Bidang JINAYAH di MAHKAMAH SYAR`IYAH

advertisement
PERADILAN SYARIAT ISLAM DI
ACEH
Yeni Salma Barlinti
FHUI, Juli 2012
Qanun Peradilan Syariat Islam
No. 10 Th 2002




Tugas pokok dan fungsi Mahkamah Syar’iyah adalah
menerima, memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkaraperkara antara orang-orang Islam di bidang al-ahwal alsyakhshiyah (hukum keluarga), muamalah (perdata) dan jinayah
(pidana).
Bidang al-ahwal al-syakhshiyah meliputi masalah perkawinan,
kewarisan, dan wasiat.
Bidang mu’amalah antaranya meliputi masalah jual beli, utang
piutang, qiradh (permodalan), bagi hasil, pinjam-meminjam,
perkongsian, wakilah, penyitaan, gadai, sewa menyewa,
perburuhan.
Bidang jinayah ada tiga, yaitu hudud, qishas dan ta’zir. Hudud
meliputi masalah zina dan menuduh berzina (qadhaf), mencuri
dan merampok, minuman keras dan napza, murtad. Qishas
meliputi masalah pembunuhan dan penganiayaan. Ta’zir meliputi
masalah judi, penipuan, pemalsuan, khalwat serta meninggalkan
salat dan puasa.
Kewenangan Mahkamah
Syar’iyah

Keputusan Ketua MA ttg Pelimpahan Sebagian
Kewenangan dari Peradilan Umum kepada Mahkamah
Syar’iyah di Provinsi NAD No. KMA/070/SK/X/2004:


Melimpahkan sebagian kewenangan di bidang muamalah
dari Peradilan Umum di Prov NAD kpd Mahkamah
Syar’iyah di Prov NAD yg telah ditetapkan dalam Qanun
Melimpahkan sebagian kewenangan di bidang jinayah dari
Peradilan Umum di Prov NAD kpd Mahkamah Syar’iyah di
Prov NAD yg telah ditetapkan dalam Qanun
Kompetensi Absolut MAHKAMAH
SYAR’IYAH
Pasal 128 ayat (3) UU 11/2006
• Mahkamah Syar’iyah berwenang memeriksa, mengadili,
memutus, dan menyelesaikan perkara yang meliputi
bidang
ahwal al-syakhsiyah (hukum keluarga),
• muamalah (hukum perdata), dan
• jinayah (hukum pidana) yang didasarkan atas syari’at
Islam
 diatur lebih lanjut dalam Qanun Aceh
•
Bidang JINAYAH di MAHKAMAH
SYAR’IYAH
Pasal 129 UU 11/2006
 Dalam hal terjadi perbuatan jinayah yang dilakukan oleh
dua orang atau lebih secara bersama-sama yang di
antaranya beragama bukan Islam, pelaku yang beragama
bukan Islam dapat memilih dan menundukkan diri secara
sukarela pada hukum jinayah
 Setiap orang yang beragama bukan Islam melakukan
perbuatan jinayah yang tidak diatur dalam KUHP atau
ketentuan pidana di luar KUHP berlaku hukum jinayah
(Qanun)
 Terhadap penduduk Aceh yang melakukan perbuatan
jinayah di luar Aceh berlaku KUHP
Qanun yang mengatur Kewenangan
Mahkamah Syar’iyah di Prov NAD

Minuman khamr dan sejenisnya
(Qanun Prov NAD No. 12/2003; InGub Prov NAD
04/INSTR/2002; SEGub Prov NAD 536/20976)

Maysir (perjudian)
(Qanun Prov NAD No. 13/2003)

Khalwat (mesum)
(Qanun Prov NAD No. 14/2003 & InGub Prov NAD
05/INSTR/2002)

Pengelolaan zakat
(Qanun Prov NAD No. 7/2004; SGub DI Aceh
4451.12/1227370)
WILAYATUL HISBAH

Wilayatul hisbah adalah lembaga yang bertugas membina,
mengawasi, dan melakukan advokasi terhadap pelaksanaan
amar ma’ruf nahi munkar.
QANUN TENTANG KHAMAR


Qanun Provinsi NAD No. 12 Tahun 2003 tentang Minuman
Khamar dan Sejenisnya
Larangan:



Setiap orang yang mengonsumsi minuman khamar dan sejenisnya (Psl
5) (1)
Setiap orang atau badan hukum/badan usaha, (2) orang atau badan
hukum/badan usaha yang turut serta membantu, atau (3) badan
hukum atau badan usaha yang dimodali atau mempekerjakan tenaga
asing: memproduksi, menyediakan, menjual, memasukkan,
mengedarkan, mengangkut, menyimpan, menimbun,
memperdagangkan, menghadiahkan dan mempromosikan minuman
khamar dan sejenisnya (Psl 6 dan 7)
Instansi yang berwenang menerbitkan izin usaha hotel, penginapan,
losmen, wisma, bar, restoran, warung kopi, rumah makan, kedai, kios,
dan tempat lain melakukan legalisasi penyediaan minuman khamar
dan sejenisnya (Psl 8)
Ketentuan ‘Uqubat


40 kali cambuk  bagi setiap orang yang mengonsumsi
minuman khamar dan sejenisnya (Psl 5)  ‘uqubat hudud
Kurungan paling lama 1 tahun, paling singkat 3 bulan atau denda
paling banyak Rp75.000.000,-, paling sedikit Rp25.000.000,(disetor langsung ke Kas Baitul Mal)  (‘uqubat ta’zir) bagi (Psl
6-8):




Setiap orang atau badan hukum/badan usaha,
Orang atau badan hukum/badan usaha yang turut serta membantu,
atau
Badan hukum atau badan usaha yang dimodali atau mempekerjakan
tenaga asing, atau
Instansi yang berwenang menerbitkan izin usaha hotel, penginapan,
losmen, wisma, bar, restoran, warung kopi, rumah makan, kedai, kios,
dan tempat lain
QANUN TENTANG MAISIR


Qanun Provinsi NAD No. 13 Tahun 2003 tentang Maisir
(Perjudian)
Larangan:




Setiap orang dilarang melakukan perbuatan maisir (Psl 5)
Setiap orang atau badan hukum atau badan usaha dilarang
menyelenggarakan dan atau memberikan fasilitas kepada orang
yang akan melakukan perbuatan maisir
Setiap orang atau badan hukum atau badan usaha dilarang
menjadi pelindung terhadap perbuatan maisir (Psl 6)
Instansi Pemerintah, dilarang memberi izin usaha
penyelenggaraan maisir
Ketentuan ‘Uqubat


‘Uqubat cambuk paling banyak 12 kali, paling sedikiti 6 kali
 pelanggaran terhadap Pasal 5 yaitu melakukan
perbuatan maisir
Denda paling banyak Rp35.000.000,-, paling sedikit
Rp15.000.000,-  pelanggaran terhadap Pasal 6 dan 7
QANUN TENTANG KHALWAT


Qanun Provinsi NAD No. 14 Tahun 2003 tentang Khalwat
(Mesum)
Larangan:


Setiap orang dilarang melakukan khalwat/mesum (Psl 5)
Setiap orang atau kelompok masyarakat atau aparatur
pemerintahan dan badan usaha dilarang memberikan
kemudahan dan atau melindungi orang melakukan
khalwat/mesum (Psl 6)
Ketentuan ‘Uqubat

Pelanggaran terhadap Pasal 5



Dicambuk paling tinggi 9 kali, paling sedikit 3 kali, atau
Denda paling banyak Rp10.000.000,-, paling sedikit
Rp2.500.000,-
Pelanggaran terhadap Pasal 6


Kurungan paling lama 6 bulan, paling singkat 2 bulan, dan atau
Denda paling banyak Rp15.000.000,-, paling sedikiti
Rp5.000.000,-
QANUN TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT




Qanun Provinsi NAD No. 7 Tahun 2004 tentang
Pengelolaan Zakat
Ketentuan zakat (Pasal 3):
(1) Setiap orang yang beragama Islam dan atau Setiap
badan yang berdomisili atau melakukan kegiatan usaha
dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, yang
memenuhi syarat sebagai muzakki, wajib membayar., zakat
melalui Badan Baitul Mal.
(2) Setiap muzakki wajib mengeluarkan zakat dari jenis
penghasilan dan atau zakat tabungan jumlahnya
berdasarkan nisab, qadar, dan haul dari masing-masing jenis
harta tersebut.
Ketentuan ‘Uqubat


Pasal 37
Setiap orang yang beragama Islam atau badan usaha milik
orang Islam, yang setelah jatuh tempo (haul), tidak
membayar zakat atau membayar tetapi tidak menurut
yang sebenarnya, sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat
(1), dihukum karena melakukan jarimah ta’zir dengan
‘uqubat berupa denda paling banyak dua kali nilai
zakat yang wajib dibayarkan, paling sedikit satu
kali nilai zakat yang wajib dibayarkan dan juga
membayar seluruh biaya sehubungan dengan
dilakukan audit hukum
Cont’d



Pasal 38
(1) Barang siapa yang membuat surat palsu atau memalsukan surat
Badan Baitul Mal yang dapat menerbitkan sesuatu hak, sesuatu
kewajiban atau pembebasan hutang, atau yang dapat dipergunakan
sebagai keterangan sesuatu perbuatan, dengan maksud akan
menggunakan atau menyuruh orang lain menggunakannya seolaholah surat itu asl i dan t idak dipalsukan, dihukum karena pemalsuan
sur a t dengan uqubat ta'zi r berupa cambuk paling banyak tiga
kali, paling sedikit satu kali.
(2) Barang siapa dengan sengaja menggunakan surat palsu atau yang
dipalsukan seolah-olah surat itu asli dan tidak dipalsukan, yang dapat
menimbulkan kerugian bagi Badan Baitul Mal atau Muzakki, mustahiq
atau kepentingan lain, dihukum karena menggunakan surat palsu atau
yang dipalsukan dengan uqubat ta'zi r berupa cambuk pal ing
banyak tiga kali, paling sedikit satu kali dan mengganti
kerugian akibat perbuatan tersebut.
Cont’d




Pasal 39
Barang siapa yang melakukan, turut melakukan atau membantu
melakukan penggelapan zakat atau harta agama lain yang
seharusnya diserahkan kepada Baitul Mal, dihukum karena
penggelapan, dengan uqubat ta'zir berupa cambuk sebanyak
tiga kali, paling sedikit satu kali dan denda paling
banyak dua kali, paling sedikit satu kali dari nilai zakat
atau harta lainnya yang digelapkan.
Pasal 40
Petugas Baitul Mal yang menyalurkan zakat kepada orang yang
tidak berhak, dihukum karena melakukan jarimah
penyelewengan pengelolaan zakat dengan uqubat ta’zir berupa
cambuk paling banyak empat kali dan paling sedikit
dua kali.
Cont’d




Pasal 41
Dalam hal jarimah sebagaimana di atur dalam pasal 37, 38,
dan 39 dilakukan oleh badan sebagaimana dimaksud pada
pasal 3 ayat (1), uqubatnya dijatuhkan kepada pimpinan
atau pengurus badan tersebut sesuai dengan tanggung
jawabnya.
Pasal 42
Zakat yang telah dikumpulkan oleh orang yang tidak
berwenang atau diterima oleh orang yang tidak berhak
sebagaimana dimaksud pasal 39 dan 40 wajib dikembalikan
kepada muzakki atau Badan Baitul Mal.
‘Uqubat



Pengulangan pelanggaran terhadap larangan khamar adalah
‘uqubatnya dapat ditambah 1/3 dari ‘uqubat maksimal (Psl
29)
Pelanggaran yang dilakukan oleh badan hukum atau badan
usaha, ‘uqubatnya dikenakan kepada penanggung jawab dan
dapat juga dikenakan ‘uqubat administratif dengan
mencabut atau membatalkan izin usaha yang telah
diberikan (Psl 30)
Denda yang dibayarkan langsung disetor ke Kas Baitul Mal,
jika belum terbentuk maka disetor ke Kas Daerah
Pelaksanaan Cambuk



‘Uqubat cambuk dilakukan oleh seorang petugas yang
ditunjuk oleh Jaksa Penuntut Umum
Pelaksanaan ‘uqubat dilakukan setelah putusan hakim
mempunyai kekuatan hukum tetap
Pelaksanaan ‘uqubat dapat ditunda apabila berdasar
penetapan Kepala Kejaksaan bahwa terdapat hal yang
membahayakan setelah mendapat keterangan dokter yang
berwenang
Cont’d




‘Uqubat cambuk dilakukan di tempat yang dapat
disaksikan orang banyak dengan dihadiri Jaksa Penuntut
Umum dan dokter yang ditunjuk
Alat cambuk adalah rotan berdiameter 0,75 – 1cm,
panjang 1 m, dan tidak mempunyai ujung ganda/belah
Pencambukan dilakukan pada bagian tubuh, kecuali kepala,
muka, leher, dada, dan kemaluan
Kadar cambukan tidak sampai melukai
Cont’d




Bagi terhukum laki-laki dicambuk dalam posisi berdiri
tanpa penyangga, tanpa diikat, dan memakai baju tipis yang
menutup aurat
Bagi terhukum perempuan dicambuk dalam posisi duduk
dan ditutup kain di atasnya
Bagi terhukum perempuan yang sedang hamil dilakukan
setelah 60 hari yang bersangkutan melahirkan
Apabila selama pencambukan timbul hal yang
membahayak terhukum berdasar pendapat dokter yang
ditunjuk, maka sisa cambukkan ditunda sampai dengan
waktu yang memungkinkan
Download