biji Kedelai. Parameter Pola Pengolahan Porositas Kadar air Produksi Bobot 100 biji BD tanah Tanah tanah tanah kedelai kedelai 3 (g/cm ) (%) (%) (ton/ha) (g) Tanpa Pengolahan Tanah 0,99 bB 62,60 aA 33,74 2,01 15,78 (P0) Dengan Pengolahan Tanah Minimum 0,88 aA 66,82 bB 31,68 1,68 15,28 (P1) Dengan Pengolahan 0,94 64,45 Tanah Konvensional 34,40 1,63 15,83 bAB aAB (P2) Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Dunkan pada taraf α 0,05 (huruf kecil) dan α 0,1 (huruf besar ). 3.1.2. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Terhadap: BD, Porositas, Kadar Air Tanah, Produksi dan Bobot Biji Kedelai. Hasil penelitian membuktikan seperti pada Tabel 2, bahwa pemberian pupuk kandang sapi sampai pada dosis setara 30 ton/ha belum menunjukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap seluruh parameter yang diamati, baik parameter sifat fisik tanah maupun parameter tanaman yang diuji. 1297 _____________ ISSN 0853-0203 VISI (2013) 21 (1) 1292-1305 Tabel. 2. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Terhadap: BD, Porositas, Kadar Air Tanah, Produksi dan Bobot Biji Kedelai. Parameter Perlakuan Pupuk Porositas Kadar air Produksi Bobot 100 Kandang BD tanah tanah tanah kedelai biji kedelai 3 Setara Dengan: (g/cm ) (%) (%) (ton/ha) (g) 0 ton/ha (K0) 0,97 63,68 35,21 1,99 15,33 10 ton/ha (K1) 0,93 64,95 33,59 1,79 16,37 20 ton/ha (K2) 0,93 64,80 32,63 1,72 16,17 30 ton/ha (K3) 0,92 65,04 31,52 1,59 14,63 3.1.3. Pengaruh Interaksi Pengolahan Tanah dan Pemberian Pupuk Kandang Terhadap: BD, Porositas, Kadar Air Tanah, Produksi dan Bobot Biji Kedelai. Dari data hasil penelitian seperti pada Tabel 3, diperoleh bahwa pengaruh interaksi pola pengolahan tanah dan dosis aplikasi pupuk kandang bahwa hanya terjadi pengaruh yang sangat nyata untuk parameter kadar air tanah, sedangkan untuk parameter lainnya baik untuk parameter tanah maupun untuk seluruh para meter tanaman, pengaruh interaksi tersebut tidak nyata. Tabel. 3. Pengaruh Interaksi Pengolahan Tanah dan Pemberian Pupuk Kandang Terhadap: BD, P orositas, Kadar Air Tanah, Produksi dan Bobot Biji Kedelai. Pemberian Pupuk Pengolahan Tanah Kandang Setara Tanpa Pengolahan Dengan Pengolahan Dengan Pengolahan Dengan: Tanah Tanah Minimum Tanah Konvensional (P0) (P1) (P2) BD tanah (g/cm3) 0 ton/ha (K0) 1,06 0,87 0,97 10 ton/ha (K1) 0,93 0,92 0,94 20 ton/ha (K2) 1,01 0,87 0,92 30 ton/ha (K3) 0,97 0,86 0,94 Porositas (%) 0 ton/ha (K0) 60,20 67,43 63,42 10 ton/ha (K1) 65,00 65,28 64,58 20 ton/ha (K2) 61,83 67,26 65,31 30 ton/ha (K3) 63,35 67,30 64,48 Kadar air (%) 0 ton/ha (K0) 38,03 cC 32,70 bABC 34,90 bcBC 10 ton/ha (K1) 32,55 bABC 33,42 bABC 34,79 bcBC 20 ton/ha (K2) 32,74 bABC 32,62 bABC 32,54 bABC 30 ton/ha (K3) 31,63 abAB 27,96 aA 34,97 bcBC Produksi kedelai (ton/ha) 0 ton/ha (K0) 1,89 2,22 1,87 10 ton/ha (K1) 2,04 1,94 1,38 20 ton/ha (K2) 1,87 1,48 1,80 1298 _____________ ISSN 0853-0203 VISI (2013) 21 (1) 1292-1305 30 ton/ha (K3) 2,22 1,09 1,47 Bobot 100 biji kedelai (g) 0 ton/ha (K0) 15,90 13,90 16,20 10 ton/ha (K1) 18,10 15,80 15,20 20 ton/ha (K2) 14,70 16,70 17,10 30 ton/ha (K3) 14,40 14,70 14,80 Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Dunkan pada taraf α 0,05 (huruf kecil) dan α 0,1 (huruf besar ). 3.2. Pembahasan 3.2.1. Pengaruh Pola Pengolahan Tanah Terhadap: BD, Porositas, Kadar Air Tanah, Produksi dan Bobot Biji Kedelai. Seperti telah diutarakan di atas sebelumnya bahwa dari hasil penelitian diperoleh bahwa pengaruh pola pengolahan tanah hanya berpengaruh nyata terhadap berat jenis dan porositas tanah. Untuk parameter kadar air tanah maupun terhadap produksi dan ukuran biji kedelai perlakuan pola pengolahan tanah tidak berpengaruh nyata. Seperti yang terlihat pada Tabel.1 di atas bahwa berat jenis tanah dengan pola pengolahan tanah minimum berbeda sangat nyata terhadap dua pola pengolahan tanah lainnya dalam hal ini pengolahan tanah biasa (conventional tillage) maupun dari pola tanpa pengolahan tanah (zero tillage). Secara logika hal ini adalah sukar dipahami, terutama dibandingkan terhadap pola pengolahan tanah biasa. Sedangkan terhadap pola tanpa pengolahan tanah, hasil tersebut adalah hal yang logis. Oleh karena itu mengingat bahwa tanah ini pada dasarnya oleh karena teksturnya yang merupakan pasir berlempung (Lumbanraja, 2000), ada kemungkinan bahwa pola pengolahan tanah biasa dengan penghancuran bongkah tanah dan penghalusan tanah mengakibatkan dampak kurang baik terhadap kondisi tanah. Sejalan dengan itu tentunya porositas tanah tertinggi terjadi pada pola pengolahan tanah minimum tersebut yang merupakan konsekwensi berat jenis tanah yang rendah, diduga bahwa hal ini terjadi sebagai akibat bongkahanbongkahan tanah dengan segala sisa tanaman yang turut terbenam pada tanah tersebut mengakibatkan adanya perbaikan kestabilan agregat tanah tersebut. Seperti kita ketahui bahwa pada dua pola pengolahan tanah lainnya hal ini adalah satu-satunya yang tidak didapati. Sehingga hal ini juga yang membedakan kondisi keadaan tanah pada pola pengolahan tanah minimum tersebut dibandingkan terhadap dua pola pengolahan tanah lainnya. Sebab pada pola olah tanah biasa dilakukan pengolahan tanah yang memang dapat menggemburkan tanah, tetapi dalam keadaan tersebut seluruh sisa tanaman yang ada berikut akar tanaman yang ada dibuang seluruhnya, sehingga hal ini memungkinkan terjadinya hal yang kurang mendukung terhadap kondisi kestabilan agregat tanah. Sedangkan pola tanpa pengolahan tanah juga kondisi tidak optimal karena kenyataan bahwa pada 1299 _____________ ISSN 0853-0203 VISI (2013) 21 (1) 1292-1305 tanah ini tidak dilakukan pengolahan atau penggemburan. Namun perlu di ingat bahwa keadaan tanah (tanpa pengolahan tanah) ini tetap terpelihara kondisi agregat tanahnya sebagai akibat dari adanya akar-akar tanaman yang memegang agregat tanah tersebut ( sebagaimana kondisi kerangka besi baja pada beton bertulang, kurang lebih demikianlah akar-akar tumbuhan yang sisa pada tanah tersebut memelihara kestabilan agregat tanah itu sendiri). Jadi meskipun tidak dilakukan penggemburan dengan pengolahan, pada saatnya ketika seluruh sisa bahan tanaman tersebut melapuk, kondisi tanah dapat semakin baik meskipun kondisinya tidaklah sampai pada tingkat kondisi tanah dengan pola pengolahan minimum. 3.2.2. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Terhadap: BD, Porositas, Kadar Air Tanah, Produksi dan Bobot Biji Kedelai. Seperti telah diutarakan di atas sebelumnya bahwa hasil penelitian membuktikan bahwa pemberian pupuk kandang sapi sampai pada dosis setara 30 ton/ha belum menunjukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap seluruh parameter yang diamati, baik parameter sifat fisik tanah maupun parameter tanaman yang diuji seperti disajikan pada Tabel 2 di atas. Sebagaimana terlihat pada hasil tersebut bahwa penambahan bahan organik berupa pupuk kandang pada seluruh taraf yang diuji belumlah memberikan pengaruh yang nyata untuk seluruh parameter yang diamati. Atas dasar pertimbangn kecenderungan terhadap seluruh parameter yang diteliti, terlihat juga bahwa tidak ada kecenderungan pengaruh yang berarti, baik terhadap sifat fisik tanah maupun terhadap parameter tanaman kedelai yang diamati. Tidak nyatanya respon parameter yang diuji terhadap penambahan bahan organik tersebut bisa jadi sebagai akibat dari belum optimalnya dosis aplikasi pupuk kandang tersebut. Dari hasil perbandingan ukuran biji yang dihasilkan, hasil biji besar menurut klasifikasi biji kedelai Rusdi ( 1986) dalam Lumbanraja (1997), yang terbaik pada hasil penelitian sebagaimana terlihat pada Tabel 2 di atas adalah pada perlakuan dengan penambahan pupuk kandang setara dengan 10 ton/ha. Terlihat dari hasil tersebut bahwa ukuran biji terbesar ini dihasilkan pada kondisi tanah dengan porositas 64,95% dengan kandungan air volume 33,59 % yang berarti bahwa kurang lebih 48 % pori tanah terisi oleh air, dan sisanya sebesar kurang lebih 52% ditempati oleh udara. Diduga hal ini sangat erat hubungannya dengan kondisi udara tanah. Sebagaimana kita ketahui bahwa kedelai yang bersimbiosa dengan rizobium, yang pada nyatanya mikrobia tersebut adalah bersifat aerob. 3.2.3. Pengaruh Interaksi Pengolahan Tanah dan Pemberian Pupuk Kandang Terhadap: BD, Porositas, Kadar Air Tanah, Produksi dan Bobot Biji Kedelai. Seperti telah diutarakan di atas sebelumnya bahwa hasil penelitian diperoleh bahwa pengaruh interaksi pola pengolahan tanah dan dosis aplikasi 1300 _____________ ISSN 0853-0203 VISI (2013) 21 (1) 1292-1305 pupuk kandang diperoleh bahwa hanya terjadi pengaruh yang sangat nyata untuk parameter kadar air tanah, sedangkan untuk parameter lainnya baik untuk parameter tanah maupun untuk seluruh parameter tanaman tidak ada terjadi pengaruh yang nyata. Pengaruh sangat nyata interaksi pola pengolahan tanah dan penambahan pupuk kandang terhadap kadar air tanah volume terlihat disini bahwa kadar air tertinggi terjadi pada interaksi antara perlalakuan pola tanpa pengolahan tanah dengan tanpa pemberian pupuk kandang yaitu sebesar 38,03 %. Tinggingya kadar air tanah pada perlakuan P0K0 ini adalah sebagai gambaran adanya kestabilan agregat tanah pada perlakuan ini. Kita tahu bahwa kestabilan agregat tanah ini sangat mendukung dalam upaya memperbesar daya pegang air tanah. Kadar air terkecil adalah pada pola pengolahan tanah minimum dengan kadar pemberian pupuk kandang sebtara dengan 30 ton/ha yaitu dengan kadar air sebesar 27,96% sebagaimana terlihat pada Tabel 3 di atas dan hal ini terjadi saat berat jenis tanah paling kecil dan porositas tanah paling besar. Kita ketahui bahwa ketiga kondisi ini adalah kondisi yang sama-sama diinginkan oleh organisma tanah dan tanaman secara umum. Terlihat dengan jelas bahwa pengaruh pola pengolahan tanah bersamaan dengan penambahan pupuk kandang pada segala taraf kombinasi mengakibatkan penurunan terhadap kadar air tanah. Bagaimana hal ini dapat terjadi mungkin dapat diterima karena penjelasan yang berikut ini. Seperti diketahui bahwa pupuk kandang mengandung jutaan populasi dan berbagai macam mikrobia. Jadi setiap penambahan mikrobia tersebut secara langsung juga menambah populasi mikorbia tanah. Hal ini tentunya merupakan suatu konsekwensi logis dari penambahan populasi mikrobia tersebut akan meningkatkan kebutuhan akan udara, air dan hara dalam tanah. Kenyataan tersebut akan memperbesar konsumsi air dalam tanah untuk memenuhi kebutuhan masing-masing antara tanaman usaha dengan organisma tanah. Bukan hanya antara tanaman dan mikorbia saja, tetapi berikut juga makrobia tanah, karena sebagaimana kita ketahui bahwa kehadiran pupuk kandang dalam tanah juga turut memperbaiki pertumbuhan makrobia tanah tersebut. Sehingga dapat kita pahami bahwa peningkatan pemakaian air tanah oleh tanaman dan organisma tanah akan menimbulkan semakin kecilnya kadar air sisa pada tanah yang diukur. Jadi dengan kenyataan pengaruh yang dijelaskan tersebut di atas perlu pertimbangan yang lebih hati-hati lagi dalam penentuan dosis dan jenis bahan pupuk kandang apa dan seberapa banyak yang dapat diberikan agar pengaruhnya memberikan hasil terbaik yang sesuai dengan harapan. Hal lain yang memungkinkan kondisi demikian ini terjadi adalah perlunya disadari atas dasar data penelitian ini diduga bahwa kestabilan agregat tanah lebih berpengaruh terhadap kapasitas pegang air tanah dibandingkan besarnya kadar bahan organik yang bersumber dari pupuk kandang yang diberikan. Namun demikian bahwa hasil produksi tertinggi (2,22 ton/ha) tidaklah dihasilkan pada kondisi kadar air tanah tertinggi tetapi diperoleh pada perlakuan tanpa pengolahan tanah tanpa penambahan pupuk kandang setara dengan (P0K3) 1301 _____________ ISSN 0853-0203 VISI (2013) 21 (1) 1292-1305 dan perlakuan pola pengolahan tanah minimum dengan tanpa pemberian pupuk kandang (P1K0 ). Untuk kombinasi perlakuan P0K3, dijelaskan sebagai akibat dari adanya penambahan hara mineral yang dihasilkan dari pelapukan pupuk kandang dan penguraian bahan organik tanah yang dilakukan oleh organisma tanah. Jadi pertambahan populasi organisma tanah akan membuat proses penguraian semakin lancar. Sedangkan untuk kombinasi P1K0 tidak dapat diajukan sebagai alternatif perlakuan anjuran karena terbukti bahwa dengan pola interaksi perlakuan tersebut terjadi penurunan tingkat ukuran biji. Sebagaimana terlihat pada data Tabel 3 di atas tersebut ukuran biji pada interaksi kombinasi perlakuan ini menurun dari klasifikasi biji besar menjadi tingkat ukuran biji sedang (13,9 g/100 biji kedelai) sesuai dengan klasifikasi biji kedelai oleh Rusdi ( 1986) dalam Lumbanraja (1997). Ukuran biji terbesar (18,10 g) tidak diperoleh pada saat kadar air tertinggi melainkan pada perlakuan tanpa pengolahan tanah dengan pemberian pupuk kandang setara dengan 10 ton/ha (perlakuan P0K1). Hal ini terjadi sebagai gambaran bahwa pada kombinasi perlakuan ini hasil produkisi biji kedelai tidak terlalu besar hanya menempati urutan ke dua ( ada penurunan produksi biji kedelai 0,18 ton/ha ). Jadi ada kemungkinan bahwa kecilnya produksi biji yang terbentuk membuat biji yang terbentuk walau lebih sedikit dalam jumlah tetapi lebih besar dalam ukuran biji. IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Pola pengolahan tanah hanya berpengaruh nyata terhadap berat jenis tanah dan porositas tanah. 2. Pemberian pupuk kandang sapi hingga setara 30 ton/ha tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter yang diamati, baik parameter tanah maupun parameter tanaman. 3. Interaksi perlakuan pola pengaolahan tanah dengan aplikasi pupuk kandang hingga setara 30 ton/ha hanya perpengaruh sangat nyata terhadap kadar air tanah. 4.2. Saran Atas dasar hasil penelitian ini dirasa perlu untuk mengadakan penelitian lebih lanjut pada jenis tanah yang berbeda dalam upaya memperoleh hasil yang dapat saling melengkapi. 1302 _____________ ISSN 0853-0203 VISI (2013) 21 (1) 1292-1305 DAFTAR PUSTAKA Anonimus. 2009. Pengaruh Sistem Pengolahan Tanah. http://unisri.ac.id/faperta/ wp-content/upload. Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air.IPB.Bogor. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. Blake, G.R. and Gilman, R.D. 1970. Thixotrophic Changes with Aging of Synthetic Soil Agregates. Soil Sci. Soc. Am. Proc. 34:561-564. Campbell, C.A, R.P. Zentner, H.H. Janzen, and K.E. Boeren. 1990. Crop Rotation Studies on the Canadian Prairies. Research branch, Agriculture Canada. Ottawa. On. Publ. 1841/E, 133pp Charreau, C and R. Nicou. 1971. The Improvement of Cultural Profile of Sandy and Sandy Clay Soil in the West Afica Rainfed Area and its Effect in Agriculture. IRAT Bull. Agron. 23. Departemen Pertanian. 1977. Pedoman Bercocok Tanam Padi, Palawija dan Sayur-sayuran. Departemen Pertanian. Jakarta. Edward, C.F, C.W. Wood, D.L Thurlow, and M.E. Ruf. 1992. Tillage and crops Rotation Effects on Fertility Status of Hapludult. Soil Sci. Am. J. 56: 15771582 Hakim, N., Nyapka, Y., Lubis. A.M., Nugroho, S. G., Saul, R., Diha, N., Hong,.G.B., Bailey, H.H. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung. Hamblin, A.P and D.B. Davies. 1977. Influence of OrganicMmatter on the Physical Properties of some East Anglican soil of high silt content. J. Soil Sci. 28:11-22 Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Penerbit Akademika Presindo (Akapres). Jakarta Haridjaja, O. 1983. Changes in Soil Physical Characteristics Through the use of Natural and Artificial Organic Substances, Thesis of Master Science. University Ghent. Belgium. Ibrahim, M., Sumarno, A.S. Karama dan A.M. Fagi. 1990. Teknologi peningkatan produksi kedelai di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Lumbanraja, P. 2007. Degradasi Lahan, Persepsi dan Keperdulian Terhadapnya. Fakultas Pertanian, Universitas HKBP Nommensen-Medan. 1303 _____________ ISSN 0853-0203 VISI (2013) 21 (1) 1292-1305 Lumbanraja, P. 2000. Pengaruh Pola Pengolahan Tanah dan Pemberian Pupuk Kandang Terhadap Beberapa Sifat Fisik Tanah Ultisol Simalingkar dan Produksi Tanaman Kedelai. Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen. Medan. Lumbanraja, P. 1997. Aplikasi Beberapa Pola Pengolahan Tanah Konservasi , Manfaat dan Dampak yang Ditimbulkannya. Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen-Medan. Lumbanraja, P. 1997. Efek Aplikasi Terracottem, Pupuk Kandang dan Mulsa Jerami Pada Alfisol Jonggol Terhadap Beberapa Sifat Fisik Tanah dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max L) Varietas Tampomas. Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor Lumbanraja, P. 1989. Pengaruh Pemakaian Pasir dan Jerami Sebagai Mulsa Pada Berbagai Cara Pengolahan Tanah Terhadap Beberapa Sifat Fisik Tanah Latosol dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max L) var. Lokon. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran (UNPAD). Bandung. Malau, S. 2002. Rancangan Percobaan. Universitas HKBP Nommensen. Medan. Morachan, Y.B., Moldenhauer, W.C, anda Larson, W.W. 1972. Effect of Increasing Amounts of Organic Residues on Continuous Corn. I. Yield and Soil Physical Properties. Agron. J. 64: 199-203. Munir, M.S. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia, Karakteristik, Klasifikasi dan Pemanfaatannya. Pustaka Jaya. Munir, M.S. 1995. Tanah-Tanah Utama Indonesia, Karakteristik, Klasifikasi dan Pemanfaatannya. Pustaka Jaya Omar, O. H. 1985. Morfologi Tanaman Kedelai. Balai Penelitian Tanaman Pangan Sukamandi. Prawinata, W., S. Harran dan P. Tjondronegoro. 1981. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan 1. Departemen Botani. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Ram, D.N and P.J. Zwerman. 1960. Influence of Management Systems and Cover Crops on Soil Physical Conditions. Agron. J. 52:473-476 Rusdi. 1986. Bercocok tanam kedelai. Karya Bani. Jakarta Sinto. 1995. Pengaruh cara Penyimpanan Petani terhadap Mutu Kedelai. Forum Pascasarjana. No.2, Vol. 18. PPs-IPB Bogor. Indonesia Subagyo, H., N. Suharta dan A.B. Siswanto. 2004. Tanah-Tanah Pertanian di Indonesia. Sumberdaya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor. 1304 _____________ ISSN 0853-0203 VISI (2013) 21 (1) 1292-1305 Sumarno, dan Hartono. 1983. Kedelai dan Cara Bercocok Tanamnya. Puslitbang Tanaman Pangan .Bogor Tester,C.F. 1990. Orgnik Amandement Effect on Physical and Chemical Properties of Sandy Soil. Soil Sci. Soc. Am. J. 54: 827-831 USDA. 1992. Keys to Soil Taxonomy. Pocahontas Press, Inc. Blackburg, Virginia. Wambeke, A.V. 1974. Management Properties of Ferrasols. FAO Soil Bull. 23:129p. 1305 _____________ ISSN 0853-0203 VISI (2013) 21 (1) 1292-1305 PENULIS Parlindungan Lumbanraja, Lahir di Sipoholon 16 Agustus 1963. Pada Tahun 1989 Lulus Strata Satu dari Uiversitas Padjajdjaran (UNPAD) Bandung dalam bidang Fisika, Konservasi Tanah dan Air. Pada Tahun 1997 Lulus Strata Dua dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam bidang Fisika, Konservasi Tanah dan Air. Sejak 1989 penulis adalah dosen tetap pada Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas HKBP Nommensen-Medan. Penulis adalah anggota Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI), anggota Masyarakat Konservasi Tanah dan Air Indonesia. Aktiv Meneliti aspek Pengolahan Tanah dan Pemanfaatan berbagai bahan alami dalam upaya memperbaiki sifat fisika tanah dalam hubungannya dengan usaha perbaiakan kondisi tanah bagi pertumbuhan tanaman. Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas HKBP Nommensen, Jalan Sutomo 4-A, Telp. 061-4545411, 4522922, Fax. 061-4571426, Medan 20234,Indonesia. E-mail: [email protected] 1306 _____________ ISSN 0853-0203