Faktor Tanaman dan Faktor Lingkungan yang

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pencemaran Udara
Udara merupakan campuran beberapa gas yang perbandingannya tidak
tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan keadaan
lingkungan sekitarnya.
Udara adalah atmosfir yang berada disekeliling bumi
yang fungsinya sangat penting bagi kehidupan di dunia ini.
Udara bersih merupakan gas yang tidak tampak, tidak
berbau, tidak
berwarna maupun berasa. Akan tetapi udara bersih sulit diperoleh, terutama di
kota besar yang padat industri dan padat lalu-lintas. Udara yang mengandung
zat pencemar disebut udara tercemar. Udara tercemar akan merusak lingkungan
dan kehidupan manusia. Kerusakan lingkungan berarti berkurangnya daya
dukung alam terhadap kehidupan yang selanjutnya akan mengurangi kualitas
hidup manusia secara keseluruhan (Fardiaz,1992).
Pencemaran udara menurut KEPMEN KLH No.Kep.021Men-KLHlIll988
adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain ke udara dan atau berubahnya tatanan udara oleh kegiatan
manusia atau proses alam, sehingga kualitas udara turun sampai ketingkat
tertentu yang menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak berfungsi lagi
sesuai dengan peruntukannya (Wardhana, 1995). Pencemaran udara adalah
hadirnya kontaminan di ruang terbuka dengan konsentrasi dan durasi
sedemikian rupa sehingga mengakibatkan gangguan, merugikan atau berpotensi
merugikan kesehatanlkehidupan manusia, hewan, tumbuhan, benda-benda, dan
mempengaruhi kenyamanan (Purnomohadi, 1995). Nebel & wright (1993)
menyatakan, pencemar udara adalah senyawa-senyawa di atmosfer yang
mempunyai pengaruh bahaya.
Udara di alam tidak pemah ditemukan bersih tanpa polutan sama sekali.
Polutan yang mencakup 90% dari jumlah polutan udara seluruhnya, dapat
dibedakan menjadi lima kelompok sebagai berikut (Wardhana,l995) :
1. Karbon monoksida (CO)
2. Nitrogen oksida
(NO,)
3. Hidrokarbon (HC)
4. Sulfur dioksida (SO,)
5. Partikel
Fardiaz (1992) menyatakan bahwa sumber pencemaran udara yang
utama
berasal
dari
transportasilkendaraan
bermotor.
Sumber-sumber
pencemaran lainnya berasal dari pembakaran, proses industri, pembuangan
limbah dan lain-lain. Pencemaran udara di Indonesia, terutama di kota-kota
besar, disebabkan gas buang kendaraan bermotor (60-70%); industri (10-15 %);
dan sisanya berasal dari rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran
hutanlladang, dan lain-lain (Kusnoputranto, 1996). Di DKI Jakarta pada tahun
1994 ditemukan bahwa kendaraan bermotor menghasilkan 85% dari seluruh
pencemaran udara yang terjadi.
Kendaraan bermotor merupakan penghasil pencemar CO, Hidrokarbon
yang tidak terbakar sempurna, NOx, SOX, dan partikel. Data Biro Bina
Lingkungan Hidup (BBLH) DKI Jakarta tahun 1995 menyatakan jenis pencemar
ini memberikan saham sebesar 90% pada pencemaran udara (BBLH, 1995).
Watkins (1991) menyatakan emisi NOx pada kendaraan dengan bahan bakar
solar (diesel) 2-3 kali lebih rendah dibandingkan bensin, sedangkan emisi SOn
pada solar bisa mencapai 10 kali lebih besar daripada bensin. Lebih lanjut
diungkapkan, emisi NOx tinggi terjadi pada kecepatan kendaraan sangat rendah
(10 krnljam) dan pada kecepatan sangat tinggi (mulai meningkat dari 100 kmljam
sampai 150 kmljam)
Emisi gas buang kendaraan berrnotor akan mempengaruhi kualitas udara
di sepanjang ruas jalan, yang akhimya dapat mempengaruhi kualitas udara
ambien (KPPL DKI Jakarta, 1996). Nilai baku mutu udara ambien menurut
Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup
No.KEP-03/MENKLH/I1/1991 tersaji dalam tabel 1.
Tabel 1. Baku mutu udara ambien
No
Baku Mutu
Waktu Pengukuran
0,1 PPm
(260 ug/m3)
20 PPm
(2260 ug/m3)
0,1 PPm
(260 ug/m3)
0 5 PPm
(92,50 ug/m3)
0,26 ug/m3
0,06 ug/m3
0,03 ug/m3
2 PPm
(1360 ug/m3)
0,02 ppm
0,24 ppm
24 jam
Parameter
1.
Sulfur dioksida (SO3)
2.
Karbon monoksida (CO)
3.
Oksigen oksida
4.
Oksidan(03)
5.
6.
7.
8.
Debu
Timah hitam
Hidrogen Sufida (H2S)
Amonia (NH3)
9.
Nitrogen oksida (NO,)
10. Hidrokarbon
Sumber : Fardiaz,l992
8 jam
24 jam
1 jam
24 jam
24 jam
30 menit
24 jam
24 jam
3 jam
Menurut Kusnoputranto (1996), Pengaruh zat pencemar udara dapat
dikelompokkan menurut urutan berikut :
1. Gangguan kenyamanan dan estetika : bau, gangguan visibilitas atmosfer,
perubahan wama banguna dan monumen.
2. Kerusakan harta benda : tumbuhnya karat dalam logam, kotoran pada
pakaian, bangunan dan monumen
3. Kerusakan pada tumbuh-tumbuhan dan binatang : menimbulkan kerusakan
daun,
menurunkan hasil tanarnan, menurunkan tingkat fotosintesis;
memberikan pengaruh yang berbahaya pada sistem saluran pemafasan dan
syaraf pusat dari binatang.
4. Gangguan pada kesehatan manusia : kekurangan oksigen dalam darah,
kerusakan dan rangsangan sistem pemafasan, iritasi suara, dan kanker
5. Kerusakan sistem reproduksi dan genetik manusia : sebagian besar belum
diketahui, namun mungkin saja terjadi.
6. Kerusakan ekosistem : perubahan iklim setempat atau regional dan mungkin
iklim global.
Konsentrasi polutan yang melewati nilai baku mutu udara atau level
toleransi, dapat menyebabkan toksisitaslkeracunan bagi makhluk hidup
khususnya bagi kesehatan manusia.
Dan hasil survey Bank Dunia pada dua kota besar di Indonesia untuk
biaya kesehatan yang dikeluarkan akibat polusi udara Bandung menempati
urutan kedua setelah Jakarta. Dilanjutkan, Bandung dengan jumlah kendaraan
350.056 tingkat pencemaran mencapai 258.6524 tonlhari dengan rata-rata biaya
kesehatan Rp 359.5 juta atau Rp.30 ribuloranglhari. Jakarta yang merupakan
kota pelepas polutan terbesar di Indonesia dengan jumlah kendaraan 3.021.138,
beban pencemar mencapai 2.232.2853 tonlhari dan biaya kesehatan
diperkirakan Rp. 3.1 milyarlhari. Ini belum termasuk kerugian lainnya, seperti
tingkat kerusakan pada bangunan, kendaraan (korosi), tanaman dan iklim secara
global ')
Tingkat toksisitas polutan berbeda-beda. Tabel 2 menyajikan toksisitas
relatif masing-masing kelompok polutan. Temyata bila diurut polutan yang paling
berbahaya bagi kesehatan berturut-turut adalah partikel yang diikuti oleh NO,,
1. Kompas. Polusi Lewati Ambang Batas. http:// Kompas.com/9705/14/lpteWpolu .htm [14
Mei 19971.
SO,
hidrokarbon dan yang paling rendah toksisitasnya adalah karbon
monokside. (Fardiaz,1992).
Tabel 2. Toksisitas relatif polutan udara
Polutan
Level toleransi
SO,
0.50
t
0.25
NO.
Partikel
Sumber : Babcock 1971
-
-
40.000
19.300
1.430
514
375
Toksisitas
2.07
28.00
77.80
106.70
Pencemar seperti CO dan SO, telah dapat dikurangi dengan perbaikan
struktur mesin dan perbaikan mutu bahan bakar. Namun polutan NOx (NO, NO2)
dan partikel dalam udara belum dapat ditekan dengan perbaikan mesin dan
bahan bakar.
2.2 Nitrogen Dioksida (NO2)
Di atmosfer nitrogen dioksida (NO2) bersama dengan nitrogen oksida
(NO) merupakan kelompok gas yang paling banyak ditemui sebagai pencemar
udara dibanding bentuk nitrogen oksida lainnya yang terdapat di atmosfer. Gas
NO2 bila mencemari udara mudah diamati karena gas ini berwarna coklat
kemerahan, berbau tidak sedap dan cukup menyengat.
Sifat toksisitas gas NO2empat kali lebih kuat dibanding gas NO. Organ
tubuh yang paling peka terhadap pencemaran gas NO2 adalah paru-paw.
Paru-paru yang terkontaminasi dengan gas NO2 akan membengkak sehingga
sulit bernafas yang dapat menyebabkan kematian (Wardhana, 1995).
Menurut Fitter & Hay (1994). Nitrogen dioksida merupakan hasil samping
dari pernbakaran yang timbul dari kombinasi nitrogen dan oksigen atmosfer.
Hasil awal dari reaksi ini, NO dioksida secara lambat menjadi NO2 dalam
atmosfer. Bila NO2dilepaskan ke dalam atmosfer maka dapat bekeja dalam
sejumlah reaksi fotokimia yang menyebabkan terbentuknya ozon (03). Fardiaz
(1992) mengemukakan bahwa reaksi-reaksi yang melibatkan NO dan NO2
disebut
'siklus fotolitik NO2' dan merupakan akibat Jangsung dari interaksi
antara sinar matahari dengan NO2(Gb. 1). Tahap-tahap reaksi tersebut adalah
sebagai berikut :
1. NO2 mengabsorbsi energi dalam bentuk sinar ultraviolet dari matahari.
2. Energi yang diabsorbsi akan memecah molekul-molekul menjadi molekul-
molekul NO dan atom-atom oksigen (0). Atom oksigen yang terbentuk
bersifat sangat reaktii.
3. Atom-atom oksigen bereaksi dengan oksigen atmosfer (02) membentuk ozon
(03) yang merupakan polutan sekunder.
4. Ozon akan bereaksi dengan NO membentuk NO2 dan O2 sehingga reaksi
menjadi lengkap.
'02
udara
Gambar 1. Siklus NO2fotolitik (EPA, 1971)
Daur reaksi fotolitik tersebut di atas dapat terganggu apabila dalam udara
terdapat HC (Hidrokarbon), karena hidrokarbon akan bereaksi dengan 0 maupun
02. Reaksi HC dengan 0 akan menghasilkan radikal bebas HC yang sangat
reaktii. Radikal bebas HC akan menyerang NO dan NO2 sehingga jumlah NO
akan berkurang. Radikal bebas HC dapat juga bereaksi dengan HC lainnya dan
menghasilkan senyawa-senyawa organik. Di samping itu radikal bebas HC yang
bereaksi dengan O2 dan NO2 akan menghasilkan Peroxy Acetyl Nitrates (PAN)
yang merupakan polutan sekunder.
Perhitungan kecepatan emisi NOx dapat diketahui bahwa waktu tinggal
rata-rata NO2 di atmosfer kira-kira 3 (tiga) hari. Dari waktu tinggal ini dapat
diketahui bahwa proses-proses alami, termasuk reaksi fotokimia mengakibatkan
hilangnya nitrogen okside tersebut.
Untuk mengetahui penyerapan gas NO2 dari udara digunakan gas NO2
berlabel 15N (isotop I5N). Penggunaan nitrogen berlabel
' 5 membantu
~
dalam
penelitian penyerapanhksasi nitrogen melalui akar, maupun dalam penelitian
serapan nitrogen melalui daun. Dengan menggunakan gas ini maka nitrogen
yang berasal dari tanah dapat dibedakan dengan nitrogen yang berasal dari
udara. Unsur nitrogen yang berasal dari udara atau serapan gas
diketahui dengan menganalisa kandungan
1 5 ~dalam
15~0
dapat
2
jaringan tanaman
(Nasrullah, 1997). Lebih lanjut dikatakan, bahwa untuk menguji serapan gas NO2
pad berbagai tanaman digunakan kondisi yang optimum untuk penyerapan, yaitu
suhu 30°C, intensitas cahaya 1000 lux dan kondisi gas I 5 ~ Osebesar
2
3 ppm
(vlv). Kondisi ini juga, sesuai dengan kondisi lingkungan di jalan (alami) dengan
kelembaban udara relatii sebesar 60 %.
2.3 Vegetasi
Kehidupan tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, dimana
tanaman tumbuh baik di lingkungan fisik, lingkungan kimia, maupun lingkungan
biotik. Untuk dapat hidup, tanaman hams mampu beradaptasi dengan segala
perubahan lingkungan yang ekstrim.
Menurut Direktorat Jenderal Bina Marga (1996) pemilihan jenis tanaman
ditentukan oleh kondisi iklim habiat dan areal dimana tanaman tersebut
diletakkan dengan memperhatikan ketentuan geometri jalan dan fungsi tanaman.
Persyaratan yang perlu diperhatikan dalam memilih tanaman lanskap jalan
adalah perakaran tidak merusak jalan, pemeliharaan mudah, batang atau
percabangan tidak mudah patah dan tidak mudah rontok atau gugur.
Ditambahkan Arnold (1980), penanaman pohon tepi jalan bertujuan untuk
mencitptakan efek ruang bagi pengguna jalan. Pohon-pohon tepi jalan
memisahkan berbagai aktiiias yang berlangsung pada jalan umum maupun
jalan pemukiman. Bagi para pengemudi kendaraan bemotor, keberadaan
pohon-pohon ini dapat memberikan kesan rasa kehadiran ruang dan
mengarahkan pandangan terutama bila ditanam dekat dengan garis pinggir
perkerasan jalan. Bagi pejalan kaki, deretan pohon ini merupakan elemen
pemisah yang dapat memberikan rasa aman dan nyaman. Tanaman dapat
memberikan nilai estetis dari karakteristik
warna, bentuk, dan teksturnya.
Wama dapat menimbulkan efek visual dan psikologi bagi yang melihatnya.
Bentuk tanaman akan memberi kesan dinamis, indah, lebarlluas dan sebagai
aksen. Tekstur tanaman mempengaruhi psikis dan fisik yang memandangnya.
Kombinasi tanaman dalam disain lanskap dan kombinasi
dengan elemen
lanskap lainnnya akan menambah nilai estetik (Hakim, 1993).
Penghijauan dengan menggunakan tanaman sebagai materi pokok
merupakan suatu usaha penataan lingkungan. Dari tanaman banyak sekali
manfaat yang diambil sehingga penghijauan dapat diartikan sebagai upaya untuk
menanggulangi berbagai penurunan kualitas lingkungan, terutama pada daerah
industri atau padat lalu lintas. Pohon pelindung di sepanjang jalur hijau sangat
penting untuk menjaga kualitas udara perkotaan, dan dapat mengurangi kadar
bahan pencemar yang berasal dari buangan kendaraan bermotor.
Tanaman dapat mengurangi masalah polusi udara di sekiiar jalan melalui
penyerapan polutan gas dan penyerapan partikel pada permukaan daun. Selain
itu vegetasi tanaman mengurangi kosentrasi polutan di sekiar jalan melalui
pengenceran konsentrasi polutan. Angin yang behembus kearah vegetasi tepi
jalan terangkat kepuncak tanaman, sehingga polutan terencerkan pada atmosfir
yang lebih luas.
Menurut Grey & Daneke (1978) pepohonan membantu
memindahkan butir-butir debu yang diangkut melalui udara melalui bagian
permukaan daun, batang dan ranting pohon yang mampu menyerap butir-butir
debu. Kemudian butir-butir debu yang menempel pada bagian permukaan pohon
tersebut akan dicuci melalui presipitasi.
Pemanfaatan tanaman dapat menunjukkan adanya masalah pencemaran
udara, seringkali tanaman memungkinkan dijadikan deteksi awal pada polusi.
Tanaman juga sudah dimanfaatkan dalam survei lapangan untuk menentukan
akumulasi dari polutan tertentu dan dalam kajian laboraturium untuk menentukan
polutan yang bersifat toksik terhadap tanaman (Guthrie & Perry, 1980). Daun
adalah bagian yang paling menderita dan yang paling peka tehadap
pencemaran (Heck & Brandt, 1977). Menurut Keller (1983) penggunaan daun
tumbuhan dapat dijadikan sarana untuk mendeteksi pencemaran udara, dengan
alasan :
a. Bahan pencemar relatiif mudah dideterminasi secara kimiawi
b. Bahan pencemar, tidak mudah rusak atau diubah oleh tumbuhan
d. Beberapa k h a n pencemar, secara alamiah terdapat dalam tumbuhan hanya
dalam jumlah sedikii dan bukan merupakan komponen esensial.
e. Bahan pencemar mudah diambil atau diserap oleh akar, batang dan daun.
Pencemar yang melekat pada daun atau yang tersimpan di dalamnya,
masuk dalam bentuk cairan setelah senyawa kimia tersebut berubah akibat
keadaan lembab; cairan tersebut akan merusak jaringan daun (Bernatzky, 1980)
dan akhirnya tanaman mati. Oleh karena itu pemilihan tanarnan untuk jalur hijau
jalan hams dipertimbangkan secara cermat sehingga tanaman tersebut dapat
berfungsi dengan baik.
Salah satu bentuk hutan kota berupa jalur hijau. Pohon peneduh jalan
raya yang berupa jalur hijau, dibangun dan dikembangkan agar diperoleh
manfaat kualitas lingkungan perkotaan yang baik. Penanaman dengan tanaman
yang tinggi dan rindang dapat bermanfaat untuk menyerap pencemar yang
diemisikan oleh kendaraan berrnotor (Dahlan,1992).
Tidak semua pohon baik dijadikan pohon pelindung dan berfungsi
sebagai penyerap polutan. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, agar
pohon yang ditanam disepanjang jalan dapat benar-benar berfungsi dan tidak
menambah permasalahan yang tidak diinginkan. Pemilihan pohon untuk
penghijauan perlu didasarkan pada ketahanan terhadap partikel pencemar udara
maupun kemampuan tanaman dalam menyerap partikel pencemar udara.
Banyak jenis tanaman yang cukup baik untuk ditanam sebagai pohon pelindung
ditempat tertentu karena mempunyai kemampuan sebagai penyerap polutan
yang cukup tinggi.
Kemampuan tanaman dalam menyerap polutan dipengaruhi deh faktor
lingkungan dan faktor tanaman itu sendiri. Faktor tanaman dalam menyerap dan
mengakumulasi zat pencemar dipengaruhi oleh karakteristik morfologi tanaman,
seperti ukuran dan bentuk daun, adanya rambut pada permukaan daun dan juga
mengakumulasi zat pencemar dipengaruhi oleh karakteristik morfologi tanaman,
seperti ukuran dan bentuk daun, adanya rambut pada permukaan daun dan juga
tekstur daun (Starkman, 1969; Chamberlain, 1986), selain itu susunan anatomi
daun juga berperan sebagai bamer (penghalang) terhadap masuknya materi dari
luar, sehingga akan mempengaruhi jumlah pencemar yang terakumulasi di dalam
daun (Leopold & Kriedermann, 1975).
Menurut Fakuara (1987) jenis tanaman yang dipakai untuk menyerap gas
adalah tanaman yang mempunyai sifat :
1. Mempunyai stomata yang banyak. Stomata atau mulut daun ialah tempat
terjadinya pertukaran gas. Gas pencemar dapat diserap tanaman melalui
mulut daun.
2. Mempunyai ketahanan tertentu terhadap gas tertentu. Setiap tanaman yang
mempunyai stomata yang banyak dan mempunyai ketahanan yang tinggi
terhadap
gas-gas
yang
dikeluarkan
oleh
industri
bahkan
dapat
memanfaatkannya untuk proses metabolisme tanaman itu sendiri.
3. Mempunyai tingkat pertumbuhan yang cepat. Jenis tanaman yang cepat
tumbuh mempunyai daya regenerasi yang cepat pula. Hal ini sangat
diperlukan untuk dapat segera berfungsi apabila jenis tanaman tersebut
sewaktu-waktu harus diganti oleh jenis yang lain bila telah habis masanya.
Stomata merupakan tempat pertukaran gas. Pencemaran udara masuk
dalam daun melalui stomata yang terbuka (Bertnatzky, 1980). Periode
terbukanya stomata biasanya bersamaan waktunya dengan keadaan yang
merangsang fotosintesis (Fitter & Hay, 1991). Pada tanaman dikotil, umumnya
stomata lebih banyak terletak pada lapisan epidermis bawah daripada epidermis
atas. Pada dikotil berdaun lebar, stomata tersebar secara acak (Loveless, 1991).
Jumlah stomata mempengaruhi volume gas yang masuk (Bidwell, 1979).
Menurut Agustini (1994), tanaman yang efektif mereduksi polutan memiliki
kepadatan stomata daun yang tinggi dan tajuk yang masif. Pada konsentrasi
tinggi beberapa gas tertentu bereaksi dengan jaringan tumbuhan dan dapat
menyebabkan kematian. Jika stomata rusak, maka pergerakan C02 ke dalam
daun akan terhambat.
Menurut Suryowinoto (1995) daun yang tipis menyebabkan zat pencemar
mudah terserap. Tandjung (1995) menambahkan bentuk daun sederhana atau
lebar lebih efektif menahan debu dibandingkan dengan daun majemuk yang
permukaannya kecil, namun bentuk daun majemuk mempunyai luas permukaan
total pepohonan jauh lebih besar dibandingkan bentuk daun sederhana.
Gandasari (1994) mengemukakan bahwa tanaman yang mampu mereduksi
polutan adalah tanaman yang ukurannya panjang, bentuk uniselluler sederhana
dan multiselluler uniseriat.
Faktor lingkungan berperan dalam penyerapan polutan, dimana serapan
dipengaruhi oleh iklim seperti suhu, kelembaban udara, dan intensitas cahaya.
Faktor tanaman dan faktor lingkungan ini berhubungan dengan fotosintesis dan
transpirasi terhadap serapan gas oleh tanaman. Polusi udara dapat menghambat
aktivitas fotosintesis.
Fotosintesis
adalah suatu proses perubahan zat-zat
anorganik H20 dan C02 oleh klorofil menjadi zat organik karbohidrat dengan
bantuan cahaya (Dwidjosoputro, 1980). Fotosintesis dipengaruhi oleh cahaya
dan suhu, kadar C02, kehadiran beberapa metabolit, mineral, usia tanaman,
keadaan sel; produktivitas dibatasi oleh jumlah klorofil, ha1 ini menunjukkan
hubungan yang dekat antara jumlah
klorofil dan jumlah fotosintesis
(Michael, 1984).
Suhu berpengaruh terhadap laju fotosintesis, jika suhu tinggi maka laju
fotosintesis semakin tinggi yang nantinya berpengaruh terhadap stomata daun
(Prawiranata et a/, 1981). Faktor cahaya juga berpengaruh terhadap membuka
dan menutupnya stomata. Bila intensitas cahaya cukup maka stomata akan
terbuka sehingga zat pencemar akan masuk dan akumulasi zat pencemar di
dalam daun semakin bertambah, maka kerusakan akan semakin parah.
lntensitas cahaya yang tinggi juga akan mengurangi kadar klorofil daun.
Untuk melihat besamya serapan gas NO2 oleh tanaman dapat melalui
reaksi fase gelap dan fase terang fotosintesis. Pengaruh kelembaban udara
juga mempengaruhi keberadaan bahan pencemar di atmosfer. Konsentrasi
bahan pencemar dalam bentuk gas akan lebih banyak pada kelembaban udara
rendah dibandingkan pada waktu kelembaban udara tinggi (Fardiaz, 1992).
Konsentrasi NO2 sebesar 2-3 ppm (vlv) menyebabkan hilangnya wama hijau
tumbuhan seperti yang disebabkan oleh SO2. Sehingga untuk mengetahui
serapan polutan oleh tanaman pada saat dilakukan penelitian, maka faktor iklim
diusahakan sesuai atau meniru keadaan alam.
Laju penyerapan gas NO2pada setiap tanaman berbeda yakni menurut
spesies tanamannya. Pada tanaman evergreen dan tanaman gugur daun
memperlihatkan perbedaan kecepatan mentranslokasi polutan NO2yang diserap
melalui daun. Dari penelitian diketahui tanaman evergreen menunjukkan laju
translokasi nitrogen dari daun ke batang dan akar lebih cepat dibanding tanaman
gugur daun (Misawa et a/., 1993)
Menurut Nasrullah et a/. (1994), tanaman tepi jalan dapat menurunkan
konsentrasi polutan disekiar jalan. Vegetasi Cemara Criptomeria japonicum
D.Don. Dapat mengurangi konsentrasi SPM (Suspended Particulate Matte0
9-15 %. Pada kondisi bertiup vegetasi tersebut mengurangi konsentrasi NO2
11-17% dan 2040% pada kondisi angin diam (kecepatan angin lebih kecil
1 mlsec). Namun demikian belum banyak diketahui, kemampuan jenis vegetasi
lainnya dalam mengurangi konsentrasi polutan dari udara. Tanaman alfa-alfa
juga telah dibuktikan dapat menyerap polutan CO, NO, NO2, SO2, O3 dan HF
(Hill, 1971).
2.4 Diskripsi Tanaman :
Diskripsi tanaman-tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah
(Suryowinoto, 1997; Van Steenis, 1992; Heynee, 1987) :
1. Jati Super (Tectona grandis)
Jati termasuk famillia Vemenaceae. Ketinggian pohon mencapai 20 m. Jati
yang memiliki ukuran daun besar dan bewama hijau, dikenal pohon yang
tidak rewel dalam budidaya dan mampu tumbuh di semua jenis tanah kecuali
rawa dan gambut. Jati dapat beradaptasi baik pada curah hujan 1.000-2.500
mmhahun, intensitas cahaya >80%, pH 58, temperatur 22-38'~. Tumbuh di
dataran tinggi sampai dataran rendah, dengan ketinggian tempat 0 - 500m
dpl.
Mahoni (Swietenia mahagoni)
Dikenal sebagai pohon mahoni berdaun kecil dan berwama hijau. Termasuk
dalam familia Meliaceae; berasal dari benua Afrika yang beriklim tropis dan
sudah lama di budidayakan di Indonesia. Pohon ini cukup populer digunakan
di tepi jalan sebagai tanaman peneduh. Termasuk jenis pohon tinggi,
percabangannnya banyak, ketinggiannya mencapai 30 m. Daunnya yang
berwarna hijau tua dan rimbun membuat penampilannya sebagai pohon
peneduh sangat meyakinkan. Mahoni dapat tumbuh dengan baik pada
tempat-tempat yang terbuka dan kena sinar matahari langsung, baik di
dataran rendah maupun dataran tinggi, yakni hingga ketinggian 1.000 m di
atas permukaan laut; serta pada berbagai keadaan tanah mulai dari tanah
subur sampai tanah kritis.
3. Asam Jawa (Tamarindus indica)
Nama daerah asam jawa (Minangkabau), asem (jawa). Termasuk familia
Caesalpiniaceae. Tumbuhan asli Afrika tropis yang sekarang tersebar luas di
daerah panas, merupakan pohon yang tinggi dan indah, ketinggiannya
mencapai 25 m dan memiliki tajuk bulat.
Daunnya merupakan daun
majemuk kecil-kecil dan berwarna hijau. Bunga berwarna kemerahan dan
akan berubah menjadi kuning kemudian putih jika telah dewasa. Buah asam
adalah buah oblong berwarna coklat. Pohonnya banyak ditanam sebagai
pohon peneduh di sisi jalan. Perbanyakan tanaman dilakukan dengan stek,
cangkokan atau biji. Pohon asam dapat tumbuh dengan baik ditempat yang
terbuka, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi hingga 800 m di atas
perrnukaan laut .
4. Cemara Angin (Casuarina equisetifolia)
Termasuk familia Casuarinaceae. Tanaman ini dikenal juga dengan nama
cemara laut. Cemara angin termasuk tanaman pohon, ketinggiannya
mencapai 25 m. Bentuk daun jarum yang mudah terayun-ayun diiup angin
sehingga disebut "pohon angin", dengan susunan daun berbentuk tandan.
Buahnya berbentuk runjung. Penyebarannya mulai India Barat sampai ke
daerah pasifik dan daerah-daerah tropika. Tumbuh baik di dataran rendah
hingga tinggi di bawah 1350 m dpl, dengan berbagai jenis tanah.
Perbanyakan tanaman dilakukan dengan biji, termasuk tanaman dengan
pertumbuhan sedang. Tanaman ini selain berguna sebagai pencegah angin,
juga ditanam sebagai tanaman hias pekarangan dan sisi jalan karena bentuk
tajuknya yang indah.
5. Saga (Adhenanthera pavonina)
Tanaman termasuk familli Mimosaceae yang berbentuk pohon. Ketinggian
pohon mencapai 30 m. Daunnya kecil berbentuk persegi panjang lonjong
dan tersusun menyirip, bunga dan daun berwarna merah. Dapat tumbuh di
daerah tropis sampai pada ketinggian 600 m dpl. Tidak memerlukan
pemeliharaan khusus, dapat tumbuh pada berbagai keadaan topografi dan
berbagai keadaan tanah. Di Indonesia tanaman saga pohon sudah lama
dikenal sebagai tanarnan hias, pagar dan tanaman pinggir jalan sebagai
tanaman peneduh.
6. Jati Putih (Gmelina arborea)
Pohon dengan ketinggian mencapai 27 m. Daun beiwarna hijau dengan
bentuk menjari. Kayunya berwarna putih sehingga pohon ini dinamakan jati
putih karena memiliki jenis kayu yang awet.
Jenis ini sudah banyak
dibudidayakan. Tanarnan ini rnemilki pertumbuhan cepat dan ukuran daun
sedang.
7. Gayam (Inocarpus vagife~s)
Pohon dengan batang yang beralur dalam, Ketinggian pohon mencapai 20 m.
Daun yang beiwarna hijau, berseling, berangkai pendek, memanjang bentuk
lanset, dengan pangkal yang kerapkali bentuk jantung, pangkal tumpul atau
miring. Di tanam sebagai pohon peneduh.
8. Tusam (Agafhis alba)
Termasuk
farnilia
Araucariaceae.
ketinggiannya mencapai 60 m.
Tusam
termasuk
jenis
Batangnya tegak dan bulat.
pohon,
Pohon ini
banyak ditanam di tepi jalan. Dapat tumbuh dengan baik di tempat-tempat
terbuka dan kena sinar matahari langsung baik di dataran rendah maupun
dataran tinggi, pada
ketinggian 200-1000 m dpl dan bertanah subur.
Tanaman ini termasuk dalam tanaman yang lambat pertumbuhannya, serta
bentuk daun yang kaku.
9. Palaquium (Palaquium ahonesis)
Termasuk suku Sapotaceae.
ketinggian mencapai
Palaquium merupakan jenis pohon yang
40 m. Batangnya lurus, silindris, agak berlekuk,
berbanir besar. Daun bundar telur berbalik terkumpul diujung ranting. Dapat
Tumbuh pada hampir semua jenis tanah mulai dari tanah berpasir dan tanah
liat, sampai di rawa air tawar; serata mulai dari dataran rendah sampai
ketinggian 1000 m dpl.
10. Akalipa merah (Acalypha welksiana)
Tumbuhan ini berasal dari Polinesia, sekarang tersebar ke seluruh daerah
tropika . Ketinggiannya mencapai 6 m. Daunnya berbentuk bundar panjang
dengan tepi bergerigi dan lebat; bunganya berbentuk tandan yang mirip ekor
kucing. Pertumbuhannya cepat dan banyak digemari sebagai tanaman hias
pagar. Umumnya tumbuh baik didataran rendah di bawah ketinggian 900 m
dpl dan menyukai tempat-tempat terbuka. Tanaman ini mudah diperbanyak
dengan stek.
11. Kolbanda (Pisonia alba)
Merupakan salah satu tanaman yang menarik dari familia Nyctaginaceae.
Pohon yang memiliki ukuran medium yaitu mencapai 20 m, dengan warna
kuning kehijauan sehingga memberikan kesan lembut bagi yang melihatnya.
Kolbanda banyak ditanaman sebagai tanaman peneduh. Kolbanda dapat
hidup dengan baik di tempat-tempat yang terbuka dan kena sinar matahari
secara langsung baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi, yakni pada
ketinggian 1-1.000 m di atas perrnukaan laut. Kolbanda tidak memerlukan
pewatan khusus. Untuk mendapatkan tanaman yang sehat, media tanam
atau lahan yang ditanami hams subur, gembur dan drainase yang baik.
12. Dadap kuning (Erythrina variegata)
Tanarnan asli dari asia tenggara ini terrnasuk farnili Papilionaceae. Tanarnan
ini sering ditanam di tepi jalan sebagai tanarnan pelindung.
Tergolong
tanarnan berpohon, bertajuk irregular, ketinggiannya rnencapai 25 rn, dengan
batang dan ranting berduri ternpel. Susunan daun trifoliate, warna daun
rnenarik yaitu kuning sampai hijau tua dengan dengan tulang daun bewarna
kuning terang, sehingga pohon ini sering dijadikan pohon tepi jalan sebagai
tanarnan peneduh. Bunga tersusun dalarn tandan, berwarna rnerah-oranye,
buah tersusun dalarn polong. Turnbuh di pantai, tepi rnuara sungai, sampai
dengan ketinggian tempat 1.200 rn dpl. Pohon ini dapat turnbuh dengan baik
di tempat yang terbuka dan terkena sinar rnatahari langsung.
Download