Faizah Ali Syobromalisi

advertisement
PENYIMPANGAN SEKSUAL DALAM PANDANGAN ISLAM
Faizah Ali Syobromalisi
Email. [email protected]
Pendahuluan
Islam adalah agama fitrah yang mengakui fitrah manusia dalam semua aspek
kehidupannya, termasuk aspek yang terkait dengan pemenuhan dari dorongan
instink/gharizah seksual yang memang Allah ciptakan pada diri manusia. Menikah
disamping menjadi sarana untuk pemenuhan karena dorongan Seks itulah manusia
ditakdirkan memiliki pasangan atau berpasangan dalam satu pernikahan atau
pernikahan. Sejak muda naluri untuk berpasangan tumbuh dan mendorong pelakunya
berupaya bertemu dengan pasangannya. Itulah ketetapan Ilahi: ”Segala ssesuatu telah
kami ciptakan berpasang pasangan supaya kamu mengingat ( kebesaran Allah)” (QS.
az|-Z|âriat [51] 49)
Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974, Perkawinan adalah
ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa. Hidup berkeluarga, dengan demikian berarti
sebuah kehidupan yang mempunyai cit-cita, harapan dan tujuan, bukan sekedar
pemenuhan dorongan seksual atau kebersamaan diantara dua orang yang berlawanan
jenis. Cita-Cita berkeluarga adalah membentuk keluarga bahagia dan kekal serta
mendapatkan anak keturunan yang salih dan salihah. (QS. Al-Nahl 16:72).
Berdasarkan paparan diatas maka semua cara pemenuhan dorongan seks diluar
perkawinan dan diluar tujuan diatas dianggap sebagai penyimpangan seksual yang
bertentangan dengan ajaran agama dan peraturan pemerintah. Penyimpangan itu bisa
terjadi jika hubungan seks dilakukan dalam perkawinan tetapi dengan cara yang
bertentangan dengan ajaran agama, atau hubungan seks dilakukan di luar perkawinan
dengan sesama jenis. Yaitu bukan dilakukan antara laki-laki dengan perempuan.
Dengan kata lain dilakukan antara laki-laki dengan laki-laki yang dikenal dengan
homoseks atau dilakukan antara perempuan dengan perempuan yang dikenal dengan
lesbian.
Makalah singkat ini akan membahas penyimpangan seksual baik yang di sebut
akhir-akhir ini begitu menyedot perhatian masyarakat. Di Indonesia, meskipn
masyarakat pada umumnya masih memberikan penilaian negatif terhadap perilaku
seks menyimpang, namun demikian, pada tanggal 26 dan 27 Maret 2010 yang lalu di
Surabaya, direncanakan akan digelar sebuah kongres regional internasional kaum
homoseksual dan biseksual se-Asia yang dilaksanakan untuk ke-4 kalinya oleh
International Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender and Interessex Association atau
(ILGA) yaitu sebuah organisasi komunitas lesbian, gay dan biseksual di Asia.
Kontroversi dan protes keras masyarakat muncul bersamaan sehingga pada akhirnya
acara tersebut kemudian batal digelar.
Penyimpangan seksual yang kian marak di masyarakat merupakan fenomena
sosial yang tidak hanya berdampak buruk terhadap anak-anak dan para remaja yang
1
sedang menginjak usia pubertas, tetapi juga bagi orang tua dan kaum dewasa. Gaya
hidup permissive dan seks bebas menjadi salah satu alasan mengapa tingkat
penyimpangan seks di masyarakat terus bertambah. Tindakan homoseks atau sodomi
(liwat~ istilah Islam)1 dan lesbian. merupakan perbuatan yang jauh lebih berbahaya
dan lebih merusak daripada minuman keras dan sejenisnya.2
Pengertian Homoseks
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia ditemukan empat pengertian yang
terkait homoseks yaitu: Homoseks adalah hubungan seks dengan pasangan sejenis
(pria dengan pria), kemudian homoseksual adalah keadaan tertarik terhadap orang
dari jenis kelamin yang sama, homoseksualisme adalah paham homoseksual, dan
homoseksualitas adalah kecenderungan untuk tertarik kepada orang lain yang sejenis. 3
Pengertian lainnya dari homoseksual secara istilah, seperti dalam Wikipedia
Ensiklopedi Bebas dikatakan bahwa homoseksualitas mengacu pada interaksi seksual
dan/atau romantis antara pribadi yang berjenis kelamin sama secara situasional atau
berkelanjutan. Pada penggunaan mutakhir, kata sifat homoseks digunakan untuk
hubungan intim dan/atau hubungan seksual diantara orang-orang berjenis kelamin
yang sama, yang bisa jadi tidak mengidentifikasi diri mereka sebagai gay dan lesbian.
Homoseksualitas, sebagai suatu pengenal, pada umumnya bertolak belakang dengan
heteroseksualitas dan biseksualitas. Istilah gay adalah suatu istilah yang digunakan
untuk merujuk kepada pria pelaku homoseks. Sedangkan lesbian adalah istilah yang
digunakan untuk merujuk kepada wanita yang melakukan hubungan sex dengan jenis
kelamin yang sama.
Istilah homoseksual sendiri untuk pertama kali diperkenalkan pada tahun 1868
bersamaan dengan istilah heteroseksual (kebalikan dari homoseksual ~ yaitu
hubungan seks antara orang yang berbeda jenis kelamin) dan pertama kali dicetak
pada tahun 1869 oleh penulis Hungaria Karl Maria Kertbeny (1824-1882). Dan
kemudian dipopulerkan oleh Richard Freiberr son Kraff-Ebing dalam bukunya
Psycopathia Sexualis4
Istilah lain yang digunakan untuk mengartikan perilaku homoseks adalah
sodomi, sodomi sendiri dalam istilah kedokteran berarti hubungan seks melalui anus,
yakni hubungan seks yang sering dilakukan oleh orang-orang yang homoseks yaitu
hubungan dengan jenis kelamin yang sama.
Homoseks dan Lesbian dalam Rekaman Al-Qur’ân
Perbuatan homoseksual dan akibatnya disebutkan dalam al-Qur’ân diantara
kisah-kisah umat nabi-nabi yang durhaka dan dijatuhi hukuman oleh Allah, yaitu
1
Muhammad bin Ibrahim Az-Zulfi, Bahaya Homoseksual terhadap Kehiberr son idupan
Manusia (Jakarta: Mizan Publika, 2005), hal. 6.
2
Ustman Ath-Tahwil, Ajaran Islam tentang Fenomena Seksual, Penerjemah Saefuddin Zuhri,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), hal. 68-74.
3
Anton Mulyono, eds. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka,
2007), hal. 407.
4
http://home. Medewerker.uva.nl/g.hekma/bestanden/homhsexuality.d0c. Diakses tgl 24 juli
2010
2
kisah umat nabi Luth. Informasi al-Qur’ân tentang homoseks, liwath atau sodomi
dalam Islam diungkap dalam al-Qur’ân. salah satunya adalah ayat berikut:

               
              
Dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (ingatlah) tatkala
Dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan
faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini)
sebelummu?"(80). Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan
nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum
yang melampaui batas.(81) ). (QS. al-‘Arâf [7]: 80-81).
Ayat ini menjelaskan bagaimana Nabi Luth menegur kaumnya yang
melakukan tindakan yang sangat buruk yang perlu diluruskan yaitu melampiaskan
nafsu syahwat kepada sesama jenis, sehingga perbuatan tersebut disifati sebagai alfahisyah. Quraish Shihab memaknai kata ( ‫ الفحشة‬al-fahisyah ) yakni melakukan
pekerjaan yang sangat buruk yaitu homoseksual. penyebutan al-fahisyah merupakan
penyebutan puncak dari suatu keburukan. Tambahan kata “al” dalam firman Allah
“al-fahisyah” adalah untuk memperkuat informasi yang ada sebelumnya. Seolah-olah
aktivitas ini merupakan sebuah perbuatan keji yang sudah diketahui keburukannya
oleh setiap orang.
Apa yang dilakukan oleh penduduk Sadum (kaum nabi Luth as.) tidak hanya
penyimpangan aqidah (syirik) tetapi menurut Quraish Shihab juga penyimpangan
orientasi sex mereka yaitu kebiasaan buruk mereka dalam berhubungan sex dengan
sesama jenis. Bahkan Quraish Shihab kembali menegaskan, bahwa keburukan yang
paling besar dan yang tiada taranya dari kaum nabi Luth as. Setelah kemusyrikan
adalah homoseksual.
Di ayat ini, dijelaskan bunyi teguran Nabi Luth as. kepada mereka, bahwa
perbuatan mereka yang keji, buruk dan busuk itu belum pernah dikerjakan oleh
seorangpun seisi alam yang ada waktu itu. Sehingga bisa dikatakan bahwa kaum yang
pertama kali melakukan perbuatan homoseks di dunia ini adalah kaum Nabi Luth as.
yang menempati wilayah di sekitar laut mati yaitu Sadum (sodom) dan Amurah
(Gamurrah).
Inilah yang mempertegas pendapat banyak ahli bahwa kaum Nabi Luth as.
adalah golongan manusia pertama sepanjang sejarah kemanusiaan yang melakukan
perilaku menyimpang yaitu homoseksual, perilaku lebih menyenangi sesama jenis,
bukan lawan jenis. Perbuatan mana tidak pernah dilakukan oleh umat-umat
sebelumnya, karena perbuatan itu melanggar fitrah manusia dan tujuan
penciptaannya, yaitu memiliki kecendrungan kepada lawan jenisnya untuk
memelihara kesinambungan jenis manusia di dunia. Penutup ayat ini berisi celaan
kepada para pelaku homoseks dengan stigma buruk yaitu mereka dianggap sebagai
orang-orang yang berlebih-lebihan (musrifun).
Hubungan seks antar manusia berlainan jenis adalah fitrah dan Sunnatullah,
apabila dilakukan di atas koridor-koridor akhlak dan etika yang baik yaitu hubungan
seks dalam payung pernikahan yang suci, tetapi apa yang dilakukan oleh penduduk
3
Sadum, yaitu hubungan seks sesama jenis atau homoseks tidak ditemukan dalil
apapun yang membenarkan perbuatan tersebut. Oleh sebab itu ayat berikut ini datang
dalam bentuk redaksi yang dimulai dengan pertanyaan, (dalam bentuk (istifham
inkari), bukan untuk meminta jawaban mereka, karena mereka sudah tahu
jawabannya, tetapi sebaliknya adalah untuk mengingkari perbuatan mereka. Allah
berfirman dalam persoalan ini:
               
 
“Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia, (165). “Dan
kamu tinggalkan isteri-isteri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan
kamu adalah orang-orang yang menentang (ketentuan Allah)". (166). (QS.
Asy-Syu‟ara [26] 165-166)
Disebutkan dalam ayat ini bahwa kaum Luth telah meninggalkan perempuanperempuan yang menjadi istri-istri dan pasangannya yang secara naluriah seharusnya
kepada merekalah laki-laki menyalurkan naluri seksualnya. Karena itulah fitrah asli
manusia yang berjenis kelamin laki-laki. Allah telah mengambarkan yang demikian
itu dalam firmannya :
            
   
  
Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, Maka
datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu
kehendaki. dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu QS. al-Baqarah
[2] 223).
Kalau hubungan antara dua jenis dalam perkawinan yang legal, selain
dilandasi oleh kenikmatan jasmani juga kenikmatan rohani dan tanggung jawab
memelihara keturunan sebagai hasil dari hubungan tersebut, Orang yang melakukan
homoseksual hanya merasakan kenikmatan jasmani, lepas dari tanggung jawab
sebagai akibat dari perbuatannya. Oleh sebab itu, penutup ayat ini menyebutkan
bahwa orang-orang yang melakukan homoseksual sebagai orang-orang yang
melampaui batas melawan atau memusuhi ketentuan Allah (al- ‘adun), yaitu
menentang fitrah manusia, karena hubungan seks yang merupakan fitrah manusia
hanyalah kepada lawan jenisnya.
Penutup ayat ini juga mengisyaratkan bahwa kelakuan kaum Nabi Luth as. itu
selain melampaui batas fitrah kemanusiaan, sekaligus menyia-nyiakan potensi mereka
yang seharusnya ditempatkan pada tempatnya yang wajar, guna kelanjutan jenis
manusia. Apabila perbuatan kaum Nabi Luth itu tumbuh subur maka tidak akan ada
lagi regenerasi kehidupan, karena fitrah alami seksualitas manusia terhadap lawan
jenis adalah bertujuan untuk perkembangbiakkan manusia di dunia.
Penyakit yang menjangkiti kaum Sadum saat itu, memang perilaku seks yang
menyimpang dari para laki-laki yang lebih menyukai laki-laki. Namun Hamka
mengatakan, oleh karena laki-laki lebih menyenangi laki-laki, sehingga perempuan
tidak diberi kepuasaan setubuh oleh laki-laki, maka penyakit kecendrungan sex
sesama jenis semacam ini bisa pula berjangkit di kalangan sesama perempua, dimana
4
perempuan lebih menyenangi perempuan. Perilaku demikian ini belakangan dikenal
dengan istilah lesbian. Sungguh dapat dibayangkan kehancuran akhlak penduduk
Sadum saat itu, mereka telah memberikan contoh terburuk untuk semua manusia
sepanjang zaman.5
Dari sini bisa dikatakan bahwa apapun istilah yang digunakan untuk menyebut
perilaku homoseksual dan lesbian, tetaplah ia merupakan perbuatan keji. Perbuatan
homoseksual lebih keji dari perbuatan seks binatang, karena binatang tidak
melakukannya dengan sesama jenis
Homo dan lesbi di era moderen
Pada perkembangan selanjutnya (masa modern) perbuatan kaum Luth ini
semakin menggila, bahkan dengan dalih Hak Asasi Manusia banyak orang yang
kemudian mencoba melegalkan perilaku ini sebagai sebuah pilihan hak asasi atas
dasar hak hidup yang merata bagi setiap orang. Sikap mereka itu persis seperti sikap
dan pandangan sementara orang. Bahkan beberap negara, di dunia barat dewasa ini
telah membenarkan secara hukum hubungan seks pria dengan pria, dan
menganggapnya sesuatu yang normal serta bagian dari Hak Asasi Manusia.6
Di era modern ini penyimpangan seksual semakin marak, bahkan dengan dalih
Hak Asasi Manusia sehingga banyak orang yang kemudian mencoba melegalkan
perilaku ini sebagai pilihan atas dasar hak asasi manusia. Namun Islam tidak
membenarkannya baik secara fitrah maupun sunnatullah. Karena manusia secara
fitrah diciptakan berpasang-pasangan,(QS. Adz-Dzariat [51]: 49) bukan mahluk yang
berjenis kelamin sama.
Persoalan ini menjadi perdebatan hangat khususnya dikalangan muslim liberal
. menurut merea setiap manusia baik laki-laki maupun perempuan memiliki
kebebasan berekspresi sesuai dengan keinginannya , termasuk dalam orientasi seksual
mereka. Sehingga dalam pandangan mereka seseorang baik ia iatu homo atau bukan
lesbi atau bukan adalah persoalan pilihan hidup.yang psti menurut mereka kwalitas
seseorang disisi Allah dinilai dari kwalitas ketaqwaannya . sementra ayat-ayat yang
terkait dengan kisah kaum luthmenurut mereka tidak secara explicit terkait dengan
dengan homo dan lesbi, tetapi yang dilarang adalah perilaku liwat atau sodomi.
Padahal perilaku sodomi bisa dilakukan oleh siaopa saja baik homo maupun bukan
homo atau hetero.
Penjelasan ini sebenarnya masuk akal,namun sebenarnya manipulative. Pada
penjelasan sebelumnya telah ditunjukkan bahwa homoseksual merupakan
merupakaan sebuah istilah khususyang mengarah kepada hubungan sekssual bukan
sekedar ungkapan kasih sayamng . sehingga jika disebut kaum homoseksual dan lesbi
pasti ia melakukan praktek keji terdsebut.sebab seseorang tidak lantas disebut homo
atau lesbi jika ia merasa tertarik atau kagum kepada sesama jenis misalnya .oleh sebab
itu persoalan ini perlu dijelaskan secara proposional dan ilmiah sehingga jelas
posisinya dalam agama.
5
6
Hamka, Tafsir al-Azhar Juz VIII, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984), hal. 288
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Vol. 6, hal. 313.
5
Faktor-faktor pemicu penyimpangan sexual
Menurut pakar Andrologi dan seksologi, Wimpie Pangkahila, seseorang
berpotensi menjadi homoseks karena beberapa faktor, diantaranya gangguan
psikoseksual pada masa kecil, faktor biologis (kelainan otak dan genetik), faktor sosio
kultural dan faktor lingkungan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendapat yang mengatakan
homoseks terbentuk karena faktor biologis merupakan pendapat yang masih
kontroversi. Psikolog Dadang Hawari bahkan mengatakan bahwa faktor utama
penyebab homoseksualitas adalah lingkungan.
Keberadaan faktor-faktor di atas yang membuat seseorang bisa melakukan
penyimpangan seks, tidak serta merta membenarkan perbuatan homoseksual itu
sendiri, atau mengatakan bahwa menjadi gay atau lesbi adalah kodrat atau takdir, atau
melegalkannya atas nama hak asasi manusia. Karena manusia adalah mahluk yang
memiliki kebebasan untuk menentukan pilihannya. Dengan akalnya seharusnya
manusia dapat mengendalikan dorongan-dorongan hasratnya, mengatasi tuntutantuntutan biologisnya sesuai dengan tuntunan agama, bukan dengan menjerumuskan
diri dalam perbuatan yang bertentangan dengan hukum-hukum Allah swt. Allah telah
menurunkan kitab suci yang telah menjelaskan hukum-hukumnya secara jelas, tentang
perbuatan baik dan buruk tentang pahala dan dosa yang akan dimintakan pertanggung
jawabannya kelak di akhirat.
Pencegahan penyimpangan sexual
Tindakan homoseks tentu lahir dari gejolak dan dorongan yang bersifat
instingtif atau gharizah. Gejolak ini timbul karena ada rangsangan. Untuk itu cara
mencegah aktivitas seks menyimpang tersebut adalah dengan menjauhi dan
menghilangkan rangsangan-rangsangan terkait dengannya.
Dalam masalah ini Rasulullah bersabda:”Janganlah seorang laki-laki melihat
aurat laki-laki ,jangan pula perempuan melihat aurat perempuan. Janganlah seorang
laki-laki tidur dengan seorang laki-laki dalam satu selimut, begitu juga perempuan
jangan tidur dengan perempuan lainnya dalam satu selimut”. (HR Muslim). Lakilaki yang melihat aurat laki-laki atau perempuan melihat aurat sesama perempuan bisa
terangsang. Ini adalah bibit dari penyimpangan seksual, apalagi kalau tidur dalam satu
selimut. Islam sangat menjaga hal ini. Terbukti dengan perintah memisahkan kamar
tidur anak, baik dengan orang tua maupun dengan saudara kandungnya yang
perempuan sejak anak berumur tujuh tahun atau sebelum baligh.
Islam juga melarang penampilan laki-laki yang meniru perempuan dan
perempuan yang meniru laki-laki (HR. Bukhari). Rasulullah juga menganjurkan
berpuasa bagi orang yang menghadapi rangsangan seksual tapi belum mampu
berumah tangga.
Cara lain mencegah penyimpangan seksual adalah dengan melarang dan
menghentikan pornografi dan pornoaksi baik di TV maupun dunia maya apalagi
terkait dengan film-film yang memamerkan dan mempromosikan penyimpangan
seksual. Sesuai perintah Allah swt. yang melarang penyebaran al-fahisyah dikalangan
orang mukmin, Allah berfirman:
6
   
              
    
“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat
keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang
pedih di dunia dan di akhirat. dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak
Mengetahui. (QS. An-Nur [24] 19)
Hukuman Bagi Pelaku Seksual Menyimpang
Apa yang diperbuat oleh laki-laki kaum Sadum saat itu sudah keterlaluan,
karena lebih menyukai laki-laki dari pada perempuan. Akal dan aqidah sudah tidak
dapat lagi mengekang hawa nafsu mereka. Sehingga mreka keluar dari fitrah dan
batas-batas kemanusiaan. Seharusnya laki-laki. yang normal, yang sehat jasmani dan
rohaninya adalah jika dia menghadapi kaum perempuan, yaitu isteri-isteri yang telah
dinikahinya, mereka bersyahwat .7Kaum Luth yang melakukan penyimpangan seksual
dihukum Allah swt. Sebagaimana firmannya:
 
          
“Dan kami turunkan kepada mereka hujan (batu); Maka perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu” (QS. Al-‘Araf [7] 84)
Dalam ayat ini Allah menjelaskan hukuman yang membinasakan kaum Luth
yaitu diturunkannya hujan kepada mereka. Namun pada ayat ini tidak dijelaskan jenis
hujan yang diturunkan, apakah hujan seperti yang kita kenal, yang biasanya memberi
kemanfaatan bagi kehidupan mahluk dibumi, meskipun kadang-kadang berpotensi
menjadi sumber bencana, ataukah jenis hujan lain yang mampu membinasakan
manusia dalam sekejap.
Sayyid Quthb memaknai kata hujan disini dengan hujan air yang biasa
dikenal. Dengan pemahaman ini ia mengatakan dalam tafsirnya bahwa pilihan hujan
sebagai alat pemusnah bagi kaum Luth itu mengandung hikmah bahwa mengeluarkan
air mani disamping memiliki sisi kenikmatan, seharusnya untuk meminta keturunan
demi memakmurkan bumi ini. Begitu juga dengan hujan. hujan itu seharusnya adalah
sarana untuk kesuburan tanah dan kelangsungan kehidupan mahluk dibumi. Tetapi
mereka melakukan penyimpangan dalam mengeluarkan air mani di tempat yang
bukan tempatnya. Sehingga tujuan sebenarnya dari pengeluaran mani itu tidak
tercapai. Maka Allah juga meyelewengkan fungsi hujan dengan menurunkannya
sebagai nikmah atau bencana bukan ni’mah atau sumber kemanfaatan. Ini adalah
balasan yang sangat setimpal dengan kejahatan mereka melawan fitrah dan kodratnya
sebagai hamba Allah swt. 8
Hukuman bagi kaum Luth juga dijelaskan dalam firmannya :
7
8
Ibid., hal. 242.
Sayyid Quthub, fi zhilal al-Qur’an Jakarta gema insane Press, 2008. Cet ke II, jilid 6, hal
7

               
         
Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di
atas ke bawah (kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari
tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, Yang diberi tanda oleh Tuhanmu,
dan siksaan itu Tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim (QS Hud [11]: 8283)
Ayat ini menjelaskan hukuman yang lebih rinci terhadap kaum Luth karena
perbuatan mereka yaitu Allah balikkan negri mereka ,yakni Allah jungkir balikkan
bumi tempat mereka berpijak, dan Allah turunkan hujan batu sijjil keatas kepala
mereka secara bertubi-tubi. Batu sijil adalah batu yang sudah diberi tanda dari sisi
Tuhannya, sebagai sarana untuk membinasakan hamba-hambanya yang durhaka.
Memahami makna ayat ja‟alna „aliyaha safilaha yang berarti kami jadikan
yang di atasnya ke bawahnya- menurut Quraisy shihab selain memberi gambaran
tentang kehancuran total negri kaum Luth , juga mengesankan persamaan sanksi itu
dengan kedurhakaan mereka. Bukankah mereka juga memutar balikkan fitrah
manusia. Seharusnya pelampiasan syahwat dilakukan dengan lawan jenis, tetapi
mereka membalikkannya menjadi perbuatan homoseks. Seharusnya ia dilakukan
dengan penuh kesucian, tetapi mereka menjungkir balikkannya denagan perbuatan
yang penuh kekotoran dan kekejian. Seharusnya ia tidak dibicarakan secara terbuka,
tidak dilakukan ditempat umum, tetapi mereka menjungkir balikkannya dengan
membicarakannya di tempat-tempat terbuka dan melakukan perbuatan terkutuk itu
dimuka umum. Dengan demikian saksi yang diberikan sesuai dengan kesalahan.9
Hukuman yang ditimpakan kepada kaum Luth adalah sebuah gambaran
tentang kehancuran total yang membalik segala sesuatu, mengubah semua tanda dan
menghapuskannya. Pembalikkan negeri yang di atas menjadi di bawah ini serupa
dengan keterbalikkan fitrah mereka dari kelas manusia ke peringkat binatang, bahkan
lebih rendah dari binatang. Karena binatang masih setia mengikuti batas-batas fitrah
sebagai binatang. Ini memberikan maksud bahwa binatang yang tidak dibekali oleh
akal pun masih mengikuti fitrah tidak melakukan hubungan sejenis, akan tetapi kaum
Sadum betul-betul mereka sudah berbuat keji.
Untuk menghindari semakin maraknya penyimpangan seksual di masyarakat
karena dampaknya yang berbahaya seperti merebaknya penyakit HIV dan Aids, maka
pemerintah dihimbau untuk memberikan sanksi kepada pihak-pihak yang menyebar
luaskan penyimpangan seksual secara kasat mata tanpa memperhatikan etika dan
moral.
Hukuman dan sanksi terhadap perilaku sex menyimpang baik itu perilaku
homoseks maupun lesbian, sejalan dengan perintah Allah swt. Allah telah mengecam
perempuan-perempuan yang melakukan penyimpangan sexual berupa hubunga
dengan sesama perempuan dalam firmannya :
9
Quraish shihab, tafsir al-Misbah, jilid 6, hal 316-317
8
           
           
 
Dan (terhadap) Para wanita yang mengerjakan perbuatan keji10 hendaklah
ada empat orang saksi diantara kamu (yang menyaksikannya). kemudian
apabila mereka telah memberi persaksian, Maka kurunglah mereka (wanitawanita itu) dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah
memberi jalan lain kepadanya.” (QS. An-Nisaa [4] 15)
Pada ayat sebelumnya Allah swt telah menjelaskan hukuman (hududullah),
dan ancaman Allah bagi orang-orang yang melanggar peraturannya didunia ini,
disamping kabar gembira bagi orang-orang yang menta’atinya. Maka pada ayat ini
datang ancaman dan hukuman bagi perempuan-perempuan yang melakukan
pelanggaran dalam bidang sexual, yaitu melakukan hubungan dengan sesama jenis,
yang dikenal dengan istilah lesbian. Perbuatan seksual menyimpang dari perempuanperempuan itu ditunjukkan oleh ayat ini yang dimulai dengan kata sambung (isim
maushul) wa-allatiy, yang biasa digunakan untuk menunjuk kepada perempuanperempuan. Hukuman bagi pelaku yang tertangkap basah melakukan perbuatan
lesbian adalah mengurung mereka di dalam rumah, yang dikenal dalam ilmu
kesehatan dengan dikarantina, sampai tiba ajal mereka, atau sampai ada jalan keluar
yang ditunjukkan Allah swt.
Hikmah dikurungnya pelaku lesbian didalam rumah menurut Mutawalli
Sya’rawi adlah selain mengucilkan mereka dari berhubungan dengan orang lain, juga
sebagai upaya pencegahan agar penyakit lebih menyukai sesama jenis ini tidak
menyebar di masyarakat dan menulari perempuan-perempuan lain yang menjadi
korbannaya 11
Ayat berikutnya menjelaskan tentang hukuman bagi pelaku homoseksual
yaitu firman Allah swt :
  
  
         
“Dan terhadap dua orang (laki-laki) yang melakukan perbuatan keji di antara
kamu, Maka berilah hukuman kepada keduanya, Kemudian jika keduanya
bertaubat dan memperbaiki diri, Maka biarkanlah mereka. Sesungguhnya
Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. QS.An-Nisaa [4]:16
Ayat ini dimulai dengan kata sambung (isim maushul) alladzani, yang
menunjuk kepada dua orang laki-laki. Tentu yang dimaksud adalah dua orang lakilaki yang melakukan hubungan seksual. Jenis hukuman atau had bagi pelaku homo
seks tidak dirinci dalam ayat ini, hanya disebutkan perlunya menghukum mereka.
Hukuman bagi pelaku homoseks telah dijelaskan dalam ayat-ayat yang lalu
disamping banyak dijelaskan dalam hadits-hadits Rasul saw.
10
Perbuatan keji: menurut jumhur mufassirin yang dimaksud perbuatan keji ialah perbuatan
zina, sedang menurut Pendapat yang lain ialah segala perbuatan mesum seperti : zina, homosek dan
yang sejenisnya. menurut Pendapat Muslim dan Mujahid yang dimaksud dengan perbuatan keji ialah
musahaqah atau lesbian(hubungan seks antara wanita dengan wanita).
11
Al-Sya’rawi, tafsir, jilid 4, hal. 2065
9
Tidak disebutkannya jenis atau cara hukuman bagi para pelaku homoseksualmenurut syeh sya’rawi- bukan berarti perbuatan homosek itu tidak akan dimintakan
pertanggung jawabannya kelak di akhirat, semua perbuatan yang melanggar peraturan
Allah pasti ada hukumannya. Khusus bagi perbuatan homoseks tidak ada disebutkan
hukumannya dalam al-Qur’an, seakan-akan Allah swt ingin menunjukkan kepada kita
bahwa perbutan homoseks adalah perbuatan yang seharusnya tidak dilakukan atau
tidak pernah terbayang akan dilakukan oleh manusia, karena bertentangan dengan
fitrah manusia yang telah Allah ciptakan berpasang-pasangan:”Dari segala sesuatu
kami ciptakan berpasang-pasangan”. ( QS Al-Dzariyat/51:49 ). Hukumannya tentu
lebih besar dari sekedar perbuatan zina, yaitu melakukan hubungan seks dengan
lawan jenis diluar perkawinan. 12
Perbuatan homoseksl dianggap lebih keji dari perbuatan binatang, karena
binatang tidak melakukan penyimpangan seks dengan sesama jenis. Manusia yang
diciptakan sebagai mahluk termulia dimuka bumi ini (QS al-Isra’[17]70),
menghinakan diri dengan perbuatannya sendiri sehingga Allah menghinakan mereka.
Firman Allah swt. yang artinya: “Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia
dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (4 “Kemudian kami kembalikan dia ke tempat
yang serendah-rendahnya (neraka) (5).(QS. At-Tin [95] 4-5).
12
Al-Sya’rawi, tafsir, jilid 4, hal. 2067-2068
10
Download