Pengembangan Laboratorium Virtual Pada Praktikum Hukum Dasar Kimia di SMK N 1 Betara Development of Virtual Laboratory Experimen Law In Basic Chemicals in SMK N 1 Betara Peri Oktiarmi1) 1 SMA N 3 Kota Jambi Email: [email protected] ABSTRACT The purpose of this study was to develop a medium of learning in class X of chemical materials on the subject of the basic law of chemistry-oriented in developing and improving students' science process skills in the laboratory. This type of research used in this research is the development of research and development model used is ADDIE, which stands Analyze (analysis), Design (Design), Develop (Development), Implement (Implementation) and Evaluate (Evaluation). Based on the assessment conducted by the validator and the teachers, the media developed is feasible and can be applied to students of class X SMK. Researchers tested the results show that students can respond properly applied media. Media can be used by students who have varying abilities, but the students who have a weak ability to understand the problems need guidance from teachers. Keywords Subject : Experimen, basic law of chemistry, Virtual Laboratory ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan media pembelajaran pada materi kimia kelas X pada pokok bahasan hukum dasar kimia yang berorientasi dalam mengembangkan dan meningkatkan keterampilan proses sains siswa di laboratorium. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan dan model pengembangan yang digunakan yaitu ADDIE, yang merupakan singkatan dari Analyze (analisis), Design (Desain), Develop (Pengembangan), Implement (Penerapan) dan Evaluate (Evaluasi). Berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh validator dan guru, media yang dikembangkan sudah layak dan dapat diterapkan untuk siswa kelas X SMK. Hasil yang diuji coba peneliti menunjukkan bahwa siswa dapat merespon dengan baik media yang diterapkan. Media tersebut dapat digunakan oleh siswa yang memiliki kemampuan bervariasi, tapi pada siswa yang memiliki kemampuan lemah untuk memahami soal membutuhkan bimbingan dari guru. Kata Kunci : Praktikum, Hukum Dasar Kimia , Laboratorium Virtual A. PENDAHULUAN Di dalam ilmu kimia, terdapat tiga level representasi yaitu makroskopik, submikroskopik, dan simbolik. Representasi makroskopik diperoleh melalui observasi dari fenomena yang dapat dilihat dan dirasakan oleh indera atau bisa menjadi pengalaman sehari-hari peserta didik. Sifat dari representasi makroskopik adalah nyata. Sebagai contoh: warna, nyala lampu, pembentukan endapan, dan pembentukan gas. Representasi submikroskopik memberikan penjelasan pada tingkat partikulat. Submikroskopik erat kaitannya dengan model teoritis yang mendasari penjelasan dinamika tingkat partikel (atom, molekul, dan ion). Sebagai contoh, proses pemecahan ion natrium klorida oleh molekul polar air dan reaksi kesetimbangan dari larutan asam/basa lemah. Representasi simbolik untuk mengidentifikasi entitas (seperti zat terlibat dalam reaksi kimia) dengan simbolis kualitatif dan kuantitatif, seperti Pada prakteknya siswa menghadapi kesulitan dalam mempelajari hukum dasar kimia . Kesulitan ini bermula pada guru baik dalam pemanfaatan media pembelajaran maupun kegiatan belajar yang cenderung bersifat konvensional atau verbal. Seringnya guru menggunakan metode ceramah mengakibatkan siswa sulit memaknai konsep hukum dasar kimia secara memadai, bahkan yang terjadi yaitu siswa cenderung terpaksa menghapal materi. Hal ini bertentangan dengan salah satu tujuan pembelajaran yaitu melakukan untuk kerja serta menerapkan materi yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Berbeda dengan konteks pembelajaran di kelas, kegiatan praktikum di laboratorium sangat berperan dalam menunjang keberhasilan proses belajar sains (Amien, 1988). Melalui kegiatan praktikum, siswa dapat mempelajari sains melalui pengamatan langsung terhadap gejala-gejala maupun proses-proses sains, dapat melatih keterampilan berfikiri lmiah, dapat menanamkan dan mengembangkan sikap ilmiah, dapat menemukan dan memecahkan berbagai masalah melalui metode ilmiah dan sebagainya .Oleh karena itu penilaian pembelajaran melalui kegiatan praktikum di laboratorium lebih diarahkan pada penilaian keterampilan proses sains. Teori konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya sendiri, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi konitif yang lain, seperti teori Bruner ( Trianto, 2010). Menurut teori konstruktivisme, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut (Nur dalam Trianto, 2010 Berdasarkan uraian di atas, untuk membelajarkan materi kimia terutama pada praktikum yang mempunyai cakupan yang sangat kompleks perlu dikembangkan seperangkat media pembelajaran kimia dalam bentuk Laboratorium Virtual kelas X Tehnik Pengelasan SMK. Salah satunya menggunakan program Adobe Flash 6 Program ini merupakan software yang dirancang untuk membuat aplikasi dengan hasil yang mempunyai ukuran yang kecil dan dapat digunakan untuk mengembangkan bahan ajar seperti kuis atau simulasi melalui Actionscript 3.0 yang dibawanya. B. METODE PENGEMBANGAN Penelitian ini termasuk jenis penelitian pengembangan Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ADDIE menggunakan 5 tahap pengembangan yakni Analysis (Analisis), Design (desain / rancangan), Development (pengembangan), Implementation (Implementasi/ eksekusi) dan Evaluasi (evaluasi). Analisis ; Tahap analisis merupakan tahap yang penting dalam model ADDIE. Tahap ini terdiri dari dua langkah, yaitu needs assesment dan front-end analysis, penilaian kebutuhan merupakan proses sistematis untuk menentukan tujuan akhir Proses yang dilakukan pada tahap ini adalah, mengidentifikasi kebutuhan yang ada di lapangan, menentukan pekerjaan, pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk melengkapi pekerjaan dengan sempurna, mengurutkan tujuan pengembangan modul berdasarkan tingkat kepentingan, mengidentifikasi perbedaan, bagaimana kinerja yang diharapkan dan kinerja sebenarnya yang dihadapi dalam mencapai perbedaan tujuan, menyusun prioritas tindakan, menetapkanya dengan latar belakang tujuan pekerjaan, hasil yang diinginkan, dan faktorfaktor lain yang relevan. Pada analisis awal akhir peneliti menganalisis siswa, menganalisis audiens, menganalisis insiden penting, menganalisis situasional, menganalisis objektifitas, menganalisis biaya dan manfaat, menganalisis teknologi, menganalisis data, menganalisis media Desain; bertujuan untuk mengidentifikasi hal yang berkaitan dengan tujuan produk, dimana pada tahap awal dilakukan penentuan jadwal akan dilakukan pengembangan, tim kerja, spesifikasi desain dan pembuatan materi yang digunakan pada media yang digunakan., didalam media Peneliti menggunakan lima konsep, yaitu indikator asam basa, membuat grafiik titrasi, titrasi asam kuat dan basa kuat, penentuan kadar asam cuka dan penentuan ph larutan. Pengembang dan Implementasi ; Berdasarkan prosedur pengembangan maka pada tahap pelaksanaan pengembangan perlu dilakukan ujicoba yaitu untuk mendapatkan pendapat atau tanggapan mengenai kelayakan media yang dikembangkan. Sebelum produk yang dikembangkan diuji cobakan, produk ini terlebih dahulu divalidasi oleh tim ahli, yaitu ahli media dan ahli materi. Setelah dapat validasi dari tim ahli dilakukanlah revisi produk. Revisi produk dikatakan selesai apabila saran-saran validasi dari tim ahli sudah di anggap baik, dan setelah itu baru tahap uji coba kelompok kecil dilakukan. Uji coba produk dilakukan untuk mendapatkan tanggapan mengenai produk yang dihasilkan melalui angket. Evaluasi; evaluasi yang dilakukan oleh tim ahli media dan materi untuk mengevaluasi desain dan isi produk, setelah produk didesain dan dikembangkan oleh penulis, selanjutnya dievaluasi oleh tim ahli media dan materi guna mendapatkan saran dan perbaikan terhadap produk. Kemudian produk direvisi sesuai dengan saran dan masukan dari tim ahli media dan materi sampai produk dinyatakan baik dan layak untuk diuji cobakan dan evaluasi dapat dilakukan disetiap tahap. Jenis data yang diambil yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari tanggapan dan saran yang diberikan oleh tim ahli maupun praktisi. Data kuantitatif didapat dari instrumen respon siswa terhadap media pembelajaran Kimia dengan menggunakan program Adobe Flash CS4 Profesional yang telah dibuat. Instrumen yang digunakan berupa lembar validasi dari tim ahli serta angket respon guru dan siswa terhadap media pembelajaran Kimia dengan menggunakan program Adobe Flash CS4 Profesional. Data yang diperoleh melalui lembar validasi dan angket respon guru merupakan data kuantitatif yaitu berupa tanggapan, saran, atau masukan yang dihimpun dan disarikan untuk perbaikan bahan ajar praktikum. Kemudian data yang diperoleh dari angket bahan ajar digunakan untuk melihat bagaimana tanggapan guru dan siswa terhadap media yang telah dikembangkan.Angket siswa terdiri dari beberapa pernyataan aspek penilaian, setiap aspek memiliki skor maksimum 5 dan minimum 1. Data respon siswa dianalisis menggunakan 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑡𝑒𝑚 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 persamaan berikut (Riduwan, 2010 :87) 𝑥 100 % 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 Keterangan % nilai : 81 % - 100 % = Sangat Baik 61 % - 80 % = Baik 41 % - 60 % = Cukup 21 % - 40 % = Kurang 0 % - 20 % = Sangat Kurang C. HASIL DAN PEMBAHASAN; Analisis dilakukan di SMK N 1 Betara, penelitii juga melakukan observasi disekolah, kebutuhan sekolah guna melihat kondisi alat yang tersedia. Peneliti melihat bahwa sekolah memiliki beberapa alat standar yang dapat digunakan untuk praktikum, seperti gelas kimia, pipet tetes, tabung reaksi, dan gelas ukur, namun dalam jumlah yang terbatas. Beberapa stok bahan kimia juga tersedia dilaboratorium baik berupa padatan maupun cairan, hanya saja persedianya sedikit dan beberapa zat tidak diketahui identitasnya. Ketiadaan lemari asam juga membuat zat cair yang tersedia tidak tersimpan dengan baik dan jarang digunakan saat praktikum. Terbatasnya alat dan sumber daya yang tersedia membuat peneliti memutuskan hanya menggunakan sembilan orang siswa saja sebagai subjek uji coba. Selain itu jumlah subjek uji coba yang seidikit membuat peneliti lebih mudah mengamati aktivitas yang mereka lakukan selama praktikum. Karakteristik kemampuan siswa SMK N 1 Betara yang heterogen juga membuat peneliti membagi kesembilan subjek uji coba tersebut menjadi tiga kelompok dengan tingkat kemampuan yang berbeda, guna melihat tingkat kemampuan manakah pada praktikum kimia dapat diterima dengan baik.. Tahap pertama peneliti menjelaskan bagaimana cara menggunakan media praktikum kimia yang telah dibuat. Kemudian setiap siswa diminta untuk memahami tujuan praktikum yang telah tercantum di dalam media agar mereka tahu hasil akhir yang diharapkan dari praktikum. Selanjutnya siswa diminta untuk memahami konsep dasar pada media sebagai bekal pengetahuan mereka sebelum melaksanakan praktikum. Ketika siswa sudah memahami konsep dasar yang diberikan, peneliti memberikan waktu kepada siswa untuk menjawab permasalahan yang ada sebagai langkah motivasi awal mereka sebelum melakukan praktikum. Kemudian setiap kelompok mulai melakukan praktikum menggunakan media praktikum kimia, serta menjawab soal-soal yang telah disediakan. Ternyata virtual lab praktikum hukum dasar kimia berbasis multimedia interaktif ini dapat diterima dan dipahami oleh siswa dengan baik. Peneliti juga melakukan pengamatan selama uji coba berlangsung. Berdasarkan pengamatan peneliti selama uji coba, setiap siswa tampak serius dalam melakukan praktikum. Mereka berusaha mengikuti arahan yang disajikan di dalam media dengan baik serta melakukan praktikum dengan tertib. Siswasiswa kelompok A (tingkat kemampuan baik) mampu bekerja sendiri tanpa banyak bertanya dengan teman, guru maupun peneliti. Mereka tampak tidak mengalami kesulitan selama melakukan praktikum. Dalam hal memahami soal-soal analisis siswa-siswa kelompok A terlihat bisa memahami pertanyaan dengan baik, jawaban yang diberikan cukup sesuai dengan yang diharapkan hanya saja mereka belum terlatih untuk memberikan jawaban secara rinci. Pada praktikum, siswa-siswa pada kelompok B (kemampuan sedang) terlihat masih sedikit ragu-ragu ketika mengikuti langkah kerja yang disajikan pada media praktikum, hal ini ditunjukkan dengan sering bertanya sebelum bertindak guna meyakinkan bahwa prosedur yang mereka pahami sudah benar. Kelompok B juga kurang teliti dalam melakukan praktikum. Namun pada praktikum selanjutnya, mereka sudah lebih percaya diri dan tangkas dalam praktikum sehingga mampu menyelesaikan praktikum lebih dulu dibandingkan kelompok lainnya. Siswa-siswa kelompok B cukup mampu memahami soalsoal analisis, hanya saja mereka kurang teliti dalam menjawab soal dan belum terlatih untuk menjelaskan jawaban secara rinci. Sama halnya dengan siswa-siswa di kelompok B, awalnya siswa-siswa kelompok C (kemampuan kognitif lemah) juga sedikit ragu dalam memahami langkah kerja yang disajikan pada media praktikum dan sering bertanya pada guru dan peneliti. Kelompok C juga ceroboh ketika melakukan praktikum. Pada praktikum selanjutnya, mereka sudah mengalami peningkatan dalam memahami langkah kerja praktikum. Kelompok C memang terkesan lambat dalam melakukan percobaan, tapi hasil yang mereka peroleh tak kalah bagusnya dengan kelompok lain. Pada percobaan pertama bagian D (penentuan kadar asam cuka), kelompok C mampu mendapatkan hasil yang lebih baik dari kelompok lainnya. Kelemahan siswa kelompok C terjadi pada saat memahami soal analisis. Kelompok C membutuhkan panduan khusus dari guru untuk memahami soal analisis, hal ini disebabkan karena banyak jawaban yang mereka berikan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Manfaat penggunaan virtual lab praktikum hukum dasar kimia dapat dilihat dan terasa dari suasana belajar ketika praktikum hukum dasar kimia berlangsung. Kegiatan praktikum lebih terarah karena siswa dapat bekerja secara sistematis sesuai panduan yang ada di dalam media. Waktu yang digunakan untuk praktikum juga lebih efektif dan siswa bisa menghargai waktu dengan baik karena banyak hal yang harus mereka kerjakan seperti menjawab permasalahan, melakukan eksperimen dan mengisi tabel pengamatan yang ada pada media. Guru tidak sepenuhnya memegang kendali ketika praktikum berlangsung, guru hanya bertugas membimbing dan mengarahkan siswa dalam melakukan praktikum. Sehingga, penilaian terhadap kegiatan praktikum siswa lebih terarah. Berdasarkan informasi yang dijelaskan diatas, maka hasil yang sudah dicapai adalah Virtual lab praktikum Hukum dasar kimia berbasis multimedia interaktif, kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran meningkat dan kreatifitas siswa meningkat dalam pembelajaran hukum dasar kimia . Keunggulan dari media praktikum Hukum dasar kimia adalah efisiensi dalam penggunaan yang mana bisa dilakukan berulang kali, siswa bisa mempelajari materi dirumah menggunakan komputer atau laptop pribadi, mereka bisa mengulang kembali praktikum tersebut dirumah sehingga tidak menghabiskan biaya, siswa tidak mudah bosan dalam belajar dan juga bisa membantu siswa dengan kemampuan kognitif rendah menjadi dapat mengikuti pelajaran dengan mudah. Berdasarkan penialain respon siswa pada setiap komponen, dapat dilihat bahwa siswa memberikan respon positif terhadap media pembelajaran yang dikembangkan dalam hal kemenarikan dan kemudahan dalam menggunakannya. Berdasarkan saran dan kometar validator, guru serta siswa terhadap media maka dapat disimpulkan bahwa media dapat diterapkan pada siswa kelas X Multimedia. Siswa dengan tingkat kognitif yang lemah juga bisa mengunakan media ini, namun dengan bimbingan guru. Pengaruh positif dari pengunaan media dapat dirasakan jika (1) Media diterapkan pada kelas dengan jumlah siswa tidak lebih dari 20 orang, karena guru akan lebih mudah memantau pelaksanaan praktikum. (2) Adanya kemauan, kesiapan dan keseriusan siswa dalam praktikum dan mengikuti arahan yang ada pada media. (3) Tingkat bimbingan guru terhadap siswa selama praktikum. (4) Adanya pembekalan awal terhadap siswa tentang cara membuat grafik dan mengukur, serta menetukan variabel. Produk ini dapat diterapkan dengan baik pada siswa dengan kemampuan kognitif sedang hingga sangat baik. Siswa dengan kemampuan kognitif dibawah rata-rata juga dapat menggunakan media ini dibawah bimbingan serta arahan guru. Sebelum menggunakan media praktikum kimia ada baiknya guru memberikan penjelasan tentang cara penggunaan media. Siswa juga harus dibekali pengetahuan tentang keterampilan proses sains yang harus dibekali pengetahuan tentang keterampilan proses sains yang harus mereka miliki, seperti bagaimana membuat tabel dan grafik yang benar, bagimana melakukan pengkuran yang benar dan sebagainya. Akan lebih baik jika jumlah siswa yang praktikum tidak lebih dari 20 orang, tujuannya agar guru dapat mengamati kinerja selama praktikum, sehingga guru lebih mudah melakukan penilaian terhadap kegiatan praktikum. Jumlah siswa yang sedikit juga berpengaruh terhadap keseriusan siswa dalam melakukan praktikum, sehingga pengaruh positif dari penggunaan media akan lebih dapat dirasakan siswa dan pada media ini jika digunakan secara mandiri maka yang perlu diperhatikan adalah petunjuk penggunaan media serta menyediakan media praktikum lainnya untuk mengkonfirmasi materi yang ada di media secara lebih luas. Produk ini dapat diterapkan dengan baik pada siswa dengan kemampuan kognitif sedang hingga sangat baik. Siswa dengan kemampuan kognitif dibawah rata-rata juga dapat menggunakan media ini dibawah bimbingan serta arahan guru. Sebelum menggunakan media praktikum kimia ada baiknya guru memberikan penjelasan tentang cara penggunaan media. Siswa juga harus dibekali pengetahuan tentang keterampilan proses sains yang harus dibekali pengetahuan tentang keterampilan proses sains yang harus mereka miliki, seperti bagaimana membuat tabel dan grafik yang benar, bagimana melakukan pengkuran yang benar dan sebagainya. Akan lebih baik jika jumlah siswa yang praktikum tidak lebih dari 20 orang, tujuannya agar guru dapat mengamati kinerja selama praktikum, sehingga guru lebih mudah melakukan penilaian terhadap kegiatan praktikum. Jumlah siswa yang sedikit juga berpengaruh terhadap keseriusan siswa dalam melakukan praktikum, sehingga pengaruh positif dari penggunaan media akan lebih dapat dirasakan siswa dan pada media ini jika digunakan secara mandiri maka yang perlu diperhatikan adalah petunjuk penggunaan media serta menyediakan media praktikum lainnya untuk mengkonfirmasi materi yang ada di media secara lebih luas. Peneliti melihat pelaksanaan praktikum lebih terarah karena siswa dapat bekerja secara sistematis sesuai panduan yang ada di dalam media. Walaupun kegiatan praktikum dilakukan secara berkelompok, namun pemberian tugas dan penilaian yang dilakukan tetap bersifat individual sehingga setiap siswa harus terlibat aktif dalam pembelajaran. Keunggulan dari media praktikum Hukum Dasar Kimia adalah efisiensi dalam penggunaan yang mana bisa dilakukan berulang kali, siswa bisa melakukan di laboratorium atau siswa juga siswa bisa mempelajari materi dirumah menggunakan komputer atau laptop pribadi, mereka bisa mengulang kembali praktikum tersebut dirumah sehingga tidak menghabiskan biaya, dan ekperimen yang dilakukan tidak terbatas dan siswa tidak mudah bosan dalam belajar serta bisa membantu siswa dengan kemampuan kognitif rendah menjadi dapat mengikuti pelajaran dengan mudah. Sehingga siswa tersebut dapat menumbuhkan ketertarikan siswa terhadap praktikum Hukum Dasar Kimia dan membuat siswa jauh lebih aktif dan siswa bisa menumbuhkan kreatifitas sehingga prestasi belajar mereka meningkat Virtual lab praktikum hukum dasar kimia berbasis multimedia interaktif ini dapat diterapkan dengan baik pada siswa dengan kemampuan kognitif sedang hingga sangat baik. Siswa dengan kemampuan kognitif dibawah rata-rata juga dapat menggunakan media ini dibawah bimbingan serta arahan guru. Maka, pada tahap awal sebelum praktikum dimulai guru memberikan penjelasan tentang cara penggunaan media praktikum hukum dasar kimia tersebut. Disamping itu, siswa juga harus dibekali pengetahuan tentang ketrampilan proses sains yang harus mereka miliki. Prosedur yang direkomendasikan untuk penggunaan media praktikum hukum dasar kimia SMK yang telah dikembangkan adalah : 1. 2. Tanpa menggunakan laptop pribadi, siswa dapat mengetahui dan memahami pelaksanaan praktikum sesuai dengan yang dijelaskan atau ditayangkan oleh guru melalui layar proyektor. Tanpa menggunakan layar proyektor, siswa juga dapat memahami pelaksanaan praktikum karena siswa bisa membuka media praktikum menggunakan laptop siswa dan juga bisa mempelajari media pembelajaran secara mandiri atau individual learning. Berdasarkan jumlah dan persentase penilaian yang diperoleh dari angket respon siswa dapat dilihat bahwa uji coba memberikan respon positif terhadap media praktikum kimia yang dikembangkan artinya media dapat diterima siswa dengan kemampuan beragam. Produk ini dapat diterapkan dengan baik pada siswa dengan kemampuan kognitif sedang hingga sangat baik. Siswa dengan kemampuan kognitif dibawah rata-rata juga dapat menggunakan media ini dibawah bimbingan serta arahan guru. Sebelum menggunakan media praktikum hukum dasar kimia ada baiknya guru memberikan penjelasan tentang cara penggunaan media. Siswa juga harus dibekali pengetahuan tentang keterampilan proses sains yang harus dibekali pengetahuan tentang keterampilan proses sains yang harus mereka miliki. KESIMPULAN: Secara garis besar model pengembangan ini terdiri dari 5 tahap yaitu tahap analisis, tahap desain, tahap pengembangan, tahap implementasi dan tahap evaluasi. Maka akhirnya menghasilkan suatu produk berupa media interaktif mata pelajaran kimia untuk siswa SMK kelas X Tehnik Pengelasan yang menarik dan efektif, sehingga dapat digunakan sebagai media dalam proses pembelajaran. Kajian produk yang telah direvisi adalah sebagai berikut: 1. Proses mengembangkan multimedia pembelajaran diawali dengan menganalisis kebutuhan dalam proses kegiatan pembelajaran disekolah, analisis karakteristik siswa yang akan menggunakan multimedia pembelajaran, analisis teknologi yang sudah dimiliki untuk pembelajaran di sekolah, menganalisis materi yang akan dikembangkan, menganalisis lingkungan dan organisasi yang berpengaruh, menganalisis tujuan pembelajaran, menganalisis media, menganalisis data dan analisis biaya. Setelah tahap analisis, dilanjutkan ke tahap desain, pengembangan, impelementasi dan evaluasi. 2. Virtual Lab menggunakan program Adobe Flash untuk pembelajaran kimia SMK kelas X ini ditinjau dari aspek materi, dan aspek tampilan, dinilai berkualitas baik. Ditinjau dari aspek daya tarik dinilai menarik dengan kategori menarik dan dapat digunakan sebagai media pembelajaran disekolah. Saran pemanfaatan Virtual lab disarankan untuk digunakan dalam pembelajaran kimia dengan materi Hukum dasar kimia kelas X Tehnik Pengelasan. Pemanfaatan multimedia interaktif ini membutuhkan sarana prasarana yang mendukung seperti perangkat ICT, keterampilan siswa menggunakan ICT, dan keterampilan guru menggunakan ICT. Semoga multimedia interaktif hukum dasar kimia dapat meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya dalam mencapai efektivitas pembelajaran dan membuat siswa senang dalam belajar kimia. Siswa memahami isi media dan melakukan aktivitas dalam mengerjakan latihan pada media secara runut. Pada pemanfaatan media, siswa dapat melakukannya dengan bimbingan maupun tanpa bimbingan guru, namun dalam pembelajarannya dikelas disarankan tetap ada guru sebagai fasilitator. Diseminasi Diseminasi dapat dilakukan dengan menyebarluaskan produk kepada siswa, teman sejawat, dan guru-guru melalui MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran). Selain itu penyebarluasan produk juga dapat dilakukan melalui forum-forum lain yang lebih luas. DAFTAR PUSTAKA; Arends, I.A. 2008. Learning To Teach. Diterjemahkan oleh Soetjipto, PH dan Soetjipto,MS. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Beetlestone, Florence, 2011. Creative Learning, Terjemahan Narulita Yusron. Bandung :Nusa Media Borg, W.R & Gall, M.D. 2002. Educational Research: An Introduction Fourth Edition. USA: Longman, Inc. Gagne, R.M. & Bringgs, L.J. 1979. Principle of Instructional Design (2th ed). New York: Holt Rinenart and Winson Lee & Owen, 2004. Multimedia Based Instructional Design. United States America: Pfeiffer Mayer, R. 2009. Multimedia Learning. Mew York: Cambridge University Press. Rezba, Richard J. 2007. Learning and Assesing Science Process Skills. Amerika Roblyer dan Doering. 2010, Integrating Educational Technology into Teaching. Boston : Pearson Rosmalinda, Desi. 2013 Pengembangan Modul Praktikum Kimia SMK berbasis PBL, Jambi Runco, M.A., 2007. Creativity Theoriesand themes:Reasearch, development, and experimen. USA: Elsevier Richey, Rita C. Klein. 2007. Design and Development Research. London: Lawrence Erlbaum Associates. Inc