Hukum Acara Pidana

advertisement
BAHAN AJAR PERKULIAHAN
HUKUM ACARA PIDANA
monang
monang
monang
monang
monang
monang
monang
monang
OLEH :
HAMONANGAN ALBARIANSYAH, SH., MH
Materi perkuliahan Hukum Acara Pidana,
FAKULTAS HUKUM – UNIVERSITAS SRWIJAYA 2010/2011
Disarikan dari Buku “Hukum Acara Pidana” karya Bpk. Syarifuddin Pattanasse, SH.,M.Hum
Pertemuan ke-1
Silabus dan Tujuan Pembelajaran
File
monang
Silabus :
Penyelenggaraan Peradilan Pidana (PP)
– Model Penyelenggaraan PP
Perkembangan Hukum Acara Pidana di Indonesia
– Pemberlakuan Asas Konkordansi
– Masa IR (Inlandsch Reglement) & HIR (Het Herriene
indonesisch Reglement)
– Masa pendudukan Jepang dan pasca kemerdekaan
– Pembentukan KUHAP menurut UU No.1 (DRT) tahun
1951
Pengertian Hukum Acara Pidana
– Tujuan, fungsi, asas, pengetahuan pendukung & pihak
yang terlibat
Tahapan Pemeriksaan dalam Hukum Acara Pidana
– Proses penyelidikan dan Penyidikan
Petugas dan Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan
– Penangkapan & Penahanan
Penggeledahan badan & Rumah
Penyitaan
– Pemeriksaan Surat, Tersangka, Saksi, ket.ahli
– Penyelesaian dan penghentian Penyidikan dan perkara
koneksitas
Perihal Penuntutan
– Lembaga penuntut umum, tugas dan wewenang PU
– Surat dakwaan, perubahan surat dakwaan
– Penggabungan perkara, penghentian, penyampingan,
penutupan perkara
– Mekanisme pengajuan perkara oleh Penuntut Umum
Kewenangan Pengadilan Untuk mengadili
Ganti Kerugian, Rehabilitasi, penggabungan
gugatan ganti kerugian
Pemeriksaan di Sidang Pengadilan
– Saksi, terdakwa, saksi ahli, barang bukti, tuntutan pidana
Perihal Pembuktian
– Pengertian dan Teori Pembuktian
Putusan Pengadilan
Upaya Hukum
– Pengertian, upaya hukum biasa dan luar biasa
Tujuan Pembelajaran
– Memahami mekanisme bekerja nya aparat penegak
hukum dalam sistem peradilan pidana
Pertemuan ke-2
Penyelenggaran Peradilan Pidana
Tujuan Pembelajaran :
Memahami mekanisme umum bekerja nya aparat
penegak hukum (polisi,jaksa, hakim dan LP)
mulai dari proses penyelidikan & penyidikan ;
Penangkapan & penahanan ;
Penuntutan & pemeriksaan di sidang ;
serta pelaksanaan putusan hakim ;
hingga Pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan
SISTEM PERADILAN PIDANA
PERKARA
KEPOLISIAN
KEJAKSAAN
HAKIM
LP
Tujuan :
PENCEGAHAN KEJAHATAN (Shock Teraphy)
RESOSIALISASI PELAKU KEJAHATAN (Recovery)
KESEJAHTERAAN SOSIAL (Social Walfare)
Note :
Sistem = Rangkaian bagian/unsur/komponen, yang saling berhubungan satu sama
lain secara fungsional, untuk mencapai satu tujuan
Model Penyelenggaraan Peradilan Pidana
INQUISITOIR (abad 13 s/d pertengahan abad 19)  Crime Control Model
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Meneliti peristiwa tindak pidana
Identifikasi terhadap pelaku
Pelaku ditangkap
Pemeriksaan pelaku, saksi dilakukan secara terpisah
Pemeriksaan pelaku di tempat terasing, komunikasi dengan pihak lain &
keluarga tidak diizinkan
Perbuatan yang dituduhkan terhadap pelaku tidak diberitahukan
Tujuan pemeriksaan hanyalah pengakuan melalui cara penyiksaan
(torture).
Hasil pemeriksaan diserahkan pada pengadilan, hakim hanya memeriksa
berdasarkan berkas hasil pemeriksaan penyidik tanpa pengembangan
lebih lanjut
Terdakwa tidak dihadirkan di depan sidang dan sidang tertutup tanpa
pembela
Berlaku asas Presumption of Guilt
Ciri-ciri model Inquisitoir :
1.
Proses singkat dan sederhana
2.
Lembaga Penyiksaan merupakan hal yang harus ada
3.
Berpotensi terjadi pelanggaran HAM
The Mixed Type (ACCUSATOIR)  Due Process Model
1.
Pemeriksaan pelaku dilakukan pejabat yang tidak memihak yang
ditunjuk untuk menyelidiki dan melaksanakan pengumpulan bukti-bukti
2.
Pengumpulan barang bukti dilakukan dan dihadiri oleh oara pihak yang
terlibat perkara (tersangka, terdakwa & jaksa)
3.
Tersangka yang diperiksa mempunyai hak untuk tidak menjawab
pertanyaan pemeriksa
4.
Tersangka/terdakwa dapat didampingi penasehat hukum nya
5.
Terdakwa/tersangka memperoleh hak untuk meneliti kembali berkas
perkara
6.
Peradilan dilakukan secara terbuka, para pihak mempunyai hak yang
sama mengajukan argumen dan semua alat bukti yang dikumpulkan
diuji kembali kebenaran nya
7.
Hakim berkewajiban mengupas semua permasalahan yang relevan
dengan surat dakwaan dan memperhatikan alat bukti lain
8.
Berlaku asas Presumption of Innocence
Alasan DPM muncul :
Kurang nya perlindungan hak-hak individual dan pembatasan kekuasaan
dalam penyelnggaraan peradilan pidana untuk mencegah penyalahgunaan
kekuasaan dan sifat otoriter penegak hukum.
John Griffiths, Family Model (model kekeluargaan)
 Sebagai reaksi dari Model Herbert Packer (CCM &
DPM)
 Herbert mendasarkan pada pemikiran tentang
hubungan negara dengan individu dalam proses
kriminal,dimana pelaku kejahatan dianggap musuh
masyarakat.(enemy of society)  Battle model
 Tujuan dari penyelenggaraan PP model Herbert
adalah mengasingkan pelaku dari masyarakat (exile
function of punishment)
 Model Peny.PP Herbert mengkondisikan
pertentangan kepentingan individu dengan negara
yang tidak dapat dipertemukan kembali
(irreconcilable disharmony of interest)
Filosofi Peny.PP menurut Griffiths
Cinta kasih/nurani sesama manusia atas dasar kepentingan
yang saling menguntungkan (mutually supportive and a state
of love)
Tidak ada pertentangan kepentingan yang tidak bisa
diselaraskan
Masyarakat tidak dapat diperbaiki / dinetralisasi dari
kejahatan selama kita masih mempertimbangkan
kepentingan dalam memahami kejahatan dan penjahat.
Tujuan peny.PP adalah mengingatkan, mengendalikan dan
membina perilaku “si pelaku” (capacity for self-control)
Note :
Metode ini telah diaplikasikan di Belanda
Integrated Model (Model Terpadu)
dirintis oleh Jepang
Karakteristik nya :
Sistem Pendidikan dari Penegak Hukum
– Seleksi hakim, jaksa & pengacara dilakukan oleh organisasi
pengacara yang ditunjuk pemerintah
– Setelah dinyatakan lulus seleksi, jaksa, hakim, pengacara masuk
pada pendidikan yang sama dan dikoordinasikan oleh mahkamah
agung Jepang.
– Disiplin yang tinggi dan terorganisir dengan baik
Tujuan peny.PP adalah Seitmitsu Shiho “keadilan yang
tepat” (Precise Justice), artinya efisien, cepat dan adil
Penghapusan “Guilty Plea” dalam sistem Jury sebagaimana
CCM dan DPM, dikarenakan prinsip tersebut merupakan
“Keadilan orang awam”( Layman Justice)
Partisipasi Masyarakat yang tinggi
– Masyarakatnya yang menghargai penegak hukum nya
Indikator Keberhasilan :
– Jumlah kasus yang terungkap oleh polisi yang tinggi,
masyarakat tidak takut melaporkan setiap kejahatan 
prestasi aparat yang bagus
– Keberhasilan pengadilan dalam penyelesaian perkara 
kualitas kerja polisi-jaksa-hakim
– Tingkat Penundaan Penuntutan, jaksa dapat melakukan
diskresi (wewenang untuk tidak meneruskan perkara).
Syarat diskresi :
Faktor pribadi dan motif si pelaku terkait umur, karakter, dll
Daya pencegah umum dari pidana, terkait berat-ringannya
kejahatan
Daya pencegah khusus dari pidana,pertimbangan tidak hanya
norma hukum, melainkan keseluruhan politik kriminal.
Pemidanaan (sentencing)
– prinsip rehabilitasi pembinaan (recovery),
sehingga ancaman kejahatan di jepang sangat
rendah (< 6 tahun).
– Berpedoman pada standar yang diminta jaksa
dalam penuntutan terhadap terdakwa
(Requesting Penalty).
– Penuntutan oleh jaksa disertai dengan riwayat
sosial si pelaku.
Residivis relatif rendah (Reconviction Rate)
-----*m*-----
Pertemuan ke-2
Sejarah Hukum Acara Pidana di Indonesia
Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa mampu memahami dan
menganalisa berbagai perkembangan
aspek hukum Indonesia.
Mahasiswa memahami kaidah-kaidah
serta institusi hukum yang ada pada masa
lalu dan sekarang.
Garis Besar Perkembangan Hukum
Acara Pidana di Indonesia
1838  Belanda merdeka dari Prancis
1747  VOC telah membuat aturan sendiri bagi Hindia
Belanda
Penerapan Asas Konkordansi, pro (legisme)-kontra
GubJen. Rochussen :
Suatu keharusan untuk membuat peraturan pengadilan
yang terpisah bagi masing-masing golongan penduduk,
dikarenakan perbedaan kecerdasan, dan Bumiputera
membutuhkan peraturan yang lebih sederhana.
Hindia Belanda dalam posisi dijajah,memudahkan
urusan hukum di wilayah jajahan.
Apabila ditemukan kesulitan dilapangan dalam
menerapkan aturan, maka reglemen itulah yang harus
tunduk pada kenyataan.
Hukum Acara Pidana masa IR dan HIR
Inlandsch Reglement (IR) berlaku sejak 1
Mei 1848 sebagai hukum acara pidana dan
perdata bagi Bumiputera  Landraad
Reglement op de Strafvordering (RR) dan
Reglement op de Rechsvordering (RS) bagi
Gol.Eropa  Raad Van Justitie.
Hoggerecht
RVJ
Landraad
Tujuan perubahan IR menjadi HIR :
Agar penyesuaian peraturan IR dengan
peraturan yang berlaku bagi orang eropa,
dengan mempertahankan sifat
kesederhanaan dari acara yang berlaku
bagii Landraad
Kenyataan nya IR dan HIR masih
diterapkan bersamaan. Bandung, Batavia,
Semarang, Malang (HIR), IR di kota-kota
lain
Institusi Pengadilan terbagi dua
Pengadilan Perdata
Indonesia
Districtgerecht-Regentschapgerecht
Landraad
Raad Van Justitie
Hooggerechtshof
Eropa
Residentigerecht
Raad Van Justitie
Hooggerechtshof
Hukum Acara masa Penjajahan
Jepang
UU No.14 tahun 1942, putusan hakim, surat
pemeriksaan, surat resmi yang belum
ditandatangani tidak berlaku, sedangkan yang
sudah berlaku tetap dan sudah ditandatangani tapi
belum diumumkan dianggap sah.
Landraad  Tihoon Hooin (PN)
Landgerecht  Keizai Hooin (P.Kepolisian)
Regentschpsgerecht  Ken Hooin (P.Kabupaten)
Districtsgerecht  Gun Hooin (P. Kewedanaan)
2 Pengadilan Baru
Raad Van Justitie  Kootoo Hooin (PT)
Hooggerechtshof  Saikon Hooin (MA)
Jepang menghapus Dualisme pengadilan
Hukum Acara Pidana menurut UU
DRT No.1 tahun 1951
Maksud pembentukan : mengadakan unifikasi susunan
kekuasaan dan acara semua Pengadilan Negeri dan Tinggi
yang merupakan pelaksanaan dari Pasal 102 UUDS
Berisikan 20 Pasal, Aturan Peralihan 4 hal :
– Penghapusan beberapa Pengadilan pada masa invasi
Belanda & Jepang.
– Penghapusan pengadilan Swapraja /keresidenan dan
pengadilan adat
– Melanjutkan pengadilan agama dan peradilan desa
– Pembentukan pengadilan negeri dan kejaksaan di
tempat dimana dihapuskan nya pengadilan negara
(Landregerecht), serta pembentukan Pengadilan Tinggi di
Makasar dan pemindahan pengadilan Tinggi Jogya dan
Bukit Tinggi ke Surabaya dan Medan
Kesimpulan mengenai Sejarah Hukum Acara Pidana,yaitu :
Dengan penghapusan institusi-institusi tersebut,
PN saja yang berkuasa memeriksa perkara pidana
dan perdata pada tingkat pertama.
Peraturan yang menjadi dasar bagi pelaksanaan
hukum acara pidana di lingkungan peradilan
umum, (sebelum KUHAP) adalah Reglement
Indonesia (HIR) staatsblad No.44 tahun 1941
Tanggal 31 Desember 1981 UU No.76 tahun 1981
Ttg Hukum Acara Pidana diundangkan dalam
lembar negara No.3209 menggantikan Dasar
Hukum Acara Pidana UU DRT No.1 tahun 1951.
Pertemuan ke-3
Pembentukan KUHAP
File
monang
Dirintis tahun 1965  Draft RUU  DPR
Tahun 1967  Panitia pembentukan 
Dep.Kehakiman
Tahun 1968  Seminar Hukum Nasional 
LPHN
Tahun 1973  menghasilkan naskah RUU
HAPID  Kejaksaan Agung, Dep.Hankam,
dan Dep.Kehakiman
Materi dalam RUU Hukum Acara Pidana :
1.
2.
3.
4.
Penyidikan dan Penyelidikan ;
Koordinasi, Pengawasan dan Pemberian petunjuk
oleh Jaksa kepada Penyidik ;
Hakim Pengawas
Pemberi Bantuan Hukum
Tahun 1979  Sampai dengan penyempurnaan Draft
RUU ke V disampaikan kepada DPR-RI
Tahun 1979-1980  sidang pembahasan RUU tsb,
menghasilkan 13 kesepakatan pendapat
23 September 1981  pendapat akhir fraksi
31 Desember 1981  disahkan menjadi UU
Yang mendasar dari KUHP
Hak Terdakwa / Tersangka
- Asas Praduga Tidak Bersalah
- Beban pembuktian pada PU
- Diberitahu hal yang didakwa,menyiapkan pembelaan, memp.juru Bahasa, dll
(Pasal 50 s/d 58 KUHAP)
Bantuan Hukum pada setiap Tingkatan
- Menunjuk dan berkomunuikasi dengan penasehat hukum nya
- Pengadaan pensehat hukum oleh negara bagi yang tidak mampu
- Privasi atas segala informasi yang diberikan kepada penasehat hukum nya
Penangkapan dan Penahanan
- Mensyaratkan Dasar Menurut Hukum dan Dasar Menurut Keperluan
- Masa waktu penahanan : Penyidik : 20 hari + 40 hari, PU : 20 hari + 30 hari ,
hakim : 30 hari + 30 hari ; Banding : 30+2x30 hari, kasasi : 50+2x50 hari
Rehabilitasi dan Ganti Kerugian
-
Sebagai jaminan terhadap tersangka/terdakwa yang dikenakan penangkapan atau
penahanan yang tidak berdasarkan hukum
Ganti kerugian material/uang, rehabilitasi berupa putusan hakim
Penggabungan Perkara Gugatan Ganti Kerugian
- Gugatan ganti kerugian dari korban tindak oidana yang sifatnya
perdata berupa kerugian meterial bagi korban
- Efisiensi dan efektifitas waktu dan biaya perkara
Upaya-upaya Hukum
- Upaya hukum biasa (perlawanan (verzet), banding maupun kasasi)
- Upaya hukum luar biasa ( kasasi demi kepentingan hukum & Peninjauan
Kembali terhadap putusan hakim yang memperoleh kekuatan hukum tetap
(Herzeining))
Koneksitas
- Tindak pidana yang dilakukan secara bersama-sama oleh
orang-orang yang termasuk Pengadilan umum dan
pengadilan militer.
- Team tetap gabungan berupa :
Penyidik-Polisi Militer-penyidik militer
- Pada dasarnya perkara koneksitas diperiksa dan diadili di
Pengadilan Militer, namun dapat dilakukan oleh
peradilan umum dengan catatan hakim anggota
peradilan berasal dari militer dan umum secara
berimbang
Pengawasan Pelaksanaan Putusan pengadilan
- Sistem Peradilan Terpadu (Integrated Criminal Justice System)
- Pengawasan Perkembangan Prilaku Narapidana di LP
Pertemuan ke-4
Overview Hukum Acara Pidana
File
monang
Pengertian Umum
Hukum Pidana --- Hukum Acara Pidana
Hukum Pidana = Aturan mengenai Perbuatan
Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana (Hukum
Pidana Materill/substantive)
Hukum Acara Pidana = mengenai bagaimana
cara / prosedur untuk menuntut orang yang
disangka melakukan pelanggaran hukum pidana
(hukum Pidana formal)
Pendapat Ahli
De Bos Kamper :
– Sejumlah asas dan peraturan per-UU-an
– Yang mengatur bilamana UU Hukum Pidana dilanggar
– Negara dapat melaksanakan hak nya untuk mempidana
Simon :
– Norma yang mengatur bagaimana negara dengan alatalat perlengkapan nya ;
– Mempergunakan hak nya untuk memidana
Seminar hukum Nasional ke-1 1963 :
– Norma hukum berwujud wewenang yang diberikan
kepada negara
– Untuk bertindak apabila ada persangkaan bahwasanya
hukum pidana dilanggar
Tujuan & Fungsi Hukum Acara Pidana
Tujuan :
Untuk mencari dan mendapatkan kebenaran
materill (mendekati), yaitu kebenaran yang
selengkap-lengkap nya dari suatu perkara pidana
dengan menerapkan ketentuan acara pidana
secara jujur dan tepat
Sehingga diperoleh pelaku yang dapat didakwa
melakukan suatu pelanggaran hukum pidana
Untuk selanjutnya meminta pemeriksaan dan
putusan dari pengadilan apakah pelaku tersebut
dapat dipersalahkan dan dimintai
pertanggungjawaban pidana nya.
Fungsi Hukum Acara Pidana
Sebagai pedoman bagi negara (melalui perangkat
kekuasaan yudikatif) dalam proses mengungkap
kebenaran dari suatu pelanggaran tindak pidana.
Para pihak yang terlibat dalam Hukum Acara Pidana :
1. Setiap orang (sebagai saksi atau ahli)
2. Pejabat penyidik atau penyelidik (Polisi, & PPNS)
3. Pejabat Penuntut Umum
4. Pejabat eksekusi pidana (hakim, aparat panitensier,
misal petugas LP)
5. Penasehat hukum
Ilmu Pengetahuan Pembantu
Hukum Acara Pidana
Kenapa Hukum Acara Pidana Butuh
Bantuan ilmu pengetahuan lain,..?
Karena Hukum Acara Pidana bertugas
mengungkap kebenaran yang
utuh/selengkapnya)
Misal nya :
– Logika, psikologis, criminalistik, psikiatri,
kriminologi,TI
Logika, berfikir dengan akal :
–
–
–
–
sebab-akibat, aksi-reaksi,hipotesis-antitesis
Bermanfaat dalam persangkaan,
menghubungkan beberapa fakta dan data
Orientasi – Hipotesis – verifikasi
Psikologi, ilmu tentang perilaku memperlakuakan
psikis seseorang secara lebih tepat.
Kriminalistik, informasi yang berdasarkan pada
bukti-bukti yang diungkap oleh ilmu pengetahuan
lain (forensik, toksiologi, balistik, datcyloscopie)
Kriminology, ilmu tentang sebab kejahatan dan
penanggulangannya
Pertemuan ke-5
Tahapan Pemeriksaan
File
monang
Pemeriksaan :
– Pemeriksaan Pendahuluan adalah pemeriksaan
yang pertama kali dilakukan oleh polisi, baik
sebagai penyelidik maupun penyidik, atas
adanya dugaan telah dilanggar nya hukum
pidana materill
– Pemeriksaan di sidang Pengadilan adalah
pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan
apakah seseorang yang diduga melakukan
tindak pidana dapat dipidana atau tidak.
Proses Penyelidikan dan Penyidikan
Penyelidikan adalah serangkaian tindakan
untuk mencari dan menemukan suatu
peristiwa yang diduga tindak pidana guna
menentukan dapat atau tidak nya
dilakukan penyidikan.
Tujuan penyelidikan adalah :
– untuk mengetahui dan menentukan peristiwa
apa yang sesungguhnya telah terjadi ;
– bertugas membuat berita acara serta laporan
yang nantinya merupakan dasar permulaan
penyidikan.
Penyidikan (osporing, pengusutan) adalah serangkaian
tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara tertentu
untuk mencari serta mengumpulkan keterangan, buktibukti, guna mengungkap tentang tindak pidana yang
terjadi dan menemukan tersangkanya.
(see Pasal.1 butir 2 KUHAP)
Keterangan meliputi :
– Tindak apa yang telah dilakukan
– Kapan dan dimana tindak tersebut dilakukan
– Dengan apa dan bagaimana tindak tersebut dilakukan
– Mengapa (motif) tindak tersebut dilakukan dan siapa
pembuat.
Penyelidikan dan penyidikan merupakan bagian integral
sistematis dari tindakan lain berupa penangkapan,
penahanan, penggeledahan, penyitaan dan penyerahan
berkas kepada penuntut umum
Petugas Penyelidik dan Penyidik
Penyelidik adalah setiap pejabat polisi (Pasal
4 KUHAP)
Wewenang Penyelidik (Pasal 5 KUHAP) :
– Menerima laporan atau pengaduan dari
seseorang tentang adanya tindak pidana
– Mencari keterangan & barang bukti
– Menyuruh berhenti seseorang yang dicurigai dan
menanyakan memeriksa tanda pengenal diri.
– Mengadakan “tindakan lain” menurut hukum
yang bertanggung jawab.
Syarat “ tindakan lain “ untuk
kepentingan penyelidikan
Tidak bertentangan dengan aturan hukum
Selaras dengan kewajiban hukum, tindakan
tersebut patut, menghormati HAM dan masuk
akal dalam lingkungan jabatan nya
Atas perintah penyidik, penyelidik dapat :
– Melakukan penangkapan, peneriksaan dan penyitaan
surat, mengambil sidik jari, mempotret dan membuat
laporan hasil penyelidikan kepada penyidik.
Penyidik
Pasal 6 KUHAP, Penyidik adalah:
– Pejabat Polisi RI ( > Pembantu Letnan Dua atau
Komandan Sektor Kepolisian berpangkat Bintara
di bawah Pembantu Letnan Dua yang karena
jabatan nya adalah penyidik)
– Pejabat PPNS yang diberi wewenang oleh UU (
Pengatur Muda tingkat I atau Gol.II/b)
Wewenang Penyidik (Pasal 7 KUHAP),
antara lain melakukan tindakan pertama di
tempat kejadian & penghentian penyidikan,
Pelaksanaan Penyelidikan & Penyidikan
Persangkaan atau pengetahuan telah terjadi
suatu tindak pidana dari 2 sumber :
Tertangkap tangan (ontdekking op heterdaad) :
– Pada waktu sedang melakukan tindak pidana
– Sesudah setlah beberapa saat tindak pidana
– Sesaat setelah diserukan oleh khalayak ramai
sebagai pelaku
Penyelidik dapat bertindak tanpa perintah
penyidik
Di Luar Tertangkap Tangan, informasi
diperoleh dari :
– Laporan, pemberitahuan oleh seseorang karena
hak atau kewajiban nya kepada pejabat
berwenang tentang telah, sedang, atau diduga
akan terjadi tindak pidana
– Pengaduan, pemberitahuan yang disertai
permintaan untuk menindak menurut hukum
seseorang merugikan nya
– Pengetahuan sendiri penyelidik atau penyidik
Perbedaan
Laporan & Pengaduan
No
Laporan
Pengaduan
1
Pemberitahuan
Pemberitahuan +Permintaan
2
Delik Biasa
Delik Aduan (Hanya orang
yang berkepentingan)
3
Laporan tidak
dapat dicabut
Pengaduan dapat dicabut
4
Tidak sertamerta
sebagai dasar
penangkapan
Langsung dapat dijadikan
sebagai dasar penangkapan
Penangkapan & Penahanan
Penangkapan = Pengekangan sementara waktu
kebebasan tersangka, apabila terdapat cukup
bukti, untuk kepentingan penyidikan
Masa waktu 1 x 24 jam (Pasal 19 KUHAP)
Tertangkap tangan tanpa perlu surat perintah
(Pasal 18 KUHAP)
Penahanan adalah :
– penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu
oleh penyidik/ penuntut umum/hakim,
– dengan suatu surat penetapan dan
– menurut cara yang diatur dalam undang-undang.
Penangkapan & Penahanan = membatasi atau
mengambil kemerdekaan bergerak yang
merupakan salah satu HAM
“Penangkapan & penahanan seperti Pedang yang
memenggal kedua belah pihak” Van Bemmelen
Sehingga aparat huum harus bersikap hati-hati
dan penuh tanggung jawab secara yuridis dan
moral sebelum mengambil kebijakan ini, karena
kemungkinan orang yang tersangka tidak bersalah
Maka dari itu aparat hukum harus dilandasi
keyakinan adanya Presumption of Guilt. Didukung
bukti-bukti permulaan yang kuat.(Psal.17 KUHAP)
Apabila masih ada keraguan tentang kesalahan
tersangka, maka harus dipilih tindakan yang
meringankan, yaitu tidak menahan tersangka (asas
in de bio pro reo).
Pelaksanaan dilakukan oleh penyidik polisi berdasarkan
bukti permulaan yang cukup.
– Bukti permulaan yang cukup ialah bukti awal untuk
menduga adanya TP & tersangka sebagai pelakunya
Dengan memperlihatkan surat tugas dan memberikan
kepada tersangka surat perintah penangkapan yang :
– mencantumkan identitas tersangka ;
– menyebutkan alasan penangkapan ;
– uraian singkat perkara kejahatan yang dipersangkakan
– tempat dia diperiksa
Tembusan surat perintah penangkapan harus diberikan
kepada keluarganya segera setelah penangkapan
dilakukan.
Konsekuensinya bila tidak terpenuhi Pasal 21 ayat 4 tsb,
penahanan tersebut tidak sah menurut UU serta
tersangka/ahli warisnya dapat menuntut ganti kerugian.
Syarat-syarat Penahan
Mr. W.A.FL. Winckel,
– Gronden van Rechtmatigheid (pertimbangan hukum)
– Gronden van Noodzakelijkeheid (pertimbangan
kepentingan)
Prof. Moeljatno, SH berdasarkan KUHAP
– Syarat objektif
Tindak pidana diancam > 5 tahun
Tindak Pidana yang diatur khusus walaupun ancaman hukuman
nya < 5 tahun
– Syarat Subjektif
Mencegah tersangka melarikan diri
Mencegah tersangka menghilangkan barang bukti
Mencegah tersangka mengulangi tindak pidana lanjutan
Tempat & Jangka waktu Penahanan
Untuk kepentingan penyidikan, penyidik
berwenang melakukan penahanan
Untuk kepentingan penuntutan, PU
berwenang melakukan penahanan atau
penahanan lanjutan
Untuk kepentingan pemeriksaan, hakim
si sidang pengadilan dengan
penetapannya berwenang melakukan
penahanan.
See Pasal 20 dan 21 (1)-(4) KUHAP
Aparat
Masa penahanan
Perpanjangan
Jumlah
40 hari
60 hari
20 hari
30 hari
50 hari
30 hari
60 hari
90 hari
Penyidik 20 hari
(Pasal 24
KUHAP)
Jaksa
(Pasal 25
KUHAP)
Hakim
(Pasal 26
KUHAP)
Jenis- jenis Penahanan (Pasal 22 KUHAP) :
a. Penahanan Rumah Tahanan Negara
b. Penahanan Kota (wajib lapor diri),
c. Penahanan Rumah (wajib lapor diri)
Pengurangan masa tahanan
Masa penangkapan dan atau penahanan
dikurangkan seluruhnya dari pidana yang
dijatuhkan ( Pasal 22 ayat 4 KUHAP), bersifat
imperatif.
Untuk tahanan kota = 1/5 dari jumlah lamanya
waktu penahanan.min.
Untuk tahanan rumah/RS = 1/3 dari jumlah
lamanya waktu penahanan.
Kota – rumah, min 5 hari
Rumah – rutan, min 3 hari
Pertemuan ke-6
Penggeledahan Badan dan Rumah
File
monang
Hanya dapat dilakukan untuk kepentingan penyidikan
Dengan surat perintah untuk tindakan tersebut
Untuk mencari benda yang patut diduga ada pada
badannya, pakaian atau dibawa nya untuk disita.
Untuk penggeledahan rumah harus dilakukan dengan
surat izin ketua Pengadilan Negeri setempat oleh
penyidik.
Bila penggeledahan dilakukan oleh penyelidik, maka
harus ada surat perintah untuk itu dari penyidik
Disertai dengan 2 orang saksi bila penghuni menyetujui
nya, bila penghuni menolak atau tidak hadir dalam
penggeledahan tsb, kepala lingkungan wajib hadir dalam
proses penggeledahan.
Penyidik membuat berita acara tentang jalan nya
dan hasil penggeledahan, dibacakan kepada yang
bersangkutan serta ditandatangani oleh penyidik,
tersangka/keluarga pemilik rumah/ketua
lingkungan/saksi.
Bila tersangka/keluarga tidak mau
menandatangani,dicatat dalam berita acara di
sertai alasan nya (126 KUHAP)
Keadaan mendesak  penyidik dapat melakukan
penggeledahan (Pasal 34 KUHAP) :
– Pada halaman rumah tersangka dan yang ada diatas
nya.
– Di tempat tindak pidana dilakukan
– Di tempat penginapan dan tempat umum lain nya
Penyidik tidak diperkenankan memeriksa/menyita
surat, buku, tulisan lain yang tidak merupakan
benda yang berhubungan dengan tindak pidana
bersangkutan
Apabila diketemukan benda yang diduga telah
dipergunakan/berhubungan untuk melakukan
tindak pidana, maka penyidik wajib melapor
kepada ketua PN setempat guna memperoleh
persetujuan
Penyidik tidak diperkenankan memasuki ruangan
selama proses upacara keagamaan, sidang
pengadilan, sidang MPR/DPRD kecuali dalam hal
tertangkap tangan (Pasal 35 KUHAP)
Penyitaan (beslagneming)
Penyitaan adalah :
Serangkaian tindakan penyidik
Untuk mengambil alih dan/atau menyimpan
Dibawah penguasaan nya
Benda bergerak-tidak bergerak, berwujud-tidak berwujud
Untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan,
penuntutan dan peradilan
Bersifat sementara, bila tidak digunakan lagi dikembalikan
kepada pemiliknya
Dengan izin ketua Pengadilan Negeri
Sitaan di simpan di kantor polisi,jaksa,pengadilan,bank
pemerintah, atau tempat semula barang tersebut disita
Perampasan (verbeurdverklaring)
Perampasan adalah :
Tindakan pengambialihan barang dari pemiliknya
Dengan tujuan mencabut hak milik atas barang
tersebut
Bersifat selama nya
Untuk dipergunakan bagi kepentingan negara
Untuk dimusnahkan atau dirusak sampai tidak
dapat dipergunakan lagi
Merupakan pidana tambahan
Penyitaan berupa apa saja..?
(Pasal 39 KUHAP)
Benda atau tagihan tersangka/terdakwa sebagian atau
seluruh nya yang diduga diperoleh dari hasil tindak
pidana
Benda yang digunakan langsung untuk melakukan
tindak pidana dan/atau mempunyai hubungan
langsung
Benda yang khusus dibuat untuk melakukan tindak
pidana
Benda yang digunakan untuk menghalangi penyidikan
Catatan :
Prosedur sama dengan proses penangkapan & penahanan
Pemeriksaan Surat
Pemeriksaan terhadap surat yang tidak langsung
mempunyai hubungan dengan tindak pidana yang
diperiksa, akan tetapi dicurigai dengan alasan kuat.
Untuk hal itu penyidik dengan izin tertulis dari
Ketua Pengadilan Negeri berhak membuka,
memeriksa, dan menyita surat yang dikirimkan
melalui kantor pos, pengangkutan dengan tanda
terima
Apabila setelah diperiksa tidak terdapat hubungan
dengan tindak pidana, maka surat tersebut
dikembalikan rapi dengan catatan” telah dibuka
penyidik” tanggal dan tanda tangan penyidik,
dicatat dalam berita acara.
Pemeriksaan Tersangka
Penyidik wajib memberitahukan kepada tersangka tentang
hak nya untuk mendapatkan bantuan hukum atau wajib
didampingi pensehat hukum (Pasal 144 KUHAP)
Wajib didamping penasehat hukum :
– Perkara yang ancaman > 15 tahun
– Perkara yang ancaman hukuman mati
– Tersangka tidak mampu, perkara yang ancaman > 5 tahun, < 15
tahun
Penasehat hukum mengikuti jalan nya pemeriksaan
(melihat dan mendengar)
Kejahatan terhadap keamanan negara, pensehat hukum
hanya boleh hdir tetapi tidak dapat mendengarkan
pemeriksaan.(see.Pasal 115 KUHAP).
1 x 24 jam, tersangka yang ditahan harus segera
dilakukan pemeriksaan (Pasal 122 KUHAP)
Pemeriksaan Saksi
Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan
guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan peradilan
tentang suatu perkara pidana yang dia dengar sendiri, lihat
sendiri, dan ia alami sendiri (see Pasal 184 KUHAP tentang
alat bukti yang sah)
Dipanggil untuk datang sebagai saksi (dipanggil penyidik
(Pasal 216 KUHAP) dan/atau hadir di pengadilan (Pasal
224 KUHAP)) adalah kewajiban, bila ditolak dikenakan
pidana.
Kemajuan teknologi menghadirkan silent witness yang dpat
lebih dipercaya kebenaran nya
Kelemahan saksi hidup :
– Kecakapan pancaindera
– Kemampuan mengingat suatu peristiwa
– Kemampuan menceritakan kembali mind record
Sehingga penyidik dituntut bukan hanya
cerdas, pandai dan ahli melainkan juga
kesabaran, kebijaksanaan & pengetahuan
tentang manusia
Keterangan saksi diperiksa tersendiri,
namun dapat juga dipertemukan
(confrontatie)
Saksi tidak boleh dipaksa menandatangani
berita acara, penyidik cukup mencatatkan
didalam berita acara dengan menyebutkan
alasan nya (Pasal 118 KUHAP).
Pemeriksaan & Permintaan
Keterangan Ahli
Pasal 120 KUHAP, bila dianggap perlu,
penyidik dapat meminta bantuan orang ahli
(misal.dokter forensik untuk bedah mayat,
psikologi)
Untuk kepengtingan outopsi, penyidik wajib
memperoleh izin dari pihak keluarga
Lewat 2 hari atau pihak yang perlu diberitahu
tidak diketemukan, penyidik dapat
mengirimkan mayat tersebut untuk dilakukan
outopsi ke Rumah sakit (Pasal 134 KUHAP)
Penyelesaian & Penghentian
Penyidikan
Penyidikan dikatakan selesai bila :
– Dalam waktu 7 hari setelah penuntut umum menerima hasil penyelidikan &
penyidikan ada pemberitahuan dari penuntut umum (Pasal 138 KUHAP)
– Penuntut Umum mempelajari hasil penyidikan & menelitinya apakah sudah
lengkap atau tidak
– Meneliti adalah tindakan PU dalam mempersiapkan penuntutan, telah
memenuhi syarat pembuktian dan telah sesuai objek dan orang dalam
berkas perkara
– Dalam waktu 14 hari penuntut umum tidak mengembalikan berkas perkara
kepada penyidik (Pasal 110 ayat 4 KUHAP)
Penyelidikan & penyidikan dihentikan bila :
–
–
–
–
menurut pendapat penyidik tidak terdapat cukup alat bukti, atau
peristiwa tersebut bukan merupakan peristiwa pidana, atau
penyidikan dihentikan demi hukum.
Dengan diterbitkan nya Surat Penetapan Penghentian Penyidikan (SP3) dan
memberitahukan kepada jaksa, tersangka dan keluarganya.
Pertemuan ke-7
Penuntutan
File
monang
 Sebelum adanya suatu kekuasaan sentral untuk melakukan




tugas peradilan, cara penuntutan terbuka (accusatoir
murni) dilakukan langsung secara perseorangan dari pihak
yang dirugikan
Proses pidana dan perdata menjadi satu
Sehingga penuntutan kesalahan seseorang menjadi sulit
karena yang bersangkutan memperoleh kesempatan
menghilangkan barang bukti, Kerapkali tuntutan pidana
tidak dilakukan karena takut terhadap pembalasan dendam
atau tidak mampu mengungkapkan kebenaran
Oleh karena itu tuntutan pidana diserahkan kepada badan
negara khusus diadakan (Openbaar Ministrie) sebagai
Penuntut Umum
Sejak saat itu tuntutan pidana tidak lagi merupakan
persoalan pribadi, tetapi persoalan kepentingan umum
Lembaga Penuntutan
Berasal dari negara Prancis  Belanda  Indonesia
(Asas Konkordansi)
Belanda  Wetbook van Strafvoerdering (KUHAP
Hindia Belanda 1838)
Tugas & wewenang Penuntut Umum :
Dasar hukum nya UU Pokok Kejaksaan No.15 tahun
1961
Kejaksaan adalah alat negara penegak hukum yang
mempunyai wewenang, antara lain :
Menerima & memeriksa berkas perkara penyidikan dari
penyidik
Membuat surat dakwaan, melimpahkan perkara ke
pengadilan
Melakukan penuntutan, menutup perkara demi
kepentingan hukum, melaksanakan penetapan hakim
Surat Dakwaan
PU yakin hasil penyidikan telah dapat diajukan di
sidang pengadilan  membuat surat dakwaan
Surat Dakwaan adalah :
– suatu surat atau akte
– Memuat perumusan dari tindak pidana yang didakwakan
– Yang sementara dapat disimpulkan dari hasil penyidikan
dari penyidik
– Yang merupakan dasar bagi hakim untuk melakukan
pemeriksaan perkara & menentukan batas-batas bagi
pemeriksaan hakim di sidang pengadilan
– Mengenai fakta-fakta yang terletak dalam batasan
tersebut
Tujuan Surat Dakwaan merupakan alasan-alasan
yang menjadi dasar penuntutan suatu peristiwa
pidana, terhadap terdakwa karena telah
melanggar peraturan hukum pidana pada suatu
saat dan tempat tertentu yang eksplisit dan
individual.
Syarat-syarat surat dakwaan (Pasal 143 ayat 2
KUHAP) :
a. syarat formal, harus disebut nama lengkap,
tempat tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan,
agama, pekerjaan & alamat
b. syarat material, uraian lengkap mengenai tindak
pidana yang didakwakan dengan menyebutkan
waktu & tempat tindak pidana dilakukan (tempus
et locus delictie).
Pembatalan Surat Dakwaan
1.
2.
1.
2.
Nederburg : 2 macam pembatalan, yaitu :
Pembatalan formal (formele nietigheid)
Pembatalan yang hakiki (wezenlijke nietigheid)
Keterangan :
Pembatalan yang disebabkan karena tidak
memenuhi syarat mutlak (harus ada) yang
ditentukan oleh undang-undang, apabila tidak
terpenuhi maka BATAL DEMI HUKUM
Pembatalan menurut penilaian hakim sendiri,
karen atidak terpenuhi nya syarat yang esensial.
Misal nya dakwaan kabur/tidak jelas (obscuri
libelli)
Merumuskan Surat Dakwaan
Dua syarat yang harus terpenuhi dalam surat
dakwaan, yaitu :
☺harus mendeskripsikan apa yang senyata nya terjadi
☻dalam deskripsi tersebut harus tersurat uraian dari rumusan
delik serta unsur yuridis tindak pidana yang didakwakan
Misal : Pencurian (Pasal 362 KUHAP)
Barang siapa mengambil suatu barang, sebagian atau
seluruhnya, merupakan milik orang lain, dengan maksud
untuk memiliki dengan melawan hukum
Apabila salah satu unsur tidak terbukti,maka hakim harus
memutuskan bebas dari tuntutan hukum (ontslag van
rechtsvervolging)
Penguraian Umum Suatu Tindak
Pidana Harus Dinyatakan
Riwayat singkat mengenai latar belakang, kondisi
,hubungan tersangka, korban, dan pihak lainnya
Perbuatan yang telah dilakukan oleh terdakwa
Bagaimana caranya ia melakukannya
Upaya-upaya yang telah dipergunakan dalam
pelaksanaannya
Terhadap siapa tindak pidana tsb ditujukan
Bagaimana sifat & keadaan orang yang telah
menjadi korban
Bagaimanakah sifat dari terdakwa sendiri
Objek dari delik pidana,…dst…
Pentingnya Tempus et locus delicti
Menentukan kompetensi pengadilan (Pasal 84
KUHAP)
Mengemukakan Alibi (pembelaan)
Tindak pidana  peraturan hukum sudah ada,
perubahan,penggantian
Tindak Pidana  Persyaratan umur
Berhubungan dengan kedaluarsa delik
Dapat dipidananya suatu perbuatan disyaratkan,
(misalnya waktu perang, keadaan terpaksa)
Penentuan adanya residivis
Menentukan berat-ringan nya hukuman
berdasarkan situasi (misalnya : malamsiang,biasa-bencana,orang lain-hub.darah)
Pertemuan ke-8
Penyusunan Teknis Surat Dakwaan
File
monang
Dakwaan Tunggal
– Terdakwa didakwa satu delik pidana
– Perkara pidana yang sifatnya sederhana
– Konsekuensi nya bila tidak terbukti, terdakwa dibebaskan
– Hakim menolak tuntutan jaksa berdasarkan asas nebis in idem
(Pasal 76 KUHAP)
Dakwaan Alternatif
– Terdakwa didakwa lebih dari satu delik pidana, tetapi hakekatnya
terdakwa hanya didakwa satu tindak pidana saja
– Biasanya penuntut umum masih meragukan jenis tindak pidana nya
(misal.pencurian-penggelapan, pembelian-penadahan)
Note :
– Lepas = tidak terdapat cukup alat bukti untuk dimajukan ke
pengadilan
– Bebas = putusan hakim menyatakan bahwa tuntutan jaksa tidak
daat dibuktikan.
Dakwaan Subsidair (berlapis)
– Sama hal nya dengan dakwaan Alternatif
– Penyusunan urutan dakwaan adalah ancaman hukuman terberat
dan seterus nya sampai pada dakwaan yang ringan (primersubsidair-lebih subsidair)
– Hakim memeriksa dakwaan primer dahulu, bila tidak terbukti
melanjutkan pada dakwaan subsidair,.dst…
Dakwaan Komulatif
– Terdakwa didakwa beberapa tindak pidana sekaligus
– Tindak pidana tersebut harus dibuktikan keseluruhannya, sebab
tindak pidana tsb merupakan tindak pidana yang berdiri sendiri
– Oleh karena itu hakim harus memutuskan terbukti atau tidaknya
setiap dakwaan satu demi satu
– Sehingga jika terbukti dakwaan tsb, maka dakwaan lain nya harus
dibuktikan lagi, dan sebaliknya.
Dakwaan Campuran
– Bentuk gabungan dakwaan komulatif dengan dakwaan
alternatif/dakwaan subsidair
Voeging & splitsing
Umum nya tiap-tiap perkara diajukan
sendiri-sendiri di persidangan.
Namun PU dapat melakukan penggabungan
perkara dalam satu surat dakwaan
(voeging) atau pemisahan perkara
(splitsing)
Kapan PU dapat melakujkan veoging ?
(Pasal 141 KUHAP)
Bilamana PU menerima berkas perkara dalam hal :
– Beberapa Tindak pidana yang dilakukan oleh orang yang sama &
kepentingan pemeriksaaan tidak menjadi halangan
penggabungannya.
(misal : perampokan oleh beberapa orang)
– Beberapa tindak pidana yang berhubungan satu sama lain (oleh
beberapa orang yang saling terkait).
(misal : perampokan dilakukan lebih dari satu rumah, oleh pelaku
yang sama, dalam waktu yang berlainan)
– Beberapa tindak pidana yang tidak berhubungan satu dengan lain,
akan tetapi tindak pidana yang satu dengan lain nya ada hubungan
nya, bila dianggap perlu untuk kepentingan pemeriksaan.
(misal : perampokan-perampasan senjata api aparat-penembakan
warga-perampasan mobil untuk melarikan diri)
Pertemuan ke-9
Penghentian Penuntutan, Penyampingan dan
Penutupan Perkara
Dasar Hukumnya :
 Wewenang penuntut umum adalah perbuatan untuk
menutup perkara demi kepentin
 gan hukum (Pasal 14 h KUHAP)Penghentian Penuntutan
(Pasal 140 (2) a KUHAP
 Mengenyampingkan perkara untuk kepentingan umum
(Pasal 46 (1) c KUHAP)
UU /KUHAP tidak mendefinisikan secara tegas maksud
pengertian tersebut, sehingga digunakan interpretasi.
(misal.otentik, gramatikal, logis, sistematis,historical, dst…)
Penuntutan = tindakan PU melimpahkan perkaran ke PN dengan maksud
agar suatu perkara diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang
pengadilan.
Menghentikan Penuntutan ialah dimana PU (jaksa) telah melakukan
kewajiban diatas, namun tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa nya
sendiri bukan merupakan tindak pidana. Sehingga PU mencabut
penuntutan nya.
Penghentian Penuntutan ialah tindakan menutup perkara dilakukan
sebelum PU melakukan penuntutan demi kepentingan hukum
Mengenyampingkan Perkara ialah perkara tidak dilimpahkan ke PN untuk
diadili dikarenakan PU menilai terdapat kurang nya bukti atau jaksa
berpendapat bahwa adalah lebih tepat apabila perkara tsb diselesaikan
menurut hukum perdata atau jika penuntutan tsb mendatangkan
kerugian yang lebih bear daripada mendatangkan keuntungan, bagi
pribadi tersangka dan/atau masyarakat.(asas oportunitas)
Tujuan asas opurtunitas adalah memperlunak asas legalitas (kewajiban
untuk menuntut setiap orang yang melanggar hukum, jika bukti-bukti
dapat diajukan)
Cara Mengajukan Perkara
Perkara Rol (Pemeriksaan Cepat)
– Tindak Pidana Ringan (Tipiring) & penghinaan ringan
Ancaman hukuman kurungan < 3 bulan
Hakim tunggal dalam persidangan
Tidak dapat dimintakan banding, kecuali hakim menjatuhkan pidana
perampasan kemerdekaan
Sumpah / janji tidak wajib (Pasal 208 KUHAP)
Perkara yang diterima pengadilan harus segera disidang pada hari itu
juga.
– Lalu Lintas
Pelanggaran lalu lintas tertentu (Pasal 211 KUHAP)
Tidak diperlukan BAP
Terdakwa dapat diwakili kehadirannya dipersidangan
Putusan dapat diluar hadirnya terdakwa (vonnis bij verstek)
Terdakwa dapat melakukan perlawanan (verzet) apabila putusan
berupa perampasan kemerdekaan, verzet otomatis verstek gugur.
Benda sitaa dikembalikan kepada yang paliing berhak setelah putusan
dijatuhkan, jika perindana telah memenuhi amar putusan.
Perkara Sumair (singkat)
– Menurut PU pembuktian nya mudah
– Penerapan hukum nya mudah dan sifat nya sederhana (Pasal
203 KUHAP)
– Putusan hakim dicatat (tidak dibuat tersendiri) dalam berita
acara sidang\
– Hakim membuat surat yang membuat amar putusan
Perkara Biasa
– Pembuktiannya sulit
– Diajukan PU dengan surat pelimpahan perkara (Pasal 143
KUHAP)
– Surat Pelimpahan Perkara berisikan ;
Surat dakwaan, berkas perkara, permintaan agar pengadilan
segera mengadili
Salinan nya diberikan kepada terdakwa/penasehat
hukumnya,penasehat hukum penyidik
Kewenangan Pengadilan untuk
Mengadili
Praperadilan = suatu wewenang pengadilan untuk
memeriksa dan memutuskan tentang :
– Sah atau tidak nya penangkapan, penahanan, penghentian
penyidikan, atau penghentian penuntutan (kecuali penyampingan
perkara untuk kep.umumoleh jaksa agung)
– Ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi seseorang yang perkara
pidananya dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan
– Sah atau tidaknya benda yang disita sebagai alat bukti
– Ganti kerugian oleh tersangka /ahli waris atas penangkapan atau
penahanan yang tidak disetai alasan berdasarkan UU atau
kekeliruan penerapan hukum
Putusan praperadilan sedapat mungkin diajukan sebelum
perkaranya diperiksa pengadilanan sidang praperadilan
harus dibuat seperti pemeriksaan singkat (sumir), bila
lewat,otomatis dinyatakan gugur. (Pasal 82 ayat 1 KUHAP)
Amar putusan hakim dalam sidang praperadilan :
– Segera harus dibebaskan nya tersangka
– Wajib dilanjutkan penyidikan atau penuntuitan terhadap
tersangka
– Besarnya ganti kerugian atau rehabilitas yang diberikan
– Segera dikembalikan benda yang disita tidak termasuk
alat pembuktian kepada tersangka atau pihak yang
tersita.
Terhadap putusan praperadilan tidak dapat
dimintakan banding, kecuali terhdap putusan yang
menetapkan “tidak sah nya penghentian
penyidikan atau penuntutan” atas itu dapat
dimintakan banding.
Kompetensi Pengadilan
2 macam kekuasaan mengadili, yaitu :
– Kompetensi absolut, kewenangan mengadili hanya pada
pengadilan tertentu
– Kompetensi relatif, kewenangan pembagian kekuasaan
pengadilan yang sama.
KUHAP menganut asas personalitas aktif (asas
kebangsaan) dan personalitas pasif (asas perlindungan)
– Personalitas aktif (Pasal 5 & 7 KUHAP) : UU Pidana yang
berlaku di suatu negara tetap dapat diberlakukan terhadap
Warga negara nya dimanapun berada (LN)
– Personalitas pasif Pasal 4 & 8 KUHAP) : UU pidana suatu
negara tidak tergantung dimana pelaku telah melakukan tindak
pidana, melainkan pada kepentingan hukum yang dilakukan ybs.
Pertemuan ke-10
Ganti Kerugian, Rehabilitasi dan Penggabungan
Gugatan Ganti Kerugian
Ganti kerugian seperti apa dalam KUHAP (Pasal
95 KUHAP) ?
– Ganti Kerugian karena tindakan lain
– Tanpa alasan yang berdasarkan hukum atau karena
kekeliruan orang/hukum yang menerapkannya
Tindakan lain,..?
– Tindakan upaya paksa (dwangmiddel) berupa
pemasukan rumah, penggeledahan, penyitaan barang
bukti maupun surat
– Yang dilakukan secara melawan hukum
– Oleh aparat pelaksana hukum
– Sehingga menimbulkan kerugian material
Ganti Kerugian/
rehabilitasi
Perkara nya tidak
diajukan ke Pengadilan
Tidak semua terdakwa
yang diputus lepas atau
bebas wajib diberikan
ganti
kerugian/rehabilitasi
Perkara nya diajukan
ke pengadilan
Pertimbangan Hakim
- Tidak terdapat cukup bukti
- Terdapat cukup bukti
- peristiwa tsb bukan tindak pidana
- peristiwa tsb tindak pidana
Di periksa dan di putus oleh
praperadilan
Di periksa dan di putus oleh hakim
yang telah mengadili perkara tsb
Pelaksanaan Ganti Kerugian
Kepmen Depkeu RI No.983/KMK.01/1983 ttg Tata
Cara Pembayaran Ganti Kerugian
– Ganti kerugian yang dimaksud adalah sebagaimana Pasal 95
KUHAP
Persyaratan :
– Yang berhak adalah orang atau ahli warisnya Yang oleh
pengadilan dikabulkan permohonannya untuk memperoleh ganti
kerugian
– Dengan melampirkan penetapan pengadilan+ ketua PN
setempat mengajukat permohonan penyediaan dana kepada
menteri kehakiman c/q sekjen dep.kehakiman.
Rehabilitasi
Pasal 1 butir 23 KUHAP :
Rehabilitasi adalah :
– Hak seseorang untuk mendapatkan pemulihan
haknya dalam kemampuan, kedudukan, dan
harkat martabatnya
– Yang diberikan pada tingkat penyidikan,
penuntutan atau peradilan
– karena ditangkap, ditahan, dituntut ataupun
diadili tanpa alasan berdasarkan undangundang atau karena kekeliruan mengenai orang
atau hukum yang diterapkan menurut cara-cara
yang diatur dalam UU ini
SKEMA
Ketua PN
Surat penetapan PN dan
Permohonan penyediaan dana
Menteri Kehakiman c.q Sekjen
mengajukan penerbitan SKO
MenKeu c.q Dirjen Anggaran
menerbitkan SKO
SKO diserahkan
kepada ketua PN setempat
Melalui KPN disertai SPP
Ketua PN setempat menerbitkan SPM
+ salinan penetapan untuk pemohon
Pertemuan ke-11
Pemeriksaan di Sidang Pengadilan
4 macam sikap para pihak dalam persidangan
Pidana :
1. Terdakwa sikapnya , bebas mengambil sikap
untuk membela kepentingan nya dalam sidang.
2. Pembela, bersandarkan pada kepentingan si
terdakwa, akan tetapi ia harus objektif mencari
kebenaran.
3. Penuntut Umum, bersandarkan kepada
kepentingan negara dan masyarakat secara
objektif
4. Hakim, segala sudut kepentingan terdakwa,
korban, negara harus diperhatikan oleh hakim
Dasar pemeriksaan di pengadilan ialah surat
dakwaan PU (Pasal 143 KUHAP)
Pasal 84 KUHAP :
– PN berwenang mengadili perkara tindak pidana
yang dilakukan dalam daerah hukum nya (forum
delicti commissi)
Sehingga ketua PN dapat menetapkan :
– PN berwenang mengadili  menunjuk hakim
dan menetapkan hari sidang
– PN tidak berwenang mengadili  dgn surat
penetapan menyerahkan surat pelimpahan
perkara ke Pn lain yng dianggap berwenang
dengan alasannya, surat pelimpahan perkara
dikembalikan lagi ke PU ybs.
Persidangan
Ketua PN menunjuk hakim yang akan memeriksa
perkara
Majelis hakim (min.3 org) yang ditunjuk
menetapkan hari sidang, memanggil terdakwa &
saksi
Sidang lengkap (majelis hakim, PU, panitera, juru
sumpah) dipimpin hakim ketua sidang dengan
menyatakan “..sidang terbuka untuk umum..”
Pengecualian bila terdakwa nya anak-anak atau
perkara kesusilaan,”..sidang dilakukan tertutup..”
Sidang Pertama : Menghadirkan Terdakwa
Terdakwa
Hadir
Sidang dilanjutkan
hakim
Tdk Hadir
Hakim meneliti Dipanggil sah
alasannya
Dipanggil tdk sah
hakim
Datang
Tidak
Datang
Memeriksa identitas
Meminta trdakwa fokus
Meminta PU mbacakan
Surat dakwaan
Dipanggil
lagi 2x
Sidang ditunda
Meminta trdakwa
dihadirkan
- Terdakwa memahami
Dakwaan
- PU menjelaskan
kembali dakwaan
Sudag dipahami
Tanpa pemeriksaan
sidang
Kehadiran terdakwa pada perkaranya bukan suatu hak, melainkan kewajiban
Terdakwa dihadirkan
secara paksa
(Pasal 154 ayat 4)
Eksepsi
Pertemuan ke-12
Lanjutan,…
- Diajukan sebelum pemeriksaan perkara pokok
- Diajukan pada sidang pertama
- Bertujuan menghemat tenaga,waktu bersidang
File
monang
Eksepsi
Alasan mengajukan eksepsi :
- Pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya
- Surat dakwaan tidak dapat diterima
- Surat dakwaan harus dibatalkan
Menolak eksepsi
Pertimbangan &
keputusan hakim
Eksepsi diputus setelah perkara selesai diperiksa
Menerima eksepsi
Perlawanan JPU
Penunjukan PN yg berwenang
Penetapan pembatalan putusan PN
Diajukan kepada ketua PT c/q ketua PN
Diajukan + 7 hari setelah diterima penetapan
Lewat waktu tsb, maka berakibat batalnya
perlawanan
7 hari setelah diterima nya berkas
perlawanan, PN wajib meneruskan nya
kepada PT
14 hari kemudian PT, wajib mengeluarkan
surat penetapan PT berisikan menguatkan
perlawanan atau menolak perlawanan
Pasal 157 KUHAP  kewajiban untuk mengundurkan
diri :
1. Hakim  mempunyai hub.keluarga sedarah atau
semenda sampai drajat ketiga, hub.suami-istri
meski pun sudah bercerai dengan salah seorang
hakim anggota,PU atau panitera
2. Hakim Ketua Sidang, hakim anggota, PU,panitera
 mempunyai hub.keluarga sedarah atau
semenda sampai drajat ketiga, hub.suami-istri
meski pun sudah bercerai dengan terdakwa atau
penasehat hukum
Mengundurkan diri = diganti susunan nya
Apabila susunan tidak diganti sedangkan perkara
sudah diputus, maka perkara wajib diadili ulang
dengan susunan hakim yang lain
Untuk keperluan sidang, hakim ketua
membuka sidang dengan
menyatakan”sidang terbuka untuk umum”
Pengecualian bila terdakwa nya anak-anak
atau kasus kesusilaan sidang dinyatakan
tertutup
Pertemuan ke-13
Pemeriksaan Saksi
- Saksi yang hadir dicegah jangan ada pertemuan
sebelum memberikan ket.dalam sidang.  agar
tidak saling mempengaruhi
- Pemeriksaan saksi Pasal 160 (1) b KUHAP :
- Korban yang menjadi saksi
- Saksi yang meringankan / memberatkan
- Kesaksian terdakwa
Pasal 160 (2) : hal yg ditanyakan hakim ketua
sidang adalah identitas dan hub.dengan terdakwa.
- Pasal 160 (3) : saksi wajib mengangkat sumpah
Menurut agamanya masing-masing
- Ket.saksi yang dibawah sumpah yang mempunyai
nilai pembuktian dan dapat mengikat hakim
-
Saksi menolak di sumpah ..?
Pemeriksan terhadap saksi tetap dilaksanakan
Hakim dengan surat penetapan dapat mengenakan sandera
selama 14 hari di rutan negara (Pasal 161 ayat 1 KUHAP)
Apabila tenggat waktu 14 hari berlalu,saksi tetap tidak mau
disumpah,maka ket.yg diberikan merupakan ket.yg dapat
menguatkan keyakinan hakim (Pasal 161 ayat 2 KUHAP)
Dengan kata lain, ket.saksi/ahli tsb mempunyai kekuatan
pembuktian yang sama dengan keterangan dibawah
sumpah
Penyumpahan saksi ;
– Dilakukan sebelum saksi memberikan keterangan di pengadilan
(Promisoris,secara sanggup akan berbicara benar)
– Dilakukan setelah saksi selesai memberikan keterangan
(Assertoris, menetapkan kebenaran pembicaraan yang lalu)
Saksi dibawah sumpah Vs Saksi yang tidak disumpah
Saksi dibawah sumpah
– Apabila tidak dapat hadir (misal:
meninggal,domisili jauh) pada sidang
lanjutan,maka keterangan saksi ini
mempunyai nilai yang sama dengan ket.saksi
di depan sidang pengadilan.
Saksi yang tidak disumpah
– Ket.saksi hanya merupakan ket.tambahan
yang berarti keterangan tsb tidak dapat
mengikat hakim karena tidak mempunyai
kekuatan pembuktian.
Saksi ..??
Semua orang dapat menjadi saksi
Saksi adalah orang yang memberikan keterangan tentang
suatu perkara pidana berdasarkan apa yang ia lihat, yang ia
dengar & ia alami.(Pasal 1 butir 26 KUHAP)
KUHAP tidak mengakui ket.testimoni de audito
Menjadi saksi adalah kewajiban setiap orang  menolak
akan mendapatkan sanksi hukum
3 kelompok orang yang dikecualikan dari kewajiban menjadi
saksi, yaitu :
– Mereka yang mempunyai hubungan keluarga dengan terdakwa
(Pasal 168 KUHAP)
– Mereka yang karena jabatan/pekerjaan yang mewajibkan
menyimpan rahasia.hakim yang menilainya.
– Mereka yang mutlak tidak dapat menjadi saksi, anak dibawah umur
dan belum menikah serta sakit jiwa/ingatan.
Sumpah saksi : “..memberikan keterangan yang
benar tidak lain dari yang benar..”
Kesaksian palsu :
– Hakim memperingatkan
– Hakim karena jabatan atau permintaan terdakwa
dapat memerintahkan saksi agar dituntut atas
dakwaaan melakukan sumpah palsu
– Panitera membuat berita acaranya,untuk selanjutkan
dikenakan ancaman pidana berdasarkan Pasal 242
KUHAP)
Terdakwa yang tidak mau menjawab pertanyaan
tidak ada sanksi pidana nya (Pasal 175 KUHAP)
Tanya-jawab hakim dan terdakwa hanya
terbatas pada identitas dan isi surat dakwaan 
hakim memeriksa para saksi  barulah
terdakwa didengar secara tanya-jawab.
Pertemuan ke-14
Pemeriksaan Terdakwa & Ahli
Terdakwa …?
Terdakwa & saksi tidak dapat berbahasa indonesia ..? 
Pengadilan menunjuk seorang juru bahasa sebagai
penghubung antara jaksa, hakim dan terdakwa
Juru bahasa harus disumpah
Pasal 77 KUHAP, seorang tidak dapat menjadi saksi tidak
dapat pula menjadi juru bahasa
Terdakwa / saksi bisu, tuli, tidak dapat menulis …? 
pengadilan mengangkat seseorang yang dapat
berkomunikasi dengan mereka
Namun apabila saksi / terdakwa ybs dapat menulis, maka
pemeriksaan akan dilakukan secara tertulis. Semua nya
harus dibacakan di depan sidang (Pasal 178 KUHAP)
Pemeriksaan Ahli
Ahli ..?
Pasal 179 ayat 1 KUHAP ; seorang wajib
memberikan keterangan ahli demi keadilan
Yang dimaksud dengan ahli adalah ahli
forensik, dokter, ahli lain nya
Keterangan ahli adalah
– informasi oleh seorang yang mewakili keahlian
khusus
– tentang yang diperlukan untuk membuat terang
suatu perkara pidana
– guna kepentingan pemeriksaan
Barang Bukti
Barang Bukti adalah :
– Barang yang dipergunakan oleh terdakwa untuk
melakukan tindak pidana atau
– Barang sebagai hasil dari suatu tindak pidana
– Barang-barang yang disita oleh penyidik
– Untuk dijadikan sebagai bukti di persidangan
Barang bukti diberi nomor sesuai nomor perkara,
disegel, dan hanya dapat dibuka di hakim di
persidangan
Barang tersebut diperlihatkan kepada terdakwa
dan menanyakan apakah dia kenal dengan
barang tersebut.(Pasal 181 ayat 1 KUHAP)
Tuntutan Pidana (Requistoir)
Pemeriksaan terhadap diri terdakwa dan
saksi cukup, maka kepada penuntut
umum dipersilahkan menyampaikan
tuntutan pidana nya.
JPU menguraikan segala sesuatu selama
berlangsungnya pemeriksaan apakah
dakwaan nya terbukti atau tidak
Diagram Alir Tuntutan Perkara
Hakim memberikan kesempatan kepada terdakwa
JPU membacakan
tuntutan pidana
Pembelaan
(Pledoi)
JPU memberikan
jawaban atas Pledoi
(Replik)
Tersangka menjawab
Replik (Duplik)
Tuntutan Pidana, Pledoi, Replik dan Duplik
Hakim ketua majelis
Salinan nya
diberikan kepada
para pihak
Apabila pemeriksaan dianggap selesai,
hakim ketua sidang menyatakan bahwa
pemeriksaan selesi dan dinyatakan ditutup
Pemeriksaan yang telah ditutup dapat
dibuka kembali atas kewanangan hakim
ataupun permintaan JPU/terdakwa dengan
menyebutkan alasan-alasannya
Dimaksudkan untuk menampung data-data
tambahan sebagai bahan musyawarah
hakim.
Musyawarah Hakim. ?
Musyawarah Hakim
Dilakukan tanpa kehadiran JPU,terdakwa/penasehat hukum
serta hadirin
Musyawarah untuk mengambil keputusan (Pasal 183
KUHAP ayat 2)
Musyawarah didasarkan pada :
– surat dakwaan, dan
– segala sesuatu yang terbukti dalam sidang
Cara musyawarah nya :
– Hakim ketua mengajukan pertanyaan kepada hakim termuda dahulu
dst hingga hakim yang tertua disertai dengan alasannya. hakim
ketua giliran terakhir.
Cara pengambilan keputusan :
– Mufakat ;
– Suara terbanyak ;
– Putusan dipilih adalah pendapat hakim yang paling menguntungkan
terdakwa
Pelaksanaan pengambilan keputusan
dicatat dalam buku himpunan putusan
pengadilan (vonis) bersifat rahasia (Pasal
182 ayat 7 KUHAP).
Pasal 196 KUHAP, putusan (vonis)
disampaikan dengan hadirnya terdakwa,
kecuali ditentukan lain oleh UU.
Apabila terdakwa > 1 orang, maka putusan
diucapkan di hadapan terdakwa yang hadir.
Pertemuan ke-15
Pembuktian
Dakwaan  Pembuktian
> Tujuan nya :
untuk memperoleh kepastian bahwa apa
yang didakwakan JPU dalam Surat Dakwaan
kepada terdakwa adalah benar.
> Dengan cara memeriksa :
# mengenai apakah peristiwa/perbuatan
tertentu sungguh pernah terjadi Mengenai
# mengapa peristiwa tsb tejadi (motif)
Maka dari itu pemeriksaan terdiri dari :
 Menunjukkan peristiwa-peristiwa yang dapat di
terima oleh panca indera ;
 memberikan keterangan tentang peristiwaperistiwa yang telah diterima tersebut ;
 Mengggunakan pikiran logis.
Manfaat dengan adanya pembuktian tersebut :
 hakim dapat menggambarkan dalam pikiran nya
apa yang sebenarnya terjadi ;
 sehingga memperoleh keyakinan tentang hal
tersebut ;
 meskipun ia tidak melihat/mendengar/merasakan
sendiri.
Teori Sistem Pembuktian
Teori Keyakinan
– Hakim mendasari keputusan hanya dengan
keyakinan/perasaan nya semata & kesan pribadi
– Tanpa terikat oleh aturan hukum tertentu
– Hakim tidak wajib mengemukakan alasan hukum
yang dipakai dalam memutuskan.
– Hakim bebas menunjuk alat bukti dalam
persidangan, termasuk upaya pembuktian yang
sulit diterima oleh akal (mis.mistik)
– Banyak terdapat dalam sistem peradilan juri atau
pengadilan distrik sebelum KUHAP.
Positive- Wettelijk Theory
– Alat bukti yang dapat diajukan di persidangan
ditentukan oleh undang-undang
– Hakim harus & berwenang untuk menetapkan
terbukti atau tidaknya suatu perkara yang
diperiksanya, walaupun berangkali hakim sendiri
belum yakin atas kebenaran putusannya itu.
– Apabila hal tsb diatas terjadi, hakim akan
mengambil putusan yang sejajar. Artinya bahwa
putusannya itu harus berbunyi tentang sesuatu
yang tidak dapat dibuktikan adanya
– Misal 2 saksi disumpah mengatakan seseorang
itu salah, maka hakim harus menjatuhkan
putusan bersalah walaupun hakim sendiri tidak
yakin.
Negative-Wettelijk Theorie
– Positive wettelijk theory + keyakinan hakim yang
didapat dari alat bukti
– Terdapat dalam Pasal 183 KUHAP
“ hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada
seorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya
duat alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan
bahwa suau tindakan pidana benar-benar terjadi dan
bawha terdakwalah yang bersalah melakukannya”
Negatif maksudnya ialah walaupun dalam
suatu perkara terdapat cukup bukti sesuai
UU, maka hakim belum boleh menjatuhkan
hukuman sebelum memperoleh keyakinan
tentang kesalahan terdakwa.
Vrije Bewijs Theorie / Conviction Raissonee
(Pembuktian Bebas)
– Ditentukan bahwa hakim dalam menyebutkan
alasan-alasan mengambil keputusan sama
sekali tidak terikat pada penyebutan alat bukti
yang telah diatur dalam UU
– Alat dan cara pembuktian tidak sebutkan dalam
UU
– Melainkan hakim secara bebas diperkenankan
memakai alat bukti lain, asalkan semua itu
berlandaskan alasan-alasan yang tetap menurut
logika
Note : see stufenbau theory
Yang diungkap dari Pembuktian
Alat Pembuktian (bewijsmiddel) ;
– Benda & lisan :
alat yang digunakan untuk melakukan tindak pidana
Hasil yang diperoleh dari tindak pidana
Ket. Saksi
Penguraian Pembuktian (bewijsvoering) ;
– Cara-cara menggunakan alat-alat bukti dalam T.Pidana
Kekuatan Pembuktian (bewijskracht) ;
– Keterikatan hakim pada alat bukti  See Pasal 184 KUHAP
Dasar Pembuktian (bewijsgrond) ;
– Keadaan yang dialami yang diterangkannya dalam kesaksian
disebut Dasar Pembuktian
Beban Pembuktian (bewijslast).
– Mengenai siapakah yang mempunyai beban untuk membuktikan
mengenai unsur-unsur tindak pidana
– Pasal 66 KUHAP “..tersangka/terdakwa tidak dibebani kewajiban
pembuktian..”
– Merupakan wujud konkret asas “presumption of innocent
Pertemuan ke-16
Alat Pembuktian (Pasal 184 KUHAP)
Keterangan Saksi
– Syarat formil :
Ket.seorang saksi dianggap sah bila diberikan dibawah sumpah (Pasal 160 ayat
3). Ket.saksi yang tidak disumpah tidak merupakan alat bukti, hanya sebagai
tambahan ket.biasa (Pasal 185 ayat 7).
Ket.seorang saksi tidak cukup menyatakan seseorang bersalah terhadap
perbuatan yang didakwa padanya (Pasal 185 ayat 2). (Unus Testis nullus
testis/een getuige is geen getuige)
– Syarat Materill
Ket.saksi sebagai alat bukti apabila keterangan tsb dinyatakan di sidang
pengadilan, mengenai suatu peristiwa pidana, yang ia alami sendiri
Kesaksian testimonium de audito tidak diakui sebagai alat bukti yang sah
Keterangan Ahli
– ahli, yang ditanya mengenai sesuatu soal, hanye mengemukakan
pendapatnya tanpa melakukan suatu pemeriksaan.
– Saksi ahli (getuige deskundige), yang ditanya mengenai suatu perkara,
melakukan pemeriksaan “saksi diam” atau barang bukti dan mengemukakan
pendapatnya berdasarkan hasil pemeriksaan.
– Untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan
pemeriksaan
Surat (Pasal 184 ayat 1 huruf c KUHAP)
Surat dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan
sumpah, yaitu :
– berita acara dan surat surat resmi dalam bentuk resmi yang di buat
oleh pejabat umum yang berwenang atau dibuat dihadapan nya,
mengenai keadaan yang didengar, dilihat, dialaminya sendiri berikut
alasan yang jelas mengenai keterangan itu.
– Surat yang di buat menurut ketentuan peraturan per-UU-an atau
surat yang di buat oleh pejabat mengenai hal yang termasuk dalam
tata laksana yang menjadi tanggung jawab nya bai pembuktian
sesuatu hal/keadaan.
– Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat
berdasarkan keahlian nya mengenai sesuatu hal/keadaan yang
diminta resmi kepadanya.
– Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungan nya dengan
isi dari alat pembuktian lain.
Petunjuk (Pasal 188 KUHAP)
– Pada dasarnya adalah hal-hal yang disimpulkan dari alat-alat
pembuktian yang lain yang diperoleh dari Ket.Saksi, Surat dan/atau
Ket.Terdakwa.
– Perbuatan/keadaan yang karena persesuaian nya menandakan
telah terjadi tindak pidana dan siapa pelakunya.
Keterangan Terdakwa (erkentenis)
– Beda, Pengakuan Terdakwa (bekentenis-HIR)
– Pernyataan pemungkiran pun dapat dijadikan
alat bukti, sehingga penertian nya lebih luas
– Apa yang dinyatakan terdakwa di dalam sidang
tentang perbuatan yang dilakukan nya atau yang
diketahui nya sendiri atau diklaimnya sendiri.
– Sedangkan ket.terdakwa diluar sidang dapat
dipergunakan untuk membantu menemukan
bukti disidang asalkan didukung alat pembuktian
lain.
– Diam nya terdakwa di dalam sidang tidak boleh
diterima sebagai bukti ia mengakui kesalahan
nya.
Pertemuan ke-17
Putusan-Putusan Pengadilan
2 jenis Putusan pengadilan :
– Putusan yang bersifat formil, Putusan pengadilan yang bukan
merupakan putusan akhir, yaitu :
Pasal 148 ayat 1 KUHAP. Pernyataan tidak berwenangnya pengadilan
untuk memeriksa suatu perkara (onbevoegde verklaring).
misalnya : salah mengajukan berkas perkara
Pasal 143 ayat 3 KUHAP. Pernyataan dakwaan PU batal (nietig
verklaring van de acte van verwijzing)
misalnya : locus delicti tidak dicantumkan di surat dakwaan
Pasal 156 ayat 1 KUHAP. Pernyataan dakwaan PU tidak dapat diterima
(niet ontvankelijk verklaard)
misalnya : perkara daluarsa, nebis in idem, persyaratan aduan (klacht
delict)
Putusan berisikan penundaan pemeriksaan perkara oleh adanya
perselisihan kewenangan (prejudisiel)
misalnya : perkara ybs menunggu putusan dari hakim perdata misal
dalam hal perzinahan (overspel).
Putusan yang bersifat materil, putusan pengadilan yang
merupakan putusan akhir (einds vonnis), yaitu :
1. Pasal 191 ayat 1 KUHAP. Putusan yang menyatakan
terdakwa dibebaskan dari dakwaan (vrijspraak).
Maksudnya ialah pengadilan berpendapat bahwa
kesalahan/perbuatan yang didakwakan terhadap
terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan di
dalam pemeriksaan persidangan.
misalnya : minimnya alat pembuktian yang ditetapkan
oleh UU tidak terpenuhi.
 Putusan ini bersifat negatif, artinya putusan tidak
menyatakan terdakwa tidak melakukan perbuatan
yang didakwakan itu, melainkan menyatakan bahwa
kesalahan terdakwa tidak terbukti di persidangan.
 See negatief-wettelijk sistem pembuktian KUHAP,
dalam Pasal 183 KUHAP  2 alat bukti+ keyakinan
hakim.
 Jaksa tidak dapat banding ke PT (Pasal 67 KUHAP)
2. Putusan Lepas dari segala tuntutan (ontslag
van alle rechtsvervolging). Maksudnya ialah
Perbuatan yang didakwakan kepada
terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak
merupakan suatu tindak pidana, dikarenakan
adanya alasan pembenar
(rechtvaardigingsgrond) dan/atau alasan
pemaaf (fait dixcuse).
 Alasan pembenar : Pasal 48, 49(1), 50 &
51(1) KUHAP
 Alasan pemaaf : Pasal 49(2) & 51(2) KUHAP
 Dapat dimintakan banding baik oleh
terdakwa maupun jaksa.
3. Putusan Pemidanaan
Apabila kesalahan terdakwa terhadap perbuatan
yang didakwakan kepadanya terbukti dengan
sah dan meyakinkan. Pasal 193 (1) KUHAP,
apabila terdakwa terbukti bersalah, maka harus
dijatuhi pidana.kecuali apabila terdakwa pada
waktu melakukan tindak pidana itu belum
berumur 16 tahun.maka hakim dapat memilih
ketentuan didalam Pasal 45 KUHAP, yaitu :
a. Menyerahkan kembali kepada orang tua/wali
nya tanpa sanksi pidana
b. Diserahkan kepada pemerintah agar dipelihara
dalam suatu tempat pendidikan negara sampai
dengan usia 18 tahun (Pasal 46 KUHAP).
c. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa.
Terdakwa < 16 tahun
– Maximal pidana pokok harus dikurangi 1/3 nya (Pasal
47 (1) KUHAP).
– Ancaman pidana mati/seumur hidup  15 tahun
– Perintah “segera dilakukan penahanan” hanya dapat
dikeluarkan apabila terdakwa dipersalahkan terhadap
tindak pidana yang diancam pidana penjara minimum
> 5 tahun atau Tindak pidana yang disebut kan satu
per satu dalam Pasal 21 KUHAP.
– Pasal 194 ayat 1KUHAP, dalam hal putusan
pemidanaan, bebas,atau lepas, hakim akan
memerintahkan supaya barang bukti diserahkan
kepada pihak yang paling berhak , kecuali UU
menentukan lain barang tersebut harus dirampas,
dimusnahkan atau dirusak sehingga tidak dapat lagi
dipergunakan.
– Semua putusan pengadilan hanya sah dan
mempunyai kekuatan hukum bila diucapkan disidang
terbuka untuk umum
Kewajiban Hakim setelah Putusan
Memberitahukan kepada terdakwa tentang segala
sesuatu yang menjadi hak nya, yaitu :
– Hak segera menerima atau menolak putusan
– Hak mempelajari putusan sebelum menerima atau
menolak hasil putusan dalam batas waktu yang
ditentukan UU
– Hak meminta penangguhan pelaksanaan putusan untuk
mengajukan grasi dalam hal ia menerima putusan
– Hak minta diperiksa perkaranya dalam tingkat banding,
dalam hak ia menolak putusan
– Hak mencabut pernyataan (point 1), dalam waktu yang
ditentukan oleh UU.
Surat putusan vonnis harus sesuai format Pasal
197 ayat 1 KUHAP
Pertemuan ke-18
EKSEKUSI & UPAYA HUKUM
Eksekusi = pelakasanaan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde).
In kracht van gewijsde adalah :
– Apabila baik terdakwa maupun jaksa telah menerima putusan
– Apabila tenggang waktu untuk mengajukan banding telah lewat batas waktu
tanpa dipergunakan oleh yang berhak.
– Apabila permohonan banding telah diajukan, kemudian permohonan tersebut
dicabut kembali.
– Apabila ada permohonan grasi yang diajukan disertai permohonan
penangguhan eksekusi.
Pelaksana putusan pengadilan adalah jaksa (Pasal 270 KUHAP)
Pelaksanaan pidana mati tidak dilaksanakan di depan umum dan
menurut ketentuan per-UU-an (Pasal 270 KUHAP).
Apabila putusan penagdilan menetapkan perampasan atas barang bukti,
maka jaksa menguasakan kepada Kantor Lelang Negara (KLN) untuk
menjual barang tersebut dalam waktu 3 bulan+ 1 bulan, hasil lelang
dimasukkan dalam kas negara.
Apabia ditetapkan pidana bersyarat, pengawasan dilakukansungguhsungguh menurut UU.
UPAYA HUKUM
Upaya hukum adalah hak terdakwa atau penuntut
umum untuk melawan putusan pengadilan (vonnis)
untuk tidak menerima putusan pengadilan.
Maksud dari upaya hukum adalah untuk
memperbaiki kesalahan yang diperbuat oleh
instansi hukum sebelumnya.
2 macam upaya hukum dalam KUHAP :
– Upaya hukum biasa :
Verzet (perlawanan)
Banding
Kasasi
– Upaya hukum luar biasa :
Kasasi demi kepentingan hukum
PK putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
yang tetap (herzeining)
Verzet / Perlawanan (Pasal 214 KUHAP)
– Merupakan upaya hukum untuk melawan
putusan pengadilan yang dijatuhkan di luar
hadirnya terdakwa (verstek).
– Yang berhak melakukannya dalah terdakwa
– Perlawanan ini diajukan terhadap putusan yang
dijatuhkan diluar hadirnya terdakwa yang berupa
pidana perampasan kemerdekaan.
– Dengan adanya verzet ini, putusan diluar
hadirnya terdakwa (verstek) menjadi gugur.
– Apabila setelah verzet, terdakwa tidak hadir lagi,
maka verstek kuat kembali  mengajukan
pemeriksaan banding.
Banding (Pasal 19, UU No.14 tahun 1970)
“Atas semua putusan pengadilan tingkat pertama yang tidak merupakan
pembebasan dari tuduhan, dapat dimintakan banding oleh pihak-pihak
ybs, kecuali UU menentukan lain”
Pasal 67 KUHAP, permohonan atas banding tidak dapat diajukan atas :
– Putusan pembebasan (vrijspraak)
– Putusan pelepasan dari semua tuntutan hukum menyangkut kurang
tepatnya penerapan hukumnya
– Petusan pengadilan dalam acara cepat
Wewenang Pengadilan Tinggi
Pada dasarnya adalah pemeriksaan ulangan semua fakta dari
pemeriksaan yang telah dilakukan PN (judex facti).
Permohonan banding diajukan melalui panitera PN dengan
mengeluarkan Akte Permohonan Banding
Max. 7 hari setelah putusan PN
Selama perkara belum diputus, pemohon dapat mencabut permohonan
bandingnya dengan konsekuensi membayar biaya perkara sebagnayk
yang tekah dikeluarkan oleh PN sampai saat pencabutan.
Pemeriksaan didasarkan pada :
– Berkas perkara (berita acara penyidik & pemeriksaan sidang)
– Surat-surat yang timbul di sidang yang berhubungan dengan perkara
– Putusan PN
PT akan memutuskan :
– Menguatkan putusan PN
– Mengubah putusan PN
– Membatalkan putusan PN, PT mengadakan putusan
sendiri.
Pemeriksaan Kasasi
– Arti kasasi adalah pembatalan  oleh raja
– 1790, diserahkan wewenang pada lembaga Tribunale
Cassation
– Code d’ instruction criminelle (KUHAP Prancis) 
KUHAP Belanda  KUHAP Hindia Belanda
– MA dalam hal ini kekuasaan nya hanya terbatas pada
apakah putusan pengadilan dibawahnya sudah sesuai
dengan hukum ataukah bertentangan.
Alasan-alasan nya :
– Apakah benar suatu peraturan hukum tidak diterapkan
atau diterapkan sebagaimana mestinya
– Apakah benar cara megadili tidak dilaksanakan menurut
UU
– Apakah benar pengadilan tidak melampaui
wewenangnya.
Yang berhak mengajukan kasasi adalah Terdakwa
atau JPU
Yang dapat dimintakan kasasi :
– Putusan yang mengajukan pemidanaan
– Putusan yang mengandung pelepasan
Putusan MA (Pasal 254 KUHAP)
– MA dapat memutus menolak kasasi
– MA dapat memutus mengabulkan kasasi
UPAYA HUKUM LUAR BIASA
KASASI DEMI KEPENTINGAN HUKUM (Pasal 259
KUHAP)
Dapat diajukan terhadap semua putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap
Oleh Jaksa Agung kepada Makhamah Agung
melalui panitera PN yang memutus perkara (Pasal
260 ayat 1 KUHAP) mengirimkan nya adalah ketua
PN.
Tujuan nya adalah supaya hukum diterapkan
dengan benar sehingga ada kesatuan dalam
peradilan
Tidak boleh bertentangan dengan pihak yang
berkepentingan
Perbedaan Kasasi Pihak & Kasasi
demi kep.Hukum
Diajukan terhadap putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap ><
belum incraht
Diajukan oleh Jaksa Agung kepada MA ><
diajukan oleh terdakwa/JPU
Tenggang waktu mengajukan kasasi tidak
terbatas >< 14 hari seteah putusan banding
Kasasi demi kepentingan hukum meskipun
dapat diterima oleh MA, tidak ada pengaruhnya
terhadap terdakwa.
Peninjauan Kembali putusan
pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap (herzeining)
Pasal 263 KUHAP  putusan incracht tidak dapat
dilakukan PK
Putusan pengadilan yag telah mempunyai kekuatan
hukum tetap dapat dimintakan PK
PK tidak dapat dilakukan terhadap putusan bebas dan
lepas dari tuntutan hukum
Sejarahnya diawali oleh kasus Sengkon & Karta tahun
1980.
MA mengeluarkan peraturan MA No.1 tahun 1980 yaitu
PK putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap baik di KUHAP maupun KUHPER
The End of Page
Hamonangan A, SH.,MH
SELAMAT MENEMPUH UJIAN SEMESTER
Download