Prosiding SENTIA 2015 – Politeknik Negeri Malang Volume 7 – ISSN: 2085-2347 OPTIMALISASI ADC DENGAN REKAYASA PERANGKAT KERAS PADA PENGUKURAN SUHU Eka Mandayatma Teknik Elektro, Politeknik Negeri Malang [email protected] Abstrak ADC merupakan sebuah komponen atau sub komponen yang berfungsi mengubah data tegangan analog menjadi data digital dengan jumlah bit tertentu. Jika data masukan merupakan data skala penuh (full scale) maka data keluaran juga akan mencapai skala penuh dan didapatkan resolusi maksimum. Pada kenyataannya sering terjadi bahwa data masukan mempunyai range yang kecil yang tidak memenuhi skala penuh sehingga data keluaran juga tidak terjadi skala penuh. Hal ini akan membuat banyak bit data yang tidak terpakai, serta resolusi yang buruk (rendah). Rekayasa perangkat lunak biasanya tidak bisa memperbaiki resolusi dari ADC. Dengan rekayasa perangkat keras mengunakan leveling amplifier maka resolusi dapat dperbaiki karena seberapapun range masukan bisa didapatkan data keluaran pada skala penuh dari ADC dan seluruh bit data terpakai. Dengan seluruh bit data keluaran terpakai maka akan didapat resulusi maksimum dari ADC. Tanpa leveling amplifier, resolusi akan bernilai tetap yakni (5-0)/255 sedang dengan leveling amplifier resolusi akan lebih baik dan tergantung input (Vimax – Vi min)/255. Dari hasil pengamatan untuk digitalisasi pengukuran suhu menggunakan sensor LM35 dengan range 20°C - 40°C, tanpa leveling diperoleh resolusi 2,22°C/step sementara dengan leveling diperoleh resolusi sebesar 0,08°C/step. Kata kunci : ADC, resolusi, leveling amplifier pembacaan suhu akan mempunyai resolusi yang rendah. 1. PENDAHULUAN Resolusi yang rendah pada penggunaan ADC disebabkan salah satunya adalah tidak tercapainya rentang skala penuh baik pada masukan (input) dan keluaran (output). Rentang skala penuh bisa diperoleh jika masukan berada pada rentang skala penuh untuk mendapatkan rentang skala penuh pada keluaran ADC maka dipelukan pula rentang masukan dalam skala penuh pula. Dengan kata lain pada situasi ini diperlukan pergeseran level untuk membawa level output sensor agar span sesuai untuk input ADC [4]. Untuk ADC 8 bit, agar output bernilai 1111 1111 (FF skala penuh) diperlukan masukan tegangan analog 0 sampai 5 Volt dengan referensi ½ Vcc. Permasalahan yang ada ialah tidak semua masukan ADC berada pada rentang 0 sampai 5 volt, artinya tidak berada pada rentang skala penuh. Hal ini berarti data keluaran juga tidak berada pada rentang skala penuh. Hal ini menyebabkan inefisiensi dari ADC. Akibat lain yang timbul adalah resolusi pengukuran rendah. Rekayasa perangkat keras (hardware) bisa dibuat untuk mendapatkan rentang skala penuh. Pengukuran suhu dengan menggunakan sensor LM35 merupakan cara cukup mudah bila digabung dengan ADC karena keluaran dari sensor tesebut suddah dalam bentuk tegangan. Tegangan keluaran dari LM 35 tidak selalu berada pada jangkauan skala penuh dari masukan ADC. Jika keluaran LM35 langsung dimasukkan kedalam ADC maka tidak didapat rentang skala penuh dimana berakibat 2.KAJIAN PUSTAKA Pada pengolahan sinyal analog menggunakan komputer atau mikroprosesor akan selalu dibutuhkan komponen atau sub komponen pengubah data analog menjadi data digital yang dikenal dengan Analog to Digital Convertion (ADC). Dalam penggunaan ADC ada batasanbatasan tentang data (tegangan) masukan dan data keluaran. Jika diambil salah satu contoh ADC yang mempunyai rentang data analog masukan 0 – 5 Volt serta data keluaran merupakan data 8 bit, maka bisa dikatakan bahwa rentang masukan adalah tegangan analog 0 sampai 5 Volt sedang keluaran data biner 0000 0000 sampai 1111 1111. Tegangan masukan untuk ADC dalam prakteknya tidak akan selalu bernilai 0 – 5 Volt, tetapi hanya berada pada rentang tersebut. Ini berarti ADC tidak akan bekerja full scale yang berarti pula ada sejumlah data bit yang tidak terpakai. Hal ini tentu merupakan kerugian yang sebenarnya bisa dilakukan perbaikan atau rekayasa agar semua bit data bisa dimanfaatkan. Gambar 1a meunjukkan jika ADC bertegangan masukan skala penuh dan data keluaran juga berskala penuh. Sedang gambar 1b. menunjukkan jika ADC tidak bekerja pada skala penuh. A-96 Prosiding SENTIA 2015 – Politeknik Negeri Malang Input 2.1 Penguat tak membalik Penguat tak membalik (non inverting amplifier) menguatkan sinyal input dengan penguatan Vo/Vi dan tidak terjadi pembalikan polaritas, artinya polaritas output sama dengan polaritas input. 1111 1111 5V ADC output 0000 0000 0V Volume 7 – ISSN: 2085-2347 Gbr 1a. ADC dengan input skala penuh 1111 1111 Input ADC output yV yyyy yyyy xV xxxx xxxx Gbr 3a. Konfigurasi penguat non inverting Gbr 3b. Polaritas input dan output non inverting 0000 0000 Gain atau penguatan dari konfigurasi non inverting Rf (1) Av 1 Rg 2.2 Penguat Membalik Konfigurasi lain dari penguat opamp adalah penguat membalik (inverting amplifier). Penguatan Av = Vo/Vi dan terjadi pembalikan polaritas antara input dan output. Gbr 1b. ADC dengan input range kurang dari skala penuh. Dari gambar 1b, data output tergantung dari masukan. Jika masukan x Volt maka data output bernilai xxxx xxxx dan jika masukan y Volt keluaran yyyy yyyy. Bisa dilihat bahwa bit data antara 0000 0000 sampai xxxx xxxx dan yyyy yyyy sampai 1111 1111 tidak terpakai dan hal ini jelas suatu kerugian. Rekayasa perangkat keras bisa meminimalisir kerugian tersebut dengan memanfaat kan kombinasi rangkaian penguat, adder maupun summing amplifier untuk membentuk rangkaian leveling amplifier yang mampu mengoptimalkan kerja ADC yang selalu berada pada kerja skala penuh. Gambar 2 memperlihatkan konsep leveling amplifier. Gbr 4a. Konfigurasi penguat inverting, Gbr 4b. Polaritas input dan output penguat Inverting. Penguatan atau gain dari penguat inverting 1111 1111 5V Input yV xV ADC Av R2 R1 (2) Tanda (-) menunjukkan bahwa pada penguat tersebut terjadi pembalikan polaritas. output 2.3 Penguat penjumlah 0V 0000 0000 Penguat penjumlah (summing amplifier) pada dasarnya dua buah atau lebih penguat dengan unity gain yang dijadikan satu untuk mendapatkan fungsi matematik penjumlahan input. Gbr 2. Konsep leveling Amplifier Tersedianya penguat operasional dalam berbagai jenis akan memudahkan dalam pembentukan rangkaian-rangkaian matematik seperti perkalian maupun penjumlahan [2]. Perkalian merupakan inti dari penguat yang bisa dibentuk dalam penguatan membalik (inverting amplifier) maupun penguatan tak membalik (non inverting amplifier) Gbr 5 Penguat Penjumlah A-97 Prosiding SENTIA 2015 – Politeknik Negeri Malang Volume 7 – ISSN: 2085-2347 Untuk R1 = R2 = Rin, Fungsi alih dari penguat penjumlah ini adalah Vo (V 1 V 2) Rf Rin (3) Jika Rf = Rin maka Vo (V1 V 2) (4) 2.4 Leveling Amplifier Secara matematis sebuah penguat akan mempunyai fungsi alih seperti digambarkan pada gambar 6. Gbr 7 Konfigurasi rangkaian ADC Vi A v V o Sehingga C Vo(2) Vi (2) Vo(2) Vo(1) Vi (2) Vi (1) (10) Gbr 6 Fungsi alih penguat Dimana Vo Vi.Av C Dengan diketahui penguatan (pers 9) dan konstanta (pers 10) maka didapatkan fungsi alih dari leveling yang dikehendaki, yakni : (5) C adalah konstanta bebas yang berasal dari system amplifier. Jika nilai C = 0 maka fungsi alih adalah Vo Vi. Av Vo Vi (6) Dan disebut sebagai penguat ideal. Jika rentang input berada pada Vi(1) sampai Vi(2) dan dikehendaki suatu output Vo(1) sampai Vo(2) dimana diantaranya tidak ada nilai 0 (nol) maka harus dilakukan dengan leveling amplifier dan tidak bisa dilakukan dengan amplifier ideal biasa. Sesuai dengan pers (5) jika kebutuhan input output dimasukkan akan menjadi sbb: 2.5 ADC ADC 0804 merupaan rangkaian terintegrasi yang mampu mengubah masukan berupa tegangan analog menjadi data biner 8 bit. Dalam penelitian ini digunaan ADC diskrit untuk mempermudah memberikan gambaran akan upaya peningkatan atau optimalisasi ADC, meskipun dalam aplikasinya dapat digunakan pada ADC hybrid yang sudah terintegrasi dengan system yang lain. Seperti pada gbr konfigurasi standar ADC dengan input tegangan analog pada pin 6 dan data output D0 sd D7 pada pin 18 sd 11. Tombol start digunakan untuk memulai konversi secara manual, artinya setiap adda perubahan tegangan input perlu meng-enable tombol start untuk mendapatkan konversi. Untuk operasi normative, tegangan referensi diberikan ½ Vcc dan Vin(-) di-ground. Data keluaran digunakan aktif high, artinya data logika tinggi (1) dinyatakan dengan LED yang menyala. Vo Vi.Av C Vo(2) Vi(2). Av C Vo(1) Vi(1). Av C (7) (8) Vo(2) Vo(1) Vi(2) Vi(1). Av Vo(2) Vo(1) (9) Vi (2) Vi (1) Persamaan 9 menunjukkan bahwa penguatan untuk system leveling yang dikehendaki bisa dihitung karena Vo dan Vi diketahui. Substitusi pers 9 kesalah satu persamaan 7 atau 8 untuk mencari konstanta Av Vo(2) Vi (2) Vo(2) Vo(1) Vo(2) Vo(1) Vo(2) Vi (2) Vi (2) Vi (1) Vi (2) Vi (1) 3. METODE PENELITIAN Metode penelitian dilakukan dengan eksperimental pada pengukuran suhu yang melibatkan sensor suhu LM35 dan ADC 8 bit dari type 0804. Eksperimen dilakukan pada rentang suhu antara 20°C sampai 40°C. LM35 adalah sensor suhu yang langsung mengkonversi besaran suhu yang diterima menjadi tegangan keluaran dengan fungsi alih 10 mV/°C. Data yang diperoleh dibandingkan tingkat resolusinya antara hasil Vo(2) Vo(1) C Vi (2) Vi (1) A-98 Prosiding SENTIA 2015 – Politeknik Negeri Malang pembacaan ADC tanpa leveling dan dengan leveling amplifier. Pelaksanaan penelitian dilakukan dua tahap dimana tahap 1 menghubungkan output LM35 langsung ke ADC dan tahap 2 menghubungkan LM35 ke ADC melalui rangkaian Leveling Amplifier. LM 35 ADC 0804 20°C - 40°C Gambar 9 memperlihatkan hasil keluaran LM35 dikonversi langsung oleh ADC, dimana output LM35 langsung dihubungkan dengan pin input ADC. Dari tabel 2 bisa diamati bahwa data bit D5-D7 tidak terpakai sementara D4 hanya terpakai sekitar 50%. Sedang dari tabel 3, resolusi rata-rata dari rentang suhu 20 - 40°C dan output analog dari LM35 dari 202 mV hingga 406 mV adalah 19,66 mV. D7 D6 D5 D4 D3 D2 D1 D0 Tabel 2. Hubungan temperature dengan data output ADC T°C D7 D6 D5 D4 D3 D2 D1 D0 20 0 0 0 0 1 0 1 1 22 0 0 0 0 1 0 1 1 24 0 0 0 0 1 1 0 0 26 0 0 0 0 1 1 1 0 28 0 0 0 0 1 1 1 0 30 0 0 0 0 1 1 1 1 32 0 0 0 1 0 0 0 1 34 0 0 0 1 0 0 1 0 36 0 0 0 1 0 0 1 1 38 0 0 0 1 0 0 1 1 40 0 0 0 1 0 1 0 0 Gbr 8a. Konversi output LM35 tanpa leveling LM 35 Leveling Amplifier 20°C - 40°C AD C08 04 C Volume 7 – ISSN: 2085-2347 D7 D6 D5 D4 D3 D2 D1 D0 Gbr 8b. Konversi output LM 35 dengan leveling 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Reolusi tanpa leveling amplifier Dibuat span kenaikan 2°C pada pengamatan sensor suhu LM35 Gbr 10 Hubungan langsung output LM35 ke ADC Tabel 3. Resolusi dalam mV tanpa leveling amplifier T°C 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 Gbr 9 Pengujian pengukuran suhu dengan Sensor LM35 Tabel 1 memperlihatkan hasil pengukuran respon output dari sensor suhu LM35 langsung menggunakan AVO meter digital. Pengukuran dilakukan 3 kali dan Vout adalah tegangan rata-rata hasil pengukuran. Tabel 1. Pengujian awal LM35 Vo (mv) 202 223 242 266 282 301 324 344 368 385 406 D 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 D 4 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 D 3 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 D 2 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 D 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 D 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 Decim al 11 11 12 14 14 16 17 18 19 19 20 Resolusi rata-rata (mV) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Suhu °C 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 Vout (mV) 202 223 242 266 282 301 324 344 368 385 406 Resolu si 18,36 20,27 20,2 19 20,1 20,25 19 19,1 19,4 20,3 20,3 19,66 Dari tabel 3 Step number yang diperoleh adalah Step number Sn = MSB – LSB (decimal) = 20 – 11 = 9 A-99 Prosiding SENTIA 2015 – Politeknik Negeri Malang Volume 7 – ISSN: 2085-2347 Resolusi dalam suhu 40 20 (12) R(T ) 2,22C / step 9 4.2 Resolusi dengan Leveling Amplifier Leveling Amplifier diharapkan bisa memberikan output 0 Volt saat suhu 20°C (202 mV) dan 5 Volt saat suhu 40°C (406 mV). Dari kebutuhan ini diketahui Vi(1) = 202 mV, Vi(2) = 406 mV, Vo(1) = 0 V dan Vo(2) = 5 V. Mengacu pada pers. 10 Vo Vi Vo(2) Vo(1) Vo(2) Vo(1) Vo(2) Vi (2) Vi (2) Vi (1) Vi (2) Vi (1) Vo Vi 5000 0 5000 0 5000 406 406 202 406 202 Vo 24,5Vi 4,95 (13) Gbr 12 Menghubungkan LM35 ke ADC melalui leveling amplifier. Fungsi alih dari leveling amplifier yang diharapkan adalah seperti pers. 13 dimana harus ada penguat dengan penguatan Av = 24,5 dan ditambah (summing) dengan konnstanta C = - 4,95 Volt. Vi R i 1 R f 4,95 V 24,5 R Dari rangkaian seperti gbr 12 dan dengan rentang suhu yang sama diperoleh data seperti pada tabel 5. R Tabel 5 Output data setelah menggunakan leveling amplifier NoT°C Vo1 Vo2 Vo3 D7 D6 D5 D4 D3 D2 D1 D0 Dec 1 200,208 -5,096 0,146 0 0 0 0 0 1 1 1 7 2 22 0,218 -5,341 0,391 0 0 0 1 0 1 0 0 20 3 24 0,244 -5,978 1,028 0 0 1 1 0 1 0 1 53 4 28 0,290 -7,105 2,155 0 1 1 0 1 1 1 1 111 5 30 0,31 -7,595 2,645 1 0 0 0 1 0 0 0 136 6 32 0,326 -9,987 3,037 1 0 0 1 1 1 0 0 156 7 34 0,344 -8,428 3,478 1 0 1 1 0 0 1 0 178 8 36 0,358 -8,771 3,821 1 1 0 0 0 1 0 0 196 9 38 0,385 -9,432 4,48 1 1 1 0 0 1 1 0 230 10 40 0,406 -9,947 4,997 1 1 1 1 1 1 1 1 255 Vo R Vo1 Gbr 11. Realisasi leveling amplifier dengan Av = 24,9 dan C = - 4,9 Tabel 4. Perhitungan output Vi (mV) 202 406 Vo1(Volt) - 4,95 - 9,95 - Vo2(volt) -0,05 5,05 Dari tabel 5 diperlihatkan untuk rentang pengukuran suhu 20°C - 40°C didapatkan tegangan output (Vo3) adalah 0,146 – 4,997. Nilai ini mendekati yang diharapkan yakni 0 – 5 Volt. Output dari leveling amplifier menjadi input dari ADC (pin 6) sehingga input analog ADC akan berkisar pada rentang 0,146V – 4,997 V. Jika diamati pada pin out data (D0 – D7) semua pin tersisi yakni dari 0000 0111 sd 1111 1111 (07h – FFh). Jumlah step dari ouput data ini adalah nilai decimal MSB – Nilai decimal LSB Dari tabel 4 maka kebutuhan input untuk ADC sudah terpenuhi untuk skala penuh dan sudah terjadi perubahan level dimana pada saat input (suhu 20°C) 202 mV output – 0,05 (0 V0lt) dan pada saat input (suhu 40°C) 406 mV maka output 5,05 V (5 Volt). Pada gbr.11, nilai Resistor (Rid an Rf) adalah nilai perbandingan. Aplikasi dari gbr 11 digabung dengan ADC adalah seperti gbr 12. Step number Sn = MSB – LSB (decimal) = 255 – 7 = 248 step. Resolusi dalam suhu T max T min R(T ) Sn A-100 (14) Prosiding SENTIA 2015 – Politeknik Negeri Malang 40 20 0,08C / step 248 Resolusi dalam tegangan output LM35 R(T ) R (v ) (15) 406 208 0,798mV / step 255 7 Artinya dengan cara leveling ini ADC mampu meningkatkan resolusi dalam suhu dimana setiap kenaikan satu bit data sama dengan kenaikan 0,08°C. Bisa dibandingkan hasil seperti pers 11 dan pers 14, pada pemakaian ADC tanpa leveling amplifier didapat resolusi pengukuran suhu sebesar 2,22°C/step sedangkan dengan leveling amplifier resolusi naik secara significant menjadi 0,08°C/step. Ini berarti system menjadi lebih teliti dalam mengukur suhu karena semua bit data output semuanya terpakai. Sementara untuk resolusi dalam tegangan output LM35, untuk tanpa leveling diperoleh 19,66 mV/step sedang dengan leveling amplifier diperoleh 0,798 mV/step. 5. KESIMPULAN Leveling amplifier bisa memperbaiki kinerja ADC dengan meningkatkan resolusi tiap step bit secara perangkat keras (hardware). Dari percobaan yang dilakukan, tanpa leveling amplifier didapatkan resolusi pengukuran suhu untuk rentang 20°C - 40°C adalah 2,22°C/step sedangkan dengan leveling amplifier didapat resolusi 0,08°C/step. Ini adalah peningkatan lebih dari 200%. Dan dengan leveling amplifier semua bit data output terpakai. 6. DAFTAR PUSTAKA [1]Curtis D Johnson, Process Control Instrumentation Technology, second edition, John Wiley & Sons 1982 [2]Dafid F, Stout, Handbook of Operational Amplifier Circuit Design, McGraw-Hill Book Company, 1976 [3]Chandrashekhar Mithlesh, A.S Umesh, Design and Simulation of Op Amp Integrator and Its Applications, International Journal of Engineering and Advanced Technology (IJEAT) ISSN: 2249–8958, Volume-1, Issue-3, February 2012 [4]Ron Mancini, Sensor to ADC-Analog Interface Design, Analog Application Journal, Texas Instrument, 2005, http://www.ti.com/lit/an/slyt173/slyt173.pdf A-101 Volume 7 – ISSN: 2085-2347