Struktur ANALISIS DIAGRAM INTERAKSI KOLOM PADA PERENCANAAN KOLOM PIPIH BETON BERTULANG (042S) Richard Frans1, Frits Thioriks2, Jonie Tanijaya3 dan Hendry Tanoto Kalangi4 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya, Jl. Tanjung Alang 23 Makassar Email: [email protected] 2 Jurusan Teknik Sipil,Universitas Atma Jaya, Jl. Tanjung Alang 23 Makassar Email: [email protected] 3 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Kristen Indonesia Paulus, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.13,Makassar Email: depeka@indosat,net,id 4 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya, Jl. Tanjung Alang 23 Makassar Email: [email protected] ABSTRAK Tulisan ini membahas hasil analisis diagram interaksi kolom pipih beton bertulang dengan bentuk penampang seperti huruf “L” dan “T”. Bentuk penampang kolom persegi yang umumnya digunakan (bujursangkar atau empat persegi panjang) diubah menjadi kolom pipih dengan bentuk penampang “L” dan “T” dengan ukuran lebar mengikuti tebal dinding sehingga tidak terlihat adanya penonjolan pada dinding.Luas penampang kolom yang digunakan untuk kolom persegi dan kolom pipih memiliki nilai yang sama yaitu 900 cm2 dan 1600 cm2. Perhitungan momen lentur nominal (Mn) menggunakan pendekatan metode uniaksial ekivalen dengan prinsip mengubah momen dua arah (biaxial bending) menjadi momen satu arah (uniaxial bending) untuk kolom bentuk L. Sedangkan untuk kolom dengan bentuk T perhitungan momen lentur nominal (Mn) ditininjauterhadap masing-masing sumbu.Perhitungan gaya aksial nominal (Pn) memakai metode beban terbalik. Hasil analisis menunjukan bahwa dengan metode uniaksial ekivalen terjadi peningkatan rasio tulangan untuk kolom L dari 1% menjadi 2%sedangkan untuk kolom T, peningkatan rasio tulangan dari 1% menjadi 3%,jika dibandingkan terhadap hasil perhitungan dengan penampang kolom persegi.Sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi pembebanan terhadap kolom menjadi salah satu faktor utama dalam penentuan luas tulangan. Sedangkan besar dari momen nominal dan gaya aksial nominal sangat bergantung pada penempatan tulangan dan diameter tulangan yang digunakan. Kata kunci: diagram interaksi, momen uniaksial ekivalen, momen biaksial,metode beban terbalik, kolom pipih 1. PENDAHULUAN Dewasa ini kegunaan kolom beton bertulang pipih dalam konstruksi bangunan merupakan suatu trend (gaya) yang umum. Dengan adanya kolom pipih, ruangan dalam rumah menjadi lebih indah (penambahan nilai estetika).Hal ini disebabkan karena struktur kolom dari bangunan tersebut tidak kelihatan (structural hidden).Selain itu tidak ada pengurangan luas ruangan yang disebabkan kolom yang menonjol keluar.Oleh karena itu sebagai alternatif dibuat kolom pipih dengan tebal mengikuti lebar ukuran dinding agar masalah pengurangan luas ruangan yang telah direncanakan teratasi. Dalam mendesain suatu kolom pipih dibutuhkan suatu perhitungan/analisis untuk mendapatkan jumlah tulangan yang sesuai. Dengan adanya diagram interaksi kolom, dapat dengan mudah menentukan jumlah tulangan yang digunakan serta mengetahui dengan mudah tipe keruntuhan kolom dengan memasukan hubungan variabel Pu–Mu ke dalam diagram interaksi kolom pipih. Tulisan ini bertujuan untuk membuat suatu diagram interaksi yang dapat menentukan jumlah tulangan yang digunakan serta menentukan tipe daerah keruntuhan kolom dengan memasukan variabel Pu–Mu, khususnya pada kolom pipih dengan ukuran penampang dan jenis penampang tertentu. Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 S - 53 Struktur 2. TINJAUAN PUSTAKA Menurut Edward G. Nawy, diagram interaksi kolom merupakan diagram yang menghubungkan antara beban aksial dengan momen lentur pada anggota-anggota tekan. Setiap titik pada kurva mewakili sebuah kombinasi kekuatan beban nominal Pndan momen nominal Mn yang berhubungan dengan suatu lokasi sumbu netral yang tertentu. Diagram interaksi tersebut dipisah menjadi daerah kontrol tarik dan tekan oleh kondisi seimbang. Koordinatkoordinat pengontrol untuk titik-titik penting pada diagram interaksi ditentukan oleh tingkat regangan dalam tulangan tarik. Tingkat regangan ditetapkan oleh posisi kedalaman sumbu netral c.Penggunaan diagram interaksi pada kolom pipih terdapat sedikit kerumitan dalam menentukan nilai Pn dan Mn, hal ini dikarenakan pada kolom pipih terdapat gaya, serta momen yang bersifat biaksial. Untuk itu, penyelesaian diagram interaksi kolom pada kolom pipih, nilai momen biaksial tersebut akan dikonversi menjadi satu nilai momen uniaksial dengan nilai momen biaksial yang telah diekivalenkan untuk penampang dengan bentuk L sedangkan penampang dengan bentuk T menggunakan analisis momen biaksial denganmeninjau masing-masing sumbu. 3. METODE ANALISIS Diagram Interaksi Kolom Pipih Keadaan beban aksial yang bekerja pada penampang kolom dibedakan atas beban sentris dan beban eksentris.Penampang kolom beban eksentris dibedakan menjadi : 1. Penampang kolom pada kondisi beton tekan menentukan. 2. Penampang kolom pada kondisi seimbang (balance). 3. Penampang kolom pada kondisi tulangan tarik menentukan. 4. Penampang kolom dengan eksentrisitas sangat besar, sehingga beban Pn dianggap nol (diabaikan). 5. Penampang kolom pada kondisi beban terletak di titik berat. Masing-masing keadaan tersebut menggunakan prinsip kompatibilitas tegangan-regangan. Asumsi Kondisi Pembebanan Kolom Pipih Berbentuk L Pembebanan kolom pipih berbentuk L dibedakan atas: 1. Kondisi Pembebanan dengan Metode Momen Uniaksial Ekivalen Perhitungan dengan metode uniaksial ekivalen bertujuan untuk mengubah nilai momen arah-X dan arah-Y menjadi satu nilai momen ekivalen.Perhitungan momen uniaksial ekivalen dapat dilihat pada persamaan (1). Nilai dari My dan Mx diubah menjadi momen resultan tunggal dan dikalikan dengan faktor penambahan nilai momen sebesar 15%. Perhitungan ini dapat diterapkan langsung pada kolom pendek namun apabila kolom langsing maka momen yang terjadi perlu diperhitungkan terlebih dahulu karena adanya pengaruh kelangsingan kolom. (1) dengan Mu = momen resultan tunggal, Mx = momen sumbu-x dan My = momen sumbu-y Untuk lebih jelas mengenai kondisi pembebanan dengan menggunakan metode momen uniaksial ekivalen, dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.Kondisi I diasumsikan serat bawah dan serat kanan tertekan sedangkan kondisi II diasumsikan serat kiri dan serat atas tertekan. Masing-masing kondisi mempunyai nilai momen sumbu-x dan sumbu-y yang berbeda yang akan dikonversi menjadi satu nilai momen resultan tunggal. Serat kanan Serat bawah Gambar 1.Kondisi I Serat atas tertekan Serat kiri tertekan Gambar 2.Kondisi II Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) S - 54 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 Struktur 2. Kondisi Pembebanan dengan Metode Momen Biaksial Peninjauan kolom pipih dengan metode momen biaksial dilakukan dengan meninjau masing-masing sumbu sesuai dengan kondisi yang dialami oleh serat (tertekan/tertarik).Asumsi ini diambil dikarenakan nilaimomen antar sumbu x dan sumbu y mempunyai selisih yang cukup besar, dengan panjang bentang x dan bentang y cukup besar. Dari kedua kondisi diatas, hasil yang didapatkan masing-masing keadaan dibandingkan.Nilai rasio tulangan terbesar dari kedua kondisi tersebut yang diambil menjadi acuan rasio tulangan yang digunakan. Asumsi Kondisi Pembebanan Kolom Pipih Berbentuk T Kondisi pembebanan kolom pipih berbentuk T dibagi berdasarkan serat yang tertekan atau tertarik dan ditinjau berdasarkan sumbu masing-masing (momen biaksial). Kondisi tersebut antara lain: 1. Kondisi I (sumbu x), Gambar 3 menunjukkan kondisi serat kiri/kanan akan mengalami tekan/tarik karena penampang yang simetris dan penempatan tulangan yang simetris mengakibatkan kekuatan nominal penampang untuk menahan momen yang sama untuk serat kiri dan kanan. 2. Kondisi II (sumbu y), Gambar 4 menunjukkan kondisi serat terbawah penampang kolom adalah kondisi tarik sedangkan kondisi serat teratas penampang kolom adalah kondisi tekan. 3. Kondisi III (sumbu y), Gambar 5 menunjukkan kondisi serat terbawah penampang kolom adalah kondisi tekan sedangkan kondisi serat teratas penampang kolom adalah kondisi tarik. Serat atas tertekan Serat kanan tertekan Serat bawah tertekan Gambar 3. Kondisi I Gambar 4. Kondisi II Gambar 5. Kondisi III Analisis diagram interaksi kolom pipih dihitung dengan membandingkan nilai Mu dan Mn masing-masing sumbu dengan kondisi serat atas dan bawah serta serat kiri dan kanan yang disesuaikan dengan kondisi yang ada.Kondisi yang ada menghasilkan rasio tulangan yang berbeda, rasio tulangan terbesar yang digunakan. Metode Beban Terbalik Metode ini dikembangkan oleh Bresler yang menghubungkan harga gaya aksial Pu yang diinginkan dengan tiga harga yang lain pada suatu kebalikan dari permukaan kegagalan. Jika beban aksial yang diinginkan Pn di bawah pembebanan secara biaksial terhadap sumbu-sumbu x dan y berhubungan dengan harga-harga Pn yang ditunjukkan oleh Pnx, Pny, dan Popada persamaan (2) dan (3). (2) atau denganPnx Pny Po Mnx Mny ex ey x y (3) =beban aksial nominal pada eksentrisitas ey sepanjang sumbu-x; ex = 0, = beban aksial nominal pada eksentrisitas ex sepanjang sumbu-y; ey = 0 = beban aksial nominal, yaitu ey = ex = 0 = momen terhadap sumbu-x = Pn ey = momen terhadap sumbu-y = Pn ex = eksentrisitas yang diukur sejajar terhadap sumbu-x (ex = Mny/Pny) = eksentrisitas yang diukur sejajar terhadap sumbu-y (ey = Mnx/Pnx) = dimensi irisan-penampang kolom yang sejajar terhadap sumbu-x = dimensi irisan-penampang kolom yang sejajar terhadap sumbu-y Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 S - 55 Struktur 4. METODE ANALISIS Suatu portal bertingkat tiga dengan modul seperti pada Gambar6 dengan ketentuan sebagai berikut: a. Lokasi gempa berada di wilayah IV dengan kondisi tanah di bawah bangunan adalah jenis tanah keras. b. Diasumsikan dinding setengah bata terdapat di atas seluruh jalur balok. c. Tinggi konstruksi yang digunakan masing-masing 4 m, 3,5 m dan 3,5 m. d. Jenis portal daktail beton bertulang. e. Struktur gedung direncanakan sebagai gedung perkantoran. f. Kuat tekan beton (fc’) = 25 MPa. f c ' = 23500 MPa. g. Modulus elastisitas (Ec) = 4700 h. i. j. Kuat leleh baja (fy) = 400 MPa. Berat volume beton bertulang = 2400 kg/m3. Panjang bentangan ke arah-x dan arah-y masing-masing 5 m, 6 m, 5 m. Gambar 6a.Portal modul 3x3 Gambar 6b.Portal arah-x A4 C4 Gambar 6c.Portal arah-y Gambar 6d.Layout kolom pipih 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Kolom Tepi (A4) Analisis kolom tepi (A4) menggunakan metode momen uniaksial ekivalen dan metode momen biaksial. Metode dengan rasio tulangan terbesar yang digunakan dalam mendesain kolom pipih bentuk L. Metode Momen Uniaksial Ekivalen Hasil perhitungan gaya aksial dan momen maksimum untuk kondisi I yaitu: (65,7250;726,79) sedangkan untuk kondisi II yaitu: (65,581;726,79). Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) S - 56 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 Struktur Gambar 7 memperlihatkan hasil rasio tulangan dalam diagram interaksi kolom pipih berbentuk L dengan dimensi penampang yang ekivalen dengan penampang persegi yaitu 375x375x150 mm untuk kondisi I yaitu sebesar 2% sedangkanGambar 8 untuk kondisi II , rasio tulangan yang digunakan adalah sebesar 1%. Metode Momen Biaksial Gambar 7.Diagram interaksi kolom L kondisi I Gambar 8.Diagram interaksi kolom L kondisi II Hasil perhitungan gaya aksial dan momen maksimum untuk metode momen biaksial untuk kondisi serat bawah/kanan yang mengalami tekan yaitu: (40,4127;726,79) sedangkan untuk kondisi serat atas/kiri yang mengalami tekan yaitu: (40,234;726,79). Gambar 9 memperlihatkan diagram interaksi kolom pipih untuk kondisi momen biaksial serat bawah/ kanan yang mengalami tekan, rasio tulangan yang digunakan adalah sebesar 2% sedangkan untuk kondisi momen biaksialserat atas/kiri yang mengalami tekan seperti yang terlihat Gambar 10, didapatkan rasio tulangan sebesar 1%.Sehingga dapat disimpulkan bahwa rasio tulangan yang digunakan adalah sebesar 2% untuk metode momen biaksial. Gambar 9.Diagram interaksi kolom L untuk kondisimomen biaksial untuk serat bawah/kanan yangmengalami tekan Gambar 10.Diagram interaksi kolom L untuk kondisimomen biaksial untuk serat atas/kiri yangmengalami tekan. Tabel 1. Rasio tulangan untuk penampang kolom L dengan ukuran penampang 375x375x150 Metode yang digunakan Momen Uniaksial Ekivalen Rasio tulangan yang didapatkan Momen Biaksial Kondisi I Kondisi II Kondisi I Kondisi II 2% 1% 2% 1% Rasio tulangan yang digunakan 2% Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 S - 57 Struktur Kolom Tepi Tengah (C4) Untuk kolom tepi tengah (C4), analisis perhitungan dibuat dengan menggunakan metode momen biaksial.Untuk kolom C4, penentuan rasio tulangan menggunakan metode biaksial kolom dimana peninjauan kekuatan nominal (Mn) dan ultimate (Mu) kolom dilakukan pada masing-masing sumbu-x dan y.Nilai momen Mu diambil nilai yang maksimal berdasarkan hasil kombinasi pembebanan yang terjadi. Berikut ini adalah hasil Mu maksimal yang terjadi pada arah-X dan arah-Y untuk kolom tepi tengah C4. Mux Pu = 24,6922 kN-m = 1826,79 kN Muy+ Muy- = 125,4056 kN-m = 125,4056 kN-m Untuk nilai Mux, hasil diagram interaksi kolom pipih berbentuk T dengan dimensi penampang yang ekivalen dengan penampang persegi yaitu 600 x 600 x 150 mm seperti yang terlihat pada Gambar 11 untuk kondisi I yaitu kondisi serat kiri/kanan mengalami tekan (Mux), maka didapatkan rasio tulangan yang digunakan adalah sebesar 1%. Untuk nilai Muy+, hasil diagram interaksi kolom pipih berbentuk T dengan dimensi penampang yang ekivalen dengan penampang persegi yaitu 600 x 600 x 150 mm seperti yang terlihat pada Gambar 12 untuk kondisi II yaitu kondisi serat atas mengalami tekan sedangkan serat bawah mengalami tarik, maka didapatkan rasio tulangan yang digunakan adalah sebesar 3%. Untuk nilai Muy-, hasil diagram interaksi kolom pipih berbentuk T dengan dimensi penampang yang ekivalen dengan penampang persegi yaitu 600 x 600 x 150 mm seperti yang terlihat pada Gambar 13 untuk kondisi III yaitu kondisi serat atas mengalami tarik sedangkan serat bawah mengalami tekan, maka didapatkan rasio tulangan yang digunakan adalah sebesar 2%. Berdasarkan hasil dari ketiga diagram interaksi kolom T tersebut maka digunakan rasio tulangan terbesar yaitu rasio tulangan 3%. Gambar 11. Diagram interaksi kolom T untuk kondisi I momen biaksial Gambar 12.Diagram interaksi kolom T untuk kondisi IImomen biaksial Gambar 13.Diagram interaksi kolom T untuk kondisi III momen biaksial Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) S - 58 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 Struktur Tabel 2.Gambar hasil perhitungan penampang kolom pipih yang ekivalen dengan kolom persegi Jenis Kolom Kolom Persegi Kolom Pipih Letak Kolom Kolom Tepi (A4) Kolom Tepi Tengah (C4) 6. KESIMPULAN Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh untuk diagram interaksi tiap-tiap jenis kolom maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Diagram interaksi kolom dapat digunakan untuk mendesain langsung kolom pipih dengan ketentuan mengikuti jenis penampang yang sesuai dengan yang penampang yang tersedia. 2. Diagram interaksi kolom tidak hanya dapat menentukan daerah keruntuhan dari kolom, tetapi juga dapat mendesain kolom secara praktis. 3. Kondisi pembebanan sangat mempengaruhi terhadap penentuan luas tulangan dan hubungan antara nilai momen nominal dan gaya aksial nominal dalam diagram interaksi kolom. 4. Terjadi peningkatan nilai luas penulangan kolom tepi dari kolom persegi hasil perhitungan SAP2000v14 bila dibandingkan dengan kolom pipih hasil diagram interaksi kolom dengan metode uniaksial ekivalen sebesar 2%. Sedangkan pada kolom tepi tengah terjadi peningkatan rasio penulangan 3% dari kolom persegi dengan kolom pipih hasil diagram interaksi kolom dengan metode uniaksial ekivalen. 5. Penggunaan diagram interaksi kolom dengan penempatan tulangan serta penggunaan diameter tulangan yang berbeda akan mempengaruhi nilai dari momen nominal dan gaya aksial nominal (Mn dan Pn). DAFTAR PUSTAKA Asroni,Ali. 2010. Kolom Pondasi dan Balok T Beton Bertulang, Cetakan Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu. Departemen Pekerjaan Umum. 1987. Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung. Jakarta: Yayasan Badan Penerbit PU. Departemen Pekerjaan Umum. 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 032847-2002 ). Bandung: Yayasan Badan Penerbit PU. Dipohusodo, I. 1994. Struktur Beton Bertulang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Halim, Irawan R. & Kwandou, Robby S. &. 2011. Analisis Perbandingan Kolom Persegi Dengan Kolom Pipih. Skripsi diterbitkan. Makassar: Fakultas Teknik Universitas Atmajaya Makassar. Junaid47’s Weblog (http://junaid47.files.wordpress.com/2011/07/interaction-diagram-column-rectangular-all-sidesequal.jpg, diakses 25 Februari 2013).Interaction Diagram Column – Rectangular – All Sides Equal. Kusuma, G. & Andriono, T. 1993. Desain Struktur Rangka Beton Bertulang di Daerah Rawan Gempa. Jakarta: Erlangga. Menon, D. & Pillai, U. 2008. Reinforced Concrete Design, Second Edition. New Delhi: Tata McGraw Hill. Mosley, W. H. & Bungey, J. H. 1987.Reinforced Concrete Design, Third Edition. London: Macmillan Education Ltd. Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 S - 59 Struktur Muin, Resmi B. 2008. Struktur Beton Bertulang II. (Online), (http://pskm.mercubuana.ac.id, diakses 12 Maret 2013). Nawy, Edward G. 2008. Beton Bertulang: Suatu Pendekatan Dasar, Cetakan Ketiga. Terjemahan oleh Bambang Suryoatmono. Bandung: PT Refika Aditama. Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) S - 60 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013