V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit yaitu sekitar 1.00 mil dan melebar ke arah Selatan. Mulut selat yang menghadap ke Samudera Hindia lebih lebar yakni sekitar 28.00 mil. Perairan Selat Bali dangkal di bagian Utara dengan kedalaman sekitar 50.00 meter dan menjadi sangat dalam dimulut Selat sebelah Selatan, dengan kedalaman di atas 200.00 meter (Burhanuddin dan Praseno, 1982). Disamping itu, tercatat bahwa suhu bulan Maret yaitu akhir musim Barat lebih tinggi dibandingkan suhu bulan Juli yaitu musim Timur untuk semua kedalaman. Salinitas lebih rendah pada bulan Maret, sedangkan kandungan fosfat lebih tinggi pada bulan Juli. Perubahan massa air yang dialami di Perairan Selat Bali seirama dengan perubahan massa air di Samudera Hindia yang menyebabkan upwelling (perputaran massa air) terjadi pada musim Timur. Jadi tidak seperti perkiraan Soerjodinoto (1960) bahwa upwelling terjadi terus-menerus. menjelaskan tingginya hasil tangkapan ikan pelagis Hal ini pada musim Timur dibandingkan hasil tangkapan pada musim Barat di Perairan Selat Bali seperti yang terlihat pada Gambar 2. Sedangkan menurut laporan workshop proyek FISHCODE (2000), upwelling terjadi selama musim angin Tenggara dan mencapai puncaknya pada bulan Juli-Agustus. Perairan Selat Bali di sebelah Barat dibatasi oleh daratan Pulau Jawa dan disebelah Timur dibatasi oleh daratan Pulau Bali. Luas perairan Selat Bali diperkirakan mencapai 900.00 mil persegi. Perairan Selat Bali berlokasi antara 105 Pulau Jawa dan Bali. Berbentuk corong dengan suatu pembukaan di utara sekitar 2.50 kilometer yang kemudian meluas ke bagian selatan 55.00 kilometer dengan kedalaman 50.00 meter. Selat menjadi lebih dalam di area selatan terutama di tengah-tengah dipisahkan oleh suatu rak sempit dari Timur. Jarak dari rak terbentang dari 0.50-1.80 kilometer, sedangkan pada bagian yang dari timur terbentang dari 3.50-15.00 kilometer dari pantai itu. Sumber : Purwanto, 2000 Gambar 2. Perairan Selat Bali Perairan Selat Bali memiliki kedalaman yang bervariasi mulai perairan yang dangkal sampai dengan perairan yang dalam dengan kedalaman melebihi 1 000.00 meter. Di bagian tengah Perairan Selat Bali terdapat ”gosong” (perairan yang dangkal) dengan kedalaman lebih kurang 10.00 meter, sedangkan di sekitar ”gosong” ini kedalaman berkisar antara 250.00-500.00 meter. Perairan menjadi lebih dalam di bagian Selatan hingga mencapai 1 300.00 meter (Ritterbush, 1975). 106 5.1. Kondisi Geografis 5.1.1. Provinsi Bali Perairan Selat Bali di sebelah Timur dibatasi oleh daratan Pulau Bali. Perairan Selat Bali termasuk dalam wilayah Perairan Bali Barat dengan luas lebih kurang 4 053.43 kilometer persegi yang meliputi perairan laut sepanjang pantai Kabupaten Jembrana, Badung dan Tabanan. Potensi sumberdaya ikan Kabupaten Jembrana Tahun 2009 diperkirakan sebesar 56 947.00 ton per tahun. Jenis potensi sumberdaya ikan utama terdiri dari spesies Lemuru, Tongkol, Layang, Kembung, dan ikan lainnya (Dinas Pertanian Kehutanan dan Kelautan Kabupaten Jembrana, 2009). Kegiatan penangkapan ikan pelagis di Perairan Selat Bali Provinsi Bali berpusat di Kabupaten Jembrana yang berfungsi sebagai fishing base sekaligus tempat pendaratan ikan hasil tangkapan. Kabupaten Jembrana merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Bali yang terletak di belahan barat Pulau Bali dengan ibukota Negara. Letak Kabupaten Jembrana adalah pada belahan Barat Pulau Bali pada 8° 09’30”– 8°28’02”LS dan 114°25’53”–114°56’38” B dengan luas wilayah 84 180.00 hektar serta garis pantai sebagai wilayah pesisir sepanjang 83.00 kilometer terbentang dari Desa Pengeragoan sampai di Kelurahan Gilimanuk. Sedangkan luas wilayah laut yang menjadi tanggung jawab pengelolaan diperkirakan luasnya mencapai 604.24 kilometer persegi. Secara grafik peta administrasi Kabupaten Jembrana Provinsi Bali disajikan pada Gambar 3. Wilayah Kabupaten Jembrana terdiri dari 5 Kecamatan, 42 Desa dan 9 Kelurahan, dimana 24 desa diantaranya merupakan desa pesisir yang menjadi 107 binaan Bidang Perikanan dan Kelautan karena sebagian penduduknya bermatapencaharian sebagai nelayan, petani ikan, pedagang dan pengolah ikan. Sumber : Dinas Pertanian Kehutanan dan Kelautan Kabupaten Jembrana, 2009 Gambar 3. Peta Administrasi Kabupaten Jembrana 5.1.2. Provinsi Jawa Timur Perairan Selat Bali di sebelah Barat dibatasi oleh daratan Pulau Jawa. Selain Kabupaten Jembrana, kegiatan penangkapan ikan di Perairan Selat Bali juga berpusat di Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur tepatnya di Kecamatan Muncar. Kecamatan Muncar terletak di Perairan Selat Bali pada posisi 08.10’-08.50 LS atau 114.15’-115.15’ BT yang mempunyai teluk bernama Teluk Pangpang, mempunyai panjang pantai lebih kurang 13 kilometer dengan pendaratan ikan sepanjang 4.50 kilometer (Dinas Perikanan dan Kelautan Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar-Banyuwangi, 2008). 108 5.2. Sumberdaya Perikanan Pelagis Kecil di Perairan Selat Bali Sumberdaya perikanan pelagis di Perairan Selat Bali merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang paling melimpah dan paling banyak ditangkap untuk dijadikan konsumsi masyarakat. Sumberdaya perikanan pelagis umumnya hidup di daerah neritik dan membentuk schooling, selain itu juga berfungsi sebagai konsumen antara dalam food chain (antara produsen dengan ikan-ikan besar) sehingga perlu upaya pelestarian. Sumberdaya perikanan pelagis di Perairan Selat Bali terdiri dari berbagai jenis tetapi yang dominan tertangkap oleh alat tangkap purse seine (pukat cincin) adalah spesies Lemuru (Bali sardinella), Tongkol (Auxis spp), Layang (Decapterus spp), Kembung (Rastrelliger kanagurta), dan spesies ikan lain. Pengkajian stok sumberdaya perikanan pelagis di Perairan Selat Bali telah dilakukan secara intensif sejak diperkenalkannya alat tangkap purse seine pada nelayan setempat sejak tahun 1972. 5.2.1. Provinsi Bali Perkembangan produksi perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana Provinsi Bali didominasi oleh perikanan laut terutama perikanan pelagis kecil. Secara rinci Produksi Perikanan dan Kelautan di Kabupaten Jembrana Tahun 2004 - 2009 disajikan pada Tabel 6. Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa produksi perikanan dan kelautan di Kabupaten Jembrana dalam enam tahun terakhir berfluktuasi dengan rata-rata perkembangan 16.33 persen. Gambaran produksi/pendaratan ikan Tahun 2008 yang didaratkan melalui Tempat Pelelangan 109 Ikan (TPI) Pelabuhan Perikanan Nusantara Pengambengan disajikan pada Tabel 7. Tabel 6. Produksi Perikanan dan Kelautan di Kabupaten Jembrana Tahun 2004 – 2009 Tahun Produksi (Ton) Perkembangan (%) 2004 13 862.00 2005 14 181.00 2.00 2006 17 604.00 24.00 2007 27 748.00 58.00 2008 26 443.00 -5.00 2009 31 579.00 19.00 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan, 2009. Tabel 7. Produksi Sumberdaya Perikanan dan Kelautan di Tempat Pelelangan Ikan Pelabuhan Perikanan Nusantara Pengambengan Tahun 2008-2009 (Ton) No. Produksi 2009 Bulan Produksi 2008 962.00 1 Januari 607.02 1 384.00 2 Pebruari 222.14 1 332.00 3 Maret 529.50 2 174.00 4 April 644.92 3 040.00 5 Mei 685.95 2 644.00 6 Juni 240.76 1 577.00 7 Juli 157.59 1 809.00 8 Agustus 730.03 3 539.00 9 September 1 143.64 4 796.00 10 Oktober 1 421.15 4 178.00 11 Nopember 2 893.91 4 144.00 12 Desember 1 950.88 JUMLAH 11 227.48 31 579.00 Sumber : Dinas Pertanian Kehutanan dan Kelautan Kabupaten Jembrana, 2009. Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwa pada tahun 2008 produksi perikanan yang didaratkan di TPI hanya lebih kurang 42.46 persen. Sedangkan pada Tahun 2009 seluruh produksi perikanan didaratkan di TPI Pengambengan. TPI di Pengambengan hanya berfungsi untuk menimbang hasil tangkapan saja, proses 110 pelelangan tidak terjadi pada TPI ini. Berdasarkan letak geografis, potensi dan jenis sumberdaya ikannya, perairan laut daerah Bali dengan luas lebih kurang 9 634.35 kilometer persegi (jarak dari garis pantai lebih kurang 12.00 mil), memiliki tiga daerah penangkapan ikan (fishing ground), yaitu : 1. Perairan Bali bagian Utara dengan luas lebih kurang 3 850.03 kilometer persegi yang meliputi perairan pantai sepanjang Kabupaten Buleleng. Potensi lestari sumberdaya ikan diperkirakan 24 606.00 ton per tahun, sebagai wilayah fishing ground I, Jenis potensi sumberdaya ikan terbesar terdiri dari jenis ikan Bambangan, Kakap, Terbang, Teri, Layang, Tongkol dan jenis-jenis ikan karang lainnya; 2. Perairan Bali bagian Timur dengan luas lebih kurang 1 730.89 kilometer persegi yang meliputi pantai Kabupaten Karangasem, Klungkung dan Gianyar. Potensi lestari sumberdaya ikan diperkirakan sebesar 19 455.60 ton per tahun sebagai wilayah fishing ground II. Jenis potensi sumberdaya ikan utama adalah ikan Tongkol, Cakalang, Cucut, Tembang dan jenis-jenis ikan karang lainnya. 3. Perairan Bali bagian Barat dengan luas lebih kurang 4 053.43 kilometer persegi yang meliputi perairan laut sepanjang pantai Kabupaten Badung, Tabanan, dan Jembrana (Perairan Selat Bali). Potensi lestari sumberdaya ikan diperkirakan sebesar 97 326.00 ton per tahun sebagai wilayah fishing ground III. Jenis potensi sumberdaya terutama terdiri dari ikan Lemuru, Layang, Kembung, Manyung, Cucut, dan jenis-jenis ikan dasar serta ikan karang. 111 5.2.2. Provinsi Jawa Timur Wilayah perairan Kabupaten Banyuwangi merupakan wilayah Perairan Selat Bali di sebelah Barat dan Samudera Indonesia di sebelah Selatan. Selat Bali mempunyai luas lebih kurang 960 mil persegi dengan basis utama produksi perikanan di wilayah Jawa Timur adalah Muncar. Potensi sumberdaya perikanan utamanya Lemuru (Sardinella sp) dengan potensi lestari sebesar 36 000.00 ton per tahun (Fauzi et al., 2000). Perkembangan produksi perikanan dan kelautan di Kabupaten Banyuwangi-Muncar didominasi oleh perikanan laut terutama perikanan pelagis kecil. Secara rinci Produksi Perikanan dan Kelautan di Kabupaten Banyuwangi Muncar Tahun 2004- 2009 disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Produksi Perikanan dan Kelautan di Kabupaten BanyuwangiMuncar Tahun 2004 – 2009 Tahun Produksi (Ton) Perkembangan (%) 2004 11 692.00 2005 7 844.00 -33.00 2006 49 334.00 529.00 2007 55 810.00 13.00 2008 29 944.00 -46.00 2009 32 783.00 9.48 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan, 2009. Berdasarkan Tabel 8 terlihat bahwa terjadi kenaikan produksi yang sangat signifikan pada tahun 2006 yaitu sebesar 529.00 persen dengan rata-rata perkembangan produksi dalam 6 tahun terakhir sebesar 78.75 persen. Kenaikan dan penurunan produksi diduga karena berkurang atau bertambahnya effort (trip). Terjadi penambahan effort pada tahun 2006 yaitu sebesar 66.47 persen dari tahun sebelumnya. Oleh karena TPI di Kecamatan Muncar tidak berfungsi sebagaimana 112 mestinya sehingga data produksi perikanan yang didaratkan di TPI tidak dapat disajikan. Pemanfaatan sumberdaya perikanan di Perairan Selat Bali hingga saat ini sudah dilakukan secara intensif, sehingga dinyatakan sudah padat tangkap bahkan dikatakan overfishing dengan menggunakan pendekatan spesies tunggal. Sementara tingkat pemanfaatan di Perairan Samudera Indonesia masih relatif rendah, sehingga masih memungkinkan untuk ditingkatkan. Potensi perikanan pelagis terdapat di Perairan Selat Bali yang mempunyai luas 2 500.00 kilometer persegi, berbentuk corong dengan lebar pada bagian yang sempit di utara adalah 2.50 kilometer dan lebar bagian Selatan adalah 55.00 kilometer, dengan panjang 90.00 kilometer. Berdasarkan penelitian akustik oleh Balai Penelitian Perikanan Laut (BPPL) dengan menggunakan alat fish finder, ikan pelagis di Perairan Selat Bali hanya terpusat di paparan saja (Paparan Jawa dan Bali) pada kedalaman kurang dari 200.00 meter, sedangkan di luar paparan ikan pelagis tidak dapat ditemukan. Pada siang hari ikan pelagis mempunyai kebiasaan membentuk gerombolan dalam jumlah cukup padat di dasar perairan, sedangkan pada malam hari naik ke permukaan dan agak menyebar (Dinas Pertanian Kehutanan dan Kelautan Kabupaten Jembrana, 2009). Pendugaan besarnya persediaan ikan Lemuru di Perairan Selat Bali (19731981), baik dengan menggunakan metode akustik maupun model surplus produksi dari data hasil tangkapan dan upaya memberikan hasil dugaan potensi yang berkisar antara 35 000.00-66 000.00 ton ikan (Sujastani dan Nurhakim, 1982). Martosubroto et al tahun 1986 melakukan pendugaan persediaan ikan Lemuru dari data yang sama dengan nilai dugaan MSY sebesar 62 000.00-66 000.00 ton 113 ikan per tahun. Sedangkan Zulbainarni tahun 2002 menyatakan bahwa persediaan ikan Lemuru dari data tahun 1977-1998 dengan nilai dugaan MSY sebesar 56 815.37 ton ikan per tahun. Kegiatan perikanan tangkap di Perairan Selat Bali merupakan usaha perikanan rakyat yang mulai berkembang sejak lama sejak tahu 1950-an. Usaha penangkapan terutama ditujukan untuk menangkap ikan pelagis kecil seperti ikan Lemuru, Tongkol, Layang, Kembung dan ikan lainnya. Sebelum purse seine (pukat cincin) diperkenalkan, terdapat empat jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan yaitu payang oras, jala tebar, serok, dan jaring “eder” (gillnet) (Dwiponggo dan Subani, 1971). Dari keempat jenis alat tangkap ini, payang oras mampu mendapatkan hasil tangkapan terbanyak. Pada tahun 2008, jumlah rumah tangga/perusahaan perikanan tangkap di Kabupaten Jembrana adalah sebesar 1 448 RTP (10.89 persen dari total RTP di Provinsi Bali) yang lebih banyak menggunakan motor temple (outboard motor). Jumlah kapal penangkapan ikan di laut sebesar 1 855 unit (14.51 persen dari total jumlah kapal penangkap ikan di laut Provinsi Bali) yang didominasi pula oleh kapal yang menggunakan motor tempel (84.96 persen). Jumlah nelayan di Kabupaten Jembrana adalah 7 421 orang (20.35 persen dari total nelayan di Provinsi Bali), umumnya adalah nelayan penuh yaitu sejumlah 6 072 nelayan (81.82 persen), kemudian nelayan sambilan sebanyak 1 070 orang (14.42 persen) dan sisanya nelayan sambilan tambahan 3.76 persen (Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Bali, 2008) Jumlah nelayan di Kabupaten Banyuwangi Muncar adalah 12 257 jiwa. Umumnya jenis alat tangkap yang dipergunakan oleh nelayan Muncar Kabupaten 114 Banyuwangi untuk menangkap ikan di Perairan Selat Bali meliputi berbagai jenis alat tangkap antara lain payang, purse seine, jaring insang hanyut, bagan tancap, pancing dan lain-lain. Armada penangkapan ikan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muncar pada umumnya sudah menggunakan tenaga penggerak motor (mesin). Alat tangkap purse seine memberikan hasil tangkapan terbesar dengan hasil tangkapan terbesar adalah ikan Lemuru (Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar-Banyuwangi, 2008). Produksi perikanan laut Provinsi Bali mencapai 95 983 000.00 ton pada tahun 2008 dengan nilai Rp 907 391 715 000.00 Terjadi penurunan produksi sebesar 9.63 persen dari tahun sebelumnya (2007) yakni sebesar 106 211.50 ton (Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Bali Tahun 2007 dan 2008) dan sebaliknya terjadi kenaikan nilai produksi sebesar 26.37 persen dari tahun sebelumnya . Produksi perikanan laut Kabupaten Banyuwangi tahun 2008 didominasi oleh Ikan Lemuru yaitu sebesar 27 833.00 ton atau sebesar 77.84 persen dari total produksi dengan nilai Rp 69 325 617 000.00 atau sebesar 61.52 persen dari total nilai produksi perikanan laut Banyuwangi. Kemudian ikan Layang 8.05 persen, ikan Tongkol 7.53 persen dan sisanya 6.58 persen ikan lainnya. Kecamatan Muncar merupakan penyumbang terbesar di Kabupaten Banyuwangi baik dalam volume maupun nilai produksi. Di Muncar jenis ikan dominan yang di daratkan adalah ikan Lemuru, Layang, Tongkol dan Kembung serta ikan lainnya (Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar-Banyuwangi, 2008). Produksi perikanan pelagis yang ditangkap dengan alat tangkap purse seine dengan dua perahu di Perairan Selat Bali disajikan pada Gambar 4. 115 Sumber : Data Primer, 2009 Gambar 4. Produksi Perikanan Pelagis Spesies Ikan Lemuru di Perairan Selat Bali