gejala traumatik dari tindakan sekuhara yang

advertisement
GEJALA TRAUMATIK DARI TINDAKAN
SEKUHARA YANG DIALAMI OLEH SHIIBA
AYUMU DALAM KOMIK LIFE KARYA
SUENOBU KEIKO
Meylina
Jalan Raya U 18, Kemanggisan/Palmerah, Jakarta Barat, 083198793908, [email protected]
Meylina, Rosita Ningrum, S.S.,M.Pd
ABSTRAK
Life merupakan sebuah manga karya Suenobu Keiko. Dalam komik Life, banyak berisikan tema
kontroversial seperti ijime, penyiksaan terhadap diri sendiri, pelecehan seksual (sekuhara), dan
sebagainya. Komik Life menceritakan tentang perjalanan hidup Shiiba Ayumu yang merupakan
tokoh utama dalam cerita tersebut. Shiiba Ayumu mengalami pelecehan seksual yang dilakukan
oleh Katsumi, pacar dari Manami, ketika Ayumu mencoba untuk memperbaiki hubungan antara
Katsumi dan Manami. Akibat dari kejadian tersebut, Ayumu menunjukkan gejala –gejala
traumatik dari PTSD. Gangguan Stress Pasca Trauma (PTSD) merupakan gangguan mental
pada seseorang yang muncul setelah mengalami suatu kejadian traumatik dalam keidupan
atau suatu peristiwa yang mengancam keselamatan jiwanya seperti perang, bencana alam,
kecelakaan, maupun pemerkosaan. Pada skripsi ini penulis ingin mengetahui tentang gelaja
traumatik dari tindakan pelecehan seksual (sekuhara) yang dialami oleh Shiiba Ayumu sebagai
pemeran utama dalam komik Life karya Suenobu Keiko. Penelitian ini dibatasi pada komik Life
jilid 2 -4. Dengan pendekatan deskriptif analitis, penulis mencoba untuk menganalisa gejala
traumatik berdasarkan tingkah laku serta kejiwaan sang tokoh. Dengan metode penelitian ini,
penulis menemukan bahwa Ayumu menunjukkan tiga gejala traumatik akibat dari pelecehan
seksual (sekuhara ) yang dilakukan oleh Katsumi. Ketiga gejala traumatik itu adalah reexperiencing, arousal, dan avoidance
Kata kunci: Pelecehan Seksual (Sekuhara), Gejala Traumatik Re-experiencing, Arousal, dan
Avoidance
ABSTRACT
Comic titled Life is one of Suenobu Keiko art work. In comic titled Life, there are a lot of
controversial theme such as ijime, self-abuse, sexual harassment, etcetera. Comic titled Life,
tells about Shiiba Ayumu life which is the main character in the story. Shiiba Ayumu
experiencing sexual harassment by Katsumi, Manami boy friend, when Ayumu try to fix the
relationship between Katsumi and Manami. As the result, Ayumu showed the symptoms of
traumatic from PTSD. Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) is a mental health problem that
can occur following the direct experience or witnessing of life-threatening events such as
military combat, natural disasters, terrorist attacks, serious accidents, or violent personal
assaults like rape.In this thesis, the author want to know about the traumatic symptoms of
sexual harassment experienced by Shiiba Ayumu as the main character in the comic titled Life
by Suenobu Keiko. This research is limited to comic titled Life volume 2 -4. With descriptive
analytical approach, the author try to analysis the traumatic symptoms by the character
behavioral and psychiatric. With this method the author found that Ayumu shows three
traumatic symptoms as the result of sexual harassment by Katsumi. Three traumatic symptoms
are re- experiencing, arousal, dan avoidance.
Key word : Sexual Harassment, Traumatic Symptoms Re-experiencing, Arousal, and Avoidance
PENDAHULUAN
Pelecehan seksual dapat terjadi pada semua orang. Banyak korban pelecehan seksual yang baru dapat
mengungkapkan kejadian yang melukai emosional mereka setelah mengalami trauma dan berjuang
melawan rasa sakit dalam jangka waktu yang panjang. Kebanyakan orang takut untuk mengungkapkan
hal yang memalukan dan menyakitkan karena takut dipermalukan. Saat ini banyak karya sastra seperti
komik, novel, dan film yang mengambil tema dari kehidupan sosial masyarakat dan masalah-masalah
yang ada di dalamnya, Berdasarkan kasus pelecehan seksual, penulis tertarik untuk meneliti tentang
“Gejala Traumatik Dari Tindakan Sekuhara yang Dialami oleh Shiiba Ayumu dalam Komik Life Karya
Suenobu Keiko”. Pada penelitian ini, penulis akan meneliti tiga gejala traumatik yang dialami oleh tokoh
Shiiba Ayumu akibat dari tindakan pelecehan seksual (sekuhara) yang dilakukan oleh Katsumi pacar dari
temannya Manami.
Teori yang penulis pakai untuk menganalisis gejala traumatik pada tokoh Shiiba Ayumu adalah
Understanding and Coping with PTSD (2011) oleh Veterans Healthcare Administration, National Center
for PTSD. Menurut Bufka dan Barlow, gangguan stress pasca trauma (PTSD) merupakan gangguan
mental pada seseorang yang muncul setelah mengalami suatu pengalaman traumatik dalam kehidupan
atau suatu peristiwa yang mengancam keselamatan jiwanya. Orang yang mengalami sebagai saksi hidup
kemungkinan akan mengalami gangguan stress (dikutip Lakey , 2007).
Menurut Veterans dalam jurnal National Center for PTSD (2011), PTSD memiliki tiga gejala utama,
yakni:
1.
Re-experiencing atau mengingat kembali (flash back). Korban trauma umumnya terus mengalami
atau menghidupkan kembali trauma mereka dalam bentuk seperti berikut :
• Memiliki kenangan buruk seperti gambar, presepsi maupun pemikiran yang berkaitan
dengan trauma
• Mengalami mimpi buruk tentang suatu kejadian
• Merasa bahwa kejadian tersebut akan terulang lagi (flash back )
• Gejala fisik seperti berkeringat, detak jantung lebih cepat, susah bernafas) ketika
teringat pada kejadian traumatik.
2.
Arousal atau rasa takut dan cemas yang berlebihan. Seperti :
• Susah tidur
• Cepat marah
• Mudah kaget atau ketakutan jika ada sesuatu atau seseorang yang datang tanpa kita
sadari
• Sulit berkonsentrasi
• Merasa gelisah dan terus mencari adanya bahaya (waspada)
• Panik
3.
Avoidance atau menghindar, seperti :
• Menghindari pikiran, perasaan maupun pembicaraan yang mengingatkan akan trauma
• Menghindari tempat, aktifitas atau pun orang yang mengingatkan trauma
• Kehilangan minat atau tidak berpartisipasi dalam kegiatan yang disukai
• Merasa putus hubungan dengan orang lain
• Merasa seolah-olah masa depannya pendek atau tidak punya harapan
Untuk mengetahui penyebab munculnya gejala traumatik pada tokoh Shiiba Ayumu, penulis
menggunakan teori Preventing Sexual Harassment oleh EEOC (1992).
Pelecehan seksual (sekuhara) adalah setiap tindakan atau perilaku seksual yang tidak dikehendaki.
Bentuknya dapat berupa verbal, fisik, dan non-verbal. Pelecehan seksual dapat menyebabkan kemarahan,
perasaan terhina, malu, tidak nyaman, dan tidak aman bagi orang yang mengalaminya (EEOC 1992).
Tindakan-tindakan yang termasuk dalam pelecehan seksual yakni :
A. Fisik :
•
•
•
•
memperkosa atau penyerangan seksual
menyentuh baju, tubuh atau rambut orang lain
memeluk, mencium, menepuk atau membelai seseorang tanpa ijin dan menyebabkan
ketidaknyamanan.
Kekerasan fisik
B. Non-verbal :
•
•
•
•
memperlihatkan gerak gerik seksual yang tidak diinginkan
menatap seseorang dengan pandangan kearah tubuh tertentu dengan muatan seksual
membuat ekspresi wajah seperti main mata, menjilat ludah , atau melempar ciuman pada
seseorang.
memperlihatkan gambar-gambar vulgar
C. Verbal:
•
•
•
•
menggoda, bercanda, komentar, atau pertanyaan bersifat seksual yang tidak dinginkan
menulis surat, menelepon, sms, chatting yang bersifat seksual
memanggil seseorang dengan nada mendesah yang mengekspresikan seksual atau sifatnya
mencemooh
melakukan tekanan (ancaman, rayuan, paksaan, direndahkan, diperbandingkan) untuk
mendapatkan kenikmatan seksual, yang tidak diinginkan
Penulis menekankan penelitian pada gejala traumatik yang dialami oleh Shiiba Ayumu berdasarkan
prespektif psikologis. Penelitian ini dibatasi pada komik Life volume 2-4.Tujuan dari penelitian ini sendiri
adalah untuk mengetahui gejala traumatik akibat dari tindakan pelecehan seksual (sekuhara) dengan
menganalisis aspek kejiwaan tokoh utama. Manfaat penelitian ini adalah untuk menambah pemahaman
pembaca mengenai gejala yang ditimbulkan dari tindakan pelecehan seksual (sekuhara). Sehingga dapat
memberikan wawasan baru kepada pembaca, khususnya mahasiswa jurusan sastra Jepang Binus
University.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang penulis pakai adalah metode penelitian kepustakaan. riset kepustakaan atau studi
pustaka, ialah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca,
dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Riset pustakaan memanfaatkan sumber perpustakaan
untuk memperoleh data penelitiannya. Penulis menggunakan komik Life sebagai sumber utama dan bahan
pendukung lainnya seperti buku-buku dan jurnal baik dari perpustakaan maupun internet.
Setelah membaca komik Life, penulis menemukan tema pelecehan seksual (sekuhara) pada jilid 2-4.
Kemudian penulis menganalisis data dengan menggunakan metode deskriptif analitis.
Selain itu, penulis juga menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian
yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap,
kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Pada penulisan ini semua
data-data dianalsis dengan menggunakan pemahaman (interpretasi).
HASIL DAN BAHASAN
Penulis akan menganalisis terlebih dahulu tindakan pelecehan seksual (sekuhara) yang dilakukan
Katsumi kepada Ayumu. Adapun bentuk-bentuk pelecehan seksual (sekuhara) yang dialami Ayumu
adalah pelecehan seksual fisik, verbal mau nonverbal. Pelecehan seksual tersebut disertai dengan tiga
gejala utama traumatik seperti re-experiencing, arousal, avoidance yang dialami oleh tokoh itu sendiri
melalui sikap dan pola pikir sang tokoh.
3.1 Analisis Tindakan Pelecehan Seksual (Sekuhara) yang Dialami Ayumu
3.1.1 Pelecehan Seksual (Sekuhara) Fisik yang Dialami Ayumu
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pelecehan seksual (sekuhara) adalah setiap tindakan atau
perilaku seksual yang tidak dikehendaki. Bentuknya dapat berupa verbal, fisik, dan non verbal. Pelecehan
seksual dapat menyebabkan kemarahan, perasaan terhina, malu, tidak nyaman, dan tidak aman bagi orang
yang mengalaminya (EEOC, 1992).
Pelecehan seksual secara fisik adalah pelecehan yang seksual yang berhubungan dengan fisik seperti
memperkosa atau penyerangan seksual. Menyentuh baju, tubuh, atau rambut orang lain yang bermuatan
seksual, memeluk, mencium, menepuk atau membelai seseorang tanpa ijin dan menyebabkan
ketidaknyamanan, dan sebagainya (EEOC, 1992). Berikut penulis jabarkan pelecehan seksual secara fisik
yang dialami oleh Ayumu.
Situasi :
Katsumi berhasil menipu Ayumu untuk datang ke alamat yang diberikan kepada Ayumu. Di tempat
tersebut Ayumu mendapatkan perlakuan pelecehan seksual (sekuhara) oleh Katsumi.
Gambar 3.1.1.1 Katsumi Menangkap Ayumu (Sumber: Suenobu, 2002, Vol. 2, hal.86)
Terjemahan :
カツミ:ゲームオーバ
カツミ:いいねエ
カツミ:もっとイヤがってよ
Katsumi : game over
Katsumi : bagus sekali
Katsumi : tunjukkan ekspresi bencimu lebih lagi
Analisis:
Katsumi berhasil menipu Ayumu untuk datang ke alamat yang diberikannya kapada Ayumu. Katsumi
mengatakan:
,artinya: “ game over “ pada Ayumu sambil memborgol tangannya dari
belakang. Ayumu merasa terkejut dan mencoba untuk kabur. Ayumu mendorong Katsumi sampai dia
terjatuh. Pada adegan di atas, Ayumu melihat Katsumi dengan tatapan penuh kebencian. Akan tetapi
Katsumi merasa senang dengan ekspresi yang ditunjukkan oleh Ayumu. Hal tersebut ditunjukkan pada
perkataan Katsumi pada Ayumu
, artinya: “ bagus sekali, tunjukkan
ekspresi bencimu lebih lagi”. Setelah mendengar perkataan Katsumi, mata Ayumu terpaku saat melihat
Katsumi membawa plester dengan wajah yang menakutkan. Kemudian Katsumi memukul wajah Ayumu
dengan plester tersebut agar Ayumu tidak melawan. Ayumu hanya dapat menerima perlakuan Katsumi
tanpa kekuatan untuk melawan.
「ゲームオーバ」
:「もっとイヤがってよ」
Tindakan yang dilakukan Katsumi kepada Ayumu merupakan tindakan pelecehan seksual. Sesuai dengan
arti pelecehan seksual yakni pelecehan seksual (sekuhara) adalah setiap tindakan atau perilaku seksual
yang tidak dikehendaki. Bentuknya dapat berupa verbal, fisik, dan non-verbal. Pelecehan seksual dapat
menyebabkan kemarahan, perasaan terhina, malu, tidak nyaman, dan tidak aman bagi orang yang
mengalaminya (EEOC, 1992). Di sini Ayumu mengalami tindakan pelecehan seksual secara fisik.
3.1.2 Pelecehan Seksual (Sekuhara) Non-verbal yang Dialami Ayumu
Pelecehan non-verbal adalah pelecehan yang dilakukan dengan tindakan bukan perkataan. Bentuk dari
pelecehan seksual tersebut seperti memperlihatkan gerak gerik seksual yang tidak diinginkan, menatap
seseorang dengan pandangan ke arah tubuh tertentu dengan muatan seksual, membuat ekspresi wajah
seperti main mata, menjilat ludah atau melempar ciuman pada seseorang dan sebagainya (EEOC, 1992).
Berikut gambaran pelecehan seksual non-verbal yang dialami oleh Ayumu.
Situasi :
Katsumi berhasil menipu Ayumu untuk datang ke alamat yang diberikan kepada Ayumu. Di tempat
tersebut Ayumu mendapatkan perlakuan pelecehan seksual (sekuhara) oleh Katsumi. Katsumi
mengangkat rok Ayumu untuk melihat celana dalam Ayumu yang basah karena mengompol.
Gambar 3.1.2.1 Katsumi Mengangkat Rok Ayumu dengan Gunting
(Sumber : Suenobu, 2002, Vol. 2, hal.96)
Terjemahan:
カツミ:ぬれてっと気持ち悪いだろ
カツミ:ボクが脱がしてあげようか?
カツミ:楽しみはとっとくか
Katsumi: kau pasti tidak nyaman memakai pakaian dalam yang basah
Katsumi: mau ku bantu untuk lepaskan ?
Katsumi: ini akan menjadi sangat menyenangkan
Analisis:
Katsumi mengangkat rok Ayumu dengan gunting yang ada di tangannya untuk melihat celana dalam
Ayumu., sambil berkata:
, artinya: “Kau pasti tidak nyaman memakai
pakaian dalam yang basah”.
, artinya “Mau ku bantu untuk
lepaskan ?”. Berbeda dengan Ayumu yang sangat ketakutan, Katsumi sangat menikmati pemandangan itu.
Kemudian Katsumi menggunting pakaian Ayumu. Menatap seseorang dengan pandangan ke arah tubuh
tertentu dengan muatan seksual merupakan salah satu dari tindakan pelecehan seksual secara non-verbal.
「ぬれてっと気持ち悪いだろ」
「ボクが脱がしてあげようか?」
3.1.3 Pelecehan Seksual (Sekuhara) Verbal yang Dialami Ayumu
Pelecehan seksual secara verbal merupakan pelecehan yang mengarah seksual dengan menggunakan
ucapan. Tindakan tersebut seperti menggoda, bercanda, komentar, atau pertanyaan bersifat seksual, yang
tidak diinginkan, menulis surat menelepon, sms, chatting yang bersifat seksual, memanggil seseorang
dengan nada mendesah yang mengekspresikan seksual dan atau sifatnya mencemooh, melakukan tekanan
(ancaman, rayuan, paksaan, direndahkan, diperbandingkan) untuk mendapatkan kenikmatan seksual yang
tidak diinginkan (EEOC, 1992). Berikut gambaran pelecehan seksual secara verbal yang dialami oleh
Ayumu.
Situasi :
Ayumu mengompol karena ketakutan setelah Katsumi menjilat pipinya dalam keadaan kaki terikat dan
mulut di plester.
Gambar 3.1.3.1 Situasi Ayumu Ketakutan sampai Mengompol
(Sumber : Suenobu, 2002, Vol. 2, hal.95)
Terjemahan:
カツミ:おいしいね
カツミ:刺したりしないよ
カツミ:死んだらつまんないじゃん
カツミ:マジかよ おもらししちゃったよ!
カツミ:アユムちゃん何歳でちゅか――?
おもらしちゃんでちゅか――?
Katsumi : enak sekali..
Katsumi : tenang aku tidak akan membunuhmu
Katsumi : ini akan jadi membosankan jika kau mati
Katsumi : kau mengompol !, yang benar saja.
Katsumi : Ayumu chan, kau umurnya berapa? Kok masih ngompol?
Analisis :
Katsumi terlihat sangat menikmati saat mempermainkan Ayumu dengan menjilat pipinya. Ayumu
merasa sangat ketakutan sehingga mengompol di celana. Melihat Ayumu mengompol, Katsumi tertawa
geli dan mengatakan:
,artinya: “ Kau mengompol!, yang
benar saja.
,
, artinya:
“Ayumu-chan, kau umurnya berapa? Kok masih ngompol?”. Perkataan tersebut, membuat Ayumu
merasa malu. Menggoda, bercanda, komentar, atau pertanyaan bersifat seksual yang tidak diinginkan
merupakan salah satu pelecehan seksual secara verbal (EEOC, 1992)
「マジかよ おもらししちゃったよ!」
「アユムちゃん何歳でちゅか――? おもらしちゃんでちゅか――?」
Setelah menganalisis bentuk pelecehan seksual yang dialami oleh Ayumu, penulis menemukan bahwa
Ayumu mengalami tiga bentuk pelecehan seksual yaitu pelecehan seksual fisik, verbal dan non-verbal.
Penulis menjabarkan pelecehan seksual yang dialami oleh Ayumu pada tabel berikut.
Tabel 1 Pelecehan seksual (sekuhara ) yang dialami oleh Ayumu
Pelecehan seksual fisik:
Kekerasan fisik
Mencium,
memeluk,
sebagainya
yang
ketidaknyamanan.
Tubuh Ayumu diikat, tangannya diborgol dan
mulutnya diplester agar tidak bisa kabur dari
rumah Katsumi.
membelai, dan
menyebabkan
Pemerkosaan atau penyerangan seksual
Katsumi menjilat pipi Ayumu
Katsumi melakukan percobaan pemerkosaan
terhadap Ayumu
Pelecehan Seksual Non-verbal:
Menatap seseorang dengan pandangan ke
arah tubuh tertentu dengan muatan seksual
Katsumi melihat celana dalam Ayumu dengan
menggunakan gunting
Memperlihatkan gambar vulgar
Katsumi memperlihatkan foto Ayumu tanpa
busana pada Ayumu
Pelecehan seksual verbal :
Menggoda, bercanda, berkomentar, atau
pertanyaan bersifat seksual yang tidak
diinginkan
Katsumi mengatakan pada Ayumu: Kau
mengompol !, yang benar saja.
Ayumu chan umurnya berapa? Kok masih
ngompol?
Tekanan
1. Katsumi memaksa Ayumu untuk mengikuti
apa yang dia katakan.
2. Katsumi mengancam Ayumu tidak boleh
pulang jika dia tidak tersenyum saat difoto
tanpa busana
3. Katsumi mengancam akan menyebarkan foto
tanpa busananya ke semua orang
Menulis surat, menelepon, sms, Chatting
yang bersifat seksuccal
Katsumi mengirimkan email ucapan selamat
pagi beserta foto Ayumu tanpa busana kepada
Ayumu
Setelah penulis menjabarkan tentang pelecehan seksual yang dialami oleh Ayumu, berikut penulis akan
menganalisis gejala traumatik yang dialami oleh Ayumu akibat dari pelecehan seksual yang dilakukan
oleh Katsumi.
3.2 Gejala Traumatik yang Timbul Akibat Pelecehan Seksual (Sekuhara) yang Dialami
Ayumu
3.2.1 Gejala Traumatik Re-experiencing yang Timbul Akibat
(Sekuhara) Fisik pada Ayumu
Pelecehan Seksual
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada sub bab 3.1.1, Ayumu mengalami pelecehan seksual
(sekuhara) fisik seperti mendapat perlakuan kekerasan fisik, mendapat perlakuan yang menyebabkan rasa
tidak nyaman pada Ayumu dan mendapat penyerangan seksual yang semuanya dilakukan oleh Katsumi.
Sekuhara mengakibatkan banyak kerugian baik jangka pendek mau jangka panjang pada sang korban.
Trauma didefinisikan sebagai peristiwa-peristiwa yang melibatkan individu yang ditunjukkan dengan
suatu insiden yang memungkinkan ia terluka atau mati sampai muncul perasaan diteror dan perasaan
putus asa (Strauser, Lustig, Cogdal, dan Uruk, 2006, hal.346)
Trauma yang berkepanjangan akan menimbulkan gejala Post Traumatic Stress Disorder (PTSD).
Gangguan Stress Pasca Trauma (PTSD) merupakan gangguan mental pada seseorang yang muncul
setelah mengalami suatu pengalaman traumatik dalam kehidupan atau suatu peristiwa yang mengancam
keselamatan jiwanya. Seperti peristiwa perang, pemerkosaan, penganiayaan anak, serta bencana alam.
Menurut Bufka dan Barlow Orang yang mengalami sebagai saksi hidup kemungkinan akan mengalami
gangguan stress (dikutip Lakey, 2007). Veterans (2011) mengemukakan salah satu dari gejala utama
PTSD adalah re-experiencing.
Sebagai akibat dari tindakan pelecehan seksual yang dilakukan oleh Katsumi terhadap Ayumu, Ayumu
mengalami gejala re-experiencing. Gejala re-experiencing menyebabkan seseorang merasa bahwa
kejadian yang dia alami terulang kembali. Orang yang mengalami gejala ini biasanya akan mengalami
flashback atau kilas balik-mengenang trauma berulang-ulang, termasuk gejala fisik seperti detak jantung
lebih cepat atau berkeringat, mimpi buruk, ketakutan (Veterans, 2011). Berikut penulis akan paparkan
gejala trauma re-experiencing yang dialami oleh Ayumu akibat dari sekuhara.
Situasi :
Di perjalanan pulang dari rumah Katsumi, Ayumu teringat kembali dengan semua kejadian yang
menimpanya.
Gambar 3.2.1.1 Ayumu Mengalami Gejala Re-experiencing
(Sumber : Suenobu, 2002, Vol. 2, hal.110)
Terjemahan:
(ドクンドクンドクン)
アユム:あ….あっ….あ あ
(deg deg deg deg)
Ayumu : a…a…a..a..
Analisis:
Pada adegan di atas, tergambar bahwa Ayumu teringat kembali akan apa yang dia alami saat berada di
rumah Katsumi. Semua hal yang Katsumi lakukan pada dirinya seperti diborgol, difoto, dijambak dan
sebagainya. Detak jantung Ayumu berdetak cepat saat teringat akan kejadian yang dia alami di rumah
Katsumi.Kejadian tersebut membuat Ayumu merasa dirinya kotor dan dia ingin menghilangkan semua
kejadian yang dia alami, sehingga ia berteriak: “A..a…a…a”. Di sini Ayumu terlihat mengalami gejala
re-experiencing, yakni gejala yang menyebab seseorang merasa bahwa kejadian yang dia alami terulang
kembali. Sesuai dengan pernyataan Veterans (2011) mengenai arti gejala re-experiencing.Ayumu teringat
kembali berulang-ulang saat Ayumu mengalami pelecehan seksual oleh Katsumi. Ia diborgol, difoto,
dijambak oleh Katsumi. Pelecehan seksual (sekuhara) adalah setiap tindakan atau perilaku seksual yang
tidak dikehendaki dalam bentuk verbal, fisik, tidak verbal. Pelecehan seksual dapat menyebabkan
kemarahan, perasaan terhina, malu, tidak nyaman, dan tidak aman bagi orang yang mengalaminya
(EEOC,1992).
3.2.2 Gejala Traumatik Arousal yang Timbul Akibat Pelecehan Seksual (Sekuhara) Non-verbal
pada Ayumu
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada sub bab 3.1.2, Ayumu mengalami pelecehan seksual
(sekuhara) non-verbal seperti Katsumi melihat celana dalam Ayumu dengan menggunakan gunting,
Katsumi memperlihatkan foto Ayumu tanpa busana pada Ayumu.
Kejadian-kejadian tersebut, menyebabkan Ayumu mengalami gejala ketakutan dan kecemasan yang
disebut dengan arousal. Gejala ini ditandai dengan kondisi seperti susah tidur, cepat marah, mudah
kaget atau ketakutan jika ada sesuatu atau seseorang yang datang tanpa disadari, sulit berkonsentrasi,
merasa gelisah dan terus menerus mencari adanya bahaya atau waspada (Veterans, 2011). Hal tersebut
tergambar pada adegan berikut.
Situasi :
Ayumu masuk ke sekolah seperti biasa setelah kejadian di rumah Katsumi, namun ia merasa tidak
nyaman di sekolahnya, ia menjadi mudah terkejut dan ketakutan.
Gambar 3.2.2.1 Ayumu Mengalami Gejala Arousal (Sumber : Suenobu, 2002, Vol. 2, hal. 120)
学生:きのうの 見た――?
学生:きゃははは
(アユム:....愛海に会いたくないな…..)
Terjemahan:
Murid :lihat gak yang kemarin?
Murid: hahahaha
(Ayumu: aku tidak ingin bertemu Manami)
Analisis:
Ayumu masuk ke sekolah seperti biasa setelah kejadian di rumah Katsumi. dan merasa tidak ingin
bertemu dengan Manami. Pada adegan di atas muka Ayumu terlihat lesu dan tidak bersemangat. Ketika
seseorang menyentuh pundaknya dari belakang, Ayumu merasa kaget dan menghindar. Hal tersebut
merupakan salah satu gejala arousal. Ayumu menjadi mudah terkejut dan ketakutan. Ayumu bersikap
seperti biasa setelah tahu bahwa yang menepuknya adalah Manami.Di sini terlihat Ayumu merasa tidak
nyaman di sekolahnya dan sesuai pendapat Lahey (2009, hal. 503), setiap korban pelecehan seksual
merasa tidak nyaman dan rileks saat di sekolah atau kerja.
3.2.3 Gejala Traumatik Avoidance yang Timbul Akibat Pelecehan Seksual (Sekuhara)
Verbal pada Ayumu
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada sub bab 3.1.3, Ayumu mengalami pelecehan seksual
(sekuhara) verbal seperti mendapatkan komentar yang tidak menyenangkan, mendapatkan tekanan atau
paksaan, dan mendapatkan pesan yang bersifat seksual dari Katsumi.
Setelah kejadian tersebut, Ayumu menunjukkan gejala traumatik avoidance. Avoidance atau menghindar
merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang mengalami trauma untuk melindungi diri dari
bahaya. Kondisi-kondisi yang termasuk dalam gejala avoidance seperti menghindari pikiran, perasaan
maupun pembicaraan yang mengingatkan akan trauma, menghindari tempat, aktifitas atau pun orang yang
mengingatkan trauma, kehilangan minat atau tidak berpartisipasi dalam kegiatan yang disukai, merasa
putus hubungan dengan orang lain, merasa seolah-olah masa depannya pendek atau tidak punya harapan
(Veterans, 2011).
Situasi :
Ayumu merasa dirinya kotor. Wajah dan bayangan Katsumi selalu muncul dalam pikiran Ayumu,
sehingga ia berteriak agar bayangan tersebut hilang dari pikirannya.
Gambar 3.2.3.1 Ayumu Mengalami Gejala Avoidance (Sumber: Suenobu, 2002, Vol. 2, hal. 112)
(アユム:消えて)
アユム:―っっ
(カツミ:自分で切ってんだら)
Terjemahan :
(Ayumu : pergi)
Ayumu : ughhh
(Katsumi: kau menyayat dirimu sendiri kan)
Analisis:
Ayumu pulang dengan perasaan bersalah dan merasa dirinya kotor sehingga dia membenci dirinya sendiri.
Wajah, perlakuan, dan kata-kata Katsumi selalu muncul di dalam pikiran Ayumu dan hal tersebut
membuat dia berteriak dan menggeram agar bayangan Katsumi hilang dari pikirannya. Menurut Bufka
dan Barlow, orang yang mengalami suatu peristiwa yang mengancam keselamatan hidupnya dan hal yang
menimbulkan dampak traumatik akan mengalami gangguan stress (dikutip Lakey , 2007).
Setelah penulis menganalisis tentang gejala traumatik akibat tindakan pelecehan seksual (sekuhara) yang
dialami oleh Ayumu, maka dapat bahwa Ayumu mengalami tiga gejala traumatik yaitu re-experiencing,
arousal dan avoidance. Berikut ini tabel yang menunjukkan gejala traumatik akibat pelecehan seksual
(sekuhara) yang dialami oleh Ayumu.
Tabel 2 Gejala traumatik yang dialami oleh Ayumu akibat dari pelecehan seksual
Gejala Traumatik Re-experiencing
Memiliki kenangan buruk
Merasa bahwa kejadian tersebut akan terulang
kembali (flash back)
Mengalami mimpi buruk tentang suatu kejadian
Ayumu mengingat semua perbuatan Katsumi
terhadap dirinya. Seperti memborgol, mengikat
dan memplester mulutnya
Ayumu merasa ketakutan saat Katsumi datang
ke kamarnya ketika study tour
Ayumu tiba-tiba terbangun dari tidurnya
dengan nafas terengah-engah dan berkeringat.
Gejala Traumatik Arousal
Mudah kaget atau ketakutan jika ada sesuatu
atau seseorang yang datang tanpa kita sadari
Susah tidur
Sulit berkonsentrasi
Ayumu merasa terkejut dan menghindar ketika
ada seseorang yang menyentuhnya dari
belakang
Setelah Katsumi masuk ke kamarnya saat study
tour, Ayumu mengalami susah tidur. Dia
dibayang-bayangi oleh wajah Katsumi
Saat melihat wajah murid laki-laki tertawa,
Ayumu terbayang akan wajah Katsumi yang
sedang menertawakannya.
Gejala Traumatik Avoidance
Menghindari
pikiran,
perasaan
maupun
pembicaraan yang mengingatkan akan trauma
Ayumu bersikap aneh saat melihat handphone
milik Manami sama dengan Katsumi
Menghindari tempat, aktifitas atau pun orang
yang mengingatkan trauma
Ayumu pergi dari rumah ketika mengetahui
pembicara di telepon adalah Katsumi.
Merasa seolah-olah masa depannya pendek atau
tidak punya harapan
Ayumu merasa bahwa dia tidak bisa hidup
normal, menemukan pasangan, dan jatuh cinta
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis yang penulis teliti pada tokoh Ayumu Shiiba dalam komik Life karya Suenobu
Keiko, dapat dilihat bahwa Ayumu mendapatkan pelecehan seksual secara fisik, verbal, dan non verbal
dari Katsumi. Hal tersebut terlihat dari perlakuan Katsumi terhadap Ayumu di dalam komik Life.
Pelecehan seksual (sekuhara) secara fisik yang dialami Ayumu adalah mendapat perlakuan kekerasan
fisik, mendapat perlakuan yang menyebabkan rasa tidak nyaman pada Ayumu dan mendapat penyerangan
seksual yang semuanya dilakukan oleh Katsumi. Sedangkan pelecahan seksual (sekuhara) verbal yang
dialami Ayumu adalah mendapatkan komentar yang tidak menyenangkan, mendapatkan tekanan atau
paksaan, dan mendapatkan pesan yang bersifat seksual dari Katsumi. Pelecehan seksual (sekuhara) non
verbal yang dialami Ayumu adalah Katsumi melihat celana dalam Ayumu dengan menggunakan gunting,
Katsumi memperlihatkan foto Ayumu tanpa busana pada Ayumu.
Akibat kekerasan seksual (sekuhara) yang dialami Ayumu, ia mengalami gejala-gejala traumatik sepeti
re-experiencing, arousal, dan avoidance. Gejala traumatik re-experiencing yang dialami Ayumu adalah
ia seringkali memiliki kenangan buruk, merasa kejadian yang buruk tersebut akan terulang kembali dan
sering mengalami mimpi buruk tentang suatu kejadian. Gejala traumatik arousal yang dialami Ayumu
adalah ia merasa ketakutan ketika ada seseorang yang menyentuhnya dari belakang, Ayumu mengalami
susah tidur, Ayumu merasa panik saat mendapatkan pesan dari Katsumi, dan Ayumu menjadi sulit
berkonsentrasi. Sedangkan gejala traumatik avoidance yang dialami oleh Ayumu adalah ia merasa bahwa
dia tidak memiliki harapan lagi, berusaha untuk menghindari tempat atau orang yang mengingatkan
trauma, dan menghindari pembicaraan yang mengingatkan trauma
Saran penulis bagi pembaca yang ingin melanjutkan penelitian skripsi ini, jangan hanya terpaku kepada
psikologis tokoh Shiiba Ayumu saja. Pembaca dapat meneliti tokoh Katsumi yang merupakan pelaku dari
tindakan sekuhara. Pembaca dapat meneliti tentang kelainan jiwa yang dimiliki oleh Katsumi. Selain itu,
pembaca juga dapat meneliti pengarang komik Life yaitu Suenobu Keiko berdasarkan perspektif psikologi
yang dihubungkan dengan keadaaan masyarakat dan budaya Jepang pada saat itu. Hal ini terlihat dari
hasil karya beliau yang kebanyakan menceritakan kisah persahabatan dan ijime.
Referensi
Alwisol. (2006). Psikologi kepribadian. Malang: UPT. Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang.
Aminudin. (2002). Pengantar apresiasi karya sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo
EEOC. (1992). Preventing sexual harassment.(BNA Communications,Inc) SDC IP.73 manual. Diunduh
dari :www.un.org/womenwatch/osagi/pdf/whatissh.pdf.
Lahey B., Benjamin.(2009). Psychology: An Introduction (10th
McGraw.Hill.
ed). United State of America:
Lakey, J. (2007). Cognitive behavioral therapy and eye movement desensitization and reprocessing: A
Comparative analysis for the treatment of post-traumatic stress disorder. Diunduh dari:
http://www.careforthetroops.org/reports/Report20070207%20CBT%20vs%20EMDR%20by%20
Joe%20Lakey%20of%20St%20Gregorys%20University.pdf.
Minderop, A. (2010). Psikologi sastra. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Monks, F. J., Knoers, A.M.P., Haditono, S.R. (2006). Psikologi perkembangan dalam berbagai
bagiannya. Yogjakarta: Universitas Gadjah Mada.
Muris, P., Schmidt, H., Merckelbach,H., & Shouten, E. (2001). Anxiety sensitivity in adolescent: factor
structure and relationships to trait anxiety and symtoms of anxiety disorder and
depression..Behaviour Research and Therapy 39,89-100.
Nurgiyantoro, B. (2010). Teori pengkajian fiksi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press.
Passer, M.W. & Smith, R. E. (2001). Psychology frontiers and applications. United State of America:
McGraw.Hill.
Sexual harassment by teachers increasing in Japan. Japan Probe. (3 September 2005) Diunduh dari
http://www.japanprobe.com/2006/02/12/sexual-harassment-in-japanese-schools-who-would-havethought/
Shinohara, C. & Uggen, C. (2009). Sexual harassment: The emergence of legal consciousness in Japan
and the US. Minnesota: University of Minnesota.
Sobur, Alex. (2003). Psikologi umum. Bandung: Pustaka Setia.
Strauser, D. R., Lustig, D. C., Cogdal, P. A., & Uruk, A. C. (2006). Trauma symptoms: Relationship with
career thoughts, vocational identity, and developmental work personality. The Career
Development Quarterly 54, 346-360.
Suenobu, K. (2002). Life Japan: Kodansha. Jilid 2-4
Takemaru, N. (2010). Women in the language and society of Japan. United State of America: McFarland.
Taylor,S.E. (1995). Health psychology (3rd ed.). New York: Mc-Graw Hill,Inc.
Veterans. (2011). Understanding and coping with PTSD. National Center for PTSD.
Walgito, B. (2004). Pengantar psikologi umum. Yogyakarta: Andi.
Riwayat Penulis
Meylina lahir di kota Medan pada 01 Mei 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina
Nusantara dalam bidang Sastra Jepang pada tahun 2013.
Download