NASKAH/PROPOSAL PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIG SAW BERBANTU MEDIA POWER POINT SEBAGAI ALTERNATIF PEMBELAJARAN INOVATIF Oleh: Candra Sihotang, M.Pd MTsN SIMPANG KIRI KOTA SUBULUSSALAM PROVINSI ACEH [email protected] A. PENDAHULUAN Berdasarkan pengamatan riil di lapangan, proses pembelajaran di sekolah dewasa ini kurang meningkatkan kreativitas siswa, terutama dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Masih banyak tenaga pendidik yang menggunakan metode konvensional secara monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh sang guru. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif. Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal. Proses pembelajaran dalam Kurikulum 2013 menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana kelas lebih hidup. Dalam era perkembangan Iptek yang begitu pesat dewasa ini, profesionalisme guru tidak cukup hanya dengan kemampuan membelajarkan siswa, tetapi juga harus mampu mengelola informasi dan lingkungan untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa (Ibrahim, et.al., 2001). Konsep lingkungan meliputi tempat belajar, metode, media, sistem penilaian, serta sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mengemas pembelajaran dan mengatur bimbingan belajar sehingga memudahkan siswa. Dampak perkembangan Iptek terhadap proses pembelajaran adalah diperkayanya sumber dan media pembelajaran, seperti buku teks, modul, overhead transparansi, film, video, televisi, slide, hypertext, web, dan sebagainya. Guru profesional dituntut mampu memilih dan menggunakan berbagai jenis media pembelajaran yang ada di sekitarnya. Seiring dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang bersifat visual, audial, projected still media, maupun projected motion media bisa dilakukan secara bersama dan serempak melalui satu alat saja yang disebut Multi Media. Sebagai media, salah satu manfaat komputer bagi guru adalah dapat dipergunakan sebagai alat bantu dalam menyiapkan bahan ajar maupun dalam proses pembelajaran sendiri. Oleh karena itu sudah semestinya para guru mengetahui manfaat komputer dalam proses belajar mengajar dan mampu menggunakannya. Dengan kemajuan teknologi diharapkan guru dapat membuat suatu media pembelajaran berbasis teknologi untuk dapat dipergunakan siswa dalam kehiatan belajar mengajar baik di sekolah maupun di luar sekolah secara mandiri. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengembangkan model pembelajaran kooperatif teknik jig saw berbantu media power point sebagai alternatif pembelajaran inovatif. Untuk mencapai hasil akhir pembelajaran yang baik, sebagai alternatif kiranya perlu menerapkan penggunan model berbantu dengan media. Salah satunya penerapan model pembelajaran kooperatif teknik jig saw berbantu media power point alternatif pembelajaran bahasa Indonesia materi cerpen. media pembelajaran berbasis Microsoft Office Powerpoint akan dapat membantu siswa dalam proses belajar di dalam kelas dengan efektif dan efesien. Selain bisa membuat siswa belajar dengan cara yang berbeda dan terkesan ada warna baru di dalam kelas mereka, siswa tersebut dapat dengan mudah mengingat materi yang diberikan dari buku pedoman ataupun LKS dengan disertai tayangan melalui media pembelajaran berbasis Microsoft Office Powerpoint B. METODE Model pengembangan yang digunakan adalah model prosedural yang diadaptasi dari model pengembangan desain instruksional menurut Dick & Carey (2009) dan model penelitian pengembangan menurut Borg & Gall (1983). Dalam langkah-langkah pengembangan model ini, kegiatan pengembangan terdiri dari lima tahap diantaranya tahap identifikasi, tahap desain dan pengembangan, tahap produksi, tahap evaluasi, dan produksi media. Tahap identifikasi meliputi: (a) identifikasi terhadap tujuan, karateristik peserta didik, keahlian teknis, fasilitas, dan peralatan dan (b) identifiksi terhadap kurikulum, untuk menentukan bahan ajar. Tahap desain dan pengembangan adalah merancang dan mengembangkan program dalam bentuk dokumen desain sesuai langkah-langkah yang diadaptasi dari model Dick & Carey, dimasuk didalamnya penyusunan flow chart, penulisan naskah, dan storyboard. Langkah-langkah tahap ini adalah : (a) perumusan standar kompetensi, (b) analisis standar kompetensi (c) identifikasi kemampuan awal dan karakteristik peserta didik (d) merumuskan kompetensi pembelajaram (e) memilih strategi pembelajaran dan pengalaman belajar (f) penjabaran kompetensi dasar menjadi indikator (g) pengembangan butir uji berdasarkan acuan patokan Tahap Produksi, kegiatan dalam tahap ini yaitu membuat seluruh obyek media (assembly), misalnya pembuatan gambar (image), clip art, animasi dan vidio. Tahap evaluasi dilakukan dengan langkah-langkah : (a) Vaidasi dan uji coba meliputi : (1) Validasi ahli isi, ahli desain dan ahli media pembelajaran, (2) ujicoba perorangan, (3 uji coba kelompok kecil, dan (4) uji coba lapangan. (b) Tahap revisi, ada dua macam yaitu : (1) perubahan terhadap materi pembelajaran dalam penyajian media pembelajaran. (2) hasil revisi berdasarkan masukan dari uji coba akan diperoleh produk akhir. Hasil dari penelitian pengembangan ini diuji tingkat validitas dan keefektifannya. Tingkat validitas media pembelajaran diketahui melalui hasil analisis dari : (1) validasi oleh ahli isi bidang studi atau mata pelajaran, ahli desain pembelajaran dan ahli media pembelajaran, (2) uji coba yang dilakukan meliputi uji perorangan, uji kelompok kecil dan uji coba lapangan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dan digunakan untuk memperbaiki/revisi produk yang dikembangkan. Dengan proses uji coba produk seperti ini, diharapkan kualitas media yang dikembangkan menjadi lebih baik. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian adalah metode angket dengan mengunakan lembar angket. Angket adalah suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian pertanyaan yang diajukan pada responden untuk mendapat jawaban. Angket digunakan untuk mengumpulkan data hasil review dari ahli isi bidang studi atau mata pelajaran, ahli desain, ahli media pembelajaran, coba perorangan, kelompok kecil, uji coba lapangan, dan guru pembina mata pelajaran. Pada fase desain instrumen yang digunakan untuk menilai kualitas rancangan media audio visual dalam bentuk naskah (Storyboard). Instrumen diberikan kepada ahli isi bidang studi, ahli desain pembelajaran, dan ahli media pembelajaran. Dalam penelitian pengembangan ini digunakan dua teknik analisis data, yaitu teknik analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif. Menurut Agung (2010:65) “analisis deskriptif kualitatif yaitu suatu cara analisis/pengolahan data dengan jalan menyusun secara dalam bentuk kalimat/kata-kata, kategori-kategori mengenai suatu objek (benda, gejala, variable tertentu), sehingga akhirnya diperoleh kesimpulan umum”. Teknik analisis deskriptif kualitatif ini digunakan untuk mengolah data hasil review ahli isi bidang studi atau mata pelajaran, ahli desain media pembelajaran, dan siswa dari hasil uji lapangan. Teknik analisis data ini digunakan dengan mengelompokkan informasi-informasi dari data kualitatif yang berupa masukan, tanggapan, kritik, dan saran perbaikan yang terdapat pada kuesioner. Hasil analisis ini digunakan untuk merevisi produk media pembelajaran. Analisis yang juga akan dilakukan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif. Teknik analisis ini digunakan untuk mengolah data yang diperoleh melalui angket dalam bnetuk deskriptif. Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase dari masing-masing subyek menurut Tegeh dan Kirna (2010:101) sebagai berikut : 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = ∑(𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑥 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑝𝑖𝑙𝑖ℎ𝑎𝑛) 𝑥 100% 𝑛 𝑥 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 Keterangan :∑ = jumlah N = jumlah seluruh item angket Selanjutnya, untuk menghitung persentase keseluruhan subyek digunakan rumus : Persentase = (F : N) Keterangan : F = jumlah persentase keseluruhan subyek N = banyaknya subjek Untuk dapat memberikan makna dan pengambilan keputusan digunakan ketetapan terhadap hasil review dan uji coba produk sebagai berikut : Tabel 1. Konversi PAP Tingkat Pencapaian dengan skala 5 Tingkat Pencapaian Kualifikasi 90% - 100% Sangat Baik 80% - 89% Baik 65% - 79% Cukup 55% - 64% Kurang 0% - 54% Sangat Kurang C. HASIL Hasil pengembangan media pembelajaran berbasis powerpoint ini berupa software media pembelajaran yang dikemas dalam Compact Disc (CD). Beberapa tahapan yang dilakukan dalam memproduksi media pembelajaran yaitu: (a) Analisis, Hasil analisis tahapan perancangan media pembelajaran ini dibagi dalam dua tahap yaitu analisis spesifikasi teknis dan tahap analisis kerja program. Tahap analisis spesifikasi teknis untuk mengetahui persyaratan minimal sebuah personal computer (PC) untuk dapat menjalankan media pembelajaran berbasis komputer. Media pembelajaran berbasis komputer ini direncanakan dapat bekerja dalam system operasi Windows XP, Windows Vista, dan Windows 7. Untuk dapat menampilkan dan mengoperasikan program pada layar monitor dengan kualitas baik disarankan menggunakan prosesor dengan kecepatan d atas 1 GHz dan memori 1 GB. Sofware yang digunakan sebagai program utama dalam membuat media permbelajaran berbasis Microsoft Office Powerpoint 2007, Cool Edit Pro 2.0 untuk pengeditan suara, Camtasia Studio 6 untuk pengeditan video, Adobe Photoshop CS5, office picture manager, dan paint 8 untuk mengedit gambar serta Nero 8 untuk dokumentasi ke dalam bentuk CD. Perangkat keras untuk menjalankan media pembelajaran berbasis Microsoft Office Powerpoint ini adalah sebuah unit komputer yang dilengkapi dengan CD Room untuk keperluan membaca dan burning media pembelajaran dalam format CD, monitor SVGA atau LCD untuk menampilkan program, serta speaker aktif untuk mengakses sound yang ada dalam media pembelajaran. Tahapan analisis kerja program dilakukan untuk mengetahui kerja dari media pembelajaran berbasis Microsoft Office Powerpoint yang telah dibuat. Kerja media pembelajaran interaktif didesain untuk mempermudah pengguna untuk mempelajari komponen perangkat keras komputer, dimana pengguna dapat berinteraksi memberi masukan melalui mouse atau keyboard untuk mendapatkan respon dari komputer berupa animasi, teks, gambar, narasi, audio dan video. (b) Membuat storyboard, Storyboard merupakan pikiran yang divisualisasikan dan dideskripsikan melalui tulisan, dan direncanakan dengan narasi. Hasil dari penulisan storyboard akan digunakan dalam proses program multimedia, sehingga dalam proses produksi program multimedia akan lebih terstruktur dan teratur. (c) Desain program, Setelah materi pembelajaran disusun maka proses yang selanjutnya dilakukan adalah desain program. Desain program adalah langkah pertama dalam fase pengembangan media pembelajaran berbasis microsoft office powerpoint. (d) Implementasi program, adalah tahap menerjemahkan atau memindah desain ke tampilan sebenarnya dalam bentuk Microsoft Powerpoint 2007. Teknik pengujian program media pembelajaran pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk kelas VII dilakukan dengan menjalankan program dari awal sampai akhir, kemudian mencoba setiap menu, sub menu dan tombol-tombol navigasi yang telah di hyperlink. Hasil validasi media audio visual pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII semester II tahun pelajaran 2016/2017 di MTsN Simpang Kiri diperoleh berdasarkan data angket dari review para ahli dan uji coba produk kepada siswa. Data tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Data yang di analisis secara deskripfif kualitatif berupa masukan, saran dan komentar digunakan sebagai acuan untuk melakukan revisi produk dan data yang dianalisis secara deskriptif kuantitatif berupa deksriptif persentase yang dikonversi ke dalam tingkat pencapaian dengan skala 5. Data ini dipergunakan untuk mengetahui hasil pengembangan dari media pembelajaran audio visual. Hasil validasi terbagi menjadi dua yaitu hasil validasi mengenai naskah dan validasi mengenai kualitas media pembelajaran audio visual. Pemaparan hasil tersebut adalah sebagai berikut. D. PENUTUP Pengembangan model pembelajaran kooperatif teknik jig saw berbantu media power point bertujuan untuk menghasilkan produk berupa media pembelajaran berbasis Microsoft Office PowerPoint dengan sasaran siswa kelas VII MTsN Simpang Kiri Kota Subulussalam Provinsi Aceh. Media yang akan dikembangkan ini adalah media pembelajaran berbasis Microsoft Office PowerPoint yang dapat memotivasi siswa dalam belajar, layak pakai, dan sesuai dengan kebutuhan siswa sehingga dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. Prosedur memproduksi media pembelajaran yang dilakukan adalah: (1) analisis yang meliputi analisis spesifikasi teknis dan tahap analisis kerja program; (2) membuat storyboard; (3) desain program yang meliputi desain diagram alir, dan desain interface; (4) implementasi program; dan (5) pengujian. Selain itu disampaikan saran berkaitan dengan pengembangan media pembelajaran ini dikelompokan menjadi empat, yaitu sebagai berikut. Kepada siswa agar media pembelajaran ini dijadikan sebagai sumber belajar yang efektif, efesien serta sumber belajar mandiri dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Kepada Guru hendaknya senantiasa melakukan optimalisasi dalam proses pembelajaran yang sedang diterapkan, menggali dan memanfaatkan potensinya dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Kepada Kepala Sekolah agar dapat menyeimbangkan pendidikan dengan teknologi yang sedang berkembang, seperti sarana dan prasarana yang mendukung proses pembelajaran lebih dioptimalkan. Kepada pengembang lain yang ingin melakukan pengembangan sejenis, dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai acuan dengan menyempurnakan keterbatasan dan kekurangan yang ada. E. DAFTAR RUJUKAN Borg, W.R & Gall, M.D. 1983. Educational Research : An Introduction. London: Longman. Inc. Dick, W. & Carrey, L. 2005. The Systematic Design of Instructional. Glenview, Illinois: Scott, Foresaman and Company. Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Miarso, Y. (2005). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana-CV Prenada Media Group. Prawiradilaga, D.S. (2012). Wawasan Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana-CV Prenada Media Group. Pramono, Andi. 2004. Presentasi Multimedia dengan Macromedia Flash. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET. Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran; Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers. Sadiman, Arief S, et al. 2009. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatan. Jakarta: PT Rajawali Grafindo Persada. Tegeh, I Made. dan I Made Kirna. 2010. Pengembangan Bahan Ajar Metode Penelitian Pengembangan Pendidikan dengan ADDIE Model. Laporan Penelitian Puslit (tidak diterbitkan. Singaraja: Undiksha.