14 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Perdagangan Internasional
Menurut Boediono (2005:10) perdagangan diartikan sebagai proses
tukar menukar yang didasarkan kehendak sukarela dari masing – masing pihak
serta mempunyai kebebasan untuk menentukan untung rugi. Terjadinya
perdagangan karena salah satu atau kedua belah pihak melihat adanya manfaat
atau keuntungan tambahan yang bisa diperoleh dari pertukaran tersebut.
Perdagangan internasional adalah transaksi dagang antara penduduk suatu
negara tertentu dengan penduduk negara lain, mengenai barang maupun jasa.
Penduduk yang melakukan perdagangan terdiri dari warga biasa, pengusaha
ekspor, pengusaha impor, pengusaha industri, perusahaan negara maupun
departemen pemerintah yang dapat dilihat dari neraca perdagangan menurut
total ekspor dan impor suatu negara secara keseluruhan.
Menurut Sobri (2001:2) perdagangan internasional merupakan salah
satu cara untuk meningkatkan kemakmuran suatu bangsa, 1) Tidak semua
negara mempunyai peralatan atau kondisi ekonomi yang sama baik dari
kualitas maupun kuantitas, 2) Akibat ketidakpastian kondisi ekonomi, maka
terdapat perbedaan biaya produksi suatu barang antara satu negara dengan
negara
lainnya.
Sehingga
negara
14
akan
melakukan
impor
daripada
menghasilkan barang tersebut sendiri karena biaya produksi yang dikeluarkan
akan besar.
Perdagangan atau pertukaran mempunyai arti khusus dalam ilmu
ekonomi, perdagangan diadakan sebagai proses tukar menukar yang
didasarkan atas kehendak dari masing-masing pihak. Perdagangan luar negeri
muncul karena pada hakekatnya tidak ada satu negara manapun di dunia ini
yang dapat menghasilkan semua barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
seluruh penduduk suatu negara (Todaro, 2006:6). Yulianti (2013) menyatakan
bahwa alasan suatu negara melakukan impor disebabkan adanya kegagalan
negara tersebut dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri, baik dalam bentuk
kualitas maupun kuantitas.
Ekspor dilakukan pemerintah untuk menambah penerimaan devisa
negara sehingga dengan bertambahnya penerimaan negara maka diharapkan
dapat membantu membiayai pembangunan nasional, sedangkan impor
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri yang tidak mampu
dipenuhi oleh negara, oleh karena itu perdagangan internasional merupakan
aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia (Udiyana, 2011).
Ekspor dapat meningkatkan pendapatan nasional, namun impor bertindak
sebaliknya karena impor adalah arus kebalikan dari ekspor yaitu barang dan
jasa luar negeri yang masuk ke dalam suatu negara. Sehingga impor
merupakan pembelian dan pemasukan barang dari luar negeri ke dalam
perekonomian suatu negara.
15
Menurut
Tambunan
(2001:1)
perdagangan internasional
dapat
didefinisikan sebagai perdagangan antar atau lintas negara, yang antara lain
mencakup ekspor dan impor. Perdagangan internasional dibagi menjadi dua
kategori yakni, perdagangan barang (fisik) dan perdagangan jasa. Perdagangan
jasa antara lain terdiri dari biaya transportasi, perjalanan (travel), asuransi,
pembayaran bunga remmitance seperti gaji tenaga kerja Indonesia (TKI)
diluar negeri dan pemakaian jasa konsultan asing di Indonesia. Menurut Murni
(2006:219) teori tentang perdagangan ada dua yaitu teori klasik dan teori
modern. Teori-teori yang termasuk teori klasik antara lain teori keunggulan
absolut atau (absolute advantage) yang dikemukakan oleh Adam Smith dan
teori keunggulan komperatif atau comparative advantage oleh David Ricardo,
sedangkan teori modern dikemukakan oleh Heckscher Ohlin.
(1) Teori Keunggulan Absolut
Teori keunggulan absolut dikemukakan oleh Adam Smith yaitu suatu
negara akan melakukan perdagangan dengan negara lain bila masing-masing
negara terdapat keunggulan secara absolut dalam menghasilkan barang. Untuk
mengetahui apakah suatu negara mempunyai keunggulan mutlak dapat
diamati melalui teori keunggulan absolut. Teori keunggulan absolut ini di
dasarkan pada "labour theory of value" yang menyatakan nilai suatu barang
dengan banyaknya tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan suatu
barang (Tambunan,2001:24).
16
(2) Teori Keunggulan Komparatif
Menurut
Tambunan
(2001:25),
Teori
keunggulan
komparatif
dikemukakan oleh David Ricardo bahwa berdasarkan “labour theory of
value”, suatu negara akan melakukan pertukaran / perdagangan dengan negara
lain dalam bentuk sebagai berikut:
1) Ekspor, apabila ada produk yang dihasilkan memiliki comparative
advantage. Artinya produk (barang-barang) tersebut dapat dihasilkan
dengan biaya murah.
2) Impor, apabila ada produk yang dihasilkan memiliki discomparative
advantage, artinya produk tersebut bila dihasilkan sendiri memerlukan
ongkos yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain.
(3) Teori Proporsi Faktor
Teori ini dikemukakan oleh Eli Heckscher dan Bertil Ohlin. Mereka
menganggap bahwa perbedaan dalam jumlah faktor produksi yang dimiliki
setiap negara akan menimbulkan perbedaan dalam opportunity cost untuk
menghasilkan suatu produk. Mereka menyatakan keberadaan keunggulan
komparatif suatu negara tergantung dari proporsi faktor produksi yang dimiliki
negara tersebut. Faktor produksi suatu negara salah satunya adalah tenaga
kerja. Tenaga kerja yang dimiliki suatu negara jika lebih besar dari pada
modal, maka harga tenaga kerja lebih murah dibandingkan harga barang
mesin. Kondisi ini mengarahkan kegiatan di negara tersebut bersifat sabar
intensif. Artinya ada upaya untuk menghemat biaya produksi dengan cara
mengalihkan sebagian besar penggunaan barang modal pada penggunaan
17
tenaga kerja, sehingga terjadi opportunity cost dari biaya mesin ke biaya
tenaga kerja lebih murah. Sebaliknya, bagi negara yang memiliki jumlah
tenaga kerja yang lebih sedikit dari pada barang, modal, harga tenaga kerja
akan lebih mahal. Kegiatan produksi akan lebih bersifat capital intensif.
Artinya, ada upaya penggunaan barang modal lebih diutamakan dari pada
penggunaan tenaga kerja, karena akan dapat menghemat biaya produksi.
2.1.2 Teori Impor
Impor adalah perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar
negeri ke dalam wilayah pabean suatu negara dengan memenuhi ketentuanketentuan
yang
berlaku
(Roseline,1997:403).
Ekspor
meningkatkan
pendapatan nasional, namun impor bertindak sebaliknya karena impor adalah
arus kebalikan dari ekspor yaitu barang dan jasa luar negeri yang masuk ke
dalam suatu negara. Sehingga impor merupakan pembelian dan pemasukan
barang dari luar negeri ke dalam perekonomian suatu negara. Besarnya impor
suatu negara dipengaruhi oleh kesanggupan barang-barang yang diproduksi
oleh negara - negara untuk bersaing dengan barang dan jasa produksi
domestik. Bila barang dan jasa produksi luar negeri lebih baik mutunya atau
harga lebih murah, maka kecenderungan untuk mengimpor lebih besar
(Herlambang, 2001:267). Menurut indikator ekonomi Badan Pusat Statistik
Indonesia, impor terdiri dalam 3 (tiga) kategori, yaitu: 1) Barang-barang
konsumsi yang meliputi makanan dan minuman, bahan bakar dan pelumas,
alat angkut/ kendaraan, barang tahan lama, barang setengah tahan lama, serta
barang tahan lama, 2) Bahan baku dan penolong, 3) Barang modal.
18
Besarnya impor yang dilakukan suatu negara dipengaruhi oleh
kesanggupan barang yang diproduksi di negara lain dan mampu untuk
bersaing dengan barang-barang dan jasa produksi domestik (Herlambang
2001:267). Apabila barang di luar negeri mutunya lebih baik dan harganya
lebih murah maka terdapat kecenderungan untuk melakukan impor. Namun
hal ini membawa dampak semakin besar impor dapat menguras pendapatan
negara yang bersangkutan (Jayanti, 2011:15). Kegiatan impor tujuannya
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rakyat. Produk impor merupakan
barang-barang yang tidak dapat dihasilkan atau negara yang sudah dapat
dihasilkan, tetapi tidak dapat mencukupi kebutuhan rakyat.
Perubahan volume impor di Indonesia sangat dipengaruhi oleh situasi
dan kondisi sosial politik, pertahanan dan keamanan, inflasi, kurs valuta asing
serta tingkat pendapatan dalam negeri yang diperoleh dari sektor-sektor yang
mampu memberikan pemasukan selain perdagangan internasional. Besarnya
volume impor Indonesia antara lain ditentukan oleh kemampuan Indonesia
dalam mengolah dan memanfaatkan sumber yang ada dan juga tingginya
permintaan impor dalam negeri (Suswati, 2012)
2.1.3 Konsep Kurs Valuta Asing
Perdagangan antar negara akan memerlukan sejumlah mata uang asing
yang harus ditukarkan dengan mata uang negara itu sendiri. Mata uang asing
dapat dijual dan dibeli di bursa valuta asing pada kisaran harga yang disebut
dengan tingkat nilai tukar (kurs). Jadi tingkat nilai tukar adalah harga mata
uang asing yang diukur menurut nilai mata dalam negeri sendiri.
19
Pendapat lain menyatakan bahwa, apabila suatu barang diukur dengan
barang lain, tentu di dalamnya terdapat perbandingan nilai tukar keduanya.
Nilai tukar ini sebenarnya merupakan semacam "harga" di dalam pertukaran
tersebut. Demikian pula pertukaran dua mata uang yang berbeda, maka akan
terdapat perbandingan nilai maupun harga antara kedua mata uang tersebut
(Nopirin, 1999: 163). Valuta asing merupakan mata uang tiap-tiap negara di
dunia seperti dollar US untuk Amerika, yen untuk Jepang, pound untuk
Inggris dan mata uang lainnya. Perubahan permintaan dan penawaran terhadap
mata uang asing dalam pasar valuta asing akan merubah kurs valuta asing.
Kurs valuta asing merupakan mata uang negara lain yang dinilai dengan mata
uang dalam negeri. Nopirin (1999: 167) mendefinisikan kurs valuta asing
adalah perbandingan atau harga antara dua mata uang.
Menurut Hady (2001 : 24) valuta asing atau foreign currency diartikan
sebagai mata uang asing dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk
melakukan atau membiayai transaksi ekonomi dan keuangan internasional
atau luar negeri dan mempunyai catatan kurs resmi pada bank sentral atau
Bank Indonesia. Suatu negara bisa mengalami defisit atau surplus dalam
neraca pembayaran. Kejadian seperti ini akan mengakibatkan timbulnya
ketidakseimbangan nilai tukar mata uang negara bersangkutan. Jika suatu
negara mengalami defisit terus-menerus pada neraca pembayaran, berarti
permintaan valuta asing akan meningkat, sedangkan cadangan devisa yang
dimiliki semakin terbatas, maka nilai tukar mata uang negara tersebut akan
mengalami koreksi terus - menerus terhadap nilai tukar mata uang asing,
20
begitu pula sebaliknya. Bank Indonesia (2004 : 69) menjelaskan terdapat tiga
sistem nilai tukar, yaitu :
1) Sistem Kurs Tetap (Fixed Exchange Rate )
Sistem kurs tetap adalah suatu sistem nilai tukar dimana bank sentral
menetapkan tingkat nilai tukar atau kurs mata uang terhadap mata uang
negara lain pada nilai tertentu. Bank sentral siap membeli atau menjual
valuta asing pada tingkat kurs yang ditetapkan. Jika kurs valuta asing
turun maka pemerintah bersedia membeli kurs valuta asing di pasar dan
sebaliknya jika kurs valuta asing naik, maka pemerintah akan menjual
kurs valuta asing di pusat sehingga penawaran valuta asing bertambah dan
kenaikan dapat dicegah.
2) Sistem Kurs Menggambang Terkendali (Managed Floating Exchange
Rate)
Dalam sistem nilai tukar ini, bank sentral menetapkan batasan atau
kisaran tertentu dari pergerakan nilai tukar yang disebut intervention band
(batas pita intervensi). Nilai tukar akan ditentukan sesuai mekanisme
pasar sepanjang berada di dalam batas kisaran pita intervensi tersebut.
Apabila nilai tukar menembus batas atas atau batas bawah dari kisaran
tersebut, bank sentral akan secara otomatis melakukan intervensi di pasar
valuta asing sehingga nilai tukar bergerak kembali ke pita intervensi.
3) Sistem nilai tukar mengambang (Floating Exchange Rate)
Pada sistem nilai tukar mengambang atau fleksibel, nilai tukar dibiarkan
bergerak sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi
21
di pasar. Dengan demikian, nilai tukar akan menguat apabila kelebihan
penawaran di atas permintaan, dan sebaliknya nilai tukar akan melemah
apabila terjadi kelebihan permintaan atas penawaran yang ada di pasar
valuta asing.
Perbandingan nilai-nilai yang disebut dengan kurs atau exchange rate,
misalnya kurs valuta asing (Dollar Amerika Serikat) pada tahun 2004 adalah
US $ 1 = Rp 9.290,00 berarti untuk mendapatkan sejumlah US $ 1, maka
rupiah yang diperlukan sebesar Rp 9.290,00. Menurut Tara dan Purbayu
(2012) beberapa faktor yang menentukan sistem kurs, yaitu:
(1) Perubahan dalam citarasa masyarakat
Citarasa masyarakat mempengaruhi corak konsumsi mereka. Perubahan
citarasa yang terjadi dapat menggeser konsumsi masyarakat ke barangbarang yang diproduksi dalam negeri mau pun condong ke impor.
(2) Perubahan harga barang ekspor dan impor
Perubahan harga barang ekspor dan impor akan mengakibatkan
perubahan baik terhadap penawaran maupun permintaannya.
(3) Inflasi atau kenaikan harga umum
Kurs valuta asing sangat besar dipengaruhi oleh pergerakan inflasi. Inflasi
ini cenderung mengakibatkan penurunan nilai valuta asing.
(4) Tingkat pengembalian investasi dan perubahan suku bunga
Tingkat pengembalian investasi dan perubahan suku bunga yang rendah
menyebabkan modal dalam negeri terbawa ke luar negeri. Suku bunga
22
dan tingkat pengembalian investasi yang tinggi menyebabkan modal luar
negeri masuk ke negara itu.
(5) Pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi maju dikarenakan perkembangan ekspor, maka
permintaan atas mata uang negara tersebut bertambah lebih cepat dari
penawarannya dan oleh karenanya nilai mata uang negara tersebut naik.
2.1.4 Hubungan Kurs Valuta Asing dengan Impor
Harga barang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
penentu impor (Sukirno, 2002:383). Nilai impor dipengaruhi oleh kurs karena
di dalam melakukan perdagangan internasional tiap negara menggunakan
mata uang yang berbeda maka kurs bertindak sebagai fasilitator untuk
membandingkan nilai mata uang antar negara (Dewayani, 2015). Impor negara
Indonesia turun, dipengaruhi oleh perkembangan perdagangan ketika kurs
dollar tinggi (Suryandanu, 2014). Harga barang impor sangat dipengaruhi oleh
kurs yang berlaku. Semakin menguatnya nilai kurs Amerika Serikat terhadap
rupiah yang dipakai sebagai alat pembayaran internasional maka harga
barang-barang tersebut akan semakin meningkat mengikuti nilai kurs pada
saat itu. Dengan meningkatnya harga barang maka kecenderungan untuk
mengimpor barang akan menurun. Begitu pula sebaliknya, jika kurs Amerika
Serikat melemah, maka kecenderungan harga barang impor akan meningkat.
Dengan menurunnya harga barang impor maka kecenderungan untuk
mengimpor barang akan semakin meningkat karena memperoleh harga dengan
lebih murah. Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan
23
oleh Radix (2010) yang menyimpulkan bahwa kurs dollar Amerika Serikat
berpengaruh secara signifikan terhadap impor. Penelitian yang dilakukan oleh
Syarifah (2007) menyimpulkan bahwa nilai tukar rupiah berkorelasi negatif
terhadap impor. Hasil tersebut sama dengan hasil nelitian yang dilakukan oleh
Elif dan Oksan (2014) yang menyatakan bahwa kurs dollar Amerika Serikat
memiliki dampak yang sangat kecil yang hubungan negatif dan berpengaruh
signifikan terhadap impor.
2.1.5 Konsep Harga Impor dan Harga Domestik
Definisi harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang) yang
dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta
pelayanannya. Suatu barang masuk di pasar sangat dipengaruhi oleh faktor
harga. Hal ini karena variabel harga terkait dengan permintaan dan penawaran
terhadap suatu barang. Penentuan harga dipengaruhi oleh unsur permintaan
dan penawaran. Berdasarkan teori, teori permintaan mengacu pada permintaan
pembeli terhadap suatu barang, sedangkan teori penawaran menyatakan sifat
para penjual di dalam menawarkan suatu barang yang akan dijualnya.
Penggabungan permintaan pembeli dan penawaran penjual tersebut yang
dapat menetapkan harga keseimbangan atau harga pasar dan jumlah barang
yang diperjualbelikan (Sukirno, 2002:78).
Sesuai
dengan
hukum
permintaan
semakin
tinggi
harga,
maka
diperkirakan permintaan barang tersebut oleh konsumen semakin menurun
dan sebaliknya semakin rendah harga barang tersebut permintaan konsumen
akan semakin meningkat (Udiyana, 2009). Harga impor merupakan nilai
24
barang yang dimasukkan ke dalam suatu wilayah suatu negara dari luar negeri.
Harga domestik tercipta dikarenakan adanya produksi di dalam negeri.
2.1.6 Hubungan Harga Impor dan Harga Domestik Terhadap Impor
Dalam hukum permintaan dijelaskan sifat hubungan antara permintaan
merupakan suatu hipotesis ”makin rendah harga suatu barang maka makin
banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya semakin tinggi harga
barang tersebut, maka permintaan akan barang tersebut berkurang dengan
asumsi cateris paribus (faktor lain dianggap tetap atau tidak mengalami
perubahan) (Sukirno, 2002:76). Berdagang dengan negara lain memperoleh
keuntungan yakni dapat membeli barang yang harganya lebih rendah daripada
harga dalam negeri yang relatif lebih tinggi. Salah satu faktor penyebab
perdagangan luar negeri karena adanya perbedaan harga barang di berbagai
negara (Udiyana, 2011). Hal ini mengindikasikan adanya hubungan negatif
antara harga impor suatu barang dengan volume impor barang. Penelitian yang
dilakukan oleh Syarifah dan Idgan (2007) menyimpulkan bahwa harga impor
berpengaruh negatif signifikan terhadap impor susu.
Terciptanya harga diartikan sebagai satuan nilai yang diberikan pada suatu
barang atau jasa oleh produsen. Penawaran dan permintaan di pasar akan
menentukan penentuan harga. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Abdul
(2006) yaitu, harga domestik atau harga dalam negeri berpengaruh negatif
terhadap impor, jika impor meningkat harga dalam negeri turun. Demikian
juga dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Syarifah (2007) yang
menyimpulkan bahwa harga susu lokal (harga domestik) naik, maka impor
25
susu akan meningkat sebagai strategi untuk melakukan efisiensi biaya
produksi sehingga harga domestik berpengaruh positif terhadap impor. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Muchlas (2014) berbeda dengan hasil
penelitian sebelumnya yang menyimpulkan bahwa harga domestik tekstil
tidak signifikan terhadap impor tekstil dari Cina. Hasil penelitian lainnya,
dilakukan oleh Uzonoz (2009) menyatakan hasil penelitiannya bahwa harga
dalam negeri gandum berpengaruh positif terhadap impor gandum di Turki.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dhoubhadel (2010) menyimpulkan
bahwa harga daging sapi dalam negeri tidak berpengaruh terhadap impor
daging sapi di Amerika Serikat, karena ketergantungan yang sangat tinggi
terhadap impor daging sapi.
2.1.7 Konsep Produksi
Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output
(Sugiarto, 2002:202). Input terdiri dari barang atau jasa yang digunakan dalam
proses produksi dan output adalah barang atau jasa yang dihasilkan dari suatu
proses produksi. Kegiatan proses produksi memerlukan unsur – unsur yang
dapat digunakan dalam proses produksi yang disebut faktor produksi. Faktorfaktor produksi dalam perekonomian dibedakan dalam empat jenis :
1) Tanah dan sumber alam
Faktor produksi ini disediakan oleh alam meliputi tanah, berbagai
barang tambang dan hasil hutan serta sumber alam yang dapat
dijadikan modal.
26
2) Tenaga kerja
Faktor produksi tenaga kerja dikategorikan sebagai faktor produksi
asli. Dalam faktor produksi tenaga kerja, terkandung unsur fisik,
pikiran, serta kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja.
3) Modal
Modal adalah barang-barang atau peralatan yang dapat digunakan
untuk melakukan proses produksi.
4) Keahlian
Faktor kewirausahaan adalah keahlian atau keterampilan yang
digunakan seseorang dalam mengkoordinasikan faktor-faktor produksi
untuk menghasilkan barang dan jasa. Sebaik apapun faktor produksi
alam, tenaga kerja, serta modal yang dipergunakan dalam proses
produksi, jika dikelola dengan tidak baik, hasilnya tidak akan masimal.
Dalam masyarakat negara - negara berkembang, faktor - faktor
produksi yang tersedia relatif terbatas jumlahnya. Kemampuan untuk
memproduksi barang dan jasa jauh lebih rendah daripada kebutuhan
masyarakat.
2.1.8 Hubungan Produksi dengan Impor
Menurut Deliarnov (1995:35), jumlah impor ditentukan oleh
kesanggupan atau kemampuan dalam menghasilkan barang – barang yang
mampu bersaing dengan buatan luar negeri. Apabila produksi tidak mampu
menutupi kebutuhan dalam negeri maka dilakukan impor, sehinngga jumlah
produksi berpengaruh negatif terhadap impor. Baouhi Song., et al (2009)
27
menyatakan bahwa impor dipengaruhi oleh produksi dalam negeri yang tidak
mampu memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Uzonoz (2009) bahwa produksi berpengaruh negatif signifikan terhadap
impor gandum di Turki. Penelitian yang dilakukan oleh Rosetti (2009)
menyimpulkan
bahwa
penurunan
jumlah
produksi
tanaman
pangan
disebabkan oleh banyaknya lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi non
pertanian dan konstruksi sehingga meningkatkan impor untuk pemenuhan
kebutuhan dalam negeri. Aditya (2013 : 90) menjelaskan tingginya bahan–
bahan produksi mengakibatkan naiknya harga, sehingga menurunnya
permintaan yang secara tidak langsung menyebabkan produsen menurunkan
kapasitas produksi yang berdampak pada kenaikan jumlah impor. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Hwan Lin (1992) menyatakan bahwa produksi
daging sapi dalam negeri di Jepang tidak signifikan terhadap jumlah impor
daging sapi dari Amerika Serikat. Hal ini karena kualitas produksi impor
daging sapi dari Amerika Serikat sangat baik.
2.1.9 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban terhadap rumusan masalah penelitian,
oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam
bentuk pertanyaan (Sugiyono, 2012:93), maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah :
1. Diduga nilai tukar rupiah berpengaruh negatif terhadap volume
impor daging sapi di Indonesia tahun 1998-2013
28
2. Diduga harga impor berpengaruh negatif terhadap volume impor
daging sapi di Indonesia tahun 1998-2013.
3. Diduga harga domestik berpengaruh positif terhadap volume impor
daging sapi di Indonesia tahun 1998 – 2013.
4. Diduga produksi berpengaruh negatif terhadap volume impor daging
sapi di Indonesia tahun 1998-2013.
5. Diduga kurs dollar Amerika Serikat, harga impor, harga domestik,
jumlah produksi berpengaruh secara serentak terhadap volume impor
daging sapi di Indonesia tahun 1998 -2013.
29
Download