Jalur Sutra Maritim Beragam Warna Hujan Bunga (Fan Rusong) Seminar hari ini yang untuk memperingati 60 tahun "Konferensi Bandung" bermakna sejarah yang khusus. Karena KAA tidak hanya pertama kalinya konferensi antarbenua dalam sejarah manusia diselenggarakan oleh orang kulit berwarna, juga bukan hanya karena membuka pangkal jalan sejarah baru untuk kemandirian bersama antara negara-negara berkembang, mempromosikan pembangunan tatanan dunia berdasarkan perdamaian, kemerdekaan dan keadilan sosial, tetapi juga karena semangat pedoman KAA telah mengalami uji ruang-waktu sepanjang 60 tahun. Selama 60 tahun, situasi internasional telah berubah secara dramatis, tetapi "Semangat Bandung" tidak ketinggalan zaman. Sebaliknya, mengalami uji perubahan-perubahan internasional, "Semangat Bandung" tetap menunjukkan vitalitasnya yang kuat. “Solidaritas, Persahabatan, Kerjasama”, "Semangat Bandung" telah membuat kontribusi yang tak terhapuskan untuk menjaga perdamaian dunia dan mempromosikan kerjasama dan pembangunan internasional, dan masih bimbingan bagi hubungan internasional. Ini adalah hasil upaya bersama dari Tiongkok dan negara-negara Asia dan Afrika yang berpartisipasi KAA, dan merupakan kontribusi yang signifikan dari pemerintah dan rakyat Indonesia sebagai tuan rumah. Tahun ini bertepatan dengan ulang tahun ke-65 pembentukan hubungan diplomatik Tiongkok - Indonesia. Selama dekade terakhir, hubungan kedua negara dalam aspek politik, ekonomi, budaya dan sosial telah berkelanjutan mendalam. Sejak pembentukan kemitraan strategis komprehensif antara Tiongkok dan Indonesia, saling kepercayaan politik terus diperdalam, kerja sama pragmatis berbuah, pertukaran budaya semakin sering. Pada tahun yang lalu, Presiden Xi Jinping melakukan kunjungan persahabatan ke Indonesia; Pada bulan yang lalu, Presiden Joko Widodo juga melakukan kunjungan kenegaraan ke Tiongkok dan menghadiri Forum Boao untuk Asia Konferensi Tahunan 2015. Dalam kunjungan tersebut, kedua pemimpin mengadakan pembicaraan ramah, mendalam pertukaran pandangan dan mencapai konsensus penting pada hubungan bilateral dan isu-isu internasional dan regional yang menjadi perhatian bersama. Semasa kunjungannya ke Indonesia, inisiatif untuk bersama membangun "Jalur Sustra Maritim Abad ke-21" yang diusulkan Presiden Xi dan konsep strategis "Titik Tumpu Maritim Global" dianjurkan presiden Joko Widodo sangat konsisten. Hal ini menyuntikkan makna yang baru bagi hari ini peringatan 60 tahun KAA dan 65 tahun pembentukan hubungan 1 diplomatik Tiongkok - Indonesia, juga menempatkan hubungan Tiongkok - Indonesia di atas pangkal jalan sejarah baru. Lanjutkan pembangunan mendalam tentang hubungan bilateral adalah kepentingan umum kedua bangsa, serta membuat kontribusi yang baru dan lebih besar untuk stabilitas regional dan perdamaian dunia, pembangunan dan kemakmuran. Jalur sustra maritim terdahulu muncul sejak Qin dan Han Dinasti, dan mencapai puncaknya pada Song dan Yuan Dinasti. Sebagai saluran penting perdagangan antara Tiongkok dan negara-negara asing pada zaman kuno, jalur tersebut juga mempromosikan aliran masyarakat dan pertukaran budaya antara negara. Selama ribuan tahun, budaya yang berbeda di Jalur Sutra kuno menerangi satu sama lain, dan terus disuntikkan konotasi era. Perdamaian, keterbukaan, toleransi, saling percaya, saling menguntungkan telah menjadi kristal dari tabrakan dan pertukaran multikultural. Jalur Sutra berasal dari Tiongkok, namun semangat Jalur Sutra adalah kekayaan bersama umat manusia. Tidak heran istilah "Jalur Sutra" dan " Jalur Sutra Maritim " asal dari sarjana Jerman dan Perancis, tapi ini lagi membuktikan "Jalur Sutra" dan "Jalur Sutra Maritim" terbuka, inklusif dan saling melengkapi, dan dapat memperhitungkan kebutuhan negara. Inisiatif Presiden Xi Jinping "One Belt One Road" sebenarnya mewarisi dan meneruskan semangat Jalur Sutra kuno, juga memberi arti baru kepada "Jalur Sutra". Visi strategis “One Belt One Road” memenuhi persyaratan zaman dan aspirasi negara-negara untuk mempercepat berkembang. Sejarah telah membuktikan bahwa asal saja mewarisi semangat Jalur Sutra, bangsa-bangsa dari ras yang berbeda, agama yang berbeda, latar belakang budaya yang berbeda dapat bekerja sama dalam pengembangan di bawah sinar matahari yang damai. Hari ini adalah lanjutan kemarin, hari ini adalah awal besok. Menurut studi sarjana Tiongkok dan asing selama berabad-abad, magnum opus makro “Jalur Sutra Maritim” ini mencakup tidak hanya sejarah pembuatan kapal, sejarah navigasi, sejarah perdagangan maritim, juga mencakup banyak bidang penelitian tentang sejarah hubungan antara negara, sejarah pertukaran teknologi dan budaya, serta sejarah agama, sejarah imigrasi, dll. Dari pengertian sosiologis, etika dan psikologi, perantauan Tionghoa atau Huakiao (kelompok imigran yang khusus) adalah "putri" yang dinikahkan keluar dari keluarga besar bangsa Tionghoa. "Putri yang dinikahkan keluar" merupakan metafora yang vivid untuk etnis Tionghoa diajukan oleh Perdana Menteri Zhou Enlai dalam pengurusan hubungan Tiongkok - Indonesia. Putri yang dinikahkan menjadi salah satu anggota keluarga suami, harus menikmati kebahagiaan bersama-sama dan mengatasi kesulitan bersama-sama dengan keluarga suami. Mereka adalah jembatan untuk memperkuat hubungan antara kedua keluarga dan orang tuanya. Perantauan Tionghua yang tinggal di 2 Indonesia adalah jembatan untuk mempromosikan persahabatan antara Tiongkok dan Indonesia. “One Belt One Road” bukan hanya jalur Tiongkok, juga merupakan jalur persahabatan dan kerjasama yang umum antara Tiongkok dan negara-negara tetangga. Di daerah sekitar sepanjang “One Belt One Road”, dihuni puluhan juta etnis Tionghoa, mereka bertahan dalam beberapa generasi dalam pembangunan daerah, telah menjadi bagian penting untuk negara yang mereka berada, selain itu mereka juga memiliki keunggulan sebagai perantaraan ekonomi dan budaya bilateral, mereka bisa dan mampu memainkan peran yang unik dan penting untuk konstruksi “ One Belt One Road”. Jalur Sutra Maritim Beragam Warna Hujan Bunga. Pada bulan September tahun ini, pengusaha etnis Tionghoa dari seluruh dunia akan berkumpul di Indonesia, berpartisipasi dalam World Convention Pengusaha Tionghoa Ketigabelas diselenggarakan oleh Perhimpunan Pengusaha Indonesia Tionghoa. Saya percaya bahwa konferensi ini sekali lagi akan menjadi acara yang megah untuk memperdalam kerjasama, mencapai perkambangan bersama dan mempromosikan pembangunan “One Belt One Road”. Bersama mambangun “One Belt One Road” merupakan inisiatif Tiongkok, tetapi juga aspirasi umum untuk Tiongkok dan negara-negara di sepanjang jalur. Berdiri di pangkal jalan sejarah baru,mari kita menjunjung tinggi konsepnya pembangunan yang damai, keterbukaan dan toleransi, saling belajar, kerjasama win-win, dan bersama-sama menulis bab Jalur Sutra besok yang lebih cemerlang. 3