PROSES PRODUKSI PESAN HUMOR STAND UP COMEDY (Studi Kasus Proses Produksi Pesan Humor Oleh Anggota Stand Up Comedy Solo) Ardina Ferri Saputra Sri Hastjarjo Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract The world of entertainment has grown rapidly nowadays. For example: comedy entertainment. If we used to see a comedy performed in a group, now we can see a comedy performed individually or that is now well-known as “Stand Up Comedy”. Stand Up Comedy is a comedy program that is presented by a comedian on the stage which usually performs a monologue and delivers a topic or material. Communication theory in the production process using the opinion of Charles Berger in cognitive planning and Barbara O'Keefe on stage of the drafting of the message (the expressive logic, logic, and logic is rhetorical). The purpose of this study was to describe how is the process of humour message production among comics in Stand Up Comedy especially in the community of Stand Up Solo. Data validation using triangulation data with methods of analysis using the techniques of YIN, namely by way of comparing the patterns that are based upon empirical patterns predicted. The method of research are qualitative case study Research subjects the offender stand up comedy (komika) on communities stand up comedy Solo. Data source using primary and secondary data. Method of collecting data use interviews and documentation. Data validation using triangulation data with methods of analysis using the techniques of YIN. The results showed that the production process the humor message komika in stand up comedy is analyzed based on theory and American logic according to Charles Berger and Barbara O'Keefe consists of several stages, namely the planning stages, the stages of the drafting of the message (the logic of conventional logic, expressive, and rhetorical logic), and goals. Based on the results of the study known message production process performed by komika has differences and similarities. (1) there are Differences in the stage of planning: (a) in accordance with the capabilities of the informant's knowledge, (b) at the stage of drafting of the message (the logic of conventional logic, expressive, and rhetorical logic) with thoughts about the messages are exposed and reactive. On the conventional logic and decency rules using the informant fit in society. Rhetorical logic used by the informants using logic in General, and (c) the purpose is achieved there are successful and some failed. (2) the equation on the purpose of planning, each informant have in common the goal to entertain the audience. Keyword :message production, humour, stand up comedy. 1 Pendahuluan Dunia hiburan memang sudah berkembang pesat dewasa ini. Seperti hiburan komedi contohnya, jikalau dahulu hiburan komedi biasa di lakukan beramai-ramai atau berkelompok sekarang bisa dilakukan hanya seorang diri atau yang biasa kita sebut stand up comedy. Di sini stand up comedy adalah sebuah acara komedi yang dibawakan seorang pelawak di atas panggung kemudian melakukan monolog di depan audiensnya dan menyampaikan suatu topik atau materi. Secara umum stand up comedy adalah lawakan atau komedi yang dilakukan diatas panggung oleh seseorang yang melontarkan serangkaian lelucon yang berdurasi 10 menit sampai 45 menit, dan seseorang yang melakukan stand up comedy disebut sebagai comic (Nugroho, 2012 : 1). Meski stand up comedy merupakan bagian dari dunia lawakan, namun ada yang unik dari pola pembawaannya atau dalam perspektif komunikasi, gaya komunikasi para comic dalam ber-stand up comedy tidak sekedar bicara seperti layaknya pelawak dan gaya lawakan konvensional namun di sini lebih mengacu pada kritikan dan sindiran yang dikemas dengan gaya komediannya sehingga selain untuk menghibur juga menyalurkan aspirasi masyarakat terhadap fenomena yang terjadi saat ini dan itu juga menjadi pengetahuan baru bagi khalayak (Katayama, 2009: 126). Produksi pesan merupakan salah satu dalam ranah teori komunikasi. Produksi pesan bisa dikatakan bahwa individu membuat interpretasi berdasarkan aturan-aturan sosialnya. Individu dalam situasi sosial pertama-tama didorong oleh keinginan untuk memahami apa yang sedang terjadi dan menerapkan aturanaturan untuk mengetahui segala sesuatu (O’Keefe & Bruce, 2002 : 115). Sehingga penelitian ini termasuk dalam riset komunikasi. Dalam stand up comedy produksi pesan artinya komika mempersiapkan sebuah materi untuk di berikan kepada audiens. Dari penampilan comic tersebut saat menampilkan materinya dapat dilihat bahwa si komedian melakukan proses produksi pesan komunikasi yang diberikan kepada audiens. Karena proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan) (Mulyana, 2015:68). 2 Stand up comedy merupakan berbicara di depan umum yang berdasarkan pesan humor. Humor yang dimaksud adalah pesan untuk menyenangkan orang lain yang dimaksud adalah audiens. Dalam humor harus dilandaskan presentasi persuasif menjalankan beberapa fungsi : (1) memperkuat keyakinan, sikap, atau nilai pendengar; (2) membantah keyakinan, aksi nilai pendengar; (3) mengubah keyakinan tindakan, atau nilai pendengar; (4) mengajak pendengar untuk melakukan tindakan. Seperti didalam presentasi informative, pola yang digunakan untuk menata informasi dalam presentasi persuasif itu sendiri merupakan alat untuk mencapai tujuan (O’Hair, 2009: 529). Penelitian produksi pesan dalam stand up comedy berhubungan dengan humor. Humor yang bagus adalah membuat orang (public) terpancing untuk tertawa atas materi humor tersebut (Hunter, dkk., 2016: 33). Selanjutnya, produksi pesan tersebut dianalisis berdasarkan teori Charles Berger mengemukakan sebuah ketrampilan komunikator merangkai kata dalam memproduksi pesan adalah mendeteksi tujuan rencana, membangun, kesamaan, menyesuaikan produksi pesan dengan penonton dan keadaannya rencana pesan tersebut dianggap efektif. Teori perencanaan dalam bidang komunikasi dibuat oleh Charles Berger untuk menjelaskan proses individu melakukan perencanaan dalam prilaku komunikasi (Craiger, 2010: 44). Perumusan Masalah Berdasarkan fenomena-fenomena yang terjadi, sebagaimana yang dikemukakan pada latar belakang masalah, maka melahirkan permasalahan sebagai berikut, Bagaimanakah bagaimana proses produksi pesan humor para comic dalam stand up comedy khususnya di komunitas stand up Solo? Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka yang menjadi tujuan peneliti ini adalah untuk menjelaskan proses produksi pesan humor para comic dalam stand up comedy khususnya di komunitas stand up Solo. 3 Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Komunikasi Mulyana (2008:41) menuturkan bahwa istilah “komunikasi” atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata latin communicatio, kemudian kata tersebut berawal dari kata communis yang berarti “sama”. Sama yang dimaksudkan disini adalah maknanya. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan yang tidak dipisahkan, setiap manusia lahir sudah melakukan komunikasi. Apalagi sebagai makhluk sosial manusia selalu ingin berhubungan dengan manusia yang lain. Hubungan tersebut membutuhkan komunikasi agar terhubung antara manusia yang satu dengan yang lain. Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (Mulyana, 2008: 62). Komunikasi terjadi bila ada pertukaran pesan atau informasi antara pengirim dan penerima pesan sehingga diharapkan penerima pesan ini mengerti isi pesan yang disampaikan kepadanya dan memberikan respon, maka proses komunikasi dapat dikatakan berlangsung. Komunikasi adalah ilmu, dan ilmu komunikasi ini termasuk ke dalam ilmu sosial yang meliputi intrapersonal communication, interpersonal communication, group communication, mass communication, intercultural communication, dan sebagainya (Effendy, 2005: 6). Oleh karena itu, mass communication merupakan satu bidang saja dari sekian banyak bidang yang dipelajari ilmu komunikasi. 2. Pesan Sebagai Unsur Komunikasi Salah satu dimensi yang menarik dalam kehidupan sesama manusia adalah masalah komunikasi. Di antara sesama manusia selalu terjadi hubungan, dan berhasilnya hubungan dimaksud hanya dapat terjadi jika berlangsung komunikasi. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui media tertentu yang dipahaminya. Di tinjau dari asal kata, komunikasi (communication) berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari communis yang berarti sama. Sama dalam artian sama makna (Effendy, 2005:9). 4 3. Produksi Pesan Produksi pesan merupakan cara penyampaian pesan dalam konteks interaksi dan kultural. Elemen ini menjelaskan bagaimana menciptakan apa yang di tulis, ucapkan dan ekspresikan dengan orang lain. Di samping itu, tujuan dari produksi pesan juga menjadi dasar penting untuk elemen ini. Di balik produksi pesan biasanya ada kepentingan-kepentingan yang mempengaruhinya (aspek politis). Dalam penelitian ini bagamana seorang komika memproduksi pesannya dari perolehan idenya sampai pengemasan materi stand up comedy. Menurut paradigma Laswell seorang komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan kepada komunikan. Ini berarti Komunikator memformulasikan pikiran dan memformulasikan pikiran dan atau perasaannya ke dalam pesan yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan (Mulyana, 2007:69). Dalam produksi pesan dan penerimaan pesan mempunyai tiga masalah psikologis, yang berfokus pada penjelasan mengenai sifat individual (trait explanation), penjelasan mengenai keadaan (state explanation), dan penjelasan mengenai proses (process explanation). (Littlejohn dan Foss, 2009:175) a. Produksi Pesan Model Logika Desain pesan didasarkan pada kecenderungan seseorang dalam memanajemen tujuannya untuk kepentingan sampainya tujuan melalui pesan yang dipilihnya. B.J. O’Keefe dan Delia menyatakan bahwa pesan berbasis diri lebih kompleks dalam tindakannya karena mereka menentukan tujuan yang beragam. Logika desain pesan menyatakan bahwa setiap orang mempunyai alur pikiran berbeda yang digunakan dalam mengurus tujuan-tujuan yang saling bertentangan. 5 Mode produksi pesan secara logika menurut Barbara, sebagai berikut: 1) logika desain ekspresif, merefleksikan pandangan bahwa komunikasi adalah keterusterangan proses pengkodean pikiran dan perasaan. Logika pesan ekspresif bersifat literal dan langsung. 2) logika desain konvensional, merefleksikan pandangan bahwa interaksi adalah permainan kooperatif yang dimainkan berdasarkan aturan, kesepakatan, dan prosedur-prosedur tertentu. Tujuan-tujuan yang bertentangan dalam situasi tertentu kadang dibagi dalam logika konvensional namun secara khusus melalui tambahan-tambahan dalam interaksi atau melewati bentuk-bentuk jebakan kesopanan seperti tolong, silahkan (please)”. 3) logika desain retoris, merefleksikan pandangan bahwa komunikasi mengabdi pada struktur dan membentuk realitas. Dengan demikian, pelaku interaksi retoris menggunakan komunikasi untuk menetapkan situasi dalam cara yang akan memfasilitasi pertemuan beragam instrumen dan tujuan yang dihadapi. (Ardianto dan Q-Aness, 2007:165) b. Produksi Plain And Goals Theory (Berger) Pengembangan teori produksi pesan ini adalah mempertimbangkan perencanaan dan tujuan. Teori ini memberikan kerangka pemahaman tentang struktur kognitif dan bagaimana mereka mempengaruhi struktur verbal dan perilaku nonverbal. Menurut Berger (1995) dalam Miller (2005:116) konsepsi mengenai ”tujuan dan rencana” sering dilakukan untuk menjelaskan bagaimana memahami perilaku orang lain dan tindakan simbolisnya dalam teks naratif. Dalam hal ini terdapat tiga aspek tentang konsep tujuan terkait area kerja teori ini, yaitu : pertama, individu akan mempunyai beraneka ragam tujuan dalam berbagai interaksi. 6 Teori ini memberikan penjelasan tentang bagaimana rencana dibuat dan dirumuskan. Teori perencanaan dalam bidang komunikasi dibuat oleh Charles Berger untuk menjelaskan proses individu melakukan perencanaan dalam prilaku komunikasi mereka (Littlejohn & Foss, 2009:126). 4. Humor Kata humor berasal dari bahasa Latin, yaitu ”Umor” yang berarti cairan dalam tubuh (Dagun, 2006: 365). Konsep mengenai cairan ini berasal dari bahasa Yunani Kuno, dimana terdapat ajaran mengenai bagaimana pengaruh cairan tubuh terhadap suasana hati seseorang. Cairan tersebut adalah darah atau sanguis, dahak atau phlegmatis, empedu kuning atau choleris dan empedu hitam atau melancholis. Kelebihan salah satu cairan tersebut akan membawa suasana hati tertentu. Humor bermakna lembab, basah atau cairan berubah maknanya dalam bidang kedokteran. Dalam bidang kedokteran abad pertengahan humor berkaitan dengan watak manusia. Sejak saat itu pengertian humor berpindah dari kata benda menjadi kata sifat dan humor senantiasa dikaitkan dengan suasana menyenangkan (Martin dan Lefcourt, 2006: 12). 5. Stand up comedy Stand up comedy merupakan bentuk dari seni komedi atau melawak yang disampaikan secara monolog kepada penonton. Biasanya ini dilakukan secara live dan komedian akan melakukan one man show. Pemain yang umumnya dikenal sebagai komik, komik stand up, pelawak, atau hanya stand up. Meskipun disebut dengan stand up comedy, komedian tidaklah selalu berdiri dalam menyampaikan komedinya. Ada beberapa komedian yang melakukannya dengan duduk dikursi persis seperti orang yang sedang bercerita. Dalam masalah penampilan, pertunjukan ini bisa dikatakan tidaklah terlalu susah mengaturnya. Begitu sederhananya bentuk pertunjukan ini, seorang komedian bisa tampil meski dengan hanya memakai t-shirt dan celana pendek. Meski demikian, tetaplah tidak mudah untuk menjadi pelaku stand up comedy. Selain faktor harus bisa melucu, tekanan mental juga pasti akan hadir selama 7 penampilan. Jika lelucon yang diberikan tidak dimengerti atau bahkan tidak dianggap lucu, para audiens tentu tidak akan tertawa dan yang lebih parah mereka malah mencibir komedian yang tampil (Katayama, 2009: 29). 6. Produksi Pesan dalam Humor Stand Up Comedy Pada haketnya pesan adalah suatu elemen komunikasi yang tidak bisa terpisahkan. Dalam proses komunikasi, pesan merupakan sekumpulan lambang komunikasi yang memiliki makna dan kegunaan dalam menyampaikan suatu ide gagasan kepada manusia lain. Pesan dirancang oleh komunikator untuk disampaikan kepada komunikan melalui saluran komunikasi tertentu. Pada produksi pesan sendiri menunjukan peran dari tingkah laku seseorang dalam menyampaikan sebuah pesan dan bagaimana pesan itu diproduksi, diolah, disampaikan serta dinilai oleh audien atau khalayak. Karena sifat dan tingkah laku merupakan komposisi dari sebuah pesan agar dapat dinilai dalam menyampaikan serta mengkomunikasikan sebuah pesan (Choi, dkk., 2015: 31). Dalam hal ini bagaimana seorang komika mencari ide untuk bahan materinya untuk ber stand up comedy. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif, artinya penelitian ini menjelaskan suatu fenomena yang ada tentang proses produksi pesan humor di stand up comedy. Studi kasus adalah suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dlam kehidupan nyata bilamana batas – batas antara fenomena – fenomena dan konteks tampak tegas dan dimana multi sumber bukti dimanfaatkan (Yin, 1997: 18). Sementara Patton (2002: 447) melihat bahwa studi kasus merupakan upaya menyimpulkan dan mengorganisasikan serta menganalisis data tentang kasus kasus tertentu berkenaan dengan permasalahan- permasalahan yang menjadi perhatian peneliti untuk kemudian data tersebut dibandngkan atau dihubungkan satu dengan lainnya dan tetap berpegang teguh pada prinsip holistik dan konesektual. Mereka yang menjadi fokus utama dalam penilitian ini karena 8 yang dapat menjadi sumber data. Sebab produksi pesan homor hanya bisa di dilakukan oleh komika atau pelaku stand up comedy. Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan melakukan wawancara dan dokumentasi. Dalam penelitian ini merupakan studi kasus, oleh karenanya tehnik analisis data menggunakan Yin (1997:63) yang merekomendasikan tipe sumber informasi seperti yang telah dikemukakan pada bagian pengumpulan data. Tipe analisis dari data ini dapat berupa analisis holistik, yaitu analisis keseluruhan kasus atau berupa analisis terjalin, yaitu suatu analisis untuk kasus yang spesifik, unik atau ekstrim. Dalam penelitian proses produksi pesan humor stand up comedy merupakan penelitian yang unik tentang bagaimana tahap komika dalam membuat materi stand up comedy. Untuk analisisnya menggunakan tehnik penjodohan pola. Sajian & Analisis Data Teori tentang penyusunan pesan menggambarkan sebuah skenario yang lebih kompleks, dimana pelaku komunikasi benar-benar menyusun pesan yang sesuai dengan maksud-maksud mereka dalam situasi yang mereka hadapi (Littlejohn, 2014:184). Menurut Cangara (2012 : 121-125) dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi, ada dua model dalam penyusunan pesan yaitu; “penyusunan pesan yang bersifat informatif” dan “penyusunan pesan yang bersifat persuasif”. Model penyusunan pesan yang bersifat informatif lebih banyak ditujukan pada perluasan wawasan atau pengetahuan dan kesadaran khalayak. Prosesnya lebih banyak bersifat difusi (penyebaran), sederhana, jelas dan tidak banyak menggunakan jargon yang kurang populer di kalangan masyarakat. Ada 4 macam penyusunan pesan bersifat informatif: 1. Space Order (penyusunan pesan berdasarkan kondisi tempat atau ruang) 2. Time Order (penyusunan pesan berdasarkan waktu) 3. Deductive Order (penyusunan pesan dari umum ke khusus. 4. Inductive Order (penyususunan pesan dari yang khusus ke umum 9 Model pengelolaan pesan yang bersifat persuasif memiliki tujuan untuk mengubah persepsi, sikap dan pendapat khalayak. Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam penyusunan pesan yang memakai teknik persuasi, antara lain: 1. Fear Appeal (metode penyusunan atau penyampaian pesan dengan menimbulkan rasa ketakutan pada khalayak). 2. Emotional Appeal (cara penyusunan atau penyampaian pesan dengan berusaha menggugah emosional khalayak). 3. Reward Appeal (cara penyusunan atau penyampaian pesan dengan menawarkan janji-janji pada khalayak). 4. Motivational Appeal (penyusunan atau penyampaian pesan yang dibuat bukan karena janji-janji, tetapi disusun untuk menumbuhkan internal psikologis khalayak). 5. Humorious Appeal ( penyusunan atau penyampaian pesan yang disertai dengan gaya humor). Model penyusunan pesan ini termasuk kedalam tradisi sosio psikologi (komunikasi sebagai pengaruh antar pribadi). Teori-teori dari tradisi sosio psikologi berfokus pada bagaimana pelaku komunikasi mengatur pesan. Tradisi ini juga memandang pilihan individu dan strategi untuk meraih tujuan dari sebuah pesan. Sosio psikologi memandang individu sebagai makhluk sosial. Tradisi Sosio psikologi memberikan perhatiannya antara lain pada perilaku individu, pengaruh, kepribadian dan sifat individu atau bagaimana individu melakukan persepsi. Teori perencanan dikemukakan oleh Charles Berger untuk menjelaskan proses yang dilalui dalam merencanakan perilaku komunikasi guna untuk mecapai tujuan. Berger menulis bahwa rencana-rencana dari perilaku komunikasi adalah “representasi kognitif hierarki dari rangkaian tindakan mencapai tujuan”. Rencana-rencana tersebut merupaka gambaran dari langkah-langkah yang akan diambil seseorang untuk memenuhi sebuah tujuan. Dan disebut hierarki karena tindakan-tindakan tertentu diperlukan untuk menyusun segala sesuatunya, sehingga tindakan-tindakan lain akan dapat diambil. Oleh karena itu, perencanaan adalah proses rencana-rencana tindakan. Perencanaan pesan merupakan perhatian utama karena komunikasi sangat penting dalam meraih tujuan. 10 Teori Berger memperkirakan bahwa semakin banyak yang seseorang tahu (khusus dan umum), akan semakin kompleks rencana orang tersebut atau dapat dikatakan juga apabila seseorang memiliki banyak motivasi dan pengetahuan, maka orang tersebut akan menciptakan rencana lebih kompleks serta jika motivasi dan pengetahuan seseorang rendah, maka rencana orang tersebut mungkin tidak akan berkembang. Perencanaan dan pencapian tujuan sangat berhubungan dengan emosi kita. Jika tujuan kita terhalangi, maka kita cendeung bereaksi negatif, dan sebaliknya jika rencana kita berhasil, maka kita sering kali merasa terangkat. Perasaanperasaan negatif yang kita alami ketika gagal mencapai tujuan, bergantung pada seberapa pentingnya tujuan tersebut serta seberapa keras kita berusaha untuk mencapainya dan seberapa dekat kita pada tujuan yang sebenarnya kita dapatkan. (Littlejohn, 2014:184-188). Selanjutnya yaitu “Teori Logika Penyusunan Pesan”, di kemukakan oleh Barbara O’Keefe dalam tesisnya yang menyatakan bahwa manusia berpikir dengan cara yang berbeda tentang komunikasi dan pesan serta mereka menggunakan logika yang berbeda dalam memutuskan apa yang akan dikatakan kepada orang lain dalam sebuah situasi. Ia menggunakan istilah logika penyusunan pesan (message design logic) untuk menjelaskan pemikiran di balik pesan yang kita ciptakan. O’keefe menggaris bawahi tiga logika penyusunan pesan yang mungkin mencakup dari orang yang kurang memusatkan diri hingga orang yang paling memusatkan diri, diantaranya yaitu: 1. Logika ekspresif, pesan dalam cara ini bersifat terbuka dan reaktif, dengan adanya sedikit perhatian pada kebutuhan atau keinginan orang lain. 2. Logika konvensional, bertujuan untuk menyusun pesan-pesan yang sopan, tepat, dan didasarkan pada aturan-aturan yang diketahui setiap orang. 3. Logika retoris, pesan-pesan yang disusun dengan logika ini cenderung luwes, berwawasan, dan terpusat pada seseorang. Mereka cenderung mengerangkakan kembali situasi, sehingga tujuan yang beragam tersebut termasuk persuasi dan kesopanan tergabung dalam sebuah kesatuan yang kuat (Littlejohn, 2014:188189) 11 Di dalam membuat perencanaan humor untuk para komika, selain pelanggaran prinsip kerja sama juga ada yang melakukan pelanggaran kesantunan. Dalam wacana bukan humor umumnya para penutur banyak melanggar prinsip kerja sama untuk mematuhi kesantunan. Namun, dalam humor pelanggaran prinsip kerja sama bukan untuk mematuhi kesantunan, melainkan sebagai kontribusi pengungkapan humor. Hasil penelitian pada bagian logika ekspresif bahwa Kesuksesan membangun sebuah perusahaan online start up tidak terlepas dari bagaimana perusahaan tersebut mengoptimalisasikan penggunaan medianya. Salah satunya dengan perencanaan pesan dan pemilihan strategi yang tepat agar informasi yang ingin disampaikan dapat tercapai sesuai dengan tujuannya. Dalam logika ekspresif, terjadi proses komunikasi untuk pengungkapan pesan yang bersifat terbuka dan reaktif. Logika konvensional, dalam logika konvensional, komunikasi dianggap sebagai sebuah permainan yang dimainkan dengan peraturan. Logika ini bertujuan untuk menyusun pesan-pesan yang sopan, tepat, dan didasarkan pada aturanaturan yang diketahui setiap orang. Disini dapat terlihat bagaimana perencanaan strategi bekerja untuk menyajikan informasi atau pesan pada masyarakat sesuai pada aturan-aturan yang diketahui dan disetujui oleh komunikator maupun komunikan. Logika Retoris, dalam logika retoris, pesan-pesan yang disusun cenderung luwes, berwawasan, dan terpusat. Pada logika ini pula terlihat bagaimana pesan direncanakan dan diatur, guna strategi yang telah dibuat dapat menjadi satu kesatuan yang kuat sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Hasil penelitian ini masing-masing responden berbeda dalam memproduksi pesan masing-masing responden memiliki perbedaan yang tergantung dari “jam terbang” yang tinggi seorang komika akan mampu menemukan sendiri ciri khas atau karakter seorang komika tersebut. Karena untuk menumbuhkan karakter atau ciri khas tidak bisa dilakukan hanya sebentar saja namun dibutuhkan “jam terbang” yang tinggi untuk mengetahui dimana sisi yang bisa ditonjolkan oleh seorang komika agar bisa disampaikan dalam setiap penampilannya. Ciri khas 12 merupakan tanda seseorang bagaimana orang lain bisa mengenali tanda tersebut sehingga disetiap penampilannya orang lain bisa langsung menebak ciri khasnya. Karena dengan ciri khas, seorang komika mampu menarik minat jual seorang audiens terhadap penampilannya. Selain itu juga ciri khas seorang komika bisa menimbulkan efek terhadap audiens dan komika. Diantaranya adalah: 1. Menjadikan nilai jual tersendiri bagi komika terhadap di setiap penampilannya. Nilai jual disini adalah daya tarik komika atau pelaku stand up comedy dalam membawakan materinya apakah diterima oleh audiens atau tidak. 2. Menjadikan hiburan stand up comedy sebagai pelepas lelah dengan canda tawanya. 3. Menjadikan audiens lebih cerdas dalam mengexplore materinya sehingga penampilannya lebih menarik lagi dengan hiburan canda tawa yang mencerdaskan dari penampilan seorang komika. 4. Menjadikan seorang komika menemukan gaya atau style di setiap penampilannya dengan melakukan hiburan yang lebih lama dan “jam terbang” yang tinggi. Kesimpulan Proses produksi pesan humor para komika dalam stand up comedy dianalisis berdasarkan teori perencaan dan logika menerut Charles Berger dan Barbara O’Keefe terdiri atas empat tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap penyusunan pesan (logika ekspresif, logika konvensional, dan logika retoris), tujuan, dan keberhasilan antara tujuan dengan perencanaan sebagai komika dalam stand up comedy. Berdasarkan hasil penelitian diketahui pada masing-masing informan sesuai dengan proses produksi pesan sebagai komika memiliki perbedaan dan persamaan. Persamaan pada tujuan dan keberhasilan tujuan sebagai comic dalam stand up comedy dan perbedaan pada pemikiran atau kemampuan logika informan dalam perencanaan komunikasi penyampaian pesan kepada penonton. Perbedaan terdapat pada tahap perencanaan sesuai dengan kemampuan pengetahuan informan. Semakin luas wawasan pengetahuan yang dimiliki 13 informan, maka perencanaan yang dibuat semakin komplek. Sebaliknya wawasan informan dalam pengetahuan rendah, maka perecanaan yang dibuat kurang bervariasi. Pada tahap penyusunan pesan (logika ekspresif, logika konvensional, dan logika retoris). Sama seteperti tahap perencanaan, yang membedakan adalah kemampuan informan yang dihubungan dengan pemikiran tentang pesan-pesan bersifat terbuka dan reaktif, serta pada kebutuhan (logika ekspresif), pada logika konvesional ada dua informan yang menggunakan aturan dan kesopanan sesuai di masyarakat dan satu informan yang cenderung melanggar aturan masyarakat. Logika retoris yang digunakan oleh informan hanya ada satu informan yang menggunakan logika cenderung luwes dan berwawasan secara umum. Dua informan kurang luwes dalam menggunakan logika dan cenderung terpusat pada diri informan. Persamaan pada tujuan dan keberhasilan antara tujuan dengan perencanaan. Masing-masing informan memiliki kesamaan dalam tujuan untuk menghibur penonton dan kebehasilan yang sama, yaitu ada yang berhasil dan gagal dalam membuat penonton tertawa. Keberhasilan komika membuat penonton tertawa berhubungan dengan isi materi masing-masing informan yang up to date, pengalaman, dan cirri khas yang dimiliki masing-masing komika. Saran Berdasarkan penelitian yang dilakukan, beberapa saran yang dapat disampaikan sebagai berikut. 1. Dalam penciptaan humor untuk stand up comedy, bagi komika disarankan untuk meningkatkan pengetahuan dengan cara mermbaca atau melihat youtube tentang isi pesan yang disampaikan oleh kommika yang sudah terkenal, sehingga wawasan pengetahuan semakin luas dan komika semakin tinggi kemampuan dalam merencanakan pesan informasi dan berhasil mencapai tujuan untuk memberikan hiburan yang bermanfaat bagi penonton. 2. Penyampaian materi humor sebaiknya berdasarkan pada logika ekspresif, konvensional, dan retoris, sehingga komika dalam menyampaikan pesan sesuai 14 aturan dan kesopanan di masyakat, yang memungkinkan isi materi disukai penonton. 3. Penelitian ini belum dapat menjawab secara tuntas penciptaan humor yang dilihat dari segi kebahasaan. Masih banyak permasalahan yang belum terpecahkan. Oleh karena itu, peneliti menyarankan adanya penelitian lanjutan untuk melengkapi penelitian ini. Daftar Pustaka Ardianto, Elvinaro dan Bambang Q-Anees. (2007). Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media Cangara, Hafied. (2012). Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Choi, Charles W., James M. Honeycutt, dan Graham D. Bodie. (2015). Effects of Imagined Interactions and Rehearsal on Speaking Performance. Communication Education. Vol. 64, No. 1, pp. 25–44. Craiger, Sarah Rae Meadows. (2010). Planning for Secret Disclosure: Applying Berger's Planning Theory to the Disclosure of Secrets. Theses, Dissertations and Capstones. Marshall University. Dagun, M. Save. (2006). Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Lembaga Pengkajian Jakarta : Kebudayaan Nusantara. Effendy, Onong Uchjana. (2005). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Jakarta : Remaja Rosdakarya. Hunter, Simon C., Claire L. Fox., dan Si’an E. Jones. (2016). Humor Style Similarity and Difference in Friendship Dyads. Journal of Adolescence ,46 (2016) 30-37. Katayama, Hanae. (2009). A Cross-Cultural Analysis of Humor in Stand-Up Comedy in The United States And Japan. JoLIE 2:2. Detroit, Michigan: Wayne State University Press. Littlejohn, Stephen W dan Karen A. Foss. (2009). Teori Komunikasi (Theories Of Human Communication) edisi 9. Jakarta: Salemba Humanika. Martin, R. A. dan Lefcourt, H. M. (2006). Sense of Humor as a Moderator of Relation Between Stressors and Moods. Journal of Personality and Social Psychology, Vol 45, No 6, 1313-1324. Mulyana, Deddy. (2007). Ilmu Komunikas: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. _____________. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu SosialLainnya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. _____________. (2015). Human Comunication: Konteks- Konteks Komunikasi. Bandung:Remaja Rosdakarya. Nugroho, Panji. (2012). Potret Stand Up Comedy : Strategi Menjadi Comedian Handal. Yogyakarta : Pustaka Baru Press. 15 O’Hair Dan. (2009). Strategic Communication: In Business And The Profession. Bandung: Kencana. O’Keefe, B. J. dan Bruce L. L. (2002). Effect of Message Design Logic on The Contentand Communication of Situation Presentasion. Indiana : University ofIllinois. Patton, Michael Quinn. (2002). Qualitative Research and Evaluation Methods. USA : Sage Publication Inc. Yin K. Robert. (1997). Studi Kasus: Desain dan Metode. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta 16