ISSN 1411 - 0393 TANGGUNGJAWAB AUDITOR UNTUK MEMPERTIMBANGKAN KEMAMPUAN SATUAN USAHA DALAM MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN HIDUPNYA Bambang Suryono*) ABSTRAK Standar Auditing Seksi 341 (dalam Standar Profesional Akuntan Publik) menegsakan tentang tanggungjawab auditor independen untuk mengungkapkan kemungkinan perusahaan (entitas) dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Auditor harus mendisklus apabila dijumpai kesangsian tentang kemampuan satuan usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Kelangsungan hidup satuan usaha dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal yang berlawanan. Pada umumnya informasi yang secara signifikan berseberangan dengan asumsi kelangsungan hidup satuan usaha adalah berhubungan dengan ketidak mampuan satuan usaha dalam memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo tanpa melalui penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, dan kegiatan yang lain. Pengungkapan kelangsungan hidup (going concern) menjadi sangat signifikan dalam pelaporan audit manakala auditor menjumpai kondisi – kondisi yang mengancam kelangsungan hidup suatu satuan usaha. Kata-kata kunci : Kelangsungan Hidup, Rencana Manajemen. 1. KONSEP KELANGSUNGAN HIDUP USAHA. Akuntansi finansial sebagai suatu praktik, yang harus diaplikasikan sesuai Standar Akuntansi akan dipengaruhi oleh konsep dasar akuntansi. Mempelajari konsep dasar akan bermanfaat karena dari konsep dasar inilah dapat dijelaskan mengapa prinsip akuntansi disusun seperti Standar Akuntansi yang sekarang berlaku. Agar lebih bermakna menurut Paton dan Littleton (lihat Suwardjono 1989) seperangkat Standar harus mempunyai kaitan yang jelas dengan tujuan akuntansi dan agar berlandaskan pada konsep-konsep yang jelas dan dapat diterima. Terdapat tujuh konsep dasar yang dikemukakan oleh Paton dan Littleton tersebut, yaitu konsep kesatuan usaha, konsep kontinuitas (kelangsungan *) Drs.Bambang Suryono, SH, Ak., adalah dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya Tanggung Jawab Auditor (Bambang Suryono) 55 hidup) usaha, konsep kos sebagai bahan olah akuntansi, konsep kos berdaya ikat, konsep upaya dan hasil, konsep bukti berdaya uji dan obyektif serta konsep akuntansi mengakui adanya asumsi yang relevan. Konsep kelangsungan hidup usaha mendasarkan pada suatu asumsi bahwa kalau tidak ada suatu kondisi atau rencana pasti bahwa suatu perusahaan akan dibubarkan atau dilikuidasi maka dianggap perusahaan akan berlangsung terus sampai waktu yang tidak terbatas. Sehingga, kepraktisan dan kemudahan merupakan dasar pemikiran konsep ini, karena jalannya perusahaan di masa mendatang tidak dapat diduga secara pasti. Karena ketidak pastian tersebutlah maka cara terbaik bagi akuntansi adalah menganggap satuan usaha akan ”hidup terus”. Alasan yang paling masuk akal tidak ada orang mendirikan perusahaan (bukan proyek) secara sporadik dan berjangka pendek sehingga begitu hasil yang diinginkan tercapai kemudian perusahaan dibubarkan. Sehubungan dengan hal tersebut maka harapan dari pendiri perusahaan adalah ”kontinuitas/kelangsungan hidup usaha”. Oleh karenanya ”kelangsungan hidup” menjadi sesuatu yang normal/wajar dalam kehidupan satuan usaha. Laporan keuangan (financial statement) sebagai produk akuntansi keuangan, yang merupakan media untuk mengkomunikasikan posisi keuangan dan kinerja satuan usaha, harus menjamin bahwa satuan usaha berada dalam kondisi yang terjaga kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas (tidak lebih satu tahun sejak tanggal laporan keuangan). 2. PROSEDUR AUDIT ATAS KONDISI DAN PERISTIWA YANG TERKAIT DENGAN KELANGSUNGAN HIDUP USAHA Penilaian auditor terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya didasarkan atas pernyataan tentang kondisi dan peristiwa yang ada pada atau yang telah terjadi sebelum pekerjaan lapangan selesai. Auditor harus mempertimbangkan apakah hasil prosedur audit yang telah dilaksanakan dapat mengidentifikasi keadaan atau peristiwa yang secara keseluruhan menunjukkan adanya kesangsian besar mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kontinuitas usahanya dalam waktu yang pantas. Tidak ada prosedur khusus untuk mengidentifikasi kondisi dan peristiwa yang jika dipertimbangkan secara keseluruhan menunjukkan bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas. Seyogianya sejak perencanaan audit sudah dapat diperkirakan bahwa program audit harus sudah mencakup kemungkinannya untuk mengidentifikasi kondisi dan peristiwa yang berkaitan dengan kontinuitas usaha. Contoh prosedur yang dapat mengidentifikasi kondisi atau peristiwa tersebut yaitu : prosedur analitis penelaahan subsequent events penelaahan kepatuhan terhadap syarat-syarat utang dan perjanjian penarikan utang 56 Ekuitas Vol.4 No.1 Maret 2000 : 55-60 pembacaan notulen rapat pemegang saham, dewan komisaris dan komite atau panitia penting yang dibentuk. pengajuan pertanyaan kepada penasihat hukum satuan usaha tentang perkara pengadilan, tuntutan, dan pendapatnya mengenai hasil suatu perkara pengadilan yang melibatkan satuan usaha tersebut. konfirmasi pada pihak-pihak yang mempunyai hubungan instimewa dan pihak ke tiga mengenai rencana perjanjian penyediaan atau pemberian bantuan keuangan. Beberapa kondisi atau peristiwa berikut ini (namun tidak terbatas) yang mengakibatkan kesangsian terhadap kelangsungan hidup satuan usaha adalah : (a) Kerugian operasi yang berulangkali terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas dari kegiatan usaha negatif, rasio keuangan penting yang jelek. (b) Kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran dividen, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit biasa, restrukturisasi utang, tidak dipenuhinya persyaratan permodalan menurut undang-undang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pembelanjaan baru, atau penjualan sebagian besar aktiva. (c) Pemogokan kerja atau kesulitan hubungan dengan perusahaan lain, ketergantuangan besar atas sukses proyek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis. (d) Pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya undang-undang atau masalah-masalah lain yang kemungkinan membahayakan kemampuan satuan usaha untuk beroperasi; kehilangan franchise, lisensi atau paten yang penting; kehilangan pelanggan atau pemasok utama; kerugian akibat bencana besar seperti gempa bumi, banjir, kekeringan yang tidak diasuransikan atau diasuransikan namun dengan pertanggungan rendah. 3. MEMPERTIMBANGKAN RENCANA MANAJEMEN Apabila auditor yakin terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas, maka langkah selanjutnya auditor harus mempertimbangkan rencana manajemen dalam upayanya untuk menghadapi dampak merugikan atas kondisi atau peristiwa tersebut. Auditor harus mengevaluasi apakah rencana manajemen untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut dapat dilaksanakan efektif. Pertimbangan auditor yang berhubungan dengan rencana manajemen meliputi : (a) Apabila manajemen merencanakan menjual aktiva. Perlu dievaluasi tentang kemungkinan pembatasan terhadap penjualan aktiva, seperti adanya pasal yang membatasi transaksi tersebut. Di samping itu perlu dipikirkan pula apakah dalam kenyataannya aktiva tersebut memang dapat dipasarkan serta bagaimana dampak langsung maupun tidak langsung dari penjualan tersebut. Tanggung Jawab Auditor (Bambang Suryono) 57 (b) Apabila manajemen merencanakan utang atau restrukturisasi utang. Auditor perlu mengevaluasi kemungkinan tersedianya pembelanjaan melalui utang termasuk perjanjian kredit yang telah ada atau telah disanggupi, mengevaluasi kemungkinan dampak yang timbul terhadap rencana penarikan utang dengan adanya batasan yang ada sekarang dalam menambah pinjaman atau cukup tidaknya jaminan yang dimiliki satuan usaha. (c) Apabila manajemen merencanakan untuk mengurangi atau menunda pengeluaran. Auditor harus mendeteksi kemungkinan dampak yang timbul akibat kebijakan pengurangan terhadap pengeluaran-pengeluaran, apakah pengurangan terhadap biaya overhead, administrasi ataupun penundaan terhadap biaya penelitian. (d) Apabila manajemen merencanakan menaikkan modal pemilik. Auditor harus mengevaluasi kelayakan rencana untuk menaikkan modal pemilik termasuk perjanjian yang ada atau yang disanggupi untuk menaikkan tambahan modal, demikian pula terhadap kebijakan manajemen dalam merencanakan pengurangan dividen atau untuk mempercepat distribusi kas dari perusahaan afiliasi atau investor lain. 4. PERTIMBANGAN DAMPAK INFORMASI KELANGSUNGAN HIDUP SATUAN USAHA TERHADAP LAPORAN KEUANGAN Kesangsian kelangsungan hidup usaha apabila benar-benar ada, maka auditor harus mempertimbangkan apakah disclosure yang terdapat dalam laporan keuangan dianggap wajar. Beberapa disclosure yang diungkapkan antara lain : (a) Kondisi atau peristiwa yang menimbulkan kesangsian besar mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas. (b) Dampak yang mungkin ditimbulkan oleh kondisi atau peristiwa tersebut. (c) Kemungkinan dihentikannya operasi satuan usaha. (d) Informasi mengenai kemungkinan pulihnya kembali keadaan satuan usaha. 5. TANGGUNGJAWAB AUDITOR DALAM PENGUNGKAPAN KELANGSUNGAN HIDUP SATUAN USAHA Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas, maka auditor harus memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi tersebut, serta “menetapkan” kemungkinan rencana tersebut 58 Ekuitas Vol.4 No.1 Maret 2000 : 55-60 dapat secara efektif dilaksanakan. Jika manajemen tidak memiliki rencana yang mengurangi dampak kondisi terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, auditor harus mempertimbangkan opini “disclaimer opinion” (pernyataan tidak memberikan pendapat). Sebaliknya apabila manajemen mempunyai rencana untuk mengurangi dampak kondisi terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kontinuitas usahanya, auditor akan mempertimbangkan dua kemungkinan : (a) Jika auditor menyimpulkan bahwa rencana manajemen tidak dapat secara efektif menjamin kontinuitas usaha, maka auditor akan menyatakan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion); (b) Jika berdasarkan pertimbangannya, auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen dapat secara efektif menjamin kelangsungan hidup usahanya dan klien mwngungkapkan keadaan tersebut dalam notes to financial statement-nya, maka auditor akan memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion); (c) Jika berdasarkan kesimpulannya, auditor meyakini bahwa rencana manajemen dapat secara efektif menjamin kelangsungan hidup satuan usaha dan klien tidak mendisklus keadaan tersebut, maka auditor akan menyatakan pendapat tidak wajar (adverse opinion). Auditor bukanlah penjamin tentang kepastian kondisi yang akan datang, sehingga tidak dicantumkannya kesangsian besar dalam laporan audit tidak seharusnya dipandang sebagai jaminan mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. 6. SIMPULAN Pemakaian pendapat wajar dalam suatu pendapat akuntan, bahkan juga pendapat di luar itu, mengandung beberapa konsekuensi pertanggungjawaban auditor terhadap pekerjaan auditnya. Berbagai pertimbangan konsep akuntansi sering mendasari pertimbangan opini akuntan. Tujuh konsep akuntansi yang dikemukakan oleh Patton dan Litleton di muka, hanya konsep kelangsungan hidup usaha yang seringkali lepas dari pendeteksian auditor. Hal ini bisa terjadi apabila auditor di dalam penugasan auditnya hanya memfokuskan pada periodisasi akuntansi yang diauditnya, sedangkan konsep kontinuitas (kelangsungan hidup) adalah persoalan yang akan datang, di luar periodisasi akuntansi. Standar Auditing Seksi 341 menegaskan betapa pentingnya antisipasi auditor terhadap pengungkapan kelangsungan hidup usaha. Seksi tersebut mengingatkan kembali betapa suatu satuan usaha didirikan/dibangun untuk periode yang tidak dapat ditentukan, sehingga masalah pengungkapan kelangsungan hidup menjadi signifikan. Dengan tidak dicantumkannya kesangsian besar dalam laporan audit, seyogianya tidak dipandang sebagai jaminan bahwa satuan usaha berada dalam kondisi going concern dalam jangka waktu yang pantas. Fakta bahwa satuan usaha kemungkinan akan berakhir kelangsungan hidupnya setelah menerima laporan dari auditor yang tidak memperlihatkan kesangsian besar, tidak berarti menunjukkan kinerja auditor yang tidak memadahi. Namun demikian, karena pengguna laporan keuangan menumpahkan seluruh kepercaya Tanggung Jawab Auditor (Bambang Suryono) 59 annya terhadap kompetensi auditor, maka informasi tentang kelangsungan hidup usaha merupakan suatu informasi yang signifikan untuk pengambilan keputusan. Kiranya bukan menjadi masalah bagi auditor apabila auditor selalu berada dalam kondisi due audit care. 7. DAFTAR PUSTAKA Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Profesional Akuntan Publik, BP STIE YKPN, Yogyakarta, 1994. Larson, Kermit D., Financial Accounting, Homewood Illinois, Richard D Irwin Inc., 1989. Suwardjono, Teori Akuntansi, BPFE UGM, Yogyakarta, 1989. 60 Ekuitas Vol.4 No.1 Maret 2000 : 55-60