Skripsi PERSEPSI MAHASISWA ILMU

advertisement
Skripsi
PERSEPSI MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI TERHADAP
TAYANGAN STAND UP COMEDY KOMPAS TV SEBAGAI
PROGRAM KOMEDI POPULER DI INDONESIA
OLEH :
NURDIYANA
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
PERSEPSI MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI TERHADAP
TAYANGAN STAND UP COMEDY KOMPAS TV SEBAGAI
PROGRAM KOMEDI POPULER DI INDONESIA
OLEH :
NURDIYANA
E31112010
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada
Departemen Ilmu Komunikasi
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kepada tuhan Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan Inayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Persepsi
Mahasiswa Ilmu komunikasi Terhadap Tayangan Stand up Comedy Kompas TV
Sebagai Program Komedi Populer di Indonesia” ini terselesaikan guna memenuhi
syarat dalam menyelesaikan studi pada Departemen Ilmu Komunikasi Prodi
Broadcast (Penyiaran) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Hasanuddin.
Berbagai hambatan dan kesulitan penulis hadapi selama penyusunan skripsi
ini. Namun berkat bantuan, semangat, dorongan, bimbingan dan kerjasama dari pihak
sehingga hambatan dan kesulitan tersebut dapat teratasi untuk itu perkenankanlah
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1.
Segala Puji dan Syukur Kepada Allah SWT yang telah memberikan
Kemudahan serta Kelancaran terhadap segala usaha penulis dalam
mewujudkan skripsi ini, Kedua orang tua, Ayah H. Ahmad dan Ibu Hj.
Haeriah BA yang senantiasa mendukung serta memberikan doa, motivasi
serta kasih sayangnya demi keberhasilan penulis.
2.
Pembimbing I, sekaligus Pembimbing Akademik Bapak Dr Hasrullah M.A,
Pembimbing II yakni bapak Das’ad Latief S.Sos.,S.Ag.,M.Si.,P.hd. yang telah
banyak
membantu,
membimbing
dan
mendukung
penulis
dalam
menyelesaikan skripsi ini mulai dari awal dan hingga selesinya penyusunan
skripsi ini.
3.
Bapak Dr. Moeh Iqbal, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi dan
Bapak Andi Subhan Amir, S,Sos.,M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu
Komunikasi. Terima kasih untuk semua kebijaksanaan yang telah diberikan.
4.
Seluruh dosen – dosen Departemen Ilmu Komunikasi, untuk segala ilmu
pengetahuan yang telah diberikan.
5.
Para pegawai Departemen Ilmu Komunikasi dan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik yang telah membantu pengurusan berkas untuk penyelesaian
skripsi ini.
6.
Keluarga besar Treasure 12 terkhusus Nurul Hidayah Mustami, sahabat saya
atas segala cerita indah baik senang dan susah, canda tawa, segala perjuangan
dan segala cerita manis yang yang telah kita rangkai bersama – sama.
7.
Teman – teman KKN Unhas Gelombang 92, Desa Bonto Mate’ne kecamatan
Sinoa Kabupaten Bantaeng Terima kasih atas kebersamaannya selama 2
bulan.
8.
Dan seluruh pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini,
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Makassar, 20 Mei 2017
ABSTRAK
NURDIYANA, Persepsi Mahasiswaa Ilmu Komunikasi Universitas
Hasanuddin Terhadap Tayangan Stand up Comedy Kompas TV Sebagai
Program Komedi Populer di Indonesia (dibimbing oleh Hasrullah dan Das’ad
Latief)
Skripsi ini bertujuan : (a) Untuk mengetahui gambaran secara umum Persepsi
mahasiswa ilmu komunikasi terhadap tayangan stand up comedy. (b) Untuk
mengetahui Faktor apa saja yang membuat tayangan stand up comedy begitu populer
di kalangan mahasiswa khususnya di Indonesia.
Penelitian ini dilakukan selama dua bulan Maret hingga april 2017
dilaksanakan di Departemen Ilmu komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Hasanuddin Tayangan Stand up comedy sangat banyak diperbincangkan
oleh para penikmat humor dan program komedi di Indonesia.
Data primer diperoleh dari pengumpulan kuesioner yang telah dijawab oleh
responden. Data sekunder berupa referensi dari buku, koran, dan lain-lain yang
berkaitan dengan penelitian. Data yang berhasil dikumpulkan selanjutnya dianalisis
secara kuantitatif dengan mendeskripsikan data dalam bentuk tabel frekuensi serta
grafik. Metode yang digunakan adalah penelitian yang menggunakan pendekatan
kualitatif dengan desain deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa darri berbagai persepsi mahasiswa
yang telah diukur berdasarkan beberapa variabel pertanyaan menunjukkan bahwa
sebanyak 92,5% responden mengaku terhibur dengan hadirnya tayangan stand up
comedy, begitupula dengan beberapa kategori yang lain meliputi waktu penayangan,
durasi dan tema, daya tarik & hingga penampilan komika. Adapun faktor—faktor
yang mempengaruhi persepsi mahasiswa adalah faktor eksternal seperti intensitas,
ukuran, kontras, gerakan, pengulangan, keakraban, dan novelty. Sedanggkan faktor
internal seperti kebutuhan psikologis, latar belakang, pengalaman, sekap,
kepercayaaan umum, dan penerimaan diri.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.....................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
ii
HASIL PENERIMAAN TIM EVALUASI…………………………………
iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................
iv
ABSTRAK ....................................................................................................
vi
DAFTAR ISI .................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL .........................................................................................
x
DAFTAR GRAFIK .......................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….
xii
BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
Latar Belakan Masalah ......................................................................
Rumusan Masalah .............................................................................
Tujuan dan Kegunaan .......................................................................
Karangka Konseptual ........................................................................
Landasan Teori……………………………………………………...
Definisi Konseptual…………………………………………………
Kerangka Penelitiann………………………………………………..
Defenisi Oprasional ...........................................................................
Metode Penelitian..............................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Komunikasi Massa…………………………………………………
B. Televisi……………………………………………………………..
1. Fungsi Media massa…………………………………...……….
2. Televisi Sebagai Media Massa……………………………........
3. Fungsi Televisi………………………………………………….
1
5
6
7
11
15
17
18
22
27
30
31
32
33
4. Program Siaran………………………………………………….
5. Audiens…………………………………………………………
6. Efek Media massa………………………………………………
C. Persepsi………………………………………………………………
34
39
40
41
1. Pengertian Persepsi……………………………………………...
2. Proses Pembentukan Prsepsi.…………………………………..
3. Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi……………………….....
4. Jenis – Jenis Persepsi…………………..……………………….
D. Deskripsi Teori……………………………………………………...
41
43
44
46
47
1. Teori S-O-R……………………………………………………..
2. Teori Perbedaan Individu………………………………… . …..
3. Teori Komedi……………………………………………………
47
49
50
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI
A. Jurusan Ilmu Komunikasi UNHAS…………………………………..
1. Sejarah Singkat Jurusan Ilmu Komunikasi Unhas………….........
2. Visi, Misi, dan Tujuan Jurusan Ilmu Komunikasi Unhas………..
3. Sasaran Program Studi……………………..……………………..
4. Jurusan Ilmu Komunikasi Unhas…………………………...........
5. Profil Lulusan Program Studi……………………………............
6. Kompetensi Lulusan……………………………...………………
B. Program Stand up comedy Kompas TV……………….................
1. Pengertian stand up comedy………………………………….
2. Sejarah Stand up comedy...…………………...………………
52
52
54
55
55
57
58
66
68
68
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian……………………………………..…………….
1. Identitas Responden………………………………………….
1.1 Angkatan…………………………………………..……..
1.2 Jenis Kelamin…………………………………………….
1.3 Usia……………………………………………………….
2. Variabel Penelitian…………………………..………………
2.1 Durasi Menonton………………………………………...
70
70
70
71
72
73
73
2.2 Jenis acara yag disenangi penonton….……….…………
2.3 Stand up comedy merupakan proram hiburan……..……
2.4 Pernah meonton stand up comedy………………………
2.5 Tayang stand up comedy menghibur…………..………..
2.6 Tayangan stand up comedy memberi informasi…………
2.7 Tayangan stand up comedy menambah wawasan………..
2.8 Tayangan stand up comedy mengjarkan baik & buruk…..
2.9 Tayangan stand up comedy disukai penonton……...……
74
75
76
77
78
79
80
81
3. Jadwal Penayangan……………………………..……………….
3.1 Waktu Penayangan…………………………………...……..
3.2 Hari pnayangan…………………………………………......
3.3 Durasi Penayangan…………………………………...…......
3.4 Penayangan stand up comedy………………………………
82
82
83
84
85
4. Komedian Stand up (comic)………………………………........
4.1 Pengetahuan nama – nama komika……………..………….
4.2 komika memiliki kredibilitas.…..…………………………..
4.3 Komika tampil ahli dalam membawakan materi…………..
4.4 Ekspresi Komika………………………………...………….
4.5 Penggunaan gaya bahasa komika..………………………….
86
86
87
88
99
90
5. Tema dan kejelasan materi & setting studio…………......….....
5.1 Tema merupakan fenomena yang aktual……………………
5.2 Tema merupakan fenomena yang factual…………………..
5.3 Setting studio………………………………………………..
91
91
92
93
6. Daya Tarik……………………...…………………………….....
6.1 Daya Tarik Menonton Tayangan Stand up comedy…...………
6.2 Tujuan Menonton Tayangan stand up comedy…..…..……….
6.3 Uji Validitas……………………………………………………
6.4 Uji Reabilitas…………………………………………………..
94
94
95
96
99
B. Pembahasan……………...…………………………………………..
1. Identitas Responden…………………………………..………….
2. Jadwal Penayangan………..………………………………….....
3. Penampilan komika…………………………………………...…
100
100
100
102
4.
5.
6.
7.
Tema/materi & setting acara…………………………………….
Daya Tarik………………………...……………………………..
Persepsi…………………..………………………………………
Faktor yang menyebabkan stand up comedy kian populer……..
103
104
104
110
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………...…………..…
1. Interpertasi Hasil Penelitian……………………………………..
B. Saran………………………………………………………………....
112
112
113
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..
113
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor
halaman
Estimasi Rngking, UM 11 Kota….......................................................
Definisi Konseptual….........................................................................
Jumlah Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi……………………….
Penentun Jumlah Sampel dan Populasi (Tabel issac)……..................
Sampel per Angkatan……………………………..............................
Jumlah mahsiswa Ilmu komunikasi Tahun.........................................
Distribusi Responden Berdasarkan Angkatan……………………….
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………………….
Distribusi Responden Berdasarkan Usia……………………….........
Distribusi Responden Berdasarkan Durasi Menonton Televisi ……..
Distribusi Responden Berdasarkan Daya Tarik Menonton tayangan
stand up comedy ……………………………………………………..
4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Tujuan Menonton Tayangan
stand up comedy …………………………………………………......
4.13 Hasil Uji Validitas ……………………………………………….…..
4.14 Hasil Uji Reabilitas……………………………………………………
5.1 Hasil Penyeleksian Terhadap berbagai argument mengenai
stand up comed…………………………………………………………
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
3.1
4.1
4.2
4.3
4.4
4.11
3
15
24
25
26
66
71
72
73
74
95
96
96
99
113
DAFTAR GRAFIK
Nomor
halaman
Grafik 4.1
Grafik 2.1
75
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Acara……..………
Distribusi Responden Berdasarkan Tayangan stand up comedy
Sebagai Program Hiburan……………………………………..
Grafik 4.3 Distribusi Responden yang Pernah/tidak Pernah menonton
Tayangan stand up comey…………………………………….
Grafik 4.4 Distribusi Responden yang Tertawa/terhibur setelah menonton
Tayangan stand up comedy……………………………………
Grafik 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian tayangan
stand up comedy dapat memberi informasi…………………..
Grafik 4.6 Distribusi Responden mengenai Tayangan stand up comedy
yang dapat memberi wawasan…………………………………
Grafik 4.7 Distribusi Responden mengenai Tayangan stand up comedy
mengajarkan hal yang baik & buruk……………………………
Grafik 4.8 Distribusi Responden yang Menyukai/tidak menyukai Tayangan
stand up comedy…………………………………………………
Grafik 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan waktu penayangan
stand up comedy……………………………………………….
Grafik 4.10 Distribui Responden Berdasarkan hari penayangan
stand up comedy……………………………………………….
Grafik 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan durasi penayangan
stand up comedy……………………..…………………………
Grafik 4.12 Disrtibusi Responden Berdasargan hari penayangan
stand up comedy seminggu sekali ………………………...…
Grafik 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan seputar
nama – nama Komika (comic).………………………………..
Grafik 4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Komika memiliki kredibilitas
sebagai seorang stand up comedy-an………………………….
Grafik 4.15 Distribusi Responden mengenai penyampaian jokes/lawakan
para komika (comic)…………………………………………….
Grafik 416 Distribusi Responden Berdasarkan ekspresi yang menarik
dari para komika…………………………………………………
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
Grafik 4.17 Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan gaya bahasa
para komika (comic) stand up………………………………….
Grafik 4.18 Distribusi Responden Berdasarkan Tema/materi stand up
comedy yang aktual…………………………………………
Grafik 4.19 Distribusi Responden Berdasarkan Tema/materi stand up
comedy yang faktual..………………………………………
Grafik 4.20 Distribusi Responden Berdasarkan setting studio (backsound &
background ) tayangan stand up comedy ...………………….
91
92
93
94
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Gambar 1.1
Gambar 1.2
Gambar 2.1
Gambar 2.2
halaman
Teori S-O-R..........................................................................
Kerangka Penelitian...............................................................
Skema Pembentukan Persepsi………………………………
The Stimulus Organism Respons Theory…………………...
14
18
43
49
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya fungsi dari media massa yakni menyediakan informasi, sebagai
sarana edukasi, sarana untuk menghibur diri, serta sebagai alat untuk mempesrsuasi
khalayak. Media massa khususnya televisi memiliki fungsi sebagai penyampai
informasi. Pada umumnya tujuan utama khalaayak dalam menonton televisi adalah
untuk memperoleh hiburan/relaksasi, selebihnya memperoleh informasi Ardianto
(2004:128).
Televisi sebagai media massa elektronik, mempunyai banyak fungsi
khususnya yang paling dominan ialah fungsi hiburan. Dari sekian banyak tayangan
hiburan televisi yang ada yakni, sinetron, kuis/games, film, reality show hingga acara
lawak, satu diantaranya yang mencuri perhatian adalah program yang kini masih
terbilang baru didunia lawak tanah air. Ialah program “stand up comedy”, sebuah
program yang menghibur sekaligus dapat memberikan pengetahuan dan wawasan
bagi para penonton. Stand up comedy sendiri merupakan seni melawak tunggal yaitu
salah satu genre profesi melawak yang pelawaknya membawakan materi lawakannya
di atas panggung seorang diri, biasanya di depan pemirsa langsung, dengan cara
bermonolog mengenai sesuatu topik.
Acara stand up comedy kini banyak diminati oleh penonton khususnya
kalangan mahasiswa, hal ini diindikasikan oleh banyaknya stasiun TV yang
menayangkan program stand up comedy diantaranya ialah Metro TV, Kompas TV,
serta indosiar. selain itu program stand up comedy juga pernah menduduki rating 3
besar bersaing dengan sinetron yang juga populer di masyarakat. munculnya program
stand up comedy juga menjadi awal lahirnya komunitas-komunitas stand up comedy
pada kota-kota besar seperti halnya di Makassar.
Beberapa penelitian sebelumnya yang membahas tentang stand up comedy
yakni gaya komunikasi, konteks humor dalam materi stand up comedy, hingga
retrorika dakwah yang terkandung dalam stand up comedy. Tayangan stand up
comedy di kalangan masyarakat masih terbilang baru namun sudah mempunyai
tempat terbukti sejak populernya tayangan ini, rating program stand up comedy pun
kian memuncak meskipun bersaing dengan beberapa sinetron yang juga populer di
kalangan pemirsa. Direktur Utama Kompas TV Rikard Bagun menyatakan, “Stand
Up Comedy Indonesia merupakan salah satu program yang menjadi trade mark
KompasTV. Kesuksesan yang diraih SUCI dari tahun ke tahun memacu kami untuk
terus menayangkan program ini. Tidak hanya itu, SUCI juga telah menjadi gerbang
awal bagi komika di seluruh Indonesia untuk masuk ke dunia entertainment. Terbukti
dari sejumlah alumni SUCI yang mampu meraih sukses di dunia entertainment
Indonesia. Rating acara tv Indonesia versi KPI atau sebut saja Semi Rating KPI yang
merupakan pemeringkatan terhadap program siaran yang di usulkan stasiun televisi
bdalam Semi Rating KPI ini ada 810 responden di tanya tentang program-program
acara yang ditontonnya dan berikut ini adalah hasil jawaban dari responden untuk
kategori program komedi berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam survey indeks
kualitas program. (http://www.rose.blogspot.com)
Gambar 1.1 Rating acara TV versi KPI
sumber : Data primer 2016
Fenomena stand up comedy menjadi bentuk nyata adanya interaksi dengan
berbagai macam ciri khas bahasa dan budaya yang ada di Indonesia hingga
menghasilkan makna-makna dari materi lawakan yang khas dan cerdas. Program
stand up comedy memandang gejala ini secara kritis. Mereka merasa penyampaian
kritik atau protes masyarakat terhadap suatu permasalahan yang berkembang kurang
begitu efektif. Seperti aksi demonstrasi, bukan aspirasi yang tersampaikan justru
masalah baru muncul akibat aksi tersebut, misalnya kemacetan, aksi anarkisme atau
rusaknya fasilitas umum. Humor dalam materi stand up didapat dengan mengamati
fenomena sosial, menganalisis, menyusun, lalu menyampaikannya lewat humor.
Stand up comedy merupakan bagian dari pertunjukan seni tunggal yang berakar dari
pertunjukan komedi namun mengangkat tema kritik sosial, budaya hingga politik di
dalamnya.
Para pelaku “stand up comedy” atau biasa disebut komika ‘comic’ sangat lihai
dalam menyampaikan materi hingga dapat mengundang tawa penonton. Talenta yang
dimiliki oleh seorang komika tentunnya tak lepas dari penguasaannya terhadap ilmu
komunikasi khususnya kajian ilmu retorika serta kemampuan public speaking. Cara
seorang komika mempersuasi penonton sehingga penonton mampu memahami
maksud lucu yang terkandung dalam pertunjukan stand up comedy tersebut.
kesuksesaan
seorang
komika
bergantung
pada
strategi
komunikasi
yang
digunakannya saat tampil di depan halayak.
Berangkat dari hal tersebut, ingin diketahui beragam persepsi yang mucul
sehubungan dengan populernya tayangan stand up comedy terutama di lingkungan
mahasiswa Departemen Ilmu komunikasi Universitas Hasanuddin (UNHAS), karena
tayangan stand up comedy tersebut merupakan suatu seni atau teknik berbicara
dengan beretorika, dan dari semua jurusan yang ada di Fakultas ilmu sosial dan ilmu
politik (FISIP) mahasiswa Ilmu komunikasilah yang secara khusus membahas
tentang retorika. Retorika adalah suatu gaya atau seni berkomunikasi baik yang
dicapai berdasarkan bakat alami (talenta) dan keterampilan teknis. Dewasa ini
retorika diartikan sebagai kesenian untuk berbicara baik, yang dipergunakan dalam
proses komunikasi antar manusia. Selain itu, stand up comedy juga sangat erat
kaitannya dengan apa yang dipraktekkan oleh mahasiswa ilmu komunikasi
sehubungan dengan public speaking, dimana seorang pembicara dalam hal ini
seorang komika membutuhkan pengetahuan dalam mempersuasi orang lain sehingga
khalayak dengan mudah memahami maksud lucu dalam materi komedi yang
disampaikan dan disajikan dalam stand up comedy. Banyak mahasiswa kini menjadi
pecinta stand up comedy, bahkan turut menjadi pelaku dengan mengikuti berbagai
komunitas hingga mengikuti ajang kompetisi (http://www.megapolitan.kompas.com).
Atas dasar ini lah dipilih Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
departemen Ilmu komunikasi sebagai objek penelitian sebagai pertimbangan juga
karena departemen Ilmu Komunikasi Unhas telah berakreditasi, sehingga
ditetapkanlah judul penelitian: Persepsi mahasiswa Ilmu Komunikasi terhadap
tayangan stand up comedy sebagai program komedi popular di Indonesia.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas maka dibuatlah
rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana persepsi (pengamatan, pemahaman, penyeleksian &
penafsiran) mahasiswa Ilmu komunikasi terhadap tayangan
stand up
comedy ?
2.
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi Mahasiswa ilmu
komunikasi terhadap tayangan stand up comedy yang kian populer
sebagai program komedi hiburan ?
C.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.
Tujuan dari penelitian ini antara lain :
a. Untuk mengetahui gambaran secara umum serta persepsi mahasiswa
Departemen Ilmu komunikasi terhadap tayangan stand up comedy.
b. Untuk mengetahui dan mempelajari berbagai macam faktor yang
membuat stand up comedy begitu populer dan diminati oleh penonton
khususnya mahasiswa di Indonesia.
2.
Kegunaan yang diharapkan oleh penulis dengan adanya penelitian ini
adalah :
a. Secara Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan memperkaya
referensi, bahan penelitian serta sumber bacaan mahasiswa dan
peneliti lainnya yang membahas hal yang sama.
b. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penelit serta
perbendaharaan karya ilmiah pengembangan Ilmu komunikasi
khususnya media massa dalam bentuk penelitian khalayak.
c. Secara Praktis
Penelitian ini diharapka dapat menjadi masukan bagi program
televisi berupa hiburan (Entertaiment) khususnya program komedi,
untuk lebih memberikan informasi dalam sajian tayangan yang cerdas
dan berkualitas.
D.
Kerangka Konseptual
1. Persepsi
Persepsi
merupakan
suatu
proses
yang
didahului
oleh
proses
penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu
melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Namun proses itu tidak
berhenti begitu saja, malainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses
selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena itu proses persepsi tidak lepas
dari proses penginderaan, dan proses penginderaan merupakan proses
pendahulu dari proses persepsi. Proses penginderaan akan berlangsung setiap
saat, pada waktu individu menerima stimulus melalui alat indera, yaitu
melalui mata sebagai alat penglihatan, telinga sebagai alat pendengar, hidung
sebagai alat pembauan, lidah sebagai alat pengecapan, kulit pada telapak
tangan sebagai alat perabaan, yang kesemuanya merupakan alat indera yang
digunakan untuk menerima stimulus dari luar individu. Stimulus yang
diindera itu kemudia oleh individu diorganisasikan dan di interprestasikan,
sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa yang di indera, dan proses
ini disebut persepsi Walgito (2010:99).
1. a. Jenis-jenis Persepsi
Jenis-jenis persepsi pada manusia sebenarnya terbagi dua, yaitu
persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan persepsi terhadap manusia
(persepsi sosial), dan menurut Mulyana (2001:171), kedua persepsi
tersebut mempunyai perbedaan, peredaan tersebut mencakup:
1.a. 1. Persepsi terhadap objek (lingkungan Fisik)
Persepsi fisik merupakan proses penafsiran terhadap objek-objek
tidak beryawa yang ada di sekitar lingkungan kita. Dalam tayangan
"stand up comedy” persepsi lingkungan fisik terhadap objek dapat
diliat dari segi kualitas program acaranya meliputi tema/materi
acara, waktu penayangannya dan setting acara.
1.a. 2. Persepsi terhadap manusia (Lingkungan Sosial)
Pesepsi sosial adalah proses menangkap arti objek-objek sosial
dan kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Oleh karena itu
manusia bersifat emosional, sehingga penilaian terhadap orang akan
mengandung resiko. Persepsi saya terhadap anda mempengaruhi
persepsi anda terhadap saya, dan gilirannya persepsi anda terhadap
saya juga mempengaruhi persepsi saya terhadap anda. Setiap orang
memiliki gambaran yang berbeda mengenai realitas disekelilingnya.
Karena setiap orang mempunyai persepsi berbeda terhadap
lingkungan sosialnya.
1. b. Proses Terjadinya Persepsi
Dengan demikan dapat dijelaskan terjadinya proses persepsi sebagai
berikut :
Objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indera atau
reseptor. Proses ini dinamakan proses kealaman (fisik). Stimulus yang
diterima oleh alat indera dilanjutkan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses
ini dinamakan proses fisiologis. Kemudian terjadilah suatu proses di otak,
sehingga individu dapat menyadari apa yang ia terima dengan reseptor itu,
sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterimanya. Proses yang terjadi
dalam otak atau pusat kesadaran itulah yang dinamakan proses psikologis.
Dengan demikian taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu
menyadari tentang apa yang diterima melalui alat indera atau reseptor
Walgito (1997:54).
1. c. Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Persepsi
Persepsi yang dilakukan masing-masing individu tentunya
berbeda-beda, dengan demikian dapat dikemukakan bahwa stimulus
merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi. Berkaitan
dengan beberapa faktor-faktor yang berperan dalam persepsi yaitu:
1.c. 1. Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau
reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi,
tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan
yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai
reseptor. Namun sebagian besar stimulus datang dari luar individu.
1.c. 2. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima
stimulus. Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat
untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan
syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk
mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.
1.c. 3. Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan
adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu
persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan
pemusatan atau kosentrasi dari seluruh aktifitas individu yang
ditunjukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.
Dari hal-hal tersebut dapat dikemukakan bahwa untuk mengadakan
persepsi adanya beberapa faktor yang berperan, yang merupakan syarat agar
terjadinya persepsi, yaitu objek atau stimulus yang dipersepsi, alat indera dan
syaraf-syaraf serta pusat susunan syaraf, yang merupakan syaraf fisiologis,
serta perhatian, yang merupakan syarat psikologis Walgito (2010:101).
2. Tayangan stand up comedy Kompas TV
Audience akan melihat apa yang ditampilkan dalam stand up comedy
tentu dengan efek-efek yang berbeda misalnya dengan materi-materi SARA
(Suku, Agama, Ras dan Antargolongan). Dalam komedi, ini dikonstruksikan
bahwa segalanya mungkin dilakukan untuk menghibur penonton. Mengkritisi
kehidupan sosial bermasyarakat, menyindir tentang umat beragama lain,
sampai kearah mengumpat dengan kasar yang ditujukan agama dan etnis
tertentu. Komedi menjadi media ampuh mengungkapkan sesuatu baik itu
untuk menghibur maupun sebagai penyampaian pesan yang diterima oleh
penonton. Audience mungkin akan memiliki pemaknaan yang kepada serupa
dengan apa yang disampaikan comic dalam stand up comedy ini. Hasil dari
latar belakang kultural dan hasil interaksi dengan lingkungan mempengaruhi
pemaknaan informan. Audience memiliki pemahaman masing-masing dalam
memaknai informasi, namun pengetahuan yang mereka terima dan latar
belakang kultural yang mempengaruhi hal itu.
Barker mengatakan bahwa penonton adalah pencipta kreatif makna
dalam kaitannya dengan televisi, yang berlaku juga untuk media yang lain
(mereka tidak sekadar menerima begitu saja makna-makna tekstual) dan
mereka melakukannya berdasarkan kompetensi kultural yang dimiliki
sebelumnya yang dibangun dalam konteks bahasa dan relasi sosial Barker
(2008:286).
E.
Landasan Teori
1.
Persepsi
Dalam Ilmu komunikasi Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa,
atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory
stimuli). Menurut Stephen W. Little John (2005 : 336), tentang studi fenomenologi
persepsi : Fenomenologi adalah pendekatan yang beranggapan bahwa suatu fenomena
bukanlah realitas yang berdiri sendiri. Fenomena yanng tampak merupakan objek
yang penuh dengan makna yang transendental. Dunia sosial keseharian tempat
manusia hidup senantiasa merupakan suatu yang inter subjektif dan sarat dengan
makna. Dengan demikian, fenomena yang di pahami oleh manusia adalah refleksi
dari pengalaman transedental dan pemahaman tentangmakna. Dari penjelasan
tersebut, dapat peneliti simpulkan beberapa kata kunci dalam fenomenologi yaitu
objek, makna, pengalaman, dan kesadaran dari individu. Semua hal tersebut
memainkan peranan penting dalam studi fenomenologi. Jadi penelitian ini berusaha
mempelajari pengalama-pengalaman dari sudut pandang khalayak atau penonton utuk
mengetahui persepsi lebih lanjut mengenai fenomena tayangan stand up comedy yang
marak di berbagai TV.
2.
Komunikasi Massa
Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa
(media cetak dan elektronik). Massa dalam arti komunikasi massa lebih menunjuk
pada penerima pesan yang berkaitan dengan media massa. Dengan kata lain media
massa yang dalam sikap dan perilakunya berkaitan dengan peran media massa. Oleh
karena itu massa disini menunjuk pada khalayak, audience, penonton, pemirsa, atau
pembaca Nurudin (2007:2).
Definisi komunikasi massa paling sederhana dikemukakan oleh ahli
komunikasi, Gebner, yang menyatakan bahwa komunikasi massa adalah produksi dan
distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang
berkesinambungan serta paling luas yang dimiliki orang dalam masyarakat industri
Ardianto (2004:4).
Komunikasi
massa
(mass
communication)
adalah
komunikasi
yang
menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio,
televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang tersebar yang
dilembagakan, yang ditunjukkan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di
banyak tempat, anonim dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan
secara cepat, serentak, selintas, khususnya media elektronik Mulyana (2002: 75).
3.
Teori S – O – R
Kerangka teori disusun sebagai landasan berpikir yang menunjukan
dari
sudut mana masalah yang dipilih akan disoroti Nawawi (1990:43). Teori S – O – R
adalah singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Menurut teori ini, organism
menghasilkan perilaku tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu. Maksudnya adalah
keadaan internal organism berfungsi menghasilakn respon tertentu jika ada kondisi
stimulus tertentu pula.
Mar’at (1981:30) dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan, serta
Pengukurannya” mengutip pendapat Hovland, Jains dan Kelly yang mengatakan
bahwa dalam menelaah sikap yang baru,ada tiga variable penting, yaitu :
a. Perhatian
b. Pengertian
c. Penerima
Dari Uraian diatas, maka proses komunikasi S-O-R dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Gambar 1.1 ( Teori S-O-R )
Organisme :
Stimulus
1.
Pehatian
2.
Pengertian
3.
Penerimaan
Respon
Sumber : Effendy (2003:255)
Dalam hal ini kerangka teori S – O – R dengan tayangan “stand up
comedy” juga dapat di jelaskan bahwa:
1. Stimulus (Pesan)
Diartikan sebagai suatu rangsangan atau sumber informasi. Stimulus
yang dimaksud adalah program acara “stand up comedy” yang berfungsi
sebagai media yang memberikan informasi kepada khalayak.
2. Organisme (komunikan)
Diartikan Sebagai komunikan yang menerima pesan. Yang menjadi
sasaran adalah pemirsa acara “stand up comedy”, dimana dalam penelitian ini
merupakan mahasiswa Ilmu komunikasi Unhas .
3. Respon (Efek)
Respon disini adalah tanggapan individu atau khalayak terhadap suatu
hal. Dalam menanggapi pesan yang diterima khalayak, reaksi yang
ditunjukkan terhadap stimulus sehingga seseorang dapat mempekirakan
kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan, yang kemudian di terima dan
diolah sehigga membuat mereka dapat berpersepsi atas stimulus yang
diterima.
F.
Definisi Konseptual
Berdasarkan kerangka konsep dan landasan teori diatas, mengenai persepsi
mahasiswa Ilmu komunikasi terhdap tayangan “stand up comedy” sebagai program
komedi populer, maka yang akan di ukur adalah :
Tabel 1. 2 Definisi Konseptual
Variabel
Persepsi
Terhadap
Dimensi
Komika
Indikator
“comic 1. Penampilan
stand up comedy”
/
Body
language
seorang komika saat sedang open
manusia
mic di hadapan pemirsa.
2. Penampilan seorang komika saat
sedang tampil menggunakan gaya
bahasa yang khas.
3. Ekspresi wajah, gestur tubuh serta
tutur kata
komika saat sedang
menampilakan materi stand up.
4. Wawasan yang dimiliki seorang
komik
sudah
cukup
untuk
menghibur penonton.
5.
Pemandu
acara
(Host)
dalam
program stand up comedy dirasa
sudah berkompeten dan menghibur.
Dimensi
Variabel
Persepsi
Terhadap
Indikator
Tema / materi acara 1. Tema yang disampaikan dalam
dalam
tayangan berbagai tayangan “stand up comedy”
Objek
“stand up comedy”
sangat beragam.
2.
Tema yang disampaikan dalam
berbagai tayangan “stand up comedy”
sedang hangat di masyarakat.
3.
Tema yang disampaikan dalam
berbagai tayangan “stand up comedy”
sangat menghibur.
4. Tema yang disampaikan dalam
berbagai tayangan “stand up comedy”
menarik simpati anda.
Waktu
penayangan 1. Penempatan jam tayang “stand up
“stand up comedy” comedy” yakni pada sore atau malam
di berbagai stasiun hari dinilai cukup efektif dan cocok
TV.
dengan pemirsa.
2. Durasi yang disediakan dalam
berbagai tayangan “stand up comedy”
di
berbagai
TV
dirasa
sudah
proporsional dengan isi acara.
Setting Acara
a. Tata
panggung
dalam
berbagai
program “stand up comedy” sudah
menarik
b. Latar panggung (Background) dalam
tayangan “stand up comedy” sudah
menarik
c. Latar musik (Backsound) dalam
tayangan
“stand
up
comedy”
membuat penonton merasa lebih
menikmati acara tersebut.
G.
Kerangka Penelitian
Berdasarkan teori dan kerangka konseptual diatas, maka dibuatlah kerangka
penelitian sebagai berikut:
Gambar 1.2 Kerangka Penelitian
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Persepsi Mahasiswa Ilmu
Komunikasi
Tayangan Stand Up
Comedy



Ekspresi
Gaya bahasa
Tema materi
Control
Faktor – faktor apa yang membuat
mahasiswa berminat menonton
stand up comedy
H.
Definisi Operasional
1.
Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan atau memengaruhi,
yaitu faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk
menentukan hubungan antara fenomena yang diobservasi atau diamati. Dalam
penelitian ini variabel bebas yakni Mahasiswa Ilmu Komunikasi.
2.
Variabel Terikat
Variabel terikat adalah faktor-faktor yang diobservasi dan diukur
untuk menentukan adanya pengaruh variabel bebas, yaitu faktor yang muncul,
atau tidak muncul, atau berubah sesuai dengan yang diperkenalkan oleh
peneliti. Dalam penelitian ini variabel terikat meliputi ekspresi, gaya bahasa,
tema dsb.
3.
Mahasiswa
Mahasiswa adalah peserta didik yang masih terdaftar dan sedang
menempuh pendidikan tingkat S1. Khususnya mahasiswa Ilmu komunikasi
Unhas angkatan 2013 hingga 2015 yang sering atau pernah menonton acara
stand up comedy.
4.
Departemen Ilmu Komunikasi
Adalah salah satu jurusan di Universitas Hasanuddin yang termasuk
dalam Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang sekaligus menjadi objek
peneitian dilandaskan oleh kajian ilmu yang sama yakni “public speaking“.
5.
Komika (Comic)
Komika atau comic, ialah sebutan bagi para pelaku stand up comedy.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat seperti apa persepsi mahasiswa
Ilmu komunikasi terhadap seorang komika dilihat dari ekspresi, gaya bahasa
maupun materi yang disampaikan.
6.
Tayangan
Tayangan adalah suatu acara yang ditampilkan stasiun televisi untuk
disaksikan oleh khalayak. Dalam penelitian ini tayangan hiburan menjadi
objek penelitian yaitu acara komedi bertajuk “stand up comedy Indonesia “
yang saat ini masih tayang di Kompas TV, pada hari Jumat pukul 22.30 WIB.
7.
Stand Up Comedy
Stand up comedy dalam penelitian ini merupakan inti objek yang ingin
dikaji dan diteliti. Tayangan stand up comedy yang sedang tren dikalangan
mahasiswa menjadi sangat populer hingga digemari dan dijadikan sebagai
rutinitas / hobi.
8.
Persepsi
Persepsi pada dasarnya merupakan suatu proses yang terdiri dalam
pengamatan seseorang terhadap sesuatu informasi yang disamapaikan oleh
orang lain yang sedang saling berkomunikasi, berhubungan, atau bekerjasama.
Dalam penelitian ini persepsi dimaknai suatu sudut pandang berupa kesan
baik atau buruk mahasiswa dalam menyaksikan tayangan stand up comedy di
televisi.
a.
Persepsi baik & buruk
Persepsi yang baik merupakan suatu anggapan yang muncul apabila
seseorang mengetahui dan memahami sesuatu secara baik. Persepsi dalam
penelitian ini dikatakan baik apabila ekspresi, gaya bahasa, tema dsb dinilai
oleh responden pada pilihan setuju dan sangat setuju. Begitu pula sebaliknya,
Persepsi dikatakan buruk apabila responden menilai ekspresi, gaya bahasa,
tema dsb pada pilihan sagat tidak setuju dan tidak setuju. Persepsi baik &
buruk dapat diukur dari penilaian masing – masing mahasiswa terhadap suatu
topik, khususnya dalam penelitian ini yaitu tayangan “stand up comedy”.
9.
Definisi Operasional Variabel meliputi :
a.
Ekspresi
Menurut KBBI ekspresi adalah pengungkapan ataupun suatu
proses dalam mengutarakan maksud, gagasan, dan perasaan. Ekspresi
juga biasa diartikan sebagai gambaa air muka yang menyatakan
perasaan. Ekspresi dalam penelitian ini dinilai dari cara komika
menyampaikan materi hingga mampu mengundang tawa penonton.
b.
Gaya Bahasa
Menurut KBBI Gaya bahasa didefinisikan sebagai cara
mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang secara khas hingga dapat
menimbulkan kesan – kesan tertentu. Dalam penelitian ini, gaya
bahasa dapat dilihat dari komika stand up comedy yang disaksikan di
Kompas TV.
c.
Tema
Menurut KBBI Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide
pikiran tentang suatu hal, salah satunya dalam membuat suatu tulisan,
di setiap tulisan pastilah mempunyai sebuah tema. Begitupula dalam
materi “stand up comedy”.
I.
Metode Penelitian
1.
Jenis penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan jenis penelitian diskriptif
kuantitatif. Menurut Sugiyono (2009:11) menyatakan bahwa: “Penelitian
deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel
mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan
atau menghubungkan dengan variabel yang lain”. Metode ini merupakan metode
yang paling tepat dalam penelitian mengenai persepsi mahasiswa karena format
deskriptif yang digunakan untuk penelitian kuantitatif yang tidak menguji
hubungan sebab akibat antara variabel yang ada.
Metode atau strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode survei. Dimana metode survei merupakan pnelitian yang
diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari tanggapan-tanggapan yang ada
dan untuk mencari keterangan-keterangan secara faktual Nazir (2005:56).
Lebih lanjut, Nazir (2005:56) menambahkan bahwa metode survei mengulik
untuk mengenali masalah-masalah serta mendapatkan pembenaran terhadap
suatu keadaan dan praktik-praktik yang sedang berjalan.
2.
Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian berlangsung selama dua bulan, yakni pada bulan Maret
hingga Mei tahun 2017. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komunikasi
Universitas Hasanuddin. Lokasi penelitian berada pada Kampus Tamalanrea,
Jln. Perintis Kemerdekaan KM. 10, Makassar .
3.
Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpuland data terbagi menjadi 2 yaitu:
a.
Data Primer merupakan data yang dikumpulkan dengan cara
membagikan kuisioner yang memiliki beberapa pertanyaan yang
berstruktur
b. Data Sekunder yang merupakan kumpulan dari studi pustaka, baik
dari buku-buku, internet yang relevan dengan fokus permasalahan.
4.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek atau fenomena yang akan diriset.
Sedangkan sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek atau fenomena
yang akan diamati. Kriyantono (2010:153). Populasi dalam penelitian ini
yaitu mahasiwa Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin angkatan 2013
hingga angkatan 2015 Program Strata I (S1) yang aktif berkuliah dan terdaftar
pada Semester Genap 2016/2017.
Tabel 1.3 Jumlah Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi yang Terdaftar pada
Semester Genap Tahun 2016/2017
No.
Tahun Angkatan
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
2013
31
51
82
2
2014
23
43
66
3
2015
23
51
74
Total
222
Sumber: Data primer, 2017
Pada
penelitian
sampel,
peneliti
memakai
metode
penelitian
pengambilan sampel secara probality sampling, kemudian teknik penarikan
sampelnya berupa sampel strata proporsional. Adapun besaran sampel dengan
menggunakan tabel Isaac dan Michael dalam buku Sugiyono (penentuan
jumlah sampel dari populasi tertentu dengan syarat kesalahan 1%, 5%, 10%).
Dengan menggunakan tabel Isaac dan Michael dalam Sugiyono
(2013;69) dalam penentuan besaran sampel, maka diperoleh sampel sebesar
135 dengan memakai syarat kesalahan 5% dari populasi 222.
Tabel 1. 4 Penentuan jumlah sampel dan populasi yang diketahui jumlahnya, dengan
taraf kesalahan (significance level) 1%, 5%, dan 10%
S
N
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
110
120
130
140
150
160
170
180
190
200
210
220
230
240
250
260
270
1%
10
15
19
24
29
33
38
42
47
51
55
59
63
67
71
75
79
83
87
94
102
109
116
122
129
135
142
148
154
160
165
171
176
182
187
192
5%
10
14
19
23
28
32
36
40
44
48
51
55
58
62
65
68
72
75
78
84
89
95
100
105
110
114
119
123
127
131
135
139
142
146
149
152
10%
10
14
19
23
27
31
35
39
42
46
49
53
56
59
62
65
68
71
73
78
83
88
92
97
101
105
108
112
115
118
122
125
127
130
133
135
N
280
290
300
320
340
360
380
400
420
440
460
480
500
550
600
650
700
750
800
850
900
950
1000
1100
1200
1300
1400
1500
1600
1700
1800
1900
2000
2200
2400
2600
1%
S
5%
197
202
207
216
225
234
242
250
257
265
272
279
285
301
315
329
341
352
363
373
382
391
399
414
427
440
450
460
469
477
485
492
498
510
520
529
155
158
161
167
172
177
182
186
191
195
198
202
205
213
221
227
233
238
243
247
251
255
258
265
270
275
279
283
286
289
292
294
297
301
304
307
10%
N
138
140
143
147
151
155
158
162
165
168
171
173
176
182
187
191
195
199
202
205
208
211
213
217
221
224
227
229
232
234
235
237
238
241
243
245
2800
3000
3500
4000
4500
5000
6000
7000
8000
9000
10000
15000
20000
30000
40000
50000
75000
100000
150000
200000
250000
300000
350000
400000
450000
500000
550000
600000
650000
700000
750000
800000
850000
900000
950000
1000000
∞
1%
S
5%
10%
537
543
558
569
578
586
598
606
613
618
622
635
642
649
563
655
658
659
661
661
662
662
662
662
663
663
663
663
663
663
663
663
663
663
663
663
664
310
312
317
320
323
326
329
332
334
335
336
340
342
344
345
346
346
347
347
347
348
348
348
348
348
348
348
348
348
348
348
348
348
348
348
349
349
247
248
251
254
255
257
259
261
263
263
263
266
267
268
269
269
270
270
270
270
270
270
270
270
270
270
270
270
270
270
270
271
271
271
271
271
272
Dengan jumlah populasi sebanyak 222 orang ini, dengan menggunakan teknik
penarikan sampelnya berupa sampel beserta proporsional, maka diperoleh
sampel per angkatan sebagai berikut :
𝑛𝑖 =
Ni
N
𝑥𝑛
Keterangan :
ni : Banyanknya sampel per angkatan
N : Jumlah populasi per angkatan
Ni : Total populasi
n : Penentuan jumlah per angkatan menurut tabel Isaac dan Michael dengan taraf
kesalahan 5%
Tabel 1.5 Sampel per angkatan sebagai berikut:
1. Angkatan 2013 :
82 / 222 X 135 = 50
2. Angkatan 2014 :
66 / 222 X 135 = 40
3. Angkatan 2015 :
74 / 222 X 135 = 45
135
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Data yang
diperoleh dari kuesioner yang telah terkumpul akan dianalisis dengan
menggunakan tabel dan grafik frekuensi yang kemudian dijabarkan secara
deskriptif. Penelitian ini memanfaatkan software SPSS versi 20.s dalam
pengolahannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Komunikasi Massa
Berbicara Tentang komunikasi massa, tentu saja media massa yang ada
didalamnya tidak akan ketinggalan untuk dibicarakan pula, karena komunikasi massa
hanya dapat berlangsung apabila melalui media massa. yang termasuk disini adalah
media massa modern, seperti televisi, radio, film, dan media cetak. media massa
modern perkembangannya akan selalu seirama dengan perkembangan teknologi
elektronika.
Untuk memperoleh pengertian yang lebih luas dan baik menngenai
komunikasi massa ini, kita tinjau beberapa definisi lain dalam Maulana & Gumelar
(2013:124) :
Menurut Bittner, J.R (Rakhmat 1999) dalam bukunya Mass Communication: An
Introduction menjelaskan :
“Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa
pada sejumlah besar orang (Mass communication is messages communicated
through a mass medium to a large number of people)”
Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa komunikassi massa itu harus
menggunakan media massa. jadi tidak menggunakan media massa, maka itu bukan
komunikasi massa. definisi dari bittner ini seolah-olah hanya menekannkan pada
pesan sebagai focus utama dari media massa.
Komunikasi massa sebagi suatu proses, Edwn Emery, Phillip H. Ault, Warren
K. Agee, berpendapat sebagai berikut :
“Komunikasi massa menyampaikan Informasi , Ide, dan sikap kepada
berbagai komunikan yang jumlahya cukup banyak dengan menggunakan
media massa (This is mass communication-delivering information, ideas and
attitudest a ziseable and diversified audience through use of the media
developed for that purpose)”
Pendapat Emery diatas, menunjukkan perbedaan penjelasan mengenai arti
komunikasi massa dalam hubungannya dengan pengguaan media massa itu sendiri.
ada pula pendapat lainnya yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi yang
lain, yaitu Gabner, Gabner (1967) mengemukakan sebagai berikut Maulana &
Gumelar (2013 : 124) :
“Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan
teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas
dimiliki orang lain dalam masyarakat industry (Mass communication is the
technologiccaly and institutionally based production and distribution of the
most broadly shared continuous flow of messages in industrial society)”
Dari definisi Garbner di atas, tergambar bahwa komunikasi massa itu
menghasilkan suatu produk yakni berupa pesan-pesan komunikasi. produk tersebut
disebarkan, didistribusikan kepada khalayak uas secara terus-menerus dalam jarak
waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, dwimingguan dan bulanan. Proses
memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan harus oleh
lembaga, dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa
akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri.
Nabeel
Jurdi
dalam
bukunya
Readings
in
Mass
Communication
(1983),berpendapat sebagai berikut:
“Dalam komunikasi massa, tidak ada tatap muka antar penerima pesan (in
mass communication, there is no face-to face contact)” Nurudin, (2011:10)
Tatap muka yang dimaksudakan dalam pengertian komunikasi ini sifatnya
bukan kasuistis, artinya tidak bisa dipahami dalam sekolompok atau komunitas
masyarakat tertentu. Tatap muka disini seharusnya memeberikan kesempatan pada
semua audiens untuk bisa bertatap muka.Jadi, jika semua audiens tidak mempunyai
kesempatan yang sama untuk bertatap muka,itu bukan termasuk komunikasi massa.
Berdasarkan beberapa definisi diatas, Rakhmat (2012 : 187) merangkum
definisi tentang komunikasi massa, yaitu :
“Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan
sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan
anonym melalui media
cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara
serentak dan sesaat”
Dari definisi-definisi diatas, Ardianto menyimpulkan bahwa kita dapat
mengetahui pula karakteristik komunikasi massa, sebagai berikut :
a. Komuikatornya terlembagakan
b. Pesan bersifat umum
c. Komunikannya heterogen
d. Media massa menimbulkan keserempakan
e. Komunikasi assa bersifat satu arah
f. Umpan balik tertunda (delayed) dan tidak langsung (indirect)
B.
Televisi
Tidak heran kalau perkembangan sarana komunkasi begitu pesat, termasuk
didalammnya pertumbuhan media elektronik televisi sebagai media massa. kehadiran
media televisi, tidak berarti membuat media massa lain, seperti media cetak dan radio
menjadi terbelakang, justru ketiganya dapat saling mengisi kekurangan masingmasing, sehingga khalayak pun dapat menerima informasi yang semakin lengkap dan
variatif.
Kelebihan televisi antara lain adalah sifatnya yang audio visual yang mampu
menyebarluaskan informasinya secara langsung, karena saat ini, faktor kecepatan dan
ketepatan dalam penyampaian informasi sangatlah penting.
Televisi saat ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia.
bannyak orang yang menghabiskan waktunya lebih lama di depan televisi
dibanndingkan degan waktu yang digunkan untuk ngobrol dengan keluarga atau
pasangan mereka. Bagi banyak orang, televisi adalah tren, menjadi cermin perilaku
masyarakat dan dapat menjadi candu. Televisi membujuk kita untuk mengonsumsi
lebih banyak dan lebih banyak lagi. Televisi memperlihatkan bagaimana kehidupan
orag lain dan memberikan ide tentang bagaimana kita ingin menjalani hidup ini.
Ringkasnya, televisi mampu memasuki sisi-sisi kehiupan kita lebih dari yang lain
Morissan (2010 : 1).
Televisi menjadi fenomea besar di era sekarang ini, harus diakui bahwa peran
televisi sangatlah besar dan membentuk pola piker, pengembangan wawasan dan
pendapat umum, termasuk pendapat untuk menyukai produk-produk industri tertentu
yang disajikan semakin lama semakin menarik, meskipun meerlukan biaya yang
tinggi, tidak mengherankan kalau khalayak betah duduk berlama- lama menikmatinya
Darwanto ( 2007 : 25).
1.
Fungsi Media Massa
Media massa seingkali pula dipandang sebagai guide, petunjuk jalan atau
interpreter, yang menerjemahkan dan menunjukkan arah atas berbagai ketidak
pastian, atau alternatif yang bergam.
Melihat media massa sebagai forum untuk mempresentasikan berbagai
informasi dan ide-ide kepada khalayak, sehingga memungkinkan terjadinya
tanggapan dan umpan balik.
Fungsi dari media massa adalah sebagai sarana pemberitaan yang ada
dilingkungannya, juga mengadakan korelasi antara informasi yang diperoleh dengan
kebutuhan khalayak sasaran, karenanya pemberitaan atau komunikasi lebih
menekankan pada seleksi, evaluasi dan interprestasi.
Fungsi lain dari media massa yang diutarakan oleh Dennis McQuail bahwa
ada delapan metafora untuk mengartikan fungsi media massa: media merupakan
jendela (Windows) yang memungkinkan kita melihat lingkungan kita lebih jauh,
penafsir (interpreters) yang membantu kita memhami pengalaman, landasan
(platforms) atau pembawa yang menyampaikan informasi, komunikasi interaktif
(interactive communication) yang meliputi tanggapan audiens, penanda(signposts)
yang memberi kita instruksi dan petunjuk, penyaring (filters) yang membagi
pengalaman dan fokus pada orang lain, cermin (mirrors) yang merefleksikan diri kita
ddan penghalang (barriers) yang menutupi kebenaran Little jhon (2009:407).
2.
Televisi sebagai Media Massa
Bermula dengan ditemukannya electrisce telescope sebagai perwujudan
gagasan seorang mahasiswa dari Belin, Paul Nipkow untuk mengirim gambar melalui
udara dari satu temat ke tempat lain. hal ini terjadi antara tahun 1883 – 1884. Perstasi
Nipkow ini menjadikan ia diakui sebagai “Bapak Televisi”. Dengan sangat pesat, dan
bahkan telah menggeser media assa lainnya dalam hal keunggulannya Morissan
(2010 : 2).
Siaran televisi adalah pemancaran sinya listrik yang membawa muatan
gambar proyeksi yang terbentuk melalui pendekatan system lensa dan suara. pancaran
sinyal ini diterima oleh antenna televisi untuk kemudian diubah kembali menjadi
gambar dan suara.
Sejak pemerintah membuka Televisi Republik Indonesia (TVRI) pada
tanggal 24 Agustus 1962, selama 2 tahun penonton televisi di Indonesia hanya
menikmati satu saluran televisi saja. Kemudian pada tahun 1989, memberikan izin
operasi kepada kelompok usaha bimantara untuk membuka stasiun televisi RCTI
yang mana merupakan televisi swasta pertama di Indonesia. Gerakan reformasi pada
tahun 1998 ini telah memicu perkembangan industri televisi. seiring dengan itu,
kebutuhan masyarakat terhadap informasi dan pengetahuan pun semakin bertambah.
3.
Fungsi Televisi
a. Fungsi Penerangan
Televisi adalah media yang mampu menyiarkan inforasi yang amat memuaskan.
Hal ini disebabkan dua faktor yaitu faktor immediacy dan faktor realism. Faktor
immediacy (kebiaasaan) mencaakup pengertian langssung dan dekat. peristiwa yang
disiarkan oleh televisi dapat dilihat dan didengar oleh pemirsa saat peristiwa itu
berlangsung. Realism mngandung pengertian bahwa televisi menyiarkan informasi
apa adanya sesuai dengan kenyataan. Kuswandi (1996 : 170).
b. Fungsi Pendidikan dan Edukasi
Televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan
kepada khalayak yang jumlaHnya begitu banyak secara simultan, sesuai dengan
makna pendidikan yaitu meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat. Salah
satunya dengan menyiarkan acara yang secara implisit mengandung pendidikan,
misalnya acara sandiwara, kuis, film, dan lain lain. Kuswandi (1996 :17)
c. Fungsi Hiburan
Televisi merupakan salah satu media yang daapat memberikan suatu hiburan bagi
kalayaknya, hal ini disebabkan oleh karena layar televisi dapat ditampilkan gambar
hidup beserta suaranya (audio visual) dan dpat dinikmati oleh semua orang, bahkan
tuna aksara. Dalam penelitian ini teori televisi digunakan karena menurut fungsinya
televisi merupakan salah satu media untuk menyampaikan informasi, memberikan
pendidikan dan meningkatkan pengetahuan, membujuk dan memberikan hiburan bagi
penonton Kuswandi (1996 : 19).
4.
Program siaran
Kata program berasal dari bahasa Inggris programme yang berarti acara atau
rencana. Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk
memenuhi kebutuhan audiensnya. Program atau acara yang disajikan adalah faktor
yang membuat audiens tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan stasiun
penyiaran apakah itu televisi maupun radio.program sendiri dapat dianologikan
dengan produk atau barang atau pelayan yang dijual kepada pihak lain, dalam hal ini
adalah audiens. Dengan begitu, program adalah suatu produk yang dibtuhkan orang
sehingga mereka bersedia mengikutinya.
Program yang bagus terdiri dari orang-orang yang telah belajar untuk
mengukur selera atau cita rasa publik melalui penelitian untuk mengetahui kebiasaan
orang menonton televisi.
Program siaran yang akan dibuat harus mempertimbangkan empat hal ketika
merencanakan program siaran Morissan (2008:211).
a.
Product, artinya materi program yang dipilih haruslah yang bagus dan
diharapkan akan disukai audien yang dituju
b.
Price, biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi atau membeli
program sekaligus menentukan tarif iklan bagi pemasang iklan yang
berminta memasang iklan pada program yang bersangkutan.
c.
Place, artinya kapan waktu siaran yang tepat bagi penonton itu
d.
Promotion, artinya bagaimana memperkenalkan dan kemudian menjual
acara itu sehingga dapat mendatangkan iklan dan sponsor.
A.
Jenis program
Televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya
sangat banyak banyak dan jenisnya beragam. Pada dasarnya apa saja bisa dijadikan
program untuk ditayangkan di televisi selama program itu menarik dan disukai
audiens, dan selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum dan peraturan yang
berlaku. Pengelola stasiun dituntut untuk memiliki kreativitas seluas mungkin untuk
menghasilkan berbagai program yang menarik.
Menurut vane-Gross (1994) dalam Fitriyani (2011) menetukan jenis program
berarti menentukan atau memilih daya tarik (appeal) dari suatu program. Adapun
yang dimaksud dengan daya tarik disini adalah bagaimana suatu program mampu
menarik audiensnya. Menurut vane-Gross: The Programmes must select the appeal
through which the audience will be reached (programmer harus memilih daya tarik
yang merupakan cara untuk meraih audiens).
Berbagai jenis program dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar
berdasarkan jenisnya, yaitu:
a.
Program informasi (berita)
Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk
memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada audiens. Program informasi
tidak hanya melulu program berita dimana presenter atau penyiar membacakan berita
tetapi segala bentuk penyajian informasi termasuk juga talkshow (perbincangan),
misalnya wawancara dengan artis, orang terkenal atau dengan siapa saja. Program
informasi dibagi menjadi dua jenis yaitu berita keras (hard news), yang merupakan
laporan berita terkini yang harus segera disiarkan dan berita lunak (Soft news) sendiri
merupakan segala informasi penting dan mendalam (in-depth) namun tidak harus
segera disiarkan, berita yang masuk dalam kategori ini ditayangkan pada suatu
program tersendiri diluar program berita. Program yang dimaksud dalam kategori ini
adalah: current affair, magazine, dokumenter dan talkshow.
Selain pembagian program berdasarkan skema diatas, terdapat pula pembagia
program berdasarkan apakah suatu program itu bersifat faktual atau fiktif.
b.
Program Siaran Hiburan
Hiburan merupakan sarana pemenuhan kebutuhan masyarakat. Hiburan
diartikan sebagai semua macam atau jenis keramaian, pertunjukan atau permainan
atau segala bentuk usaha yang dapat dinikmati oleh setiap orang dengan nama dan
dalam bentuk apapun, dimana untuk menonton atau mempergunakan fasilitas yang
ada. Dengan demikian dimaksudkan disini adalah pengertian hiburan yang luas, yang
dapat menimbulkan perasaan senang, terhibur atau hal-hal yang menyenangkan bagi
diri manusia. Hiburan juga dapat diartikan sebagai salah satu aktivitas yang bisa kita
lakukan. Artinya, hiburan juga bisa membantu kita memberi semangat sebelum kita
mengerjakan kembali aktivitas kita sehari-hari. Hiburan tidak dapat dipungkiri bahwa
hiburan memang tidak pernahlepas dari kehidupan sehari-hari. Menonton acara
komedi dapat dikatakan sebagai aktivitas hiburan yang paling banyak penggemarnya.
Dunia hiburan pada saat ini masih didominasi oleh acara-acara komedi, Menonton
acara-acara komedi adalah salah satu sarana hiburan yang dapat melepas lelah setelah
beraktifitas.
Setiap hari stasiun televisi berusaha menyajikan berbagai jenis program yang
jumlahnya begitu banyak dan jenisnyapun beragam. Pada dasarnya apa saja apa saja
bias dijadikan program untuk ditayangkan di televisi asal selama program itu menarik
dan disukai oleh penontonnya, dan pula selama tidak bertentangan dengan kesusilaan,
hukum dan peraturan yang berlaku. Sebuah program televisi akan selalu berusaha
agar program yang ditayangkannya selalu dapat diikuti oleh penontonnya. Pengelola
suatu stasiun televisi diharapkan memiliki kreativitas seluas – luasnya agar dapat
menghasilkan berbagai program yang menarik dan berkualitas.
Program hiburan atau yang biasa disebut (entertainment) pada dasarnya
terbagi atas empat kelompok acara yakni :
a) Drama, merupakan program televisi yang disajikan dalam bentuk sinema.
seorang pemain daram dituntut untuk ber-acting & berdialog sesuai
dengan skenario. Drama yang saat ini populer di tanah air seperti, sinetron
yang banyak digemari oleh kalangan remaja hingga ibu-ibu.
b) Permainan ( Game show), program ini dikemas dengan aktifitas yang seu,
terkaang melatih wawasan serta ketangkasan para pemainnya. Program ini
juga banyak disukai karena hadiahnya yang menggiurkan.
c) Musik, Program musik menampilkan sajian musik yang ditampilkan oleh
beberapa penyanyi atau band papan atas berupa konser yang dilakukan di
sebuah lapangan (outdoor) ataupun di dalam studio (indoor).
d) Komedi Pertunjukan, sebuah program yang menampilkan kemaampuan
(performance) para pelawak diatas panggung secara berdialog, ataupun
secara bermonolog seorang diri seperti yang marak saat ini yakni program
stand up comedy.
Beragam program hiburan di televisi saat ini sangat bervariatif, program –
program ini hadir untuk memenuhi kebutuhan penonton akan hiburan televisi.
program hiburan tersebut dikemas dalam acara yang selalu dinanti oleh penonton,
yakni acara sinetron yang sangat digemari oleh kalaangan remaja dan juga ibu – ibu,
program musik, kuis, reality show, infotaiment atau biasa disebut gosip hingga yang
paling disukai yaitu acara komedi. Beragam acara komedi yang hadir ditengah –
tengah masyarakat tentu memberikan efek yang baik bagi penonton, program komedi
melahirkan tawa dan menghilangkan stress setelah menontonnya, program komedi
tersebut hadir dalam bentuk pertunjukan, show, hingga yang saat ini sedang tren
yakni acara stand up comedy.
5.
Audiens
Audiens aadalah faktor yang paling penting bagi media karena audiens adalah
konsumen media. Keberhasilan suatu media sangat ditentukan oleh seberapa besar
media bersangkutan bisa memperoleh pembacanya, pendengan dan penonton.
Walaupun disadari bahwa audiens merupakan faktor paling penting bagi media,
namun sejumlah penelitian menunjukkan bahwa pengelola media massa atau
komunikator massa sering kali menjadikan audiens bukan sebagai faktor terpenting
yang mempengaruhi pekerjaan mereka, namun mereka tetap mengikuti laporan
peringkat acara (rating) dan angka penjualan iklan sebagai indikator untuk
mengetahui jumlah audien mereka. Morissan (2010:57).
Pengelolaan program penyiaran harus memahami kebutuhan audiens dalam
upaya untuk dapat mendesain program yang dapat memenuhi kebutuhan mereka
secara
efektif.
Identifikasi
terhadap
target
audiens
dilakukan
dengan
mengelompokkan sejumlah audiens yang memiliki gaya hidup, kebutuhan dan
kesukaan yang sama.
Persaingan media penyiaran pada dasarnya adalah persaingan merebut
perhatian audiens, dan untuk dapat merebut perhatian audiens, maka pengelola statiun
penyiaran harus memahami siapa audiens mereka dan apa kebutuhan mereka.
Audiens adalah pasar, dan program yang disajikan adalah produk yang ditawarkan.
Menurut Lewis (1991), pengaruh audiens dalam keputusan perencanaan
program adalah dalam bentuk pemberian umpan balik (feedback) secara langsung dan
laporan peringkat (rating) program. Pemberian feedback secara langsung misalnya
audiens mengirim surat (email), menelepon (teleconference), mengirim sms yang
ditujukan kepada pengelola stasiun penyiaran atau pengelola program televisi
tersebut.
Suatu ketika audiens tentu akan berubah. Generasi baru datang, media
penyiaran baru bermunculan, persaingan semakin tajam, sementara program dan
produk baru menawarkan gaya hidup baru. Dengan demikian, audiens bisa berubah.
6.
Efek Media Massa
Efek media massa adalah suatu kesan yang timbul pada pikiran khalayak
akibat adanya suatu proses penyampaian pesan melalui media atau alat-alat
komunikasi mekanis seperti: surat kabar, radio, dan televisi.
Caffe (dalam Ardianto dkk,2004) melihat efek media massa sesuai jenis
perubahan yang terjadi pada diri khalayak, membagi atas empat, sebagai berikut :
1. Efek kognitif
Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang
sifatnya informatif bagi dirinya. Efek kongnitif ini membahas bagaimana
media massa dapat membantu khlayak dalam mempelajari informasi yang
bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kongnitif
2. Efek proporsional kognitif
Efek proporsional kognitif adalah bagaimana media masssa memberikan
manfaat yang dikehendaki oleh masyarakat. Bila televisi menyebabkan kita
lebih mengerti tentang bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka televisi
telah menimbulkan efek proporsional kognitif
3. Efek afektif
Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan dari
komunikasi massa bukan sekedar memberitahu khalayak tentang sesuatu,
tetapi lebih dari itu, khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba,
terharu, sedih, gembira, marah setelah menerima pesan dari media massa.
4. Efek behavioral
Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam
bentuk tindakan atau kegiatan media massa seperti surat kabar.
C.
Persepsi
a)
Pengertian Persepsi
Persepsi adalah proses yang digunakan individu mengelola dan menafsirkan
kesan indera mereka dalam rangka memberikan makna kepada lingkungan mereka.
Meski demikian apa yang dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang
obyektif Robbins (2006:170). Menurut Daviddof, persepsi adalah suatu proses yang
dilalui oleh suatu stimulus yang diterima panca indera yang kemudian
diorganisasikan dan diinterpretasikan sehingga individu menyadari yang diinderanya
itu. Atkinson dan Hilgard mengemukakan bahwa persepsi adalah proses dimana kita
menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Sebagai cara
pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap stimulus. Stimulus yang
diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk ke dalam otak, kemudian
diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit baru kemudian
dihasilkan persepsi.
Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (1983:89), Persepsi adalah kemampuan
seseorang untuk mengorganisir suatu pengamatan, kemampuan tersebut antara lain:
kemampuan untuk membedakan, kemampuan untuk mengelompokkan, dan
kemampuan untuk memfokuskan.
Menurut Walgito, proses terjadinya persepsi tergantung dari pengalaman masa
lalu dan pendidikan yang diperoleh individu. Proses pembentukan persepsi dijelaskan
oleh Feigi sebagai pemaknaan hasil pengamatan yang diawali dengan adanya stimuli.
Setelah mendapat stimuli, pada tahap selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi
dengan interpretation, begitu juga berinteraksi dengan closure. Proses seleksi terjadi
pada saat seseorang memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses
penyeleksian pesan tentang mana pesan yang dianggap penting dan tidak penting.
Proses closure terjadi ketika hasil seleksi tersebut akan disusun menjadi satu kesatuan
yang berurutan dan bermakna, sedangkan interpretasi berlangsung ketika yang
bersangkutan memberi tafsiran atau makna terhadap informasi tersebut secara
menyeluruh.
b)
Proses Pembentukan Persepsi
Damayanti (2000) dalam Prasilika, Tiara H. (2007:12) menggambarkan
proses pembentukan persepsi pada skem di bawah ini :
Gambar 2.1
Skema Pebentukan Persespsi
Stimulus /
Rangsangan
Seleksi Input
Lingkungan
Persepsi
Pengalaman
Proses
Pengorganisasian
Interpertasi
Proses Belajar
Skema tersebut menjelaskan proses pembentukan persepsi dimulai dengan
peneriman rangsangan dari berbagai sumber melalui panca indera yang
dimiliki, setelah itu diberikan sesuai dengan penilaian dan pemberian arti terhadap
rangsangan lain. Setelah diterima ragsangan atau data yang ada diseleksi. untuk
menghemat perhatian yang digunakan rangsangan yang telah diterima diseleksi lagi
untuk diproses pada tahapan yang lebih lanjut. Setelah diseleksi rangsangan
diorganisasikan berdasarkan bentuk sesuai dengan ragsangan yang telah diterima.
Setelah data yang diterima diatur, proses selanjutnya individu menafsirkan data yang
diterima dengan berbagai cara. Lalu muncullah penginterpertasian atau penafsiran
setelah data tersebut betu-betul diterima dan berhasil dipahami.
c)
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Persepsi seseorang tidak timbul dengan sendirinya, tetapi melalui proses dan
faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Hal inilah yang menyebabkan
setiap orang meiliki interpretasi yang berbeda, walaupun apa yang dilihatnya sama.
Menurut Stephen P. Robins, terdapat 3 faktor utama yang mempengaruhi persepsi
seseorang, yaitu :
1. Individu yang bersangkutan (pemersepsi)
Apabila seseorang meihat sesuatu dan berusaha memberikan interpertasi
tentang apa yang dilihatnya itu, ia akan dipengaruhi oleh karakteristik
individual yang dimilikinya seperti sikap, motif, kepentingan, minat,
pengalaman, pengetahuan, dan harapannya.
2. Sasaran dari persepsi
Sasaran dari persepsi dapat berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat-sifat
itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya. persepsi
terhaddap sasaran bukan merupakan sesuatu yang dilihat secaraa teori
melainkan dalam kaaitannya dengan orang lain yang terlibat. hal tersebut yang
menyebabkan seseorang cenderung mengelompokkan orang, benda ataupu
peristiwa sejenis dan memisahkannya dari kelompok lain yang tidak serupa.
3. Situasi
Persepsi harus dilihat secara yang berarti situasi dimana persepsi tersebut
timbul. harus mendapat perhatian. Situasi merupkan faktor yang harus
berperan dalam proses pembentukan persepsi seseorang.
Tidak terlalu berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Stephen P.
Robbins, David Krech (1962) dalam Prasilika, Tiara H. (2007:14) meyatakan bahwa
yang mempengaruhi pembentukan persepsi seseorang adalah :
1. Frame of reference, yaitu kerangka pengetahuan yang dimiliki yang dipengaruhi
dari pendidikan, bacaan, penelitian dll.
2. Frame of experience, yaitu berdasarkan pengalaman yang telah dialaminya dan
tiak terlepas dari keadaan lingkungan sekitarnya.
Menurut Notoatmodjo (2005), ada banyak faktor yang akan menyebabkan
stimulus masuk dalam rentang perhatian seseorang. Faktor tersebut dibagi menjadi
dua bagian besar yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah
faktor yang melekat pada objeknya, sedangkan faktor internal adalah faktor yang
terdapat pada orang yang mempersepsikan stimulus tersebut.
Feldman (1985), pembentkan persepsi juga sangat dipengaruhi oleh informasi
yang pertama kali diperoleh. Oleh karena itu pengalaman yang tidak menyenangkan
akan sangat mempengaruhi pembentukan persepsi seseorang. Tetapi karena stimulus
yang dihadapi oleh manusia senantiasa berubah, maka persepsipun dapaat berubahubah sesuai ddengan stimulus yang diterima.
Menurut Bimo Walgito (2004:70) faktor-faktor yang berperan dalam persepsi
dapat dikemukakan beberapa faktor, yaitu:
1. Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus
dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari
dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima
yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian besar stimulus datang dari luar
individu.
2. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping
itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang
diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. sebagai
alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.
3. Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian,
yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan
persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau kosentrasi dari seluruh aktifitas
individu yang ditunjukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.
b)
Jenis-jenis Persepsi
Jenis-jenis persepsi pada manusia sebenarnya terbagi dua, yaitu persepsi
terhadap objek (lingkungan fisik) dan persepsi terhadap manusia (persepsi sosial),
dan menurut Mulyana (2001:171), kedua persepsi tersebut mempunyai perbedaan,
peredaan tersebut mencakup:
1. Persepsi terhadap objek (lingkungan Fisik)
Persepsi fisik merupakan proses penafsiran terhadap objek-objek tidak
beryawa yang ada di sekitar lingkungan kita. Dalam tayangan "stand up comedy”
persepsi lingkungan fisik terhadap objek dapat diliat dari segi kualitas program
acaranya meliputi tema/materi acara, waktu penayangannya dan setting acara.
2. Persepsi terhadap manusia (Lingkungan Sosial)
Pesepsi sosial adalah proses menangkap arti objek-objek sosial dan kejadian
yang kita alami dalam lingkungan kita. Oleh karena itu manusia bersifat
emosional, sehingga penilaian terhadap orang akan mengandung resiko. Persepsi
saya terhadap anda mempengaruhi persepsi anda terhadap saya, dan gilirannya
persepsi anda terhadap saya juga mempengaruhi persepsi saya terhadap anda.
Setiap orang memiliki gambaran yang berbeda mengenai realitas disekelilingnya.
Karena setiap orang mempunyai persepsi berbeda terhadap lingkungan sosialnya.
D.
Deskripsi Teori
1. Teori S-O-R ( Stimulus Organism Response Theory)
Dalam penelitian ini model yang digunakan adalah model S-O-R. Teori S-OR sebagai singkatan dar i Stimulus-Organism-Response.
Teori ini memiliki tiga elemen yakni pesan (stimulus), penerima (Organism),
dan efek (Response). Stimulus adalah sumber rangsangan, Organism adalah
penerima rangsangan,dan Response adalah umpan balik yang dihasilkan.
Teori S-O-R ini semula berasal dari psikologi.kemudian menjadi teori
komunikasi, adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponenkomponen : sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi
Effendy
(2003:254).
Menurut stimulus respon ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus
terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan
memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.
Pola S-O-R ini dapat berlangsung secara postif atau negatif, misalnya jika
orang tersenyum akan dibalas tersenyum ini merupakan reaksi postif, namun jika
tersenyum dibalas dengan palingan muka maka ini merupakan reaksi negatif.
Hovland, Janis, dan Kelley menyatakan bahwa dalam menelah sikap yang baru
ada tiga variabel penting yakni perhatian, pengertian, dan penerimaan Effendy
(2003:205).
Untuk lebih jelasnya model Stimulus-Organism-Response dapat dilihat dalam
gambar dibawah ini:
Gambar 2.2
The Stimulus Organism Response Theory
Stimulus
Organism
-
Perhatian
Pengertian
Penerimaan
Respons ( Perubahan Sikap)
Sumber : Effendy (2003:255)
Unsur-unsur dalam model ini adalah:
I. Pesan (Stimulus)
II. Komunikan ( Organism)
III. Efek (respons)
2.
Teori Perbedaan Individu ( Individual Differences Theory)
Namun teori yang diketengahkan oleh Melvin De fleur ini lengkapnya
adalah “ Individual Differences Theory Of Mass Communication Effect”. Teori ini
menelah perbedaan individu-individu sebagai sasaran media massa ketika mereka
diterpa sehingga menimbulkan efek tertentu.
Anggapan dasar teori ini adalah bahwa manusia amat bervariasi dalam
organisasi psikologisnya secara pribadi. Variasi ini sebagian dimulai dari
dukungan perbedaan secara biologis, tetapi ini dikarenakan pengetahuan secara
individual yang berbeda. Manusia yang dibesarkan dalam lingkungan yang secara
tajam berbeda, menghadapi titik-titik pandangan yang berbeda secara tajam pula.
Dari lingkungan yang dipelajarinya itu, mereka menghendaki seperangkat sikap,
nilai, dan kepercayaan yang merupakan tatanan psikologisnya masing-masing
pribadi yang membedakannya dari yang lain.
Teori perbedaan individual ini mengandung rangsangan-rangsangan
khusus yang menimbulkan interaksi yang berbeda dengan watak-watak
perorangan anggota khalayak. Oleh karena terdapat perbedaan individual pada
setiap anggota khalayak itu, maka secara alamiah dapat diduga akan muncul efek
yang bervariasi sesuai dengan perbedaan individual itu.
3.
Teori Komedi
Menurut Aristoteles, Komedi merupakan tiruan tingkah laku manusia
atau perwujudan keburukan manusia ketika menjalankan kehidupsn sehingga
menumbuhkan tertawaan dan cemoohan sampai terjsdi katarsis atau penyucian
jiwa Yudiaryani (2002).
Komedi adalah lakon yang mengungkapkan cacat dan kelemahan sifat
manusia dengan cara yang lucu, sehingga penonton bisa menghayati kenyataan
hidupnya. Jadi lakon komedi bukan hanya sekedar lawakan kosong akan tetapi
harus mampu membukakan mata penonton kepada kenyataan kehidupan seharihari yang lebih dalam. perkembangan komedi bias dikategorikan kedalam
berbagai tipe lakon komedi berdasarkan pada suber huornya, meode
penyampaian, dan bagaimana komedi tersebutt disampaikan. Berikut adalah tipe
komedi berdasarkan alirannya :
a) black comedy (komedi gelap), adalah sebuah aliran komedi yang
merujuk kepada hal – hal yang meresahkan, misalnya kematian,
terror dan perang. hamper mirip dengan film horror.
b) character comedy (komedi karakter) adalah komedi yang
mengambil humor dari sebuah pribadi yang diciptakan dan dibuat
oleh pemeran. beberapa lakon komedi ini berasal dari hal-hal yang
klise.
c) improvisational comedy (komedi improvisasi) adalah komedi yang
tidak terencana dalam pementasannya.
d) observationl comedy (komedi pengamatan) adalah komedi yang
bersumber pada lelucon hidup keseharian dan melebih-lebihkan
hal yang sepele menjadi hal yang sangat penting.
e) physical comedy (komedi fisik) adalah sebuah komedi yang mirip
dengan dagelan atau lelucon kasar, lebih megutamakan gestur dan
gerakan fisik.
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A.
Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Hasanudiin
1. Sejarah Singkat Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin
Perguruan tinggi Swasta “Pers dan Publisiteit” mengawali terbentuknya
jurusan Ilmu Komunikasi di Makassar pada tahun 1960-an. Merupakan hasil dari
sebuah gerakan mahasiswa yang pada saat itu sedang menjalani studi di ‘Akademi
Wartawan’ Universitas Sawerigading. Para mahasiswa ini merasa khawatir
dengan proses belajar mengajar yang kurang efektif yang mereka dapatkan,
seperti dosen yang tidak pernah hadir dan berbagai masalah lainnya.
Bentuk kekhawatiran ini berujung pada sebuah gerakan yang dipelopori
oleh dua orang mahasiswa, yaitu A.S Achmad dan Abdullah suara yang
menginginkan adanya normalisasi akademik sebagai salah satu bentuk solusi dari
permasalahan diatas.
Merespon hal tersebut, selaku Rektor Universitas Sarewigading yang
pada saat itu menjadi prof. Nurdin Syahadat bersama dengan dekan akademi Idrus
Effendi, memberikan tanggapan yang kurang memuaskan atas permintaan yang
diajukan oleh gerakan mahasiswa tersebut. Permasalahan klasik, tidak ada dana
yang mencukupi untuk mewujudkannya.
Tidak menyerah sampai disitu, merasa keinginannya tidak terpenuhi,
kedua mahasiswa tersebut akhirnya mengajukan permintaan dan kepada panglima
Kodam yang pada saat itu dijabat oleh M. Yusuf. Permintaan ini disambut positif
oleh beliau, pemberian dana bantuan harus dikelola secara khusus. Perjuangan
pun berlanjut kepada rektor untuk merealisasikan keinginan mereka. Alih-alih
permasalahan dapat teratasi dan selesai, kedua mahasiswa tersebut malah dipecat
melalui surat keputusan rektor.
Atas saran dari Idrus Effendi selaku dekan akademi, kedua mahasiswa
tersebut diminta kembali menghadap panglima M.Yusuf untuk mengembalikan
dana bantuan. Namun pada kepala stafnya, panglima M.Yusuf memerintahkan
agar terus memberikan mahasiswa tersebut dorongan dan motivasi untuk
senantiasa berkreativitas. Tak kenal menyerah, kedua mahasiswa tadi kemudian
menyampaikan ide dan keinginan mereka untuk mendirikan sebuah perguruan
tinggi swasta baru kepada Idrus Effendi. Hasilnya, terbentuklah perguruan tinggi
“pers dan Publisiteit” yang akhirnya diketahui oleh Idrus Effendi
Perguruan tinggi ini bertujuan untuk menghasilkan kader wartawan yang
berpendidikan tinggi. Hingga pada saat itu jumlah mahasiswanya sekitar 100
orang, dan bertempat di sebuah gedung di jalan Ribura’ne. Tidak lama kemudian,
setelah mendapatkan izin dari pusat, Panglima M. Yusuf membuka Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik. Perguruan tinggi “Pers dan Publisiteit” akhirnya dilebur
ke dalam Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Publisistik dan untuk
pertama kalinya, G.R Pantouw memimpin Jurusan Ilmu Publisistik.
2. Visi, Misi dan Tujuan Program Studi Pada Jurusan Ilmu Komunikasi
Universitas Hasanuddin
 Visi Program Studi
Menjadi Pusat Unggulan Pendidikan, Penelitian dan Penerapan Ilmu
Komunikasi menuju UNHAS sebagai World Class University
 Misi Program Studi
I.
Menyelenggarakan pendidikan Ilmu Komunikasi dalam jenjang
sarjana.
II.
Mengembangkan riset yang berorientasi pada penemuan, penerapan,
pengembangan, dan pengayaan khasanah Ilmu Komunikasi dan
teknologi informasi.
III.
Menyelenggarakan pelatihan professional dan aktivitas komunikasi
lainnya yang aplikatif untuk membantu masyarakat sebagai wujud
dari Universitas Social Responsibility (USR)
 Tujuan Program Studi
Tujuan Umum
Menyiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang
memiliki kemampuan intelektual (cognitive, afektif, psychomotoric) dalam
menerapkan,
mengembangkan,
dan/atau
memperkaya
khasanah
ilmu
pengetahuan dan teknologi dibidang Komunikasi serta menyebarluaskan dan
mengupayakan penggunaanya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
dan memperkaya kebudayaan nasional.
Tujuan Khusus
I.
Menyiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang
beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, jujur,
santun, memiliki kepekaan dan tanggung jawab terhadap lingkungan
sekitar.
II.
Menguasai pengetahuan dan memiliki keterampilan di bidang ilmu,
seni, dan teknologi komunikasi.
III.
Menguasai prinsip-prinsip dasar pemecahan masalah dalam bidang
komunikasi yang dihadapi masyarakat dengan berbasis ilmu
pengetahuan,seni dan teknologi secara kreatif dan inovatif
3. Sasaran Program Studi
Menghasilkan sarjana Ilmu Komunikasi yang terampil, kreatif, dan inovatif
dalam memenuhi kebutuhan kerja dibidang jurnalistik, Public Relations, dan
Broadcasting
4. Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas hasanuddin (UNHAS)
Pada perkembangan selanjutnya, jurusan Ilmu Publisistik berganti nama
menjadi Jurusan Ilmu Komunikasi. Jumlah program studi yang dikembangkan
telah mengalami perubahan berdasarkan kurikulum yang berlaku.
Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin mengemban misi untuk
menghasilkan Sarjana Strata I (S1) yang memiliki kemampuan dalam pengelolaan
bidang-bidang Jurnalistik (kewartawanan), Public Relations (kehumasan), dan
Broadcasting (Penyiaran).
Berdasarkan kurukulum yang berlaku, Jurusan Ilmu Komunikasi sekarang
mengembangkan 3 Program Studi, yaitu:

Program Studi Jurnalistik

Program Studi Public Relations

Program Studi Broadcasting
Dalam menunjang kegiatan proses belajar mengajar pada jurusan Ilmu
Komunikasi, jumlah tenaga pengajar (dosen) dan staf berdasarkan data
terakhir tahun ajaran 2015/2016 sebanyak 25 orang, dengan rincian sebagai
berikut:
I. Guru besar
: 2 Orang
II. Doktor
: 6 Orang
III. Magister
: 11 Orang
IV. Dosen
: 23 Orang
V. Staf Administrasi
Adapun
: 3 Orang
fasilitas-fasilitas
yang
dimiliki
Komunikasi Universitas Hasanuddin, ialah :
I.
Laboratoriun Radio
oleh
Departemen
Ilmu
II.
Laboratorium Produksi Siaran TV
III.
Ruang Baca
IV.
Pemancar Radio
V.
Kamera Vidio
VI.
Kamera foto
VII.
Printer
5. Profil Lulusan Program Studi
Profil lulusan jurusan/Program studi komunikasi dikelompokkan berdasarkan
3 konsentrasi sebagai berikut:
1. Konsentrasi Jurnalistik:
-
Wartawan
-
Manager Media
-
Fotografer
-
Konsultan Media
-
Pendidik / Trainer
-
Peneliti
2. Konsentrasi Public Relation:
-
PR/Humas
-
Public Speaker / Juru bicara
-
Bagian pemasaran/Promosi
-
Event Organizer
-
Publisher
-
Pendidik/Trainer
-
Peneliti
-
Konsultan PR
3. Konsetrasi Penyiaran/Broadcasting:
-
Jurnalis Radio/TV
-
Penyiar Radio/TV
-
Vidio Editor
-
Script Writer
-
Programmer
-
Produser
-
Pendidik/Trainer
-
Peneliti
6. Kompetensi Lulusan
 Kompetensi Lulusan Konsentrasi Jurnalistik
a. Kompetensi Utama
1. Mampu memanfaatkan IPTEKS dalam bidang jurnalistik surat kabar,
radio, televisi, dan internet, serta beradaptasi terhadap situasi yang
dihadapi
dalam
penyelesaian
masalah
jurnalistik
surat
kabar/radio/televisi/internet.
2. Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan spesialis dan
mendalam
di
bidang-bidang
kabar/radio/televisi/internet,
serta
mampu
jurnalistik
surat
memformulasikan
penyelesaian
masalah
procedural
jurnalistik
surat
kabar/radio/televisi/internet.
3. Mampu mengambil keputusan strategis berdasarkan analisis informasi
dan data, memberikan petunjuk dalam memilih berbagai alternative
solusi dalam bidang jurnalistik surat kabar/radio/televisi/internet.
4. Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung
jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi dan individu dalam
bidang jurnalistik surat kabar/radio/televisi/internet.
b. Kompetensi pendukung
1. Mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam
merancang
dan
mengelola
kegiatan
jurnalistik
surat
kabar/radio/televises/internet.
2. Mampu memecahkan permasalahan jurnalistik dengan memanfaatkan
ilmu dan teknologi informasi dan komunikasi
3. Menguasai konsep dan teori tentang jurnalistik serta mampu
menerapkan konsep dan teori tersebut dalam mengelola lembaga dan
kegiatan jurnalistik surat kabar/radio/televisi/internet.
4. Mampu menawarkan alternatif penyelesaian masalah prosedural untuk
efektivitas dan efisiensi pengelolahan lembaga dan kegiatan jurnalistik
surat kabar/radio/televisi/internet.
5. Menguasai metode dan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif dalam
bidang jurnalistik surat kabar/radio/televisi/internet.
6. Mampu menyusun telaahan (evaluasi) tentang kelebihan, kelemhana,
peluang, dan ancaman dalam proses penyelenggaraan lembaga dan
kegiatan jurnalistik.
7. Mampu memanfaatkan informasi dan data dalam menentukan
alternatif yang paling tepat dalam pemecahan masalah jurnalistik
8. Mampu
mengelola
lembaga
dan
kegiatan
jurnalistik
surat
kabar/radio/televisi/internet dengan berpedoman pada nilai-nilai
kejujuran, seimbang, adil dan demokratis baik secara individual
maupun secara tim.
c. Kompetensi lainnya
1. Berpikir logis dan berstruktur berdasarkan kaidah ilmu pengetahuan
dalam bidang jurnalistik surat kabar/radio/televisi.
2. Terampil
dalam
mengelola
lembaga
dan
kegiatan-kegiatan
jurnalistik/surat kabar/radio/televisi.
3. Berpegang teguh pada prinsip-prinsip hukum,etika,moral,dan keTuhan-an, berakhlak mulia, dan memliki etos kerja yang tinggi dalam
menyelenggarakan layanan kepada masyarakat yang terkait dengan
bidang jurnalistik surat kabar,radio,dan televisi
 Kompetensi Lulusan Konsentrasi Public Relations
a. Kompetensi utama
1. Mampu memanfaatkan IPTEKS dalam pengelolaan lembaga dan
kegiatan Public Relations, serta beradaptasi terhadap situasi yang
dihadapi dalam penyelesaian masalah lembaga dan kegiatan public
relations.
2. Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan spesialis dan
mendalam dalam pengelolaam lembaga dan kegiatan public relations,
serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah prosedural
kelembagaan dan public relations.
3. Mampu mengambil keputusan strategi berdasarkan analisis informasi
dan data, dan memberikan petunjuk dalam memilih berbagai alternatif
solusi dalam pengelolaan lembaga dan kegiatan public relations.
4. Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung
jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi dan individu dalam
pengelolaan dan kegiatan public relations.
b. Kompetensi pendukukung
1. Mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam
merancang dan mengelola lembaga dan kegiatan public relations baik
pada instansi pemerintah maupun swasta.
2. Mampu
memecahkan
permasalahan
public
relations
dengan
memanfaatkan ilmu dan teknologi informasi dan komunikasi.
3. Menguasai konsep dan teori tentang public relations serta mampu
menerapkan konsep dan teori tersebut dalam mengelola lembaga dan
kegiatan public relations.
4. Mampu menawarkan alternatif penyelesaian masalah prosedural untuk
efektivitas dan efisiensi pengelolaan lembaga dan kegiatan public
relations.
5. Menguasai metode dan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif dalam
bidang public relations.
6. Mampu menyusun telahan (evaluasi) tentang kelebihan, kelemahan,
peluang dan ancaman dalam proses penyelenggaraan lembaga dan
kegiatan public relations.
7. Mampu memanfaatkan informasi dan data dalam menentukan
alternatif yang palimg tepat dalam pemecahan masalah kelembagaan
dan kegiatan public relations.
8. Mampu mengelola lembaga dan kegiatan public relations dengan
berpedoman pada nilai-nilai kejujuran, seimbang, adil dan demokratis
baik secara individual maupun tim.
c. Kompetensi lainnya
1. Berpikir logis dan berstruktur berdasarkan kaidah ilmu pengetahuan
dalam bidang public relations.
2. Terampil memenafaatkan teknologi dalam mengelola lembaga dan
kegiatan-kegiatan public relations.
3. Berperang teguh pada prinsip-prinsip hukum, etika,moran dan keTuhan-an, berakhlak mulia, dan memiliki etos kerja yang tinggi dalam
menyelenggarakan layanan kepada masyarakat yang terkait dengan
bidang public relations.
 Kompetensi Lulusan Konsentrasi Penyiaran/Broadcasting
a. Kompetensi Utama
1. Mampu memanfaatkan IPTEKS dalam pengelolaan lembaga dan
kegiatan penyiaran/reportase/presentase acara/program radio dan
televisi, serta beradaptasi terhadap situasi yang dihadapi dalam
penyelesaian
masalah
lembaga
dan
kegiatan
penyiaran/reportase/presentase.
2. Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan spesialis dan
mendalam
dalam
pengelolaan
lembaga
dan
kegiatan
penyiaran/reportase/presentasi acara/program radio dan televisi, seta
mampu
memformulasikan
penyelesaian
masalah
prosedural
kelembagaan dan penyiaran/reportase/presentasi
3. Mampu mengambil keputusan strategis berdasarkan analisis informasi
dan data, dan memberikan petunjuk dalam memilih berbagai alternatif
solusi
dalam
pengelolaan
lembaga
dan
kegiatan
penyiaran/reportase/presentasi acara/program radio dan televisi.
4. Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung
jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi dan individu dalam
pengelolaan dan kegiatan penyiaran/reportase/presentasi.
b. Kompetensi Pendukung
1. Mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam
merancang
dan
mengelola
lembaga
dan
kegiatan
penyiaran/reportase/presentasi baik pada instansi pemerintah ataupun
swasta.
2. Mampu memecahkan permasalahan penyiaran/reportase/presentasi
acara/ program radio dan televisi dengan memanfaatkan ilmu dan
teknologi informasi dan komunikasi.
3. Menguasai konsep dan teori tentang kelembagaan dan kegiatan
penyiaran/reportase/presentasi dan mampu menerapkan konsep dan
teori
tersebut
dalam
mengelola
lembaga
dan
kegiatan
penyiaran/reportase/presentasi.
4. Mampu menawarkan penyelesaian alternatif masalah prosedural untuk
efektivitas
dan
efisiensi
pengelolaan
lembaga
dan
kegiatan
penyiaran/reportase/presentasi.
5. Menguasai metode dan teknik analisis kualitatitf dan kuantitatif dalam
bidang penyiaran/reportase/presentasi.
6. Mampu menyusun telahaan (evaluasi) tentang kelebihan,kelemahan
peluang,dan ancaman dalam proses penyelenggaraan lembaga dan
kegiatan penyiaran/reportase/presentasi.
7. Mampu memanfaatkan informasi dan data dalam menentukan
alternatif yang paling tepat dalam pemecahan masalah kelembagaan
dan kegiatan penyiaran/reportase/presentasi.
8. Mampu
mengelola
lembaga
dan
kegiatan
penyiaran/reportase/presentasi acara/program radio dan televisi dengan
berpedoman pada nilai-nilai kejujuran, seimbang, adil dan demokratis
baik secara individual maupun tim.
c. Kompetensi Lainnya
1. Berpikir logis dan berstruktur berdasarkan kaidah ilmu pengetahuan
dalam bidang penyiaran/reportase/presentasi acara/program radio dan
televisi
2. Terampil memanfaatkan teknologi dalam mengelola lembaga dan
kegiatan-kegiatan penyiaran/reportase/presentasi acara/program radio
dan televisi.
3. Berpegang teguh pada prinsip-prinsip hukum, etika, moral, dan keTuhan-an, berakhlak mulia, dan memiliki etos kerja yang tinggi dalam
penyelenggaraan layanan kepada masyarakat yang terkait dengan
bidang penyiaran/reportase/presentasi acara/ program radio dan
televisi.
Tabel 3.1 Jumlah Mahasiswa Ilmu Komunikasi Unhas Tahun 2016
TAHUN MASUK
JUMLAH MAHASISWA
2013
88
2014
66
2015
74
Sumber: Akademik jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin 2016
B.
Program Stand up Comedy Indonesia (SUCI) Kompas TV
Stand up comedy Indonesia (SUCI) adalah program kompetisi yang digagas
dan ditayangkan oleh kompetisi. Program ini menampilkan para komika tunggal
untuk menunjukkan kemampuannya dalam ber-stand up comedy. Pada awal
kemunculannya pada season pertama tahun 2011, Suci menghadirkan 13 kontestan.
Hingga saat ini program stand up comedy di Kompas TV masih berlangsung dan saat
ini sudah memasuki season 7.
Kompetisi Stand up comedy Indonesia (SUCI) pertama kali digagas untuk
memberi hiburan komedi bagi pemirsa televisi Indonesia. Hal ini muncul karena
kegelisahan terhadap program Opera Van Java yang ditayangkan oleh Trans 7,
dimana OVJ dimana OVJ munccul sebagai program komedi yang mengedepankan
komedi slapstik. Pada program ini, meski menggunkan property yang sama, banyak
memunculkan adegan kekerasan yang mengedepankan kontak fisik.
Kompas TV, sebagai sebuah perusahaan media yang menyajikan konten
tayangan televisi inspiratf dan menghibur utuk keluarga Indonesia pun berusaha
menjawab keresahan tersebut. Sesuai dengan visi & misi Kompas TV , yaitu memberi
inspirasi dan mencerdaskan masyarakat Indonesia melalui tayangan yang informatif,
mendidik dan menghibur. stand up comedy dianggap sebagai salah satu bentuk
komedi yang cerdas sejalan dengan visi & misi Kompas TV, karena setiap matei yang
dibawakan oleh para komika melalui tahap pemikiran yang panjang, riset, survey,
atau observasi.
Selain menjadi alternative hiburan komedi, kompetisi stand up comedy
Indonesia (SUCI) yang digagas oleh Kompas TV menjadi alternatif ajang pencarian
bakat di Indonesia yang didominasi oleh program menyanyi dan menari yng
seringkali memiliki konsep yang konstan tanpa ada perubahan. Kompetisi stand up
comedy (SUCI) Kompas TV berusaha mendobrak batasan tersebut. Sebagai sebuah
program stand up comedy ajang pencrian bakat dari stasiun televisi Amerika NBC,
The last komika standing dijadikan model mentah untuk membuat kompetisi stand up
comedy Indonesia (SUCI) ini, tentu dengan berbagai modifikasi agar sesuai dengan
kutur serta budaya yang ada di Indonesia. stand up comedy yang mulai populer
tersebut kini banyak diminati oleh masyarakat Indonesia terbukti dari beberapa
stasiun televisi yang telah berhasil menayangkan acara tersebut. Sejak Kompas TV
menayangkan ajang pencarian bakat stand up comedy pertama di Indonesia pada
tahun 2011 yang berjudul stand up comedy Indonesia (SUCI). program ini
mendapatkan respon yang cukup tinggi dibandingkan program lainnya di Kompas
TV, dapat dilihat dari yang menonton secara live dan jumlah follower akun twitter
@StandUpKompasTV yang berjumlah 217 ribu lebih, dan program ini juga
merupakan salah satu penyumbang rating terbesar di Kompas TV.
1.
Pengertian Stand up comedy
Stand up comedy adalah lawakan atau komedi yang dilakukan di atas
panggung oleh seseorang dengan melontarkan serangkaian lelucon berdurasikan 10
sampai 45 menit. Menurut Bastian (2014: 40) stand up comedy adalah seni melawak
yang disampaikan di depan penonton secara live.
Simpulan dari pendapat tersebut yaitu stand up comedy merupakan seni
komedi yang dilakukan perseorangan di atas panggung. stand up comedy berbeda
dengan seni komedi yang lainnya, terbukti dari jumlah personilnya yang hanya satu
dan berdusarikan beberapa menit saja. Melakukan komedi hanya sendiri di atas
panggung menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku komedi karena serangkaian materi
harus sudah disiapkan sebelumnya, berbeda dengan komedi yang lainnya bisa saling
mengumpan antara pelaku komedi secara langsung.
2.
Sejarah Stand up comedy
Awal mula perkembangan stand up comedy berasal dari Amerika, yaitu
sekitar tahun 1800-an). Sejarah stand up comedy hadir di Indonesia diawali oleh alm.
Taufik Savalas lewat acaranya comedy café dan Ramon Papana sebagai pemilik
comedy café yang sekarang dinobatkan sebagai Bapak stand up comedy Indonesia
Bastian (2014: 41). Namun pada saat itu, acara tersebut belum banyak dikenal oleh
masyarakat Indonesia, bahkan masih asing di telinga masyarakat Indonesia karena
masih kurang dapat memahami mengenai stand up comedy.
Stand up comedy tidak hanya berhenti sampai di situ, komedian kenamaan
seperti Pandji Pragiwaksono, Raditya Dika, dan Abdel Achrian ikut berpartisipasi
dalam kemajuan stand up comedy di Indonesia. Hingga pada akhirnya tahun 2011
terdapat seorang produser yang tertarik dengan sstand up comedy dan membuat
program ajang pencarian bakat stand up comedy Indonesia di Kompas TV. Karena
itu, tahun 2011 merupakan tahun stand up comedy mulai banyak dikenal oleh
masyarakat Indonesia.
Menjamurnya program stand up comedy menjadi awal terbentuknya berbagai
komunitas-komunitas stand up yang didirikan di berbagai kota besar, dan program
stand up comedy Kompas TV masih bertahan untuk mewadahi para komika berbakat.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEBAHASAN
A.
HASIL PENELITIAN
Sebagaimana telah dijelaskan di Bab sebelumnya sesuai dengan judul yang
telah dikemukakan, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana persepsi
mahasiswa terhadap tayangan stand up comedy di Kompas TV. Peneliti memilih
mahasiswa Departemen Ilmu komunikasi fakultas Ilmu sosial dan ilmu politik
sebagai objek pengukuran persepsi.
Hasil penyebaran kuesioner dalam penelitian ini diolah ke dalam software
IBM SPSS statistic v.20, pengimputan data dilakuakn dengan menganalisis data tiaptiap pertanyaan/variabel kemudian dideskripsikan menjadi analisis frekuuensi untuk
mengetahui nilai persentase dari jumlah jawaban.
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Departemen ilmu komunikasi
yakni dari angkatan 2013 hingga 2015, dan jumlah responden yang menjadi sampel
didapat seetelah perhitungan menggunakan table Issac dan Michael, berjumlah 135
responden. Untuk lebih jelasnya maka hasil penelitian ini dapat kita lihat pada tabeltabel dibawah ini :
1. Identitas Responden
1.1 Angkatan
Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden penelitian ini,
menunjukan bahwa persentase responden terbesr ialah dari angkatan 2013 dengan
jumlah 50 respondn (37%) , lalu angkatan 2015 yakni 45 responden (33,3 %)
disusul angkatan 2014 sebanyak 40 responden (29,6%) responden, Untuk lebih
jelasnya dapat kita lihat sebagai berikut :
Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Angkatan
N = 135
Angkatan
Frekuensi
Persentase
2013
50
37
2014
40
29.6
2015
45
33.3
Total
135
100.0
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner,2017
1.2 Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian
ini, menunjukan bahwa persentae terbesar adalah responden perempuan dengan
jumlah
82 responden (60,7%) kemudian responden laki laki sebagnyak 53
responden (39,2%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 42
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
N= 135
Jenis Kelamin
Frekuensi
Persentase
Perempuan
82
60.7
Laki laki
53
39.2
Total
135
100.0
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner,2017
1.3 Usia
Berdasarkan hasi pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian
ini, menunjukan bahwa responden dengan umur diatas 21 tahun berada pada
persentase tertinggi yaitu sebanyak 48 responden (35,5%), kemudian disusul
responden dengan umur 21 tahun sebanyak 40 responden (29,6%), lalu responden
dengan umur 20 tahun sebanyak 39 responden (28,9%) disusul responden dengan
umur dibawah 20 tahun sebanyak 8 responden (5,9%). Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Usia
N= 135
Umur
Frekuensi
Persentase
<20 tahun
39
28.9
20 tahun
8
5.9
21 tahun
40
29.6
>21 tahun
48
35.5
Total
135
100.0
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner,2017
2.
Variabel Penelitian
2.1 Durasi Menonton
Berasarkan hasil pengolahan data ddari 135 responden dalam penelitian
ini, menujukkan bahwa persentase terbesar adalah durasi menonton televisi yakni
1-2 jam sehari yaitu sebanyak 61 responden (45,1%) disusul durasi menonton
kurang dari satu jam yaitu sebanyak 34 responden (25,1%) kemudian durasi
menonton 3-4 jam sehari yakni 28 responden (20,8%) , dan durasi menonton
diatas 4 jam sehari sebanyak 12 respoden (8,9%), Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.4
Distribusi Responden Berasarkan Durasi Menonton Televisi dalam Sehari
N= 135
Durasi Menonton TV
Frekuensi
Persentase
< 1 jam
34
25.1
1 - 2 jam
61
45.1
3- 4 jam
28
20.8
>4 jam
12
8.9
Total
135
100.0
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner,2017
2.2 Jenis acara yang paling disenangi penonton
Berdasarkan hasil survey pengolahn data berkaitan dengan intensitas
responden dalam memilih jenis acara ialah, sebanyak 78 responden (57,7%)
mengaku sering menonton tayangan Komedi dan talk show,
26 responden (
19,2%) lainnya menyukai tayangan reality show dan sinetron, 17 responden
(12,6%) menyukai tayangan news & sport dan sisanya yakni 14 responden
(10,37) memilih tayangan games & kuis, untuk lebih lanjut dapat kita lihat pada
grafik dibawah ini :
Grafik 4.1 Distribusi Responden berdasarkan Jenis acara
10.50%
Komedi & talk show
12.60%
Reality show & sinetron
News & sport
19.20%
57.70%
games & kuis
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner,2017
2.3 Stand up comedy merupakan program hiburan
Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian
ini, menunjukan bahwa 82 (60,7%) responden mengaku sangat setuju bahwa
stand up comedy merupakan program hiburan dan 53 (39,2%) responden lainnya
mengaku setuju bahwa program stand up comedy merupakan program hiburan.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik berikut:
Grafik 4.2 Distribusi Responden mengenai tayangan stand up comedy sebagai
Program hiburan
39.20%
Setuju
Sangat Setuju
60.70%
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner,2017
2.4 Responden yang pernah menonton program stand up comedy
Berdasarkan hassil pengolahan data dari 135 respoden dalam
pennelitian ini, 135 responden (100%) menyatakan pernah menonton tayangan
stand up comedy dan sisanya yakni 0 responden (o%) responden menyatakan
tidaak pernah menonton tayangan stand up comedy, Untuk lebh jelasnya dapat
dilihat pada grafik dibawah ini :
Grafik 4.3 Distribusi Responden yang pernah /tidak peernah menonton
stand up comedy
0.00%
Pernah
Tidak Pernah
100.00%
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017
2.5 Tayangan stand up comedy Menghibur
Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian
ini, 125 (92,6%) responden menyatakan setuju terhibur & tertawa setelah
menyaksikan tayangan stand up comedy dan 10 (7.4%) responden lainnya
menyataa tidak terhibur / tertawa setelah menyaksikan tayangan stand up comedy.
Untuk lebih jelasnya, dapat kita lihat dalam grafik berikut ini:
Grafik 4.4 Distribusi Responden yang terhibur/tertawa setelah menonton
tayangan “Stand up comedy”
7.40%
Terhibur
tidak teribur
92.50%
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017
2.6 Tayangan stand up comedy memberi informasi
Berdasarkan hasil pegolahan data dari 135 responden dalam penelitian
ini, sebanyak 70 responden (51,8%) responden sangat setuju bahwa tayangan
stand up comedy dapat memberi Informasi mengenai fennomena sosial yang
terjadi dilingkungan sekitar , dan 60 responden (44,4%) menyatakan setuju
bahwa stand up comedy memberikan wawasan, lalu 5 (3,7%) responden lainnya
menyatakan tidak setuju bahwa stand up comedy dapat memberi informasi.
Untuk lebih jelasnya dapat ita lihat pada grafik berikut:
Grafik 4.5 Distribusi Responden berdasarkan penilaian tayangan stand up
comedy dapat memberi informasi
N=135
3.70%
sangat setuju
44.40%
51.80%
setuju
tidak setuju
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017
2.7
Tayangan stand up comedy menambah wawasan
Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian
ini, sebanyak 83 (61,5%) responden mengaku sangat setuju, 46 (34,1%)
responden mengaku hanya setuju dan 6 (4.4%) responden lainnya menyatakan
tidak setuju bahwa stand up comedy dapat menambah wawasan dan memberikan
pengetahuan. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada grafik berikut :
Grafik 4.6 Distribusi Responden mengenai tayangan stand up comedy yang
dapat memberikan wawasan
4.40%
Sangat setuju
34%
Setuju
61.40%
Tidak setuju
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017
2.8
Tayangan Stand up comedy mengajarkan baik & buruk dalam
kehidupan sosial
Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian
ini, sebanyak 75 responden (55,2%) menyatakan setuju, lalu 36 responden (
26,9%) menyatakan sangat setuju, dan sisanya yakni 24 (17,9%)
responden
lainnya menyatakan tidk setuju bahwa melalui tayangan stand up comedy
penonton dapat mengetahui apa yang baik dan yang buruk dalam kehidupan
sosial. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada grafik berikut ini :
Grafik 4.7 Distribusi Responden yang setuju bahwa melalui tayangan stand
up comedy kita mengetahui hal yang baik dan buruk
17.80%
setuju
sangat setuju
26.60%
55.50%
Tidak setuju
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017
2.9
Tayangan stand up comedy disukai penonton
Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian ini,
sebanyak 95 responden (70,3%) menyatakan suka menonton tayangan stand up
comedy, dan sebanyak 35 responden (25,9%) menyatakan sangat menyukai tayangan
stand up comedy serta 5 (3,7%) responden lainnya menyatakan tidak suka menonton
tayangan stand up comedy. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada grafik dibawah
ini :
Grafik 4.8 Distribusi Responden yang menyukai/tidak menyukai tayangan stand
up comedy
3.70%
25.90%
suka
tidak suka
sangat suka
70.30%
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017
2.
3.1
Jadwal Penayangan
Waktu Penayangan
Berdasarkan hasil pengolaha data dari 135 responden dalam penelitian
ini,meunjukan bahwa sebanyak 73 responden (54%) menyatakan bahwa jam tayang
program stad up comedy sudah sesuai, dan 62 responden (45,9%) lainnya
menyatakan jam tayang program tesebut tidak sesuai. Untuk lebih jelasnya dapat
kita lihat pada grafik dibawah ini :
Grafik 4.9 Distribusi Responden berdasarkan waktu penayangan stand up
comedy Kompas TV
Sesuai
45.90%
Tidak sesuai
54%
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017
3.2
Hari Penayangan stand up comedy
Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian
ini, menunjukan bahwa persentase terbesar adalah responden yang menyatakan
bahwa hari penayangan sudah sesuai, yaitu sebanyak 87 responden (64,4%)
kemudian 48 (35,5%) responden lainnya menyatakan bahwa hari penayangan
tidak sesuai. untuk lebih jelanya, dapat kita lihat pada grafik berikut ini :
Grafik 4.10 Distribusi Responden berdasarkan hari penayangan stand
up comedy Kompas TV
Sesuai
35.50%
Tidak sesuai
64.40%
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017
3.3
Durasi Penayangan
Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian
ini, menunjukkan bahwa persentase terbesar adalah responden menyatakan durasi
penayangan program stand up comedy sudah sesuai yakni sebanyak 71 responden
(52,5%) kemudian 52 responden (38,5%) lainnya menyatakan sangat sesuai dan
12 reponden (8,8%) sisanya menyatakan durasi pennayangan stand up comedy
tidak sesuai. Untuk lebih jelasnya, dapat kita lihat pada grafik dibawah ini :
Grafik 4.11 Distribusi Responden berdasarkan durasi penayangan stand
up comedy Kompas TV
8.80%
Sesuai
Sangat sesuai
Tidak Sesuai
38.50%
52.20%
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017
3.4
Penayangan stand up comedy
Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian
ini, menunjukkan bahwa persentase terbanyak adalah responden yang
menyatakan penayangan stand up comedy yakni seminggu sekali sudah sesuai 86
responden (63,7%) dan 49 (36,2%) responden lainnya menyatakan bahwa
penayangan stand up comedy seminggu sekali tidak sesuai. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
Grafik 4.12 Distribusi Responden berdasarkan hari penayangan stand up
comedy seminggu sekali
36.20%
sesuai
tidak sesuai
63.70%
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017
4.
4.1
Komedian stand up (comic)
Pengetahuan nama-nama komika
Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian
ini, persentase terbanyak ialah responden yang mengetahui nama – nama komika
yang tampil di program “stand up comedy Kompass TV” yakni sebanyak 93
responden (68,8%) yang sangat mengetahui sebanyak 17 responden (12,5%) dan
yang tidak mengetahui sebanyak 25 responden (18,5%) tidak mengetahi nama –
nama komika yang tampil dalam program stand up comedy. Untuk lebih jelasnya
dapat kita lihat pada grafik dibawah ini
Grafik 4.13 Distribusi Responden berdasarkan pengetahuan terhadap
nama – nama komik (comic) stand up comedy
18.50%
Mengetahui
12.50%
sangat mengetahui
idak mengetahui
68.80%
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017
4.2
Komika memiliki kredibilitas
berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian
ini, persentase terbanyak ialah 89 responden (65,9%) yang setuju bahwa para
comic dalam acara stand up comedy memiliki kredibilas sebagai seorang comic,
dan 41 responden (30,3%) lainnya sangat setuju, dan 5 responden (3,7%) sisanya
menyatakan tidak setuju bahwa seorang comic memiliki kredibilitas sebagai
seorang comic. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada grafik berikut ini :
Grafik 4.14 Distribusi Responden berdasarkan komika memiliki
kredibilitas sebagai seorang stand up comedian
3.70%
setuju
30.30%
sangat setuju
tidak setuju
65.90%
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017
4.3 Komika/comic Tampil ahli
Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 reponden dalam penelitian ini,
persentase terbanyak ialah responden yang setuju bahwa para comic tampil ahli
dalam membawakan jokes dan lawakannya, yakni sebanyak 98 responden
(72,5%) dan 22 responden (16,2%) lainnya sangat setuju, sedangkan 15
responden (11,1%) lainnya menyatakan tidak setuju. untuk lebih jelasnya dapat
kita lihat pada grafik dibawah ini :
Grafik 4.15 Distribusi Reponden mengenai penyampaian jokes / lawakan
para komika (comic)
11.10%
Setuju
16.20%
Sangat setuju
Tidak setuju
72.50%
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017
4.4
Ekspresi Komika
Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam
penelitian ini, persentase terbanyak ialah responden yang setuju berkaitan
dengan comic yang menyampaikan lawakannya dengan ekspresi yang
menarik dan lucu yakni sebanyak 74 responden (54,8%) dan 38 responden
(28,1%)
lainnya menyatakan sangat setuju dan 23 responden (17%)
menyatakan tidak setuju. untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada grafik
dibawah ini :
Grafik 4.16 Distribusi Responden berdasarkan ekspresi yang menarik
dari para comic
17%
setuju
sangat setuju
28.10%
54.80%
tidak setuju
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017
4.5 Penggunaan gaya bahasa
Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian
ini, persentase terbanyak ialah responden yang menyatakan bahwa penggunaan
gaya bahasa seorang comic sudah baik, yakni 93 responden (68,8%), kemudian
19 responden (14%) lainnya menyatakan sangat baik dan 24 responden (17,7%)
lainnya menganggap bahwa penggunaan gaya bahasa seorag comic stand up
comedy tidak baik. untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada grafik dibawah ini :
Grafik 4.17 Distribusi Responden berdasarkan Penggunaan gaya
bahasa para comic stand up comedy
17.70%
baik
sangat baik
14%
tidak baik
68.80%
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017
5.
5.1
Tema, kejelasan materi dan setting studio
Tema merupakan fenomena yang aktual
Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian
ini, persentase terbesar ialah sebanyak 67 responden (49,6%) yang memilih
bahwa tema yang disampaikan para comic merupakan fenomena soosial yang
aktual di masyarakat, kemudian 57 responden (42,2%) lainnya memilih sangat
aktual dan 11 responden (8,14%) lainnya memilih tidak aktual.Untuk kebih
jelasnya dapat kita ihat pada grafik dibawah ini :
Grafik 4.18 Distribusi Responden berdasarkan Tema materi stand up
comedy yang aktual
8.14%
Akual
49.60%
Sangat Aktual
Tidak aktual
42.20%
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017
5.2 Tema merupakan fenomna sosial yang faktual
Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian
ini, persentase terbesar ialah responden yang menyatakan bahwa tema materi
yang disampaikan oleh para comic merupakan fenomena sosial yang faktual,
yakni sebanyak 66 responden (48,8%) sedangkan 58 responden (42,8%) lainnya
memilih sangat faktual dan 16 responden (11,8%) sisanya memilih tidak
faktual. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel berikut ini :
Grafik 4.19 Distribusi Responden berdasarkan Tema materi stand up comedy
yang faktual
11.80%
Faktual
48.80%
Sangat faktual
Tidak faktual
42.80%
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017
5.3 Setting studio
Berdasarkan hasil pengolahan dari 135 responden dalam penelitian ini,
persentase terbanyak ialah responden yang menyatakan bahwa setting studio
berupa backsound an background dalam tayangan stand up comedy dirasa sudah
sesuai yakni sebanyak 97 responden (71,8%) kemudian 24 responden (17,7%)
lainnya merasa sangat sesuai dan 14 responden (10,3%) lainnya memilih tidak
sesuai. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada grafik dibawah ini :
Grafik 4.20 Distribusi Responden berdasarkan setting studio (backsound &
background) tayangan stand up comedy
10.30%
Sesuai
17.70%
Sangat sesuai
Tidak sesuai
71.80%
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017
6. Daya tarik
6.1 Daya tarik menonton tayangan stand up comedy
Berdasrkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian
ini, persentase terbanyak ialah responden yang tertarik menonton tayangan
stand up comedy karena Populer, yakni sebanyak 47 responden (34,8%)
kemudian disusul alasan tertari menonton karena tema / materi yang disajikan
sebanyak 39 responden (28,8%) , lalu 26 responden (19,3%) memilih
penamplan komika yang memukau dan 23 responden (17%) memilih karena
tayangan stand up comedy tengah up date atau kekinian. Untuk lebih jeelasnya
dapat kita lihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.5
Distribusi Responden Berasarkan Daya Tarik Menonton tayangan
stand up comedy
N = 135
Daya Tarik Menonton
Frekuensi
Persentase
Populer
47
34.8
Up date (kekinian)
39
28.8
Penampilan komika
26
19.3
Tema/materi yang
disajikan komika
Total
23
17
135
100.0
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017
6.2
Tujuan menonton tayangan stand up comedy
Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian
ini, persentase terbesar ialah penonton yang memilih menonton tayang stand up
comedy sebagai sarana hiburan yakni sebanyak 52 responden (38,5%), lalu
sebanyak 45 responden (33,3%) memilih menonton stand up comedy untuk
mengisi waktu luang, kemudian 21 respnden (15,5%) memilih untuk
menghilangkan rasa bosan dan sisianya yakni 17 responden (12,5%) memilih
menonton untuk menambah pengetahuan. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat
pada tabel berikut ini :
Tabel 4.6
Distribusi Responden Berasarkan Tujuan Menonton tayangan stand
up comedy
Tujuan Menonton
Frekuensi
Persentase
Sebagai sarana hiburan
52
38.5
Mengisi waktu luang
42
33.3
Menghilangkan rasa
bosan
Menambah pegetahuan
21
15.5
17
12.5
Total
135
100.0
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017
6.3
Uji validitas
Tabel 4.7
Hasil Uji Validitas
Pertanyaan
Hasil
Korelasi
Nilai r
tabel
(N = 100,α
= 5%)
Apakah anda
pernah
menonton
tayangan stand
up comedy
0,848
0,135
Keterangan
r hitung > r
tabel
Kesimpulan
Valid
Tayangan stand
up comedy
merupakan
jenis acara
hiburan ?
Tayang stand
up comedy
membuat anda
tertawa
Tayangan stand
up comedy
memberi
informasi
Tayangan stand
up comedy
emberikan
wawasan
Tayangan stand
up comedy
memberi
manfaat baik &
buruk
Anda menyukai
tayangan stand
up comedy
Jam tayang
stand up
comedy sesuai
Hari
penayangan
stand up
comedy sesuai
Durasitayangan
stand up
comedy sesuai
Penayangan
seminggu sekali
stand up
comedy sesuai
Pengetahuan
seputar nama –
nama komika
stand up
comedy
0,846
0,135
r hitung > r
tabel
Valid
0,497
0,135
r hitung > r
tabel
Valid
0,837
0,135
r hitung > r
tabel
Valid
0,818
0,135
r hitung > r
tabel
Valid
0,850
0,135
r hitung > r
tabel
Valid
0,739
0,135
r hitung > r
tabel
Valid
0,843
0,135
r hitung > r
tabel
Valid
0,783
0,135
r hitung > r
tabel
Valid
0,822
0,135
r hitung > r
tabel
Valid
0,790
0,135
r hitung > r
tabel
Valid
0,813
0,135
r hitung > r
tabel
Valid
Para komika
mempunyai
kredibilitas
Para komika
tampil ahli
dalam
membawakan
materi
Para komika
menggunakan
ekspresi yang
menarik
Para komika
menggunakan
gaya bahasa
yang menarik
Tema yang
disampaikan
aktual
Tema yang
disampaikan
faktual
Setting studio
acara stand up
comedy sesuai
Daya tarik
stand up
comedy
0,743
0,135
r hitung > r
tabel
Valid
0,846
0,135
r hitung > r
tabel
Valid
0,849
0,135
r hitung > r
tabel
Valid
0,822
0,135
r hitung > r
tabel
Valid
0,836
0,135
r hitung > r
tabel
Valid
0,858
0,135
r hitung > r
tabel
Valid
0,857
0,135
r hitung > r
tabel
Valid
0,874
0,135
r hitung > r
tabel
Valid
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017
Validitas digunakan untuk mengetahui seberapa tepat suatu alat ukur
mampu melakukan fungsi. Alat ukur yang dapat digunakan dalam pengujian
validitas suatu kuesioner adalah angka hasil korelasi antara skor pernyataan dan
skor keseluruhan pernyataan responden terhadap informasi dalam kuesioner.
Apabila nilai r hitung atau nilai korelasi lebih besar dari pada r tabel, maka
dapat dinyatakan valid. Pada tabel di atas menyatakan bahwa semua pertanyaan
dalam kuesioner dinyatakan valid, semua nilai r hitung lebih besar dari r tabel.
Perhitungan statistik dalam uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan bantuan program IBM SPSS Statistics Version 21.
6.4
Uji Reabilitas
Tabel 4.8
Hasil Uji Realibitas
Cronbach’s Alpha
Keterangan
0,977
Reliabel
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017
Uji reliabilitas adalah untuk mengetahui konsistensi atau keteraturan
hasil pengukuran suatu instrumen apabilla instrumen tersebut digunakan
lagi sebagai alat ukur suatu objek atau responden. Hasi uji reliabilitas
mencerminkan dapat dipercaya dan tidaknya suatu instrumen penelitian
berdasarkan tingkat kemantapan dan ketepatan suatu alat ukur dalam
pengertian bahwa hasil pengukuran yang didapatkan merupakan ukuran
yang benar dari sesuatu yang diukur. Suatu variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai Alpha Cronbach lebih besar dari nilai r tabel 0,135. Jadi
semua 4 variabel di atas yaitu Akurat, Lengkap, Relevan, dan Mudah di
Akses mempunyai nilai Alpha Cronbach sebesar 0,135, lebih besar dari
nilai r tabel 0,135, sehingga keempat variabel tersebut dinyatakan reliable
untuk mengukur kualitas layanan informasi. Perhitungan statistik dalam uji
reliabilitas
yang digunakan dalam
penelitian ini
adalah dengan
menggunakan bantuan program IBM SPSS Statistics Version 21.
B. Pembahasan
Berikut ini akan dibahas hasil dari rumusan masalah pertama yang
telah dijabarkan kedalam bentuk kalimat deskriptif yang menjelaskan secara
detail, yakni berupa hasil persepsi yang telah dikategorikan
ke dalam
beberapa variabel.
Dalam penelitian ini, tanggapan dibutuhkan untuk mengetahui
seberapa baik dan buruknya program stand up comedy di Kompas TV yang
diperuntukkan bagi khalayak dari berbagai kalangan terkhusus mahasiswa
Ilmu Komunikasi. Dalam hal ini mahasiswa Ilmu Komunikasi merupakan
penonton potensial yang mempunyai kapasitas untuk memberikan Persepsi
kritis, penilaian, penyeleksian hingga penginterpertasian/penafsiran tersendiri
yang membangun terhadap tayangan stand up comedy Kompas TV. Berikut
secara
mendetail
pembahasan
mengenai
Persepsi
mahasiswa
Ilmu
Komunikasi Universitas Hasanuddin terhadap tayangan stand up comedy
Kompas TV dengan pengkategorian sebagai berikut:
1. Identitas Responden
Hasil olah data berdasarkan angkatan menunujukkan bahwa responden
dinominasi oleh responden angkatan 2013, perempuan, mayoritas berumur
20-21 tahun.
2. Jadwal Penayangan
Pada variable ini terbagi menjadi 2 kategori, yaitu:
a. Waktu penayangan (dapat dilihat pada grafik 4.9)
dari 135
responden, 73 responden menyatakan waktu penayangan sesuai,
namun 63 responden menyatakan waktu penayangan tidak sesuai,
dikarenakan waktu tayangnya dirasa terlalu larut malam dan penonton
biasanya mengantuk saat menonton.
b. Hari Penayangan (dapat dilihat pada grafik 4.10) dari 135 responden,
87 responden menyatakan sudah sesuai, namun 48 responden lainnya
merasa hari penayangan tidak sesuai karena bukan saat weekend.
c. Durasi penayangan (dapat dilihat pada Grafik 4.13 ) dari 135
responden, 71 responden menyatakan durasi penayangan Ini Talkshow
yakni 90 menit sudah sesuai, 12 responden menyatakan durasi
penayangan stand up comedy tidak sesuai, dikarena durasi 60 menit itu
cukup
singkat
menyarankan
untuk
untuk
menyaksikan
menambah
penampilan
durasi
komika,
penayangan
dan
dengan
menghadirkan bintang tamu.
d. Penyangan sekali seminggu (dapat dilihat pada grafik 4.12) dari 135
responden 86 responden menyatakan jadwal penayangan seminggu
sekali perogram stand up comedy Kompas TV sudah sesuai,
sedangkan 49 responden lainnya menilai bahwa penayangan seminggu
sekali tidak sesuai banyak yang menyarankan mestinya tiap hari atau
dua kali seminggu.
3. Penampilan Komika (comic)
Pada variabel ini terbagi menjadi 5 kategori, yaitu:
a. Pengetahuan terhadap nama – nama komika (dapat dilihat pada grafik
4.13) dari 135 responden, 93 responden mengetahui nama – nama
komika yang tampil di Kompas TV, dan 25 responden tidak
mengetahui nama – nama komika disebabkan penonton hanya
menikmati materi lawakan yang dibawakan oleh para komik
b. Kredibilitas komika (dapat dilihat pada grafik dari 4.14) dari 135
responden, 89 responden stuju bahwa para komika memiliki
kredibilitas dalam menyampaikan materi lawakan, sedangkan 5
responden merasa bahwa komika belum mempunyai kredibilitas
karena kurangnya penguasaan terhadap materi.
c. Keahlian Komika (dapat dilihat pada grafik 4.15) dari 135 responden,
98 responden setuju bahwa komika memiliki keahlian dalam
menyampaikan jokes/lawakan sedangkan 15 responden lainnya
memilih tidak setuju karena belum berhasil dalam membuat penonton
tertawa.
d. Ekspresi Komika (dapat dilihat pada grafik 4.16) dari 135 responden,
74 responden memilih setuju bahwa komika mempunyai ekspresi yang
menarik dalam menyampaikan materi lawakan, sedangkan 23
responden menyatakan tidak setuju karena kurangnya ekspresi dari
kebanyakan komika yang tampil.
e. Gaya bahasa komika (dapat dilihat pada tabel 4.17) dari 135
responden, 93 responden menyatakan bahwa penggunaan gaya bahasa
oleh para komika sudah baik, sedangkan 2 responden lainnya
menyatakan tidak baik dikarenakan penggunaan gaya bahasa yang
kurang dimengerti, kasar dan terkadang tidak senonoh.
4. Tema materi & setting acara stand up comedy
Pada variabel ini dibagi menjai 3 kategori :
a. Tema/materi (dapat dilihat grafik 4.18) dari 135 responden, 7
responden memilih tema/materi yang disampaikan para komika
merupakan fenomena sosial yang aktual, sedangkan 11 responden
lainnya memilih tidak aktual karea merupakan pengalaman pribadi.
b. Penilaian tema /materi acara (dapat dilihat pada grafik 4.19) dari 135
responden, 66 responden menyatakan bahwa tema yang disampaikan
komika merupakan fenomena yang faktual, sedangkan 16 responden
lainnya menyatakan tidak faktual karena bukan berdasarkan kenyataan
melainkan khayalan.
c. Setting studio, (dapat dilhat pada grafik 4.20) dari 135 responden, 97
responden menyatakan bahwa setting studio berupa backsound dan
background dalam acara stand up comedy sudah sesuai sedangkan 14
responden lainnya memilih tidak sesuai dan menyarankan untuk
merubah beberapa item.
5. Daya Tarik
Pada variabel ini menjadi 2 kategori, yaitu:
a. Daya tarik menonton program stand up comedy (dapat dilihat pada
tabel 4.5) sebanyak 47 responden menyatakan tertrik menonton karena
sedang populer, kemudian 39 responden menyatakan tertarik karena
kekinian (up date), 26 responden menytakan tertarik menonton karena
penampilan komimka, dan 23 rsponden menyatakan tertarik menonton
stand up comedy karena tema/materi yang dibawakan oleh para
komika.
b. Tujuan menonton (dapat dilihat pada tabel 4.6) dari 161 responden, 61
responden menyatakan tujuan menonton Ini Talkshow untuk mengisi
waktu luang, 56 responden menyatakan tujuan menonton stand up
comedy untuk mencari hiburan.
6. Persepsi
Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden dalam
penelitian ini yaitu sebanyak 135 responden menyatakan bahwa tayangan
tand up comedy ini menghibur dan menarik untuk ditonton. Hal ini dapat
dilihat dari variabel penelitian yang meliputi jadwal tayang, tema, narasi
tema, dan daya tarik menonton tayangan Stand up comedy.
Model S-O-R merupakan pijakan teoretis dalam penelitian ini,
menjadikan tayangan stand up comedy sebagai stimulus, dengan
pengkategorian penilaian seperti jadwal penayangan, tema dan kejelasan
tema/materi komika, penampilan komika acara dan kehadiran para juri
yang kocak, serta daya tarik. Perhatian, pengertian dan penerimaan dari
responden dalam hal ini yaitu mahasiswa departemen Ilmu Komunikasi
Universitas Hasanuddin sebagai organismenya.
Penelitian Persepsi
Penggemar Komedi Terhadap Program stand up comedy di Kompas TV,
bahwa setiap individu memiliki persepsi yang berbeda-beda sesuai dengan
kategori yang ditentukan yaitu usia dan jenis kelamin. Berdasarkan dari
Teori S-O-R (Stimulus-Organism-Response) yang menyatakan bahwa
efek yang ditimbulkan berasal dari reaksi khusus terhadap stimulus
khusus, sehingga membuat seseorang mengharapkan dan menyesuaikan
antara pesan dan reaksi komunikan. Hal ini dapat diasumsikan bahwa
perubahan sikap yang terjadi bergantung pada proses yang terjadi terhadap
invidu tersebut. Teori Individual Differences yang menyatakan bahwa
setiap individu memiliki pendapat yang berbeda-beda yang didukung dari
psikologisnya dan biologisnya. Oleh karena itu teori ini mempengaruhi
seorang individu memiliki pemikiran dan sudut pandangnya yang berbeda
terhadap suatu objek. Penelitian ini menjelaskan tentang perbedaan
persepsi berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia terhadap sub dimensi comic,
Materi lawakan serta hal – hal yang berkaitan dengan stand up comedy.
Pada beberapa sub dimensi tersebut dipengaruhi oleh efek Kognitif,
Afektif dan Behavioral.
Dalam memberikan persepsi, tiap-tiap responden memiliki cara
masing-masing.
Seseorang
akan
mempersepsi
suatu
ketika
ia
memperhatikan hal tersebut. Perhatian timbul, ketika salah satu alat indra
kita menonjol dan mengesampingkan stimulus yang timbul dari alat indra
yang lainnya. Ada beberapa faktor eksternal yang turut serta
mempengaruhi perhatian seseorang, seperti:
1. Intensitas
Intensitas, hal ini dapat dilihat dari penjadwalan tayangan
stand up comedy, menurut responden bagaimana acara tersebut dapat
konsisten dalam bentuk-bentuk penayangan yang informatif dan
edukatif yang membuat program ini dapat terus eksis sejak program
ini mengudara.
2. Ukuran
Ukuran, hal ini umumnya dapat dilihat dari pengemasan acara.
Sebagian besar responden menyukai inovas-inovasi yang dilakukan
oleh program stand up comedy, dalam hal penataan stage, penampilan
live music, kelucuan para komika dalam membawakan materi hingga,
peran juri saat memberikan penilaian terhadap para komika..
3. Kontras
Kontras, merupakan sesuatu yang unik dan diluar kebiasaan
yang biasa ditampilkan. Hal ini dapat dilihat dari penilaian responden
mengenai tema/materi dan narasumber yang ditampilkan pada
program stand up comedy. Seperti yang kita ketahui, materi/tema yang
dibawakan setiap kali tayang yakni pada hari jumat oleh paraa komika
merupakan suatu yang baru dan sangat hangat ditengah – tengah
masyarakat Berbagai informasi dan pengetahuan yang dimiliki oleh
komika yang dihadirkan dan berkompeten untuk dimintai keterangan
mengenai isu-isu atau kejadian-kejadian yang hangat dan marak
diperbincangkan khalayak, ataupun pengalaman hidup seorang
penonton.
4. Gerakan
Sesuatu yang bergerak lebih menarik daripada sesuatu yang
statis. Hal ini dapat dilihat dari konsep program stand up comedy di
Kompas TV. stand up comedy kini tidak hanya sebuah program yang
ditampilkan di televisi setiap hari jumat 21.00-22.30 WITA dengan
tema yang biasa, tetapi ada juga materi-materi acara kreatif dengan
bintang tamu spesial yang dihadirkan program stand up comedy.
5. Pengulangan
Sesuatu yang sering mengalami pengulangan akan menarik
perhatian, tetapi jika terlalu sering dapat menghasilkan kejenuhan. Hal
ini dapat kita lihat pada penjadwalan tayangan stand up comedy.
Menurut responden penelitian ini, program siaran ini sangat baik
ditayangkan sekali dalam seminggu. Namun banyak pula responden
yang mengeluh karena Tayangan stand up comedy tiak tayang setiap
hari atau dua kali seminggu.
6. Keakraban
Komunikasi akan berjalan efektif ketika mungkin seseorang
individu berinteraksi dengan orang lain yang sudah ia kenal dan
sebagainya. Dalam hal ini, Penampilan paraa komika yang
mempesona
sebagian
besar
terbukti
dapat
menghibur
dan
menghasilkan tawa dari penonton.
7. Novelty
Sesuatu yang baru. Sama halnya dengan gerakan, sesuatu yang
baru dan berbeda juga mampu menarik perhatian. Kebanyakan
responden menyatakan bahwa mereka lebih tertarik dengan tema-tema
sosial dan isu-isu seputar politik hingga pengalaman pribadi komika,
hal ini menurut responden sangat menarik dijadikan sebuah materi
stand up untuk menciptakan beragam kelucuan. Dan beberapa faktor
internal yang juga mempengaruhi perhatian, seperti:
1. Kebutuhan Psikologis
Adalah hal-hal yang ada sangkut pautnya dengan kebutuhan.
Tiap responden menyatakan bahwa mereka hanya memperhatikan
rangsangan yang sesuai dengan kebutuhan mereka saat itu.
Tayangan program dengan tema tertentu yang sekiranya berkenan
dengan kebutuhan para responden sudah pasti dinikmati dan tidak
menutup kemungkinan mereka menunggu tayangan program
siaran dengan tema yang berkenan dengan kebutuhan mereka
tersebut.
2. Latar Belakang, Pengalaman dan Kepribadian
komika yang ditampilkan pada program stand up comedy di
Kompas TV tidak menutup kemungkinan memiliki kesamaan
nasib atau pengalaman hidup dengan responden penelitian. Dengan
adanya kesamaan, maka biasanya informasi yang dibagi melalui
tayangan tersebut, dapat dengan mudah tersalurkan maksud dan
tujuannya.
3. Sikap, Kepercayaan Umum dan Penerimaan Diri
Responden memiliki kepercayaan tertentu terhadap suatu hal.
Punya kecendrungan memperhatikan berbagai hal kecil. Jadi
terkadang apa yang dinilai positif oleh seorang responden, belum
tentu mendapat penilaian yang sama oleh responden lain, begitu
pula sebaliknya. Responden yang ikhlas menerima kenyataan
dirinya akan cepat menyerap sesuatu dibanding dengan responden
yang kurang ikhlas menerima kenyataan dirinya. Karena ketika
seseorang responden bersikap realistis dengan keadaannya, maka
mereka dapat mudah menerima suatu informasi dan lebih terbuka
dengan
bentuk-bentuk
pengetahuan
baru
termasuk
disampaikan melalui tayangan stand up comedy Kompas TV.
yang
Dalam
model
S-O-R
(Stimulus
Organism
Response),
menganologikan bahwa stimulus tertentu yang menerpa organism
akan melahirkan respons tertentu pula. Perubahan sikap yang
terjadi adalah hasil dari respon, termasuk bagaimana dalam hal ini
responden ( mahasiswa Ilmu komunikasi Universitas Hasanuddin)
memberikan Persepsi positif atau negatif terhadap tayangan stand
up comedy di Kompas TV.
Secara keseluruhan data hasil penelitian yang mencakup
penilaian
dari
keseluruhan
responden
mengenai
jadwal
penayangan, Tema dan kejelasan tema/materi acara. Penampilan
komika dan kehadiran para juri serta penonton di studio, daya
tarik, dilihat dan dihimpun dari berbagai faktor, mendapat persepsi
yang positif.
7.
Faktor yang menyebabkan stand up comedy kian populer
Menurut hasil kuesioner terhadap 135 responden, peneliti
menyimpulkan bahwa populernya stand up comedy ialah karena
tema/materi yang tren di kalangan mahasiswa, selain itu stand up
comedy menjawab keresahan mahasiswa dan menuangkannya kedalam
sebuah monolog komedi berbobot yang memberi hiburan tersendiri
bagi para penikmatnya. Tontonan stand up comedy juga menjadi
tontonan yang sehat diantara maraknya adegan kekerasan yang
mewarnai program hiburan televisi.
Menurut teori komedi sebuah lelucon dalam benuk sketsa
ataupun parodi komedi yang menimbulkan tawa dan respon yang luar
biasa dari peonton merupakan sebuah lakon komedi yang berhasil dan
mampu menumbuhkan unsur hiburan dalam masyarakat.
Dalam hal ini tayangan stand up comedy terbukti mampu hadir
ditengah-tengah masyarakat dan memberikan hiburan yang baru bagi
masyarakat, unsur komedi baru yang dihadirkan dalam stand up
comedy merupakan bentuk komedi yang bersih dari kekerasan fisik
lain halnya dengan komedi situasi yang terkadang memamerkan
kekerasan fisik terhadap salah seorang pemerannya.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari analisis terhadap hasil temuan penelitian serta interpretasi yang
telah dilakukan sebelumnya, peneliti merumuskan beberapa kesimpulan,
yaitu::
1) Persepsi yang dipaparkan oleh sebagian besar responden menunjukkan bahwa
tayangan stand up comedy merupakan tayangan yang sangat mengibur dan
sesuai dan sebagian besar responden menunjukkan reaksi yang positif
terhadap hadirnya stand up comedy. Selain itu tayangan stand up comedy juga
memiliki keunggulan yakni memberi Informasi, wawasan serta pengetahuan
bagi siapapun yang menyaksikannya.
2) Eksistensi tayangan Stand up comedy yang memiliki basis penonton yang
secara psikografis memiliki pemikiran terbuka terhadap komedi jenis baru
berikut materi di dalamnya, makin populer seiring waktu, hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor, yakni materi lawakan yang berbobot, sesuai dengan
realitas, serta sangat menghibur. Dengan basis penonton tersebut, baik bagi
stand up comedy Kompas TV untuk melakukan maintaining terhadap
program stand up comedy Indonesia sehingga makin populer dan tetap
menjadi wadah bagi para komika berbakat. itulah mengapa tayangan stand up
comedy di Kompas TV masih terus berlangsung hingga saat ini.
Tabel 5.1 Hasil Penyeleksian terhadap berbagai argument mengenai
tayangan stand up comedy
Hasil
Kesan terhadap
tayangan stand up
comedy
Mengapa stand up
comedy kian populer
Interaksi Komika
& pnonton
Positif
Sebagian
besar
merasa
Terhibur,
karena
konten
menarik,
dan
sedang trend
Membawa
isu-isu
yang melekat dengan
kehidupan seorang
mahasiswa
- Referensi
Masih terdapat
unsur slapstick
- Hanya dapat
dinikmati oleh
segemented
audience
Masih
terdapat
unssur
sara,
pornografi
dan
materi
yang
bernuansa
menyudutkan
(roasting)
- Bias
Penonton kurang
menikmati
performa
komika
Negatif
Materi yang
menghibur
- Persona komika
B. SARAN
Berdasarkan hasil dari penelitian ini terdapat beberapa saran yang bisa
disampaikan sebagai berikut. :
a. Kepada para penikmat stand up comedy, diharapka lebih selektif dalam
mencerna isi dari materi yang disampaikan oleh para komika, karena masih
banyak komika yang terbiasa memasukkan unsur – unsur sara kedalam isi
materi.
b. Kepada stasiun televisi yang bersangkutan yakni Kompas TV diharapkan untk
terus menyajikan program entertainment yang sekaligus mendidik dan
memberi wawasan seperti halnya tayangan stand up comedy ini. semoga
tayangan ini bias terus diterima oleh para audiens serta tetap mengudara di
layar kaca dengan inovasi – inovasi terbaru.
c. Kepada para komika, diharapkan untuk lebih menjaga attitude atau
penggunaan gaya bahasa serta mimic ekspresi yang lebih baik untuk
menyugukan hiburan serta menghadirkan tawa penonton. sekaligus memilih
tema/materi yang baik untuk ditampilakn di Televisi yang baik untuk semua
kalangan.
Selain saran-saran yang diberikan penulis di atas, penulis juga
mengemukakan saran-saran yang diberikan para responden yaitu mahasiswa
Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin, diantaranya yaitu:
1) Lebih kreatif lagi, lebih kompleks programnya dan tetap
mengutamakan sisi edukatif dan inspiratif, serta tetap menghibur.
2) Durasi acaranya lebih diperbanyak dan iklannya dikurangi.
3) Memberikan info-info ter update dan materi lawakannya diperkaya
lagi agar masyarakat luas dapat memahami.
4) Mengurangi isu SARA (Suku,agama,ras&antar golongan), materi
berbau pornografi dan materi judge atau menyinggung orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro. 2004. Komunikasi Massa : Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media.
Barker, Crish. 2008. Cultural Strudies, Theory and Practice (3rd Edition). London:
Sage Publications.
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi.
Jakarta: Rhinekaa Cipta.
Kriyantono, Rachmat. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai contoh
praktik riset media, public relation, advertising, komunikasi
organisasi, komunkasi pemasaran, Jakarta: Kencana.
Little Jhon, Stephen W. 2005. Theories of Human Communication: Eighth Edition.
Canada: Thomson Wardsworth.
Maulana, Hediyan dan Gumgum Gumelar. 2013. Psikologi Komunikasi dan Persuasi.
Jakarta: Akademia Permata.
Mulyana, Dedi.2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
_______. 2002. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Banandung : PT Remaja
Rosdakary.
Mar’at. 1981. Sikap Manusia, Perubahan serta Pnegukurannya. Jakarta: Ghalian
Indonesia.
Morissan. 2008. Manajemen Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio &
Televisi. Jakarta:Kencana Prenada Media Group
McQuail, Dennis. 2011.Teori Komunikasi Massa McQuail. Jakarta : Salemba
Humanika
Nazir, Moh. 2005. Metode penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Nawawi, Hadari. 1990. Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada
Nurudin. 2007. Pegantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Philip Kotler. 1993. Manajemen Pemasaran, Perencanaan Implementasi dan control.
Jakarta: PT Rosdakarya.
Robbins, Stephen P. 2006. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Indeks Kelompok
Gramedia.
Rakhmat,
Jalaluddin. 2012.
Rosdakarya.
Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja
Sarlito, Wirawan. 1983. Pengantar Umum Psikolog. Bandung: Bulan Bintang.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D).Bandung: Alfabeta.
Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: C.V Andi Offset
Fitriyana, Leila. 2011 Tanggapan Mahasiswa Ilmu Komunikasi di Makassar terhadap
tayangan Kick Andy di Metro TV. Tidak Diterbikan. Makassar. Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin.
Prasilika, Tiara. 2007. Studi Persepsi Resiko Keselamatan Berkendara serta
Hubungan Dengan Locus of Control pada Mahasiswa FMK UI yang
Mengendarai Motor. Tidak Diterbitkan. Depok: Program Sarjana Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Winarni, Lilis Wahyu. 2015 Analisis Praanggapan Pernyataan Humor dalam Stand up
Comedy Indonesia. Tidak Diterbitkan. Bandunng: Program studi Linguistik
Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Sayuti Melik. 2016. ‘Efek Tayangan Stand up comedy Metro TV Terhadap Perilaku
Penonton Usia Muda di Loajanan Kutai Kartanegara’ Ejournal Ilmu
Komunikasi. Vol.4/2016.
(http://www.rose.blogspot.com/article/216/08/stand/up/comedy.html,
Januari 2017 Pukul 20.30 WITA).
diakses
13
(http://www.megapolitan.kompas.com, diakses pada 26 Januari 2017 Pukul 22.00
WITA)
LAMPIRAN
KUESIONER PENELITIAN
PERSEPSI MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI TERHADAP TAYANGAN STAND
UP COMEDY SEBAGAI PROGRAM KOMEDI POPULER DI INDONESIA
No Responden :
Petunjuk Pengisian
1. kuesioner ini semata mata untuk keperlan akademis atau penelitian
2. baca dan jawablah semua pertanyaan secara teliti dan jujur. kerahasiaan
jawaban dijaga.
3. berilah tanda (x) pada jawaban yang anda anggap benar.
4. terimakasih atas partisipasinya.
A. Identitas Responden
Nama :
Angkatan :
1. Jenis Kelamin
1. Pria
2. Wanita
2. Usia
1. < 20 tahun
2. 20 tahun
3. 21 tahun
4. > 21 tahun
3. Jenis acara yang paling anda senangi
1. Reality Show & Sinetron
2. News & sport
4. Komedi &Talkshow
6. Games & Kuis
4. Durasi menonton televisi dalam sehari
1. < 1 jam
2. 1 - 2 jam
3. 3 - 4 jam
4. > 4 jam
B. Variabel Penelitian
5 Tayangan “Stand Up Comedy” merupakan jenis acara hiburan?
1. Sangat Tidak Setuju
2. Tidak Setuju
3. Setuju
4. Sangat Setuju
6. Anda sebelumnya pernah menonton acara hiburan seperti “Stand Up Comedy”?
1. Sangat Tidak Pernah
2. Tidak Pernah
3. Pernah
4. Sangat Pernah
7. Tayangan “Stand Up Comedy” membuat anda tertawa dan terhibur?
1. Sangat tidak Setuju
2. Tidak Setuju
3. Setuju
4. sangat setuju
8. Tayangan “Stand Up Comedy” dapat memberikan informasi mengenai fenomena
sosial yang terjadi di lingkungan sekitar anda?
1. Sangat Tidak Setuju
2. Tidak Setuju
3. Setuju
4. Sangat Setuju
9. Tayangan “Stand Up Comedy” dapat memberikan pengetahuan dan menambah
wawasan anda terhadap apa yang disampaikan oleh comic?
1. Sangat Tidak Setuju
2. Tidak Setuju
3. Setuju
4. Sangat Setuju
10. Anda mempelajari mengenai apa yang baik/ buruk dalam kehidupan sosial
melalui tayangan “Stand Up Comedy”?
1. Sangat Tidak Setuju
2. Tidak Setuju
3. Setuju
4. Sangat Setuju
11. Anda menyukai tayangan “Stand Up Comedy”?
1. Sangat Tidak Suka
2. Tidak Suka
3. suka
4. Sangat Suka
1. JADWAL PENAYANGAN
12. Jam tayang acara “Stand Up Comedy” di Kompas TV pada pukul 22.00 s/d 23.00
WIB sudah sesuai?
1. Sangat Tidak Sesuai
2. Tidak sesuai
3. Sesuai
4. Sangat Sesuai
13. Hari penayangan acara “Stand Up Comedy” di Kompas TV, yakni pada hari
Jumat malam sudah sesuai?
1. Sangat Tidak Sesuai
2. Tidak Sesuai
3. Sesuai
4. Sangat Sesuai
14. Durasi jam tayang acara “Stand Up Comedy” di KompasTV yakni sekitar satu
jam (60 menit) sudah sesuai?
1. Sangat Tidak Sesuai
2. Tidak Sesuai
3. Sesuai
4. Sangat Sesuai
15. Penayangan acara “Stand Up Comdedy” seminggu sekali di Kompas TV sudah
sesuai?
1. Sangat Tidak Sesuai
2. Tidak Sesuai
3. Sesuai
4. Sangat Sesuai
16. Anda mengetahui nama-nama comic yang tampil di acara “Stand Up Comedy”?
1. Sangat Tidak Mengetahui
2. Tidak Mengetahui
3. Mengetahui
4. Sangat Mengetahui
2. KOMEDIAN STAND UP COMEDY (KOMIKA)
17. Peserta yang tampil di acara “Stand Up Comedy” memiliki kredibilitas yang
dapat dipercaya sebagai seorang comic?
1. Sangat Tidak Setuju
2. Tidak Setuju
3. Setuju
4. Sangat Setuju
18. Para comic yang tampil ahli dalam menyampaikan joke / lawakannya?
1. Sangat Tidak Setuju
2. Tidak Setuju
3. Setuju
4. Sangat Setuju
19. Para comic dalam menyampaikan lawakannya menggunakan Ekaspresi yang
menarik dan lucu?
1. Sangat Tidak Setuju
2. Tidak Setuju
3. Setuju
4. Sangat Setuju
20. Penggunaan Gaya Bahasa yang disampaikan oleh comic menarik minat penonton
untuk menyaksikan ?
1. Sangat Tidak Baik
2. Tidak Baik
3. Baik
4. Sangat Baik
3. TEMA/MATERI STAND UP COMEDY
21. Tema yang disampaikan para comic merupakan fenomena sosial yang aktual di
masyarakat?
1. Sangat Tidak Aktual
2. Tidak Aktual
3. Aktual
4. Sangat Aktual
22. Tema yang disampaikan para comic merupakan fenomena sosial yang faktual di
masyarakat?
1. Sangat Tidak Faktual
2. Tidak Faktual
3. Faktual
4. Sangat Faktual
23. Settingan Studio berupa backgroud dan baacksound dirasa sudah sesuai ?
1. Sangat Tidak Sesuai
2. Tidak Sesuai
3. Sesuai
4. Sangat Sesuai
24. Menurut anda apa yang membuat anda tertarik menonton tayangan “Stand Up
Comedy” di Komps TV ?
1. Populer
2. Up date (Kekinian)
3. Penampilan Komika yang memukau
4. Tema/materi yang disajikan oleh Komika
25. Apa yang menjadi tujuan anda dalam menonton tayangan “Stand Up Comedy” di
Kompas TV ?
1. Menambah Pengetahuan
2. Mengisi Waktu Luang
3. sebagai sarana hiburan
4. Menghilangkan rasa bosan
26. Setelah menonton “ Stand Up Comedy” bagaimana kesan anda terhadap program acara
ini ?
…………………………………………………………………………………………………
……
…………………………………………………………………………………………………
………….
27. Apa saran anda terhadap tayangan Stand up comedy kedepannya agar dapat menjadi
tontonan yang menghibur dan dapat dinikmati oleh semua kalangan ?
…………………………………………………………………………………………………
………….
…………………………………………………………………………………………………
…………..
Download