Analisa Studi Pemilihan Metode Pelaksanaan Konstruksi

advertisement
Konferensi Nasional Teknik Sipil I (KoNTekS I) – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Yogyakarta, 11 – 12 Mei 2007
PERAN MANAJEMEN KONSTRUKSI
TERHADAP PRESTASI KONTRAKTOR
PADA PROYEK KONSTRUKSI BERSKALA KECIL
Hermawan1, Suzy Wiramargana1, Aprilia Kurniawati2, Dimas Kusumawardhana2
1
Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Katolik Soegijapranata, Jl. Pawiyatan Luhur IV/1,
Bendan Duwur, Semarang, [email protected], [email protected]
2
Alumni Jurusan Teknik Sipil Universitas Katolik Soegijapranata
ABSTRAK
Ruang lingkup dari manajemen konstruksi diawali dari tahap perencanaan, prakualifikasi,
tender, pelaksanaan konstruksi sampai penyerahan proyek konstruksi. Aspek keterlibatan
dari manajemen konstruksi yang cukup panjang, maka peran dari manajemen konstruksi
juga menentukan tingkat keberhasilan proyek tersebut. Sehingga penggunaan manajemen
konstruksi pada proyek dapat meningkatkan performance proyek secara keseluruhan.
Namun demikian, permasalahan yang dihadapi oleh owner adalah pembiayaan penggunaan
manajemen konstruksi di dalam proyek tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui tingkat efektifitas menggunakan manajemen konstruksi pada proyek
berskala kecil terutama terhadap prestasi kontraktor. Penelitian ini menggunakan method
productivity delay model (MPDM), metode ini menggunakan data historis sebagai inputan
terhadap pengolahan data dan time study untuk melakukan pengamatan langsung di
lapangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya penggunaan manajemen
konstruksi pada proyek yang berskala kecil memberikan hasil yang signifikan terhadap
prestasi kontraktor. Material on site (MOS) yang diperhitungkan oleh manajemen
konstruksi mampu meningkatkan progres di lapangan, tidak mempengaruhi cash flow
proyek dan mempercepat tercapainya termin.
Kata kunci: manajemen konstruksi, material on site
1. PENDAHULUAN
Beberapa gejala yang muncul pada perkembangan bidang konstruksi saat ini adalah
semakin membesarnya skala dari proyek serta organisasinya, semakin rumitnya teknologi
proyek, semakin kompleksnya saling ketergantungan antara yang satu dengan yang lainnya
serta variasi-variasi dalam hubungan antara organisasi dan lembaganya, serta makin
berkembangnya peraturan-peraturan dan persyaratan-persyaratan dari pemerintah.
Sehingga peran manajemen konstruksi sangat diperlukan terhadap kondisi semacam ini.
Hal ini dapat dilihat dari pertambahan jumlah perusahaan kontraktor yang makin
meningkat. Beberapa kontraktor yang beroperasi hanya dengan modal tidak begitu besar
bahkan hanya bermodalkan keberanian dengan menggantungkan pada pihak ketiga.
Kondisi yang terakhir ini, banyak dialami oleh kontraktor berskala kecil yang sangat
tergantung pada faktor pendanaan atau modal kerja. Dengan mengingat bahwa modal kerja
merupakan salah satu faktor penting dalam proyek konstruksi maka apabila di tengah masa
konstruksi mengalami kekurangan biaya pelaksanaan ataupun sama sekali tidak mencukupi
akan berakibat penurunan kualitas pada produk yang dihasilkan. Oleh karena itu, maka
faktor ketersediaan modal bagi kelangsungan proses konstruksi menjadi faktor yang
penting.
ISBN 979.9243.80.7
241
Hermawan, Suzy Wiramargana, Aprilia Kurniawati, Dimas Kusumawardhana
Berkaitan dengan ketersediaan dana, faktor lain yang mempengaruhi proyek konstruksi
adalah sistem pembayaran yang tercantum dalam perjanjian kontrak kerja antara owner
dan kontraktor yang telah disepakati. Semakin cepat prestasi pekerjaan tercapai maka akan
semakin cepat pula termin pembayaran dapat tercapai. Dampak dari faktor ini, sangat
berpengaruh pula terhadap cash flow dari kontraktor tersebut.
Dalam penelitian ini akan diidentifikasikan pengaruh manajemen konstruksi terhadap
prestasi pekerjaan kontraktor dalam proyek konstruksi yang berskala kecil yang merupakan
sebuah studi kasus pada proyek konstruksi X di Semarang. Faktor-faktor yang akan
dianalisis antara lain pengaruh manajemen konstruksi terhadap progress pekerjaan dan
biaya proyek yang didasarkan pada sistem pembayaran serta kemampuan kontraktor.
2. PRESTASI KONTRAKTOR
Peran utama kontraktor dalam daur konstruksi adalah sebagai manajer sumber daya yang
bertugas untuk mengubah dokumen perencanaan menjadi keluaran-keluaran berupa
bangunan fisik. Meningkatnya volume pekerjaan maupun kompleksitas kegiatan pada
beberapa proyek besar memerlukan tata organisasi yang semakin besar dan rumit.
Kontraktor dituntut untuk mengembangkan sistem dan metode pengelolaan pelaksanaan
dengan menggunakan peralatan dan perlengkapan yang semakin bervariasi dan bersifat
khusus untuk pekerjaan tertentu. Sebagai pengelola sumber daya, kontraktor harus benarbenar menyadari akan kedudukannya sebagai pemeran utama yang menentukan dalam tim
konstruksi.
Pekerjaan kontraktor dinilai sebagai prestasi yang merupakan kemampuan kerja kontraktor
yang diukur melalui besar kecilnya hasil kerja yang dilakukan dilapangan yang dinilai
dalam kurun waktu tertentu pada proses konstruksi. Setiap kontraktor harus
memperlihatkan kemampuannya sebagai kontraktor yang bertanggung jawab atas
pekerjaan yang diterimanya dengan menghasilkan pekerjaan yang memiliki kualitas yang
tidak mengecewakan pemberi tugas (owner). Prestasi pekerjaan kontraktor menjadi tolok
ukur sebagai penentu kemampuan kerja dari kontraktor tersebut. Pada proses di lapangan
pekerjaan kontraktor dapat diukur dengan melihat jadwal dan rencana kerja yang dibuat
pada awal tahap konstruksi, selain untuk memantau kemajuan pekerjaan di lapangan dapat
digunakan laporan-laporan proyek seperti laporan harian, mingguan dan bulanan. Suatu
prestasi pekerjaan dapat dinilai baik apabila dalam pekerjaan konstruksi proyek tidak
mengalami keterlambatan. Keterlambatan yang terjadi dapat mengakibatkan
ketidaksesuaian antara jadwal kerja dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan. Seorang
kontraktor harus memiliki metode-metode yang digunakan untuk memecahkan
permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam proyek konstruksi. Hal tersebut juga dapat
dikatakan sebagai prestasi kerja yang dilakukan seorang kontraktor.
3. PENGENDALIAN PROYEK
“Pengendalian adalah usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan
sasaran perencanaan, merancang sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dengan
standar menganalisis kemungkinan adanya pemyimpangan antara pelaksanaan dan standar,
kemudian mengambil tindakan pembetulan yang diperlukan agar sumber daya digunakan
secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran (Soeharto,I, 1995).”
242
ISBN 979.9243.80.7
Peran Manajemen Konstruksi Terhadap Prestasi Kontraktor pada Proyek Konstruksi Berskala Kecil
Bertitik tolak dari definisi diatas maka pengendalian proyek dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. menentukan sasaran
Sasaran pokok proyek adalah menghasilkan produk atau instalasi dengan batasan
lingkup anggaran, jadwal dan mutu yang telah ditentukan. Sasaran ini dihasilkan dari
satu perencanan dasar dan menjadi salah satu faktor pertimbangan utama dalam
mengambil keputusan untuk melakukan investasi atau membangun proyek, sehingga
sasaran tersebut merupakan tonggak tujuan dari kegiatan pengendalian.
2. standar dan kriteria
Pencapaian suatu sasaran yang efektif dan efisien, perlu disusun suatu standar, kriteria
atau spesifikasi yang dipakai sebagai tolok ukur untuk membandingkan dan
menganalisis hasil pekerjaan. Standar dan kriteria yang dipilih harus yang bersifat
kuantitatif, demikian pula metode pengukuran dan perhitungannya harus dapat
memberikan indikasi terhadap pencapaian sasaran.
3. merancang sistem informasi
Proses pengendalian proyek memerlukan adanya suatu sistem informasi dan
pengumpulan data yang mampu memberikan keterangan cepat, tepat dan akurat.
4. mengumpulkan data dan informasi
Pada suatu akhir proyek diadakan pelaporan, pemerikasaan, pengukuran dan
pengumpulan data serta informasi hasil pekerjaan.
5. mengkaji dan menganalisis hasil pekerjaan
Pengkajian dan penganalisisan disini berarti mengkaji dan menganalisis data dan
informasi yang telah dihasilkan sebelumnya. Hasil analisis ini sangat penting karena
digunakan sebagai landasan dan dasar tindakan pembetulannya sehingga metode yang
digunakan harus tepat dan peka terhadap adanya kemungkinan penyimpangan.
6. mengadakan tindakan pembetulan
Syarat penting untuk menuntun keberhasilan suatu proyek adalah pengendalian yang
tergantung terhadap faktor-faktor waktu, biaya, dan mutu. Pengendalian perlu penanganan
sungguh-sungguh dari pihak manajemen disamping juga butuh keterlibatan seluruh aparat
dari berbagai tingkat organisasi dalam perusahaan. Pada dasarnya upaya pengendalian
merupakan proses pengukuran, evaluasi, dan membetulkan kinerja proyek. Untuk proyek
konstruksi, ada tiga unsur yang perlu selalu dikendalikan dan diukur, yaitu:kemajuan
(progress) yang dicapai dibandingkan terhadap kesepakatan kontrak, pembiayaan terhadap
rencana anggaran dan mutu hasil pekerjaan terhadap spesifikasi teknis (Dipohusodo, I,
1996).
Suatu pengendalian proyek yang efektif ditandai oleh hal-hal sebagai berikut:
1. tepat waktu dan peka terhadap penyimpangan. Metode atau cara yang digunakan harus
cukup peka sehingga dapat mengetahui adanya penyimpangan selagi awal. Dengan
demikian, dapat diadakan koreksi pada waktunya sebelum persoalan berkembang
menjadi besar sehingga sulit diadakan perbaikan.
2. bentuk tindakan yang tepat dan benar. Untuk maksud ini diperlukan kemampuan dan
kecakapan menganalisis indikator secara akurat dan objektif.
3. terpusat pada masalah atau titik yang sifatnya strategis, dilihat dari segi
penyelenggaraan proyek. Dalam hal ini diperlukan kecakapan memilih titik atau
masalah yang strategis agar penggunaan waktu dan tenaga dapat efisien.
ISBN 979.9243.80.7
243
Hermawan, Suzy Wiramargana, Aprilia Kurniawati, Dimas Kusumawardhana
4. mampu mengetengahkan dan mengkomunikasikan masalah dan penemuan, sehingga
dapat menarik perhatian pimpinan maupun pelaksana proyek yang bersangkutan, agar
tindakan koreksi yang diperlukan dapat segera dilaksanakan.
5. kegiatan pengendalian tidak lebih dari yang diperlukan. Biaya yang dipakai untuk
kegiatan tidak boleh melampaui faedah atau hasil dari pekerjaan tersebut sehingga
perlu dikaji suatu perencanaan pengendalian dan membandingkannya dengan hasil
yang akan diperoleh.
6. dapat memberikan petunjuk berupa perkiraan hasil pekerjaan yang akan datang yang
sangat diperlukan oleh pengelola proyek untuk menentukan langkah pelaksanaan
berikutnya
Waktu atau jadwal merupakan salah satu sasaran utama proyek. Keterlambatan akan
mengakibatkan berbagai bentuk kerugian antara lain penambahan biaya, denda akibat
keterlambatan, kehilangan kesempatan produk yang dihasilkan memasuki pasaran, yang
semuanya akan mempengaruhi pada biaya proyek keseluruhan dan berpengaruh langsung
pada arus kas proyek tersebut. Sedangkan pengendalian biaya itu sendiri meliputi segala
aspek yang berkaitan dengan hubungan antar dana dan kegiatan proyek, mulai dari proses
memperkirakan jumlah kebutuhan dana, memilih sumber serta macam pembiayaan,
pengendalian alokasi pemakaian biaya, sampai kepada akuntansi dan administrasi
pinjaman.
3.1. Pengendalian Biaya
“Pengendalian biaya adalah merupakan langkah akhir dari suatu proyek, yaitu
mengusahakan agar penggunaan dan pengeluaran biaya sesuai dengan perencanaan, berupa
anggaran yang telah ditetapkan (Soeharto, I, 1995).”
Dalam hubungannya dengan pendanaan, pengendalian biaya memegang peranan penting
sehingga koreksi-koreksi pembiayaan harus dilaksanakan secara kontinyu agar
pelaksanaan proyek dapat berjalan dengan lancar tanpa kendala-kendala yang berarti,
terselesaikan sesuai dengan tata kala yang direncanakan, serta menghasilkan suatu produk
dengan mutu yang diharapkan.
Salah satu bentuk pengendalian biaya pada pelaksanaan proyek dapat disajikan berupa
laporan evaluasi koreksi sebagai alat pengendali proyek dalam bidang keuangan
berhubungan erat dengan tingkat likuiditas kontraktor. Penerimaan ini didasarkan pada
uang muka dan angsuran, sedangkan pengeluaran adalah jumlah yang dikeluarkan
kontraktor selama masa konstruksi, dibedakan atas biaya langsung dan biaya tak langsung.
3.2. Pengendalian Jadwal
Seperti diketahui, waktu penyelesaian yang dibutuhkan untuk proses konstruksi selalu
diterakan dalam dokumen kontrak karena akan berpengaruh penting terhadap nilai
pelelangan dan pembiayaan pekerjaannya sendiri. Penetapan jangka waktu proyek terikat
erat dengan pembiayaannya bahkan saling tergantung. Sehingga pengendalian waktu
pelaksanaan konstruksi umumnya dilakukan bersamaan dan tidak terlepas dari
pengendalian biaya. Selama berlangsungnya tahap konstruksi fisik, kontraktor bertanggung
jawab untuk menyiapkan jadwal rencana kerja yang menunjukkan kelayakan metode
pelaksanaan terutama berkaitan dengan sumber daya, kemudian dicantumkan dalam
dokumen kontrak. Jadwal yang ekonomis bagi suatu proyek, yang didasarkan atas biaya
langsung untuk mempersingkat waktu penyelesaian komponen-komponennya.
244
ISBN 979.9243.80.7
Peran Manajemen Konstruksi Terhadap Prestasi Kontraktor pada Proyek Konstruksi Berskala Kecil
4. KOMPONEN KONTRAK
“Kontrak adalah dokumen yang setelah ditandatangani, menjadi kontrak resmi mengikat
kedua belah pihak. Sesudah dipersiapkan dan disusun oleh pemilik, rancangan tersebut
ditambah dengan surat atau dokumen lain akan menjadi paket lelang atau disebut juga
dengan request for proposal-RFP (Soeharto, I, 1995).” Paket ini dikirim kepada peserta
lelang yang telah lulus prakualifikasi untuk diminta mengajukan proposal. Bila dalam
proses lelang terjadi perubahan yang dianggap substansial terhadap isi atau materi
rancangan kontrak, maka hal ini akan ditampung sebagai addendum, yang akan mejadi
bagian dari kontrak resmi.
Komponen-komponen rancangan kontrak:
a. komponen I merupakan pokok-pokok persetujuan, yang memuat: pernyataan
persetujuan kedua belah pihak untuk bekerjasama dalam bentuk kontrak, harga kontrak,
tanggal mulai berlaku (effective date), jadwal penyelesaian pembangunan secara
mekanikal (mechanical completion), jaminan (bond) dan pertanggunggan (guaranties
and warranty), pajak asuransi dan royality, penghentian pekerjaan, pengurangan dan
penambahan pekerjaan, keadaan force majeure, pengaturan hak kepemilikan,
persengketaan, arbitrasi.
b. komponen II merupakan syarat-syarat umum, yang memuat: desain engineering,
pengadaan material dan jasa, konstruksi dan subkontrak, perencanaan, pengendalian
biaya dan jadwal, pengendalian mutu, laporan kemajuan proyek, korespodensi dan
sistem arsip, prosedur persetujuan, keuangan dan pembayaran, penyelesaian dan
penutupan proyek.
c. komponen III merupakan syarat-syarat khusus, yang memuat : pengadaan material dan
jasa yang ditanggung oleh pemilik, lingkup kerja khusus seperti pelatihan (training),
fasilitas sementara, kondisi-kondisi lain yang diluar komponen II yang perlu
diperhatikan oleh kontraktor.
d. komponen IV merupakan uraian lingkup kerja, yang memuat : rincian lingkup
pekerjaan, lingkup kerja desain dan engineering, spesifikasi material dan peralatan,
metode dan kriteria kerja, standar, kode dan satuan ukuran, gambar serta keterangan
singkat.
Nilai kontrak adalah jumlah kompensasi yang dijanjikan kepada kontraktor atas jasa dan
material yang telah diberikan. Sifat dan sistem pembayaran angsuran dari pemilik (owner)
kepada kontraktor ada beberapa macam, tergantung dari kontrak dan perjanjian jenis
proyek yang ditangani. Dalam pelaksanaannya, pembayaran angsuran dari pemilik proyek
kepada kontraktor sering mengalami beberapa kendala sehingga waktu yang digunakan
untuk proses pengajuan, pengecekan administrasi sampai dengan realisasi keuangan
menjadi panjang sehingga dapat dikatakan selalu terlambat.
Dalam praktek biasanya penambahan dan pengurangan pekerjaan ditentukan sebagai
berikut: penambahan dan pengurangan pekerjaan hanya dianggap sah apabila sudah
mendapat persetujuan tertulis, perhitungan penambahan dan pengurangan pekerjaan
dilakukan atas dasar harga yang disetujui bersama, jika tidak tercantum dalam daftar harga
satuan pekerjaan,untuk pekerjaan penambahan dan pengurangan dapat dibuat perjanjian
tambahan (addendum), dan adanya penambahan dan pengurangan pekerjaan tidak dapat
dipakai alasan untuk mengubah waktu penyelesaian pekerjaan
ISBN 979.9243.80.7
245
Hermawan, Suzy Wiramargana, Aprilia Kurniawati, Dimas Kusumawardhana
5. METODE PENELITIAN
Menurut Hermawan (1999), salah satu metode untuk mengukur produktivitas dari
pekerjaan kontraktor di lapangan dan data yang dapat dipakai berupa data historis, seperti
laporan harian, ataupun laporan mingguan. Metode seperti ini disebut method productivity
delay model (MPDM). Soemardi dan Krishna (1997), menilai bahwa method productivity
delay model (MPDM) mempunyai peringkat paling tinggi dibandingkan metode lainnya.
Namun demikian pengukuran dengan metode tersebut memerlukan pengamatan langsung
terhadap obyek studi secara terus menerus. Sebagai alternatif, model pengukuran
berdasarkan data historis dapat digunakan.
5.1. Populasi dan Sample dan Variabel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah proyek konstruksi gedung bertingkat di kota Semarang.
Sedangkan pengambilan sample dilakukan pada pembangunan gedung bertingkat X lantai
tiga. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan harian, mingguan
dan bulanan serta time schedule. Sedangkan variabel terikat adalah prestasi pekerjaan
kontraktor.
6. ANALISIS DATA BOBOT PEKERJAAN TERHADAP PRESTASI
PEKERJAAN
Bobot pekerjaan adalah besarnya volume pekerjaan yang telah dikerjakan oleh kontraktor
di lapangan yang dinyatakan dalam bentuk prosentase pekerjaan. Bobot dalam Time
Schedule adalah bobot prestasi yang sudah terencana dalam time schedule yang diperoleh
dengan membagi total biaya tiap pekerjaan dengan total biaya proyek, sedangkan untuk
bobot prestasi di lapangan diperoleh dari mengukur hasil volume pekerjaan dilapangan
secara kumulatif tiap minggu. Keadaan di lapangan yang sangat mempengaruhi prestasi
pekerjaan kontraktor adalah adanya kesepakatan antara Tim Manajemen Konstruksi di
lapangan dengan Tim Kontraktor bahwa setiap bahan material yang datang di nilai sebagai
prestasi pekerjaan kontraktor dengan persyaratan bahan material tersebut tidak
diperbolehkan keluar dari lokasi proyek. Selama pengamatan yang dilakukan secara terus
menerus bahan material yang disebut sebagai Material On Site adalah besi. Selain itu juga
akan dianalisis prestasi pekerjaan kontraktor di lapangan apabila tidak menilai Material On
Site. Sehingga akan terjadi perbedaan prosentase antara keduanya. Perbedaan inilah yang
akan dianalisis menjadi pengaruh dari Material On Site sebagai kebijakan yang diberikan
tim Manajemen Konstruksi di lapangan. Hal ini tentunya akan memberikan beberapa
keuntungan bagi kontraktor. Berikut ini perhitungan perbandingan analisis progress
prestasi pekerjaan kontraktor di lapangan yang memperhitungkan adanya Material On Site
dan tanpa Material On Site.
6.1. Analisis Perhitungan Perbandingan Prestasi Pekerjaan Kontraktor
Prestasi pekerjaan kontraktor adalah volume atau besarnya pekerjaan yang dilakukan oleh
kontraktor dalam suatu proyek yang dinyatakan dalam bobot prosentase pekerjaan tiap
minggunya. Berdasarkan data lapangan prosentase pekerjaan akan di analisis untuk
mendapatkan suatu perbandingan yaitu antara prosentase pekerjaan yang telah
direncanakan dengan prosentase pekerjaan di lapangan. Adapun kebijakan dari Tim
Manajemen Konstruksi pada proyek pembangunan gedung sekolah Theresiana yang telah
disepakati dengan tim Kontraktor bahwa 50% dari pekerjaan pembesian akan dinilai
246
ISBN 979.9243.80.7
Peran Manajemen Konstruksi Terhadap Prestasi Kontraktor pada Proyek Konstruksi Berskala Kecil
sebagai Material On Site untuk prestasi pekerjaan kontraktor. Sehingga berdasarkan
analisa harga satuan pekerjaan diperoleh 35% untuk setiap pekerjaan yang menggunakan
pembesian. Berdasarkan hasil analisis bobot prosentase pekerjaan kontraktor tersebut maka
akan diketahui hasil bahwa dengan adanya nilai yang diberikan untuk setiap bahan material
yang datang maka akan sangat menguntungkan bagi kontraktor. Untuk lebih jelasnya maka
akan diketahui pada penjelasan di bawah ini:
Tabel 1. Rekapitulasi Perbandingan Antara Time Schedule dengan Prestasi Pekerjaan (%)
Waktu
Minggu VI
Minggu VII
Minggu VIII
Minggu IX
Minggu X
Minggu XI
Minggu XII
Minggu XIII
Minggu XIV
Minggu XV
Minggu XVI
Minggu XVII
Time
Schedule
Prestasi kerja % +
Material On Site
Prestasi Kerja % tanpa
Material On Site
9.248
11.423
13.597
15.772
18.096
22.871
27.473
32.055
16.222
17.629
20.217
22.708
23.792
26.852
31.089
32.270
4.386
7.839
10.969
13.559
14.643
20.024
26.453
28.860
LIBUR LEBARAN
36.637
40.541
37.032
41.175
34.807
37.244
6.2. Perbandingan antara Time Schedule dengan Prestasi Kerja Kontraktor di
lapangan
Berdasarkan dari analisis data bobot prestasi pekerjaan diatas maka hasil prestasi kerja
dinyatakan dalam bentuk grafik kumulatif tiap minggu. Prestasi pekerjaan lapangan
merupakan tolak ukur untuk menilai kinerja kontraktor dalam proyek yang dijalankan.
Dalam hal ini peran sebuah Manajemen Konstruksi di lapangan dengan memberiakn
kelonggaran menghitung Material On Site di lapangan sangat berpengaruh. Terlihat dalam
bentuk grafik di bawah ini yang membandingkan antara prosentase Time Schedule sebagai
prosentase pekerjaan yang direncanakan tiap minggunya dengan prosentase bobot
pekerjaan di lapangan. Dari grafik tersebut maka akan diketahui peran Material On Site
dalam meningkatkan prestasi pekerjaan kontraktor di lapangan. Peran Material On Site
yang diperoleh dalam data adalah pada pekerjaan beton meliputi pekerjaan struktur lantai 1,
2 dan 3 yang diamati dalam 10 (sepuluh) minggu berturut-turut.
45.00
P restasi P ekerjaan (% )
40.00
B
35.00
B’
30.00
25.00
20.00
A
15.00
10.00
5.00
A’
0.00
Minggu VI
Minggu
VII
Minggu
VIII
Minggu IX Minggu X Minggu XI Minggu
XII
Minggu
XIII
Minggu
XVI
Minggu
XVII
Waktu (minggu)
Time Schedule
Prestasi kerja % + Material On Site
Gambar 1. Perbandingan Antara Time Schedule dan Prestasi Pekerjaan Kontraktor
di Lapangan dengan Memperhitungkan Material On Site
ISBN 979.9243.80.7
247
Hermawan, Suzy Wiramargana, Aprilia Kurniawati, Dimas Kusumawardhana
Berdasarkan Gambar 1 diatas terlihat bahwa peran Material On Site cukup besar. Terbukti
dengan adanya kemajuan pekerjaan di lapangan dibandingkan dengan prestasi pekerjaan
yang direncanakan tiap minggunya. Untuk lebih jelasnya, diambil dua titik sebagai analisa
untuk besarnya perbedaan antara time schedule dengan prestasi lapangan ditambah
Material On Site serta penyebab terjadinya perbedaan/selisih tersebut.
Berdasarkan Gambar 1 (titik pertama: A-A’)pada minggu ke VI terjadi selisih yang paling
besar antara prosentase pekerjaan di lapangan dengan prosentase pekerjaan time schedule.
Selisih tersebut disebabkan karena terdapatnya Material On Site untuk pekerjaan struktur
lantai 2 (dua) & 3 (tiga) paling besar yang datang pada minggu ke VI sehingga terjadi
kemajuan prosentase pekerjaan terhadap prosentase time schedule, meskipun terjadi
keterlambatan pekerjaan pada pekerjaan tanah & pasir, struktur bawah dan struktur lantai 1
(satu) tetapi keterlambatan ini dapat tercover dengan adanya Material On Site untuk setiap
pekerjaan struktur.
Untuk titik kedua: B-B’ (sample minggu ke XVI), berdasarkan Gambar 1 pada minggu ke
XVI terjadi selisih yang paling kecil antara prosentase pekerjaan di lapangan dengan
prosentase pekerjaan time schedule. Selisih tersebut disebabkan karena Material On Site
pada lapangan sudah menjadi pekerjaan lapangan dan meskipun masih terdapat Material
On Site tetapi nilainya sangat kecil. Sehingga prosentase pekerjaan di lapangan dengan
prosentase pekerjaan time schedule mengalami penurunan kemajuan prosentase pekerjaaan,
tetapi penurunan prestasi pekerjaan belum menyebabkan keterlambatan pekerjaan.
Sedangkan untuk perbandingan antara prosentase time schedule dengan prestasi pekerjaan
di lapangan yang tidak menggunakan Material On Site dapat diketahui pada gambar
dibawah ini.
45.00
40.00
Prestasi Pekerjaan (%)
35.00
D
30.00
25.00
D’
20.00
15.00
10.00
C
5.00
C’
0.00
Minggu
VI
Minggu
VII
Minggu
VIII
Minggu Minggu X Minggu
IX
XI
Minggu
XII
Minggu
XIII
Minggu
XVI
Minggu
XVII
Waktu (minggu)
T ime Schedule
Prestasi Kerja % tanpa Material On Site
Gambar 2. Perbandingan Antara Time Schedule dengan Prestasi Pekerjaan Kontraktor di
Lapangan Tanpa menghitung Material On Site
Berdasarkan Gambar 2. diketahui terjadi keterlambatan setiap minggunya. Ada beberapa
alasan terjadinya keterlambatan yang disebabkan oleh cuaca dan terbatasnya lahan untuk
alat berat. Untuk lebih jelasnya, diambil dua titik sebagai analisa untuk besarnya perbedaan
antara time schedule dengan prestasi lapangan tanpa Material On Site. Berdasarkan
Gambar 2 (Titik pertama: C-C’) pada minggu ke VI terjadi selisih yang paling besar antara
prosentase pekerjaan di lapangan dengan prosentase pekerjaan time schedule. Selisih
sebesar 4,854% tersebut merupakan keterlambatan pada pekerjaan di lapangan. Selain
disebabkan karena tidak diperhitungkannya Material On Site, keterlambatan ini disebabkan
248
ISBN 979.9243.80.7
Peran Manajemen Konstruksi Terhadap Prestasi Kontraktor pada Proyek Konstruksi Berskala Kecil
oleh sempitnya lahan sehingga alat berat tidak dapat masuk ke lapangan karena pada
minggu ke VI pekerjaan yang sedang berlangsung adalah pekerjaan galian dan juga kondisi
tanah yang ada dilapangan membawa pengaruh atas keterlambatan tersebut.
Untuk titik kedua: D-D’ (sample minggu ke XII), berdasarkan Gambar 2. pada minggu ke
XII terjadi selisih yang paling kecil antara prosentase pekerjaan di lapangan dengan
prosentase pekerjaan time schedule. Selisih 1,021% merupakan keterlambatan pada
pekerjaan di lapangan. Keterlambatan tersebut tidak terlalu besar apabila dibandingkan
dengan keterlambatan pada minggu ke VI karena pekerjaan di lapangan sudah dapat
mengejar target yang direncanakan. Hal ini disebabkan karena tidak adanya keterlambatan
bahan material yang akan digunakan. Dalam hal ini dianalisis peran Manajemen
Konstruksi dalam bentuk Material On Site yang ternyata sangat mempengaruhi prestasi
pekerjaan kontraktor di lapangan. Terbukti dengan adanya perbedaan prestasi pekerjaan
kontraktor di lapangan, dimana terjadi kemajuan pekerjaan yang cukup besar apabila
menggunakan Material On Site, tetapi sebaliknya apabila tidak menggunakan Material On
Site maka akan terjadi keterlambatan pekerjaan. Dengan kemajuan pekerjaan dikarenakan
adanya Material On Site akan memberikan keuntungan bagi kontraktor itu sendiri yaitu
dapat mempercepat tercapainya bobot prestasi untuk memperoleh termin yang telah
disepakati. Bobot prestasi yang telah disepakati dapat dicapai kontraktor pada minggu ke
XII apabila terdapat prosentase untuk Material On Site sedangkan apabila tidak
memberikan bobot untuk Material On Site yang datang maka termin pertama baru dapat
dicapai pada minggu ke XVI yang dalam hitungan waktu satu bulan lebih lama dari
minggu ke XII. Sedangkan bagi pihak manajemen konstruksi dengan adanya material on
site maka tim manajemen konstruksi dapat menampilkan suatu progress yang berada di
atas time schedule. Sehingga terlihat tidak ada keterlambatan untuk setiap pekerjaan. Hal
ini dapat juga dilihat dalam bentuk grafik dibawah ini.
45.00
Prestasi Pekerjaan (%)
40.00
35.00
30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
Minggu
VI
Minggu
VII
Minggu
VIII
Minggu Minggu X Minggu
IX
XI
Minggu
XII
Minggu
XIII
Minggu
XVI
Minggu
XVII
Waktu (minggu)
Prestasi kerja % + Material On Site
Prestasi Kerja % tanpa Material On Site
Gambar 3. Perbandingan Antara Prestasi Pekerjaan Kontraktor di lapangan dengan
menghitung Material On Site dan tanpa Material On Site
6.3. Analisa Perhitungan Perbandingan antara Biaya Rencana dan Biaya di
Lapangan
Sebagai langkah analisa selanjutnya adalah membandingkan antara biaya di lapangan
dengan biaya rencana awal. Dengan adanya hasil perbandingan tersebut diharapkan dapat
diketahui besar kecilnya manfaat Material On Site terhadap efisiensi biaya dan bobot
pekerjaan pada proyek tersebut serta pengaruhnya terhadap waktu pencapaian termin I
(pertama) yang sudah direncanakan oleh proyek tersebut. Berdasarkan hasil analisa diatas
ISBN 979.9243.80.7
249
Hermawan, Suzy Wiramargana, Aprilia Kurniawati, Dimas Kusumawardhana
maka perbandingan antara biaya rencana dengan biaya di lapangan dapat dilihat dalam
bentuk tabel dan grafik dibawah ini.
Tabel 2. Rekapitulasi Perbandingan Antara Biaya Rencana dengan Biaya di Lapangan
Biaya Rencana Awal Proyek
WAKTU
Biaya Rencana
Kumulatif tiap
minggu
Time
Schedule
Biaya di Lapangan
Prestasi
kerja %
+
Material
On Site
Harga Satuan
Bahan x Volume
Harga Satuan
Upah x Volume
Jumlah Harga
Pekerjaan
Minggu VI
9.248
Rp
195,747,657.59
16.222
Rp 159,549,414.65
Rp 41,927,952.82
Rp 201,477,367.47
Minggu VII
11.423
Rp
241,772,189.55
17.629
Rp 21,372,674.91
Rp 8,032,690.16
Rp 29,405,365.07
Minggu VIII
13.597
Rp
287,796,721.52
20.217
Rp 44,178,479.08
Rp 10,762,073.30
Rp 54,940,552.38
Minggu IX
15.772
Rp
333,821,253.48
22.708
Rp 28,261,638.92
Rp 11,516,274.47
Rp 39,777,913.39
Rp 27,275,338.54
Minggu X
18.096
Rp
383,012,154.72
23.792
Rp 15,555,081.91
Rp 11,720,256.63
Minggu XI
22.871
Rp
484,077,751.47
26.852
Rp 38,642,794.33
Rp 10,224,855.15
Rp 48,867,649.48
Minggu XII
27.473
Rp
581,481,704.61
31.089
Rp 74,078,340.16
Rp 15,564,315.21
Rp 89,642,655.37
Minggu XIII
32.055
Rp
678,464,462.91
32.270
Rp 18,521,002.16
Rp 4,952,742.37
Rp 23,473,744.53
Minggu XIV
LIBUR LEBARAN
Minggu XV
Minggu XVI
36.637
Rp
775,447,221.20
37.032
Rp 80,394,396.39
Rp 12,945,303.31
Rp 93,339,699.70
Minggu XVII
40.541
Rp
858,062,790.59
41.175
Rp 67,881,832.46
Rp 11,202,760.86
Rp 79,084,593.32
PERBANDINGAN BIAYA
Rp900,000,000.00
Rp800,000,000.00
Biaya Pekerjaan
Rp700,000,000.00
Rp600,000,000.00
Rp500,000,000.00
Rp400,000,000.00
Rp300,000,000.00
Rp200,000,000.00
Rp100,000,000.00
Minggu
VI
Minggu
VII
Minggu
VIII
Minggu
IX
Minggu
X
Minggu
XI
Minggu
XII
Minggu
XIII
Minggu
XVI
Minggu
XVII
WAKTU (Minggu)
Biaya Rencana (T ime Schedule) Kumulatif tiap minggu
Biaya di Lapangan Kumulatif tiap minggu
Gambar 4. Perbandingan Antara Biaya Pekerjaan di Lapangan dengan Biaya Rencana
Proyek
Berdasarkan pada Gambar 4 diatas maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan Material
On Site pada pekerjaan di lapangan memberikan efisiensi dalam biaya yang dikeluarkan
kontraktor tetapi memberikan tingkat prestasi kerja yang lebih cepat dari pada prestasi
kerja time schedule. Dengan kecepatan waktu yang diakibatkan oleh pengaruh dari
Material On Site maka termin I (pertama) yang sudah disepakati akan dibayar pada saat
prestasi pekerjaan mencapai 30% akan diperoleh pada minggu ke XII (dua belas)
sedangkan menurut rencana dalam time schedule baru akan diperoleh pada minggu ke XIII
(tiga belas). Melihat hasil perbandingan tersebut maka Material On Site memberikan
pengaruh berupa faktor kecepatan dan faktor efisiensi sedangkan pengaruh yang dialami
oleh tim Manajemen Konstruksi dilapangan itu sendiri berupa faktor keamanan dalam
setiap progress pekerjaan. Berdasarkan hasil analisa diatas juga dapat diketahui
kemampuan dari kontraktor dalam mengeluarkan biaya pra termin. Dapat dilihat pada
250
ISBN 979.9243.80.7
Peran Manajemen Konstruksi Terhadap Prestasi Kontraktor pada Proyek Konstruksi Berskala Kecil
Tabel 2. bahwa berdasarkan prosentase pada time schedule dan biaya kontrak yang
disepakati, dapat diketahui bahwa sebelum termin I (pertama) tercapai maka kontraktor
diharapkan memiliki kemampuan mengeluarkan biaya proyek sebesar Rp. 678.464.462,91
sampai pada minggu ke XIII (tiga belas) sesuai jadwal proyek. Tetapi pada kenyataan di
lapangan, setelah dianalisis diketahui bahwa biaya yang dikeluarkan kontraktor lebih kecil
dari biaya rencana yaitu sebesar Rp. 491.386.841,7 dan akan mendapatkan termin I
(pertama) lebih cepat dari rencana yaitu pada minggu ke XII (dua belas). Dalam hal ini
kebijakan dari tim Manajemen Konstruksi dilapangan dalam memberikan kelonggaran
terhadap penilaian Material On Site membawa pengaruh faktor kecepatan dan faktor
efisiensi pada proyek tersebut.
7. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan tentang
pengaruh dari Manajemen Konstruksi terhadap prestasi pekerjaan kontraktor di lapangan,
sebagai berikut:
1. dengan adanya sebuah tim Manajemen Konstruksi di lapangan maka dapat
mengendalikan seluruh kinerja setiap pekerjaan dilapangan,
2. peranan dari tim Manajemen Konstruksi dengan memberikan kebijakan untuk
menghitung setiap bahan material yang datang (Material On Site) sebagai prestasi
pekerjaan kontraktor sangat berpengaruh besar terhadap progress yang dihasilkan
sehingga dapat menutupi keterlambatan pada setiap pekerjaan,
3. dengan adanya Material On Site tidak berpengaruh pada biaya proyek. Berdasarkan
hasil analisis, biaya yang keluarkan apabila menggunakan Material On Site lebih kecil
daripada biaya rencana,
4. berdasarkan pengaruh Material On Site pada peningkatan progress maka akan
mempercepat waktu tercapainya termin,
5. peningkatan progress setiap pekerjaan memberikan keuntungan bagi kontraktor dalam
pencapaian termin pembayaran sedangkan keuntungan yang diperoleh bagi tim
Manajemen Konstruksi adalah tercapainya faktor-faktor keberhasilan proyek,
8. DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, (2006), Dokumen Proyek Pembangunan Gedung X Semarang.
2. Barrie, D.S. (1987), Manajemen Konstruksi Profesional, PT. Erlangga, Jakarta.
3. Dipohusodo, I. (1996), Manajemen Proyek dan Konstruksi Jilid I dan II, Kanisius,
Yogyakarta.
4. Djumialdi (1996), Hukum Bangunan, Rineka Cipta, Jakarta.
5. Narbuko, C. (2002), Metodologi Penelitian, Bumi Aksara, Jakarta.
6. Pribadi, T. dan Pribadi, Khrisna. S, 27-28 March 2002 , Cash Flow Structure in
Indonesian Small Scale Contractors, Proceeding International Conference On
Advancement in Design, Construction, Construction Management And Management of
Building Structures. Bali.
ISBN 979.9243.80.7
251
Hermawan, Suzy Wiramargana, Aprilia Kurniawati, Dimas Kusumawardhana
7. Soeharto, I. (1999), Manajemen Proyek Jilid I, PT. Erlangga, Jakarta.
8. Soeharto, I. (2001), Manajemen Proyek Jilid II, PT. Erlangga, Jakarta.
9. Soeharto, I. (2002), Studi Kelayakan Proyek Industri, PT. Erlangga, Jakarta.
252
ISBN 979.9243.80.7
Download