BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan daerah tropis sehingga sering terjadi biang keringat (Miliaria) khususnya pada bayi berusia kurang dari 6 bulan. Karena cuaca yang panas sangat berpengaruh untuk terjadinya biang keringat (miliaria). Bayi baru lahir akan dibedong untuk menjaga kehangatan tubuhnya agar tidak terjadi hipotermi sekitar 34,14% bayi terkena biang keringat (milaria) akibat pembedongan, pembedongan pada bayi akan memberi efek hangat tetapi bila cuaca panas dapat menyebabkan biang keringat. Keadan inilah yang sering menyebabkan biang keringat (miliaria). Milaria dapat terjadi pada bayi-bayi prematur pada minggu pertama pasca persalinan disebabkan oleh sel-sel pada bayi yang belum sempurna sehingga terjadi sumbatan pada kelenjar kulit dan mengakibatkan retensi keringat, biang keringat terjadi sekitar 40% pada bayi baru lahir (FKUI, 2005). Pori-pori sejati pada bayi berfungsi sebagai sistem kerja kelenjar keringat dimana pada bayi yang fungsinya belum sempurna sehingga bila bayi kepanasan akan menimbulkan biang keringat. Keringat bayi yang keluar terkumpul dibawah kulit, kemudian akan muncul bintik-bintik merah dan akan menimbulkan rasa gatal, terutama di daerah paha dan bagian tubuh yang 1 tertutup. Bayi yang mengalami biang keringat menjadi rewel akibat rasa gatal dan orang tua biasanya mengeluh karena pola tidur bayinya terganggu seperti gelisah, tidak nyeyak dan lainnya (FKUI, 1999). Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization, 2006) melaporkan tiap tahun terdapat 80% penderita biang keringat (miliaria), diantaranya 65% terjadi pada bayi. Berdasarkan harian Kompas Jakarta 15 Desember 2008 melaporkan 49,6% penduduk Indonesia Beresiko terkena biang keringat (miliaria). Sebagian besar sering terjadi pada bayi terutama di kota-kota besar yang panas dan pengap. Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2008 menyebutkan jumlah bayi yaitu 6.350 dan menderita miliaria (biang keringat) sebanyak 3413 (34,13%) bayi. Prevalensi penyakit kulit di Indonesia cukup tinggi baik oleh bakteri virus dan jamur, tergantung pada lingkungan dan kondisi setiap individu. Berdasarkan survey pendahulun yang dilakukan di Puskesmas Aek Habil periode Januari - Mei 2009 dari 108 ibu yang memiliki bayi. Ditemukan 33 (3,3%) bayi yang menderita biang keringat (miliaria). Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Gambaran pengetahuan ibu tentang biang keringat (Miliaria) pada bayi di Kelurahan Aek Manis Kecamatan Sibolga Selatan Tahun 2009”. 2 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu tentang biang keringat (Miliaria) pada bayi di Kelurahan Aek Manis Kecamatan Sibolga Selatan Tahun 2009?”. C. Tujuan Penelitian C.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran pengetahun ibu tentang biang keringat pada bayi di Kelurahan Aek Manis Kecamatan Sibolga Selatan Tahun 2009. C.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang biang keringat pada bayi di Kelurahan Aek Manis Kecamatan Sibolga Selatan berdasarkan umur. 2. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang biang keringat pada bayi di Kelurahan Aek Manis Kecamatan Sibolga Selatan berdasarkan pendidikan. 3 3. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang biang keringat pada bayi di Kelurahan Aek Manis Kecamatan Sibolga Selatan berdasarkan pekerjaan. 4. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang biang keringat pada bayi di Kelurahan Aek Manis Kecamatan Sibolga Selatan berdasarkan sumber informasi. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Dapat mengaplikasikan ilmu dan teori yang didapat dibangku kuliah khususnya dalam melakukan penelitian dan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program D.III Kebidanan. 2. Bagi Ibu yang memiliki bayi di Kelurahan Aek Manis Sebagai bahan masukan untuk menambah informasi/pengetahuan ibu tentang biang keringat (miliaria) pada bayi. 3. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan bacaan di perpustakaan Akbid Nauli Husada Sibolga dan bahan masukan bagi peneliti yang akan melakukan penelitian selanjutnya. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan A.1. Defenisi Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan adalah hasil tahu, ini terjadi setelah Pengindraan orang terjadi melakukan melalui pengindraan panca indra suatu yaitu objek indra tertentu. penglihatan, pendengaran, penciuman, dan rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan (Kognitif) merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior). A.2. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo pengetahuan dibagi menjadi enam tingkatan yaitu : 1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat kembali (Recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. 5 2. Memahami (Comprehention) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah paham terhadap objek suatu materi harus dapat menjelaskan, menyimpul-kan, dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya. 4. Analisis (Analysis) Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. 5. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian 6 didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyususn formulasi yang ada. 6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untukmelakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian lain berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri. A.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan 1. Umur Umur adalah lamanya hidup yang dihitung sejak dilahirkan hingga penelitian ini dilakukan. Umur merupakan periode penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan yang baru dan harapan-harapan baru. Pada masa ini merupakan usia produktif masa bermasalah, masa ketegangan emosi, masa keterampilan, sosial, masa komitmen, masa ketergantungan, masa perubahan nilai, masa penyesuaian dengan cara hidup baru, masa kreatif. Pada dewasa ini ditandai oleh adanya perubahan “jasmani dan mental”, semakin bertambah umur seseorang akan semakin tinggi wawasan yang diperoleh apa bila umur seseorang makin muda maka akan mempengaruhi tingkat pengetahuan nya. (Notoatmodjo, 2003). 7 2. Pendidikan Pendidikan proses menumbuh kembangkan seluruh kemampuan dan prilaku manusia melalui pengajaran, sehingga dalam pendidikan perlu dipertimbangkan umur (proses perkembangan klien) dan hubungan dengan proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prersepsi seseorang untuk lebih mudah menerima ide dan teknologi baru (Notoatmodjo, 2003). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan bertambah pengalaman yang mempengaruhi wawasan dan pengetahuan. Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui pendidikan alat untuk mengubah pengetahuan (pengertian, pendapat, konsep-konsep) sikap dan persepsi serta menambah tingkah laku atau kebiasaan yang baru (Notoatmodjo, 2003). 3. Pekerjaan Pekerjaan adalah aktifitas yang dilakukan sehari-hari untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari dimana semua bidang pekerjaan umumnya diperlukan adanya hubungan sosial antara satu sama lain, setiap orang harus dapat bergaul dengan teman sejawat walaupun dengan atasan sehingga orang yang hubungan sosial luas maka akan lebih tinnggi pengetahuannya dibandingkan dengan orang yang kurang hubungan sosial dengan orang lain (Notoatmodjo, 2003). 8 4. Sumber Informasi Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam menyampaikan informasi, yang dapat merangsang pikiran dan kemampuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang memperoleh informasi maka ia cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas (Notoatmodjo). Contoh : - Media massa : surat kabar, majalah, buku dan leaflet. - Media elektronik : radio, TV, dan sebagainya B. Biang Keringat (Miliaria) B.1. Defenisi Biang kerigat adalah kelainan kulit yang sering muncul pada bayi akibat tersumbatnya kelenjar keringat yang keluar berkumpul di bawah kulit dan mengakibatkan timbulnya bintik-bintik merah. Biang keringat disebut juga keringat buntet timbul di daerah dahi,leher dan bagian tubuh yang tertutup pakaian desertai gatal kulit,kemerahan dan gelembung-gelembung kecil berair. 9 Biang keringat adalah kelainan kulit yang disebabkan oleh keluarnya keringat berlebihan disertai tersumbatnya salurn kelenjar keringat dan biasanya terjadi pada daerah dari, leher, punggung dan dada (FKUI, 2000). B.2. Penyebab Biang Keringat Penyebab biang keringat menurut Pasaribu (2007), yaitu : 1. Ventilasi ruangan kurang baik sehingga udara di dalam ruangan panas dan lembab. 2. Pakaian bayi terlalu tebal dan ketat, pakaian yang tebal dan ketat menyebabkan suhu tubuh bayi meningkat. 3. Bayi mengalami panas atau demam. 4. Bayi terlalu banyak beraktifitas sehingga banyak mengeluarkan keringat. Penyebab lain berupa penyumbatan pori-pori yang berasal dari kelenjar keringat. Sumbatan ini dapat diakibatkan debu atau radang pada kulit bayi. Butiran-butiran yang terperangkap di bawah kulit akan mendesak ke permukaan kulit dan menimbulkan bintik-bintik kecil (Pasaribu, 2007). 10 B.3. Jenis-jenis Biang Keringat Ada tiga macam biang keringat, yaitu 1. Miliaria Kristalina Biang keringat yang terjadi pada bayi baru lahir (Neonatus) sumbatan terjadi pada permukaan kulit sehingga terlihat gelembung-gelembung kecil berukuran 1-2 mm berisi cairan jernih, namun tidak terdapat kemerahan pada kulit (FKUI, 2000). 2. Miliaria Rubra Biang keringat ini terjadi pada bayi yang biasa tinggal di daerah atau lingkungan panas dan lembab, terdapat bintik-bintik kecil (1-2 mm), berwarna merah biasanya disertai keluhan gatal dan perih. 3. Miliaria Profunda Pada biang keringat jenis ini terdapat bintik-bintik putih keras dan berukuran 1-3 mm), kulit tidak berwarna merah,namun kasus ini jarang terjadi. B.4. Pencegahan Biang Keringat 1. Bayi atau anak tetap dianjurkan mandi secara teratur paling sedikit 2 x sehari menggunakan air dingin dan sabun. 11 2. Bila berkeringat, sesering mungkin dibasuh dengan menggunakan handuk (lap) basah, kemudian dikeringkan dengan handuk atau kain yang lembut. Setelah itu dapat diberikan bedak tabur. 3. Jangan sekali-kali memberikan bedak tanpa membasuh keringat terlebih dahulu, karena akan memperparah penyumbatan sehingga mempermudah terjadinya infeksi baik oleh jamur maupun bakteri. 4. Hindari penggunaan pakaian tebal, bahan nilon atau wol yang tidak menyerap keringat (FKUI, 2000). Biang keringat bisa tidak dialami bayi asalkan orang tua rajin menghindari penghalang penguapan keringat yang menutup pori-pori bayi dengan cara : 1. Bayi harus dimandikan secara teratur pagi dan sore. 2. Setelah selesai mandi pastikan semua lipatan kulit bayi seperti ketiak, leher, paha dan lutut harus benar-benar kering kemudian oleskan bedak ke seluruh tubuh dengan tipis. 3. Jaga tubuh bayi agar tetap kering. 4. Jika bayi berkeringat jangan keringkan dengan menggunakan bedak, sebaiknya dengan waslap basah, lalu dikeringkan dan olesi dengan bedak tipis. 5. Gunakan pakaian bayi dari bahan katun yang menyerap keringat bayi. 12 6. Biasanya 70% biang keringat timbul pada bayi karena sirkulasi udara kamar yang tidak baik. Untuk itu usahakan udara di dalam kamar bayi mengalir dengan baik sehingga kamar selalu sejuk. 7. Pada saat memandikan bayi yang menderita biang keringat sebaiknya gunakan sabun bayi yang cair, sebab sabun cair tidak meninggalkan partikel yang dapat menghambat penyembuhan (Pasaribu, 2007). B.5. Pengobatan 1. Pengobatan khusus tidak diperlukan tetapi diperlukan perawatan kulit yang benar. Bila biang keringat berupa gelembung kecil tidak disertai kemerahan, kering dan tanpa keluhan dapat diberi bedak setelah mandi. 2. Bila keadaan kulit membasah tidak boleh ditaburkan bedak, karena akan terbentuk gumpalan yang memperparah sumbatan kelenjar sehingga menjadi tempat pertumbuhan kuman. 3. Bila keadaan kulit basah, gatal, luka dan lecet diatasi dengan pemberian antibiotik (FKUI, 2000). 13 BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini dengan judul Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Biang Keringat (Miliaria) pada Bayi di Keluruhan Aek Manis Kecamatan Sibolga Selatan dapat dilihat dari bagan dibawah ini. Variabel Independen - Variabel Dependen Umur Pendidikan Pekerjaan Sumber Informasi Pengetahuan Ibu Tentang Biang Keringat (Miliaria) Pada bayi Dari kerangka konsep dapat dijelaskan bahwa pengetahuan ibu tentang biang keringat (Miliaria) pada bayi dipengaruhi oleh umur ibu, pendidikan, pekerjaan dan sumber informasi. B. Defenisi Operasional B.1. Pengetahuan Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu tentang biang keringat (Miliaria) pada bayi dengan kategori: 14 a. Baik : Skor 76 – 100%, jawaban benar (16 – 20 soal benar) b. Cukup : Skor 55 – 75%, jawaban benar (11 – 15 soal benar) c. Kurang : Skor < 55%, jawaban benar (<11 soal benar) Skala ukur : Ordinal B.2 . Umur Umur adalah lamanya hidup responden sejak dilahirkan hingga penelitian dilakukan dan dinyatakan dalam tahun. a. 20 - 29 tahun b. 30 - 39 tahun c. 40 - 49 tahun skala ukur : Interval B.3. Pendidikan Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang sudah diselesaikan oleh responden, dengan kategori : a. Pendidikan Dasar : SD-SMP sederajat b. Pendidikan Menengah : SMU sederajat c. Pendidikan Tinggi : Akademi/Perguruan Tinggi/Universitas Skala ukur : Ordinal 15 B.4. Pekerjaan Pekerjaan adalah aktifitas sehari-hari yang dilakukan responden untuk menambah penghasilan, dengan kategori : a. Pegawai Negri Sipil b. Wiraswasta c. Tidak bekerja (IRT) Skala ukur : Nominal B.5. Sumber informasi Informasi adalah media yang digunakan ibu untuk memperoleh informasi tentang biang keringat (Miliaria) pada bayi dengan kategori : a. Media cetak : surat kabar, majalah, buku, dan leaflet. b. Media elektronik : radio, TV, internet dan sebagainya c. Tenaga kesehatan : dokter, bidan, perawat. Skala ukur : Nominal 16 C. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang biang keringat (Miliaria) pada bayi. D. Lokasi Penelitian D.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kelurahan Aek Manis Kecamatan Sibolga Selatan. Alasan pemilihan lokasi : Sampel mencukupi untuk melakukan penelitian Lokasi penelitian dapat dijangkau oleh peneliti Terdapat kasus biang keringat (Miliaria) pada bayi 17 D.2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan April – Juli 2009. Waktu Penelitian Kegiatan 1 April 2 3 4 Mei 2 3 1 4 1 Juni 2 3 4 1 Juli 2 3 Pengajuan judul Penyiapan izin lokasi Penyusunan proposal Persiapan ujian Ujian proposal Pengumpulan data Analisa data Konsultasi laporan penelitian Seminar hasil penelitian Penggandaan hasil penelitian E. Populasi dan Sampel E.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah seluruh ibu yang bayinya yang mengalami biang keringat (atau miliaria) dilingkungan I Kelurahan Aek Manis Kecamatan Sibolga Selatan Tahun 2009 yaitu sejumlah 33 orang. 18 4 E.2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi. F. Jenis dan Metode Pengumpulan Data F.1. Jenis Data Jenis data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian. F.2. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan terlebih dahulu menjelaskan pada responden tentang tujuan penelitian dan cara pengisian kuesioner. Kuesioner disusun dalam bentuk pertanyaan tertutup dengan jumlah pertanyaan 20 setelah kuesioner dijawab dikumpulkan kembali. G. Tehnik Pengolahan Data dan Analisa Data G.1. Tehnik Pengolahan Data Setelah data terkumpul melalui angket atau kuesioner, maka dilakukan pengolahan data melalui tahapan sebagai berikut : 19 1. Editing Dilakukan pengecekan kelengkapan data-data yang telah dikumpulkan jika terjadi kekurangan dalam pengumpulan data sehingga dilakukan pendataan ulang. 2. Coding Memberikan kode dalam bentuk angka pada setiap data yang telah terkumpul untuk mempermudah memasukkan data ke dalam tabel. 3. Tabulating Untuk mempermudah pengumpulan data, data dimasukkan ke dalam tabel frekuensi. G.2. Analisa Data Analisa data dilakukan secara deskriptif dengan melihat presentase data-data yang telah dikumpulkan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Analisa data yang dilakukan dengan membahas hasil penelitian sesuai dengan teori dan keputusan yang ada 20 DAFTAR PUSTAKA Aisyah, dkk. 2008, Penyakit Kulit Pada Bayi, Jakarta. http://www.siti_ aisyah. Com Boediardja, dkk, 2004, Perawatan Kulit Bayi dan Balita, EGC : Jakarta Chucill Living Stone, 1995, Pediatric Dermatology, Edisi 2, EGC : Jakarta Gold Disorders,1999,Dermatology in General,FKUI :Jakarta Hoesin M, Dr, 2004, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, FKUI : Jakarta Notoatmodjo.S.2003. Metodologi Penelitian Kesehatan,Arcan :Jakarta ______, 2000, Perawatan Bayi, IDI : Jakarta, http://www.ikatan_dokter Indonesia_jakarta Pasaribu, dkk, 2007, Perawatan http://www.conectique.com ______, dkk, 1999, Perawatan http://www.repoblika.com Kulit Kulit Bayi, FKUI : Jakarta, Bayi, FKUI : Jakarta, Shelov,2000.Perawatan untuk bayi dan balita,Arcan :Jakarta. Siregar R.S, Prof. Dr., 2002, Penyakit Kulit, FKUI, Jakarta 21