Ringkasan - GRII Kelapa Gading

advertisement
GRII Kelapa Gading
Khotbah Minggu (18 Januari 2015)
Pengkhotbah : Pdt. Billy Kristanto Tema : ……....….…..……………...….........
Nas Alkitab
: .............................................................................................................
Tahun ke-16
Melayani dalam Kelemahan dan Kesulitan
Jethro Rachmadi
1 Korintus 1:18-25
Ringkasan Khotbah
761/800
11 Januari 2015
GRII KG 761/800 (hal 4)
Ada satu kontras dalam gereja Korintus
antara bagaimana mereka memulai gereja
mereka dan setelah mulai jadinya seperti apa?
Korintus adalah satu tempat dimana Paulus itu
paling banyak rekan kerjanya, di sana dia
bertemu yang namanya Priskila dan Aquila,
kemudian datang Silas dan Timotus, di sana
ada banyak hamba Tuhan. Itu adalah tempat
dimana Paulus memutuskan untuk beralih dari
menginjili orang Yahudi ke orang Yunani, dan
itu adalah tempat dimana mulai ada
peledakan injil kepada orang-orang kafir. Itu
tempat yang Tuhan sendiri mendeklarasikan
kepada Paulus, Paulus kamu jangan takut,
terus bekerja, karena tempat ini banyak
umatKu, itu adalah tempat dimana Paulus
spend waktu sampai satu setengah tahun
untuk mengajar mereka (yang tertulis dalam
Kisah Para Rasul 18:18-20) dan injil di Korintus
benar-benar bekerja sangat kuat, buktinya
adalah ada cerita bahwa orang-orang Yahudi
ingin membuat huru-hara di sana, sampai
melaporkan Paulus ke pemerintah. Mereka
ingin melaporkan karena mereka merasa
terancam posisinya di dalam sinagoge, tetapi
sekali lagi ada intervensi tangan Tuhan melalui
Galio sang gubernur tempat itu, waktu orang
Yahudi melaporkan kepada dia mengenai
Paulus, dia bilang, saya tidak mau ikut-ikutan
mengenai hal ini, akhirnya orang-orang
Yahudi gagal membuat huru-hara.
Kalau kita melihat, inilah jemaat yang
ideal, satu gereja dimana Tuhan bekerja
dengan sangat begitu luar biasa, dimana ada
banyak hamba Tuhan yang begitu baik,
dimana sepertinya potensinya itu begitu
tinggi, tetapi later malahan jemaat Korintus
dikenal dengan cacat celanya. Jemaatnya
pecah, ada orang-orang yang berkata saya
pengikut Paulus, pengikut Petrus, pengikut
Apolos, bahkan berkata saya pengikut Kristus,
ini luar biasa lagi, mungkin agak mirip dengan
gereja kita kali ya? Ada orang-orang yang
mengatakan saya pengikut Van Till, dll., heran,
jago teologi tetapi moralnya hancur, mereka
saling insecure sampai mereka saling
membanding-bandingkan, karunia roh siapa
yang paling hebat? Saking sibuknya
membandingkan karunia roh siapa yang
paling hebat, ada orang yang tidur dengan
istri bapaknya sendiri tidak ditegur, mereka
lebih mementingkan hal-hal yang spektakuler,
mukjizat, kecakapan berbicara dibandingkan
kasih (dalam 1 Kor.13). Maka surat Paulus
yang ditulis ini adalah bertujuan untuk
membereskan hal ini, konteksnya adalah
sebuah gereja yang sudah establish, bukan
gereja yang masih baru, bukan gereja yang
tidak ada teologi, bukan gereja yang tidak ada
promise, tetapi gereja yang entah kenapa dari
potensi yang begitu besar ketika akhirnya
reoni 20 tahun kemudian, ternyata gereja ini
yang promising sekali akhirnya rusak begitu
rupa. Pertanyaannya adalah bagaimana Paulus
membereskan hal ini? Interesting, jawabanya
adalah dengan memberitakan message of the
cross.
Paulus memulai surat dalam ayat 18 ini
dengan me-recognise, meng-admit, melihat
bahwa memang ada satu perbedaan,
perbedaan cara pandang antara orang-orang
dunia dengan orang-orang kristen mengenai
Kristus. Orang-orang dunia melihat Kristus
sebagai kebodohan, orang-orang kristen
mengetahui bahwa Kristus itu begitu indah,
baik dan berharga, tetapi dalam dunia itu
banyak orang yang berpikir sebaliknya. Apa
reaksi kita waktu dunia menganggap kita
aneh, menganggap kita bodoh karena kita
mau percaya kepada Tuhan seperti ini? Reaksi
kita adalah reaksi yang sama kalau kita
dianggap bodoh dalam hal apapun, salah satu
motif dalam hidup kita yang paling terutama
adalah supaya kita jangan dianggap bodoh
kan ya? Lalu kita membuat berbagai alasan
sebagai pembelaan diri agar kita tidak
dianggap bodoh atau malas seperti yang
dipikirkan oleh orang lain tentang kita. Kita
semua harus mulai mengakui bahwa tidak ada
diantara kita yang mau orang ngomongin kita
di belakang atau di depan kita bahwa kita
atau apa yang kita percayai adalah satu
kebodohan. Ooh tidak kok, ada kok orang
yang mengakui kebodohan mereka dengan
lugas, datang langsung bicara iya pak, saya
memang tidak lulus SMA, maklum ya pak,
saya memang tidak bisa nyanyi, maklum dong
dsb. Dan seringkali waktu kita mengakui
kebodohan
kita,
sebenarnya
kita
melakukannya
bukan
untuk
mengakui
kebodohan, karena paling tidak sehancur-
GRII KG 761/800 (hal 1)
“Melayani dalam Kelemahan dan Kesulitan”
hancurnya saya, sejelek-jeleknya saya, paling
tidak toh masih ada bagusnya, saya toh sadar
diri saya jelek, diri saya bodoh, ada positifnya,
tetap ujung-ujungnya adalah membela diri,
tidak mau dilihat bodoh, tidak mau tampil
bodoh.
Maka begitu juga reaksi kita ketika
kekristenan dianggap bodoh, ketika iman kita
yang diserang dan bukan diri kita, kita
bereaksi juga seperti itu. Coba kita pikirkan,
ketika kita ada pertemuan keluarga, lalu dalam
pertemuan itu ada saudara kita yang bukan
kristen, lalu kita mungkin diminta bersaksi
mengenai apa yang kita percaya dihadapan
semua keluarga yang lain itu, apa pressure
yang langsung muncul dalam hati kita? Kita
pasti sudah tahu bahwa akan ada yang
mendengarkan dengan mata yang memicing,
ada yang mendengarkan dengan senyamsenyum, dalam situasi seperti itu apa yang
akan kita lakukan? Yang akan kita lakukan
adalah kita akan mencari hal-hal yang positif,
kita akan membeberkan bahwa negara-negara
dengan sistem Calvinis itu ekonominya beres,
kita akan membeberkan bahwa kekristenan itu
bukan mistik-mistikan yang selama ini kamu
dengar, kekristenan itu punya logika yang
sangat dalam dibaliknya, sejalan dengan
common sense, coba kamu pikir dulu, coba
kamu, lihat dulu? Kalau kamu menjalankan
prinsip alkitab yang seperti ini, menjalankan
prinsip moral yang Tuhan ajarkan seperti ini,
bukankah hidupmu akan jadi bagus?
Bukankah kamu akan lepas dari kesulitan dsb?
Memang semua itu benar, kalau kita jadi
kristen, hidup kita akan improve, akan
mendapatkan stability, akan mendapatkan
hope, kita akan menjadi orang yang terhormat,
bisa menghormati diri dengan baik, mungkin
bisa maju dalam ekonomi kita, mungkin
semua itu benar, itu bukan kebodohan, semua
itu benar, tetapi kenapa kita katakan semua
itu, kenapa? Seringkali karena kita tidak mau
dunia berpikir bahwa yang namanya mengikut
Kristus adalah kebodohan, karena kita mau
kita diakui dunia sebagai seseorang yang wise,
sebagai seseorang yang pintar, karena kalau
kamu cukup pintar saja maka kamu akan
mengerti bahwa kamu harus menjadi orang
kristen, kalau kamu tidak mau ya sudah, itu
masalahmu. Intinya adalah seringkali waktu
kita membela kekristenan dihadapan orang
lain, itu bukan masalah mempertobatkan
orang, itu bukan masalah memenangkan
orang lain, tapi itu masalah supaya orang
tidak melihat kita bodoh, tidak terlalu matter
sih, apakah habis itu dia mau percaya atau
tidak, itu urusanmu dengan Tuhan, tetapi
tidak bisa kalau kekristenan dihina begini.
Itulah kita, tetapi coba kita lihat apa yang
Paulus lakukan? Di sini bagaimana reaksi
Paulus? Waktu Paulus melihat ada perbedaan
pendapat
mengenai
kekristenan,
ada
perbedaan
sudut
pandang
mengenai
kekristenan, apa yang dia lakukan? Dia mulai
“Melayani dalam Kelemahan dan Kesulitan”
dengan mengakui, dengan mengatakan,
memang
benar
bahwa
salib
adalah
kebodohan dan batu sandungan (ayat 23),
apakah kita sudah melihat signifikansi dari
kalimat Paulus ini? Apakah kita rela, apakah
kita bisa menerima bahwa ketika kita menjadi
orang kristen dunia akan melihat kita sebagai
orang bodoh. Apakah kita bisa menerima itu?
Mengapa Paulus bereaksi seperti ini? Karena
dia tahu satu hal mengenai jemaat Korintus
dan kita secara umum, bahwa dia tahu,
dianggap bodoh oleh masyarakat itu sama
sekali tidak menarik, manusia pada dasanya
mencari pengakuan dan karena mereka tidak
rela mengakui kekristenan yang mereka
pegang dilihat sebagai satu hal yang bodoh,
maka yang terjadi berikutnya adalah
kompromi. Kompromi akan terjadi kalau kita
mencari pengakuan dari dunia, maka cepat
atau lambat kita akan mengikuti standarstandar dari dunia mengenai apa yang bodoh
dan pintar.
Dalam bagian ini kita akan melihat
kompromi dalam hal apa yang terjadi? Paulus
membahas dua arah besar bagaimana orang
kristen di Korintus itu berkompromi. Pada
zaman Paulus, ada dua outline yang memang
karikatural, tetapi secara general itu benar,
apa yang menjadi dua paradigma agama yang
paling utama pada zaman itu, yang mulai
masuk ke dalam kekristenan, yang di satu sisi
adalah orang-orang Yahudi yang menuntut
adanya tanda-tanda, mukjizat, dan yang sisi
lain adalah orang-orang Yunani yang mencari
hikmat.
Kompromi pertama, kompromi orangorang Yahudi, orang-orang yang mencari
mukjizat, tanda-tanda, pada hari ini pararelnya
boleh kita sebut tipe kekristenan yang mencari
Allah yang always online, dulu ada lagunya
“telepon kepada Bapa di surga”, apakah kita
tahu lagu itu? Kekristenan adalah suatu agama
dimana kalau kamu percaya kepada Kristus,
maka hidupmu akan senantiasa dipenuhi oleh
tanda-tanda dan penyertaan tangan Tuhan
hari demi-hari aku bisa melihat, jam demi jam
aku bisa memperhatikan bagaimana Tuhan
melancarkan hidupku dan membuat jalanku
lurus, karena Tuhan selalu turut campur dalam
hidupku. Allah jadi mesin coca-cola cosmic,
coba bayangkan, kalau kita menghadirkan
kekristenan sebagai agama God always online
seperti itu, ooh orang tidak akan menganggap
kita bodoh, kita lihat saja berapa banyak
orang yang datang ke gereja setiap minggunya mencari hal-hal yang seperti itu.
Mencari tanda-tanda, mencari mukjizatmukjizat, kalau kita memberikan hal yang
seperti ini, orang tidak akan menganggap kita
bodoh, kamu bilang kekristenan bodoh? Saya
kasih tahu kamu sekarang, besok kamu akan
sakit perut dua minggu lamanya dan kamu
tidak akan bisa buang-buang air sama sekali,
perhatikan apa yang saya katakan, dan hal itu
benar terjadi, ini realita, waktu pdt. Ivan
GRII KG 761/800 (hal 2)
berkhotbah dihadapan anak 20 ribu siswa di
Kupang, 20 ribu anak itu bisa diam
mendengarkan
firman
Tuhan,
tapi
pertanyaannya adalah kenapa mereka diam?
Belakangan baru tahu, ternyata ada guru di
bawah yang ngancam, itu yang ada di depan
adalah hamba Tuhan, kalau kamu tidak
mendengarkan, nanti pulang kamu sakit perut,
maka anak-anak itu diam. Kalau kekristenan
yang kita tawarkan seperti ini, orang tidak
akan mengatakan sebagai kebodohan, mereka
akan kagum-kagum atau paling tidak mereka
akan ketakutan. Ini bukan hanya masalah
gereja seberang, tidak ada gunanya juga
membicarakan gereja seberang, gereja kita
juga, kita sering komplain teks lagu-lagu
mereka yang fragmented, kalau ambil dari
Mazmur, yang diambil hanya bagian-bagian
resolutif, yang masalah pengharapan, masalah
turning point, masalah karunia dari Tuhan,
tema pergumulan itu tidak pernah dibahas.
Tapi coba lihat di gereja kita misalnya,
kecederungan kita ketika kita membaca
Mazmur, lalu ketika kita ingin mengulang satu
kalimat yang berkesan, kalimat mana yang
akan kita pilih? Bukankah yang kita pilih
adalah kalimat-kalimat resolutif, kalimat
dimana pengharapan itu datang? Kan jarang
yang mengulang kalimat pergumulan?
Kompromi kedua, kompromi orangorang Yunani, orang-orang yang mencari
hikmat, nah ini lebih masalah gereja kita,
bukan Allah yang always online, tetapi justru
adalah Allah yang ada jarak, Allah yang ada
objektifitasnya, Allah yang bisa jadi objek
pelajaran kita. Dan ketika orang-orang ini
berhadapan dengan orang-orang yang
percaya Allah yang always online itu, mereka
tidak mengatakan, itu bukan Allah, itu
pembantumu, Allah seperti itu bukan Allah,
kamu percaya hal yang bodoh, kamu harus
percaya Allah yang ada filosofinya, ada logika
yang sistematis dibelakangnya, kamu bisa
pelajari siapa Allah itu dan kalau kamu belajar
Allah yang seperti ini, kamu akan jadi lebih
pintar, pararelnya dengan kita pada hari ini
bukan? Allah kita bisa didiskusikan, Allah kita
bisa ditelaah, tetapi pengaruhnya apa buat
hidup kita? Allah yang eksis bukan dalam
hidup kita, tetapi dalam buku-buku sistematik
teologi, Allah yang eksis dalam kelas PA (kita
jangan salah, itu penting, tetapi semua itu
bukan yang terpenting), kalau misalmya kita
menyembah Allah yang seperti itu, kita tidak
mengenal Dia, kita hanya mengetahui
mengani Dia kan ya? Bukan knowing God
tetapi knowing about God, gereja yang seperti
ini Allah-nya itu bukan Allah yang sejati, tetapi
adalah semacam kekaguman akan doktrindoktrin, kenapa? Karena sekali lagi, kompromi,
karena agama seperti ini akan membuat kita
merasa sangat-sangat pintar, akan membuat
kita bisa menghadapi orang-orang yang
mengatakan bahwa kekristenan adalah satu
kebodohan.
GRII KG 761/800 (hal 3)
Ada satu buku yang berisi tentang debat
dari dua teolog besar mengenai kebangkitan
tubuh dari Yesus Kristus, yang satu
konservatif, percaya bahwa Allah itu bangkit,
yang satu tidak percaya bahwa Allah itu
benar-benar bangkit. Yang konservatif tentu
saja memperjuangkan tentang kebangkitan
Yesus Kristus dengan berbagai bukti yang
alkitabiah, tetapi si teologi liberal ini
mengatakan satu kalimat yang sangat
menusuk sekali, kamu bilang Allah bangkit,
saya bilang Allah tidak bangkit, kita tidak usah
berdebat mengenai hal itu, saya hanya mau
tanya satu hal, apa bedanya hidupmu dengan
hidupku? Kita tidak bisa jawab, apa bedanya
dan apa efeknya dalam hidup kita? Allah yang
ada jarak bukan Allah yang always online,
tetapi Allah yang ada jarak, Allah yang
objektif, Allah yang kita pelajari, tapi Allah
yang ujung-ujungnya adalah Allah yang kita
tidak kenal. Tetapi sekali lagi, kenapa
kekristenan seperti ini menarik? Kalau kita
menawarkan kekristenan seperti ini kepada
dunia, dunia tidak akan menganggap kita
bodoh.
Kembali ke Korintus, maka di satu sisi
mereka jatuh di dalam obesesi karunia roh,
ooh kita punya banyak sekali karunia, maka
kita akan membuat gereja Korintus menjadi
gereja yang spesial, kenapa? Karena di sini kita
ada kebaktian spesial, bukan hanya saat
paskah atau saat natal, kita kebaktian spesial
setiap minggu, pertunjukan mukjizat di sanasini, bahasa roh setiap hari, di sisi lain adalah
kebalikannya yaitu gereja yang obsesinya
dengan kafasihan lidah, kecakapan berbicara,
kemuktahiran berpikir, doktrin-doktrin yang
ngejlimet makin keren, dibalik dua arus ini ada
apa? Sebenarnya dibalik dua arus ini adalah
kompromi kepada dunia, jangan kita pikir
bahwa gereja yang mukjizat minded
diseberang sana itu yang kompromi, saudara
dan saya juga ada satu bahaya yang demikian.
Dan kita bisa melihat apa yang terjadi pada
gereja Korintus? Gereja Korintus, gereja yang
mungkin paling promising, gereja yang Paulus
sendiri pun bilang bahwa mereka sangat
punya banyak karunia roh, tetapi karena
mereka
kompromi,
akhirnya
mereka
kehilangan semua potensi yang mereka
punya. Setelah 20 tahun kemudian mereka
bertemu, yang terjadi adalah mereka yang
tadinya devoting most likely succeed, sekarang
pada akhirnya ternyata yang telah fail.
Kita tidak boleh tinggal diam dengan hal
ini, kalau kita cuek tentang hal ini, apa yang
akan terjadi? Seperti kalau aki mobil kita yang
sudah agak lemah, tetapi kita cuek saja dan
berpikir aah mobil masih bisa jalan kok, lalu
beberapa hari kemudian masuk ke tempat
pencucian mobil, setelah selesai dan mau
dihidupkan, aki-nya sudah soak dan tidak bisa
untuk starter mesin mobil. Nah itulah yang
akan terjadi kalau kita tidak mencari solusi
bagi hal ini, gereja kita akan mati, kehidupan
rohani kita juga akan mati, jadi apa solusinya,
apa yang harus kita lakukan? Dari mana kita
mau mendapatkan kuasa, mendapatkan
energi untuk kehidupan gereja, kuncinya
Paulus mengatakan di dalam ayat 18, 23 dan
24. Jadi kita mendapatkan kuasa dan kekuatan
itu dari salib, dari kematian Kristus, kuasa
kebangkitan dari kematian, kenapa Paulus
tidak mengatakan, dari kebangkitan Kristus,
kenapa Paulus tidak membahas kebangkitan?
Mengapa justru memberitakan Kristus yang
tersalib? Sekali lagi kita akan melihat
pararelnya, gereja kita itu dan banyak gereja
lain juga, seringkali over emphasis kepada
resurrection, kita senang sekali bicara
mengenai the Kingship of Christ, Allah itu
sekarang sudah menjadi Raja, maka sekarang
kita harus menerjemahkan semua dari kuasa
Allah disetiap aspek hidup kita, inilah kita
menikmati Kerajaan Allah. Memang semuanya
itu benar, Richard Pratt mengkritik tradisi
kekristenan, kenapa salib kita tidak ada
Tuhannya, kalau katolik kan ada? Karena Allah
kita sudah bangkit, kita lihat over emphasisnya? Mengerikan kan ya?
Sudah berapa kali kita membicarakan
mengenai message of the cross ya? Kenapa
kita tidak bisa sadar, tidak bisa melihat bahwa
Paulus men-summaries injil yang dia bawakan
itu sebagai Kristus yang tersalib dan bukan
Kristus yang dibangkitkan? Karena kuasa dari
pada Allah justru ada di dalam berita salib dan
bukan hanya Tuhan telah mati dan bangkit,
bukan, karena kita tidak bisa membicarakan
Kristus, Sang Kepala, tanpa membicarakan
tubuhNya. Maka, ketika Paulus mengatakan,
ingatlah bahwa Kristus telah tersalib, dia
sedang mengatakan juga, ingatlah bahwa
kamu juga dipanggil untuk tersalib bersama
dengan Dia, ingatlah juga bahwa kamu
disatukan dengan Dia dan bahwa kamu
menderita bersama dengan Dia, itulah
panggilanmu, itulah privilege-mu. Karena
gereja di Korintus dengan Allah mereka yang
always
online,
yang
mengutamakan
spektakularisme atau Allah yang abstrak untuk
diketahui, tetapi tidak bisa dikenal, yang
membuat pokoknya aku bisa jadi mutakhir,
kelihatan pintar, bisa mengatur hidup dengan
baik, kelihatan baik dimata semua orang,
karena semua ini telah menyusup ke dalam
gereja. Paulus mengingatkan kepada mereka,
bukan saja Kristus telah tersalib, tetapi kalian
dan kita disatukan kepada Kristus, kita adalah
tubuh Kristus dan itulah sebabnya kita
dipanggil untuk menggenapkan, memenuhi
apa yang kurang pada penderitaan Kristus, itu
ditulis dalam Kolose 1:24.
Di dalam Filipi 3 Paulus mengatakan, aku
menjadi serupa dengan kematianNya supaya
aku beroleh kebangkitan dari antara orang
mati.
Kita
mau
mendapatkan
kuasa
kebangkitan? Tidak mungkin kita disatukan
dengan kuasa kebangkitan kalau kita tidak
disatukan
dalam
kematianNya,
dalam
penderitaanNya. Bukankah kemuliaan Allah
yang
tertinggi
justru
hadir
dalam
kerendahanNya yang paling rendah (teologi
salib Marthin Luther), lalu apa hubungannya
dengan kita? Maksudnya apa? Jadi kita harus
menderita? Kalau kamu mengatakannya
seperti itu, ya itu jadi beban, itu bukan
privilege, menderita bersama dengan Kristus,
bagaimana itu disebut
privilege? Dimana
kuasa yang ada di dalam message of the cross
itu? Kita tinggal lihat apa itu message of the
cross? Message of the cross mengatakan bahwa
ketika Tuhan naik ke atas kayu salib, Dia tidak
melakukannya untuk kelihatan punya Allah
yang always online, Dia melakukannya justru
untuk diputuskan hubunganNya dari Allah.
Berita dari kayu salib adalah ketika Dia naik ke
atas kayu salib, Dia tidak melakukannya
supaya Dia kelihatan pintar, kelihatan
muktahir, Dia melakukannya justru dalam
kelemahan, Dia melakukannya dalam satu cara
dimana Dia pasti dilihat sebagai orang gagal.
Itulah Tuhan kita.
Satu ilustrasi yang bisa membuat kita
mengerti mengenai berita salib, waktu kita
punya anak, semua dari diri kita itu disedot
habis sama anak itu (uang, tenaga, waktu,
darah dll) dan kalau anak itu menghargai kita,
ya bagus, tapi ternyata tidak, yang terjadi
adalah anak itu bertumbuh jadi remaja dan
satu hari kita menyuruh dia untuk tidak
melakukan sesuatu yang berbahaya bagi
dirinya, justru si anak marah kepada orang
tuanya dengan berkata kalian tidak sayang
dan tidak pernah berbuat apa-apa untuk saya,
saya benci sama kalian. Orang tua yang sudah
mengalami hal seperti itu, tahu sakitnya
seperti apa, karena kalimat itu adalah kalimat
yang paling tidak fair, tidak pernah melakukan
apa-apa buat dia, membenci dia, jadi siapa
yang meresikokan nyawa untuk melahirkan
dia? Ini adalah satu ujian bagi setiap orang
tua, karena setiap orang tua yang mengalami
hal ini, punya tiga pilihan, pertama kita bisa
jauhi anak itu, kedua, membalas, serang balik,
dst., dan ketiga adalah kita serap, kita absorb,
kita menjadi sponge, kita dekati dia lagi
dengan lembut, ketika kita dihujani makian
lagi, kita serap lagi dst. Bagaimana caranya
mendapatkan kuasa untuk bisa melakukan hal
ini? Sederhana, kita harus tahu, kita harus
mendengar bahwa Kristus telah melakukan itu
buat kita, itulah Tuhan kita.
Sejarah mengatakan bahwa satu-satu
kalinya Tuhan itu membuka diriNya hadir di
tengah-tengah kita, yang terjadi adalah kita
membunuh Dia, yang dikatakan oleh sejarah
adalah kita marah kepada Dia, karena katanya
Dia sayang kepada kita, kenapa Dia tidak
memberikan hal-hal yang kita perlu dan
kenapa Dia mengambil hal-hal yang kita
senang? Dan ketika Dia datang, kita memaki
Dia, meludahi Dia dan menyalibkan Dia, tetapi
apa yang Tuhan kita lakukan? Dia tidak pergi
dan Dia tidak menyerang balik, tetapi Dia
absorb, absorb, absorb, sampai Dia mati. Bukan
saja Dia menerima serangan dari kita yang
tidak sepantasnya itu, Dia juga menerima
cawan murka Tuhan yang sepantasnya jadi
bagian kita. Waktu kita melihat apa yang telah
Kristus lakukan buat kita, apa yang muncul
GRII KG 761/800 (hal 4)
dihati kita? Bukakah kita bisa melihat bahwa
kemuliaan yang paling tinggi adalah
kemuliaan dimana kita disalibkan demi
keselamatan orang lain? Itulah kuasa dari
berita salib, bukankah kuasa itu sekarang
sedang bekerja meyakinkan kita bahwa kalau
kemuliaan Tuhan ada pada salib, maka ketika
kita dipanggil untuk menderita bersama
dengan Dia, itulah juga kemuliaan kita, ketika
kita hidup bukan untuk diri kita, apakah kita
kelihatan pintar atau tidak dimata orang lain,
tetapi kita rela kelihatan bodoh demi orang
lain boleh diselamatkan, itulah yang namanya
menderita seperti Kristus menderita.
Kita harus tanya pada diri kita masingmasing, bagaimana Tuhan mau kita melayani
di dalam kelemahan, bagaimana Tuhan mau
kita melayani di dalam kesulitan dan
penderitaan, dan kalau kita mendapatkannya
itu adalah satu hal yang justru akan
memuliakan Tuhan. Amin.
Ringkasan khotbah ini belum diperiksa
oleh pengkhotbah (AS)
GRII KG 761/800 (hal 1)
Download