Sejarah dan Aliran Psikologi

advertisement
Modul ke:
Sejarah dan Aliran
Psikologi
Psikologi sebagai Ilmu yang Berdiri Sendiri
Fakultas
PSIKOLOGI
Program Studi
PSIKOLOGI
www.mercubuana.ac.id
Rizka Putri Utami, M.Psi
• Awalnya, psikologi adalah ilmu yang mempelajari jiwa
manusia dan tidak lepas dari filsafat sebagai induk
dari segala ilmu pengetahuan.
• Terbukti dalam setiap cabangcabang psikologi
ditemukan pemikiran-pemikiran para filsuf seperti
Plato, Socrates, Descartes dan lain-lain.
• Dalam perkembangannya psikologi terbagi dalam
beberapa cabang.
• Pada tahun 1832-1920 muncullah psikologi sebagai
Ilmu yang berdiri sendiri pencetusnya adalah Wihelm
Wundt.
• Sebelum 1879, memang sudah dikenal
psikologi, tapi belum ada orang yang
menyebut dirinya sarjana psikologi.
• Sarjana yang mempelajari psikologi umunya
adalah filsuf, ahli ilmu atau dokter.
• Pokok bahasan: pengalaman kesadaran
• Tugasnya: penyelidikan melalui eksperimen
thd struktur dan kesadaran.
Wilhelm Wundt (1832 – 1920)
• Awalnya, Wundt dikenal sbg seorang sosiolog,
filsuf, dan ahli hukum.
• Gelar-gelar kesarjanaan yang dimilikinya
adalah dari bidang hukum dan kedokteran.
• Pada tahun 1879 ia mendirikan laboratorium
psikologi pertama di Leipzig, yang menjadi titik
tolak berdirinya psikologi sebagai ilmu yang
berdiri sendiri, terpisah dari ilmu induknya.
• Wundt sangat dipengaruhi oleh 2 tokoh yang
dianggap sebagai gurunya yaitu Helmholtz dan J.P.
Muller.
• Pengaruh kedua gurunya nampak pada buku yang
ditulisnya “System of Philosophy”.
Mengkombinasikan filsafat dan ilmu pasti.
• Wundt adalah orang pertama yang disebut
sebagai sarjana Psikologi karena dapat
membedakan dengan tegas psikologi dari
fisika.
• Psikologi berkaitan dengan apa yang
disebutnya “immediate experience”
(pengalaman yang terdekat) dan data-datanya
faktual phenomenal, sedangkan fisika
berkaitan dengan “mediate experience” datadatanya adalah konseptual
• Buku-buku yang dihasilkan oleh Wundt untuk
dunia psikologi antara lain Beitrage Zur Theorie
Der Sines Wahrnemung (Persepsi yang
Dipengaruhi Kesadaran) (1862), Grund Zuge
der Physiologischen Psychologie (Dasar
Fisiologis dari Gejala-gejala Psikologi) (1873)
dan masih banyak yang lainnya
• Perkembangan sistematika Wundt dari awal
hingga akhir, dibagi dalam 4 periode, yaitu:
– 1860-an disebut pra sistematik. Teori-teori tentang
persepsi dan perbedaan antara perasaan dan
penginderaan (sensasi) yang didasarkan pada
doktrin “unconscious inference”
– 1824-1887: Dengan ditulisnya buku
“Physiologischen Pychologie” mulai jelas konsepkonsep Wundt. “unconscious inference”
ditinggalkannya.
– Jiwa digambarkan dalam elemen-elemen seperti
penginderaan, perasaan dan sebagainya yang satu
sama lain dihubungkan dengan asosiasi. Konsep
tentang apersepsi mulai muncul tetapi belum
begitu jelas pentingnya. Perasaan ini masih
dianggap sebagai bagian dari penginderaan.
Periode ini disebut sebagai phase elementisme,
sensationisme, dan assosianisme.
– 1896, disebut fase empirisme, karena Wundt
menekankan pentingnya empiri
• Wundt mengajukan teori tiga dimensi perasaan. Yaitu:
“lust-unlus”= senang-tak senang (“pleasantness –
unpleasantness”)
“spannung – losung” = tegang –tak tegang (“strainrelaxation”)
“erregung-beruhigung”= semangat – tenang
(excitemen-calm”).
– 1902-1903: Dalam buku ke 5 Physiologischen
Pychologie Wundt memberikan argumental lagi
mengenai teorinya yang terbaru tentang perasaan.
Konsep apersepsi bertambah penting. Setiap
rangsang yang sampai ke indera manusia selalu
dipersepsikan, tetapi sebagian saja dari persepsi
itu yang di apersepsikan, yaitu yang sengaja diberi
perhatian khusus. Dalam apersepsi terdapat unsur
kesengajaan dan kesadaran.
– Pada periode ini Wundt menulis buku “Volker
Psychologie”, dalam buku ini ia mengemukakan
tentang “the higher mental proses”, yaitu prosesproses mental yang lebih tinggi dari penginderaan,
persepsi, perasaan dan apersepsi. Proses mental
yang lebih tinggi inilah yang memungkinkan orang
mengadakan kontak sosial dengan orang lain di
sekitarnya. Konsep Volker Psychologie ini kemudian
hari akan berkembang menjadi psikologi sosial.
• Psikologi sebagai ilmu yang berdiri sendiri,
memiliki hukum sendiri yang tidak dipengaruhi
oleh hukum ilmu alam.
• Tiga persoalan yang harus dibahas dalam
psikologi adalah:
– Analisa proses kesadaran ke dalam elemenelemen.
– Bagaimana terjadinya hubungan antara elemenelemen tersebut.
– Penentuan hukum-hukum yang mengatur
hubungan-hubungan tersebut.
• Dalam teori proses mental, Wundt
mengatakan bahwa jiwa itu seperti air, aktif,
terus menerus berubah, sehingga tidak dapat
direkam dan dianalisa seperti dalam ilmu
alam.
• Karena itu jiwa berubah menurut aturan atau
hukum tertentu, yang disebut hukum mental,
yaitu:
• Hukum resultan psikis (the law of psychis resultants) yang
disebut prinsip sintesa kreatif yang berbunyi bahwa setiap
gejala psikis yang kompleks selalu mempunyai sifat-sifat baru
yang berbeda dari elemen elemennya.disebut juga prinsip
kimia mental.
• Hukum hubungan psikis (the law of phychis relations) yaitu
sebuah elemen kesadaran atau konten psikis akan mempunyai
arti hanya dalam hubungan dengan elemen elemen atau
konten-konten psikis (psychis contents) lainnya.
• Hukum kontras psikis (the law of psychis contrast) yaitu
elemen-elemen kesadaran atau konten psikis yang paling
bertentangan/berlawanan justru saling memperkuat satu
sama lain.
• Mekanisme dasar yang memungkinkan
hukum-hukum mental di atas adalah asosiasi.
• Asosiasi menurut Wundt adalah prinsip yang
paling dasar sekali yang memungkinkan
hubungan-hubungan antara elemen kesadaran
• Asosiasi menurut Wundt terjadi secara pasif.
• Asosiasi yang aktif disebut apersepsi
• Terdapat beberapa jenis asosiasi yang dikemukakan oleh
Wundt:
– Asosiasi persepsi langsung yang terdiri atas:
• Fusi, pencampuran antara dua elemen kesadaran,
sehingga dua-duanya melebur menjadi satu, tidak lagi
interdependensi, atau salah satu sangat dominan
• Asimilasi, yaitu dua elemen masih saling independen
sama kuat dan dihubungkan satu sama lain karena ada
persamaan-persamaan, atau karena adanya kontras
yang menyolok.
• Komplikasi, yaitu asimilasi antara indera-indera yang
berbeda, misalnya asimilasi antara sesuatu yang didapat
dari indera penglihatan dengan indera pendengaran.
– Asosiasi memori, yaitu asosiasi yang tidak segera,
melainkan terjadi dalam ingatan, antara elemenelemen yang terlebih dahulu disimpan dalam
ingatan.
•
Edward Bradfort Titchener (1867-1927)
– Titchener tidak sependapat dengan Wundt bahwa
emosi terdiri dari 3 pasang kutub (teori tiga
dimensi dari emosi). Menurut Titchener, hanya ada
satu kutub emosi, yaitu “lust-unlust”.
– Dari dialog antara Titchener dengan penganutpenganut aliran fungsionalisme di Amerika Serikat,
nampak perbedaan aliran strukturalisme dan
fungsionalisme, sebagai berikut:
STRUKTURALISME
1.
Cara pendekatan
FUNGSIONALISME
Pengalaman kesadaran dianalisa
Mempelajari fungsi tingkah laku dalam
untuk diketahui strukturnya
hubungan dengan lingkungan phisik
maupun sosial.
1.
Pertanyaan dasar
Apakah jiwa itu?
Untuk apakah tingkah laku itu?
1.
Titik berat
Isi kesadaran
Aksi atau perbuatan
1.
Perumusan tentang jiwa
Jiwa adalah jumlah dari pengalaman-
Jiwa adalah penjaga kelangsungan
pengalaman kesadaran.
hidup seseorang yang memungkinkan
orang itu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Herman Ebbinghaus (1850-1909)
• Orang yang pertama melakukan penelitian
eksperimental mengenai proses belajar dan
ingatan.
• Dalam eksperimennya tentang ingatan
Ebbinghaus menggunakan objek yang netral,
yaitu kata-kata tak berarti (nonsense syllables)
• Banyaknya kata yang disebut menunjukkan
skor untuk mengukur daya ingat seseorang.
• Ebbinghaus mengemukakan hukum mengenai
rasio antara hal-hal yang dipelajari dengan
waktu yang digunakan untuk mempelajarinya.
• Makin banyak hal yang harus dipelajari, makin
banyak pula waktu yang diperlukan untuk
mempelajarinya.
• Hukum ini disebut sebagai hukum Ebbinghaus
George Elliah Muller (1850-1934)
• G.E Muller memberikan sumbangan kepada
psikologi khususnya dalam psikophisik, ingatan
dan persepsi visual.
• Mengemukakan pendapatnya sendiri tentang
hukum psikophisik pada hubungan antara
persepsi dan rangsangan syaraf.
• Ia mengemukakan bahwa persepsi
menimbulkan jejak-jejak tertentu pada otak.
Prinsip ini kemudian menjadi dasar prinsip
isomorphi pada Psikologi Gestalt.
• “The Right Assosciate Procedure” yang
menyatakan bahwa proses mengingat dan lupa
tidak semata-mata mekanistis dan otomatis,
tetapi ada unsur aktivitas dari individu yang
bersangkutan.
Oswald Kulpe (1862-1915)
• Sumbangan Kulpe yang terbesar adalah
meletakkan dasar-dasar studinya pada proses
berpikir.
• Ia mengemukakan pemikiran yang berjudul
“On the modern psychology of thought”.
Menurutnya, proses berpikir yang tinggi tidak
terikat pada penginderaan dan dapat pula
diteliti secara eksperimental.
• Untuk membuktikan pendapatnya tersebut,
Kulpe telah mengadakan eksperimeneksperimen yang menggunakan metode
instropeksi intrumental yang sistematis,
dimana obyek penelitian diminta untuk
menceritakan kembali pengalamannya selama
mengerjakan tugas-tugas yang rumit.
• proses berpikir tidak selalu harus terikat pada
indera, maka berpikir bisa juga non asosiatif
(bertentangan dengan pendapat G.E Muller)
dan tidak mekanistis (bertentangan dengan
pendapat Ebbinghaus).
• Tapi setiap proses berpikir menurut Kulpe
selalu mempunyai tujuan tertentu atau
purposif.
Karl Buhler (1879-1963)
• Merupakan seorang dokter medis.
• Buhler adalah salah satu pendukung aliran
Wurzburg. Seperti Kulpe, ia menentang Wundt
dan tidak setuju dengan G.E Muller. Ia juga
menentang elementisme dan seksualisme.
• Pendekatannya terhadap masalah kejiwaan
adalah pendekatan holistik. Proses kejiwaan
harus didekatim dilihat dan dianggap sebagai
suatu keseluruhan atau totalitas (“Ganzheit”).
Dari Buhller-lah kemudian muncul aliran
psikologi Ganzhelt.
• Sumbangan lainnya dari Buhler adalah
usahanya untuk meneliti bahsa (“Spoken
language”) dari sudut psikologi. Usahanya ini
kemudian berkembang sebagai suatu cabang
psikologi yang disebut psikolinguistik.
Terima Kasih
Rizka Putri Utami, M.Psi
[email protected]
08563531486
Download