Daftar Pustaka - Jurnal Kommas

advertisement
JURNAL
KOMUNIKASI PEMASARAN DAN LOYALITAS PELANGGAN
(Studi Kasus Aktivitas Komunikasi Pemasaran Majalah Djaka Lodang Dalam
Menciptakan Loyalitas Pelanggan di Yogyakarta Pada Tahun 2016)
Oleh:
ARKHAN FATURAHMAN
D0211011
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017
1
KOMUNIKASI PEMASARAN DAN LOYALITAS PELANGGAN
(Studi Kasus Aktivitas Komunikasi Pemasaran Majalah Djaka Lodang Dalam
Menciptakan Loyalitas Pelanggan di Yogyakarta Pada Tahun 2016)
Arkhan Faturahman
Eko Setyanto
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
The development of communication technology is growing rapidly resulting in
more varied types of media in society. Magazine as one form of print media is
currently struggling with the onslaught of online media industry. Many magazines
have to stopped publication due to frequent loss and decreasing circulation. Djaka
Lodang is a Java-language magazine which untill this day still survive.. The success
of the magazine Djaka Lodang exist until now is because their customer loyalty.
The purpose of this study wants to analyze and describe how the marketing
communication activities Djaka Lodang magazine in the form of customer loyalty and
the factors that affect customer loyalty. This study uses qualitative case studies in
order to obtain better results in, whole (holistic) and full value. Here also involves 9
informants, (3) three informants from the editor of the Djaka Lodang magazine are
supposed to understand about the marketing communications program, and 6 (six)
Informant subscribers Djaka Lodang magazine who already subscribe to the
magazine at least 1 year to answer the problem formulation of researchers in order
to achieve the validity of the data through triangulation analysis data.
Results showed that the activity of marketing communications magazine
Djaka Lodang using marketing communications mix such as Advertising, Direct
Marketing, Sales Promotion, Public Relations, and Personal Selling to deals its
targets. Personal selling is the dominant marketing communications mix conducted
by the magazine Djaka Lodang. Besides that, the effort to maintain customer loyalty
are seen in the Customer Retention program according to the theory of Philip Kotler.
In the context of Djaka Lodang magazine, the program is manifested in the
improvement of service quality and the content quality of Djaka Lodang magazine.
Researchers also found many factors that affect customer loyalty Djaka Lodang
Magazine including high switching barriers , the image and lower customer
expectations on quality Lodang Djaka magazine.
Keywords : Marketing Communication, Customer Loyalti, Customer Retention
2
Pendahuluan
Di era globalisasi seperti sekarang ini kita tidak asing dengan istilah media
cetak. Media cetak adalah media dalam bentuk lembaran kertas yang dicetak.
Salah satu bentuk dari media cetak adalah majalah. Majalah adalah sebuah
penerbitan berkala (buku harian) yang terbit secara teratur dan sifat isinya tak
menampilkan pemberitaan atau sari berita, melainkan berupa artikel, atau bersifat
pembahasan yang menyeluruh dan mendalam.1
Majalah sudah dikenal di Indonesia sejak zaman perjuangan. Hanya saja saat
itu sulit membedakan majalah dan koran karena keduanya memiliki bentuk yang
sama. Namun seiring berjalannya waktu majalah mulai menemukan bentuk nya
sendiri. Yaitu dengan memiliki cover, terbit berjangka waktu, dan dijilid
berbentuk buku. Dalam buku rahasia dapur majalah di Indonesia, Kurniawan
Junaedhi membagi majalah menjadi beberapa bagian diataranya : majalah sastra,
majalah hiburan, majalah wanita, majalah remaja, majalah anak – anak, majalah
berita, majalah keluarga, majalah khusus, majalah film, majalah olahraga,
majalah ekonomi bisnis industry & manajemen, majalah agama dan majalah
berbahasa daerah.2
Majalah berbahasa daerah adalah
majalah yang menggunakan medium
bahasa daerah sebagai pondasi pokok semua konten nya. Jika menilik dari
sejarahnya penerbitan majalah berbahasa daerah dikenal sejak zaman
kemerdekaan. Motivasi penerbitannya umumnya untuk menyebarkan ide
kebangsaan dan gagasan kemerdekaan. Majalah berbahasa daerah yang terbit
pada zaman perjuangan adalah majalah Panjebar Semangat, yang didirikan oleh
Dr. Sutomo di Surabaya.
Pada awal mulanya majalah Panjebar Semangat sempat menonjol karena
memuat tulisan – tulisan para pejuang yang dikenal sangat berani. Tak heran
apabila pada awal masa kependudukan Jepang majalah ini dibredel. Sempat
1
2
Kurniawan Junaedhi, Rahasia Dapur Majalah Indonesia (Jakarta, 1995), hal. 8
Ibid. hal. 10
3
vacum beberapa tahun kemudian majalah ini dirintis kembali, yang langsung
digemari oleh kalangan masyarakat hingga mengalami masa kejayaan pada tahun
1960-an dengan oplah mencapai 100 ribu eksemplar. Zaman yang terus
berkembang
membuat
kemajuan
dibidang
teknik
percetakan,
yang
mempengaruhi tampilan majalah Panjebar Semangat. Namun kenaikan mutu dan
kualitas tidak diimbangi dengan jumlah oplah yang kian merosot. Meskipun
demikian majalah Panjebar Semangat masih bisa eksis sampai sekarang.
Keberhasilan majalah Panjebar Semangat diatas bergelut dengan zaman tidak
diikuti oleh majalah berbahasa daerah yang lain. Pada tahun 1950 banyak
majalah berbahasa daerah yang lahir seperti Poestaka Soerakarta, Tjerita Tjerkak,
Swarta Tama, Rudjak Polo, Soera Desa, Kedjawen, Praba, dkk. Akan tetapi
kesemuanya tidak bisa survive, dan berhenti terbit. Berhenti terbitnya majalah
berbahasa daerah ini kebanyakan disebabkan karena di tinggalkan oleh
pembacanya yang beralih ke majalah berbahasa Indonesia. Sementara generasi
penerus yang menjadi segmen target selanjutnya, sudah mulai tidak tertarik
dengan bahasa daerahnya sendiri. Memang majalah berbahasa daerah selalu
bergulat dengan zaman.
Dewasa ini majalah berbahasa daerah yang masih eksis hanya tinggal
hitungan jari. Mereka adalah majalah Panjebar Semangat dan Jayabaya dari
Surabaya, Mangle dari Jawa Barat, dan Djaka Lodang dari Yogyakarta. Majalah
berbahasa daerah ini sekarang harus bergulat dengan zaman yang lebih modern.
Tidak hanya bersaing sesama kompetitor melainkan mereka juga bersaing
dengan adanya teknologi elektronik dan internet yang semakin bervariatif dan
menyenangkan.
Teknologi informasi semakin berkembang. Tidak hanya bersaing dengan
teknologi digital audio (televisi), majalah berbahasa daerah juga harus bersaing
dengan media baru berupa digital online (internet). Kemunculan internet ini
membuat industri media cetak kian lesu. Adanya dukungan kebijakan dari
pemerintah tentang internet masuk desa, dan isu – isu pelestarian lingkungan
4
membuat teknologi internet semakin merubah perilaku konsumen media cetak di
Indonesia. Hasil Markplus Insight Netizen Survey pada tahun 2012 yang di
publikasikan dalam majalah Marketeers 2012, menyampaikan angka terbaru
pengguna internet Indonesia saat ini berjumlah 61 juta orang. Dan 40% pengguna
internet mengakses lebih dari 3 jam per hari.
Adanya teknologi internet yang berkembang pesat menjadi ancaman tersendiri
bagi eksistensi industri media cetak. Teknologi internet memberikan beberapa
ancaman kepada media cetak diantaranya adalah Pertama, teknologi internet
mampu mengawinkan adanya media online dengan media elektronik sehingga
bisa lebih menarik konsumen media cetak. Apalagi didukung kebijakan
pemerintah mengenai pemerataan infrastruktur internet, seperti kebijakan internet
masuk desa. Kedua, perubahan perilaku remaja dan pemuda di Indonesia yang
cenderung lebih “care” dengan teknologi internet dibanding teknologi cetak.
Ketiga, bermigrasinya para pengiklan dari media cetak ke media online.
Keempat, masyarakat Indonesia mulai peka terhadap isu pelestarian, seperti
mengurangi jumlah konsumsi kertas.
Dilihat dari fenomena yang saat ini terjadi, beberapa gejala mulai menunjukan
media
cetak
di
Indonesia
sedang
berjibaku
untuk
mempertahanakan
eksistensinya. Awal November 2014 kemarin Kompas Gramedia grup resmi
menutup 9 dari 60 brand majalah yang dimilikinya. Sembilan majalah kenamaan
tersebut diantaranya adalah Tabloid Soccer, Majalah Chic, Majalah ide bisnis,
Majalah More, In Style Indonesia, Majalah Living, majalah Fortune, dan Majalah
Digitaleight. Selain itu majalah tempo juga sedang berjuang keras untuk
bermetamorforsis dengan perubahan perilaku konsumen media cetak Indonesia.
Melihat data dan fakta mengenai kondisi industri media cetak saat ini,
Persaingan antar media cetak sendiri dan persaingan dengan media – media baru
membuat sedikit yang bisa bertahan. Salah satu media cetak yang bisa bertahan
ditengah gempuran zaman adalah majalah Djaka Lodang.
5
Majalah Djaka Lodang adalah majalah berbahasa daerah jawa yang terbit
mingguan
“Kalawarti”. Majalah
ini mulai
berdiri sejak 1 juni 1971 dan
bertahan sampai sekarang (Oktober 2016). Majalah Djaka Lodang sendiri sudah
memiliki kantor kecil berbentuk rumah di Jl. Patehan Tengah Yogyakarta.
Dengan jumlah pegawai dibidang redaksi dan administrasi sebanyak 17 orang.
Data terakhir majalah Djaka Lodang memiliki oplah mencapai 10.000 setiap
terbit.3 Jumlah oplah tersebut di distribusikan dari provinsi Aceh hingga ke
Papua menyebar ke seluruh Indonesia. Selain itu majalah Djaka Lodang juga
berhasil di distribusikan ke manca negara diantaranya adalah seperti Suriname,
Perpustakaan dan museum di Australia, Belanda, Malaysia dan banyak dari
benua Eropa.4
Dengan oplah yang lumayan banyak dan memiliki pangsa pasar yang jelas
majalah Djaka Lodang belum juga dihampiri oleh iklan. Praktis mereka hanya
mengandalkan hasil penjualan untuk menutup kegiatan operasional. Berani
mengandalkan hasil penjualan tentu memiliki pelanggan yang setia (loyal). Di
Yogyakarta jumlah pelanggan majalah Djaka Lodang berkisar 700 orang yang
terdiri 500 orang pelanggan tetap dan 200 orang konsinansi yaitu orang yang
membeli dari pihak pengecer dan belum terdaftar namanya di bagian marketing
Djaka Lodang. Dengan melihat data tersebut tentu akan semakin menarik untuk
dikaji mengenai persoalan loyalitas pelanggan ini.
Rumusan Masalah
Peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana aktivitas komunikasi pemasaran yang dilakukan majalah Djaka
Lodang dalam menciptakan loyalitas pelanggan?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi pelanggan majalah Djaka Lodang tetap
loyal?
3
Wawancara dengan Niken, bidang pemasaran majalah Djaka Lodang (Kantor Djaka Lodang: Kamis,
24 Maret 2016)
4
Ibid
6
Tujuan
Tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa saja aktivitas komunikasi pemasaran yang dilakukan
majalah Djaka Lodang dalam menciptakan loyalitas pelanggan.
2. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi terbentuknya loyalitas
pelanggan majalah Djaka Lodang .
Telaah Pustaka
1. Komunikasi
Dedy mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar,
mengungkapkan kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris
berasal dari kata latin communis yang berarti “sama”, sedangkan communico,
communication, atau communicare yang berarti “membuat sama”. Dengan
demikian, komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna atau suatu
pesan dianut sama.5
Lebih lanjut, Harold Lasswell mengungkapkan bahwa cara terbaik
menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut, siapa? (Who?) mengatakan apa? (Says what?) dengan saluran apa? (In
Which Channel?) kepada siapa? (To Whom?) dengan akibat atau hasil apa? (With
What Effect?). Dari model komunikasi Laswell ini, peneliti akan lebih mudah
mengklasifikasikan elemen-elemen komunikasi sesuai dengan apa yang
dibutuhkan dalam penelitian ini. Sebagaimana Majalah Djaka Lodang sebagai
komunikator (who), pesan yang disusun berupa tagline promosi (says what),
media yang dipilih dalam penyampaian pesan (in which channel), kepada para
pelanggan sebagai target market (To whom), dengan efek yang diterima
pelanggan apakah cenderung loyal atau tidak (With what effect).
5
Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar (Bandung,2005), hal. 41-42
7
2. Komunikasi Pemasaran
Konsep pemasaran sebagai suatu pertukaran merupakan konsep yang sudah
lama disetujui oleh banyak ahli pemasaran. inti dari konsep pemasaran adalah
adanya proses tukar-menukar antara pihak 1 dengan pihak lainnya, baik
pertukaran secara terbatas maupun secara luas dan lebih kompleks. Salah satu
ahli pemasaran yang mendukung pernyataan ini adalah philip Kotler. Menurut
Kotler pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya
individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan
dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai
dengan pihak lain. Didalam proses pertukaran tersebut ada peran komunikasi
yang sangat penting dalam hal membawa pesan.
Pada tingkat dasar, komunikasi dapat memberikan kesadaran akan adanya
keberadaan suatu produk (awarenness) kepada khalayak. Pada tingkat lanjut
peran
komunikasi
tidak
hanya
mendukung
proses
pertukaran
seperti
menginformasikan, membujuk, mengingatkan dan membedakan produk belaka,
namun lebih pada pertukaran nilai – nilai ke masyarakat. Karena sangat
pentingnya peran komunikasi dalam pemasaran, banyak ahli yang memiliki
pendapat bahwa pemasaran itu adalah komunikasi dan keduanya merupakan hal
yang tidak bisa dipisahkan.
Schultz, Tannenbaum, dan Lauterborn dalam
bukunya yang berjudul Intergrated Marketing Communications, mengatakan
bahwa dalam masyarakat informasi, pemasaran adalah komunikasi dan
komunikasi adalah pemasaran, dimana keduanya tidak dapat dipisahkan.
Ada beragam definisi tentang komunikasi pemasaran yang diungkapkan oleh
para ahli diantaranya adalah sebagai berikut :
Definisi yang pertama datang dari Dharmmesta Basu Swastha yang
mendefinisikan kegiatan komunikasi pemasaran merupakan pertukaran
informasi dua arah antara pihak – pihak atau lembaga – lembaga yang terlibat
dalam pemasaran. lebih rinci pendapat Swastha adalah sebagai berikut :
8
“Komunikasi pemasaran adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan
oleh pembeli dan penjual, dan merupakan kegiatan yang membantu
dalam pengambilan keputusan di bidang pemasaran serta mengarahkan
pertukaran agar lebih memuaskan dengan menyadarkan semua pihak
untuk berbuat lebih baik.”6
Definisi selanjutnya datang dari Delozier (1976) yang mendefinisikan
komunikasi pemasaran sebagai suatu dialog yang berkesinambungan antara
pembeli dan penjual dalam suatu pangsa pasar. Kemudian menurut Nickels
(1984) komunikasi pemasaran adalah pertukaran informasi dua arah dan persuasi
yang menunjang proses pemasaran agar berfungsi secara lebih efektif.
Jadi, komunikasi pemasaran adalah persoalan mengelola pesan – pesan
komunikasi untuk menunjang proses pertukaran antara dua belah pihak.
Tujuannya untuk mencapai keselarasan persepsi tentang nilai merek (Intangible
Aspect Product) dengan semua target audience. Dalam hal pengelolaan pesan –
pesan ini merupakan sebuah proses yang panjang dan berlangsung terus menerus.
Gambaran singkat dari proses pengelolaan pesan itu misalnya tentang proses
pembuatan pesan, penggunaan jenis komunikasi , pemilihan media dalam
penyaluran pesan, umpan balik yang diberikan target audience dsb.
3. Bauran Promosi
Dalam praktek di lapangan konsep aktivitas komunikasi pemasaran sering
diwujudkan dalam progam bauran promosi (Promotional Mix). Disebut bauran
promosi karena biasanya pemasaran sering menggunakan berbagai jenis promosi
secara simulan dan terintegrasi dalam satu rencana produk. Menurut Philip
Kotler ada lima alat bauran promosi utama yaitu Advertising, Sales Promotion,
Direct Marketing, Public Relation & Publicity, dan Personal Selling. 7
Dharmmesta Basu Swastha, Azas – Azas Marketing (Yogyakarta, 2002), hal.234
Philip Kotler & Grey Amstrong, Prinsip – Prinsip Pemasaran, terj. I. Nurmawan (Jakarta, 2001) hal.
656
6
7
9
a. Advertising
Iklan merupakan salah satu bentuk promosi yang banyak
digunakan perusahaan dalam mempromosikan produknya. Definisi
iklan sendiri banyak dikemukakan oleh para ahli salah satunya adalah
Kevin Lane Keller yang berpendapat tentang iklan sebagai berikut :
Advertising can be defined as any paid form of nonpersonal
presentation and promotion of ideas, good or service by any
identified sponsor. (periklanan bisa diartikan sebagai segala
bentuk penyampaian pesan dan promosi non personal berupa
ide, barang dan jasa yang dibiayai oleh pihak yang dikenal)8
Keller menekankan periklanan sebagai pesan (ide, barang dan
jasa) yang disampaikan dengan tujuan promosi, yaitu membayar
tempat disuatu media untuk mempromosikan sesuatu. Perusahaan
menggunakan periklanan untuk membuat suatu media sebagai
penyalur pesan untuk promosi.
b. Sales Promotion
Shimp
mengatakan
bahwa
sales
promotion
(promosi
penjualan) sebagai semua kegiatan pemasaran yang mencoba
merangsang terjadinya aksi pembelian dalam waktu singkat. Promosi
penjualan diarahkan langsung ke konsumen atau calon konsumen
untuk mau melakukan transaksi dengan imbalan tertentu. Imbalan
tersebut bisa berupa hadiah, bonus, fasilitas, potongan harga atau
bentuk apapun yang sekiranya bisa menarik perhatian. Usaha sales
promotion ini dilakukan menurut keller untuk mengubah perilaku
dalam bertransaksi yang biasanya membeli sedikit, langsung membeli
banyak dari biasanya atau mencoba untuk membeli produk untuk
pertama kalinya.9
8
Kevin Lane Keller, Strategic Brand Management : Building, Measuring, and Managing Brand
Equity (New Jersey : 2003), hal. 286
9
Ibid, hal. 309
10
c. Public Relation & Publicity
Bentuk kegiatan promosi yang lain yang sering dipakai adalah
humas/ publicty. Publicity sekarang ini memiliki peran yang penting
karena dapat menjangkau opini publik yang dapat men-support produk
dan layanan serta membentuk sebuah perceive quality (kualitas yang
dipersepsikan)dalam benak konsumen. Publicity berkaitan dengan
usaha perusahaan menumbuhkan dan menciptakan citra, baik itu citra
perusahaan (corporate image) maupun brand atau citra produk
(Product image).10
d. Personal Selling
Personal selling adalah improvisasi dari penjualan dengan
menggunakan komunikasi person to person.11. Personal selling
biasanya dilaksanakan oleh sales dibawah naungan manajer penjualan
yang mempromosikan produk secara langsung pada pasar sasaran.
Oleh karena komunikasi yang terjadi bersifat langsung dan dua arah,
Belch dan Belch menyebut gejala ini dengan konsep Dyadic
Comumunication.
“thus direct and interpersonal communication lets sender
immediately receive and evaluate feedback from the receiver.
This communication process, known as dyadic communication
(between two people or groups) allows for more spesific
tailoring of the message and more personnel communication
than do many of other media discussed”12
Shimp lebih lanjut mengatakan bahwa personal selling
(penjualan individu) adalah bentuk komunikasi antar individu dimana
tenaga
10
penjual/wiraniaga
menginformasikan,
mendidik,
John, E. Kennedy & Dermawan Soemanagara, Marketing Communication : Taktik & Strategi
(Jakarta, 2006), hal. 21
11
Ibid, hal. 33
12
Ibid, hal. 34
dan
11
melakukan persuasi pembeli atau calon pembeli produk atau jasa
perusahaan.13
e. Direct Marketing
Direct marketing dikenal sebagai metode yang rendah biaya
dan efektif untuk berkomunikasi dengan calon pelanggan. Karena
pemasar langsung dapat menjangkau calon pelanggan pada saat yang
tepat dan dibaca oleh calon pelanggan yang lebih memiliki prospek.
Pemasaran langsung memungkinkan pemasar menguji media dan
pesan alternatif untuk menemukan pendekatan yang paling efektif dari
segi biaya. Pemasaran langsung juga membuat penawaran dan strategi
pemasar langsung kurang dapat dilihat oleh pesaing.
4. Loyalitas Pelanggan
Pelanggan memiliki perbedaan dengan konsumen. Seseorang dapat
dikatakan sebagai pelanggan apabila orang tersebut mulai membiasakan diri
untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan oleh badan usaha. Kebiasaan
tersebut dapat dibangun melalui pembelian berulang – ulang dalam jangka waktu
tertentu. Apabila dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pembelian ulang
maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai pelanggan tetapi sebagai
pembeli atau konsumen. Perilaku pelanggan menunjukan sikap loyal kepada
perusahaan. Namun loyalitas ternyata memiliki level atau tingkatan – tingkatan.
Backman dan Crompton (1991) memandang, ada empat level loyalitas yaitu True
Loyalty, Latent Loyalty, Spurious Loyalty, dan Low Loyalty.
Metodologi
Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif dengan
pendekatan studi kasus yang ingin mengetahui dan melihat lebih mendalam mengenai
13
Terence, A. Shimp, Periklanan Promosi dan Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu
(Jakarta, 2003) hal.5
12
kasus aktivitas komunikasi pemasaran majalah Djaka Lodang dalam menciptakan
loyalitas pelanggannya. Menurut Creswell (1998:54), Penelitian studi kasus adalah
studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki
pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi.
Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat, dan kasus yang dipelajari berupa
program, peristiwa, aktivitas, atau individu.
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
wawancara mendalam (indepth interview). Wawancara adalah suatu teknik
pengumpulan data di mana peneliti mengajukan pertanyaan tentang ssegala sesuatu
kepada responden untuk mendapatkan dan menggali informasi yang dibutuhkan.
Analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif yaitu dengan menggunakan
model analisis interaktif Miles dan Huberman yang terdiri dari pengumpulan data,
reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan.14 Triangulasi data digunakan untuk
validitas data pada penelitian ini.
Sajian dan Analisis Data
1. Aktivitas
Komunikasi
Pemasaran
Majalah
Djaka
Lodang
dalam
Menciptakan Loyalitas Pelanggan
Majalah Djaka Lodang telah menetapkan target sasarannya berupa instansi
pemerintahan, komunitas – komunitas, dan murid – murid sekolah. Untuk
menjadikan mereka menjadi pelanggan yang loyal, majalah Djaka Lodang telah
melakukan beberapa aktivitas komunikasi seperti Advertising, Personal Selling,
Direct Marketing, Publicity, dan Sales Promotion. Advertising
dilakukan
majalah Djaka Lodang dengan beriklan di Jogja TV, Ratih TV, Radi Koncotani
dsb. Kemudian Sales Promotion berupa promo percobaan hingga 3 kali,
potongan harga untuk reseller dan pembelian dalam jumlah banyak. Sementara
Direct Marketing dilakukan melalui sms privasi kepada para pelanggan yang
sudah terdaftar di redaksi majalah Djaka Lodang.
14
HB.Sutopo. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya dalam
Penelitian. (Surakarta, 2002). hlm.96.
13
Advertising dilakukan majalah Djaka Lodang karena merupakan progam
kerjasama dengan media yang dijalin. Artinya majalah Djaka Lodang tidak
mengeluarkan biaya untuk melakukan kegiatan tersebut. Dan advertising
sendiri kurang tepat untuk menyasar target majalah Djaka Lodang. Kemudian
penyebaran katalog dan brosur serta pemberian rabat atau potongan harga juga
kurang efektif dalam menjangkau target sasaran. Oleh karena itu majalah Djaka
Lodang mengandalkan personal selling sebagai progam yang paling dominan
untuk menyasar target sasarannya dan dikombinasikan dengan sales promotion,
dan publicity.
Personal selling Djaka Lodang, dalam prakteknya menugaskan beberapa
karyawan untuk bertemu dengan pelanggan dalam hal pengiriman. Namun juga
ada yang atas inisiatifnya sendiri ikut membantu dalam pengiriman majalah.
Ketika mereka bertemu dengan pelanggan ini, para karyawan ini juga
melakukan “srawung” / sapa aruh kepada para pelanggannya. Ini membuat para
pelanggan merasa nyaman dan apabila ada keluhan bisa langsung diutarakan
atau disampaikan.
Kelebihan personal selling majalah Djaka Lodang diantaranya adalah
interaksi pribadi yang membuat pesan menyesuaikan dengan karakteristik calon
pelanggan, pengembangan hubungan dari ranah hubungan dagang ke personal,
dan kecepatan respon dalam mengatasi masalah pelanggan. Sementara
kelemahan personal selling Djaka Lodang adalah kurangnya wiraniaga dalam
melakukan personal selling.
Selain melakukan aktivitas komunikasi pemasaran majalah Djaka Lodang
dalam menciptakan loyalitas pelanggan juga menerapkan progam customer
retention. Menurut Kotler ada dua cara untuk memperkuat customer retention.
Pertama adalah dengan mendirikan rintangan beralih yang tinggi dan yang
kedua adalah memberikan kepuasan yang tinggi pada pelanggan.15 Majalah
Rara Putri Delia, “Analisis Determinan Yang Memengaruhi Loyalitas Pembaca Majalah Wanita”
(Tesis progam pascasarjana FISIP UI, Jakarta, 2012) hal.22
15
14
Djaka Lodang secara alami atau sendiri nya telah menciptakan rintangan beralih
yang tinggi. Ini dikarenakan kompetitor majalah Djaka Lodang yang sedikit.
Selain itu pengetahuan untuk mengakses produk kompetitor juga sangat minim
dan susah. Oleh karenanya ini menimbulkan hambatan beralih yang tinggi.
Kemudian kepuasan didapat apabila sebuah produk dapat memenuhi
kebutuhan dan harapan para konsumennya. Pada kasus Djaka Lodang para
konsumennya itu memiliki harapan yang rendah atas produk majalahnya. Ini
terlihat dari perkataan mereka yang merasa sudah bagus dan sudah cukup
dengan kualitas kertas, foto, cover dsb. Mereka tidak menginginkan perbaikan
lebih banyak karena mereka tau nanti berimbas pada harga dan kelangsungan
hidup majalah. Bagi mereka yang penting majalah Djaka Lodang tetap eksis itu
sudah bagus. Harapan yang rendah ini lah yang membuat apabila disuguhkan
produk Djaka Lodang menimbulkan kepuasan yang tinggi.
2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Pelanggan majalah Djaka
Lodang
Dalam mengambil keputusan untuk berlangganan majalah Djaka Lodang dan
memilih untuk loyal terhadap produk itu tentu ada beberapa faktor yang
mendasarinya. Mengutip pendapat Ahmad Mardalis dalam artikelnya meraih
loyalitas pelanggan memaparkan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi
loyalitas pelanggan diantaranya adalah kepuasan pelanggan, kualitas jasa, citra
produk dan perusahaan, serta hambatan beralih yang tinggi.16
a. Kepuasan Pelanggan (ekspektasi terhadap produk yang rendah)
Seperti yang dijelaskan pada bagian customer retention di bagian atas
bahwa para pelanggan majalah Djaka Lodang memiliki ekpektasi yang
rendah terhadap produk majalah Djaka Lodang. Sehingga ketika disuguhi
dengan kualitas yang bagus itu akan menimbulkan kepuasan yang tinggi
dari pelanggan
16
Ahmad Merdalis, “Meraih Loyalitas Pelanggan” Jurnal BENEFIT vol. 9 (Surakarta, 2005) hal. 115
15
b. Citra produk Majalah Djaka Lodang
Seperti halnya keinginan dari perusahaan, Djaka Lodang ingin
dicitrakan sebagai majalah berbahasa jawa. Dan sudah barang tentu dengan
misi untuk melestarikan budaya jawa. Nampaknya citra ini berhasil
melekat pada pelanggannya bahwa ikut berlangganan majalah Djaka
Lodang juga berarti ikut dalam melestarikan budaya jawa.
c. Hambatan Beralih yang tinggi
Seperti dijelaskan sebelumnya dalam bagian customer retention, bahwa
kompetitor langsung majalah Djaka Lodang sangat minim. Kalaupun jika
ada akan mengalami kesulitan akses dalam mendapatkan produk
kompetitor itu sendiri. Sehingga hambatan beralih menjadi terbentuk secara
sendiri (alami).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat diambil beberapa poin
kesimpulan sebagai berikut:
a. Aktivitas Komunikasi Pemasaran Majalah Djaka Lodang dalam usaha
menciptakan dan mempertahanakan loyalitas pelanggan adalah dengan
menggunakan Advertising, Direct Marketing, Sales Promotion, Personal
Selling dan Public Relation untuk menggaet target sasarannya. Majalah Djaka
Lodang telah menetapkan target sasarannya berupa instansi/dinas pemerintahan,
Komunitas-komunitas, Murid-murid sekolah, dan agen– agen penjual koran.
Dalam prakteknya Djaka Lodang menggunakan bauran promosi, yaitu
menggunakan lebih dari satu kegiatan promosi untuk menyasar satu target
sasaran.
b. Personal selling merupakan aktivitas komunikasi pemasaran yang dominan
dilakukan oleh majalah Djaka Lodang untuk menyasar target sasarannya.
Kelebihan personal selling majalah Djaka Lodang adalah interaksi pribadi
yang membuat pesan menjadi flexible, pengembangan yang memungkinkan
16
wiraniaga menjalin hubungan pribadi lebih lanjut, dan respon yang
memungkinkan wiraniaga mengatasi hambatan dan kesulitan dari calon
pelanggan. Sementara kelemahan personal selling majalah Djaka Lodang
terletak pada kurangnya jumlah tenaga dan tidak dikelolanya para wiraniaga
dengan baik.
c. Aktivitas komunikasi pemasaran juga dilakukan majalah Djaka Lodang
tercermin dalam
bentuk progam Customer Retention. Customer retention
majalah Djaka Lodang sendiri terwujud dalam dua hal yaitu peningkatan
kualitas pelayanan dan peningkatan kualitas konten majalah Djaka Lodang.
Peningkatan kualitas pelayanan meliputi proses pengiriman majalah dan
kesesuaian harga yang dibandrol. Sedangkan peningkatan kualitas konten
meliputi segi fisik majalah (kertas,cover, foto) dan isi majalah (otensitas,
bahasa yang digunakan, analisis masalah, dan rubrik)
d. Pengukuran loyalitas pelanggan majalah Djaka Lodang apabila menggunakan
teori Backman & Crompton (1991) tentang tingkatan- tingkatan
loyalitas,
maka loyalitas pelanggan majalah Djaka Lodang berada dalam tingkatan True
Loyalty. True Loyalty adalah tingkatan loyalitas pelanggan dicirikan dengan
adanya pembelian berulang, ikatan emosi dengan majalah dan kemauan
merekomendasikan majalah Djaka Lodang.
e. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelanggan majalah Djaka Lodang
menjadi loyal yaitu faktor kepuasan pelanggan, faktor kompetitor, dan faktor
citra majalah Djaka Lodang. Kepuasan pelanggan majalah Djaka Lodang
tegolong tinggi karena para pelanggan memiliki ekspektasi yang rendah
terhadap kualitas majalah Djaka Lodang.
Kompetitor yang minim
mengakibatkan terjadinya hambatan beralih yang tinggi secara alami. Dan citra
majalah Djaka Lodang sebagai wahana untuk melestarikan budaya Jawa
membuat para pelanggan menjadi loyal.
17
Saran
Berdasarkan data dan hasil analisis yang didapatkan dari penelitian ini, peneliti
mengemukakan beberapa saran. Adapun saran-saran tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Agar lebih efektif dan efisien, majalah Djaka Lodang dalam melaksanakan
progam harus step – by step. Target satu dahulu baru ke target selanjutnya.
Bukannya malah semua target di kerjakan dengan bersamaan karena itu akan
memecah fokus yang berakhir menjadi kurang efektif.
b. Majalah Djaka Lodang sudah benar menggunakan personal selling sebagai
ujung tombak aktivitas komunikasi pemasarannya. Namun hal ini perlu
diimbangi dengan bertambahnya tenaga pemasar dan juga pengelolaan tenaga
pemasar yang lebih baik lagi.
c. Majalah Djaka Lodang juga diharapkan terus meningkatkan kualitas konten dan
juga menjaga kestabilan harga. Karena kedua itu merupakan kunci alasan utama
para pelanggan menjadi loyal terhadap majalah Djaka Lodang
Daftar Pustaka
Delia, R. P. (2012). Analisis Determinan Yang Memengaruhi Loyalitas Pembaca
Majalah Wanita. Jakarta: Tesis Progam Pascasarjana FISIP Universitas
Indonesia.
Hartati, L., & Dharmmesta, B. S. (2011). Analisis Loyalitas Konsumen Terhadap
Retail Store di Bogor. Jurnal Ilmiah Manajemen dan Akuntansi Fakultas
Ekonomi (JIMAFE), Volume 1, 11-43.
Junaedhie, K. (1995). Rahasia Dapur Majalah di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Keller, K. L. (2003). Strategic Brand Management; Building, Measuring and
Managing Brand Equity. New Jersey: Prentice Hall.
Kennedy, J. E., & Soemanagara, R. D. (2006). Marketing Communication : Taktik &
strategi. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
Kotler, P., & Armstrong, G. (2001). Prinsip - Prinsip Pemasaran. (I. Nurmawan,
Trans.) Jakarta: Salemba Empat.
18
Merdalis, A. (2005). Meraih Loyalitas Pelanggan. BENEFIT, Volume 9, No 2, 111119.
Mulyana, D. (2005). Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung: P.T Remaja
Rosdakarya.
Shimp, T. A. (2003). Periklanan Promosi Dan Aspek Tambahan Komunikasi
Pemasaran Terpadu. Jakarta: Erlangga.
Swastha, B. (2002). Azas - Azas Marketing. Yogyakarta: Liberty.
Download