gangguan penglihatan pada lanjut usia

advertisement
Gangguan Penglihatan Pada Lanjut Usia
Meilisa Maretta Arif, S.Ked (406080047)
BAB XI
GANGGUAN MATA
TUJUAN BELAJAR
TUJUAN KOGNITIF
membaca bab ini dengan seksama diharapkan anda sudah dapat :
1. Mengetahui Anatomi Organ Mata
Menceritakan kembali anatomi organ mata
Mengetahui fisiologi organ mata.
2. Mengetahui perubahan organ mata pada lanjut usia.
Mengetahui perubahan anatomi mata pada lanjut usia
Mengetahui perubahan fungsi mata pada lanjut usia
3. Mengetahui penyakit-penyakit yang mengenai organ mata yang biasanya terdapat
pada lanjut usia dan penanganannya, seperti pada :
 Presbiopia
 Entropion
 Ektropion
 Blefaroptosis Akuisita
 Dermatokalasis
 Dacryostenosis Akuisita
 Arcus Senilis
 Penurunan Sensitivitas Kornea
TUJUAN AFEKTIF
Setelah membaca bab ini dengan penuh perhatian, maka penulis mengharapkan anda
sudah akan dapat :
1. Mengerti betapa kompleksnya gangguan organ mata pada Lanjut Usia
1.1 Mencoba menggali lebih jauh permasalahan pada Lanjut Usia berkaitan
dengan mata.
1.2 Mencoba menangani permasalahan Lanjut Usia dengan gangguan mata
2. Menunjukan besarnya perhatian pada lanjut usia akan permasalahnnya yang
berkaitan dengan gangguan pada mata.
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur
Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
199
Gangguan Penglihatan Pada Lanjut Usia
Meilisa Maretta Arif, S.Ked (406080047)
I. PENDAHULUAN
Gangguan penglihatan merupakan masalah penting yang menyertai lanjutnya
usia. Akibat dari masalah ini seringkali tidak disadari oleh masyarakat, para ahli,
bahkan oleh para lanjut usia sendiri. Dengan berkurangnya penglihatan, para lanjut
usia seringkali kehilangan rasa percaya diri, berkurang keinginan untuk pergi keluar,
untuk lebih aktif atau bergerak ke sana kemari. Mereka akan kehilangan kemampuan
untuk membaca atau melihat televisi. Kesemua ini akan menurunkan aspek sosialisasi
dari para lanjut usia, mengisolasi mereka dari dunia luar yang pada gilirannya akan
menyebabkan depresi dan berbagai akibatnya. Atas berbagai alasan itulah maka
masalah gangguan penglihatan merupakan topik penting bagi disiplin geriatri.
II. PERUBAHAN-PERUBAHAN PADA JARINGAN DALAM BOLA MATA YANG
MENYERTAI USIA LANJUT
1. Perubahan Refraksi
 PRESBIOPIA
2. Perubahan Struktur Kelopak Mata
 ENTROPION
 EKTROPION
 BLEFAROPTOSIS AKUISITA
 DERMATOKALASIS
3. Perubahan Sistem Lakrimal
 DACRYOSTENOSIS AKUISITA
4. Perubahan Kornea
 ARCUS SENILIS
 PENURUNAN SENSITIVITAS KORNEA
5. Perubahan Produksi Aqueous Humor
Pada mata sehat dengan pemeriksaan fluorofotometer diperkirakan produksi
Aqueous Humor 2,4 ± 0,06 µL/menit. Beberapa faktor berpengaruh pada
produksi Aqueous Humor. Dengan pemeriksaan fluorofotometer menunjukkan
bahwa dengan bertambahnya usia terjadi penurunan produksi Aqueous Humor
2% (0,06 µL/menit) tiap dekade. Penurunan ini tidak sebanyak yang
diperkirakan, oleh karena dengan bertambahnya usia sebenarnya produksi
Aqueous Humor lebih stabil dibanding perubahan tekanan intra okuler atau
volume COA.
6. Perubahan Iris
Pada usia lanjut iris akan mengalami proses degenerasi, menjadi kurang
cemerlang dan mengalami depigmentasi tampak ada bercak berwarna muda
sampai putih.
7. Perubahan Pupil
Pupil mengalami konstriksi, mula-mula berdiameter 3 mm, pada usia lanjut
terjadi penurunan 1 mm dan refleks cahaya langsung melemah.
8. Perubahan Lensa
Pada usia muda lensa tidak bernukleus, pada usia 20 tahun nukleus mulai
terbentuk. Semakin bertambah umur nukleus semakin membesar dan padat,
sedangkan volume lensa tetap, sehingga bagian korteks semakin menipis,
elastisitas jadi berkurang (membias sinar jadi lemah). Lensa yang mula-mula
bening transparan, menjadi tampak keruh (Sklerosis).
9. Perubahan Badan Kaca ( Vitreous Humor )
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur
Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
200
Gangguan Penglihatan Pada Lanjut Usia
Meilisa Maretta Arif, S.Ked (406080047)
Terjadi degenerasi, konsistensi lebih encer (Synchisis), dapat menimbulkan
keluhan Photopsia (melihat kilatan cahaya saat ada perubahan posisi bola mata).
10. Perubahan Retina
Terjadi degenerasi ( Senile Degeneration ). Gambaran fundus mata mulamula merah jingga cemerlang, menjadi suram dan ada jalur-jalur
berpigment ( Tygroid Appearance ) terkesan seperti kulit harimau. Jumlah sel
fotoreseptor berkurang sehingga adaptasi gelap dan terang memanjang dan terjadi
penyempitan lapangan pandang.
PRESBIOPIA
Gambar 1. Proyeksi benda pada mata
presbiopia
Gambar 2. Gaya membaca pada
penderita presbiopia
Merupakan gangguan akomodasi pada usia lanjut yang dapat terjadi akibat :
 Kelemahan otot akomodasi
 Lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa.
Akibat gangguan akomodasi ini maka pada pasien berusia lebih dari 40 tahun, akan
memberikan keluhan berupa :
 mata lelah, berair dan sering terasa pedas setelah membaca
 membaca selalu dijauhkan agar lebih jelas
 sukar melihat dekat terutama pada malam hari atau pada ruangan yang kurang
terang.
Terapinya adalah :
 kacamata lensa spheris positif dengan kekuatan tertentu sesuai dengan usia,
biasanya :
+ 1,0 D untuk usia 40 tahun
+ 1,5 D untuk usia 45 tahun
+ 2,0 D untuk usia 50 tahun
+ 2,5 D untuk usia 55 tahun
+ 3,0 D untuk usia 60 tahun
+ 3,0 D untuk usia 60 tahun ke atas
Karena jarak baca biasanya 33 cm, maka adisi + 3,0 D adalah lensa positif terkuat
yang dapat diberikan pada seseorang. Pada keadaan ini mata tidak melakukan akomodasi
bila membaca pada jarak 33 cm, karena benda yang dibaca terletak pada titik api lensa +
3,0 Dioptri sehingga sinar yang keluar akan sejajar.
Pemeriksaan adisi untuk membaca perlu disesuaikan dengan kebutuhan jarak kerja
pasien pada waktu membaca. Pemeriksaan sangat subyektif sehingga angka-angka di atas
tidak merupakan angka yang tetap.
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur
Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
201
Gangguan Penglihatan Pada Lanjut Usia
Meilisa Maretta Arif, S.Ked (406080047)
ENTROPION
Gambar 3. Entropion Senilis
Gambar 4. Entropion Sikatriks
Entropion merupakan suatu keadaan melipatnya kelopak mata bagian tepi atau margo
palpebra ke arah dalam. Hal ini menyebabkan bulu mata tumbuh ke arah dalam sehingga
menggeser jaringan konjungtiva dan kornea. Keadaan ini disebut trikiasis. Pada lanjut
usia, entropion diakibatkan oleh degenerasi jaringan kelopak mata, disebut ENTROPION
SENILIS.
Gejala dan tanda :
 mata merah
 berair
 rasa gatal
Hal ini disebabkan oleh karena iritasi dan abrasi kornea. Bila berlanjut dapat
menyebabkan ulcus kornea.
Penanganannya adalah dengan mengkoreksi entropion yaitu dengan cara :
 jahitan eversi
 prosedur Weis ( splitting palpebra transversa + jahitan eversi ) dengan atau tanpa
pemendekkan horisontal
 plikasi retraktor palpebra inferior
EKTROPION
Ektropion merupakan keadaan dimana tepi kelopak mata membeber atau mengarah
keluar sehingga bagian dalam kelopak atau konjungtiva tarsal berhubungan langsung
dengan dunia luar. Hal ini menyebabkan mata selalu berair karena air mata tidak
dapat disalurkan ke punctum lakrimalis inferior. Pada lanjut usia ektropion
disebabkan oleh relaksasi atau kelumpuhan otot orbicularis okuli, disebut
EKTROPION SENILIS.
Gajala dan tanda :
 epifora
 konjungtiva palpebra hiperemi
dan hipertrofi
 konjungtiva bulbi hiperemi
Penanganannya adalah dengan koreksi
ektropion dengan cara :
Gambar 5. Ektropion Senilis
 lazy – T
 eksisi>diamond tarsokonjungtiva
 pemendekkan>palpebra horisontal
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur
Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
202
Gangguan Penglihatan Pada Lanjut Usia
Meilisa Maretta Arif, S.Ked (406080047)
BLEFAROPTOSIS AKUISITA
Kelainan ini terjadi karena aponeurosis m. levator palpebra mengalami disinsersi dan
terjadi penipisan akibat bertambahnya usia. Meskipun terjadi perubahan pada aponeurosis
m. levator palpebra namun m. levatornya sendiri relatif stabil sepanjang usia. Bila
blefaroptosis ini mengganggu penglihatan atau secara kosmetik menjadi keluhan dapat
diatasi dengan tindakan operasi.
DERMATOKALASIS
Gambar 6. Dermatolakalasis
Gambar 7. Post-Blefaroplasti
Pada lanjut usia kulit palpebra mengalami atrofi dan kehilangan elastisitasnya
sehingga menimbulkan kerutan dan lipatan-lipatan kulit yang berlebihan. Keadaan ini
biasanya diperberat dengan terjadinya peregangan septum orbita dan migrasi lemak
preaponeurotik ke anterior. Keadaan ini bisa terjadi pada palpebra superior maupun
inferior dan disebut sebagai dermatokalasis.
Merupakan suatu keadaan di mana kulit kelopak atas maupun bawah menjadi longgar
karena proses penuaan, sehingga kelopak mata tampak menggantung.
Gejala dan tanda :
 kesulitan mengangkat palpebra superior
 rasa tidak enak di daerah preorbita akibat penggunaan otot ocipitofrontalis dan
otot orbicularis occuli dalam mengatasi kesulitan mengangkat palpebra
 terbatasnya lapangan pandang superior
 keluhan kosmetik.
Penanganan :
dilakukan blefaroplasti untuk mengatasi gejala dan memperbaiki penampilan.
DACRYOSTENOSIS AKUISITA
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur
Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
203
Gangguan Penglihatan Pada Lanjut Usia
Meilisa Maretta Arif, S.Ked (406080047)
Kegagalan fungsi pompa pada sistem lakrimalis disebabkan oleh karena kelemahan
palpebra, eversi punctum atau malposisi palpebra sehingga akan menimbulkan epifora.
Namun sumbatan sistem kanalis lakrimalis yang sebenarnya atau dacryostenosis sering
juga dijumpai pada usia lanjut, dimana dikatakan bahwa dacryostenosis akuisita tersebut
lebih banyak dijumpa pada wanita dibanding pria. Adapun patogenesis yang pasti
terjadinya sumbatan duktus nasolakrimalis masih belum jelas, namun diduga oleh karena
terjadi proses jaringan mukosa dan berakibat terjadinya sumbatan.
Setelah usia 40 tahun khususnya wanita pasca menopause sekresi basal kelenjar
lakrimal secara progresif berkurang. Sehingga seringkali pasien dengan sumbatan pada
duktus nasolakrimalis tak menunjukkan gejala epifora oleh karena volume air matanya
sedikit. Akan tetapi bilamana sumbatan sistem lakrimalis tak nyata akan memberi
keluhan mata kering yaitu adanya rasa tidak enak seperti terdapat benda asing atau seperti
ada pasir, mata terasa lelah dan keringbahkan kabur. Sedangkan gejala obyektif yang
didapatkan diantaranya konjungtiva bulbi kusam dan menebal, kadang hiperemi, pada
kornea terdapat erosi dan filamen. Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah Schirmer,
Rose Bengal, ” Tear film break up time”.
ARCUS SENILIS
Merupakan manifestasi proses penuaan pada kornea yang sering dijumpai.
Keberadaan arcus senilis ini tidak memberikan keluhan, hanya secara kosmetik sering
menjadi masalah. Kelainan ini berupa infiltrasi bahan lemak yang berwarna keputihan,
berbentuk cincin di bagian tepi kornea. Mula-mula timbulnya di bagian inferior kemudian
diikuti bagian superior, berlangsung meluas dan akhirnya membentuk cincin.
Etiologi arcus senilis diduga ada hubungannya dengan peningkatan kolesterol dan
Low Density Lipoprotein ( LDL ). Bahan-bahan yang membentuk cincin tersebut terdiri
dari ester kolesterol, kolesterol dan gliserid.
Arcus senilis mulai dijumpai pada 60% individu usia 40 – 60 tahun dan terjadi pada
hampir semua orang yang berusia diatas 80 tahun dimana laki-laki lebih awal timbulnya
dibanding wanita.
PENURUNAN SENSITIVITAS KORNEA
Dengan bertambahnya usia akan terjadi penurunan sensitivitas kornea yang
ditimbulkan oleh rangsangan mekanis. Bagian sentral kornea lebih lama turunnya
dibandingkan bagian lainnya. Pengukuran CTT ( Corneal Touch Threshold ) pada orang
sehat yang berbeda usianya yaitu dengan merangsang kornea menggunakan benang nylon
microfilamen dengan berbagai ukuran panjang, menunjukkan bahwa CTT masih tetap
sama antara usia 7 – 10 tahun. Mulai awal dekade kelima CTT menjadi lebih tinggi,
secara bermakna dan semakin bertambah dengan bertambahnya usia. Pada usia 80 tahun,
hampir 2 kalinya CTT usia 10 tahun. Penyebab dari penurunan sensitivitas kornea
kemungkinan disebabkan penebalan jaringan fibrous kornea, penurunan kandungan air
atau atrofi serabut-serabut saraf.
Fragilitas kornea diukur dengan menentukan seberapa besar tekanan yang diperlukan
untuk mencapai ambang kerusakan secara mekanis. Sampai usia 40 tahun fragilitas
kornea masih tetap sama. Berdasarkan pengalaman klinis hal ini sejalan dengan
peningkatan fragilitas kulit pada usia yang makin lanjut.
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur
Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
204
Gangguan Penglihatan Pada Lanjut Usia
Meilisa Maretta Arif, S.Ked (406080047)
KATARAK
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
( penambahan cairan ) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya. Merupakan
kelainan lensa dimana lensa yang seharusnya bening dan transparan berubah menjadi
keruh sehingga kehilangan daya akomodasinya.
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat
kelainan kongenital atau penyakit penyulit mata lokal menahun.
Etiologinya dapat berupa proses penuaan, kongenital, penyakit lain ( Diabetes
melitus, Glaukoma, Uveitis, Ablatio retina ), keracunan obat, dan kecelakaan.
Tanda dan gejala :
 penurunan penglihatan secara perlahan-lahan tanpa disertai dengan mata merah
 lebih nyaman pada daerah yang lebih redup ( sore hari lebih nyaman daripada malam
hari )
 Myopia → karena hidrasi, lensa menjadi lebih cembung
 Tidak ada gangguan lapangan pandang
Gejala Subyektif didapatkan :
 Penglihatan berkurang atau menurun
Pada permulaan perlu ganti kacamata yang lebih sering karena lensa cepat menjadi
tidak lentur dan kehilangan daya akomodasinya

Silau
Karena cahaya yang masuk akan pecah. Pandangan mula-mula berasap, kemudian
berkabut, dan akhirnya terhalang sama sekali
 Perubahan tajam penglihatan atau visus terjadi perlahan
 Tidak ada rasa sakit
 Terjadi miopisasi
Gejala Obyektif didapatkan :
Lensa menjadi keruh. Kekeruhan lensa dapat bermacam-macam tingkat, bentuk, dan
lokasinya.
KLASIFIKASI
Katarak dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
 Katarak developmental : kongenital atau juvenil
 Katarak degeneratif : katarak senile
 Katarak komplikata
 Katarak traumatik
 Katarak sekunder
Katarak Senille secara klinik dikenal dalam 4 stadium, yaitu :
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur
Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
205
Gangguan Penglihatan Pada Lanjut Usia





Meilisa Maretta Arif, S.Ked (406080047)
Stadium Insipien
Stadium Intumesen
Stadium Imatur
Stadium Matur
Stadium Hipermatur
Katarak Senille Stadium Insipien
Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan
posterior ( katarak kortikal ). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks.
Katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular
posterior, celah terbentuk antara selat lensa dan korteks berisi jaringan degeneratif (benda
Morgagni) pada katarak insipien.
Kekeruhan ini dapat menimbulkan polipia oleh karena indeks refraksi yang tidak
sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang
lama.
Katarak Senille Stadium Intumesen
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif
menyerap air.
Masuknya air ke dalam celah lensa mangakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar
yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan
keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaukoma.
Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan
miopia lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan
mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang memberikan miopisasi.
Pada pemeriksaan slit lamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel
serat lensa.
Katarak Senille Stadium Imatur
Katarak yang belum mengenai seluruh lapis lensa, hanya sebagian lensa yang keruh.
Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya
tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa mencembung akan
dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder.
Katarak Senille Stadium Matur
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur
Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
206
Gangguan Penglihatan Pada Lanjut Usia
Meilisa Maretta Arif, S.Ked (406080047)
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa.
Kekeruhan ini dapat terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak
imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa
kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama
akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Kedalamam bilik mata depan akan normal
kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris
negatif.
Katarak Senille Stadium Hipermatur
Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi
keras atau lembek dan mencair.
Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi
mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan
lipatan kapsul lensa (wrinkled capsul ). Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus
sehingga hubungan dengan Zonulla Zinn menjadi kendur. Bila proses katarak berlanjut
terus disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan mencair
tidak dapat keluar. Maka korteks akan memperlihatkan bentuk seperti sekantung susu
disertai disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat,
dan korteks tersebut akan membentuk air fluid level. Keadaan ini disebut sebagai
katarak Morgagni. Pada keadaan ini dapat timbul berbagai macam komplikasi.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat timbul akibat katarak adalah :
 Glaukoma
Ada beberapa fase dari katarak yang dapat menyebabkan glaukoma, yaitu :
1. Phacomorphic Glaucoma
Pada keadaan ini, lensa menjadi bertambah besar ukurannya akibat menyerap
cairan → iris terdorong ke depan → pendangkalan dari bilik mata depan →
sudut bilik mata depan menjadi sempit bahkan menutup → menghambat
trabecular meshwork → aliran aqueous humor terhambat → tekanan intraokuler
meningkat → glaukoma sudut tertutup sekunder
2. Phacolytic Glaucoma
Pada katarak stadium hipermatur, terjadi pengkerutan korteks diikuti keluarnya
masa lensa ke bilik mata depan → iris terdorong ke belakang → trabecular
meshwork tehambat → aliran aqueous humor terhambat → tekanan intraokuler
meningkat → glaukoma sudut terbuka sekunder
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur
Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
207
Gangguan Penglihatan Pada Lanjut Usia

Meilisa Maretta Arif, S.Ked (406080047)
3. Phacotopic Glaucoma
o Kapsul lensa keriput → dislokasi lensa → blocking pupil → aliran aqueous
menuju bilik mata depan terganggu → peningkatan tekanan intraokular →
glaukoma
o Perubahan bentuk vitreus → mendorong lensa ke depan → blokade pupil →
aliran aqueous terganggu → peningkatan tekanan intraokular → glaukoma
Uveitis
Komplikasi ini timbul pada keadaan katarak hipermatur, dimana pada katarak
hipermatur terjadi pencairan korteks lensa sehingga masa lensa keluar ke bilik mata
depan. Keadaan ini menyebabkan timbulnya reaksi imun dari tubuh, karena protein
pada masa lensa yang seharusnya terdapat dalam lensa, dianggap sebagai benda asing
oleh tubuh ketika protein tersebut terdapat pada bilik mata depan. Hal ini
menyebakan timbul reaksi inflamasi yang mengenai iris dan badan siliar disebut
Uveitis anterior.
 Subluksasi dan dislokasi lensa
Komplikasi ini timbul pada keadaan katarak stadium hipermatur. Hal ini terjadi akibat
Zonula Zinn yang merupakan penggantung lensa menjadi lemah atau rapuh dan rusak
pada keadaan katarak stadium hipermatur, sehingga dapat menyebabkan subluksasi
atau dislokasi lensa.
INDIKASI OPERASI
Indikasi operasi atau ekstraksi pada katarak dapat
diklasifikasikan dalam 3 kelompok, yaitu :
 Indikasi optik
Operasi katarak atas indikasi optik dilakukan apabila visus
dari pasien menurun sehingga menyebabkan gangguan pada
aktivitas sehari-harinya. Hal ini dikeluhkan oleh pasien
sendiri.
 Indikasi medis
perasi katarak atas indikasi medis dilakukan apabila katarak
dapat menimbulkan komplikasi pada pasien, bila tidak
dilakukan tindakan operasi akan menimbulkan kebutaan.
Hal ini atas anjuran dari dokter.
 Indikasi kosmetik
Operasi katarak atas indikasi kosmetik dilakukan apabila
terjadi perubahan warna pupil, dimana pupil menjadi
berwarna putih akibat dari proses katarak yang sudah terjadi
kehilangan penglihatan yang permanen. Hal ini semata-mata
dilakukan hanya untuk mengembalikan warna pupil menjadi
hitam, tetapi tidak memperbaiki penglihatan.
TERAPI
Pengobatan katarak senille adalah pembedahan atau ekstraksi, dimana lensa yang sudah
keruh tersebut diangkat.Dapat dilakukan dengan teknik intrakapsular ekstraksi dan
ekstrakapsular ekstraksi.
Operasi katarak intrakapsular atau Ekstraksi Katarak Intrakapsular ( EKIK ).
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur
Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
208
Gangguan Penglihatan Pada Lanjut Usia
Meilisa Maretta Arif, S.Ked (406080047)
Pembedahan dilakukan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Dapat
dilakukan pada keadaan dimana Zonula Zinn telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah
putus.
Pada katarak ekstraksi intrakapsular tidak akan terjadi katarak sekunder dan
merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer. Pembedahan ini dilakukan
dengan menggunakan mikroskop dan pemakaian alat khusus sehingga penyulit yang
terjadi bisa minimal.
Katarak ekstraksi intrakapsular ini tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada
pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular.
Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini adalah astigmatisme, glaukoma,
uveitis, endoftalmitis dan perdarahan.
Operasi katarak ekstrakapsular atau Ekstraksi Katarak Ekstrakapsular ( EKEK )
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa
dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga masa lensa dan korteks
lensa dapat keluar melalui robekan tersebut.
Termasuk dalam golongan ini ekstraksi linear, aspirasi dan irigasi.
Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel,
keratoplasti, implantasi lensa intra okular posterior, perencanaan sekunder implantasi
lensa intraokular, kemungkinan akan dilakukannya bedah glaukoma, mata dengan
predisposisi prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolaps badan kaca,
sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitosis makular edema, pasca
bedah ablasi, sehingga pencegahan menjadi sulit pada saat melakukan pembedahan
katarak seperti prolaps badan kaca.Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu
dapat terjadinya katarak sekunder.
Sekarang ini terdapat pembedahan katarak dengan teknik Phacoemulsification yang
merupakan teknik EKEK modern, dimana lensa dikeluarkan melalui lubang yang dibuat
pada kapsul anterior. Inti (nukleus) lensa dihancurkan dengan jarum ultrasonik yang
kemudian diaspirasi. Sayatan kornea pada teknik ini minimal sekali ± 2-3 mm, sehingga
meminimalkan komplikasi yang dapat terjadi. Teknik ini relatif lebih aman, tetapi biaya
yang dibutuhkan lebih besar dan alat-alat yang digunakan lebih kompleks.
VISUAL REHABILITASI
Gambar 9. Skema IOL
Gambar 10. Pemasangan IOL
Pada kebutaan,karena katarak dengan visus terendah 1/ ∞ ( seper-tidak-terhingga )
dapat dilakukan rehabilitasi dengan ekstraksi katarak dan pemasangan lensa intra okuler.
Bila terdapat kontraindikasi pemasangan lensa intra okuler maka dapat diganti dengan
memakai kacamata dengan ukuran + 10 Dioptri untuk melihat jauh, dan adisi + 3 Dioptri
untuk melihat dekat pada mata yang refraksinya emetrop ( kacamata afakia ).
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur
Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
209
Gangguan Penglihatan Pada Lanjut Usia
Meilisa Maretta Arif, S.Ked (406080047)
GLAUKOMA
Glaukoma adalah penyakit mata yang umumnya terjadi pada usia di atas 40 tahun,
ditandai dengan :
Peningkatan tekanan
intraokular
Penyempitan lapangan
pandang
Atropi papil saraf opticus
Ada 2 macam glaukoma, yaitu :
1. primer
2. sekunder
Glaukoma Primer
Glaukoma primer ada 2 macam yaitu :
Glaukoma sudut sempit atau tertutup
Glaukoma sudut lebar atau terbuka
Glaukoma Sudut Tertutup
Pada glaukoma jenis ini melewati 4 stadium yaitu :
1. Stadium Prodormal
Stadium ini mempunyai ciri khas ialah terjadinya serangan ( Attack ) , tekanan
intraokuler mendadak meningkat, dengan keluhan pusing, visus menurun, mata sakit,
mual muntah, dan adanya halo disekitar benda yang dilihat. Gambaran obyektif
ditemukan adanya tanda kongestif berupa injeksi siliar, edema kornea dan iris, bilik
mata depan yang dangkal, dan pupil melebar.
2. Stadium Akut
Bila stadium prodormal tidak dikelola dengan baik,akan timbul stadium akut, keluhan
subyektif dan gambaran kongestif menetap, kadang-kadang disertai Cephalgia dan
mual. Pada funduskopi ditemukan Excavatio Glaucomatosa. Stadium ini merupakan
kedaruratan medis.
3. Stadium Kronis
Masih ada gambaran kongestif dengan tambahan kelainan yang disebabkan oleh
proses yang menetap dan lama, yaitu Keratophatia Bullosa dan Staphiloma Scelerae.
Tekanan intraokular yang tinggi, sulit diturunkan dengan obat.
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur
Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
210
Gangguan Penglihatan Pada Lanjut Usia
Meilisa Maretta Arif, S.Ked (406080047)
4. Stadium Absolut
Terjadi kebutaan ( Ophtalmological Blind ) dengan visus nol, tidak dapat melihat atau
menerima rangsang cahaya. Visus tidak dapat direhabilitasi dengan upaya apapun.
Gambar 11. Iridektomi Perifer
Upaya pencegahan kebutaan dan glaukoma harus dilakukan sedini mungkin ialah pada
stadium prodormal, dilakukan operasi Iridectomy. Bila terjadi perubahan ( Atrophy ) pada
papil saraf optik visus tidak lagi dapat normal.
Glaukoma Sudut Terbuka
Dalam perjalanan proses penyakit ini tidak pernah menimbulkan keluhan sakit yang
mencolok, visus turun perlahan dan lapangan pandang menyempit. Oleh karena tidak
sakit umumnya penderita datang berobat terlambat, pada pemeriksaan funduskopi sudah
tampak terjadi Excavatio Glaucomatosa dan atofi papil saraf opticus. Pengelolaan
penyakit ini lebih ditekankan pada pemakaian obat-obat anti glaukoma. Operasi baru
dilakukan bila tekanan intraokuler tinggi menetap tidak dapat turun dengan pemberian
obat. Pemakaian obat anti glaukoma dengan jangka panjang sering menimbulkan keluhan
dan efek samping obat. Obat dapat dihentikan sementara dan digantikan dengan tindakan
Laser Trabeculoplasty. Obat digunakan lagi setelah kira-kira 2 bulan.
Gambar 12. Laser Trabekulektomi
AGE RELATED MACULAR DEGENERATION ( ARMD )
Ada dua tipe ARMD yaitu :
1. Atrophic ARMD
2. Exudative ARMD
Beberapa faktor risiko terjadinya ARMD :
 Aterosklerosis
 Diet lipid tinggi
 Kadar kolesterol serum tinggi
 Merokok
 Refraksi anomali hipermetropia
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur
Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
211
Gangguan Penglihatan Pada Lanjut Usia
Meilisa Maretta Arif, S.Ked (406080047)
Teori mengemukakan bahwa ARMD disebabkan oleh kerusakan Retinal Pigment
Epithelium ( RPE ) akibat dari terkena paparan sinar yang kuat (Excessive Exposure to
Light) atau karena defisiensi vitamin anti oksidan dan mineral dalam diet, semua itu tidak
pasti.
Patogenesis ARMD berpangkal pada peningkatan resistensi sirkulasi koroid (tekanan
Chorio-Capilar), menyebabkan gangguan perfusi, gangguan metabolisme dalam RPE,
degenerasi dan atrofi RPE, ini merupakan gambaran ARMD tipe atrofi.
Peningkatan tensi Chorio-Capillaris menyebabkan gangguan transpor metabolit di
dalam RPE terjadi akumulasi drusendan deposit pada membrana basalis juga deposit lipid
dan membrana Bruch mudah terjadi RPE detachment serta membran neo vaskuler
Choroidal. Ini gambaran klasik dari ARMD exudative dan proliferative.
Prognosis Qua ad vitam dari kedua jenis ARMD ini adalah malam, terutama pada
tipe proliferative sangat mudah terjadi perdarahan sub-retina, akibat visus mendadak
hilang.
DEGENERASI RETINA SENILIS
Gambar 13. Retina Normal Pada Funduskopi
Gambar 14.
Funduskopi
Retina
AMD
Pada
Sejalan dengan bertambahnya umur maka organ-organ pada manusia pun mengalami
perubahan. Salah satu bagian organ mata yang juga mengalami perubahan yaitu retina.
Perubahan retina karena usia merupakan hal yang fisiologis, berupa Degenerasi Retina
Senilis.
Pada pemeriksaan obyektif didapatkan suatu gambaran fundus senilis berupa Fundus
Tygroid.
Faktor-faktor yang mendukung dari gambaran fundus normal adalah :
 Darah di dalam pembuluh darah besar dan Chorio-Capillaris Choroid merupakan
komponen merah.
 Kepadatan pigmen dalam sel RPE dan sel melanosit di lapisan koroid merupakan
komponen coklat.
 Jenis dan intensitas cahaya yang berasal dari alat yang untuk melakukan pemeriksaan
merupakan sinar gelombang panjang ( merah – kuning ).
Perpaduan komponen merah dan coklat, yang mendapat pacuan sinar merah dan kuning
mendapatkan hasil merah jingga yang cemerlang, sebagai gambaran fundus mata normal.
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur
Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
212
Gangguan Penglihatan Pada Lanjut Usia
Meilisa Maretta Arif, S.Ked (406080047)
Perubahan elemen-elemen di retina dan koroid yang menyebabkan terjadi gambaran
obyektif fundus Tygroid ialah :
 Sklerosis Involusional atau Sklerosis Senilis, terjadi pada arteriole di retina dan koroid,
menyebabkan berkurangnya komponen merah.
 Kerusakan RPE dapat menimbulkan bercak hiperpigmentasi dan kepadatan pigmen
dalam sel melanosit koroid.
Beberapa perubahan atau penurunan fungsi pada degenerasi retina senilis yaitu :
 Sebagai akibat dari hilangnya sel reseptor dalam sel saraf, kira-kira 2,5 % per dekade,
maka visus kurang tajam, kemunduran sensitivitas lapangan pandang, penurunan
sensitivitas kontras warna, dan kenaikan ambang adaptasi gelap.
 Perubahan kualitas saraf optik
Mengakibatkan jumlah akson saraf optik berkurang terjadi penambahan jaringan ikat
serta warna papil saraf optik lebih pucat. Atrofi peripapiler, depigmentasi sekeliling
papil menimbulkan warna pucat sekeliling papil.
DEGENERASI RETINA PERIFER (DRP)
Gambar 15. Gambaran DRP pada
funduskopi
Gambar 16. Gambaran angiografi pada DRP
Pada usia lanjut, retina di bagian perifer ( antara Ora Serata dan Equator ) mengalami
proses degenerasi lebih awal bila dibandingkan dengan bagian sentral.
Jenis-jenis yang sering ditemukan :
1. Paving Stone Degeneration ( Meyer Schwickerath, 1960 )
2. Cystoid Degeneration
3. Retinoschisis
Paving Stone Degeneration
Terjadi pada 40 % populasi usia di atas 45 tahun, lesi mulai di sebelah bawah.
Degenerasi jenis ini berhubungan dengan penipisan retina, hilangnya sejumlah sel
reseptor, membrana limitans luar serta sejumlah sel RPE, retina kurang melekat pada
membran Bruch dan adanya perubahan Chorio – Capillaris. Lesi permulaan berbentuk
bulat, diameter kira-kira 1,5 mm, melebar dan bergabung ( Confluency ) menjadi lebih
besar. Tidak ada terapinya.
Cystoid Degeneration
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur
Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
213
Gangguan Penglihatan Pada Lanjut Usia
Meilisa Maretta Arif, S.Ked (406080047)
Tampak ada rongga-rongga pada lapisan pleksiformis luar umumnya area temporoinferior. Lesi dapat menyebabkan gangguan lapangan pandang dan dapat berkembang
menjadi Retinoschisis.
Retinoschisis Senilis
Pemisahan lapisan retina, biasanya pada lapisan pleksiformis luar sebagai
perluasan dari degenerasi Cystoid yang progresif. Dinding retinoschisis dapat robek
dan terjadi retinal Detachment. Retinoschisis yang meluas kebelakang equator
menimbulkan gangguan lapangan pandang. Setiap ada lesi retinoschisis perlu
tindakan untuk mencegah retinal detachment, yaitu dengan laser fotokoagulasi.
III. KESIMPULAN
Pada lanjut usia terdapat banyak gangguan penglihatan yang disebabkan
karena adanya proses degenerasi seperti katarak, ARMD, penurunan tajam
penglihatan seperti presbiopia dll. Adanya gangguan penglihatan ini tidak hanya
berakibat secara fisik tetapi juga secara psikis dan sosial. Karena itulah maka
masalah gangguan penglihatan merupakan topik penting bagi disiplin geriatri.
Gangguan tersebut harus ditangani secara holistik, baik secara medis dan non medis
sehingga dapat membantu para lanjut usia agar dapat meningkatkan kualitas hidup
mereka.
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur
Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
214
Gangguan Penglihatan Pada Lanjut Usia
Meilisa Maretta Arif, S.Ked (406080047)
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Prof. Dr. H. Sidarta, Sp.M. Ilmu penyakit mata. Edisi kedua. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta. 2003
Lonergan, Edmund T. Et. Al., Geriatrics : A lange clinical manual. International edition.
Prentice-hall International Inc. 1996
Darmajo, R. Boedhi, H. Hadi Martono. Geriatri (ilmu kesehatan usia lanjut). Edisi kedua/
Balai Penerbit FKUI. 2000
http://www.emedicine.com
http://www.yahoo/images
http://www.google/images
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur
Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009
215
Download