GRII Kelapa Gading Khotbah Minggu (18 Januari 2015) Pengkhotbah : Pdt. Billy Kristanto Tema : ……....….…..……………...…......... Nas Alkitab : ............................................................................................................. Tahun ke-16 Melayani dalam Kelemahan dan Kesulitan Jethro Rachmadi 1 Korintus 1:18-25 Ringkasan Khotbah 761/800 11 Januari 2015 GRII KG 761/800 (hal 4) Ada satu kontras dalam gereja Korintus antara bagaimana mereka memulai gereja mereka dan setelah mulai jadinya seperti apa? Korintus adalah satu tempat dimana Paulus itu paling banyak rekan kerjanya, di sana dia bertemu yang namanya Priskila dan Aquila, kemudian datang Silas dan Timotus, di sana ada banyak hamba Tuhan. Itu adalah tempat dimana Paulus memutuskan untuk beralih dari menginjili orang Yahudi ke orang Yunani, dan itu adalah tempat dimana mulai ada peledakan injil kepada orang-orang kafir. Itu tempat yang Tuhan sendiri mendeklarasikan kepada Paulus, Paulus kamu jangan takut, terus bekerja, karena tempat ini banyak umatKu, itu adalah tempat dimana Paulus spend waktu sampai satu setengah tahun untuk mengajar mereka (yang tertulis dalam Kisah Para Rasul 18:18-20) dan injil di Korintus benar-benar bekerja sangat kuat, buktinya adalah ada cerita bahwa orang-orang Yahudi ingin membuat huru-hara di sana, sampai melaporkan Paulus ke pemerintah. Mereka ingin melaporkan karena mereka merasa terancam posisinya di dalam sinagoge, tetapi sekali lagi ada intervensi tangan Tuhan melalui Galio sang gubernur tempat itu, waktu orang Yahudi melaporkan kepada dia mengenai Paulus, dia bilang, saya tidak mau ikut-ikutan mengenai hal ini, akhirnya orang-orang Yahudi gagal membuat huru-hara. Kalau kita melihat, inilah jemaat yang ideal, satu gereja dimana Tuhan bekerja dengan sangat begitu luar biasa, dimana ada banyak hamba Tuhan yang begitu baik, dimana sepertinya potensinya itu begitu tinggi, tetapi later malahan jemaat Korintus dikenal dengan cacat celanya. Jemaatnya pecah, ada orang-orang yang berkata saya pengikut Paulus, pengikut Petrus, pengikut Apolos, bahkan berkata saya pengikut Kristus, ini luar biasa lagi, mungkin agak mirip dengan gereja kita kali ya? Ada orang-orang yang mengatakan saya pengikut Van Till, dll., heran, jago teologi tetapi moralnya hancur, mereka saling insecure sampai mereka saling membanding-bandingkan, karunia roh siapa yang paling hebat? Saking sibuknya membandingkan karunia roh siapa yang paling hebat, ada orang yang tidur dengan istri bapaknya sendiri tidak ditegur, mereka lebih mementingkan hal-hal yang spektakuler, mukjizat, kecakapan berbicara dibandingkan kasih (dalam 1 Kor.13). Maka surat Paulus yang ditulis ini adalah bertujuan untuk membereskan hal ini, konteksnya adalah sebuah gereja yang sudah establish, bukan gereja yang masih baru, bukan gereja yang tidak ada teologi, bukan gereja yang tidak ada promise, tetapi gereja yang entah kenapa dari potensi yang begitu besar ketika akhirnya reoni 20 tahun kemudian, ternyata gereja ini yang promising sekali akhirnya rusak begitu rupa. Pertanyaannya adalah bagaimana Paulus membereskan hal ini? Interesting, jawabanya adalah dengan memberitakan message of the cross. Paulus memulai surat dalam ayat 18 ini dengan me-recognise, meng-admit, melihat bahwa memang ada satu perbedaan, perbedaan cara pandang antara orang-orang dunia dengan orang-orang kristen mengenai Kristus. Orang-orang dunia melihat Kristus sebagai kebodohan, orang-orang kristen mengetahui bahwa Kristus itu begitu indah, baik dan berharga, tetapi dalam dunia itu banyak orang yang berpikir sebaliknya. Apa reaksi kita waktu dunia menganggap kita aneh, menganggap kita bodoh karena kita mau percaya kepada Tuhan seperti ini? Reaksi kita adalah reaksi yang sama kalau kita dianggap bodoh dalam hal apapun, salah satu motif dalam hidup kita yang paling terutama adalah supaya kita jangan dianggap bodoh kan ya? Lalu kita membuat berbagai alasan sebagai pembelaan diri agar kita tidak dianggap bodoh atau malas seperti yang dipikirkan oleh orang lain tentang kita. Kita semua harus mulai mengakui bahwa tidak ada diantara kita yang mau orang ngomongin kita di belakang atau di depan kita bahwa kita atau apa yang kita percayai adalah satu kebodohan. Ooh tidak kok, ada kok orang yang mengakui kebodohan mereka dengan lugas, datang langsung bicara iya pak, saya memang tidak lulus SMA, maklum ya pak, saya memang tidak bisa nyanyi, maklum dong dsb. Dan seringkali waktu kita mengakui kebodohan kita, sebenarnya kita melakukannya bukan untuk mengakui kebodohan, karena paling tidak sehancur- GRII KG 761/800 (hal 1) “Melayani dalam Kelemahan dan Kesulitan” hancurnya saya, sejelek-jeleknya saya, paling tidak toh masih ada bagusnya, saya toh sadar diri saya jelek, diri saya bodoh, ada positifnya, tetap ujung-ujungnya adalah membela diri, tidak mau dilihat bodoh, tidak mau tampil bodoh. Maka begitu juga reaksi kita ketika kekristenan dianggap bodoh, ketika iman kita yang diserang dan bukan diri kita, kita bereaksi juga seperti itu. Coba kita pikirkan, ketika kita ada pertemuan keluarga, lalu dalam pertemuan itu ada saudara kita yang bukan kristen, lalu kita mungkin diminta bersaksi mengenai apa yang kita percaya dihadapan semua keluarga yang lain itu, apa pressure yang langsung muncul dalam hati kita? Kita pasti sudah tahu bahwa akan ada yang mendengarkan dengan mata yang memicing, ada yang mendengarkan dengan senyamsenyum, dalam situasi seperti itu apa yang akan kita lakukan? Yang akan kita lakukan adalah kita akan mencari hal-hal yang positif, kita akan membeberkan bahwa negara-negara dengan sistem Calvinis itu ekonominya beres, kita akan membeberkan bahwa kekristenan itu bukan mistik-mistikan yang selama ini kamu dengar, kekristenan itu punya logika yang sangat dalam dibaliknya, sejalan dengan common sense, coba kamu pikir dulu, coba kamu, lihat dulu? Kalau kamu menjalankan prinsip alkitab yang seperti ini, menjalankan prinsip moral yang Tuhan ajarkan seperti ini, bukankah hidupmu akan jadi bagus? Bukankah kamu akan lepas dari kesulitan dsb? Memang semua itu benar, kalau kita jadi kristen, hidup kita akan improve, akan mendapatkan stability, akan mendapatkan hope, kita akan menjadi orang yang terhormat, bisa menghormati diri dengan baik, mungkin bisa maju dalam ekonomi kita, mungkin semua itu benar, itu bukan kebodohan, semua itu benar, tetapi kenapa kita katakan semua itu, kenapa? Seringkali karena kita tidak mau dunia berpikir bahwa yang namanya mengikut Kristus adalah kebodohan, karena kita mau kita diakui dunia sebagai seseorang yang wise, sebagai seseorang yang pintar, karena kalau kamu cukup pintar saja maka kamu akan mengerti bahwa kamu harus menjadi orang kristen, kalau kamu tidak mau ya sudah, itu masalahmu. Intinya adalah seringkali waktu kita membela kekristenan dihadapan orang lain, itu bukan masalah mempertobatkan orang, itu bukan masalah memenangkan orang lain, tapi itu masalah supaya orang tidak melihat kita bodoh, tidak terlalu matter sih, apakah habis itu dia mau percaya atau tidak, itu urusanmu dengan Tuhan, tetapi tidak bisa kalau kekristenan dihina begini. Itulah kita, tetapi coba kita lihat apa yang Paulus lakukan? Di sini bagaimana reaksi Paulus? Waktu Paulus melihat ada perbedaan pendapat mengenai kekristenan, ada perbedaan sudut pandang mengenai kekristenan, apa yang dia lakukan? Dia mulai “Melayani dalam Kelemahan dan Kesulitan” dengan mengakui, dengan mengatakan, memang benar bahwa salib adalah kebodohan dan batu sandungan (ayat 23), apakah kita sudah melihat signifikansi dari kalimat Paulus ini? Apakah kita rela, apakah kita bisa menerima bahwa ketika kita menjadi orang kristen dunia akan melihat kita sebagai orang bodoh. Apakah kita bisa menerima itu? Mengapa Paulus bereaksi seperti ini? Karena dia tahu satu hal mengenai jemaat Korintus dan kita secara umum, bahwa dia tahu, dianggap bodoh oleh masyarakat itu sama sekali tidak menarik, manusia pada dasanya mencari pengakuan dan karena mereka tidak rela mengakui kekristenan yang mereka pegang dilihat sebagai satu hal yang bodoh, maka yang terjadi berikutnya adalah kompromi. Kompromi akan terjadi kalau kita mencari pengakuan dari dunia, maka cepat atau lambat kita akan mengikuti standarstandar dari dunia mengenai apa yang bodoh dan pintar. Dalam bagian ini kita akan melihat kompromi dalam hal apa yang terjadi? Paulus membahas dua arah besar bagaimana orang kristen di Korintus itu berkompromi. Pada zaman Paulus, ada dua outline yang memang karikatural, tetapi secara general itu benar, apa yang menjadi dua paradigma agama yang paling utama pada zaman itu, yang mulai masuk ke dalam kekristenan, yang di satu sisi adalah orang-orang Yahudi yang menuntut adanya tanda-tanda, mukjizat, dan yang sisi lain adalah orang-orang Yunani yang mencari hikmat. Kompromi pertama, kompromi orangorang Yahudi, orang-orang yang mencari mukjizat, tanda-tanda, pada hari ini pararelnya boleh kita sebut tipe kekristenan yang mencari Allah yang always online, dulu ada lagunya “telepon kepada Bapa di surga”, apakah kita tahu lagu itu? Kekristenan adalah suatu agama dimana kalau kamu percaya kepada Kristus, maka hidupmu akan senantiasa dipenuhi oleh tanda-tanda dan penyertaan tangan Tuhan hari demi-hari aku bisa melihat, jam demi jam aku bisa memperhatikan bagaimana Tuhan melancarkan hidupku dan membuat jalanku lurus, karena Tuhan selalu turut campur dalam hidupku. Allah jadi mesin coca-cola cosmic, coba bayangkan, kalau kita menghadirkan kekristenan sebagai agama God always online seperti itu, ooh orang tidak akan menganggap kita bodoh, kita lihat saja berapa banyak orang yang datang ke gereja setiap minggunya mencari hal-hal yang seperti itu. Mencari tanda-tanda, mencari mukjizatmukjizat, kalau kita memberikan hal yang seperti ini, orang tidak akan menganggap kita bodoh, kamu bilang kekristenan bodoh? Saya kasih tahu kamu sekarang, besok kamu akan sakit perut dua minggu lamanya dan kamu tidak akan bisa buang-buang air sama sekali, perhatikan apa yang saya katakan, dan hal itu benar terjadi, ini realita, waktu pdt. Ivan GRII KG 761/800 (hal 2) berkhotbah dihadapan anak 20 ribu siswa di Kupang, 20 ribu anak itu bisa diam mendengarkan firman Tuhan, tapi pertanyaannya adalah kenapa mereka diam? Belakangan baru tahu, ternyata ada guru di bawah yang ngancam, itu yang ada di depan adalah hamba Tuhan, kalau kamu tidak mendengarkan, nanti pulang kamu sakit perut, maka anak-anak itu diam. Kalau kekristenan yang kita tawarkan seperti ini, orang tidak akan mengatakan sebagai kebodohan, mereka akan kagum-kagum atau paling tidak mereka akan ketakutan. Ini bukan hanya masalah gereja seberang, tidak ada gunanya juga membicarakan gereja seberang, gereja kita juga, kita sering komplain teks lagu-lagu mereka yang fragmented, kalau ambil dari Mazmur, yang diambil hanya bagian-bagian resolutif, yang masalah pengharapan, masalah turning point, masalah karunia dari Tuhan, tema pergumulan itu tidak pernah dibahas. Tapi coba lihat di gereja kita misalnya, kecederungan kita ketika kita membaca Mazmur, lalu ketika kita ingin mengulang satu kalimat yang berkesan, kalimat mana yang akan kita pilih? Bukankah yang kita pilih adalah kalimat-kalimat resolutif, kalimat dimana pengharapan itu datang? Kan jarang yang mengulang kalimat pergumulan? Kompromi kedua, kompromi orangorang Yunani, orang-orang yang mencari hikmat, nah ini lebih masalah gereja kita, bukan Allah yang always online, tetapi justru adalah Allah yang ada jarak, Allah yang ada objektifitasnya, Allah yang bisa jadi objek pelajaran kita. Dan ketika orang-orang ini berhadapan dengan orang-orang yang percaya Allah yang always online itu, mereka tidak mengatakan, itu bukan Allah, itu pembantumu, Allah seperti itu bukan Allah, kamu percaya hal yang bodoh, kamu harus percaya Allah yang ada filosofinya, ada logika yang sistematis dibelakangnya, kamu bisa pelajari siapa Allah itu dan kalau kamu belajar Allah yang seperti ini, kamu akan jadi lebih pintar, pararelnya dengan kita pada hari ini bukan? Allah kita bisa didiskusikan, Allah kita bisa ditelaah, tetapi pengaruhnya apa buat hidup kita? Allah yang eksis bukan dalam hidup kita, tetapi dalam buku-buku sistematik teologi, Allah yang eksis dalam kelas PA (kita jangan salah, itu penting, tetapi semua itu bukan yang terpenting), kalau misalmya kita menyembah Allah yang seperti itu, kita tidak mengenal Dia, kita hanya mengetahui mengani Dia kan ya? Bukan knowing God tetapi knowing about God, gereja yang seperti ini Allah-nya itu bukan Allah yang sejati, tetapi adalah semacam kekaguman akan doktrindoktrin, kenapa? Karena sekali lagi, kompromi, karena agama seperti ini akan membuat kita merasa sangat-sangat pintar, akan membuat kita bisa menghadapi orang-orang yang mengatakan bahwa kekristenan adalah satu kebodohan. GRII KG 761/800 (hal 3) Ada satu buku yang berisi tentang debat dari dua teolog besar mengenai kebangkitan tubuh dari Yesus Kristus, yang satu konservatif, percaya bahwa Allah itu bangkit, yang satu tidak percaya bahwa Allah itu benar-benar bangkit. Yang konservatif tentu saja memperjuangkan tentang kebangkitan Yesus Kristus dengan berbagai bukti yang alkitabiah, tetapi si teologi liberal ini mengatakan satu kalimat yang sangat menusuk sekali, kamu bilang Allah bangkit, saya bilang Allah tidak bangkit, kita tidak usah berdebat mengenai hal itu, saya hanya mau tanya satu hal, apa bedanya hidupmu dengan hidupku? Kita tidak bisa jawab, apa bedanya dan apa efeknya dalam hidup kita? Allah yang ada jarak bukan Allah yang always online, tetapi Allah yang ada jarak, Allah yang objektif, Allah yang kita pelajari, tapi Allah yang ujung-ujungnya adalah Allah yang kita tidak kenal. Tetapi sekali lagi, kenapa kekristenan seperti ini menarik? Kalau kita menawarkan kekristenan seperti ini kepada dunia, dunia tidak akan menganggap kita bodoh. Kembali ke Korintus, maka di satu sisi mereka jatuh di dalam obesesi karunia roh, ooh kita punya banyak sekali karunia, maka kita akan membuat gereja Korintus menjadi gereja yang spesial, kenapa? Karena di sini kita ada kebaktian spesial, bukan hanya saat paskah atau saat natal, kita kebaktian spesial setiap minggu, pertunjukan mukjizat di sanasini, bahasa roh setiap hari, di sisi lain adalah kebalikannya yaitu gereja yang obsesinya dengan kafasihan lidah, kecakapan berbicara, kemuktahiran berpikir, doktrin-doktrin yang ngejlimet makin keren, dibalik dua arus ini ada apa? Sebenarnya dibalik dua arus ini adalah kompromi kepada dunia, jangan kita pikir bahwa gereja yang mukjizat minded diseberang sana itu yang kompromi, saudara dan saya juga ada satu bahaya yang demikian. Dan kita bisa melihat apa yang terjadi pada gereja Korintus? Gereja Korintus, gereja yang mungkin paling promising, gereja yang Paulus sendiri pun bilang bahwa mereka sangat punya banyak karunia roh, tetapi karena mereka kompromi, akhirnya mereka kehilangan semua potensi yang mereka punya. Setelah 20 tahun kemudian mereka bertemu, yang terjadi adalah mereka yang tadinya devoting most likely succeed, sekarang pada akhirnya ternyata yang telah fail. Kita tidak boleh tinggal diam dengan hal ini, kalau kita cuek tentang hal ini, apa yang akan terjadi? Seperti kalau aki mobil kita yang sudah agak lemah, tetapi kita cuek saja dan berpikir aah mobil masih bisa jalan kok, lalu beberapa hari kemudian masuk ke tempat pencucian mobil, setelah selesai dan mau dihidupkan, aki-nya sudah soak dan tidak bisa untuk starter mesin mobil. Nah itulah yang akan terjadi kalau kita tidak mencari solusi bagi hal ini, gereja kita akan mati, kehidupan rohani kita juga akan mati, jadi apa solusinya, apa yang harus kita lakukan? Dari mana kita mau mendapatkan kuasa, mendapatkan energi untuk kehidupan gereja, kuncinya Paulus mengatakan di dalam ayat 18, 23 dan 24. Jadi kita mendapatkan kuasa dan kekuatan itu dari salib, dari kematian Kristus, kuasa kebangkitan dari kematian, kenapa Paulus tidak mengatakan, dari kebangkitan Kristus, kenapa Paulus tidak membahas kebangkitan? Mengapa justru memberitakan Kristus yang tersalib? Sekali lagi kita akan melihat pararelnya, gereja kita itu dan banyak gereja lain juga, seringkali over emphasis kepada resurrection, kita senang sekali bicara mengenai the Kingship of Christ, Allah itu sekarang sudah menjadi Raja, maka sekarang kita harus menerjemahkan semua dari kuasa Allah disetiap aspek hidup kita, inilah kita menikmati Kerajaan Allah. Memang semuanya itu benar, Richard Pratt mengkritik tradisi kekristenan, kenapa salib kita tidak ada Tuhannya, kalau katolik kan ada? Karena Allah kita sudah bangkit, kita lihat over emphasisnya? Mengerikan kan ya? Sudah berapa kali kita membicarakan mengenai message of the cross ya? Kenapa kita tidak bisa sadar, tidak bisa melihat bahwa Paulus men-summaries injil yang dia bawakan itu sebagai Kristus yang tersalib dan bukan Kristus yang dibangkitkan? Karena kuasa dari pada Allah justru ada di dalam berita salib dan bukan hanya Tuhan telah mati dan bangkit, bukan, karena kita tidak bisa membicarakan Kristus, Sang Kepala, tanpa membicarakan tubuhNya. Maka, ketika Paulus mengatakan, ingatlah bahwa Kristus telah tersalib, dia sedang mengatakan juga, ingatlah bahwa kamu juga dipanggil untuk tersalib bersama dengan Dia, ingatlah juga bahwa kamu disatukan dengan Dia dan bahwa kamu menderita bersama dengan Dia, itulah panggilanmu, itulah privilege-mu. Karena gereja di Korintus dengan Allah mereka yang always online, yang mengutamakan spektakularisme atau Allah yang abstrak untuk diketahui, tetapi tidak bisa dikenal, yang membuat pokoknya aku bisa jadi mutakhir, kelihatan pintar, bisa mengatur hidup dengan baik, kelihatan baik dimata semua orang, karena semua ini telah menyusup ke dalam gereja. Paulus mengingatkan kepada mereka, bukan saja Kristus telah tersalib, tetapi kalian dan kita disatukan kepada Kristus, kita adalah tubuh Kristus dan itulah sebabnya kita dipanggil untuk menggenapkan, memenuhi apa yang kurang pada penderitaan Kristus, itu ditulis dalam Kolose 1:24. Di dalam Filipi 3 Paulus mengatakan, aku menjadi serupa dengan kematianNya supaya aku beroleh kebangkitan dari antara orang mati. Kita mau mendapatkan kuasa kebangkitan? Tidak mungkin kita disatukan dengan kuasa kebangkitan kalau kita tidak disatukan dalam kematianNya, dalam penderitaanNya. Bukankah kemuliaan Allah yang tertinggi justru hadir dalam kerendahanNya yang paling rendah (teologi salib Marthin Luther), lalu apa hubungannya dengan kita? Maksudnya apa? Jadi kita harus menderita? Kalau kamu mengatakannya seperti itu, ya itu jadi beban, itu bukan privilege, menderita bersama dengan Kristus, bagaimana itu disebut privilege? Dimana kuasa yang ada di dalam message of the cross itu? Kita tinggal lihat apa itu message of the cross? Message of the cross mengatakan bahwa ketika Tuhan naik ke atas kayu salib, Dia tidak melakukannya untuk kelihatan punya Allah yang always online, Dia melakukannya justru untuk diputuskan hubunganNya dari Allah. Berita dari kayu salib adalah ketika Dia naik ke atas kayu salib, Dia tidak melakukannya supaya Dia kelihatan pintar, kelihatan muktahir, Dia melakukannya justru dalam kelemahan, Dia melakukannya dalam satu cara dimana Dia pasti dilihat sebagai orang gagal. Itulah Tuhan kita. Satu ilustrasi yang bisa membuat kita mengerti mengenai berita salib, waktu kita punya anak, semua dari diri kita itu disedot habis sama anak itu (uang, tenaga, waktu, darah dll) dan kalau anak itu menghargai kita, ya bagus, tapi ternyata tidak, yang terjadi adalah anak itu bertumbuh jadi remaja dan satu hari kita menyuruh dia untuk tidak melakukan sesuatu yang berbahaya bagi dirinya, justru si anak marah kepada orang tuanya dengan berkata kalian tidak sayang dan tidak pernah berbuat apa-apa untuk saya, saya benci sama kalian. Orang tua yang sudah mengalami hal seperti itu, tahu sakitnya seperti apa, karena kalimat itu adalah kalimat yang paling tidak fair, tidak pernah melakukan apa-apa buat dia, membenci dia, jadi siapa yang meresikokan nyawa untuk melahirkan dia? Ini adalah satu ujian bagi setiap orang tua, karena setiap orang tua yang mengalami hal ini, punya tiga pilihan, pertama kita bisa jauhi anak itu, kedua, membalas, serang balik, dst., dan ketiga adalah kita serap, kita absorb, kita menjadi sponge, kita dekati dia lagi dengan lembut, ketika kita dihujani makian lagi, kita serap lagi dst. Bagaimana caranya mendapatkan kuasa untuk bisa melakukan hal ini? Sederhana, kita harus tahu, kita harus mendengar bahwa Kristus telah melakukan itu buat kita, itulah Tuhan kita. Sejarah mengatakan bahwa satu-satu kalinya Tuhan itu membuka diriNya hadir di tengah-tengah kita, yang terjadi adalah kita membunuh Dia, yang dikatakan oleh sejarah adalah kita marah kepada Dia, karena katanya Dia sayang kepada kita, kenapa Dia tidak memberikan hal-hal yang kita perlu dan kenapa Dia mengambil hal-hal yang kita senang? Dan ketika Dia datang, kita memaki Dia, meludahi Dia dan menyalibkan Dia, tetapi apa yang Tuhan kita lakukan? Dia tidak pergi dan Dia tidak menyerang balik, tetapi Dia absorb, absorb, absorb, sampai Dia mati. Bukan saja Dia menerima serangan dari kita yang tidak sepantasnya itu, Dia juga menerima cawan murka Tuhan yang sepantasnya jadi bagian kita. Waktu kita melihat apa yang telah Kristus lakukan buat kita, apa yang muncul GRII KG 761/800 (hal 4) dihati kita? Bukakah kita bisa melihat bahwa kemuliaan yang paling tinggi adalah kemuliaan dimana kita disalibkan demi keselamatan orang lain? Itulah kuasa dari berita salib, bukankah kuasa itu sekarang sedang bekerja meyakinkan kita bahwa kalau kemuliaan Tuhan ada pada salib, maka ketika kita dipanggil untuk menderita bersama dengan Dia, itulah juga kemuliaan kita, ketika kita hidup bukan untuk diri kita, apakah kita kelihatan pintar atau tidak dimata orang lain, tetapi kita rela kelihatan bodoh demi orang lain boleh diselamatkan, itulah yang namanya menderita seperti Kristus menderita. Kita harus tanya pada diri kita masingmasing, bagaimana Tuhan mau kita melayani di dalam kelemahan, bagaimana Tuhan mau kita melayani di dalam kesulitan dan penderitaan, dan kalau kita mendapatkannya itu adalah satu hal yang justru akan memuliakan Tuhan. Amin. Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah (AS) GRII KG 761/800 (hal 1)