Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Psikologi Sastra Menurut Endraswara psikologi sastra adalah sebuah interdisiplin antara psikologi dan sastra. Mempelajari psikologi sastra sebenarnya sama halnya dengan mempelajari manusia dari sisi dalam (dikutip Minderop, 2010, hal.59). Daya tarik psikologi sastra adalah pada masalah manusia yang melukiskan potret jiwa. Tidak hanya jiwa sendiri yang muncul dalam sastra, tetapi juga bisa mewakili jiwa orang lain (Endraswara, dalam Minderop 2010, hal.14). Tema yang sering diangkat oleh Suenobu Keiko berkaitan dengan kehidupan sosial budaya dan kehidupan masyarakat seperti yang ada dalam komik Life maupun Vitamin, yang mengangkat cerita tentang kehidupan remaja, peng-ijime-an, sekuhara, jisatsu (bunuh diri), dan sebagainya. Endraswara mengemukakan bahwa ada tiga cara untuk memahami teori psikologi sastra yakni, pertama, melalui pemahaman teori-teori psikologi kemudian dilakukan analisis terhadap suatu karya sastra. Kedua, dengan terlebih dahulu menentukan sebuah karya sastra sebagai objek penelitian, kemudian teori-teori psikologi yang dianggap relevan untuk digunakan. Ketiga , secara simultan menemukan teori dan objek penelitan. Teks yang ditampilkan melalui teknik dalam teori sastra dapat mencerminkan suatu konsep dari psikologi yang diusung oleh tokoh fiksional. Tanpa kehadiran psikologi sastra dengan berbagai acuan kejiwaan, kemungkinan pemahaman sastra akan timpang (dikutip Minderop, 2010, hal.59). Endraswara mengungkapkan bahwa kecerdasan sastrawan yang sering melampaui 8 batas kewajaran mungkin bisa dideteksi lewat psikologi sastra (dikutip Minderop, 2010, hal.56). Untuk menganalisa gejala traumatik dari tindakan sekuhara yang dialami oleh tokoh Shiiba Ayumu dalam komik Life, penulis menggunakan pendekatan psikologi untuk mengetahui bahwa tokoh Shiiba Ayumu mengalami gejala traumatik akibat dari tindakan sekuhara. Oleh karena itu, dibutuhkan psikologi sastra untuk meneliti tentang kejiwaan sang tokoh dalam komik Life. 2.2 Teori Tokoh dan Penokohan Tokoh adalah salah satu unsur yang penting dalam suatu novel, komik. atau cerita rekaan. Istilah tokoh mengacu pada orangnya, pelaku cerita (Nurgiyantoro, 2010, hal.165). Menurut Aminudin (2002, hal.79) tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Tokoh cerita merupakan orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama oleh pembaca kualitas moral dan kecenderungankecenderungan tertentu diekspresikan dalam ucapan dan dilakukan dalam tindakan hal ini dikemukakan oleh Abrams (dikutip Nurgiyantoro , 2010, hal.165). Istilah tokoh dan penokohan menunjuk pada pengertian yang berbeda. Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita. Sedang penokohan dan karakteristik menunjuk pada penempatan tokoh tertentu dengan watak tertentu dalam sebuah cerita. Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita hal ini dikemukakan oleh Jones (dikutip Nurgiyantoro, 2010, hal.165). Di dalam setiap cerita pasti memiliki tokoh utama dan tokoh-tokoh pembantu lainnya. Begitu juga di dalam komik. Tokoh utama adalah tokoh paling 9 penting dalam sebuah cerita karena tokoh tersebut yang menjadi pusatnya. Tokoh utama selalu hadir dalam setiap kejadian dan dapat ditemui dalam tiap halaman komik, tetapi tokoh utama juga bisa tidak muncul dalam setiap kejadian atau tidak langsung ditunjukkan dalam tiap halaman. Menurut Ishihara (2009, hal.42) dalam sebuah cerita, tokoh utama tidak selalu digambarkan sebagai seorang pahlawan. Tetapi, tokoh tersebut memiliki peran penting sebagai pelaku dan pembawa cerita sehingga tercipta sebuah jalan cerita. Dalam komik Life Ayumu yang berperan sebagai tokoh utama tidak memiliki karakter yang kuat seperti seorang pahlwan. Tetapi, dia merupakan tokoh penting dalam cerita tersebut. Jika tidak ada dia, maka cerita tersebut tidak akan terbentuk. 2.3 Konsep Remaja Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon, masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak (dikutip Monk, Knoers, dan Haditono, 2006, hal.262). Menurut Erikson masa remaja terbagi menjadi dua yaitu awal masa remaja yang berlangsung dari usia 12 sampai 15 tahun dan masa remaja sejati yang berlangsung dari usia 16 sampai 18 tahun (dikutip Sobur, 2003, hal.136). Pada awal masa remaja, anak mulai terpusat pada diri sendiri, seks, dan tubuhnya. Dia mulai membuang kegiatan-kegiatan masa kanak-kanaknya. Ini akan terus berlanjut sampai dia mengabaikan keluarganya. Tugas-tugas dan latihan atletik lebih didahulukan daripada kegiatan keluarga, seperti makan dan pergi bersama. Penyalahgunaan seksualitas dan barang-barang mungkin mulai menimbulkan masalah. Awal masa remaja merupakan suatu masa transisi. Masa ini merupakan masa yang tidak 10 mengenakkan, baik bagi si remaja sendiri maupun bagi orang tuanya, Tanggapan yang paling bijaksana adalah mendukung si anak. Setelah awal masa remaja, anak akan merasakan masa remaja yang sejati. Masa dimana remaja sudah merasa cukup aman dalam identitasnya. Pada masa ini remaja harus menghadapi pilihan-pilihan yang akan membentuk sisa hidupnya. 2.4 Konsep Pelecehan Seksual Sekuhara merupakan singkatan dari istilah bahasa Inggris sexual harassment yang diperkenalkan secara umum pada tahun 1988 oleh sekelompok penduduk di Jepang, dan memenangkan Grand Prix kata trendi di tahun 1989 (Takemaru, 2010, hal.176). Istilah pelecehan seksual dalam bahasa Jepang itu sendiri adalah 性的嫌がらせ(seiteki iyagarase). Istilah sekuhara lebih popular dari pada 性 的嫌がらせ(seiteki iyagarase) yang merupakan istilah resmi dari pelecehan seksual dalam bahasa Jepang. Pada mulanya pelecehan seksual terjadi pada pekerja wanita di perusahaan. Pelecehan seksual dibagi menjadi tiga tipe yaitu quid pro quo, hostile environment, dan Third party of sexual harassment. Quid pro quo adalah pelecehan seksual di tempat kerja yang dilakukan oleh majikan terhadap karyawannya. Hostile environment adalah pelecehan seksual yang terjadi diantara para karyawan di tempat kerja. Seperti mendiskriminasikan, merendahkan seseorang, mempermalukan dan sebagainya. Sedangkan Third party of sexual harassment adalah pelecehan seksual yang biasa dilakukan oleh klien terhadap karyawan yang sedang bertugas. Seiring dengan berjalannya waktu, pelecehan seksual terjadi di berbagai tempat yakni sekolah dan tempat umum. Kunci penting dari pelecehan seksual adalah pelecehan 11 seksual terjadi diantara orang yang memiliki perbedaan kekuasaan, dan sering terjadi di sekolah atau tempat kerja (Lahey , 2009, hal.503). Menurut survei dari Kanegae dan Hirose, pada tahun 1991, 700 sampel wanita dari catatan sejarah sekolah, ditemukan bahwa pelecehen seksual yang paling banyak dialami adalah pelecehan secara verbal 43%, fisik 39%, pelecehan secara visual (seperti poster) 24%, melirik atau melihat hal yang berbau seksual 22%, hubungan seksual yang tidak diinginkan 11%, dan percobaan atau penyerangan seksual 4% (dikutip Shinohara dan Uggen, 2009, hal.206). Pelecehan seksual (sekuhara) adalah setiap tindakan atau perilaku seksual yang tidak dikehendaki. Bentuknya dapat berupa verbal, fisik, dan non-verbal. Pelecehan seksual dapat menyebabkan kemarahan, perasaan terhina, malu, tidak nyaman, dan tidak aman bagi orang yang mengalaminya (EEOC, 1992). Tindakantindakan yang termasuk dalam pelecehan seksual yakni : A. Fisik : a. memperkosa atau penyerangan seksual b. menyentuh baju, tubuh atau rambut orang lain c. memeluk, mencium, menepuk atau membelai seseorang tanpa ijin dan menyebabkan ketidaknyamanan. d. Kekerasan fisik B. Non-verbal : a. memperlihatkan gerak gerik seksual yang tidak diinginkan b. menatap seseorang dengan pandangan kearah tubuh tertentu dengan muatan seksual 12 c. membuat ekspresi wajah seperti main mata, menjilat ludah, atau melempar ciuman pada seseorang. d. memperlihatkan gambar-gambar vulgar C. Verbal: a. menggoda, bercanda, komentar, atau pertanyaan bersifat seksual yang tidak dinginkan b. menulis surat, menelepon, sms, chatting yang bersifat seksual c. memanggil seseorang dengan nada mendesah yang mengekspresikan seksual atau sifatnya mencemooh d. melakukan tekanan (ancaman, rayuan, paksaan, direndahkan, diperbandingkan) untuk mendapatkan kenikmatan seksual, yang tidak diinginkan Tindakan pelecehan seksual merupakan salah satu bagian dari kekerasan seksual. Menurut Lahey (2009, hal.502) kekerasan seksual merupakan salah satu bentuk lain dari perilaku penyimpangan seksual yang jelas tidak wajar karena melibatkan hal yang nyata, mengancam, atau mengandung kekerasan pada korban. Tindakan tersebut termasuk pemerkosaan, kekerasan seksual terhadap anak, berzinah, dan pelecehan sekual. Setiap korban pelecehan seksual merasa tidak nyaman dan rileks saat di sekolah atau kerja. Di beberapa kasus pelecehan seksual dapat berdampak pada tingkat yang lebih serius seperti kecemasan dan depresi (Lahey 2009, hal.503). 2.5 Teori Trauma Trauma merupakan salah satu bagian dari gangguan kecemasan .Trauma di definisikan sebagai peristiwa-peristiwa yang melibatkan individu yang ditunjukkan 13 dengan suatu insiden yang memungkinkan ia terluka atau mati sehingga muncul perasaan diteror dan perasaan putus asa. (Strauser, Lustig, Cogdal, dan Uruk, 2006, hal. 346). Trauma yang berkepanjangan akan menimbulkan gejala post traumatic stress disorder (PTSD). Menurut Bufka dan Barlow gangguan Stress Pasca Trauma (PTSD) merupakan gangguan mental pada seseorang yang muncul setelah mengalami suatu pengalaman traumatik dalam kehidupan atau suatu peristiwa yang mengancam keselamatan jiwanya (dikutip Lakey, 2007). Orang yang mengalami sebagai saksi hidup kemungkinan akan mengalami gangguan stress. Selain itu, bagi wanita yang mengalami kekerasan fisik, pemerkosaan dan pelecehan seksual, dan menyaksikan kekerasan dapat mengacu pada penyebab PTSD (Breslau & other,1997; Kessler & other, 1997 , hal. 481). 2.5.1 Gejala Trauma Menurut Veterans dalam jurnal National Center for PTSD (2011), PTSD memiliki tiga gejala utama, yakni: 1. Re-experiencing atau mengingat kembali (flash back). Korban trauma umumnya terus mengalami atau menghidupkan kembali trauma mereka dalam bentuk seperti berikut : a. Memiliki kenangan buruk seperti gambar, presepsi maupun pemikiran yang berkaitan dengan trauma b. Mengalami mimpi buruk tentang suatu kejadian c. Merasa bahwa kejadian tersebut akan terulang lagi (flash back ) d. Gejala fisik seperti berkeringat, detak jantung lebih cepat, susah bernafas ketika teringat pada kejadian traumatik. 14 Trauma mempengaruhi ingatan seseorang sehingga orang yang mengalami trauma selalu teringat kejadian yang dia alami. Otak manusia memiliki kapasitas memori yang besar sehingga dapat menyimpan banyak hal. Pengertian memori secara umum dan teoritis menurut pendapat Drever adalah salah satu karakter yang dimiliki oleh makhluk hidup, pengalaman berguna apa yang kita lupakan yang mana mempengaruhi perilaku dan pengalaman yang akan datang, yang mana ingatan itu bukan hanya meliputi recall (mengingat) dan recognition (mengenali) atau apa yang disebut dengan menimbulkan kembali ingatan (dikutip Walgito, 2004, hal.145). 2. Arousal atau rasa takut dan cemas yang berlebihan. Seperti : a. Susah tidur b. Cepat marah c. Mudah kaget atau ketakutan jika ada sesuatu atau seseorang yang datang tanpa kita sadari d. Sulit berkonsentrasi e. Merasa gelisah dan terus mencari adanya bahaya (waspada) f. Panik Kecemasan ialah suatu pengalaman subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan ketidakmampuan menghadapi masalah atau adanya rasa aman (Taylor,1995). Menurut Freud, kecemasan merupakan perasaan subyektif yang dialami oleh individu. Hal ini di sebabkan oleh situasi-situasi yang mengancam sehingga menyebabkan ketidakberdayaan individu (dikutip Alwisol, 2005, hal.28). Menurut Ballenger anak atau remaja yang mempunyai pengalaman trauma dapat mengalami serangan panik ketika dihadapkan atau menghadapi sesuatu yang mengingatkan mereka pada trauma. Serangan panik meliputi perasaan yang kuat atas 15 ketakutan atau tidak nyaman yang menyertai gejala fisik dan psikologis. Gejala fisik meliputi jantung ber-debar, berkeringat, gemetar, sesak nafas, sakit dada,sakit perut, pusing, merasa kedinginan, badan panas, mati rasa (dikutip Passer dan Smith, 2001, hal.595). 3. Avoidance atau menghindar, seperti : a. Menghindari pikiran, perasaan maupun pembicaraan yang mengingatkan akan trauma b. Menghindari tempat, aktifitas atau pun orang yang mengingatkan trauma c. Kehilangan minat atau tidak berpartisipasi dalam kegiatan yang disukai d. Merasa putus hubungan dengan orang lain e. Merasa seolah-olah masa depannya pendek atau tidak punya harapan Orang yang mengalami trauma akan mengalami perubahan sikap. Semula memiliki perwatakan ceria menjadi pemurung, orang yang ramah menjadi tidak ramah dan sebagainya. Selain itu orang yang mengalami trauma tidak dapat berpikir secara positif (Veterans, 2011). 16