Inspektur Jenderal Kementerian Agama M. Jasin

advertisement
PENDAHULUAN
 Reformasi birokrasi merupakan salah satu langkah awal untuk
melakukan penataan terhadap sistem penyelenggaraan
pemerintahan yang baik, efektif dan efisien, sehingga dapat
melayani masyarakat secara cepat, tepat, dan profesional.
Dalam perjalanannya, banyak kendala yang dihadapi,
diantaranya adalah penyalahgunaan wewenang, praktek KKN,
dan lemahnya pengawasan.
 Oleh karena itu, reformasi birokrasi adalah langkah strategis
untuk membangun aparatur negara agar lebih berdaya guna
dan berhasil guna dalam mengemban tugas umum
pemerintahan dan pembangunan nasional.
2
• Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor
81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi
yang mengatur tentang pelaksanaan program reformasi
birokrasi. Peraturan tersebut menargetkan tercapainya tiga
sasaran hasil utama yaitu peningkatan kapasitas dan
akuntabilitas organisasi, pemerintah yang bersih dan bebas
KKN, serta peningkatan pelayanan publik.
• Dalam rangka mengakselerasi pencapaian sasaran hasil
tersebut, maka instansi pemerintah perlu untuk membangun
pilot project pelaksanaan reformasi birokrasi yang dapat
menjadi percontohan penerapan pada unit-unit kerja lainnya.
Untuk itu, perlu secara konkret dilaksanakan program
reformasi birokrasi pada unit kerja melalui upaya
pembangunan Zona Integritas.
3
Dalam rangka pembangunan Zona Integritas, langkah-langkah
yang dilakukan pemerintah, dalam hal ini dimotori oleh
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi, adalah menyelaraskan instrumen Zona Integritas
dengan instrumen Evaluasi Reformasi Birokrasi, serta
menyederhanaan pada indikator proses dan indikator hasil yang
lebih fokus dan akurat sehingga dapat diterapkan secara lebih
mudah dan terintegrasi, tidak bersifat parsial dan
membingungkan.
4
Maka dikeluarkanlah peraturan baru yang mengintegrasikan
instrumen Zona Integritas dengan instrumen Evaluasi
Reformasi Birokrasi dengan dikeluarkannya Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 52 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas
dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di
Lingkungan Instansi Pemerintah
5
Pengertian Umum
1. Zona Integritas (ZI)
Zona Integritas (ZI) adalah predikat yang diberikan kepada
instansi pemerintah yang pimpinan dan jajarannya
mempunyai komitmen untuk mewujudkan WBK/WBBM
melalui reformasi birokrasi, khususnya dalam hal pencegahan
korupsi dan peningkatan kualitas pelayanan publik;
6
2. Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (Menuju
WBK)
Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (Menuju WBK)
adalah predikat yang diberikan kepada suatu unit kerja
yang memenuhi sebagian besar manajemen perubahan,
penataan tatalaksana, penataan sistem manajemen SDM,
penguatan pengawasan, dan penguatan akuntabilitas
kinerja;
7
3. Menuju Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani
(Menuju WBBM)
Menuju Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (Menuju
WBBM) adalah predikat yang diberikan kepada suatu
unit kerja yang memenuhi sebagian besar manajemen
perubahan, penataan tatalaksana, penataan sistem
manajemen SDM, penguatan pengawasan, penguatan
akuntabilitas kinerja, dan penguatan kualitas pelayanan
publik;
8
ZI PADA KEMENAG
Kementerian Agama, dalam rangka pelaksanaan upaya
pencegahan dan percepatan pemberantasan korupsi, Menteri
Agama telah mencanangkan bahwa instansinya siap
membangun zona integritas menuju wilayah bebas dari
korupsi pada tanggal 18 Desember 2012 dengan tujuan dari
pencanangan tersebut agar predikat korupsi, kolusi dan
nepotisme tidak melekat pada Kementerian Agama.
9
TAHAP-TAHAP PEMBANGUNAN
ZONA INTEGRITAS
A. Pencanangan Pembangunan Zona Integritas
 Pencanangan Pembangunan Zona Integritas
Kementerian Agama dilakukan oleh
Kementerian Agama setelah pimpinan dan seluruh atau sebagian besar pegawainya telah
menandatangani Dokumen Pakta Integritas. Penandatanganan dokumen Pakta Integritas
dapat dilakukan secara massal/serentak pada saat pelantikan, baik sebagai CPNS, PNS,
maupun pelantikan dalam rangka mutasi kepegawaian horizontal atau vertikal. Bagi satuan
kerja Kementerian Agama yang belum seluruh pegawainya menandatangani Dokumen Pakta
Integritas, dapat melanjutkan/melengkapi setelah pencanangan pembangunan Zona
Integritas;
 Pencanangan Pembangunan Zona Integritas beberapa unit eselon I pusat yang berada di
bawah koordinasi Kementerian dapat dilakukan bersama-bersama. Sedangkan Pencanangan
Pembangunan Zona Integritas di satuan kerja daerah dapat dilakukan oleh kabupaten/kota
bersama-bersama dalam satu provinsi/wilayah;
 Pencanangan pembangunan Zona Integritas dilaksanakan secara terbuka dan dipublikasikan
secara luas dengan maksud agar semua pihak termasuk masyarakat dapat memantau,
mengawal, mengawasi dan berperan serta dalam program kegiatan reformasi birokrasi
khususnya di bidang pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas pelayanan publik;
 KPK, ORI, unsur masyarakat lainnya (perguruan tinggi, tokoh masyarakat/LSM, dunia
usaha) dapat juga menjadi saksi pada saat pencanangan ZI untuk Kementerian Agama;
10
Lanjutan…
B. Proses Pembangunan Zona Integritas Menuju
WBK/WBBM
 Proses pembangunan Zona Integritas Kementerian Agama
merupakan tindak lanjut pencanangan yang telah dilakukan
oleh Menteri Agama.
 Pembangunan Zona Integritas difokuskan pada penerapan
program Manajemen Perubahan, Penataan Tatalaksana,
Penataan Manajemen SDM, Penguatan Pengawasan,
Penguatan Akuntabilitas Kinerja, dan Peningkatan Kualitas
Pelayanan Publik yang bersifat konkrit.
11
Komponen-Komponen
dalam ZI WBK
1. Komponen Pengungkit
2. Komponen Hasil.
12
SKEMA ZI – WBK/ WBBM
PEN G U N G K I T ( 6 0 %)
H AS I L ( 4 0 %
Peningkatan
Pelayanan
Publik
Pemerintah yang
Bersih dan
Bebas KKN
PERBAIKAN DAN PEMBELAJARAN
13
Komponen Pengungkit
NO
14
KOMPONEN
PENGUNGKIT
BOBOT (60%)
1.
2.
3.
Manajemen Perubahan
5%
Penataan Tatalaksana
5%
Penataan Sistem Manajemen SDM 15%
4.
Penguatan Akuntabilitas Kinerja
5.
6.
Penguatan Pengawasan
15%
Penguatan Kualitas Pelayanan 10%
Publik
10%
Komponen Hasil
NO UNSUR INDIKATOR HASIL
BOBOT
(40%)
1. Terwujudnya Pemerintahan 20%
yang Bersih dan Bebas
KKN
2. Pelayanan Publik kepada 20%
Masyarakat
15
1. MANAJEMEN PERUBAHAN
1.1 Penyusunan Tim Kinerja
a. Unit Kerja Telah Membentuk Tim Kerja Untuk melakukan
Pembangunan Zona Integritas MenujuWBK/WBBM;
b. Penentuan Anggota Tim selain Pimpinan dipilih melalui prosedur
/ mekanisme yang jelas.
1.2 Dokumen Rencana Pembangunan Zona
Integritas menuju WBK/WBBM
a. Dokumen Rencana Kerja Pembangunan ZI telah disusun;
b. Dokumen rencana Kerja telah memuat target-target prioritas
yang relevan dengan tujuan Zona Integritas;
c. Terdapat Mekanisme / Media untuk mensosialisasikan
Pembangunan Zona Integritas.
1.3 Pemantauan dan Evaluasi Pembangunan
ZI Menuju WBK/WBBM
a. Seluruh kegiatan pembangunan ZI dan WBK/WBBM telah
dilaksanakan sesuai dengan target yang direncanakan;
b. Terdapat monitoring dan evaluasi terhadap pembangunan Zona
Integritas menujuWBK/WBBM;
1.4 Perubahan Pola Pikir dan Budaya Kerja
a. Pimpinan berperan sebagai role model dalam pelaksanaan
pembangunan Zona Integritas menujuWBK/WBBM;
b. Agen Perubahan telah ditetapkan;
c. Budaya kerja dan pola pikir telah dibangun di lingkungan
organisasi; dan
d. Anggota organisasi terlibat dalam pembangunan Zona Integritas
menuju WBK/WBBM.
2. PENATAAN TATALAKSANA
2.1
Prosedur Operasional tetap (SOP) Kegiatan Utama
a. Prosedur operasional tetap mengacu kepada peta proses
bisnis instansi;
b. Prosedur operasional tetap telah diterapkan; dan
c. Prosedur operasional tetap telah dievaluasi.
2.2
E-Office
a. Sistem pengukuran kinerja berbasis sistem informasi;
b. Sistem kepegawaian berbasis sistem informasi; dan
c. Sistem pelayanan publik berbasis sistem informasi
2.3
Keterbukaan Informasi Publik
a. Kebijakan tentang keterbukaan informasi publik telah
diterapkan; dan
b. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan keterbukan
informasi publik.
3. PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM
3.1 Perencanaan Kebutuhan Pegawai sesuai dengan Kebutuhan
Organisasi
a. Unit kerja telah membuat rencana kebutuhan pegawai di unit
kerjanya dalam hal rasio dengan beban kerja dan kualifikasi
pendidikan;
b. Unit kerja telah menerapkan rencana kebutuhan pegawai di unit
kerjanya; dan
c. Unit kerja telah menerapkan monitoring dan evaluasi terhadap
rencana kebutuhan pegawai di unit kerjanya.
3.2 Pola Mutasi Internal
a. Unit kerja telah menetapkan kebijakan pola mutasi internal;
b. Unit kerja telah menerapkan kebijakan pola mutasi internal; dan
c. Unit kerja telah memiliki monitoring dan evaluasi terhadap
kebijakan pola rotasi internal.
3.4 Pengembangan Pegawai Berbasis Kompetensi
a. Telah melakukan upaya pengembangan kompetensi (capacity
abuilding/transfer knowledge); dan
b. Terdapat kesempatan/hak bagi pegawai di unit kerja terkait
untuk mengikuti diklat maupun pengembangan kompetensi
lainnya.
c. Unit kerja telah menerapkan monitoring dan evaluasi terhdap
rencana kebutuhan pegawai di unit kerjanya.
3.5 Penetapan Kinerja Individu
a. Telah memiliki penilaian kinerja individu yang terkait dengan
kinerja organisasi;
b. Ukuran kinerja individu telah memiliki kesesuaian dengan indikator
kinerja individu level diatasnya;
c. Telah melakukan pengukuran kinerja individu secara periodik;
d. Hasil penilaian kinerja individu telah diimplementasikan mulai
dari penetapan, implementasi dan pemantauan.
3.6 Penegakan Aturan Disiplin/Kode Etik/Kode Perilaku
Pegawai
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan mengacu pada
kondisi yang seharusnya dilakukan, seperti pelaksanaan Aturan
disiplin / kode etik / kode perilaku telah dilaksanakan /
diimplementasikan; dan
3.7 Sistem Informasi Kepegawaian
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan mengacu pada
kondisi yang seharusnya dilakukan, seperti pelaksanaan sistem
informasi kepegawaian pada unit kerja telah dimutakhirkan
secara berkala.
4. PENGUATAN AKUNTABILITAS
4.1 Keterlibatan Pimpinan
a. Unit kerja telah melibatkan pimpinan secara langsung pada saat
penyusunan perencanaan;
b. Unit kerja telah melibatkan secara langsung pimpinan saat
penyusunan penetapan kinerja; dan
c. Pimpinan telah memantau pencapaian kinerja secara berkala.
4.2 Pengelolaan Akuntabilitas Kinerja
a. Unit kerja telah memiliki dokumen perencanaan berorientasi hasil;
b. Indikator kinerja telah memiliki kriteria Specific, Measurable,
Acheivable, Relevant and Time bound (SMART);
c. Unit kerja telah menyusun laporan kinerja tepat waktu;
d. Pelaporan kinerja telah memberikan informasi tentang kinerja;
e. Unit kerja telah berupaya meningkatkan kapasitas SDM yang
menangangi akuntabilitas kinerja.
5. PENGUATAN PENGAWASAN
5.1 Pengendalian Gratifikasi
a. Unit kerja telah memiliki public campaign tentang
pengendalian
gratifikasi; dan
b. Unit kerja telah mengimplementasikan pengendalian gratifikasi.
5.2 Penerapan Sistem Pengawasan Internal Pemerintah (SPIP)
a. Unit kerja telah membangun lingkungan pengendalian;
b. Unit kerja telah melakukan penilaian risiko atas unit kerja;
c. Unit kerja telah melakukan kegiatan pengendalian untuk
meminimalisir risikoyang telah diidentifikasi; dan
d. Unit kerja telah mengkomunikasikan dan mengimplementasikan
SPI kepada seluruh pihak terkait.
5.3 Pengaduan Masyarakat
a. Unit kerja telah mengimplementasikan kebijakan pengaduan
masyarakat;
b. Unit kerja telah melaksanakan tindak lanjut atas hasil
penanganan pengaduan masyarakat;
c. Unit kerja telah melakukan monitoring dan evaluasi atas
penanganan pengaduan masyarakat; dan
d. Unit kerja telah menindaklanjuti hasil evaluasi atas
penanganan pengaduan masyarakat.
5.4 Whistle Blowing System
a. Unit kerja telah menerapkan Whistle Blowing System;
b. Unit kerja telah melakukan evaluasi atas penerapan WBS
c. Unit kerja menindaklanjuti hasil evaluasi atas penerapan Whistle
Blowing System (WBS).
5.5 Penanganan Benturan Kepentingan
a. Unit kerja telah mengidentifikasi benturan kepentingan dalam tugas
fungsi utama;
b. Unit kerja telah menyosialisasikan penanganan benturan kepentingan;
c. Unit kerja telah mengimplementasikan penanganan benturan
kepentingan;
d. Unit kerja telah melakukan evaluasi atas penanganan benturan
kepentingan; dan
e. Unit kerja telah menindaklanjuti hasil evaluasi atas
penanganan
benturan kepentingan.
6. PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK
6.1 Standar Pelayanan
a. Unit kerja telah memiliki kebijakan standar pelayanan;
b. Unit kerja telah memaklumatkan standar pelayanan;
c. Unit kerja telah memiliki SOP bagi pelaksanaan standar pelayanan; dan
d. Unit kerja telah melakukan reviu dan perbaikan atas standar pelayanan
dan SOP.
6.2 Budaya Pelayanan Prima
a. Unit kerja telah melakukan sosialisasi/pelatihan berupa kode etik,
estetika, capacity building dalam upaya penerapan budaya pelayanan prima;
b. Unit kerja telah memiliki informasi tentang pelayanan mudah diakses
melalui berbagai media;
c. Unit kerja telah memiliki sistem reward and punishment bagi pelaksana
layanan serta pemberian kompensasi kepada
penerima layanan bila
layanan tidak sesuai standar;
d.
Unit kerja telah memiliki sarana layanan terpadu/terintegrasi;
e.
Unit kerja telah melakukan inovasi pelayanan.
6.3 Penilaian Kepuasan Terhadap Pelayanan
a.
Unit kerja telah melakukan survey kepuasan masyarakat terhadap
pelayanan;
b.
Hasil survey kepuasan masyakat dapat diakses secara terbuka; dan
c.
Unit kerja telah melakukan tindak lanjut atas hasil survey kepuasan
masyarakat.
INDIKATOR HASIL
NO
.
UNSUR INDIKATOR HASIL
BOBOT
(40%)
1. Terwujudnya Pemerintahan yang Bersih
dan Bebas KKN
20%
2. Terwujudnya Peningkatan Kualitas
Pelayanan Publik kepada Masyarakat
20%
A. Syarat Pengajuan Predikat Menuju
WBK dan Menuju WBBM
 Pada level Kementerian Agama
 Mendapatkan predikatWajar Tanpa Pengecualian dari BPK atas opini
29
laporan keuangan; dan
 Mendapatkan Nilai Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemeirntah
(LAKIP) minimal “CC”.
 Pada level Satuan Kerja yang diusulkan
 Unit Eselon I Pusat, Perguruan Tinggi Agama Negeri (PTAN), Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi, Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota;
 Memiliki peran dan penyelenggaraan fungsi pelayanan strategis;
 Dianggap telah melaksanakan program-program reformasi birokrasi
secara baik; dan
 Mengelola sumber daya yang cukup besar.
B. Mekanisme Pengajuan Predikat
Menuju WBK dan Menuju WBBM
 Pengusulan Unit/Satuan Kerja Berpredikat Menuju
WBK/WBBM
 PenilaianWBK
 PenilaianWBBM
 Penetapan WBK dan WBBM
30
C. Evaluasi Predikat WBK/WBBM
 Evaluasi
31
terhadap
pemberikan
predikat
WBK/WBBM kepada satuan kerja Kementerian
Agama dilakukan secara berkala oleh Tim Penilai
Nasional (Kementerian PAN dan RB, ORI, dan
KPK). Apabila hasil penilaian menunjukkan satuan
kerja yang bersangkutan tidak memenuhi syarat
minimal evaluasi, maka predikat WBK akan
dicabut dan secara otomatis satuan kerja
bersangkutan tidak dapat diusulkan sebagai satuan
kerja berpredikat WBBM.
Hasil Evaluasi Pelaksanaan
Reformasi Birokrasi Kemenag
TAHUN 2015
DARI KEMENPAN
 Indeks Reformasi Birokrasi Kementerian
Agama adalah 54,83 dengan kategori ”CC”
32
Hasil Evaluasi Pelaksanaan
Reformasi Birokrasi
No
Komponen Penilaian
A
Pengungkit
1.
2.
3.
Manajemen Perubahan
Penataan Peraturan
Perundang-undangan
Penataan dan Penguatan
Organisasi
Nilai Maksimal
Nilai Capaian
% Capaian
5,00
2,56
51,22%
5,00
2,71
54,25%
6,00
1,17
19,44%
5,00
3,30
65,95%
15,00
6,11
40,76%
4.
Penataan Tatalaksana
5.
Penataan Sistem
Manajemen SDM
6.
Penguatan Akuntabilitas
6,00
1,92
32,07%
7.
Penguatan Pengawasan
12,00
6,51
54,24%
6,00
3,34
55,71%
60,00
27,63
46,05%
33
8.
Peningkatan Kualitas
Pelayanan Publik
Sub Total Komponen
Pengungkit
B
Hasil
Nilai Maksimal
Nilai Capaian
% Capaian
1.
Kapasitas Dan Akuntabilitas
Kinerja Organisasi
20,00
13,07
65,37%
2.
Pemerintah Yang Bersih Dan
Bebas KKN
10,00
7,08
70,78%
3.
Kualitas Pelayanan Publik
10,00
7,05
70,47%
Sub Total Komponen Hasil
40,00
27,20
68,00%
Indeks Reformasi Birokrasi
100,00
54,83
54,83%
34
Peningkatan Kapasitas dan
Akuntabilitas Kinerja Organisasi
Secara umum, kapasitas dan akuntabilitas
Kementerian Agama sudah cukup baik. Hal ini
terlihat dari perolehan nilai akuntabilitas kinerja
Kementerian Agama sebesar 57,78 dengan kategori
”CC” dan nilai survey kapasitas organisasi
Kementerian Agama dengan hasil 3,83 dari skala 5.
35
Upaya-upaya yang sudah dilakukan oleh
Kementerian Agama
1.
2.
3.
4.
Jajaran pimpinan dan pegawai di lingkungan Kementerian Agama telah
memberikan perhatian yang cukup besar atas pelaksanaan Reformasi
Birokrasi, yaitu dengan pembentukan Tim Pelaksana dan Tim Pengarah
dan penetapan Road Map Reformasi Birokrasi;
Penerapan sistem pengendalian penyusunan peraturan perundangan
untuk menghindarkan adanya peraturan perundangan yang tumpang
tindih dan tidak harmonis;
Proses penerimaan CPNS telah dilakukan secara kompetitif dan
transparan dengan menggunakan sistem Computer Assist Test (CAT);
Peta Proses bisnis kegiatan utama sebagian besar telah ditetapkandan
dijabarkan ke dalam prosedur operasional tetap (SOP) pada unit-unit
kerja.
36
Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
Perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan
kualitas pelayanan publik (area for improvement)
Kementerian Agama adalah melakukan survei
kepuasan pelayanan masyarakat untuk semua jenis
layanan, melakukan inovasi dalam pelayanan dan
menjaga implementasi Road Map Reformasi
Birokrasi secara berkesinambungan
37
Beberapa hal penting yang perlu dilakukan (area for
improvement) dalam rangka meningkatkan Kapasitas
dan Akuntabilitas Kinerja Organisasi
 Perlu dibentuk agent of change atau role model untuk menggerakkan organisasi dalam




melakukan perubahan secara berkelanjutan dan dipantau perkembangannyasecara berkala;
Menata kelembagaan Kementerian Agama melalui evaluasi terhadap ketepatan fungsi dan
ketepatan ukuran organisasi, tumpang tindih fungsi dengan instansi lain dan duplikasi
fungsi serta menindaklanjuti hasil evaluasi tersebut;
Menata sistem manajeman SDM dengan baik, antara lain dengan merencanakan
redistribusi pegawai, menyusun rencana pengembangan kompetensi pegawai sesuai
kebutuhan, dan menerapkan promosi jabatan secara terbuka;
Mengembangkan sistem manajemen kinerja dengan teknologi informasi sehingga dapat
meningkatkan pelaksanaan budaya kinerja;
Menetapkansistem penilaian kinerja individu dikaitkan dengan kinerja organisasi serta
memiliki kesesuaian dengan indikator kinerja individu level diatasnya, sehingga hasil
penilaian kinerja individu nantinya dapat dijadikan dasar untuk pengembangan karir
individu dan pemberian tunjangan kinerja.
38
SEKIAN
Download