Skripsi PERSEPSI MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI TERHADAP TAYANGAN STAND UP COMEDY KOMPAS TV SEBAGAI PROGRAM KOMEDI POPULER DI INDONESIA OLEH : NURDIYANA DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 2017 PERSEPSI MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI TERHADAP TAYANGAN STAND UP COMEDY KOMPAS TV SEBAGAI PROGRAM KOMEDI POPULER DI INDONESIA OLEH : NURDIYANA E31112010 Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Departemen Ilmu Komunikasi DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 2017 KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Wr.Wb. Puji syukur penulis panjatkan kepada tuhan Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan Inayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Persepsi Mahasiswa Ilmu komunikasi Terhadap Tayangan Stand up Comedy Kompas TV Sebagai Program Komedi Populer di Indonesia” ini terselesaikan guna memenuhi syarat dalam menyelesaikan studi pada Departemen Ilmu Komunikasi Prodi Broadcast (Penyiaran) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Hasanuddin. Berbagai hambatan dan kesulitan penulis hadapi selama penyusunan skripsi ini. Namun berkat bantuan, semangat, dorongan, bimbingan dan kerjasama dari pihak sehingga hambatan dan kesulitan tersebut dapat teratasi untuk itu perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Segala Puji dan Syukur Kepada Allah SWT yang telah memberikan Kemudahan serta Kelancaran terhadap segala usaha penulis dalam mewujudkan skripsi ini, Kedua orang tua, Ayah H. Ahmad dan Ibu Hj. Haeriah BA yang senantiasa mendukung serta memberikan doa, motivasi serta kasih sayangnya demi keberhasilan penulis. 2. Pembimbing I, sekaligus Pembimbing Akademik Bapak Dr Hasrullah M.A, Pembimbing II yakni bapak Das’ad Latief S.Sos.,S.Ag.,M.Si.,P.hd. yang telah banyak membantu, membimbing dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mulai dari awal dan hingga selesinya penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Dr. Moeh Iqbal, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi dan Bapak Andi Subhan Amir, S,Sos.,M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi. Terima kasih untuk semua kebijaksanaan yang telah diberikan. 4. Seluruh dosen – dosen Departemen Ilmu Komunikasi, untuk segala ilmu pengetahuan yang telah diberikan. 5. Para pegawai Departemen Ilmu Komunikasi dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah membantu pengurusan berkas untuk penyelesaian skripsi ini. 6. Keluarga besar Treasure 12 terkhusus Nurul Hidayah Mustami, sahabat saya atas segala cerita indah baik senang dan susah, canda tawa, segala perjuangan dan segala cerita manis yang yang telah kita rangkai bersama – sama. 7. Teman – teman KKN Unhas Gelombang 92, Desa Bonto Mate’ne kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng Terima kasih atas kebersamaannya selama 2 bulan. 8. Dan seluruh pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Makassar, 20 Mei 2017 ABSTRAK NURDIYANA, Persepsi Mahasiswaa Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin Terhadap Tayangan Stand up Comedy Kompas TV Sebagai Program Komedi Populer di Indonesia (dibimbing oleh Hasrullah dan Das’ad Latief) Skripsi ini bertujuan : (a) Untuk mengetahui gambaran secara umum Persepsi mahasiswa ilmu komunikasi terhadap tayangan stand up comedy. (b) Untuk mengetahui Faktor apa saja yang membuat tayangan stand up comedy begitu populer di kalangan mahasiswa khususnya di Indonesia. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan Maret hingga april 2017 dilaksanakan di Departemen Ilmu komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Tayangan Stand up comedy sangat banyak diperbincangkan oleh para penikmat humor dan program komedi di Indonesia. Data primer diperoleh dari pengumpulan kuesioner yang telah dijawab oleh responden. Data sekunder berupa referensi dari buku, koran, dan lain-lain yang berkaitan dengan penelitian. Data yang berhasil dikumpulkan selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dengan mendeskripsikan data dalam bentuk tabel frekuensi serta grafik. Metode yang digunakan adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa darri berbagai persepsi mahasiswa yang telah diukur berdasarkan beberapa variabel pertanyaan menunjukkan bahwa sebanyak 92,5% responden mengaku terhibur dengan hadirnya tayangan stand up comedy, begitupula dengan beberapa kategori yang lain meliputi waktu penayangan, durasi dan tema, daya tarik & hingga penampilan komika. Adapun faktor—faktor yang mempengaruhi persepsi mahasiswa adalah faktor eksternal seperti intensitas, ukuran, kontras, gerakan, pengulangan, keakraban, dan novelty. Sedanggkan faktor internal seperti kebutuhan psikologis, latar belakang, pengalaman, sekap, kepercayaaan umum, dan penerimaan diri. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL..................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii HASIL PENERIMAAN TIM EVALUASI………………………………… iii KATA PENGANTAR .................................................................................. iv ABSTRAK .................................................................................................... vi DAFTAR ISI ................................................................................................. vii DAFTAR TABEL ......................................................................................... x DAFTAR GRAFIK ....................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………. xii BAB I PENDAHULUAN A. B. C. D. E. F. G. H. I. Latar Belakan Masalah ...................................................................... Rumusan Masalah ............................................................................. Tujuan dan Kegunaan ....................................................................... Karangka Konseptual ........................................................................ Landasan Teori……………………………………………………... Definisi Konseptual………………………………………………… Kerangka Penelitiann……………………………………………….. Defenisi Oprasional ........................................................................... Metode Penelitian.............................................................................. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Massa………………………………………………… B. Televisi…………………………………………………………….. 1. Fungsi Media massa…………………………………...………. 2. Televisi Sebagai Media Massa……………………………........ 3. Fungsi Televisi…………………………………………………. 1 5 6 7 11 15 17 18 22 27 30 31 32 33 4. Program Siaran…………………………………………………. 5. Audiens………………………………………………………… 6. Efek Media massa……………………………………………… C. Persepsi……………………………………………………………… 34 39 40 41 1. Pengertian Persepsi……………………………………………... 2. Proses Pembentukan Prsepsi.………………………………….. 3. Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi………………………..... 4. Jenis – Jenis Persepsi…………………..………………………. D. Deskripsi Teori……………………………………………………... 41 43 44 46 47 1. Teori S-O-R…………………………………………………….. 2. Teori Perbedaan Individu………………………………… . ….. 3. Teori Komedi…………………………………………………… 47 49 50 BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI A. Jurusan Ilmu Komunikasi UNHAS………………………………….. 1. Sejarah Singkat Jurusan Ilmu Komunikasi Unhas…………......... 2. Visi, Misi, dan Tujuan Jurusan Ilmu Komunikasi Unhas……….. 3. Sasaran Program Studi……………………..…………………….. 4. Jurusan Ilmu Komunikasi Unhas…………………………........... 5. Profil Lulusan Program Studi……………………………............ 6. Kompetensi Lulusan……………………………...……………… B. Program Stand up comedy Kompas TV………………................. 1. Pengertian stand up comedy…………………………………. 2. Sejarah Stand up comedy...…………………...……………… 52 52 54 55 55 57 58 66 68 68 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian……………………………………..……………. 1. Identitas Responden…………………………………………. 1.1 Angkatan…………………………………………..…….. 1.2 Jenis Kelamin……………………………………………. 1.3 Usia………………………………………………………. 2. Variabel Penelitian…………………………..……………… 2.1 Durasi Menonton………………………………………... 70 70 70 71 72 73 73 2.2 Jenis acara yag disenangi penonton….……….………… 2.3 Stand up comedy merupakan proram hiburan……..…… 2.4 Pernah meonton stand up comedy……………………… 2.5 Tayang stand up comedy menghibur…………..……….. 2.6 Tayangan stand up comedy memberi informasi………… 2.7 Tayangan stand up comedy menambah wawasan……….. 2.8 Tayangan stand up comedy mengjarkan baik & buruk….. 2.9 Tayangan stand up comedy disukai penonton……...…… 74 75 76 77 78 79 80 81 3. Jadwal Penayangan……………………………..………………. 3.1 Waktu Penayangan…………………………………...…….. 3.2 Hari pnayangan…………………………………………...... 3.3 Durasi Penayangan…………………………………...…...... 3.4 Penayangan stand up comedy……………………………… 82 82 83 84 85 4. Komedian Stand up (comic)………………………………........ 4.1 Pengetahuan nama – nama komika……………..…………. 4.2 komika memiliki kredibilitas.…..………………………….. 4.3 Komika tampil ahli dalam membawakan materi………….. 4.4 Ekspresi Komika………………………………...…………. 4.5 Penggunaan gaya bahasa komika..…………………………. 86 86 87 88 99 90 5. Tema dan kejelasan materi & setting studio…………......…..... 5.1 Tema merupakan fenomena yang aktual…………………… 5.2 Tema merupakan fenomena yang factual………………….. 5.3 Setting studio……………………………………………….. 91 91 92 93 6. Daya Tarik……………………...……………………………..... 6.1 Daya Tarik Menonton Tayangan Stand up comedy…...……… 6.2 Tujuan Menonton Tayangan stand up comedy…..…..………. 6.3 Uji Validitas…………………………………………………… 6.4 Uji Reabilitas………………………………………………….. 94 94 95 96 99 B. Pembahasan……………...………………………………………….. 1. Identitas Responden…………………………………..…………. 2. Jadwal Penayangan………..…………………………………..... 3. Penampilan komika…………………………………………...… 100 100 100 102 4. 5. 6. 7. Tema/materi & setting acara……………………………………. Daya Tarik………………………...…………………………….. Persepsi…………………..……………………………………… Faktor yang menyebabkan stand up comedy kian populer…….. 103 104 104 110 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………...…………..… 1. Interpertasi Hasil Penelitian…………………………………….. B. Saran……………………………………………………………….... 112 112 113 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 113 LAMPIRAN DAFTAR TABEL Nomor halaman Estimasi Rngking, UM 11 Kota…....................................................... Definisi Konseptual…......................................................................... Jumlah Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi………………………. Penentun Jumlah Sampel dan Populasi (Tabel issac)…….................. Sampel per Angkatan…………………………….............................. Jumlah mahsiswa Ilmu komunikasi Tahun......................................... Distribusi Responden Berdasarkan Angkatan………………………. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin…………………. Distribusi Responden Berdasarkan Usia………………………......... Distribusi Responden Berdasarkan Durasi Menonton Televisi …….. Distribusi Responden Berdasarkan Daya Tarik Menonton tayangan stand up comedy …………………………………………………….. 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Tujuan Menonton Tayangan stand up comedy …………………………………………………...... 4.13 Hasil Uji Validitas ……………………………………………….….. 4.14 Hasil Uji Reabilitas…………………………………………………… 5.1 Hasil Penyeleksian Terhadap berbagai argument mengenai stand up comed………………………………………………………… 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 3.1 4.1 4.2 4.3 4.4 4.11 3 15 24 25 26 66 71 72 73 74 95 96 96 99 113 DAFTAR GRAFIK Nomor halaman Grafik 4.1 Grafik 2.1 75 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Acara……..……… Distribusi Responden Berdasarkan Tayangan stand up comedy Sebagai Program Hiburan…………………………………….. Grafik 4.3 Distribusi Responden yang Pernah/tidak Pernah menonton Tayangan stand up comey……………………………………. Grafik 4.4 Distribusi Responden yang Tertawa/terhibur setelah menonton Tayangan stand up comedy…………………………………… Grafik 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian tayangan stand up comedy dapat memberi informasi………………….. Grafik 4.6 Distribusi Responden mengenai Tayangan stand up comedy yang dapat memberi wawasan………………………………… Grafik 4.7 Distribusi Responden mengenai Tayangan stand up comedy mengajarkan hal yang baik & buruk…………………………… Grafik 4.8 Distribusi Responden yang Menyukai/tidak menyukai Tayangan stand up comedy………………………………………………… Grafik 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan waktu penayangan stand up comedy………………………………………………. Grafik 4.10 Distribui Responden Berdasarkan hari penayangan stand up comedy………………………………………………. Grafik 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan durasi penayangan stand up comedy……………………..………………………… Grafik 4.12 Disrtibusi Responden Berdasargan hari penayangan stand up comedy seminggu sekali ………………………...… Grafik 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan seputar nama – nama Komika (comic).……………………………….. Grafik 4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Komika memiliki kredibilitas sebagai seorang stand up comedy-an…………………………. Grafik 4.15 Distribusi Responden mengenai penyampaian jokes/lawakan para komika (comic)……………………………………………. Grafik 416 Distribusi Responden Berdasarkan ekspresi yang menarik dari para komika………………………………………………… 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 Grafik 4.17 Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan gaya bahasa para komika (comic) stand up…………………………………. Grafik 4.18 Distribusi Responden Berdasarkan Tema/materi stand up comedy yang aktual………………………………………… Grafik 4.19 Distribusi Responden Berdasarkan Tema/materi stand up comedy yang faktual..……………………………………… Grafik 4.20 Distribusi Responden Berdasarkan setting studio (backsound & background ) tayangan stand up comedy ...…………………. 91 92 93 94 DAFTAR GAMBAR Nomor Gambar 1.1 Gambar 1.2 Gambar 2.1 Gambar 2.2 halaman Teori S-O-R.......................................................................... Kerangka Penelitian............................................................... Skema Pembentukan Persepsi……………………………… The Stimulus Organism Respons Theory…………………... 14 18 43 49 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya fungsi dari media massa yakni menyediakan informasi, sebagai sarana edukasi, sarana untuk menghibur diri, serta sebagai alat untuk mempesrsuasi khalayak. Media massa khususnya televisi memiliki fungsi sebagai penyampai informasi. Pada umumnya tujuan utama khalaayak dalam menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan/relaksasi, selebihnya memperoleh informasi Ardianto (2004:128). Televisi sebagai media massa elektronik, mempunyai banyak fungsi khususnya yang paling dominan ialah fungsi hiburan. Dari sekian banyak tayangan hiburan televisi yang ada yakni, sinetron, kuis/games, film, reality show hingga acara lawak, satu diantaranya yang mencuri perhatian adalah program yang kini masih terbilang baru didunia lawak tanah air. Ialah program “stand up comedy”, sebuah program yang menghibur sekaligus dapat memberikan pengetahuan dan wawasan bagi para penonton. Stand up comedy sendiri merupakan seni melawak tunggal yaitu salah satu genre profesi melawak yang pelawaknya membawakan materi lawakannya di atas panggung seorang diri, biasanya di depan pemirsa langsung, dengan cara bermonolog mengenai sesuatu topik. Acara stand up comedy kini banyak diminati oleh penonton khususnya kalangan mahasiswa, hal ini diindikasikan oleh banyaknya stasiun TV yang menayangkan program stand up comedy diantaranya ialah Metro TV, Kompas TV, serta indosiar. selain itu program stand up comedy juga pernah menduduki rating 3 besar bersaing dengan sinetron yang juga populer di masyarakat. munculnya program stand up comedy juga menjadi awal lahirnya komunitas-komunitas stand up comedy pada kota-kota besar seperti halnya di Makassar. Beberapa penelitian sebelumnya yang membahas tentang stand up comedy yakni gaya komunikasi, konteks humor dalam materi stand up comedy, hingga retrorika dakwah yang terkandung dalam stand up comedy. Tayangan stand up comedy di kalangan masyarakat masih terbilang baru namun sudah mempunyai tempat terbukti sejak populernya tayangan ini, rating program stand up comedy pun kian memuncak meskipun bersaing dengan beberapa sinetron yang juga populer di kalangan pemirsa. Direktur Utama Kompas TV Rikard Bagun menyatakan, “Stand Up Comedy Indonesia merupakan salah satu program yang menjadi trade mark KompasTV. Kesuksesan yang diraih SUCI dari tahun ke tahun memacu kami untuk terus menayangkan program ini. Tidak hanya itu, SUCI juga telah menjadi gerbang awal bagi komika di seluruh Indonesia untuk masuk ke dunia entertainment. Terbukti dari sejumlah alumni SUCI yang mampu meraih sukses di dunia entertainment Indonesia. Rating acara tv Indonesia versi KPI atau sebut saja Semi Rating KPI yang merupakan pemeringkatan terhadap program siaran yang di usulkan stasiun televisi bdalam Semi Rating KPI ini ada 810 responden di tanya tentang program-program acara yang ditontonnya dan berikut ini adalah hasil jawaban dari responden untuk kategori program komedi berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam survey indeks kualitas program. (http://www.rose.blogspot.com) Gambar 1.1 Rating acara TV versi KPI sumber : Data primer 2016 Fenomena stand up comedy menjadi bentuk nyata adanya interaksi dengan berbagai macam ciri khas bahasa dan budaya yang ada di Indonesia hingga menghasilkan makna-makna dari materi lawakan yang khas dan cerdas. Program stand up comedy memandang gejala ini secara kritis. Mereka merasa penyampaian kritik atau protes masyarakat terhadap suatu permasalahan yang berkembang kurang begitu efektif. Seperti aksi demonstrasi, bukan aspirasi yang tersampaikan justru masalah baru muncul akibat aksi tersebut, misalnya kemacetan, aksi anarkisme atau rusaknya fasilitas umum. Humor dalam materi stand up didapat dengan mengamati fenomena sosial, menganalisis, menyusun, lalu menyampaikannya lewat humor. Stand up comedy merupakan bagian dari pertunjukan seni tunggal yang berakar dari pertunjukan komedi namun mengangkat tema kritik sosial, budaya hingga politik di dalamnya. Para pelaku “stand up comedy” atau biasa disebut komika ‘comic’ sangat lihai dalam menyampaikan materi hingga dapat mengundang tawa penonton. Talenta yang dimiliki oleh seorang komika tentunnya tak lepas dari penguasaannya terhadap ilmu komunikasi khususnya kajian ilmu retorika serta kemampuan public speaking. Cara seorang komika mempersuasi penonton sehingga penonton mampu memahami maksud lucu yang terkandung dalam pertunjukan stand up comedy tersebut. kesuksesaan seorang komika bergantung pada strategi komunikasi yang digunakannya saat tampil di depan halayak. Berangkat dari hal tersebut, ingin diketahui beragam persepsi yang mucul sehubungan dengan populernya tayangan stand up comedy terutama di lingkungan mahasiswa Departemen Ilmu komunikasi Universitas Hasanuddin (UNHAS), karena tayangan stand up comedy tersebut merupakan suatu seni atau teknik berbicara dengan beretorika, dan dari semua jurusan yang ada di Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik (FISIP) mahasiswa Ilmu komunikasilah yang secara khusus membahas tentang retorika. Retorika adalah suatu gaya atau seni berkomunikasi baik yang dicapai berdasarkan bakat alami (talenta) dan keterampilan teknis. Dewasa ini retorika diartikan sebagai kesenian untuk berbicara baik, yang dipergunakan dalam proses komunikasi antar manusia. Selain itu, stand up comedy juga sangat erat kaitannya dengan apa yang dipraktekkan oleh mahasiswa ilmu komunikasi sehubungan dengan public speaking, dimana seorang pembicara dalam hal ini seorang komika membutuhkan pengetahuan dalam mempersuasi orang lain sehingga khalayak dengan mudah memahami maksud lucu dalam materi komedi yang disampaikan dan disajikan dalam stand up comedy. Banyak mahasiswa kini menjadi pecinta stand up comedy, bahkan turut menjadi pelaku dengan mengikuti berbagai komunitas hingga mengikuti ajang kompetisi (http://www.megapolitan.kompas.com). Atas dasar ini lah dipilih Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik departemen Ilmu komunikasi sebagai objek penelitian sebagai pertimbangan juga karena departemen Ilmu Komunikasi Unhas telah berakreditasi, sehingga ditetapkanlah judul penelitian: Persepsi mahasiswa Ilmu Komunikasi terhadap tayangan stand up comedy sebagai program komedi popular di Indonesia. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas maka dibuatlah rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana persepsi (pengamatan, pemahaman, penyeleksian & penafsiran) mahasiswa Ilmu komunikasi terhadap tayangan stand up comedy ? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi Mahasiswa ilmu komunikasi terhadap tayangan stand up comedy yang kian populer sebagai program komedi hiburan ? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan dari penelitian ini antara lain : a. Untuk mengetahui gambaran secara umum serta persepsi mahasiswa Departemen Ilmu komunikasi terhadap tayangan stand up comedy. b. Untuk mengetahui dan mempelajari berbagai macam faktor yang membuat stand up comedy begitu populer dan diminati oleh penonton khususnya mahasiswa di Indonesia. 2. Kegunaan yang diharapkan oleh penulis dengan adanya penelitian ini adalah : a. Secara Akademik Penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan memperkaya referensi, bahan penelitian serta sumber bacaan mahasiswa dan peneliti lainnya yang membahas hal yang sama. b. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penelit serta perbendaharaan karya ilmiah pengembangan Ilmu komunikasi khususnya media massa dalam bentuk penelitian khalayak. c. Secara Praktis Penelitian ini diharapka dapat menjadi masukan bagi program televisi berupa hiburan (Entertaiment) khususnya program komedi, untuk lebih memberikan informasi dalam sajian tayangan yang cerdas dan berkualitas. D. Kerangka Konseptual 1. Persepsi Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, malainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena itu proses persepsi tidak lepas dari proses penginderaan, dan proses penginderaan merupakan proses pendahulu dari proses persepsi. Proses penginderaan akan berlangsung setiap saat, pada waktu individu menerima stimulus melalui alat indera, yaitu melalui mata sebagai alat penglihatan, telinga sebagai alat pendengar, hidung sebagai alat pembauan, lidah sebagai alat pengecapan, kulit pada telapak tangan sebagai alat perabaan, yang kesemuanya merupakan alat indera yang digunakan untuk menerima stimulus dari luar individu. Stimulus yang diindera itu kemudia oleh individu diorganisasikan dan di interprestasikan, sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa yang di indera, dan proses ini disebut persepsi Walgito (2010:99). 1. a. Jenis-jenis Persepsi Jenis-jenis persepsi pada manusia sebenarnya terbagi dua, yaitu persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan persepsi terhadap manusia (persepsi sosial), dan menurut Mulyana (2001:171), kedua persepsi tersebut mempunyai perbedaan, peredaan tersebut mencakup: 1.a. 1. Persepsi terhadap objek (lingkungan Fisik) Persepsi fisik merupakan proses penafsiran terhadap objek-objek tidak beryawa yang ada di sekitar lingkungan kita. Dalam tayangan "stand up comedy” persepsi lingkungan fisik terhadap objek dapat diliat dari segi kualitas program acaranya meliputi tema/materi acara, waktu penayangannya dan setting acara. 1.a. 2. Persepsi terhadap manusia (Lingkungan Sosial) Pesepsi sosial adalah proses menangkap arti objek-objek sosial dan kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Oleh karena itu manusia bersifat emosional, sehingga penilaian terhadap orang akan mengandung resiko. Persepsi saya terhadap anda mempengaruhi persepsi anda terhadap saya, dan gilirannya persepsi anda terhadap saya juga mempengaruhi persepsi saya terhadap anda. Setiap orang memiliki gambaran yang berbeda mengenai realitas disekelilingnya. Karena setiap orang mempunyai persepsi berbeda terhadap lingkungan sosialnya. 1. b. Proses Terjadinya Persepsi Dengan demikan dapat dijelaskan terjadinya proses persepsi sebagai berikut : Objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses ini dinamakan proses kealaman (fisik). Stimulus yang diterima oleh alat indera dilanjutkan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini dinamakan proses fisiologis. Kemudian terjadilah suatu proses di otak, sehingga individu dapat menyadari apa yang ia terima dengan reseptor itu, sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterimanya. Proses yang terjadi dalam otak atau pusat kesadaran itulah yang dinamakan proses psikologis. Dengan demikian taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang apa yang diterima melalui alat indera atau reseptor Walgito (1997:54). 1. c. Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Persepsi Persepsi yang dilakukan masing-masing individu tentunya berbeda-beda, dengan demikian dapat dikemukakan bahwa stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi. Berkaitan dengan beberapa faktor-faktor yang berperan dalam persepsi yaitu: 1.c. 1. Objek yang dipersepsi Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian besar stimulus datang dari luar individu. 1.c. 2. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris. 1.c. 3. Perhatian Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau kosentrasi dari seluruh aktifitas individu yang ditunjukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek. Dari hal-hal tersebut dapat dikemukakan bahwa untuk mengadakan persepsi adanya beberapa faktor yang berperan, yang merupakan syarat agar terjadinya persepsi, yaitu objek atau stimulus yang dipersepsi, alat indera dan syaraf-syaraf serta pusat susunan syaraf, yang merupakan syaraf fisiologis, serta perhatian, yang merupakan syarat psikologis Walgito (2010:101). 2. Tayangan stand up comedy Kompas TV Audience akan melihat apa yang ditampilkan dalam stand up comedy tentu dengan efek-efek yang berbeda misalnya dengan materi-materi SARA (Suku, Agama, Ras dan Antargolongan). Dalam komedi, ini dikonstruksikan bahwa segalanya mungkin dilakukan untuk menghibur penonton. Mengkritisi kehidupan sosial bermasyarakat, menyindir tentang umat beragama lain, sampai kearah mengumpat dengan kasar yang ditujukan agama dan etnis tertentu. Komedi menjadi media ampuh mengungkapkan sesuatu baik itu untuk menghibur maupun sebagai penyampaian pesan yang diterima oleh penonton. Audience mungkin akan memiliki pemaknaan yang kepada serupa dengan apa yang disampaikan comic dalam stand up comedy ini. Hasil dari latar belakang kultural dan hasil interaksi dengan lingkungan mempengaruhi pemaknaan informan. Audience memiliki pemahaman masing-masing dalam memaknai informasi, namun pengetahuan yang mereka terima dan latar belakang kultural yang mempengaruhi hal itu. Barker mengatakan bahwa penonton adalah pencipta kreatif makna dalam kaitannya dengan televisi, yang berlaku juga untuk media yang lain (mereka tidak sekadar menerima begitu saja makna-makna tekstual) dan mereka melakukannya berdasarkan kompetensi kultural yang dimiliki sebelumnya yang dibangun dalam konteks bahasa dan relasi sosial Barker (2008:286). E. Landasan Teori 1. Persepsi Dalam Ilmu komunikasi Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Menurut Stephen W. Little John (2005 : 336), tentang studi fenomenologi persepsi : Fenomenologi adalah pendekatan yang beranggapan bahwa suatu fenomena bukanlah realitas yang berdiri sendiri. Fenomena yanng tampak merupakan objek yang penuh dengan makna yang transendental. Dunia sosial keseharian tempat manusia hidup senantiasa merupakan suatu yang inter subjektif dan sarat dengan makna. Dengan demikian, fenomena yang di pahami oleh manusia adalah refleksi dari pengalaman transedental dan pemahaman tentangmakna. Dari penjelasan tersebut, dapat peneliti simpulkan beberapa kata kunci dalam fenomenologi yaitu objek, makna, pengalaman, dan kesadaran dari individu. Semua hal tersebut memainkan peranan penting dalam studi fenomenologi. Jadi penelitian ini berusaha mempelajari pengalama-pengalaman dari sudut pandang khalayak atau penonton utuk mengetahui persepsi lebih lanjut mengenai fenomena tayangan stand up comedy yang marak di berbagai TV. 2. Komunikasi Massa Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Massa dalam arti komunikasi massa lebih menunjuk pada penerima pesan yang berkaitan dengan media massa. Dengan kata lain media massa yang dalam sikap dan perilakunya berkaitan dengan peran media massa. Oleh karena itu massa disini menunjuk pada khalayak, audience, penonton, pemirsa, atau pembaca Nurudin (2007:2). Definisi komunikasi massa paling sederhana dikemukakan oleh ahli komunikasi, Gebner, yang menyatakan bahwa komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang berkesinambungan serta paling luas yang dimiliki orang dalam masyarakat industri Ardianto (2004:4). Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang tersebar yang dilembagakan, yang ditunjukkan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak, selintas, khususnya media elektronik Mulyana (2002: 75). 3. Teori S – O – R Kerangka teori disusun sebagai landasan berpikir yang menunjukan dari sudut mana masalah yang dipilih akan disoroti Nawawi (1990:43). Teori S – O – R adalah singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Menurut teori ini, organism menghasilkan perilaku tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu. Maksudnya adalah keadaan internal organism berfungsi menghasilakn respon tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu pula. Mar’at (1981:30) dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan, serta Pengukurannya” mengutip pendapat Hovland, Jains dan Kelly yang mengatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru,ada tiga variable penting, yaitu : a. Perhatian b. Pengertian c. Penerima Dari Uraian diatas, maka proses komunikasi S-O-R dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Gambar 1.1 ( Teori S-O-R ) Organisme : Stimulus 1. Pehatian 2. Pengertian 3. Penerimaan Respon Sumber : Effendy (2003:255) Dalam hal ini kerangka teori S – O – R dengan tayangan “stand up comedy” juga dapat di jelaskan bahwa: 1. Stimulus (Pesan) Diartikan sebagai suatu rangsangan atau sumber informasi. Stimulus yang dimaksud adalah program acara “stand up comedy” yang berfungsi sebagai media yang memberikan informasi kepada khalayak. 2. Organisme (komunikan) Diartikan Sebagai komunikan yang menerima pesan. Yang menjadi sasaran adalah pemirsa acara “stand up comedy”, dimana dalam penelitian ini merupakan mahasiswa Ilmu komunikasi Unhas . 3. Respon (Efek) Respon disini adalah tanggapan individu atau khalayak terhadap suatu hal. Dalam menanggapi pesan yang diterima khalayak, reaksi yang ditunjukkan terhadap stimulus sehingga seseorang dapat mempekirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan, yang kemudian di terima dan diolah sehigga membuat mereka dapat berpersepsi atas stimulus yang diterima. F. Definisi Konseptual Berdasarkan kerangka konsep dan landasan teori diatas, mengenai persepsi mahasiswa Ilmu komunikasi terhdap tayangan “stand up comedy” sebagai program komedi populer, maka yang akan di ukur adalah : Tabel 1. 2 Definisi Konseptual Variabel Persepsi Terhadap Dimensi Komika Indikator “comic 1. Penampilan stand up comedy” / Body language seorang komika saat sedang open manusia mic di hadapan pemirsa. 2. Penampilan seorang komika saat sedang tampil menggunakan gaya bahasa yang khas. 3. Ekspresi wajah, gestur tubuh serta tutur kata komika saat sedang menampilakan materi stand up. 4. Wawasan yang dimiliki seorang komik sudah cukup untuk menghibur penonton. 5. Pemandu acara (Host) dalam program stand up comedy dirasa sudah berkompeten dan menghibur. Dimensi Variabel Persepsi Terhadap Indikator Tema / materi acara 1. Tema yang disampaikan dalam dalam tayangan berbagai tayangan “stand up comedy” Objek “stand up comedy” sangat beragam. 2. Tema yang disampaikan dalam berbagai tayangan “stand up comedy” sedang hangat di masyarakat. 3. Tema yang disampaikan dalam berbagai tayangan “stand up comedy” sangat menghibur. 4. Tema yang disampaikan dalam berbagai tayangan “stand up comedy” menarik simpati anda. Waktu penayangan 1. Penempatan jam tayang “stand up “stand up comedy” comedy” yakni pada sore atau malam di berbagai stasiun hari dinilai cukup efektif dan cocok TV. dengan pemirsa. 2. Durasi yang disediakan dalam berbagai tayangan “stand up comedy” di berbagai TV dirasa sudah proporsional dengan isi acara. Setting Acara a. Tata panggung dalam berbagai program “stand up comedy” sudah menarik b. Latar panggung (Background) dalam tayangan “stand up comedy” sudah menarik c. Latar musik (Backsound) dalam tayangan “stand up comedy” membuat penonton merasa lebih menikmati acara tersebut. G. Kerangka Penelitian Berdasarkan teori dan kerangka konseptual diatas, maka dibuatlah kerangka penelitian sebagai berikut: Gambar 1.2 Kerangka Penelitian Variabel Bebas Variabel Terikat Persepsi Mahasiswa Ilmu Komunikasi Tayangan Stand Up Comedy Ekspresi Gaya bahasa Tema materi Control Faktor – faktor apa yang membuat mahasiswa berminat menonton stand up comedy H. Definisi Operasional 1. Variabel bebas Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan atau memengaruhi, yaitu faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungan antara fenomena yang diobservasi atau diamati. Dalam penelitian ini variabel bebas yakni Mahasiswa Ilmu Komunikasi. 2. Variabel Terikat Variabel terikat adalah faktor-faktor yang diobservasi dan diukur untuk menentukan adanya pengaruh variabel bebas, yaitu faktor yang muncul, atau tidak muncul, atau berubah sesuai dengan yang diperkenalkan oleh peneliti. Dalam penelitian ini variabel terikat meliputi ekspresi, gaya bahasa, tema dsb. 3. Mahasiswa Mahasiswa adalah peserta didik yang masih terdaftar dan sedang menempuh pendidikan tingkat S1. Khususnya mahasiswa Ilmu komunikasi Unhas angkatan 2013 hingga 2015 yang sering atau pernah menonton acara stand up comedy. 4. Departemen Ilmu Komunikasi Adalah salah satu jurusan di Universitas Hasanuddin yang termasuk dalam Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang sekaligus menjadi objek peneitian dilandaskan oleh kajian ilmu yang sama yakni “public speaking“. 5. Komika (Comic) Komika atau comic, ialah sebutan bagi para pelaku stand up comedy. Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat seperti apa persepsi mahasiswa Ilmu komunikasi terhadap seorang komika dilihat dari ekspresi, gaya bahasa maupun materi yang disampaikan. 6. Tayangan Tayangan adalah suatu acara yang ditampilkan stasiun televisi untuk disaksikan oleh khalayak. Dalam penelitian ini tayangan hiburan menjadi objek penelitian yaitu acara komedi bertajuk “stand up comedy Indonesia “ yang saat ini masih tayang di Kompas TV, pada hari Jumat pukul 22.30 WIB. 7. Stand Up Comedy Stand up comedy dalam penelitian ini merupakan inti objek yang ingin dikaji dan diteliti. Tayangan stand up comedy yang sedang tren dikalangan mahasiswa menjadi sangat populer hingga digemari dan dijadikan sebagai rutinitas / hobi. 8. Persepsi Persepsi pada dasarnya merupakan suatu proses yang terdiri dalam pengamatan seseorang terhadap sesuatu informasi yang disamapaikan oleh orang lain yang sedang saling berkomunikasi, berhubungan, atau bekerjasama. Dalam penelitian ini persepsi dimaknai suatu sudut pandang berupa kesan baik atau buruk mahasiswa dalam menyaksikan tayangan stand up comedy di televisi. a. Persepsi baik & buruk Persepsi yang baik merupakan suatu anggapan yang muncul apabila seseorang mengetahui dan memahami sesuatu secara baik. Persepsi dalam penelitian ini dikatakan baik apabila ekspresi, gaya bahasa, tema dsb dinilai oleh responden pada pilihan setuju dan sangat setuju. Begitu pula sebaliknya, Persepsi dikatakan buruk apabila responden menilai ekspresi, gaya bahasa, tema dsb pada pilihan sagat tidak setuju dan tidak setuju. Persepsi baik & buruk dapat diukur dari penilaian masing – masing mahasiswa terhadap suatu topik, khususnya dalam penelitian ini yaitu tayangan “stand up comedy”. 9. Definisi Operasional Variabel meliputi : a. Ekspresi Menurut KBBI ekspresi adalah pengungkapan ataupun suatu proses dalam mengutarakan maksud, gagasan, dan perasaan. Ekspresi juga biasa diartikan sebagai gambaa air muka yang menyatakan perasaan. Ekspresi dalam penelitian ini dinilai dari cara komika menyampaikan materi hingga mampu mengundang tawa penonton. b. Gaya Bahasa Menurut KBBI Gaya bahasa didefinisikan sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang secara khas hingga dapat menimbulkan kesan – kesan tertentu. Dalam penelitian ini, gaya bahasa dapat dilihat dari komika stand up comedy yang disaksikan di Kompas TV. c. Tema Menurut KBBI Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran tentang suatu hal, salah satunya dalam membuat suatu tulisan, di setiap tulisan pastilah mempunyai sebuah tema. Begitupula dalam materi “stand up comedy”. I. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono (2009:11) menyatakan bahwa: “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain”. Metode ini merupakan metode yang paling tepat dalam penelitian mengenai persepsi mahasiswa karena format deskriptif yang digunakan untuk penelitian kuantitatif yang tidak menguji hubungan sebab akibat antara variabel yang ada. Metode atau strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Dimana metode survei merupakan pnelitian yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari tanggapan-tanggapan yang ada dan untuk mencari keterangan-keterangan secara faktual Nazir (2005:56). Lebih lanjut, Nazir (2005:56) menambahkan bahwa metode survei mengulik untuk mengenali masalah-masalah serta mendapatkan pembenaran terhadap suatu keadaan dan praktik-praktik yang sedang berjalan. 2. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian berlangsung selama dua bulan, yakni pada bulan Maret hingga Mei tahun 2017. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin. Lokasi penelitian berada pada Kampus Tamalanrea, Jln. Perintis Kemerdekaan KM. 10, Makassar . 3. Teknik Pengumpulan data Teknik pengumpuland data terbagi menjadi 2 yaitu: a. Data Primer merupakan data yang dikumpulkan dengan cara membagikan kuisioner yang memiliki beberapa pertanyaan yang berstruktur b. Data Sekunder yang merupakan kumpulan dari studi pustaka, baik dari buku-buku, internet yang relevan dengan fokus permasalahan. 4. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan objek atau fenomena yang akan diriset. Sedangkan sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek atau fenomena yang akan diamati. Kriyantono (2010:153). Populasi dalam penelitian ini yaitu mahasiwa Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin angkatan 2013 hingga angkatan 2015 Program Strata I (S1) yang aktif berkuliah dan terdaftar pada Semester Genap 2016/2017. Tabel 1.3 Jumlah Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi yang Terdaftar pada Semester Genap Tahun 2016/2017 No. Tahun Angkatan Laki-laki Perempuan Jumlah 1 2013 31 51 82 2 2014 23 43 66 3 2015 23 51 74 Total 222 Sumber: Data primer, 2017 Pada penelitian sampel, peneliti memakai metode penelitian pengambilan sampel secara probality sampling, kemudian teknik penarikan sampelnya berupa sampel strata proporsional. Adapun besaran sampel dengan menggunakan tabel Isaac dan Michael dalam buku Sugiyono (penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu dengan syarat kesalahan 1%, 5%, 10%). Dengan menggunakan tabel Isaac dan Michael dalam Sugiyono (2013;69) dalam penentuan besaran sampel, maka diperoleh sampel sebesar 135 dengan memakai syarat kesalahan 5% dari populasi 222. Tabel 1. 4 Penentuan jumlah sampel dan populasi yang diketahui jumlahnya, dengan taraf kesalahan (significance level) 1%, 5%, dan 10% S N 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 1% 10 15 19 24 29 33 38 42 47 51 55 59 63 67 71 75 79 83 87 94 102 109 116 122 129 135 142 148 154 160 165 171 176 182 187 192 5% 10 14 19 23 28 32 36 40 44 48 51 55 58 62 65 68 72 75 78 84 89 95 100 105 110 114 119 123 127 131 135 139 142 146 149 152 10% 10 14 19 23 27 31 35 39 42 46 49 53 56 59 62 65 68 71 73 78 83 88 92 97 101 105 108 112 115 118 122 125 127 130 133 135 N 280 290 300 320 340 360 380 400 420 440 460 480 500 550 600 650 700 750 800 850 900 950 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000 2200 2400 2600 1% S 5% 197 202 207 216 225 234 242 250 257 265 272 279 285 301 315 329 341 352 363 373 382 391 399 414 427 440 450 460 469 477 485 492 498 510 520 529 155 158 161 167 172 177 182 186 191 195 198 202 205 213 221 227 233 238 243 247 251 255 258 265 270 275 279 283 286 289 292 294 297 301 304 307 10% N 138 140 143 147 151 155 158 162 165 168 171 173 176 182 187 191 195 199 202 205 208 211 213 217 221 224 227 229 232 234 235 237 238 241 243 245 2800 3000 3500 4000 4500 5000 6000 7000 8000 9000 10000 15000 20000 30000 40000 50000 75000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 400000 450000 500000 550000 600000 650000 700000 750000 800000 850000 900000 950000 1000000 ∞ 1% S 5% 10% 537 543 558 569 578 586 598 606 613 618 622 635 642 649 563 655 658 659 661 661 662 662 662 662 663 663 663 663 663 663 663 663 663 663 663 663 664 310 312 317 320 323 326 329 332 334 335 336 340 342 344 345 346 346 347 347 347 348 348 348 348 348 348 348 348 348 348 348 348 348 348 348 349 349 247 248 251 254 255 257 259 261 263 263 263 266 267 268 269 269 270 270 270 270 270 270 270 270 270 270 270 270 270 270 270 271 271 271 271 271 272 Dengan jumlah populasi sebanyak 222 orang ini, dengan menggunakan teknik penarikan sampelnya berupa sampel beserta proporsional, maka diperoleh sampel per angkatan sebagai berikut : 𝑛𝑖 = Ni N 𝑥𝑛 Keterangan : ni : Banyanknya sampel per angkatan N : Jumlah populasi per angkatan Ni : Total populasi n : Penentuan jumlah per angkatan menurut tabel Isaac dan Michael dengan taraf kesalahan 5% Tabel 1.5 Sampel per angkatan sebagai berikut: 1. Angkatan 2013 : 82 / 222 X 135 = 50 2. Angkatan 2014 : 66 / 222 X 135 = 40 3. Angkatan 2015 : 74 / 222 X 135 = 45 135 4. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Data yang diperoleh dari kuesioner yang telah terkumpul akan dianalisis dengan menggunakan tabel dan grafik frekuensi yang kemudian dijabarkan secara deskriptif. Penelitian ini memanfaatkan software SPSS versi 20.s dalam pengolahannya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Massa Berbicara Tentang komunikasi massa, tentu saja media massa yang ada didalamnya tidak akan ketinggalan untuk dibicarakan pula, karena komunikasi massa hanya dapat berlangsung apabila melalui media massa. yang termasuk disini adalah media massa modern, seperti televisi, radio, film, dan media cetak. media massa modern perkembangannya akan selalu seirama dengan perkembangan teknologi elektronika. Untuk memperoleh pengertian yang lebih luas dan baik menngenai komunikasi massa ini, kita tinjau beberapa definisi lain dalam Maulana & Gumelar (2013:124) : Menurut Bittner, J.R (Rakhmat 1999) dalam bukunya Mass Communication: An Introduction menjelaskan : “Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (Mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people)” Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa komunikassi massa itu harus menggunakan media massa. jadi tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. definisi dari bittner ini seolah-olah hanya menekannkan pada pesan sebagai focus utama dari media massa. Komunikasi massa sebagi suatu proses, Edwn Emery, Phillip H. Ault, Warren K. Agee, berpendapat sebagai berikut : “Komunikasi massa menyampaikan Informasi , Ide, dan sikap kepada berbagai komunikan yang jumlahya cukup banyak dengan menggunakan media massa (This is mass communication-delivering information, ideas and attitudest a ziseable and diversified audience through use of the media developed for that purpose)” Pendapat Emery diatas, menunjukkan perbedaan penjelasan mengenai arti komunikasi massa dalam hubungannya dengan pengguaan media massa itu sendiri. ada pula pendapat lainnya yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi yang lain, yaitu Gabner, Gabner (1967) mengemukakan sebagai berikut Maulana & Gumelar (2013 : 124) : “Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang lain dalam masyarakat industry (Mass communication is the technologiccaly and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in industrial society)” Dari definisi Garbner di atas, tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk yakni berupa pesan-pesan komunikasi. produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak uas secara terus-menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, dwimingguan dan bulanan. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan harus oleh lembaga, dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri. Nabeel Jurdi dalam bukunya Readings in Mass Communication (1983),berpendapat sebagai berikut: “Dalam komunikasi massa, tidak ada tatap muka antar penerima pesan (in mass communication, there is no face-to face contact)” Nurudin, (2011:10) Tatap muka yang dimaksudakan dalam pengertian komunikasi ini sifatnya bukan kasuistis, artinya tidak bisa dipahami dalam sekolompok atau komunitas masyarakat tertentu. Tatap muka disini seharusnya memeberikan kesempatan pada semua audiens untuk bisa bertatap muka.Jadi, jika semua audiens tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk bertatap muka,itu bukan termasuk komunikasi massa. Berdasarkan beberapa definisi diatas, Rakhmat (2012 : 187) merangkum definisi tentang komunikasi massa, yaitu : “Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonym melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat” Dari definisi-definisi diatas, Ardianto menyimpulkan bahwa kita dapat mengetahui pula karakteristik komunikasi massa, sebagai berikut : a. Komuikatornya terlembagakan b. Pesan bersifat umum c. Komunikannya heterogen d. Media massa menimbulkan keserempakan e. Komunikasi assa bersifat satu arah f. Umpan balik tertunda (delayed) dan tidak langsung (indirect) B. Televisi Tidak heran kalau perkembangan sarana komunkasi begitu pesat, termasuk didalammnya pertumbuhan media elektronik televisi sebagai media massa. kehadiran media televisi, tidak berarti membuat media massa lain, seperti media cetak dan radio menjadi terbelakang, justru ketiganya dapat saling mengisi kekurangan masingmasing, sehingga khalayak pun dapat menerima informasi yang semakin lengkap dan variatif. Kelebihan televisi antara lain adalah sifatnya yang audio visual yang mampu menyebarluaskan informasinya secara langsung, karena saat ini, faktor kecepatan dan ketepatan dalam penyampaian informasi sangatlah penting. Televisi saat ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. bannyak orang yang menghabiskan waktunya lebih lama di depan televisi dibanndingkan degan waktu yang digunkan untuk ngobrol dengan keluarga atau pasangan mereka. Bagi banyak orang, televisi adalah tren, menjadi cermin perilaku masyarakat dan dapat menjadi candu. Televisi membujuk kita untuk mengonsumsi lebih banyak dan lebih banyak lagi. Televisi memperlihatkan bagaimana kehidupan orag lain dan memberikan ide tentang bagaimana kita ingin menjalani hidup ini. Ringkasnya, televisi mampu memasuki sisi-sisi kehiupan kita lebih dari yang lain Morissan (2010 : 1). Televisi menjadi fenomea besar di era sekarang ini, harus diakui bahwa peran televisi sangatlah besar dan membentuk pola piker, pengembangan wawasan dan pendapat umum, termasuk pendapat untuk menyukai produk-produk industri tertentu yang disajikan semakin lama semakin menarik, meskipun meerlukan biaya yang tinggi, tidak mengherankan kalau khalayak betah duduk berlama- lama menikmatinya Darwanto ( 2007 : 25). 1. Fungsi Media Massa Media massa seingkali pula dipandang sebagai guide, petunjuk jalan atau interpreter, yang menerjemahkan dan menunjukkan arah atas berbagai ketidak pastian, atau alternatif yang bergam. Melihat media massa sebagai forum untuk mempresentasikan berbagai informasi dan ide-ide kepada khalayak, sehingga memungkinkan terjadinya tanggapan dan umpan balik. Fungsi dari media massa adalah sebagai sarana pemberitaan yang ada dilingkungannya, juga mengadakan korelasi antara informasi yang diperoleh dengan kebutuhan khalayak sasaran, karenanya pemberitaan atau komunikasi lebih menekankan pada seleksi, evaluasi dan interprestasi. Fungsi lain dari media massa yang diutarakan oleh Dennis McQuail bahwa ada delapan metafora untuk mengartikan fungsi media massa: media merupakan jendela (Windows) yang memungkinkan kita melihat lingkungan kita lebih jauh, penafsir (interpreters) yang membantu kita memhami pengalaman, landasan (platforms) atau pembawa yang menyampaikan informasi, komunikasi interaktif (interactive communication) yang meliputi tanggapan audiens, penanda(signposts) yang memberi kita instruksi dan petunjuk, penyaring (filters) yang membagi pengalaman dan fokus pada orang lain, cermin (mirrors) yang merefleksikan diri kita ddan penghalang (barriers) yang menutupi kebenaran Little jhon (2009:407). 2. Televisi sebagai Media Massa Bermula dengan ditemukannya electrisce telescope sebagai perwujudan gagasan seorang mahasiswa dari Belin, Paul Nipkow untuk mengirim gambar melalui udara dari satu temat ke tempat lain. hal ini terjadi antara tahun 1883 – 1884. Perstasi Nipkow ini menjadikan ia diakui sebagai “Bapak Televisi”. Dengan sangat pesat, dan bahkan telah menggeser media assa lainnya dalam hal keunggulannya Morissan (2010 : 2). Siaran televisi adalah pemancaran sinya listrik yang membawa muatan gambar proyeksi yang terbentuk melalui pendekatan system lensa dan suara. pancaran sinyal ini diterima oleh antenna televisi untuk kemudian diubah kembali menjadi gambar dan suara. Sejak pemerintah membuka Televisi Republik Indonesia (TVRI) pada tanggal 24 Agustus 1962, selama 2 tahun penonton televisi di Indonesia hanya menikmati satu saluran televisi saja. Kemudian pada tahun 1989, memberikan izin operasi kepada kelompok usaha bimantara untuk membuka stasiun televisi RCTI yang mana merupakan televisi swasta pertama di Indonesia. Gerakan reformasi pada tahun 1998 ini telah memicu perkembangan industri televisi. seiring dengan itu, kebutuhan masyarakat terhadap informasi dan pengetahuan pun semakin bertambah. 3. Fungsi Televisi a. Fungsi Penerangan Televisi adalah media yang mampu menyiarkan inforasi yang amat memuaskan. Hal ini disebabkan dua faktor yaitu faktor immediacy dan faktor realism. Faktor immediacy (kebiaasaan) mencaakup pengertian langssung dan dekat. peristiwa yang disiarkan oleh televisi dapat dilihat dan didengar oleh pemirsa saat peristiwa itu berlangsung. Realism mngandung pengertian bahwa televisi menyiarkan informasi apa adanya sesuai dengan kenyataan. Kuswandi (1996 : 170). b. Fungsi Pendidikan dan Edukasi Televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlaHnya begitu banyak secara simultan, sesuai dengan makna pendidikan yaitu meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat. Salah satunya dengan menyiarkan acara yang secara implisit mengandung pendidikan, misalnya acara sandiwara, kuis, film, dan lain lain. Kuswandi (1996 :17) c. Fungsi Hiburan Televisi merupakan salah satu media yang daapat memberikan suatu hiburan bagi kalayaknya, hal ini disebabkan oleh karena layar televisi dapat ditampilkan gambar hidup beserta suaranya (audio visual) dan dpat dinikmati oleh semua orang, bahkan tuna aksara. Dalam penelitian ini teori televisi digunakan karena menurut fungsinya televisi merupakan salah satu media untuk menyampaikan informasi, memberikan pendidikan dan meningkatkan pengetahuan, membujuk dan memberikan hiburan bagi penonton Kuswandi (1996 : 19). 4. Program siaran Kata program berasal dari bahasa Inggris programme yang berarti acara atau rencana. Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiensnya. Program atau acara yang disajikan adalah faktor yang membuat audiens tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan stasiun penyiaran apakah itu televisi maupun radio.program sendiri dapat dianologikan dengan produk atau barang atau pelayan yang dijual kepada pihak lain, dalam hal ini adalah audiens. Dengan begitu, program adalah suatu produk yang dibtuhkan orang sehingga mereka bersedia mengikutinya. Program yang bagus terdiri dari orang-orang yang telah belajar untuk mengukur selera atau cita rasa publik melalui penelitian untuk mengetahui kebiasaan orang menonton televisi. Program siaran yang akan dibuat harus mempertimbangkan empat hal ketika merencanakan program siaran Morissan (2008:211). a. Product, artinya materi program yang dipilih haruslah yang bagus dan diharapkan akan disukai audien yang dituju b. Price, biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi atau membeli program sekaligus menentukan tarif iklan bagi pemasang iklan yang berminta memasang iklan pada program yang bersangkutan. c. Place, artinya kapan waktu siaran yang tepat bagi penonton itu d. Promotion, artinya bagaimana memperkenalkan dan kemudian menjual acara itu sehingga dapat mendatangkan iklan dan sponsor. A. Jenis program Televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak banyak dan jenisnya beragam. Pada dasarnya apa saja bisa dijadikan program untuk ditayangkan di televisi selama program itu menarik dan disukai audiens, dan selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum dan peraturan yang berlaku. Pengelola stasiun dituntut untuk memiliki kreativitas seluas mungkin untuk menghasilkan berbagai program yang menarik. Menurut vane-Gross (1994) dalam Fitriyani (2011) menetukan jenis program berarti menentukan atau memilih daya tarik (appeal) dari suatu program. Adapun yang dimaksud dengan daya tarik disini adalah bagaimana suatu program mampu menarik audiensnya. Menurut vane-Gross: The Programmes must select the appeal through which the audience will be reached (programmer harus memilih daya tarik yang merupakan cara untuk meraih audiens). Berbagai jenis program dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya, yaitu: a. Program informasi (berita) Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada audiens. Program informasi tidak hanya melulu program berita dimana presenter atau penyiar membacakan berita tetapi segala bentuk penyajian informasi termasuk juga talkshow (perbincangan), misalnya wawancara dengan artis, orang terkenal atau dengan siapa saja. Program informasi dibagi menjadi dua jenis yaitu berita keras (hard news), yang merupakan laporan berita terkini yang harus segera disiarkan dan berita lunak (Soft news) sendiri merupakan segala informasi penting dan mendalam (in-depth) namun tidak harus segera disiarkan, berita yang masuk dalam kategori ini ditayangkan pada suatu program tersendiri diluar program berita. Program yang dimaksud dalam kategori ini adalah: current affair, magazine, dokumenter dan talkshow. Selain pembagian program berdasarkan skema diatas, terdapat pula pembagia program berdasarkan apakah suatu program itu bersifat faktual atau fiktif. b. Program Siaran Hiburan Hiburan merupakan sarana pemenuhan kebutuhan masyarakat. Hiburan diartikan sebagai semua macam atau jenis keramaian, pertunjukan atau permainan atau segala bentuk usaha yang dapat dinikmati oleh setiap orang dengan nama dan dalam bentuk apapun, dimana untuk menonton atau mempergunakan fasilitas yang ada. Dengan demikian dimaksudkan disini adalah pengertian hiburan yang luas, yang dapat menimbulkan perasaan senang, terhibur atau hal-hal yang menyenangkan bagi diri manusia. Hiburan juga dapat diartikan sebagai salah satu aktivitas yang bisa kita lakukan. Artinya, hiburan juga bisa membantu kita memberi semangat sebelum kita mengerjakan kembali aktivitas kita sehari-hari. Hiburan tidak dapat dipungkiri bahwa hiburan memang tidak pernahlepas dari kehidupan sehari-hari. Menonton acara komedi dapat dikatakan sebagai aktivitas hiburan yang paling banyak penggemarnya. Dunia hiburan pada saat ini masih didominasi oleh acara-acara komedi, Menonton acara-acara komedi adalah salah satu sarana hiburan yang dapat melepas lelah setelah beraktifitas. Setiap hari stasiun televisi berusaha menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya begitu banyak dan jenisnyapun beragam. Pada dasarnya apa saja apa saja bias dijadikan program untuk ditayangkan di televisi asal selama program itu menarik dan disukai oleh penontonnya, dan pula selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum dan peraturan yang berlaku. Sebuah program televisi akan selalu berusaha agar program yang ditayangkannya selalu dapat diikuti oleh penontonnya. Pengelola suatu stasiun televisi diharapkan memiliki kreativitas seluas – luasnya agar dapat menghasilkan berbagai program yang menarik dan berkualitas. Program hiburan atau yang biasa disebut (entertainment) pada dasarnya terbagi atas empat kelompok acara yakni : a) Drama, merupakan program televisi yang disajikan dalam bentuk sinema. seorang pemain daram dituntut untuk ber-acting & berdialog sesuai dengan skenario. Drama yang saat ini populer di tanah air seperti, sinetron yang banyak digemari oleh kalangan remaja hingga ibu-ibu. b) Permainan ( Game show), program ini dikemas dengan aktifitas yang seu, terkaang melatih wawasan serta ketangkasan para pemainnya. Program ini juga banyak disukai karena hadiahnya yang menggiurkan. c) Musik, Program musik menampilkan sajian musik yang ditampilkan oleh beberapa penyanyi atau band papan atas berupa konser yang dilakukan di sebuah lapangan (outdoor) ataupun di dalam studio (indoor). d) Komedi Pertunjukan, sebuah program yang menampilkan kemaampuan (performance) para pelawak diatas panggung secara berdialog, ataupun secara bermonolog seorang diri seperti yang marak saat ini yakni program stand up comedy. Beragam program hiburan di televisi saat ini sangat bervariatif, program – program ini hadir untuk memenuhi kebutuhan penonton akan hiburan televisi. program hiburan tersebut dikemas dalam acara yang selalu dinanti oleh penonton, yakni acara sinetron yang sangat digemari oleh kalaangan remaja dan juga ibu – ibu, program musik, kuis, reality show, infotaiment atau biasa disebut gosip hingga yang paling disukai yaitu acara komedi. Beragam acara komedi yang hadir ditengah – tengah masyarakat tentu memberikan efek yang baik bagi penonton, program komedi melahirkan tawa dan menghilangkan stress setelah menontonnya, program komedi tersebut hadir dalam bentuk pertunjukan, show, hingga yang saat ini sedang tren yakni acara stand up comedy. 5. Audiens Audiens aadalah faktor yang paling penting bagi media karena audiens adalah konsumen media. Keberhasilan suatu media sangat ditentukan oleh seberapa besar media bersangkutan bisa memperoleh pembacanya, pendengan dan penonton. Walaupun disadari bahwa audiens merupakan faktor paling penting bagi media, namun sejumlah penelitian menunjukkan bahwa pengelola media massa atau komunikator massa sering kali menjadikan audiens bukan sebagai faktor terpenting yang mempengaruhi pekerjaan mereka, namun mereka tetap mengikuti laporan peringkat acara (rating) dan angka penjualan iklan sebagai indikator untuk mengetahui jumlah audien mereka. Morissan (2010:57). Pengelolaan program penyiaran harus memahami kebutuhan audiens dalam upaya untuk dapat mendesain program yang dapat memenuhi kebutuhan mereka secara efektif. Identifikasi terhadap target audiens dilakukan dengan mengelompokkan sejumlah audiens yang memiliki gaya hidup, kebutuhan dan kesukaan yang sama. Persaingan media penyiaran pada dasarnya adalah persaingan merebut perhatian audiens, dan untuk dapat merebut perhatian audiens, maka pengelola statiun penyiaran harus memahami siapa audiens mereka dan apa kebutuhan mereka. Audiens adalah pasar, dan program yang disajikan adalah produk yang ditawarkan. Menurut Lewis (1991), pengaruh audiens dalam keputusan perencanaan program adalah dalam bentuk pemberian umpan balik (feedback) secara langsung dan laporan peringkat (rating) program. Pemberian feedback secara langsung misalnya audiens mengirim surat (email), menelepon (teleconference), mengirim sms yang ditujukan kepada pengelola stasiun penyiaran atau pengelola program televisi tersebut. Suatu ketika audiens tentu akan berubah. Generasi baru datang, media penyiaran baru bermunculan, persaingan semakin tajam, sementara program dan produk baru menawarkan gaya hidup baru. Dengan demikian, audiens bisa berubah. 6. Efek Media Massa Efek media massa adalah suatu kesan yang timbul pada pikiran khalayak akibat adanya suatu proses penyampaian pesan melalui media atau alat-alat komunikasi mekanis seperti: surat kabar, radio, dan televisi. Caffe (dalam Ardianto dkk,2004) melihat efek media massa sesuai jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak, membagi atas empat, sebagai berikut : 1. Efek kognitif Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya. Efek kongnitif ini membahas bagaimana media massa dapat membantu khlayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kongnitif 2. Efek proporsional kognitif Efek proporsional kognitif adalah bagaimana media masssa memberikan manfaat yang dikehendaki oleh masyarakat. Bila televisi menyebabkan kita lebih mengerti tentang bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka televisi telah menimbulkan efek proporsional kognitif 3. Efek afektif Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan sekedar memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah setelah menerima pesan dari media massa. 4. Efek behavioral Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk tindakan atau kegiatan media massa seperti surat kabar. C. Persepsi a) Pengertian Persepsi Persepsi adalah proses yang digunakan individu mengelola dan menafsirkan kesan indera mereka dalam rangka memberikan makna kepada lingkungan mereka. Meski demikian apa yang dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang obyektif Robbins (2006:170). Menurut Daviddof, persepsi adalah suatu proses yang dilalui oleh suatu stimulus yang diterima panca indera yang kemudian diorganisasikan dan diinterpretasikan sehingga individu menyadari yang diinderanya itu. Atkinson dan Hilgard mengemukakan bahwa persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk ke dalam otak, kemudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi. Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (1983:89), Persepsi adalah kemampuan seseorang untuk mengorganisir suatu pengamatan, kemampuan tersebut antara lain: kemampuan untuk membedakan, kemampuan untuk mengelompokkan, dan kemampuan untuk memfokuskan. Menurut Walgito, proses terjadinya persepsi tergantung dari pengalaman masa lalu dan pendidikan yang diperoleh individu. Proses pembentukan persepsi dijelaskan oleh Feigi sebagai pemaknaan hasil pengamatan yang diawali dengan adanya stimuli. Setelah mendapat stimuli, pada tahap selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi dengan interpretation, begitu juga berinteraksi dengan closure. Proses seleksi terjadi pada saat seseorang memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses penyeleksian pesan tentang mana pesan yang dianggap penting dan tidak penting. Proses closure terjadi ketika hasil seleksi tersebut akan disusun menjadi satu kesatuan yang berurutan dan bermakna, sedangkan interpretasi berlangsung ketika yang bersangkutan memberi tafsiran atau makna terhadap informasi tersebut secara menyeluruh. b) Proses Pembentukan Persepsi Damayanti (2000) dalam Prasilika, Tiara H. (2007:12) menggambarkan proses pembentukan persepsi pada skem di bawah ini : Gambar 2.1 Skema Pebentukan Persespsi Stimulus / Rangsangan Seleksi Input Lingkungan Persepsi Pengalaman Proses Pengorganisasian Interpertasi Proses Belajar Skema tersebut menjelaskan proses pembentukan persepsi dimulai dengan peneriman rangsangan dari berbagai sumber melalui panca indera yang dimiliki, setelah itu diberikan sesuai dengan penilaian dan pemberian arti terhadap rangsangan lain. Setelah diterima ragsangan atau data yang ada diseleksi. untuk menghemat perhatian yang digunakan rangsangan yang telah diterima diseleksi lagi untuk diproses pada tahapan yang lebih lanjut. Setelah diseleksi rangsangan diorganisasikan berdasarkan bentuk sesuai dengan ragsangan yang telah diterima. Setelah data yang diterima diatur, proses selanjutnya individu menafsirkan data yang diterima dengan berbagai cara. Lalu muncullah penginterpertasian atau penafsiran setelah data tersebut betu-betul diterima dan berhasil dipahami. c) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Persepsi seseorang tidak timbul dengan sendirinya, tetapi melalui proses dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Hal inilah yang menyebabkan setiap orang meiliki interpretasi yang berbeda, walaupun apa yang dilihatnya sama. Menurut Stephen P. Robins, terdapat 3 faktor utama yang mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu : 1. Individu yang bersangkutan (pemersepsi) Apabila seseorang meihat sesuatu dan berusaha memberikan interpertasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia akan dipengaruhi oleh karakteristik individual yang dimilikinya seperti sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman, pengetahuan, dan harapannya. 2. Sasaran dari persepsi Sasaran dari persepsi dapat berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat-sifat itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya. persepsi terhaddap sasaran bukan merupakan sesuatu yang dilihat secaraa teori melainkan dalam kaaitannya dengan orang lain yang terlibat. hal tersebut yang menyebabkan seseorang cenderung mengelompokkan orang, benda ataupu peristiwa sejenis dan memisahkannya dari kelompok lain yang tidak serupa. 3. Situasi Persepsi harus dilihat secara yang berarti situasi dimana persepsi tersebut timbul. harus mendapat perhatian. Situasi merupkan faktor yang harus berperan dalam proses pembentukan persepsi seseorang. Tidak terlalu berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Stephen P. Robbins, David Krech (1962) dalam Prasilika, Tiara H. (2007:14) meyatakan bahwa yang mempengaruhi pembentukan persepsi seseorang adalah : 1. Frame of reference, yaitu kerangka pengetahuan yang dimiliki yang dipengaruhi dari pendidikan, bacaan, penelitian dll. 2. Frame of experience, yaitu berdasarkan pengalaman yang telah dialaminya dan tiak terlepas dari keadaan lingkungan sekitarnya. Menurut Notoatmodjo (2005), ada banyak faktor yang akan menyebabkan stimulus masuk dalam rentang perhatian seseorang. Faktor tersebut dibagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor yang melekat pada objeknya, sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat pada orang yang mempersepsikan stimulus tersebut. Feldman (1985), pembentkan persepsi juga sangat dipengaruhi oleh informasi yang pertama kali diperoleh. Oleh karena itu pengalaman yang tidak menyenangkan akan sangat mempengaruhi pembentukan persepsi seseorang. Tetapi karena stimulus yang dihadapi oleh manusia senantiasa berubah, maka persepsipun dapaat berubahubah sesuai ddengan stimulus yang diterima. Menurut Bimo Walgito (2004:70) faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan beberapa faktor, yaitu: 1. Objek yang dipersepsi Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian besar stimulus datang dari luar individu. 2. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris. 3. Perhatian Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau kosentrasi dari seluruh aktifitas individu yang ditunjukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek. b) Jenis-jenis Persepsi Jenis-jenis persepsi pada manusia sebenarnya terbagi dua, yaitu persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan persepsi terhadap manusia (persepsi sosial), dan menurut Mulyana (2001:171), kedua persepsi tersebut mempunyai perbedaan, peredaan tersebut mencakup: 1. Persepsi terhadap objek (lingkungan Fisik) Persepsi fisik merupakan proses penafsiran terhadap objek-objek tidak beryawa yang ada di sekitar lingkungan kita. Dalam tayangan "stand up comedy” persepsi lingkungan fisik terhadap objek dapat diliat dari segi kualitas program acaranya meliputi tema/materi acara, waktu penayangannya dan setting acara. 2. Persepsi terhadap manusia (Lingkungan Sosial) Pesepsi sosial adalah proses menangkap arti objek-objek sosial dan kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Oleh karena itu manusia bersifat emosional, sehingga penilaian terhadap orang akan mengandung resiko. Persepsi saya terhadap anda mempengaruhi persepsi anda terhadap saya, dan gilirannya persepsi anda terhadap saya juga mempengaruhi persepsi saya terhadap anda. Setiap orang memiliki gambaran yang berbeda mengenai realitas disekelilingnya. Karena setiap orang mempunyai persepsi berbeda terhadap lingkungan sosialnya. D. Deskripsi Teori 1. Teori S-O-R ( Stimulus Organism Response Theory) Dalam penelitian ini model yang digunakan adalah model S-O-R. Teori S-OR sebagai singkatan dar i Stimulus-Organism-Response. Teori ini memiliki tiga elemen yakni pesan (stimulus), penerima (Organism), dan efek (Response). Stimulus adalah sumber rangsangan, Organism adalah penerima rangsangan,dan Response adalah umpan balik yang dihasilkan. Teori S-O-R ini semula berasal dari psikologi.kemudian menjadi teori komunikasi, adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponenkomponen : sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi Effendy (2003:254). Menurut stimulus respon ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Pola S-O-R ini dapat berlangsung secara postif atau negatif, misalnya jika orang tersenyum akan dibalas tersenyum ini merupakan reaksi postif, namun jika tersenyum dibalas dengan palingan muka maka ini merupakan reaksi negatif. Hovland, Janis, dan Kelley menyatakan bahwa dalam menelah sikap yang baru ada tiga variabel penting yakni perhatian, pengertian, dan penerimaan Effendy (2003:205). Untuk lebih jelasnya model Stimulus-Organism-Response dapat dilihat dalam gambar dibawah ini: Gambar 2.2 The Stimulus Organism Response Theory Stimulus Organism - Perhatian Pengertian Penerimaan Respons ( Perubahan Sikap) Sumber : Effendy (2003:255) Unsur-unsur dalam model ini adalah: I. Pesan (Stimulus) II. Komunikan ( Organism) III. Efek (respons) 2. Teori Perbedaan Individu ( Individual Differences Theory) Namun teori yang diketengahkan oleh Melvin De fleur ini lengkapnya adalah “ Individual Differences Theory Of Mass Communication Effect”. Teori ini menelah perbedaan individu-individu sebagai sasaran media massa ketika mereka diterpa sehingga menimbulkan efek tertentu. Anggapan dasar teori ini adalah bahwa manusia amat bervariasi dalam organisasi psikologisnya secara pribadi. Variasi ini sebagian dimulai dari dukungan perbedaan secara biologis, tetapi ini dikarenakan pengetahuan secara individual yang berbeda. Manusia yang dibesarkan dalam lingkungan yang secara tajam berbeda, menghadapi titik-titik pandangan yang berbeda secara tajam pula. Dari lingkungan yang dipelajarinya itu, mereka menghendaki seperangkat sikap, nilai, dan kepercayaan yang merupakan tatanan psikologisnya masing-masing pribadi yang membedakannya dari yang lain. Teori perbedaan individual ini mengandung rangsangan-rangsangan khusus yang menimbulkan interaksi yang berbeda dengan watak-watak perorangan anggota khalayak. Oleh karena terdapat perbedaan individual pada setiap anggota khalayak itu, maka secara alamiah dapat diduga akan muncul efek yang bervariasi sesuai dengan perbedaan individual itu. 3. Teori Komedi Menurut Aristoteles, Komedi merupakan tiruan tingkah laku manusia atau perwujudan keburukan manusia ketika menjalankan kehidupsn sehingga menumbuhkan tertawaan dan cemoohan sampai terjsdi katarsis atau penyucian jiwa Yudiaryani (2002). Komedi adalah lakon yang mengungkapkan cacat dan kelemahan sifat manusia dengan cara yang lucu, sehingga penonton bisa menghayati kenyataan hidupnya. Jadi lakon komedi bukan hanya sekedar lawakan kosong akan tetapi harus mampu membukakan mata penonton kepada kenyataan kehidupan seharihari yang lebih dalam. perkembangan komedi bias dikategorikan kedalam berbagai tipe lakon komedi berdasarkan pada suber huornya, meode penyampaian, dan bagaimana komedi tersebutt disampaikan. Berikut adalah tipe komedi berdasarkan alirannya : a) black comedy (komedi gelap), adalah sebuah aliran komedi yang merujuk kepada hal – hal yang meresahkan, misalnya kematian, terror dan perang. hamper mirip dengan film horror. b) character comedy (komedi karakter) adalah komedi yang mengambil humor dari sebuah pribadi yang diciptakan dan dibuat oleh pemeran. beberapa lakon komedi ini berasal dari hal-hal yang klise. c) improvisational comedy (komedi improvisasi) adalah komedi yang tidak terencana dalam pementasannya. d) observationl comedy (komedi pengamatan) adalah komedi yang bersumber pada lelucon hidup keseharian dan melebih-lebihkan hal yang sepele menjadi hal yang sangat penting. e) physical comedy (komedi fisik) adalah sebuah komedi yang mirip dengan dagelan atau lelucon kasar, lebih megutamakan gestur dan gerakan fisik. BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Hasanudiin 1. Sejarah Singkat Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin Perguruan tinggi Swasta “Pers dan Publisiteit” mengawali terbentuknya jurusan Ilmu Komunikasi di Makassar pada tahun 1960-an. Merupakan hasil dari sebuah gerakan mahasiswa yang pada saat itu sedang menjalani studi di ‘Akademi Wartawan’ Universitas Sawerigading. Para mahasiswa ini merasa khawatir dengan proses belajar mengajar yang kurang efektif yang mereka dapatkan, seperti dosen yang tidak pernah hadir dan berbagai masalah lainnya. Bentuk kekhawatiran ini berujung pada sebuah gerakan yang dipelopori oleh dua orang mahasiswa, yaitu A.S Achmad dan Abdullah suara yang menginginkan adanya normalisasi akademik sebagai salah satu bentuk solusi dari permasalahan diatas. Merespon hal tersebut, selaku Rektor Universitas Sarewigading yang pada saat itu menjadi prof. Nurdin Syahadat bersama dengan dekan akademi Idrus Effendi, memberikan tanggapan yang kurang memuaskan atas permintaan yang diajukan oleh gerakan mahasiswa tersebut. Permasalahan klasik, tidak ada dana yang mencukupi untuk mewujudkannya. Tidak menyerah sampai disitu, merasa keinginannya tidak terpenuhi, kedua mahasiswa tersebut akhirnya mengajukan permintaan dan kepada panglima Kodam yang pada saat itu dijabat oleh M. Yusuf. Permintaan ini disambut positif oleh beliau, pemberian dana bantuan harus dikelola secara khusus. Perjuangan pun berlanjut kepada rektor untuk merealisasikan keinginan mereka. Alih-alih permasalahan dapat teratasi dan selesai, kedua mahasiswa tersebut malah dipecat melalui surat keputusan rektor. Atas saran dari Idrus Effendi selaku dekan akademi, kedua mahasiswa tersebut diminta kembali menghadap panglima M.Yusuf untuk mengembalikan dana bantuan. Namun pada kepala stafnya, panglima M.Yusuf memerintahkan agar terus memberikan mahasiswa tersebut dorongan dan motivasi untuk senantiasa berkreativitas. Tak kenal menyerah, kedua mahasiswa tadi kemudian menyampaikan ide dan keinginan mereka untuk mendirikan sebuah perguruan tinggi swasta baru kepada Idrus Effendi. Hasilnya, terbentuklah perguruan tinggi “pers dan Publisiteit” yang akhirnya diketahui oleh Idrus Effendi Perguruan tinggi ini bertujuan untuk menghasilkan kader wartawan yang berpendidikan tinggi. Hingga pada saat itu jumlah mahasiswanya sekitar 100 orang, dan bertempat di sebuah gedung di jalan Ribura’ne. Tidak lama kemudian, setelah mendapatkan izin dari pusat, Panglima M. Yusuf membuka Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Perguruan tinggi “Pers dan Publisiteit” akhirnya dilebur ke dalam Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Publisistik dan untuk pertama kalinya, G.R Pantouw memimpin Jurusan Ilmu Publisistik. 2. Visi, Misi dan Tujuan Program Studi Pada Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin Visi Program Studi Menjadi Pusat Unggulan Pendidikan, Penelitian dan Penerapan Ilmu Komunikasi menuju UNHAS sebagai World Class University Misi Program Studi I. Menyelenggarakan pendidikan Ilmu Komunikasi dalam jenjang sarjana. II. Mengembangkan riset yang berorientasi pada penemuan, penerapan, pengembangan, dan pengayaan khasanah Ilmu Komunikasi dan teknologi informasi. III. Menyelenggarakan pelatihan professional dan aktivitas komunikasi lainnya yang aplikatif untuk membantu masyarakat sebagai wujud dari Universitas Social Responsibility (USR) Tujuan Program Studi Tujuan Umum Menyiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan intelektual (cognitive, afektif, psychomotoric) dalam menerapkan, mengembangkan, dan/atau memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang Komunikasi serta menyebarluaskan dan mengupayakan penggunaanya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional. Tujuan Khusus I. Menyiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, jujur, santun, memiliki kepekaan dan tanggung jawab terhadap lingkungan sekitar. II. Menguasai pengetahuan dan memiliki keterampilan di bidang ilmu, seni, dan teknologi komunikasi. III. Menguasai prinsip-prinsip dasar pemecahan masalah dalam bidang komunikasi yang dihadapi masyarakat dengan berbasis ilmu pengetahuan,seni dan teknologi secara kreatif dan inovatif 3. Sasaran Program Studi Menghasilkan sarjana Ilmu Komunikasi yang terampil, kreatif, dan inovatif dalam memenuhi kebutuhan kerja dibidang jurnalistik, Public Relations, dan Broadcasting 4. Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas hasanuddin (UNHAS) Pada perkembangan selanjutnya, jurusan Ilmu Publisistik berganti nama menjadi Jurusan Ilmu Komunikasi. Jumlah program studi yang dikembangkan telah mengalami perubahan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin mengemban misi untuk menghasilkan Sarjana Strata I (S1) yang memiliki kemampuan dalam pengelolaan bidang-bidang Jurnalistik (kewartawanan), Public Relations (kehumasan), dan Broadcasting (Penyiaran). Berdasarkan kurukulum yang berlaku, Jurusan Ilmu Komunikasi sekarang mengembangkan 3 Program Studi, yaitu: Program Studi Jurnalistik Program Studi Public Relations Program Studi Broadcasting Dalam menunjang kegiatan proses belajar mengajar pada jurusan Ilmu Komunikasi, jumlah tenaga pengajar (dosen) dan staf berdasarkan data terakhir tahun ajaran 2015/2016 sebanyak 25 orang, dengan rincian sebagai berikut: I. Guru besar : 2 Orang II. Doktor : 6 Orang III. Magister : 11 Orang IV. Dosen : 23 Orang V. Staf Administrasi Adapun : 3 Orang fasilitas-fasilitas yang dimiliki Komunikasi Universitas Hasanuddin, ialah : I. Laboratoriun Radio oleh Departemen Ilmu II. Laboratorium Produksi Siaran TV III. Ruang Baca IV. Pemancar Radio V. Kamera Vidio VI. Kamera foto VII. Printer 5. Profil Lulusan Program Studi Profil lulusan jurusan/Program studi komunikasi dikelompokkan berdasarkan 3 konsentrasi sebagai berikut: 1. Konsentrasi Jurnalistik: - Wartawan - Manager Media - Fotografer - Konsultan Media - Pendidik / Trainer - Peneliti 2. Konsentrasi Public Relation: - PR/Humas - Public Speaker / Juru bicara - Bagian pemasaran/Promosi - Event Organizer - Publisher - Pendidik/Trainer - Peneliti - Konsultan PR 3. Konsetrasi Penyiaran/Broadcasting: - Jurnalis Radio/TV - Penyiar Radio/TV - Vidio Editor - Script Writer - Programmer - Produser - Pendidik/Trainer - Peneliti 6. Kompetensi Lulusan Kompetensi Lulusan Konsentrasi Jurnalistik a. Kompetensi Utama 1. Mampu memanfaatkan IPTEKS dalam bidang jurnalistik surat kabar, radio, televisi, dan internet, serta beradaptasi terhadap situasi yang dihadapi dalam penyelesaian masalah jurnalistik surat kabar/radio/televisi/internet. 2. Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan spesialis dan mendalam di bidang-bidang kabar/radio/televisi/internet, serta mampu jurnalistik surat memformulasikan penyelesaian masalah procedural jurnalistik surat kabar/radio/televisi/internet. 3. Mampu mengambil keputusan strategis berdasarkan analisis informasi dan data, memberikan petunjuk dalam memilih berbagai alternative solusi dalam bidang jurnalistik surat kabar/radio/televisi/internet. 4. Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi dan individu dalam bidang jurnalistik surat kabar/radio/televisi/internet. b. Kompetensi pendukung 1. Mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam merancang dan mengelola kegiatan jurnalistik surat kabar/radio/televises/internet. 2. Mampu memecahkan permasalahan jurnalistik dengan memanfaatkan ilmu dan teknologi informasi dan komunikasi 3. Menguasai konsep dan teori tentang jurnalistik serta mampu menerapkan konsep dan teori tersebut dalam mengelola lembaga dan kegiatan jurnalistik surat kabar/radio/televisi/internet. 4. Mampu menawarkan alternatif penyelesaian masalah prosedural untuk efektivitas dan efisiensi pengelolahan lembaga dan kegiatan jurnalistik surat kabar/radio/televisi/internet. 5. Menguasai metode dan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif dalam bidang jurnalistik surat kabar/radio/televisi/internet. 6. Mampu menyusun telaahan (evaluasi) tentang kelebihan, kelemhana, peluang, dan ancaman dalam proses penyelenggaraan lembaga dan kegiatan jurnalistik. 7. Mampu memanfaatkan informasi dan data dalam menentukan alternatif yang paling tepat dalam pemecahan masalah jurnalistik 8. Mampu mengelola lembaga dan kegiatan jurnalistik surat kabar/radio/televisi/internet dengan berpedoman pada nilai-nilai kejujuran, seimbang, adil dan demokratis baik secara individual maupun secara tim. c. Kompetensi lainnya 1. Berpikir logis dan berstruktur berdasarkan kaidah ilmu pengetahuan dalam bidang jurnalistik surat kabar/radio/televisi. 2. Terampil dalam mengelola lembaga dan kegiatan-kegiatan jurnalistik/surat kabar/radio/televisi. 3. Berpegang teguh pada prinsip-prinsip hukum,etika,moral,dan keTuhan-an, berakhlak mulia, dan memliki etos kerja yang tinggi dalam menyelenggarakan layanan kepada masyarakat yang terkait dengan bidang jurnalistik surat kabar,radio,dan televisi Kompetensi Lulusan Konsentrasi Public Relations a. Kompetensi utama 1. Mampu memanfaatkan IPTEKS dalam pengelolaan lembaga dan kegiatan Public Relations, serta beradaptasi terhadap situasi yang dihadapi dalam penyelesaian masalah lembaga dan kegiatan public relations. 2. Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan spesialis dan mendalam dalam pengelolaam lembaga dan kegiatan public relations, serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah prosedural kelembagaan dan public relations. 3. Mampu mengambil keputusan strategi berdasarkan analisis informasi dan data, dan memberikan petunjuk dalam memilih berbagai alternatif solusi dalam pengelolaan lembaga dan kegiatan public relations. 4. Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi dan individu dalam pengelolaan dan kegiatan public relations. b. Kompetensi pendukukung 1. Mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam merancang dan mengelola lembaga dan kegiatan public relations baik pada instansi pemerintah maupun swasta. 2. Mampu memecahkan permasalahan public relations dengan memanfaatkan ilmu dan teknologi informasi dan komunikasi. 3. Menguasai konsep dan teori tentang public relations serta mampu menerapkan konsep dan teori tersebut dalam mengelola lembaga dan kegiatan public relations. 4. Mampu menawarkan alternatif penyelesaian masalah prosedural untuk efektivitas dan efisiensi pengelolaan lembaga dan kegiatan public relations. 5. Menguasai metode dan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif dalam bidang public relations. 6. Mampu menyusun telahan (evaluasi) tentang kelebihan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam proses penyelenggaraan lembaga dan kegiatan public relations. 7. Mampu memanfaatkan informasi dan data dalam menentukan alternatif yang palimg tepat dalam pemecahan masalah kelembagaan dan kegiatan public relations. 8. Mampu mengelola lembaga dan kegiatan public relations dengan berpedoman pada nilai-nilai kejujuran, seimbang, adil dan demokratis baik secara individual maupun tim. c. Kompetensi lainnya 1. Berpikir logis dan berstruktur berdasarkan kaidah ilmu pengetahuan dalam bidang public relations. 2. Terampil memenafaatkan teknologi dalam mengelola lembaga dan kegiatan-kegiatan public relations. 3. Berperang teguh pada prinsip-prinsip hukum, etika,moran dan keTuhan-an, berakhlak mulia, dan memiliki etos kerja yang tinggi dalam menyelenggarakan layanan kepada masyarakat yang terkait dengan bidang public relations. Kompetensi Lulusan Konsentrasi Penyiaran/Broadcasting a. Kompetensi Utama 1. Mampu memanfaatkan IPTEKS dalam pengelolaan lembaga dan kegiatan penyiaran/reportase/presentase acara/program radio dan televisi, serta beradaptasi terhadap situasi yang dihadapi dalam penyelesaian masalah lembaga dan kegiatan penyiaran/reportase/presentase. 2. Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan spesialis dan mendalam dalam pengelolaan lembaga dan kegiatan penyiaran/reportase/presentasi acara/program radio dan televisi, seta mampu memformulasikan penyelesaian masalah prosedural kelembagaan dan penyiaran/reportase/presentasi 3. Mampu mengambil keputusan strategis berdasarkan analisis informasi dan data, dan memberikan petunjuk dalam memilih berbagai alternatif solusi dalam pengelolaan lembaga dan kegiatan penyiaran/reportase/presentasi acara/program radio dan televisi. 4. Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi dan individu dalam pengelolaan dan kegiatan penyiaran/reportase/presentasi. b. Kompetensi Pendukung 1. Mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam merancang dan mengelola lembaga dan kegiatan penyiaran/reportase/presentasi baik pada instansi pemerintah ataupun swasta. 2. Mampu memecahkan permasalahan penyiaran/reportase/presentasi acara/ program radio dan televisi dengan memanfaatkan ilmu dan teknologi informasi dan komunikasi. 3. Menguasai konsep dan teori tentang kelembagaan dan kegiatan penyiaran/reportase/presentasi dan mampu menerapkan konsep dan teori tersebut dalam mengelola lembaga dan kegiatan penyiaran/reportase/presentasi. 4. Mampu menawarkan penyelesaian alternatif masalah prosedural untuk efektivitas dan efisiensi pengelolaan lembaga dan kegiatan penyiaran/reportase/presentasi. 5. Menguasai metode dan teknik analisis kualitatitf dan kuantitatif dalam bidang penyiaran/reportase/presentasi. 6. Mampu menyusun telahaan (evaluasi) tentang kelebihan,kelemahan peluang,dan ancaman dalam proses penyelenggaraan lembaga dan kegiatan penyiaran/reportase/presentasi. 7. Mampu memanfaatkan informasi dan data dalam menentukan alternatif yang paling tepat dalam pemecahan masalah kelembagaan dan kegiatan penyiaran/reportase/presentasi. 8. Mampu mengelola lembaga dan kegiatan penyiaran/reportase/presentasi acara/program radio dan televisi dengan berpedoman pada nilai-nilai kejujuran, seimbang, adil dan demokratis baik secara individual maupun tim. c. Kompetensi Lainnya 1. Berpikir logis dan berstruktur berdasarkan kaidah ilmu pengetahuan dalam bidang penyiaran/reportase/presentasi acara/program radio dan televisi 2. Terampil memanfaatkan teknologi dalam mengelola lembaga dan kegiatan-kegiatan penyiaran/reportase/presentasi acara/program radio dan televisi. 3. Berpegang teguh pada prinsip-prinsip hukum, etika, moral, dan keTuhan-an, berakhlak mulia, dan memiliki etos kerja yang tinggi dalam penyelenggaraan layanan kepada masyarakat yang terkait dengan bidang penyiaran/reportase/presentasi acara/ program radio dan televisi. Tabel 3.1 Jumlah Mahasiswa Ilmu Komunikasi Unhas Tahun 2016 TAHUN MASUK JUMLAH MAHASISWA 2013 88 2014 66 2015 74 Sumber: Akademik jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin 2016 B. Program Stand up Comedy Indonesia (SUCI) Kompas TV Stand up comedy Indonesia (SUCI) adalah program kompetisi yang digagas dan ditayangkan oleh kompetisi. Program ini menampilkan para komika tunggal untuk menunjukkan kemampuannya dalam ber-stand up comedy. Pada awal kemunculannya pada season pertama tahun 2011, Suci menghadirkan 13 kontestan. Hingga saat ini program stand up comedy di Kompas TV masih berlangsung dan saat ini sudah memasuki season 7. Kompetisi Stand up comedy Indonesia (SUCI) pertama kali digagas untuk memberi hiburan komedi bagi pemirsa televisi Indonesia. Hal ini muncul karena kegelisahan terhadap program Opera Van Java yang ditayangkan oleh Trans 7, dimana OVJ dimana OVJ munccul sebagai program komedi yang mengedepankan komedi slapstik. Pada program ini, meski menggunkan property yang sama, banyak memunculkan adegan kekerasan yang mengedepankan kontak fisik. Kompas TV, sebagai sebuah perusahaan media yang menyajikan konten tayangan televisi inspiratf dan menghibur utuk keluarga Indonesia pun berusaha menjawab keresahan tersebut. Sesuai dengan visi & misi Kompas TV , yaitu memberi inspirasi dan mencerdaskan masyarakat Indonesia melalui tayangan yang informatif, mendidik dan menghibur. stand up comedy dianggap sebagai salah satu bentuk komedi yang cerdas sejalan dengan visi & misi Kompas TV, karena setiap matei yang dibawakan oleh para komika melalui tahap pemikiran yang panjang, riset, survey, atau observasi. Selain menjadi alternative hiburan komedi, kompetisi stand up comedy Indonesia (SUCI) yang digagas oleh Kompas TV menjadi alternatif ajang pencarian bakat di Indonesia yang didominasi oleh program menyanyi dan menari yng seringkali memiliki konsep yang konstan tanpa ada perubahan. Kompetisi stand up comedy (SUCI) Kompas TV berusaha mendobrak batasan tersebut. Sebagai sebuah program stand up comedy ajang pencrian bakat dari stasiun televisi Amerika NBC, The last komika standing dijadikan model mentah untuk membuat kompetisi stand up comedy Indonesia (SUCI) ini, tentu dengan berbagai modifikasi agar sesuai dengan kutur serta budaya yang ada di Indonesia. stand up comedy yang mulai populer tersebut kini banyak diminati oleh masyarakat Indonesia terbukti dari beberapa stasiun televisi yang telah berhasil menayangkan acara tersebut. Sejak Kompas TV menayangkan ajang pencarian bakat stand up comedy pertama di Indonesia pada tahun 2011 yang berjudul stand up comedy Indonesia (SUCI). program ini mendapatkan respon yang cukup tinggi dibandingkan program lainnya di Kompas TV, dapat dilihat dari yang menonton secara live dan jumlah follower akun twitter @StandUpKompasTV yang berjumlah 217 ribu lebih, dan program ini juga merupakan salah satu penyumbang rating terbesar di Kompas TV. 1. Pengertian Stand up comedy Stand up comedy adalah lawakan atau komedi yang dilakukan di atas panggung oleh seseorang dengan melontarkan serangkaian lelucon berdurasikan 10 sampai 45 menit. Menurut Bastian (2014: 40) stand up comedy adalah seni melawak yang disampaikan di depan penonton secara live. Simpulan dari pendapat tersebut yaitu stand up comedy merupakan seni komedi yang dilakukan perseorangan di atas panggung. stand up comedy berbeda dengan seni komedi yang lainnya, terbukti dari jumlah personilnya yang hanya satu dan berdusarikan beberapa menit saja. Melakukan komedi hanya sendiri di atas panggung menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku komedi karena serangkaian materi harus sudah disiapkan sebelumnya, berbeda dengan komedi yang lainnya bisa saling mengumpan antara pelaku komedi secara langsung. 2. Sejarah Stand up comedy Awal mula perkembangan stand up comedy berasal dari Amerika, yaitu sekitar tahun 1800-an). Sejarah stand up comedy hadir di Indonesia diawali oleh alm. Taufik Savalas lewat acaranya comedy café dan Ramon Papana sebagai pemilik comedy café yang sekarang dinobatkan sebagai Bapak stand up comedy Indonesia Bastian (2014: 41). Namun pada saat itu, acara tersebut belum banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia, bahkan masih asing di telinga masyarakat Indonesia karena masih kurang dapat memahami mengenai stand up comedy. Stand up comedy tidak hanya berhenti sampai di situ, komedian kenamaan seperti Pandji Pragiwaksono, Raditya Dika, dan Abdel Achrian ikut berpartisipasi dalam kemajuan stand up comedy di Indonesia. Hingga pada akhirnya tahun 2011 terdapat seorang produser yang tertarik dengan sstand up comedy dan membuat program ajang pencarian bakat stand up comedy Indonesia di Kompas TV. Karena itu, tahun 2011 merupakan tahun stand up comedy mulai banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia. Menjamurnya program stand up comedy menjadi awal terbentuknya berbagai komunitas-komunitas stand up yang didirikan di berbagai kota besar, dan program stand up comedy Kompas TV masih bertahan untuk mewadahi para komika berbakat. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Sebagaimana telah dijelaskan di Bab sebelumnya sesuai dengan judul yang telah dikemukakan, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana persepsi mahasiswa terhadap tayangan stand up comedy di Kompas TV. Peneliti memilih mahasiswa Departemen Ilmu komunikasi fakultas Ilmu sosial dan ilmu politik sebagai objek pengukuran persepsi. Hasil penyebaran kuesioner dalam penelitian ini diolah ke dalam software IBM SPSS statistic v.20, pengimputan data dilakuakn dengan menganalisis data tiaptiap pertanyaan/variabel kemudian dideskripsikan menjadi analisis frekuuensi untuk mengetahui nilai persentase dari jumlah jawaban. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Departemen ilmu komunikasi yakni dari angkatan 2013 hingga 2015, dan jumlah responden yang menjadi sampel didapat seetelah perhitungan menggunakan table Issac dan Michael, berjumlah 135 responden. Untuk lebih jelasnya maka hasil penelitian ini dapat kita lihat pada tabeltabel dibawah ini : 1. Identitas Responden 1.1 Angkatan Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden penelitian ini, menunjukan bahwa persentase responden terbesr ialah dari angkatan 2013 dengan jumlah 50 respondn (37%) , lalu angkatan 2015 yakni 45 responden (33,3 %) disusul angkatan 2014 sebanyak 40 responden (29,6%) responden, Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat sebagai berikut : Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Angkatan N = 135 Angkatan Frekuensi Persentase 2013 50 37 2014 40 29.6 2015 45 33.3 Total 135 100.0 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner,2017 1.2 Jenis Kelamin Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian ini, menunjukan bahwa persentae terbesar adalah responden perempuan dengan jumlah 82 responden (60,7%) kemudian responden laki laki sebagnyak 53 responden (39,2%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 42 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin N= 135 Jenis Kelamin Frekuensi Persentase Perempuan 82 60.7 Laki laki 53 39.2 Total 135 100.0 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner,2017 1.3 Usia Berdasarkan hasi pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian ini, menunjukan bahwa responden dengan umur diatas 21 tahun berada pada persentase tertinggi yaitu sebanyak 48 responden (35,5%), kemudian disusul responden dengan umur 21 tahun sebanyak 40 responden (29,6%), lalu responden dengan umur 20 tahun sebanyak 39 responden (28,9%) disusul responden dengan umur dibawah 20 tahun sebanyak 8 responden (5,9%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Usia N= 135 Umur Frekuensi Persentase <20 tahun 39 28.9 20 tahun 8 5.9 21 tahun 40 29.6 >21 tahun 48 35.5 Total 135 100.0 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner,2017 2. Variabel Penelitian 2.1 Durasi Menonton Berasarkan hasil pengolahan data ddari 135 responden dalam penelitian ini, menujukkan bahwa persentase terbesar adalah durasi menonton televisi yakni 1-2 jam sehari yaitu sebanyak 61 responden (45,1%) disusul durasi menonton kurang dari satu jam yaitu sebanyak 34 responden (25,1%) kemudian durasi menonton 3-4 jam sehari yakni 28 responden (20,8%) , dan durasi menonton diatas 4 jam sehari sebanyak 12 respoden (8,9%), Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.4 Distribusi Responden Berasarkan Durasi Menonton Televisi dalam Sehari N= 135 Durasi Menonton TV Frekuensi Persentase < 1 jam 34 25.1 1 - 2 jam 61 45.1 3- 4 jam 28 20.8 >4 jam 12 8.9 Total 135 100.0 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner,2017 2.2 Jenis acara yang paling disenangi penonton Berdasarkan hasil survey pengolahn data berkaitan dengan intensitas responden dalam memilih jenis acara ialah, sebanyak 78 responden (57,7%) mengaku sering menonton tayangan Komedi dan talk show, 26 responden ( 19,2%) lainnya menyukai tayangan reality show dan sinetron, 17 responden (12,6%) menyukai tayangan news & sport dan sisanya yakni 14 responden (10,37) memilih tayangan games & kuis, untuk lebih lanjut dapat kita lihat pada grafik dibawah ini : Grafik 4.1 Distribusi Responden berdasarkan Jenis acara 10.50% Komedi & talk show 12.60% Reality show & sinetron News & sport 19.20% 57.70% games & kuis Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner,2017 2.3 Stand up comedy merupakan program hiburan Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian ini, menunjukan bahwa 82 (60,7%) responden mengaku sangat setuju bahwa stand up comedy merupakan program hiburan dan 53 (39,2%) responden lainnya mengaku setuju bahwa program stand up comedy merupakan program hiburan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik 4.2 Distribusi Responden mengenai tayangan stand up comedy sebagai Program hiburan 39.20% Setuju Sangat Setuju 60.70% Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner,2017 2.4 Responden yang pernah menonton program stand up comedy Berdasarkan hassil pengolahan data dari 135 respoden dalam pennelitian ini, 135 responden (100%) menyatakan pernah menonton tayangan stand up comedy dan sisanya yakni 0 responden (o%) responden menyatakan tidaak pernah menonton tayangan stand up comedy, Untuk lebh jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini : Grafik 4.3 Distribusi Responden yang pernah /tidak peernah menonton stand up comedy 0.00% Pernah Tidak Pernah 100.00% Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017 2.5 Tayangan stand up comedy Menghibur Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian ini, 125 (92,6%) responden menyatakan setuju terhibur & tertawa setelah menyaksikan tayangan stand up comedy dan 10 (7.4%) responden lainnya menyataa tidak terhibur / tertawa setelah menyaksikan tayangan stand up comedy. Untuk lebih jelasnya, dapat kita lihat dalam grafik berikut ini: Grafik 4.4 Distribusi Responden yang terhibur/tertawa setelah menonton tayangan “Stand up comedy” 7.40% Terhibur tidak teribur 92.50% Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017 2.6 Tayangan stand up comedy memberi informasi Berdasarkan hasil pegolahan data dari 135 responden dalam penelitian ini, sebanyak 70 responden (51,8%) responden sangat setuju bahwa tayangan stand up comedy dapat memberi Informasi mengenai fennomena sosial yang terjadi dilingkungan sekitar , dan 60 responden (44,4%) menyatakan setuju bahwa stand up comedy memberikan wawasan, lalu 5 (3,7%) responden lainnya menyatakan tidak setuju bahwa stand up comedy dapat memberi informasi. Untuk lebih jelasnya dapat ita lihat pada grafik berikut: Grafik 4.5 Distribusi Responden berdasarkan penilaian tayangan stand up comedy dapat memberi informasi N=135 3.70% sangat setuju 44.40% 51.80% setuju tidak setuju Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017 2.7 Tayangan stand up comedy menambah wawasan Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian ini, sebanyak 83 (61,5%) responden mengaku sangat setuju, 46 (34,1%) responden mengaku hanya setuju dan 6 (4.4%) responden lainnya menyatakan tidak setuju bahwa stand up comedy dapat menambah wawasan dan memberikan pengetahuan. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada grafik berikut : Grafik 4.6 Distribusi Responden mengenai tayangan stand up comedy yang dapat memberikan wawasan 4.40% Sangat setuju 34% Setuju 61.40% Tidak setuju Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017 2.8 Tayangan Stand up comedy mengajarkan baik & buruk dalam kehidupan sosial Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian ini, sebanyak 75 responden (55,2%) menyatakan setuju, lalu 36 responden ( 26,9%) menyatakan sangat setuju, dan sisanya yakni 24 (17,9%) responden lainnya menyatakan tidk setuju bahwa melalui tayangan stand up comedy penonton dapat mengetahui apa yang baik dan yang buruk dalam kehidupan sosial. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada grafik berikut ini : Grafik 4.7 Distribusi Responden yang setuju bahwa melalui tayangan stand up comedy kita mengetahui hal yang baik dan buruk 17.80% setuju sangat setuju 26.60% 55.50% Tidak setuju Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017 2.9 Tayangan stand up comedy disukai penonton Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian ini, sebanyak 95 responden (70,3%) menyatakan suka menonton tayangan stand up comedy, dan sebanyak 35 responden (25,9%) menyatakan sangat menyukai tayangan stand up comedy serta 5 (3,7%) responden lainnya menyatakan tidak suka menonton tayangan stand up comedy. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada grafik dibawah ini : Grafik 4.8 Distribusi Responden yang menyukai/tidak menyukai tayangan stand up comedy 3.70% 25.90% suka tidak suka sangat suka 70.30% Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017 2. 3.1 Jadwal Penayangan Waktu Penayangan Berdasarkan hasil pengolaha data dari 135 responden dalam penelitian ini,meunjukan bahwa sebanyak 73 responden (54%) menyatakan bahwa jam tayang program stad up comedy sudah sesuai, dan 62 responden (45,9%) lainnya menyatakan jam tayang program tesebut tidak sesuai. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada grafik dibawah ini : Grafik 4.9 Distribusi Responden berdasarkan waktu penayangan stand up comedy Kompas TV Sesuai 45.90% Tidak sesuai 54% Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017 3.2 Hari Penayangan stand up comedy Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian ini, menunjukan bahwa persentase terbesar adalah responden yang menyatakan bahwa hari penayangan sudah sesuai, yaitu sebanyak 87 responden (64,4%) kemudian 48 (35,5%) responden lainnya menyatakan bahwa hari penayangan tidak sesuai. untuk lebih jelanya, dapat kita lihat pada grafik berikut ini : Grafik 4.10 Distribusi Responden berdasarkan hari penayangan stand up comedy Kompas TV Sesuai 35.50% Tidak sesuai 64.40% Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017 3.3 Durasi Penayangan Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa persentase terbesar adalah responden menyatakan durasi penayangan program stand up comedy sudah sesuai yakni sebanyak 71 responden (52,5%) kemudian 52 responden (38,5%) lainnya menyatakan sangat sesuai dan 12 reponden (8,8%) sisanya menyatakan durasi pennayangan stand up comedy tidak sesuai. Untuk lebih jelasnya, dapat kita lihat pada grafik dibawah ini : Grafik 4.11 Distribusi Responden berdasarkan durasi penayangan stand up comedy Kompas TV 8.80% Sesuai Sangat sesuai Tidak Sesuai 38.50% 52.20% Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017 3.4 Penayangan stand up comedy Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa persentase terbanyak adalah responden yang menyatakan penayangan stand up comedy yakni seminggu sekali sudah sesuai 86 responden (63,7%) dan 49 (36,2%) responden lainnya menyatakan bahwa penayangan stand up comedy seminggu sekali tidak sesuai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini : Grafik 4.12 Distribusi Responden berdasarkan hari penayangan stand up comedy seminggu sekali 36.20% sesuai tidak sesuai 63.70% Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017 4. 4.1 Komedian stand up (comic) Pengetahuan nama-nama komika Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian ini, persentase terbanyak ialah responden yang mengetahui nama – nama komika yang tampil di program “stand up comedy Kompass TV” yakni sebanyak 93 responden (68,8%) yang sangat mengetahui sebanyak 17 responden (12,5%) dan yang tidak mengetahui sebanyak 25 responden (18,5%) tidak mengetahi nama – nama komika yang tampil dalam program stand up comedy. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada grafik dibawah ini Grafik 4.13 Distribusi Responden berdasarkan pengetahuan terhadap nama – nama komik (comic) stand up comedy 18.50% Mengetahui 12.50% sangat mengetahui idak mengetahui 68.80% Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017 4.2 Komika memiliki kredibilitas berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian ini, persentase terbanyak ialah 89 responden (65,9%) yang setuju bahwa para comic dalam acara stand up comedy memiliki kredibilas sebagai seorang comic, dan 41 responden (30,3%) lainnya sangat setuju, dan 5 responden (3,7%) sisanya menyatakan tidak setuju bahwa seorang comic memiliki kredibilitas sebagai seorang comic. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada grafik berikut ini : Grafik 4.14 Distribusi Responden berdasarkan komika memiliki kredibilitas sebagai seorang stand up comedian 3.70% setuju 30.30% sangat setuju tidak setuju 65.90% Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017 4.3 Komika/comic Tampil ahli Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 reponden dalam penelitian ini, persentase terbanyak ialah responden yang setuju bahwa para comic tampil ahli dalam membawakan jokes dan lawakannya, yakni sebanyak 98 responden (72,5%) dan 22 responden (16,2%) lainnya sangat setuju, sedangkan 15 responden (11,1%) lainnya menyatakan tidak setuju. untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada grafik dibawah ini : Grafik 4.15 Distribusi Reponden mengenai penyampaian jokes / lawakan para komika (comic) 11.10% Setuju 16.20% Sangat setuju Tidak setuju 72.50% Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017 4.4 Ekspresi Komika Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian ini, persentase terbanyak ialah responden yang setuju berkaitan dengan comic yang menyampaikan lawakannya dengan ekspresi yang menarik dan lucu yakni sebanyak 74 responden (54,8%) dan 38 responden (28,1%) lainnya menyatakan sangat setuju dan 23 responden (17%) menyatakan tidak setuju. untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada grafik dibawah ini : Grafik 4.16 Distribusi Responden berdasarkan ekspresi yang menarik dari para comic 17% setuju sangat setuju 28.10% 54.80% tidak setuju Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017 4.5 Penggunaan gaya bahasa Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian ini, persentase terbanyak ialah responden yang menyatakan bahwa penggunaan gaya bahasa seorang comic sudah baik, yakni 93 responden (68,8%), kemudian 19 responden (14%) lainnya menyatakan sangat baik dan 24 responden (17,7%) lainnya menganggap bahwa penggunaan gaya bahasa seorag comic stand up comedy tidak baik. untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada grafik dibawah ini : Grafik 4.17 Distribusi Responden berdasarkan Penggunaan gaya bahasa para comic stand up comedy 17.70% baik sangat baik 14% tidak baik 68.80% Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017 5. 5.1 Tema, kejelasan materi dan setting studio Tema merupakan fenomena yang aktual Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian ini, persentase terbesar ialah sebanyak 67 responden (49,6%) yang memilih bahwa tema yang disampaikan para comic merupakan fenomena soosial yang aktual di masyarakat, kemudian 57 responden (42,2%) lainnya memilih sangat aktual dan 11 responden (8,14%) lainnya memilih tidak aktual.Untuk kebih jelasnya dapat kita ihat pada grafik dibawah ini : Grafik 4.18 Distribusi Responden berdasarkan Tema materi stand up comedy yang aktual 8.14% Akual 49.60% Sangat Aktual Tidak aktual 42.20% Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017 5.2 Tema merupakan fenomna sosial yang faktual Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian ini, persentase terbesar ialah responden yang menyatakan bahwa tema materi yang disampaikan oleh para comic merupakan fenomena sosial yang faktual, yakni sebanyak 66 responden (48,8%) sedangkan 58 responden (42,8%) lainnya memilih sangat faktual dan 16 responden (11,8%) sisanya memilih tidak faktual. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel berikut ini : Grafik 4.19 Distribusi Responden berdasarkan Tema materi stand up comedy yang faktual 11.80% Faktual 48.80% Sangat faktual Tidak faktual 42.80% Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017 5.3 Setting studio Berdasarkan hasil pengolahan dari 135 responden dalam penelitian ini, persentase terbanyak ialah responden yang menyatakan bahwa setting studio berupa backsound an background dalam tayangan stand up comedy dirasa sudah sesuai yakni sebanyak 97 responden (71,8%) kemudian 24 responden (17,7%) lainnya merasa sangat sesuai dan 14 responden (10,3%) lainnya memilih tidak sesuai. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada grafik dibawah ini : Grafik 4.20 Distribusi Responden berdasarkan setting studio (backsound & background) tayangan stand up comedy 10.30% Sesuai 17.70% Sangat sesuai Tidak sesuai 71.80% Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017 6. Daya tarik 6.1 Daya tarik menonton tayangan stand up comedy Berdasrkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian ini, persentase terbanyak ialah responden yang tertarik menonton tayangan stand up comedy karena Populer, yakni sebanyak 47 responden (34,8%) kemudian disusul alasan tertari menonton karena tema / materi yang disajikan sebanyak 39 responden (28,8%) , lalu 26 responden (19,3%) memilih penamplan komika yang memukau dan 23 responden (17%) memilih karena tayangan stand up comedy tengah up date atau kekinian. Untuk lebih jeelasnya dapat kita lihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.5 Distribusi Responden Berasarkan Daya Tarik Menonton tayangan stand up comedy N = 135 Daya Tarik Menonton Frekuensi Persentase Populer 47 34.8 Up date (kekinian) 39 28.8 Penampilan komika 26 19.3 Tema/materi yang disajikan komika Total 23 17 135 100.0 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017 6.2 Tujuan menonton tayangan stand up comedy Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian ini, persentase terbesar ialah penonton yang memilih menonton tayang stand up comedy sebagai sarana hiburan yakni sebanyak 52 responden (38,5%), lalu sebanyak 45 responden (33,3%) memilih menonton stand up comedy untuk mengisi waktu luang, kemudian 21 respnden (15,5%) memilih untuk menghilangkan rasa bosan dan sisianya yakni 17 responden (12,5%) memilih menonton untuk menambah pengetahuan. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.6 Distribusi Responden Berasarkan Tujuan Menonton tayangan stand up comedy Tujuan Menonton Frekuensi Persentase Sebagai sarana hiburan 52 38.5 Mengisi waktu luang 42 33.3 Menghilangkan rasa bosan Menambah pegetahuan 21 15.5 17 12.5 Total 135 100.0 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017 6.3 Uji validitas Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Pertanyaan Hasil Korelasi Nilai r tabel (N = 100,α = 5%) Apakah anda pernah menonton tayangan stand up comedy 0,848 0,135 Keterangan r hitung > r tabel Kesimpulan Valid Tayangan stand up comedy merupakan jenis acara hiburan ? Tayang stand up comedy membuat anda tertawa Tayangan stand up comedy memberi informasi Tayangan stand up comedy emberikan wawasan Tayangan stand up comedy memberi manfaat baik & buruk Anda menyukai tayangan stand up comedy Jam tayang stand up comedy sesuai Hari penayangan stand up comedy sesuai Durasitayangan stand up comedy sesuai Penayangan seminggu sekali stand up comedy sesuai Pengetahuan seputar nama – nama komika stand up comedy 0,846 0,135 r hitung > r tabel Valid 0,497 0,135 r hitung > r tabel Valid 0,837 0,135 r hitung > r tabel Valid 0,818 0,135 r hitung > r tabel Valid 0,850 0,135 r hitung > r tabel Valid 0,739 0,135 r hitung > r tabel Valid 0,843 0,135 r hitung > r tabel Valid 0,783 0,135 r hitung > r tabel Valid 0,822 0,135 r hitung > r tabel Valid 0,790 0,135 r hitung > r tabel Valid 0,813 0,135 r hitung > r tabel Valid Para komika mempunyai kredibilitas Para komika tampil ahli dalam membawakan materi Para komika menggunakan ekspresi yang menarik Para komika menggunakan gaya bahasa yang menarik Tema yang disampaikan aktual Tema yang disampaikan faktual Setting studio acara stand up comedy sesuai Daya tarik stand up comedy 0,743 0,135 r hitung > r tabel Valid 0,846 0,135 r hitung > r tabel Valid 0,849 0,135 r hitung > r tabel Valid 0,822 0,135 r hitung > r tabel Valid 0,836 0,135 r hitung > r tabel Valid 0,858 0,135 r hitung > r tabel Valid 0,857 0,135 r hitung > r tabel Valid 0,874 0,135 r hitung > r tabel Valid Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017 Validitas digunakan untuk mengetahui seberapa tepat suatu alat ukur mampu melakukan fungsi. Alat ukur yang dapat digunakan dalam pengujian validitas suatu kuesioner adalah angka hasil korelasi antara skor pernyataan dan skor keseluruhan pernyataan responden terhadap informasi dalam kuesioner. Apabila nilai r hitung atau nilai korelasi lebih besar dari pada r tabel, maka dapat dinyatakan valid. Pada tabel di atas menyatakan bahwa semua pertanyaan dalam kuesioner dinyatakan valid, semua nilai r hitung lebih besar dari r tabel. Perhitungan statistik dalam uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan bantuan program IBM SPSS Statistics Version 21. 6.4 Uji Reabilitas Tabel 4.8 Hasil Uji Realibitas Cronbach’s Alpha Keterangan 0,977 Reliabel Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017 Uji reliabilitas adalah untuk mengetahui konsistensi atau keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen apabilla instrumen tersebut digunakan lagi sebagai alat ukur suatu objek atau responden. Hasi uji reliabilitas mencerminkan dapat dipercaya dan tidaknya suatu instrumen penelitian berdasarkan tingkat kemantapan dan ketepatan suatu alat ukur dalam pengertian bahwa hasil pengukuran yang didapatkan merupakan ukuran yang benar dari sesuatu yang diukur. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha Cronbach lebih besar dari nilai r tabel 0,135. Jadi semua 4 variabel di atas yaitu Akurat, Lengkap, Relevan, dan Mudah di Akses mempunyai nilai Alpha Cronbach sebesar 0,135, lebih besar dari nilai r tabel 0,135, sehingga keempat variabel tersebut dinyatakan reliable untuk mengukur kualitas layanan informasi. Perhitungan statistik dalam uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan bantuan program IBM SPSS Statistics Version 21. B. Pembahasan Berikut ini akan dibahas hasil dari rumusan masalah pertama yang telah dijabarkan kedalam bentuk kalimat deskriptif yang menjelaskan secara detail, yakni berupa hasil persepsi yang telah dikategorikan ke dalam beberapa variabel. Dalam penelitian ini, tanggapan dibutuhkan untuk mengetahui seberapa baik dan buruknya program stand up comedy di Kompas TV yang diperuntukkan bagi khalayak dari berbagai kalangan terkhusus mahasiswa Ilmu Komunikasi. Dalam hal ini mahasiswa Ilmu Komunikasi merupakan penonton potensial yang mempunyai kapasitas untuk memberikan Persepsi kritis, penilaian, penyeleksian hingga penginterpertasian/penafsiran tersendiri yang membangun terhadap tayangan stand up comedy Kompas TV. Berikut secara mendetail pembahasan mengenai Persepsi mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin terhadap tayangan stand up comedy Kompas TV dengan pengkategorian sebagai berikut: 1. Identitas Responden Hasil olah data berdasarkan angkatan menunujukkan bahwa responden dinominasi oleh responden angkatan 2013, perempuan, mayoritas berumur 20-21 tahun. 2. Jadwal Penayangan Pada variable ini terbagi menjadi 2 kategori, yaitu: a. Waktu penayangan (dapat dilihat pada grafik 4.9) dari 135 responden, 73 responden menyatakan waktu penayangan sesuai, namun 63 responden menyatakan waktu penayangan tidak sesuai, dikarenakan waktu tayangnya dirasa terlalu larut malam dan penonton biasanya mengantuk saat menonton. b. Hari Penayangan (dapat dilihat pada grafik 4.10) dari 135 responden, 87 responden menyatakan sudah sesuai, namun 48 responden lainnya merasa hari penayangan tidak sesuai karena bukan saat weekend. c. Durasi penayangan (dapat dilihat pada Grafik 4.13 ) dari 135 responden, 71 responden menyatakan durasi penayangan Ini Talkshow yakni 90 menit sudah sesuai, 12 responden menyatakan durasi penayangan stand up comedy tidak sesuai, dikarena durasi 60 menit itu cukup singkat menyarankan untuk untuk menyaksikan menambah penampilan durasi komika, penayangan dan dengan menghadirkan bintang tamu. d. Penyangan sekali seminggu (dapat dilihat pada grafik 4.12) dari 135 responden 86 responden menyatakan jadwal penayangan seminggu sekali perogram stand up comedy Kompas TV sudah sesuai, sedangkan 49 responden lainnya menilai bahwa penayangan seminggu sekali tidak sesuai banyak yang menyarankan mestinya tiap hari atau dua kali seminggu. 3. Penampilan Komika (comic) Pada variabel ini terbagi menjadi 5 kategori, yaitu: a. Pengetahuan terhadap nama – nama komika (dapat dilihat pada grafik 4.13) dari 135 responden, 93 responden mengetahui nama – nama komika yang tampil di Kompas TV, dan 25 responden tidak mengetahui nama – nama komika disebabkan penonton hanya menikmati materi lawakan yang dibawakan oleh para komik b. Kredibilitas komika (dapat dilihat pada grafik dari 4.14) dari 135 responden, 89 responden stuju bahwa para komika memiliki kredibilitas dalam menyampaikan materi lawakan, sedangkan 5 responden merasa bahwa komika belum mempunyai kredibilitas karena kurangnya penguasaan terhadap materi. c. Keahlian Komika (dapat dilihat pada grafik 4.15) dari 135 responden, 98 responden setuju bahwa komika memiliki keahlian dalam menyampaikan jokes/lawakan sedangkan 15 responden lainnya memilih tidak setuju karena belum berhasil dalam membuat penonton tertawa. d. Ekspresi Komika (dapat dilihat pada grafik 4.16) dari 135 responden, 74 responden memilih setuju bahwa komika mempunyai ekspresi yang menarik dalam menyampaikan materi lawakan, sedangkan 23 responden menyatakan tidak setuju karena kurangnya ekspresi dari kebanyakan komika yang tampil. e. Gaya bahasa komika (dapat dilihat pada tabel 4.17) dari 135 responden, 93 responden menyatakan bahwa penggunaan gaya bahasa oleh para komika sudah baik, sedangkan 2 responden lainnya menyatakan tidak baik dikarenakan penggunaan gaya bahasa yang kurang dimengerti, kasar dan terkadang tidak senonoh. 4. Tema materi & setting acara stand up comedy Pada variabel ini dibagi menjai 3 kategori : a. Tema/materi (dapat dilihat grafik 4.18) dari 135 responden, 7 responden memilih tema/materi yang disampaikan para komika merupakan fenomena sosial yang aktual, sedangkan 11 responden lainnya memilih tidak aktual karea merupakan pengalaman pribadi. b. Penilaian tema /materi acara (dapat dilihat pada grafik 4.19) dari 135 responden, 66 responden menyatakan bahwa tema yang disampaikan komika merupakan fenomena yang faktual, sedangkan 16 responden lainnya menyatakan tidak faktual karena bukan berdasarkan kenyataan melainkan khayalan. c. Setting studio, (dapat dilhat pada grafik 4.20) dari 135 responden, 97 responden menyatakan bahwa setting studio berupa backsound dan background dalam acara stand up comedy sudah sesuai sedangkan 14 responden lainnya memilih tidak sesuai dan menyarankan untuk merubah beberapa item. 5. Daya Tarik Pada variabel ini menjadi 2 kategori, yaitu: a. Daya tarik menonton program stand up comedy (dapat dilihat pada tabel 4.5) sebanyak 47 responden menyatakan tertrik menonton karena sedang populer, kemudian 39 responden menyatakan tertarik karena kekinian (up date), 26 responden menytakan tertarik menonton karena penampilan komimka, dan 23 rsponden menyatakan tertarik menonton stand up comedy karena tema/materi yang dibawakan oleh para komika. b. Tujuan menonton (dapat dilihat pada tabel 4.6) dari 161 responden, 61 responden menyatakan tujuan menonton Ini Talkshow untuk mengisi waktu luang, 56 responden menyatakan tujuan menonton stand up comedy untuk mencari hiburan. 6. Persepsi Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini yaitu sebanyak 135 responden menyatakan bahwa tayangan tand up comedy ini menghibur dan menarik untuk ditonton. Hal ini dapat dilihat dari variabel penelitian yang meliputi jadwal tayang, tema, narasi tema, dan daya tarik menonton tayangan Stand up comedy. Model S-O-R merupakan pijakan teoretis dalam penelitian ini, menjadikan tayangan stand up comedy sebagai stimulus, dengan pengkategorian penilaian seperti jadwal penayangan, tema dan kejelasan tema/materi komika, penampilan komika acara dan kehadiran para juri yang kocak, serta daya tarik. Perhatian, pengertian dan penerimaan dari responden dalam hal ini yaitu mahasiswa departemen Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin sebagai organismenya. Penelitian Persepsi Penggemar Komedi Terhadap Program stand up comedy di Kompas TV, bahwa setiap individu memiliki persepsi yang berbeda-beda sesuai dengan kategori yang ditentukan yaitu usia dan jenis kelamin. Berdasarkan dari Teori S-O-R (Stimulus-Organism-Response) yang menyatakan bahwa efek yang ditimbulkan berasal dari reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga membuat seseorang mengharapkan dan menyesuaikan antara pesan dan reaksi komunikan. Hal ini dapat diasumsikan bahwa perubahan sikap yang terjadi bergantung pada proses yang terjadi terhadap invidu tersebut. Teori Individual Differences yang menyatakan bahwa setiap individu memiliki pendapat yang berbeda-beda yang didukung dari psikologisnya dan biologisnya. Oleh karena itu teori ini mempengaruhi seorang individu memiliki pemikiran dan sudut pandangnya yang berbeda terhadap suatu objek. Penelitian ini menjelaskan tentang perbedaan persepsi berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia terhadap sub dimensi comic, Materi lawakan serta hal – hal yang berkaitan dengan stand up comedy. Pada beberapa sub dimensi tersebut dipengaruhi oleh efek Kognitif, Afektif dan Behavioral. Dalam memberikan persepsi, tiap-tiap responden memiliki cara masing-masing. Seseorang akan mempersepsi suatu ketika ia memperhatikan hal tersebut. Perhatian timbul, ketika salah satu alat indra kita menonjol dan mengesampingkan stimulus yang timbul dari alat indra yang lainnya. Ada beberapa faktor eksternal yang turut serta mempengaruhi perhatian seseorang, seperti: 1. Intensitas Intensitas, hal ini dapat dilihat dari penjadwalan tayangan stand up comedy, menurut responden bagaimana acara tersebut dapat konsisten dalam bentuk-bentuk penayangan yang informatif dan edukatif yang membuat program ini dapat terus eksis sejak program ini mengudara. 2. Ukuran Ukuran, hal ini umumnya dapat dilihat dari pengemasan acara. Sebagian besar responden menyukai inovas-inovasi yang dilakukan oleh program stand up comedy, dalam hal penataan stage, penampilan live music, kelucuan para komika dalam membawakan materi hingga, peran juri saat memberikan penilaian terhadap para komika.. 3. Kontras Kontras, merupakan sesuatu yang unik dan diluar kebiasaan yang biasa ditampilkan. Hal ini dapat dilihat dari penilaian responden mengenai tema/materi dan narasumber yang ditampilkan pada program stand up comedy. Seperti yang kita ketahui, materi/tema yang dibawakan setiap kali tayang yakni pada hari jumat oleh paraa komika merupakan suatu yang baru dan sangat hangat ditengah – tengah masyarakat Berbagai informasi dan pengetahuan yang dimiliki oleh komika yang dihadirkan dan berkompeten untuk dimintai keterangan mengenai isu-isu atau kejadian-kejadian yang hangat dan marak diperbincangkan khalayak, ataupun pengalaman hidup seorang penonton. 4. Gerakan Sesuatu yang bergerak lebih menarik daripada sesuatu yang statis. Hal ini dapat dilihat dari konsep program stand up comedy di Kompas TV. stand up comedy kini tidak hanya sebuah program yang ditampilkan di televisi setiap hari jumat 21.00-22.30 WITA dengan tema yang biasa, tetapi ada juga materi-materi acara kreatif dengan bintang tamu spesial yang dihadirkan program stand up comedy. 5. Pengulangan Sesuatu yang sering mengalami pengulangan akan menarik perhatian, tetapi jika terlalu sering dapat menghasilkan kejenuhan. Hal ini dapat kita lihat pada penjadwalan tayangan stand up comedy. Menurut responden penelitian ini, program siaran ini sangat baik ditayangkan sekali dalam seminggu. Namun banyak pula responden yang mengeluh karena Tayangan stand up comedy tiak tayang setiap hari atau dua kali seminggu. 6. Keakraban Komunikasi akan berjalan efektif ketika mungkin seseorang individu berinteraksi dengan orang lain yang sudah ia kenal dan sebagainya. Dalam hal ini, Penampilan paraa komika yang mempesona sebagian besar terbukti dapat menghibur dan menghasilkan tawa dari penonton. 7. Novelty Sesuatu yang baru. Sama halnya dengan gerakan, sesuatu yang baru dan berbeda juga mampu menarik perhatian. Kebanyakan responden menyatakan bahwa mereka lebih tertarik dengan tema-tema sosial dan isu-isu seputar politik hingga pengalaman pribadi komika, hal ini menurut responden sangat menarik dijadikan sebuah materi stand up untuk menciptakan beragam kelucuan. Dan beberapa faktor internal yang juga mempengaruhi perhatian, seperti: 1. Kebutuhan Psikologis Adalah hal-hal yang ada sangkut pautnya dengan kebutuhan. Tiap responden menyatakan bahwa mereka hanya memperhatikan rangsangan yang sesuai dengan kebutuhan mereka saat itu. Tayangan program dengan tema tertentu yang sekiranya berkenan dengan kebutuhan para responden sudah pasti dinikmati dan tidak menutup kemungkinan mereka menunggu tayangan program siaran dengan tema yang berkenan dengan kebutuhan mereka tersebut. 2. Latar Belakang, Pengalaman dan Kepribadian komika yang ditampilkan pada program stand up comedy di Kompas TV tidak menutup kemungkinan memiliki kesamaan nasib atau pengalaman hidup dengan responden penelitian. Dengan adanya kesamaan, maka biasanya informasi yang dibagi melalui tayangan tersebut, dapat dengan mudah tersalurkan maksud dan tujuannya. 3. Sikap, Kepercayaan Umum dan Penerimaan Diri Responden memiliki kepercayaan tertentu terhadap suatu hal. Punya kecendrungan memperhatikan berbagai hal kecil. Jadi terkadang apa yang dinilai positif oleh seorang responden, belum tentu mendapat penilaian yang sama oleh responden lain, begitu pula sebaliknya. Responden yang ikhlas menerima kenyataan dirinya akan cepat menyerap sesuatu dibanding dengan responden yang kurang ikhlas menerima kenyataan dirinya. Karena ketika seseorang responden bersikap realistis dengan keadaannya, maka mereka dapat mudah menerima suatu informasi dan lebih terbuka dengan bentuk-bentuk pengetahuan baru termasuk disampaikan melalui tayangan stand up comedy Kompas TV. yang Dalam model S-O-R (Stimulus Organism Response), menganologikan bahwa stimulus tertentu yang menerpa organism akan melahirkan respons tertentu pula. Perubahan sikap yang terjadi adalah hasil dari respon, termasuk bagaimana dalam hal ini responden ( mahasiswa Ilmu komunikasi Universitas Hasanuddin) memberikan Persepsi positif atau negatif terhadap tayangan stand up comedy di Kompas TV. Secara keseluruhan data hasil penelitian yang mencakup penilaian dari keseluruhan responden mengenai jadwal penayangan, Tema dan kejelasan tema/materi acara. Penampilan komika dan kehadiran para juri serta penonton di studio, daya tarik, dilihat dan dihimpun dari berbagai faktor, mendapat persepsi yang positif. 7. Faktor yang menyebabkan stand up comedy kian populer Menurut hasil kuesioner terhadap 135 responden, peneliti menyimpulkan bahwa populernya stand up comedy ialah karena tema/materi yang tren di kalangan mahasiswa, selain itu stand up comedy menjawab keresahan mahasiswa dan menuangkannya kedalam sebuah monolog komedi berbobot yang memberi hiburan tersendiri bagi para penikmatnya. Tontonan stand up comedy juga menjadi tontonan yang sehat diantara maraknya adegan kekerasan yang mewarnai program hiburan televisi. Menurut teori komedi sebuah lelucon dalam benuk sketsa ataupun parodi komedi yang menimbulkan tawa dan respon yang luar biasa dari peonton merupakan sebuah lakon komedi yang berhasil dan mampu menumbuhkan unsur hiburan dalam masyarakat. Dalam hal ini tayangan stand up comedy terbukti mampu hadir ditengah-tengah masyarakat dan memberikan hiburan yang baru bagi masyarakat, unsur komedi baru yang dihadirkan dalam stand up comedy merupakan bentuk komedi yang bersih dari kekerasan fisik lain halnya dengan komedi situasi yang terkadang memamerkan kekerasan fisik terhadap salah seorang pemerannya. BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Dari analisis terhadap hasil temuan penelitian serta interpretasi yang telah dilakukan sebelumnya, peneliti merumuskan beberapa kesimpulan, yaitu:: 1) Persepsi yang dipaparkan oleh sebagian besar responden menunjukkan bahwa tayangan stand up comedy merupakan tayangan yang sangat mengibur dan sesuai dan sebagian besar responden menunjukkan reaksi yang positif terhadap hadirnya stand up comedy. Selain itu tayangan stand up comedy juga memiliki keunggulan yakni memberi Informasi, wawasan serta pengetahuan bagi siapapun yang menyaksikannya. 2) Eksistensi tayangan Stand up comedy yang memiliki basis penonton yang secara psikografis memiliki pemikiran terbuka terhadap komedi jenis baru berikut materi di dalamnya, makin populer seiring waktu, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yakni materi lawakan yang berbobot, sesuai dengan realitas, serta sangat menghibur. Dengan basis penonton tersebut, baik bagi stand up comedy Kompas TV untuk melakukan maintaining terhadap program stand up comedy Indonesia sehingga makin populer dan tetap menjadi wadah bagi para komika berbakat. itulah mengapa tayangan stand up comedy di Kompas TV masih terus berlangsung hingga saat ini. Tabel 5.1 Hasil Penyeleksian terhadap berbagai argument mengenai tayangan stand up comedy Hasil Kesan terhadap tayangan stand up comedy Mengapa stand up comedy kian populer Interaksi Komika & pnonton Positif Sebagian besar merasa Terhibur, karena konten menarik, dan sedang trend Membawa isu-isu yang melekat dengan kehidupan seorang mahasiswa - Referensi Masih terdapat unsur slapstick - Hanya dapat dinikmati oleh segemented audience Masih terdapat unssur sara, pornografi dan materi yang bernuansa menyudutkan (roasting) - Bias Penonton kurang menikmati performa komika Negatif Materi yang menghibur - Persona komika B. SARAN Berdasarkan hasil dari penelitian ini terdapat beberapa saran yang bisa disampaikan sebagai berikut. : a. Kepada para penikmat stand up comedy, diharapka lebih selektif dalam mencerna isi dari materi yang disampaikan oleh para komika, karena masih banyak komika yang terbiasa memasukkan unsur – unsur sara kedalam isi materi. b. Kepada stasiun televisi yang bersangkutan yakni Kompas TV diharapkan untk terus menyajikan program entertainment yang sekaligus mendidik dan memberi wawasan seperti halnya tayangan stand up comedy ini. semoga tayangan ini bias terus diterima oleh para audiens serta tetap mengudara di layar kaca dengan inovasi – inovasi terbaru. c. Kepada para komika, diharapkan untuk lebih menjaga attitude atau penggunaan gaya bahasa serta mimic ekspresi yang lebih baik untuk menyugukan hiburan serta menghadirkan tawa penonton. sekaligus memilih tema/materi yang baik untuk ditampilakn di Televisi yang baik untuk semua kalangan. Selain saran-saran yang diberikan penulis di atas, penulis juga mengemukakan saran-saran yang diberikan para responden yaitu mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin, diantaranya yaitu: 1) Lebih kreatif lagi, lebih kompleks programnya dan tetap mengutamakan sisi edukatif dan inspiratif, serta tetap menghibur. 2) Durasi acaranya lebih diperbanyak dan iklannya dikurangi. 3) Memberikan info-info ter update dan materi lawakannya diperkaya lagi agar masyarakat luas dapat memahami. 4) Mengurangi isu SARA (Suku,agama,ras&antar golongan), materi berbau pornografi dan materi judge atau menyinggung orang lain. DAFTAR PUSTAKA Ardianto, Elvinaro. 2004. Komunikasi Massa : Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Barker, Crish. 2008. Cultural Strudies, Theory and Practice (3rd Edition). London: Sage Publications. Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi. Jakarta: Rhinekaa Cipta. Kriyantono, Rachmat. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai contoh praktik riset media, public relation, advertising, komunikasi organisasi, komunkasi pemasaran, Jakarta: Kencana. Little Jhon, Stephen W. 2005. Theories of Human Communication: Eighth Edition. Canada: Thomson Wardsworth. Maulana, Hediyan dan Gumgum Gumelar. 2013. Psikologi Komunikasi dan Persuasi. Jakarta: Akademia Permata. Mulyana, Dedi.2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. _______. 2002. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Banandung : PT Remaja Rosdakary. Mar’at. 1981. Sikap Manusia, Perubahan serta Pnegukurannya. Jakarta: Ghalian Indonesia. Morissan. 2008. Manajemen Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio & Televisi. Jakarta:Kencana Prenada Media Group McQuail, Dennis. 2011.Teori Komunikasi Massa McQuail. Jakarta : Salemba Humanika Nazir, Moh. 2005. Metode penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Nawawi, Hadari. 1990. Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada Nurudin. 2007. Pegantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Philip Kotler. 1993. Manajemen Pemasaran, Perencanaan Implementasi dan control. Jakarta: PT Rosdakarya. Robbins, Stephen P. 2006. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia. Rakhmat, Jalaluddin. 2012. Rosdakarya. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Sarlito, Wirawan. 1983. Pengantar Umum Psikolog. Bandung: Bulan Bintang. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D).Bandung: Alfabeta. Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: C.V Andi Offset Fitriyana, Leila. 2011 Tanggapan Mahasiswa Ilmu Komunikasi di Makassar terhadap tayangan Kick Andy di Metro TV. Tidak Diterbikan. Makassar. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin. Prasilika, Tiara. 2007. Studi Persepsi Resiko Keselamatan Berkendara serta Hubungan Dengan Locus of Control pada Mahasiswa FMK UI yang Mengendarai Motor. Tidak Diterbitkan. Depok: Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Winarni, Lilis Wahyu. 2015 Analisis Praanggapan Pernyataan Humor dalam Stand up Comedy Indonesia. Tidak Diterbitkan. Bandunng: Program studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Sayuti Melik. 2016. ‘Efek Tayangan Stand up comedy Metro TV Terhadap Perilaku Penonton Usia Muda di Loajanan Kutai Kartanegara’ Ejournal Ilmu Komunikasi. Vol.4/2016. (http://www.rose.blogspot.com/article/216/08/stand/up/comedy.html, Januari 2017 Pukul 20.30 WITA). diakses 13 (http://www.megapolitan.kompas.com, diakses pada 26 Januari 2017 Pukul 22.00 WITA) LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN PERSEPSI MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI TERHADAP TAYANGAN STAND UP COMEDY SEBAGAI PROGRAM KOMEDI POPULER DI INDONESIA No Responden : Petunjuk Pengisian 1. kuesioner ini semata mata untuk keperlan akademis atau penelitian 2. baca dan jawablah semua pertanyaan secara teliti dan jujur. kerahasiaan jawaban dijaga. 3. berilah tanda (x) pada jawaban yang anda anggap benar. 4. terimakasih atas partisipasinya. A. Identitas Responden Nama : Angkatan : 1. Jenis Kelamin 1. Pria 2. Wanita 2. Usia 1. < 20 tahun 2. 20 tahun 3. 21 tahun 4. > 21 tahun 3. Jenis acara yang paling anda senangi 1. Reality Show & Sinetron 2. News & sport 4. Komedi &Talkshow 6. Games & Kuis 4. Durasi menonton televisi dalam sehari 1. < 1 jam 2. 1 - 2 jam 3. 3 - 4 jam 4. > 4 jam B. Variabel Penelitian 5 Tayangan “Stand Up Comedy” merupakan jenis acara hiburan? 1. Sangat Tidak Setuju 2. Tidak Setuju 3. Setuju 4. Sangat Setuju 6. Anda sebelumnya pernah menonton acara hiburan seperti “Stand Up Comedy”? 1. Sangat Tidak Pernah 2. Tidak Pernah 3. Pernah 4. Sangat Pernah 7. Tayangan “Stand Up Comedy” membuat anda tertawa dan terhibur? 1. Sangat tidak Setuju 2. Tidak Setuju 3. Setuju 4. sangat setuju 8. Tayangan “Stand Up Comedy” dapat memberikan informasi mengenai fenomena sosial yang terjadi di lingkungan sekitar anda? 1. Sangat Tidak Setuju 2. Tidak Setuju 3. Setuju 4. Sangat Setuju 9. Tayangan “Stand Up Comedy” dapat memberikan pengetahuan dan menambah wawasan anda terhadap apa yang disampaikan oleh comic? 1. Sangat Tidak Setuju 2. Tidak Setuju 3. Setuju 4. Sangat Setuju 10. Anda mempelajari mengenai apa yang baik/ buruk dalam kehidupan sosial melalui tayangan “Stand Up Comedy”? 1. Sangat Tidak Setuju 2. Tidak Setuju 3. Setuju 4. Sangat Setuju 11. Anda menyukai tayangan “Stand Up Comedy”? 1. Sangat Tidak Suka 2. Tidak Suka 3. suka 4. Sangat Suka 1. JADWAL PENAYANGAN 12. Jam tayang acara “Stand Up Comedy” di Kompas TV pada pukul 22.00 s/d 23.00 WIB sudah sesuai? 1. Sangat Tidak Sesuai 2. Tidak sesuai 3. Sesuai 4. Sangat Sesuai 13. Hari penayangan acara “Stand Up Comedy” di Kompas TV, yakni pada hari Jumat malam sudah sesuai? 1. Sangat Tidak Sesuai 2. Tidak Sesuai 3. Sesuai 4. Sangat Sesuai 14. Durasi jam tayang acara “Stand Up Comedy” di KompasTV yakni sekitar satu jam (60 menit) sudah sesuai? 1. Sangat Tidak Sesuai 2. Tidak Sesuai 3. Sesuai 4. Sangat Sesuai 15. Penayangan acara “Stand Up Comdedy” seminggu sekali di Kompas TV sudah sesuai? 1. Sangat Tidak Sesuai 2. Tidak Sesuai 3. Sesuai 4. Sangat Sesuai 16. Anda mengetahui nama-nama comic yang tampil di acara “Stand Up Comedy”? 1. Sangat Tidak Mengetahui 2. Tidak Mengetahui 3. Mengetahui 4. Sangat Mengetahui 2. KOMEDIAN STAND UP COMEDY (KOMIKA) 17. Peserta yang tampil di acara “Stand Up Comedy” memiliki kredibilitas yang dapat dipercaya sebagai seorang comic? 1. Sangat Tidak Setuju 2. Tidak Setuju 3. Setuju 4. Sangat Setuju 18. Para comic yang tampil ahli dalam menyampaikan joke / lawakannya? 1. Sangat Tidak Setuju 2. Tidak Setuju 3. Setuju 4. Sangat Setuju 19. Para comic dalam menyampaikan lawakannya menggunakan Ekaspresi yang menarik dan lucu? 1. Sangat Tidak Setuju 2. Tidak Setuju 3. Setuju 4. Sangat Setuju 20. Penggunaan Gaya Bahasa yang disampaikan oleh comic menarik minat penonton untuk menyaksikan ? 1. Sangat Tidak Baik 2. Tidak Baik 3. Baik 4. Sangat Baik 3. TEMA/MATERI STAND UP COMEDY 21. Tema yang disampaikan para comic merupakan fenomena sosial yang aktual di masyarakat? 1. Sangat Tidak Aktual 2. Tidak Aktual 3. Aktual 4. Sangat Aktual 22. Tema yang disampaikan para comic merupakan fenomena sosial yang faktual di masyarakat? 1. Sangat Tidak Faktual 2. Tidak Faktual 3. Faktual 4. Sangat Faktual 23. Settingan Studio berupa backgroud dan baacksound dirasa sudah sesuai ? 1. Sangat Tidak Sesuai 2. Tidak Sesuai 3. Sesuai 4. Sangat Sesuai 24. Menurut anda apa yang membuat anda tertarik menonton tayangan “Stand Up Comedy” di Komps TV ? 1. Populer 2. Up date (Kekinian) 3. Penampilan Komika yang memukau 4. Tema/materi yang disajikan oleh Komika 25. Apa yang menjadi tujuan anda dalam menonton tayangan “Stand Up Comedy” di Kompas TV ? 1. Menambah Pengetahuan 2. Mengisi Waktu Luang 3. sebagai sarana hiburan 4. Menghilangkan rasa bosan 26. Setelah menonton “ Stand Up Comedy” bagaimana kesan anda terhadap program acara ini ? ………………………………………………………………………………………………… …… ………………………………………………………………………………………………… …………. 27. Apa saran anda terhadap tayangan Stand up comedy kedepannya agar dapat menjadi tontonan yang menghibur dan dapat dinikmati oleh semua kalangan ? ………………………………………………………………………………………………… …………. ………………………………………………………………………………………………… …………..