KATEKISASI V: ALLAH YANG ESA, FIRMANNYA DAN ROHNYA (ALLAH YANG ESA SEBAGAI TRITUNGGAL MAHA KUDUS) (2): DINAMIKA DI DALAM DIRI ALLAH YANG ESA DAFTAR ISI KATEKISASI V : f. Dinamika di dalam diri Allah Yang Esa i. Allah dan Firman Allah ii. Allah dan Roh Allah iii. Interaksi Antara Allah, Firman Allah, dan Roh Allah iv. Firman Allah “Diperanakkan dari Bapa” serta Roh Allah “Keluar dari Bapa” v. Roh Kudus sebagai Roh Allah, Roh Bapa, Roh Anak Allah, Roh Kristus, serta Roh Yesus KATEKISASI V: ALLAH YANG ESA, FIRMANNYA DAN ROHNYA (ALLAH YANG ESA SEBAGAI TRITUNGGAL MAHA KUDUS) (2): DINAMIKA DI DALAM DIRI ALLAH YANG ESA “Datanglah ya para umat, marilah kita menyembah Allah dalam tiga Hypostasis, Sang Putra tinggal didalam Sang Bapa, bersama-sama dengan Sang Roh Kudus, karena Sang Bapa dari kekal sampai kekal telah melahirkan Sang Putra, yang ada bersama kekal dan dari satu tahta, dan Sang Roh Kudus telah ada di dalam Sang Bapa dimuliakan bersama-sama Sang Putra, satu kuasa, satu esensi, satu keAllah-an, yang kita semua menyembah mengatakan : Allah Mahakudus, yang telah menciptakan segala sesuatu melalui Sang Putra, yang bekerjasama dengan Sang Roh Kudus. Sang Kuasa Mahakudus, yang melaluiNya kita telah mengenal Sang Bapa, dan melaluiNya Sang Roh Kudus telah datang ke dalam dunia. Sang Baka Mahakudus, Yang keluar dari Sang Bapa dan tinggal didalam Sang Putra. Ya Sang Trutunggal Mahakudus, kemuliaan bagiMu” (Doxastikon sembahyang senja Pantekosta) f. Dinamika di dalam diri Allah Yang Esa Allah yang dipercayai oleh Iman Kristen Orthodox berdasarkan Wahyu Alkitabiah adalah Allah yang hidup. Sebagai Allah yang hidup Ia bukan keberadaan statis yang mandheg, Ia bukanlah “Unmoved Mover “ (“Penggerak yang Tak Bergerak”) dari filsafat Aristoteles. Namun Ia adalah Allah Abraham, Ishak dan Yakub. Itulah sebabnya di dalam dzat dan hakekatNya Yang Esa itu Allah memiliki gerak hidup terutama dalam hubungan antara hypostasis-hypostasis “Wujud Allah” (“Bapa”), “Firman Allah” (“Putra”), dan “Roh Allah” (“Roh Kudus”) di dalam diri Allah itu sendiri. Karena adanya data-data Alkitabiah tentang “Gambar Allah” (Kolose 1:15, II Kor. 4:6, Ibrani 1:3) serta “Rupa Allah” ( Filipi 2: 6) dalam menyebut Yesus Kristus sebagai “Firman Allah” yang menjadi manusia, maka dimengerti bahwa ada hubungan kekal timbal-balik antara Allah dan FirmanNya ini. Hubungan timbal-balik itu adalah antara “Gambar Allah” dengan “Wujud Keberadaan” Allah. Beberapa Bapa Gereja Orthodox memahami hal itu sebagai sudah terkandung dalam makna kata bahasa asli Perjanjian Baru (bahasa Yunani): “Allah“ yang bahasa Yunaninya adalah “HoTheos”, itu sendiri. Kata Ho Theos ini dimengerti oleh mereka sebagai berasal dari kata “thea” atau “thein “ yang berarti “memandang” dalam arti “bertafakur” . i. Allah dan Firman Allah Karena Allah itu Kekal, berarti sifat memandang itupun kekal. Apa yang dipandang atau lebih tepatnya: Siapakah yang dipandang dan siapakah yang ditafakuri Allah ini ? Karena tak ada yang lain diluar Allah, karena Allah itu hanya sendiri pada DiriNya saja, maka Allah memandang diriNya Sendiri. Mengikuti pemikiran ini maka dimengerti bahwa dari kekal-azali sampai kekal-abadi “Ho Theos”, Yang Maha Memandang, tak henti-hentinya memandang diriNya karena itulah sifat-kekalNya sebagaimana yang terkandung dalam makna sebutanNya “Ho Theos” itu. Akibat memandang diri secara kekal inilah terjadinya “penampakan diri” atau “tajjali”, sehingga Allah melihat “Citra DiriNya,” itulah sebabnya di dalam diri Allah terdapat “Gambar Allah” (Kolose 1:15, II Kor. 4:6), “Gambar Wujud Allah “ ( Ibrani 1:3) serta “Rupa Allah” ( Filipi 2:5-6) sendiri. Keberadaan kekal Allah yang tanpa awal dan akhir yang demikian ini adalah “pewahyuan diri Allah” secara kekal di dalam diriNya yang serba Esa itu. Dalam alam-ciptaan, manusia mengenal dan mengerti Allah karena Allah yang menyatakan DiriNya kepada manusia. Padahal sifat-sifat Allah itu semuanya berada kekal dalam Diri Allah, termasuk sifat menyatakan diri ini. Ini berarti Allah tidak hanya mewahyukan diri sesudah ada manusia. Allah selalu mewahyukan diri, sebelum ada dunia ciptaan, sebelum ada malaikat, dan sebelum ada segala sesuatu. Karena itu Allah mewahyukan diri kepada DiriNya sendiri sejak kekekalan. Dalam pewahyuan diriNya kepada DiriNya dalam dzat-hakekatNya yang Esa dan kekal inilah Allah memandang “Citra” atau “GambarNya” sendiri (Kolose 1:15, Ibrani 1:3, II Kor. 4:6). Maka terkandung dalam makna kata “Ho Theos” atau “Dia yang Memandang ” itulah dimengerti bahwa Allah itu selalu ada dalam dzat-hakekatNya Yang Esa bersama dengan obyek pandangan kekalNya yaitu “GambarNya” 1 yang tak lain adalah “Firman Allah” sendiri. “Gambar Allah” sebagai obyek yang dipandang Allah sejak kekal dalam dzatNya yang Esa itu keluar dari dalam Diri Allah, berarti itu memiliki hakekat yang identik dengan Allah sebab kalau tidak identik berarti itu bukan “Gambar Allah” dengan demikian tidak bisa menjadi obyek Allah untuk “memandang diriNya” sendiri. Itulah sebabnya “Gambar Allah” atau “Firman Allah” (“Logos”) haruslah identik dzatNya dengan Allah yaitu Iapun berhakekat Allah, “Firman itu adalah Allah” (Yohanes 1:1). Karena Firman Allah (“Anak Tunggal Allah”) yang “ada dipangkuan Bapa” (“ yang ada di dalam dzaat-hakekat Allah”) itulah “…yang menyatakan…” Allah (Yohanes 1:18), baik kepada manusia setelah adanya waktu, maupun kepada DiriNya sendiri secara kekal. “Pewahyuan Diri Allah” kepada DiriNya sendiri secara kekal inilah yang disebut sebagai “Allah memperanakkan” FirmanNya itu. Itulah sebabnya Wahyu Diri Allah dalam Dzat-hakekatNya yang Esa yang tak lain adalah “Firman Allah” itu sendiri disebut “ Anak Allah”, karena lahir secara kekal tanpa awal dan tanpa akhir di dalam diri dan dzat-hakekat Allah yang Esa itu. Oleh karena itu Ia tidak berbeda dalam hakekat ilahiNya dengan Allah sendiri dan tidak dapat dipisahkan dari Allah, karena itu merupakan proyeksi dari pada Allah sendiri dan beradanyapun didalam Diri dan Dzat-Hakekat Allah yang Esa itu. Hal ini dikatakan Injil Yohanes demikian: “ En arkhee (Pada mulanya) heen Ho Logos ( adalah Firman), kai Ho Logos (dan Firman itu) heen pros ton Theon (menuju kepada Allah, bersama-sama dengan Allah) kai Theos heen Ho Logos. (dan Allah-lah Firman itu)” (Yohanes 1:1). Menurut ayat ini Firman itu “bersama-sama” dengan Allah (“pros ton Theon”), yaitu melekat satu di dalam dzat-hakekatNya yang Esa. Namun “pros ton Theon” itu juga berarti “menuju kepada Allah” yaitu Firman ini berhadap-hadapan dengan Allah atau berorientasi kepada Allah, meskipun Firman itu berada satu di dalam Allah, atau “bersama-sama dengan Allah”. Ini berarti Allah memandang FirmanNya yaitu memandang Wahyu DiriNya sendiri, memandang CitraNya, memandang AnakNya yang berada di dalam diriNya sendiri. Demikian pula sebaliknya Firman itu memandang kembali kepada Allah (Bapa) yang merupakan asal-usulNya. Allah itu dari kekal disebut “Allah” (“ Ho Theos”) berarti dari kekal Dia selalu memandang Diri dalam “tajjali”Nya melalui Firman, padahal Firman itu “pros ton Theon” (“menuju kepada Allah”), maka dalam kedalaman dzaat-hakekat Allah yang satu dan kekal itu terdapat keberadaan saling pandang-memandang. Allah memandang wahyuNya sendiri dan Wahyu itu juga memandang Allah kembali, dan itu terjadinya di dalam dzat-hakekat Allah yang hanya satu itu sendiri, bukan diluarnya. Inilah kebenaran yang terkandung dalam kata “pros ton Theon” itu. Sebab Alkitab mencatat doa dari “Firman Allah” ketika telah menjadi manusia Yesus Kristus, demikian: ”Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakan Aku padaMu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadiratMu (“para soi”) sebelum dunia ada.”(Yohanes 17:5). Ayat ini menjelaskan bahwa “sebelum dunia ada”, jadi sebelum Yesus Kristus menjelma menjadi manusia, Ia telah berada “di hadirat” Allah, atau berada dalam lingkup sekitar Allah (“para soi”). Di lingkup sekitar Allah sebelum adanya dunia ini “Firman Allah” sebelum menjelma manusia itu memiliki kemuliaan, dan kemuliaan itu pastilah identik dengan kemuliaan Bapa sendiri. Disinilah kita melihat hubungan timbal balik yang kekal antara “Allah” dan “FirmanNya” secara kekal, dimana dengan berada di hadirat Allah menunjuk Sang Putra (“Firman Allah”) ini selalu berhadapan dengan Sang Bapa (“Allah yang Esa”), dan pastilah sebaliknya Sang Bapa (“Allah Yang Esa”) itu berhadapan dengan Sang Putra (“Firman Allah”) sendiri. Sebagaimana dikatakan :”…tidak seorangpun mengenal Anak (Firman) kecuali Bapa (Allah Yang Esa), dan tidak seorangpun mengenal Bapa (Allah yang Esa) selain Anak (Firman), dan orang yang kepadanya Anak (Firman) itu berkenan menyatakannya ( dalam pewahyuan kepada manusia setelah adanya dunia ini)” (Matius 11:27). Ayat ini menjelaskan bahwa terdapat saling-kenal yang eksklusif dalam relasi Bapa dan Anak itu, yang tidak dimiliki sesuatu yang berada diluar relasi dari Bapa (Allah Yang Esa) dan Anak (FirmanNya) itu. Inilah saling pandang-memandang yang kekal itu, karena disitu terdapat saling kenal kekal yang eksklusif. Karena Firman Allah itu mengatakan diriNya “…keluar…dari Bapa..” ( Yohanes 8:42), berarti Ia berada di dalam diri Bapa itu di kekekalan azali sebelum dunia ada ini. Ini bermakna bahwa “Firman Allah” (Sang Putra) berada dalam diri Allah yang Esa (Sang Bapa) itu sendiri. Jadi pandang memandang kekal antara Allah dan FirmanNya itu berlangsungnya didalam dzat-hakekat Allah yang satu. Karena Firman Allah adalah “pantulan”, “refleksi” dan “gambar” dari Diri Allah sendiri, maka keberadaan Allah ini jelas tergambar dan terkandung dalam FirmanNya, padahal Firman itu berada di dalam Allah sendiri. Dengan demikian jelas bahwa “Firman berada di dalam Allah, namun Allah juga berada di dalam “Firman” itu. Sebagaimana dikatakan sendiri oleh Firman Allah itu setelah penjelmaanNya sebagai manusia :”…Aku didalam Bapa dan Bapa di dalam Aku” ( Yohanes 14:10). Allah memang tak dapat dipisahkan dari FirmanNya atau Bapa memang tak dapat dipisahkan dari Putra, karena sebagai “Ho Theos” yang berarti “Dia yang memandang” sejak kekal azali; maka haruslah secara kekal dalam Allah terdapat obyek pandangNya mengenai DiriNya sendiri, yaitu selalu ada GambarNya (CitraNya) yaitu AnakNya yang adalah FirmanNya. Ini berarti bahwa jika ada Allah maka Ia selalu ada dengan FirmanNya yang merupakan sifat dzaat-Nya yang kekal. Tidak ada Allah tanpa Firman itu, atau tidak ada Bapa tanpa Putra. Dan tidak ada Firman Allah (Anak) tanpa adanya Allah (Bapa) sebagai sumberNya. Berlangsungnya pewahyuan Diri Allah terhadap DiriNya sendiri yang berwujud Citra Allah yang tak lain adalah Firman Allah ini dikatakan Alkitab demikian: “Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan Gambar Wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan FirmanNya yang penuh kekuasaan.”( Ibrani 1:3 ). 2 Dalam bahasa asli Yunani kata ”Gambar Wujud Allah” adalah “Kharakteer tees Hypostaseoos Autou,.” Dengan demikian “Anak Allah” atau “Firman Allah” adalah “kharaktir” yang arti sebenarnya adalah: stempel / cap dari Allah. Gambar dari stempel yang dicapkan pada kertas , itu wujud dan sifatnya adalah tepat dan tidak ada bedanya sama sekali dengan gambar yang ada pada stempelnya itu sendiri. Dengan demikian “Anak Allah” atau “Firman Allah” yang menjadi “Gambar Allah” adalah “GAMBAR TINDASAN” tepat, persis tidak ada bedanya sedikitpun dari Wujud Allah ( Bapa ) sendiri. Itulah sebabnya apa saja yang yang menjadi milik Allah (Bapa), itu juga tanpa beda sedikitpun adalah milik Firman Allah ( Putra ) juga, karena “Firman Allah” adalah “cahaya kemuliaan” atau “pancaran kemuliaan” Allah. Firman Allah yang menjadi “gambar wujud Allah” ini disebut “cahaya kemuliaan” karena Allah itu bersifat “Terang” atau “Nur” kemuliaan (I Yoh.1:5), maka demikian juga FirmanNya yang keluar dari Allah itupun disebut “cahaya kemuliaan” atau “terang” (Yohanes 8:12), sebagaimana yang diteguhkan dalam pengakuan Iman juga , dimana Firman Allah atau Anak Tunggal Allah ini disebut sebagai “…Terang yang keluar dari Terang…”, yaitu yang keluar dari Allah sendiri dan yang tetap melekat di dalam diri Allah, serta yang memiliki realita dan jati-diri yang kongkrit yang ciriNya dapat dibedakan dari Bapa. Sehingga memandang terang dari Firman ini maka manusia mengenal Allah yang digambarkan melalui FirmanNya, sebagaimana Allah mengenal diriNya dalam FirmanNya itu. Bahwa milik Allah adalah juga milik FirmanNya ini dikatakan demikian: “Dan segala milikKu adalah milikMu dan milikKu adalah milikMu, dan aku telah dipermuliakan di dalam mereka.” ( Yohanes 17:10 ). Dalam ayat ini dikatakan oleh Firman Allah yang menjelma itu bahwa “milik Bapa adalah milikNya, milikNya adalah milik Bapa”. Memang konteks pembicaraan dalam ayat-ayat disini adalah mengenai murid-murid Kristus sebagai milik Allah, namun karena Allah adalah “Pemilik Segala yang Ada” termasuk pemilik dzaathakekat dan sifat-sifatNya sendiri, maka berarti segala sesuatu yang ada pada Bapa (Allah Yang Esa) baik dzaat-hakekat ilahiah maupun sifat-sifatNya itu ada secara tak berbeda pada Firman Allah. Dalam makna inilah Pengakuan Iman Nikea mengatakan “Anak Tunggal Allah” (“Firman Allah yang satu-satuNya”) itu “satu DzatHakekat dengan Bapa (Allah Yang Esa).” Hakekat Allah yang Esa (Bapa) itu sepenuhnya tinggal di dalam Firman Allah (Putra). Kemuliaan Allah yang Esa (Bapa) sepenuhnya berdiam di dalam Firman Allah (Putra), berarti dalam Allah yang Esa bersama FirmanNya itu hanya ada satu kemuliaan Ilahi saja, ini membuktikan bahwa memang Allah itu Esa. Dzat-Hakekat Allah (Bapa) yang satu itu, berdiam secara sempurna dan sepenuhnya didalam Firman (Putra) juga, sehingga dalam Allah Yang Esa bersama FirmanNya itu hanya terdapat satu dzat-hakekat ilahiah saja, ini makin menegaskan lagi bahwa Allah itu hanya satu sebab yang dalam Allah hanya satu dzat-hakekat saja. Bukan hanya dzat-hakekat Allah berada di dalam Firman , namun Firman itu juga berada didalam diri dan dzat-hakekat Allah Yang Esa itu. Kebenaran akan hal ini dikatakan oleh Alkitab demikian: “Karena seluruh kepenuhan ke-Allah-an (Hakekat/Dzat Allah) berkenan diam di dalam Dia (Firman Allah, Anak Allah yang Tunggal) .” (Kolose 1:19). Jadi tak ada yang lebih Allah atau yang kurang Allah, serta tak ada yang lebih besar atau yang lebih kecil dari segi ke-Allah-an antara Allah dan FirmanNya, karena ke-Allah-an itu hanya satu yang berada dalam dzathakekat Bapa, sedangkan Firman Allah berada di dalam dzaat-hakekat Bapa yang satu ini, maka Firmanpun memiliki dzaat-hakekat “Allah” yang sama dan satu ini dengan Bapa. Seluruh kepenuhan Ke-Allah-an atau seluruh kepenuhan Sang Bapa, Hakekat Sang Bapa secara sempurna diam di dalam Sang Putra. Sehingga dapat dikatakan bahwa Bapa berada “di dalam Putra”,namun karena sebagai Firman Allah, Putra itu melekat satu dalam Dzat-Hakekat Allah yang sama dan satu itu, maka dapat dikatakan bahwa Putra berada “di dalam Bapa”, sebagaimana yang dikatakan :”…Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku” (Yohanes 14:10) . Ke-Allah-an yang ada pada Bapa itulah yang ada dalam Sang Putra. Bahkan ketika Firman Allah (Putra) itu telah nuzul (“turun menjelma”) menjadi manusiapun, hakekat Sang Bapa (“kepenuhan ke-Allah-an”) itupun tetap diam di dalam Sang Putra, yang dengan demikian kesatuan hakekat antara Allah dan FirmanNya yang telah nuzul tak pernah dapat dihapuskan, seperti yang dinyatakan demikian: “Sebab di dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allah-an.” ( Kolose 2:9 ). Jadi ke-Allah-an dari Bapa yang satu itu berdiam secara penuh di dalam Putra. Maka jelas tidak ada dua “Ilah”, karena ada satu ke-Allah-an yang berdiam baik dalam Bapa (Allah yang Esa) maupun dalam Putra (FirmanNya yang berada di dalam Diri Allah”). Karena hanya ada satu “kepenuhan ke-Allah-an” baik dalam Allah yang Esa maupun dalam FirmanNya, berarti hanya ada satu kemuliaan ilahiah, yang berdiam juga di dalam Bapa (Allah Yang Esa) maupun Putra (Firman Allah yang berada di dalam diri Allah). Secara otomatis hanya ada satu kekekalan, karena Firman Allah (Sang Putra) itu sejak kekal-azali sampai kekal-abadi berada di dalam serta diwahyukan kepada atau diperanakkan oleh Bapa di dalam dzaat-hakekatNya yang Esa itu. Karena Bapa (Allah yang Esa) berada di dalam “FirmanNya” (“Putra”), maka hanya satu kehendak ilahi saja yang terdapat, karena kehendak Sang Bapa itulah yang menjadi kehendak Sang Putra. Sebagaimana yang dikatakan oleh “Firman Allah” itu sendiri ketika menjelma menjadi manusia: ”… Aku tidak menuruti kehendakKu sendiri (yaitu kehendak kemanusiaan setelah menjelma di bumi ini), melainkan kehendak Dia (Allah yang Esa) 3 yang mengutus Aku (untuk menjelma menjadi manusia di bumi ini) ” (Yohanes 5:30). Pernyataan Firman yang menjelma ini diteguhkan oleh pernyataan Allah sendiri:”….firmanKu yang keluar dari mulutKu….akan melaksanakan apa yang Kukehendaki….” ( Yesaya 55:11). Jadi kehendak Allah yang satu dan tunggal itu berada dalam, serta dituruti dan dilaksanakan oleh “Firman Allah” sendiri, baik sebelum menjelma menjadi manusia maupun sesudahnya. Karena kehendak Allah itu adalah kehendak yang berkuasa yang dilaksanakan melalui dan oleh FirmanNya, berarti ada satu kuasa ilahiah, yang berasal dari Allah, namun berdiam dalam dan dilaksanakan oleh FirmanNya (Sang Putra). Hal ini dikatakan Kitab Suci demikian: ”…Anak (Firman) tidak dapat mengerjakan sesuatu dari DiriNya sendiri (karena Firman Allah bukan ilah lain yang mandiri dan yang terpisah dari Allah yang Esa sehingga memiliki kuasa yang mandiri dan berbeda dari kuasa Allah Yang Esa itu)….apa yang dikerjakan Bapa , itu juga dikerjakan Anak (karya kuasa Anak itu adalah karya kuasa Bapa, karena memang ada satu kuasa ilahi yang dikerjakan oleh Allah di dalam dan melalui FirmanNya)” (Yohanes 5:19). Jika yang ada hanya satu kepenuhan ke-Allah-an, satu kehendak ilahiah, satu kemuliaan ilahiah, satu kuasa ilahiah, berarti memang tidak ada dua ilah, yang ada hanya Allah yang Esa. Dimana kepenuhan ke-Allah-an, kehendak ilahi, kemuliaan ilahi, serta kuasa ilahi yang hanya satu dari Allah yang Esa itu, berdiam juga dalam FirmanNya serta dilaksanakan oleh Firman itu, karena Firman itu berada di dalam dzaat-hakekat Allah yang satu itu. Memanglah Putra (Firman Allah) ini tidak dapat dipisahkan sedikitpun dari Bapa (Allah Yang Esa), karena Allah tak pernah ada tanpa FirmanNya yang berada serta melekat satu di dalam dzaat-hakekatNya Yang Serba Esa itu. Semua sifat-sifat yang ada pada Allah itu juga berada dalam FirmanNya, karena hanya ada sifat-sfat yang bersifat tunggal di dalam Allah. Karena yang dimaksud dengan Anak atau Putra di dalam Allah itu adalah Firman Allah sendiri, berarti sebenarnya di dalam Diri Allah itu tidak ada Bapa, tidak ada Putra, dalam arti jasmaniah dan biologis. Gelar-gelar ini adalah kata-kata kias yang diberikan kepada Allah supaya manusia mengerti hubungan antara Allah dengan WahyuNya ( Gambar atau CitraNya ) sendiri,yaitu Firman Allah/Kalimatullah yang berada satu di dalam diri Allah itu. Makin jelas bagi kita bahwa “pewahyuan Diri Allah” inilah yang disebut kelahiran atau diperanakkanNya: Anak Tunggal Allah (“Firman Allah yang hanya satu-satuNya”) dari Allah itu. Karena Allah mengeluarkan GambarNya dari dalam DiriNya sendiri, jadi dari situlah Ia disebut memperanakkan “Anak TunggalNya” atau “FirmanNya yang Satu” itu. Karena Allah itu tidak bertubuh jasmani, Anak Tunggal Allah itupun juga bukan berwujud jasmani, karena Ia adalah Firman dari Allah yang adalah roh (ghoib), maka Ia bersifat ghoib atau roh pula di dalam Diri Allah Yang Esa itu.. Oleh karena itu, Wahyu Allah / Citra Allah itu kekal. Karena Gambar Wujud Allah atau Firman Allah itu bukan hanya sekedar suara yang keluar dari mulut Allah saja, namun betul-betul`memiliki “hypostasis” (“realita jati diri yang kongkrit”) dengan sifat-sifat Nya yang bertindih tepat dan satu serta sama dengan sifat-sifat Bapa (Allah Yang Esa) sendiri, itulah sebabnya Ia disebut Anak untuk menegaskan kekongkritan “hypostasis”Nya ini. Karena bertindih tepatnya dan satunya antara dzaat-hakekat Firman Allah dengan dzaat-hakekat dan sifat-sifat Allah sendiri, maka dapatlah kita mengerti pernyataan Firman Allah ketika menjelma menjadi manusia yang demikian ini: ”…..Barang siapa telah melihat Aku, Ia telah melihat Bapa…” (Yohanes 14:9), karena Ia itu memang Gambar Allah yang azali, sehakekat dengan Allah dan kekal, dan pernyataan yang lain: “…Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku….“ (Yohanes 14:10), karena Ia itu adalah Firman Allah yang melekat satu dan berada di dalam Diri Allah, dan seluruh kepenuhan ke-Allah-anpun diam di dalam Dia. Dengan demikian jelas bahwa Bapa dan Putra itu sama sekali tidak bisa dipisahkan, karena Allah memang tak terpisah dari FirmanNya, dan Firman Allah itu bukan berada di luar Allah. Makin jelaslah bahwa Allah itu Esa dan tidak ada dua “Ilah” yang saling berbeda dan terpisah serta mandiri dalam penyebutan akan “Bapa” dan “Putra” mengenai Allah itu. ii. Allah dan Roh Allah Setelah kita bahas dinamika hubungan antara Allah dengan FirmanNya sendiri, maka selanjutnya haruslah kita bahas dinamika hubungan antara Allah dengan RohNya sendiri. Roh Allah itu disebut oleh Kitab Suci sebagai Roh Kudus. Dan Roh Kudus ini juga dikatakan sebagai “Roh Kebenaran”, serta dinyatakan sebagai “yang keluar dari Bapa” (Yohanes 15:26). Berarti Ia berasal tinggal di dalam Bapa sendiri. Mengenai hal ini Alkitab mengatakan: “Karena kepada kita Allah menyatakanNya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah. Siapa gerangan yang diantara manusia yang tahu, apa yang tersembunyi dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu,apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah.” (I Korintus 2 :10-11). Dalam ayat ini hubungan antara Roh Allah dengan Allah dianalogikan seperti hubungan antara manusia dengan rohnya sendiri. Sebagaimana roh manusia ada dalam diri manusia, dan mengetahui apa yang ada di dalam diri manusia, demikianlah Roh Allah itu berada di dalam diri Allah dan mengetahui kedalaman batiniah Allah, yaitu menyelidiki hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah (“bathi tou Theou”). “Bathi tou Theou” artinya “kedalaman Allah”, itulah dzat-hakekat Allah Sebagaimana roh manusia berada dalam diri manusia, dan satu dengan manusia itu secara tak terpisahkan, demikianlah Roh Allah yang ada di dalam “bathi tou Theou” atau kedalaman dzaat-hakekat Allah adalah satu secara tak terpisahkan di dalam diri Allah sendiri. Karena Ia memang RohNya Allah, sebab Allah itu hidup sehingga RohNya sebagai prinsip hidup dan kuasa di dalam Allah itu berada di dalam Allah. Sudah kita bahas bahwa ciri khas hypostasis Roh Allah itu disamping bersama Firman Allah berada di dalam dzaat-hakekat Allah, Ia juga “keluar dari Bapa”, sebagaimana yang nyata dari pernyataan Sang Kristus yang demikian ini: 4 “……. Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, …..” (Yohanes 15:26). Sang Kristus mengatakan mengenai Roh Allah itu bahwa“Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa” (“to Pneuma tees aleetheias o para tou Patros ekporeuetai”), ini. artinya bahwa Roh Allah itu asalnya dari dalam Bapa (I Kor. 2:10-11), namun pada saat yang bersamaan juga “keluar pergi dari” (“ekpreuetai”) Bapa. Dengan demikian jelaslah bahwa Roh itu mempunyai asal-usul dari esensi /dzat-hakekat Allah Allah sendiri, karena Dia itu memang berada dalam kedalaman Diri Allah sebagai RohNya Allah. Roh Suci ini dikatakan “keluar” dari Bapa, namun terjadinya bukan diluar diri Allah, karena pada saat Ia keluar ini Ia juga dikatakan berada dalam Diri Allah. Berarti Ia keluar dari Allah untuk mencapai suatu tujuan yang juga ada di dalam Diri Allah itu.. TujuanNya adalah Firman Allah, karena Firman Allah inilah obyek-pandang dan obyek kasih Allah secara kekal. Sebagaimana yang dikatakan oleh Firman Allah itu sendiri setelah penjelmaanNya sebagai manusia:” ….Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan” ( Yohanes 17:24). Dengan demikian ini lebih merupakan gerakhidup di dalam diri Allah sendiri. Gerak hidup ini adalah kasih yang tercurah dari Allah kepada “FirmanNya” sendiri, dan terjadinya secara kekal serta diluar waktu (“…sebelum dunia dijadikan…”). Padahal yang berfungsi untuk mencurahkan kasih Allah, baik sesudah ada manusia, maupun dalam kekekalan adalah Roh Allah sendiri, karena Roh Allah itu adalah “Roh yang kekal” ( Ibrani 9:14), sebagaimana dikatakan:” kasih Allah telah dicurahkan ….. oleh Roh Kudus “ ( Roma 5:5). Maka keluarNya Roh Allah dari Bapa, yang berlangsungnya di dalam Diri Allah Yang Esa itu sendiri, adalah untuk berdiam di dalam Putra (Firman) sebagai “pencurah kasih Allah” yang ditujukan kepada “Firman” itu, secara kekal. Pencurahan kasih oleh Roh Allah dalam “keluarNya Roh Kudus dari Bapa” secara kekal dan diluar waktu ini bertindih tepat dengan “diperanakkanNya Firman Allah dari Bapa “ sebagaimana yang telah kita bahas diatas. KeluarNya Roh Kudus dari Bapa dari kekal azali sampai kekal abadi itu ada sangkut-pautnya dengan diperanakkanNya Firman, karena bersamaan dengan diperanakkanNya Firman secara kekal itu pula maka “kasih Allah” itu dicurahkan secara kekal atau “sebelum dunia dijadikan” kepada Firman oleh Roh Kudus. Karena “Allah memandang DiriNya” di dalam FirmanNya itu dalam kasih. Sehingga keluarNya Roh Kudus dari Bapa itu ada hubungannya dengan pernyataan kasih Allah kepada Firman Allah. Jadi ada suatu lingkaran kasih dari Allah kepada FirmanNya, dan dari Firman kepada Allah melalui Roh yang sama itu karena Firman itu “pros ton Theon” (“menuju kepada Allah”) -Yohanes 1:1. Hal ini berlangsung secara kekal. Maka dapatlah kita mengerti bahwa keberadaan Allah itu adalah hidup yang dinamis, dan hidup dinamis Allah dalam “FirmanNya” melalui “RohNya” itu adalah kasih yang timbal balik antara Allah dan FirmanNya di dalam RohNya sendiri. Sehingga keberadaan Allah yang hidup itu adalah keberadaan "kasih"” Itulah sebabnya Kitab Suci mengatakan bahwa “Allah adalah kasih” ( I Yohanes 4:8), bukan hanya yang “mengasihi” tetapi “kasih “ itu sendiri. Maka tidak bisa tidak, Allah pasti mengasihi, karena “kasih” itulah keberadaan Allah. iii. Interaksi Antara Allah, Firman Allah, dan Roh Allah Dari sinilah kita dapat mengerti bahwa hubungan antara Bapa (Allah Yang Esa), Putra (Firman Allah yang berada secara kekal melekat satu dalam Diri Allah itu), dan Roh Kudus (Roh Allah yang juga berada secara kekal melekat satu bersama Firman Allah dalam Diri Allah itu) itu adalah hubungan yang kekal. Dan hubungan kekal dimana Roh Kudus keluar dari Bapa (Allah Yang Esa) dan tinggal di dalam Putra (Firman Allah) itu bahkan dinyatakan dengan jelas pada manusia ketika Putra (Firman Allah) itu menjelma menjadi manusia: yaitu saat Sang Kristus dibaptiskan. Dinyatakan Kitab Suci demikian: “ Sesudah dibaptis Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun keatas-Nya, lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan:Inilah Anakku yang Kukasihi, kepadaNya-lah Aku berkenan.” (Matius :16-17, Markus 1:910). Data Alkitab diatas mengatakan bahwa “langit terbuka”, sebagai simbol dari terbukanya misteri sorgawi, inilah pewahyuan atau penyataan Ilahi. Dan dari langit itu terdengar suara Bapa (Allah) yang dinyatakan sebagai suara dari sorga. Dan dari langit atau dari sorga yang terbuka itulah “Roh Allah seperti burung merpati turun”. Ini jelas menunjukkan pewahyuan bahwa Roh Allah itu memang berasal dari Bapa, atau keluar dari Bapa, karena langit atau sorga itu simbol dimana Bapa berada. Dan berasal dari situ Roh Kudus keluar dan turun.. Serta tujuan sasaran keluarNya atau turunNya Roh Allah dari Bapa adalah “keatas-Nya” yaitu kepada “Firman Allah “ yang menjelma :Yesus Kristus ini. Bersamaan dengan turunNya Roh Kudus inilah maka dinyatakan suara Bapa “Inilah Anakku yang Kukasihi”. Itulah sebabnya peristiwa baptisan Kristus ini dirayakan dalam Gereja Orthodox sebagai salah pesta besar Gereja setiap tanggal 6 Januari, sebagai perayaan “Epiphani” atau “Penampakan Ilahi”, karena misteri hubungan dalam diri Allah itu untuk pertama kalinya dinyatakan pada manusia dalam bentuk yang begitu amat jelas dan kongkritnya. Dengan demikian data Alkitab ini makin menegaskan apa yang sejauh ini kita bahas bahwa memang Roh Allah itu keluarNya dari Allah (Bapa) saja, namun juga Ia tetap tinggal di dalam Allah, dan bahwa Anak Allah (“Firman Allah”) itulah sasaran “kasih Allah” (“Yang Kukasihi”). Dan bahwa penyataan kasih Allah kepada FirmanNya itu bertindih tepat dengan keluarNya Roh Allah dari Allah untuk tinggal pada FirmanNya, sebagai pencurah kasih Allah tadi. Jadi Roh Allah itu bukan keluar dari Firman Allah, namun tinggal dalam Firman Allah, sedangkan keluarNya hanya dari Bapa saja. Meskipun kelihatannya Firman Allah yang menjelma itu terpisah dari Allah, karena Ia berada di dalam air sungai Yordan sedangkan Allah berada di sorga, namun sebenarnya Ia tak terpisah, karena Ia mengatakan ketika Ia berada diatas bumi ini: ”Aku dan Bapa adalah satu” 5 (Yohanes 10:30) “…Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau….Kita adalah satu” ( Yohanes 17:21b, 22c), serta pernyataan Alkitab yang lain “Sebab di dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allah-an.” (Kolose 2:9 ). Kelihatannya memang Firman Allah terpisah dari Allah, dan Roh Allah. Ini disebabkan Ia menampakkan diri dalam wujud penjelmaanNya, sedangkan keilahianNya tak dapat dilihat mata. Namun dapat kita bayangkan jika Roh Allah berwujud “seperti” (jadi bukan sungguh-sungguh demikian wujudNya) burung merpati, lalu hinggap pada Yesus Kristus: Firman Menjelma itu, maka dapat kita lihat bahwa tanpa terpisah dari Allah (buktinya Allahmasih hidup dan menyatakan FirmanNya kepada manusia, dan tetap berkuasa buktinya dunia tidak lebur) yang di sorga, Ia juga tinggal pada Yesus Kristus (Firman Allah yang menjelma) ( karena Ia nampak hinggap diatasNya untuk tinggal padaNya), dengan demikian Roh Allah itu tinggal pada Bapa namun juga pada Firman yang menjelma. Dengan demikian Firman Allah tetap satu dalam Allah, melalui RohNya ini. Sedangkan secara jasmaniah yaitu dalam wujud kemanusiaan yang nampak sedang dibaptis itu, sebenarnya seluruh kepenuhan keAllah-an yang jelas tak dapat dilihat oleh mata itu, berdiam atau bersemayam dan berada di dalam Dia yaitu didalam diri yang terdalam dari wujud penjelmaan Firman Allah:Yesus Kristus, sebagai manusia yang nampak mata itu. Dengan demikian seluruh kepenuhan ke-Allah-an yang ada di sorga itu ternyata berada di dalam FirmanNya juga bahkan secara jasmaniah dalam wujud penjelmaanNya itu. Dengan demikian Firman Allah tetap satu dalam diri Allah bahkan ketika menjelma menjadi manusia. Jadi Allah tetap tak terpisahkan dari FirmanNya dan Firmanpun tetap satu dengan Allah, atau tinggal dalam Bapa.Padahal tinggalNya pada Bapa itu pada dzaathakekatNya yang Esa, berarti Yesus Kristus baik secara kepenuhan ke-Allah-an, maupun melalui tinggalNya Roh Allah dalam Bapa dan dalam DiriNya tetap satu didalam dzat-hakekat Allah yang Esa itu. Hanya hal itu tak terlihat mata, karena peristiwa disini adalah peristiwa "penampakan" oleh karena itu memang yang nampak mata yang harus diketahui manusia, sedangkan yang ghoib atau yang tak nampak mata tetap tak diketahui manusia. Keberadaan kekal itulah yang dinyatakan dalam “epiphani” ini agar manusia dapat belajar dan mengerti rahasia mengenai kebenaran hubungan antara hypostasis-hypostasis yang ada dalam Allah Yang Satu itu. Yaitu “Firman” itu adalah Anak Allah yang menjadi sasaran “kasih” dan “perkenan Allah” dan bahwa Roh Kudus itu keluar hanya dari Allah (Bapa) untuk tinggal di dalam “Firman“ bagi mencurahkan kasih Allah kepadaNya. Oleh karena itu mengenai hal ini dikatakan oleh Yohanes Pembaptis sebagai saksi mata peristiwa itu,demikian: “Dan Yohanes memberi kesaksian katanya:“Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal diatasNya.” ( Yohanes 1: 32 ). Kesaksian Yohanes ini menegaskan bahwa “Roh Allah” turun dari langit, yaitu keluar dari Bapa”, serta “Ia tinggal” diatas Putra, dan tentunya langsung juga kedalamNya. Karena Allah “..mengaruniakan RohNya dengan tidak terbatas (kepada FirmanNya ini)” ( Yohanes 3:34) Berarti Roh Allah itu tinggal dalam Allah namun juga sekaligus tinggal dalam Firman Allah, padahal Firman itu juga tinggal di dalam Allah, sebagaimana Allah juga tinggal di dalam FimanNya, otomatis Firman juga tinggal dalam Roh Allah dan Allahpun tinggal dalam RohNya sendiri. Demikianlah ketika dibicarakan tiga hypostsis ternyata ketiganya itu adalah satu, karena saling mendiami secara tak terpisahkan. Ketika dibicarakan yang satu, ternyata terdapat di dalam yang satu ini hypostasis Firman Allah dan hypostasis Roh Allah, karena memang Allah itu Esa. Oleh karena itu di dalam Gereja Orthodox penyatan perayaan pembaptisan Kristus ini dinyatakan sebagai penyataan Ilahi mengenai Tritunggal Maha Kudus, yaitu penyataan ilahi dari hubungan yang ada diantara Allah, FirmanNya sendiri, dan RohNya yang kekal di dalam DiriNya Yang Esa itu. Karena “keluarNya” Roh Kudus dari Bapa sejak kekal itu berfungsi sebagai pencurah kasih Allah kepada Firman Allah, dan bertindih tepat dengan berlangsungnya Bapa menyatakan diriNya di dalam FirmanNya, maka disinilah Roh Kudus mencurahkan kasih Bapa sepenuhnya kepada Putra (Firman) dan sekaligus Roh Kudus memantulkan balik kasih Anak kepada Bapa. Demikianlah Roh Kudus berfungsi ganda dalam gerak hidup ilahi Yang Esa itu, sebagai pencurah kasih Allah kepada Putra (Firman) dan sebagai pemantulkan kasih itu dari Putra (Firman) kepada Bapa (Allah Yang Esa), sebagaimana yang terkandung dalam makna kata“ O Logos pros ton Theon” (Yohanes 1:1) “ O Logos = Fiman itu, pros ton Theon = menuju kepada Allah” yang bermakna berhadaphadapan dengan Allah”, inilah keberadaan saling memandang secara kekal itu. Bapa melihat CitraNya sendiri dan mengasihi CitraNya itu, yang mana kasih itu dicurahkan oleh Roh Kudus kepadaNya. Dan Putra (Firman Allah) itu memantulkan kembali kasih Bapa, sehingga di dalam Allah Yang Esa terdapat satu gerakan kasih yang kekal. Maka fungsi Roh Kudus itu bukanlah untuk menyatakan diriNya sendiri namun untuk menyatakan Putra (Firman Allah), yaitu menjadi lingkup Allah sendiri untuk mengenal diriNya di dalam FirmanNya itu, atau sebagai lingkup penyataan diri Allah melalui FirmanNya. Itulah yang dimaksud oleh Sang Kristus mengenai Roh Kudus, yang berikut ini: “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan menuntun kamu dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dalam diriNya sendiri, tetapi segala sesuatu yang di dengarNya itulah yang akan dikatakanNya dan Ia akan memberitakan kepadamua hal-hal yang akan datang.Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimaNya dari padaKu.Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata:Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimaNya dari padaKu.”( Yohanes 16:13-15 ). 6 Memang ayat ini berbicara mengenai pekerjaan Roh Kudus di dalam dunia ini kepada manusia. Namun karena aktivitas hubungan dari setiap hypostasis di dalam Allah itu adalah kekal, maka demikian pula apa yang dikatakan dalam ayat ini mengenai karya Roh Kudus itu itupun bersifat kekal. Aktivitas Roh Kudus menurut ayat ini ialah “ memuliakan Aku” serta “akan memberitakan kepadamu apa yang diterimaNya dari padaKu”. Roh Kudus memuliakan Kristus karena Ia menerima isi berita dari Kristus. Berarti isi berita yang disampaikan oleh Roh Kudus adalah Kristus, karena Ia memuliakan Kristus, namun sumbernya juga dari Kristus. Maka jelas Kristuslah yang dinyatakan Roh Kudus dan bukan diriNya sendiri, Roh Kudus tidak mengambil dari diriNya sendiri tetapi dari Kristus, karena bukan diriNya yang dinyatakan tetapi Kristus.. Maka Roh Kudus adalah sarana dan lingkup dimana Kristus dimengerti dan difahami yaitu diwahyukan. Lebih jauh dikatakan “diterimaNya dari padaKu, sebab segala sesuatu yang Bapa punya adalah Aku punya.” Ini bermakna bahwa Roh Kudus menyampaikan kebenaran tentang Kristus, namun Kristus menerimanya dari Bapa. Karena “ segala yang Bapa punya adalah Aku punya” atau dengan kata lain ”Apa yang menjadi milikMu adalah milikKu, milikKu adalah milikMu.” (Yohanes 17:10), sehingga ketika Roh Kudus berkarya maka “Friman Allah” yang dinampakkan, namun karena milik dan punya Bapa adalah juga milik atau punyaNya Firman, jelas dengan Firman dinampakkan atau diwahyukan Roh Kudus, maka sekaligus Bapa yang diwahyukan. Itulah sebabnya melalui FirmanNya di dalam RohNya ini Bapa dapat memandang DiriNya. Demikian juga dengan mengenal Kristus manusia mengenal Allah. Serta dengan melihat Kristus orang telah melihat Allah. Karena melalui Roh Kudus itu punya Kristus dinyatakan pada manusia, dan punya Kristus adalah punya Bapa. Demikianlah berarti punya dan milik Roh Kudus, adalah punya dan milik Firman, dan punya dan milik Firman adalah punya dan milik Bapa. Sehingga dalam hypostasis Roh Allah, Firman Allah dan Allah sendiri dimana kedua hypostasis itu bersemayam terdapat satu milik dan satu kepunyaan. Yaitu hanya terdapat satu esensi / dzat- hakekat, satu sifat-sifat ilahi, satu kemuliaan, satu kekekalan, satu kuasa. Yang semuanya itu bersumber dari Allah yang Esa dan dimiliki oleh Firman dan RohNya sekaligus, karena kedua hypostasis ini berdiam dalam hakekat diri Allah yang satu itu. Dengan demikian makin menegaskan bahwa Allah itu esa, dengan memiliki hypostasis Firman dan Roh Allah di dalam hakekat diriNya yang Esa itu. Dilihat secara bersama ketiga hypostasis itu adalah satu Allah,karena berada dalam satu hakekat dengan sifat-sifat yang tuggal. Dilihat pada masing-masingnya Bapa itu Allah, karena Ialah sumber ke-Allah-an dimana hakekat ke-Allah-an yang satu itu berada, Firman (Anak) itu Allah karena Ia berada dalam hakekat keAllah-an yang satu dan yang sama di dalam Bapa serta seluruh kepenuhan ke-Allah-an berdiam di dalamNya, Roh Allah (Roh Kudus) itu Allah karena alasan yang sama seperti halnya keilahian Firman Allah. Namun bukan berarti ada tiga Allah, sebab keAllahan yang dimiliki masing-masing hypostasis itu adalah ke-Allah-an yang satu dan yang sama yang berada dalam diri Allah yang Esa, karena baik Firman maupun Roh itu tinggalnya di dalam hakekat Allah yang satu itu, dan didalam Firman dan Roh Allah ini hakekat ke-Allah-an yang satu yang dimilik Bapa (Allah Yang Esa) itu juga tinggal. Karena yang dinyatakan oleh Roh Kudus itu diambil dari Firman (Putra), dan pada hakekatNya itu milik Bapa (Allah) karena Roh Kudus itu mencurahkan kasih dan segala kepenuhan Bapa kepada Firman, serta milik Bapa yang telah dicurahkan pada Firman itu oleh Putra (Firman) ini di dalam Roh yang sama dipantulkan kembali kepada Bapa, maka jelaslah bahwa ketiga hypostasis dalam Allah yang Esa itu meskipun bisa dibedakan ciri-ciri khas masing-masing tetapi tidak bisa dipisahkan. Dari interaksi yang ada antara ketiga hypostasis di dalam diri Allah yang Esa ini terlihat lingkaran gerakan kasih dan kemuliaan yang kekal di dalam Allah. Bersamaan dicurahkanNya kasih Allah dicurahkan pula kemuliaan dan kepenuhan Allah itu kepada Firman Allah (Putra) melalui Roh Kudus. Sehingga oleh interaksi yang demikian ini disamping Roh Kudus itu sepenuhnya didalam Bapa (I Korintus 2:10-11) Ia juga berdiam sepenuhnya didalam Putra. Karena memang “Allah mengaruniakan RohNya dengan tidak terbatas” (Yohanes 3:34), kepada FirmanNya ini. Secara sempurna Roh itu berada dalam dzat-hakekat Bapa yang Esa itu, namun sepenuhnya Ia berdiam juga pada Firman Allah yang juga berada dalam dzat-hakekat Allah Yang Esa yang sama itu. Sehingga Firman yang secara sempurna diam di dalam Bapa karena Dia adalah FirmanNya Bapa, itu juga sepenuhnya diam di dalam Roh Kudus karena Roh Kudus itu tidak menyatakan diriNya sendiri tetapi menyatakan, memuliakan, dan membuat relita kongkrit dari jatidiri Firman (Putra) dinyatakan pada Bapa, dalam saling-pandang yang kekal itu. Selanjutnya Bapa (Allah Yang Esa)-pun diam didalam Roh Kudus karena Roh Kudus itu memantulkan atau mencurahkan kepenuhan keAllahan Bapa kepada Firman (Putra), sekaligus juga diam dalam FirmanNya karena FirmanNya merupakan “tajjali” dan “GambarNya” sendiri. Ketiga hypostasis ilahi ini jelas bukan Tiga Allah karena masing-masingnya saling diam-mendiami satu di dalam yang lain dan berada dalam dzat-hakekat Allah yang satu dengan sifat-sifat ilahi yang tunggal dan sama bertindih tepat itu. Ciri khas masing-masing memang dapat dibedakan namun jelas tak dapat dipisahkan. Karena hypostasis-hypostasis ini bukan ilah-ilah yang saling terpisah dan saling mandiri, namun realita-realita kongkrit dari keberadaan kekal didalam diri Allah Yang Esa itu, dengan satu hypostasis berada di dalam hypostasis yang lain secara tak terpisahkan. Bahwa ketiga hypostasis ilahi ini tak dipisahkan itu adalah jelas karena Bapa tinggal di dalam Firman sepenuhnya dan FirmanNya tinggal di dalam Bapa. Bapa tinggal di dalam RohNya, RohNya sepenuhnya tinggal di dalam Bapa. Roh tinggal dalam Firman, dan Firmanpun tinggal dalam Roh seperti yang telah kita bahas diatas. Karena sifat mewahyukan Diri melalui Firman atau SabdaNya secara kekal di dalam Roh Kudus inilah, maka Allah itu menyatakan diriNya kepada manusia melalui FirmanNya dalam Roh Kudus yang sama ini, sebagaimana yang dinyatakan oleh Kitab Suci demikian:: 7 “Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku.”( Yohanes 15:26 ). “Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari padaKu.” ( Yohanes 16:14 ). Roh Kudus “keluar dari Bapa” untuk “bersaksi tentang Firman”, yaitu untuk menyatakan Firman itu, dalam proses penyataan itu kepada Bapa, maka Roh Kudus oleh Firman dikembalikan kepada Bapa, yaitu “diutus oleh Firman” sehingga kepada Bapa Firman itu disaksikan atau dinyatakan. Sehingga Bapa melihat DiriNya melalaui Firman di dalam Roh Kudus. Namun “pengutusan Roh Kudus” oleh Firman bagi bersaksi tentang Firman itu berlanjut setelah adanya ciptaan. Karena sumber pewahyuan Firman kepada manusia itu berlandaskan kodrat kekal yang ada di dalam Allah, dimana memang Firman itu sarana penyataan diri Allah di dalam Roh Kudus, sebagaimana dikatakan :"”..tidak seorangpun mengenal Bapa (Allah yang Esa) selain Anak (Firman Allah; karena Ia berada satu dan kekal di dalam Bapa, serta Ia yang secara kekal memandang Bapa)) dan orang yang kepadanya Anak itu (Firman Allah itu) berkenan menyatakanNya” ( Matius 11:27). Ayat ini menjelaskan bahwa manusia mengenal Allah hanya karena perkenan Firman itu untuk menyatakanNya, berarti Firman memang sarana penyataan Diri Allah. Namun penyataan Diri Allah kepada manusia oleh Firman ini disebabkan karena Firman itu telah mengenal Bapa, yaitu mengenal sejak kekal dalam hakekat Allah yang Esa itu sendiri. Berarti apapun karya Firman Allah dalam hubungannya dengan Allah di dunia ini, pada hakekatnya disebabkan oleh hubungan kekal yang sudah ada dalam kekekalan azali, dan karyaNya di dunia ini hanya penyataan dan manifestasi dari keberadaan kodrat hubungan kekal yang sudah ada itu. Dan cara Firman itu menyatakan Bapa (Allah yang Esa) adalah melalui Roh Kudus yang diutusNya, atau yang dipantulkan kembali setelah Ia menerimaNya dari Bapa. Melalui pemantulan Diri Firman itulah dikatakan Roh itu “memberitakan… ..apa yang diterima daripadaKu/Firman”. Roh Kudus menyatakan Firman (“memberitakan”, “memuliakan”, “bersaksi” tentang Firman), karena Ia menerima dari Firman, artinya didalam Roh itu Firman tinggal sebagai yang dipantulkan olehNya, meskipun Roh itu keluarNya hanya dari Bapa saja. Jadi Allah mengenal diriNya melalui FirmanNya di dalam RohNya yang keluar dari diri Allah sendiri sebagai satu-satunya sumber keberadaan kekal dari Roh itu. Karena Roh itu yang memantulkan Firman Allah (- Firman yang diperanakkan dari dalam Allah sejak kekal itu-) kepada Allah sendiri. Dengan tercurahNya Roh itu kepada Firman., dan menerima apa yang ada dalam Firman itu. Dan keberadaan ini yang dinyatakan kepada manusia, sehingga dikatakan: “Jikalau Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa, yaitu orang orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah Sebab Allah telah berfirman: Dari dalam gelap akan terbit terang ! Ia juga membuat terangNya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus”. ( II Korintus 4:3-4,dan 6 ) Ayat-ayat ini menjelaskan bahwa Kristus (Firman Allah yang menjadi Manusia), adalah gambaran Allah, karena itulah kemuliaan Allah ….. nampak pada wajah Kristus”. Bagi orang yang akan binasa, yaitu orang kafir, yang pikirannya dibutakan oleh Iblis yaitu ilah zaman ini, mereka tak dapat melihat kemuliaan Kristus ini, sehingga mereka dapat mengenal kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus, sebagai Firman Allah yang menjelma itu. Ini disebabkan hanya Roh Kudus saja yang dapat menyatakan kemuliaan Kristus atau ke-Tuhan-an Kristus itu sebagaimana dikatakan: “……tidak ada seorangpun , yang dapat mengaku: “ Yesus adalah Tuhan” selain oleh Roh Kudus.” ( I Korintus 12:3 ). Roh Kudus adalah lingkup dimana kemuliaan Kristus dapat dimengerti, dan kebaradaan ini memang keberadaan kekal di dalam Diri Allah yang Esa itu. Jika Roh Kudus menyatakan diri yang dinyatakan adalah kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus. Manifestasi Roh Kudus adalah untuk “memberitakan” dan “memuliakan” serta “bersaksi” tentang Sabda Allah / Firman Allah / Anak Allah. Jadi bukan untuk diriNya sendiri Roh Kudus itu menyatakan diri itu. Maka jika ada yang mengatakan bahwa dengan Gereja Orthodox menolak sisipan “Filioque” pada Pengakuan Iman Nikea yang asli – yang akan kita bahas dibawah -, lalu menyebabkan adanya Teologi Mistik yang tidak Kristosentrik (berpusat pada Kristus), itu adalah suatu kekeliruan dan kesalahfahaman bahkan ketidak-tahuan yang serius terhadap Iman Kristen Orthodox ini. Karena dalam pengajaran Iman Orthodox, Roh Kudus keluar dari Bapa saja, namun langsung tinggal dalam Putra, dan oleh Putra langsung diutus kepada Bapa yaitu dipantulkan sehingga Putera itu diberitakan, disaksikan dan dimuliakan atau dinyatakan kepada Bapa, dan selanjutnya juga kepada umat manusia. Dengan demikian pengakuan bahwa keluarNya Roh Kudus dari Bapa saja itu tak menyebabkan mistik yang tidak Kristosentris, karena Roh Kudus yang keluar dari Bapa dan diam di dalam Firman /Putra ini untuk memuliakan dan menyaksikan tentang Putra/ Firman ini. Sehingga tanpa Roh Kudus, tidak ada penyataan Diri Allah di dalam FirmanNya kepada Allah sendiri, dan dengan demikian juga dalam tingkat ciptaan, manusia tidak bisa mengaku atau mengerti tentang keIlahian Yesus Kristus tanpa Roh Kudus ini, akibatnya manusia tak dapat mengenal Allah secara benar. iv. Firman Allah “Diperanakkan dari Bapa” serta Roh Allah “Keluar dari Bapa” 8 Sudah kita bahas bahwa ciri khas hypostasis dari Firman Allah adalah”diperanakkan dari Bapa”. Maksud “diperanakkan dari Bapa” adalah Firman Allah itu “diwahyukan oleh Bapa” dengan maksud supaya Bapa melihat diriNya sendiri. Dengan demikian Bapa melihat gambarNya sendiri, karena Firman Allah adalah “Gambar Allah yang tak kelihatan “ ( Kolose 1:15), serta “ Gambar Wujud/ kharakteer” yaitu “Tindasan Tepat” dari keberadaan Allah sendiri (Ibrani 1:3) Melalui “pewahyuan diri Allah” inilah “Gambar Allah” itu terlahir secara kekal, itulah sebabnya keberadaan pewahyuan kekal di dalam diri Allah ini disebut sebagai “diperanakkan” Nya Firman Allah dari Bapa, dan dengan demikian Firman itu sendiri mendapat julukan sebagai “Anak Allah”, meskipun Allah itu secara bilogis tak beranak dan tak diperanakkan, karena Allah itu memang tak memiliki sifat biologis. . Sedangkan ciri khas dari hypostasis Roh Allah adalah bahwa Roh Kudus itu ”keluar” dari Bapa. Dan sudah kita bahas bahwa “keluarNya” Roh Kudus dari Bapa ini bukan dimaksudkan sebagai penyataan diri Allah, namun untuk memantulkan Firman Allah/Putra ini kembali kepada Bapa. Jadi Roh Kudus bukanlah sebagai yang menyatakan Diri Allah untuk menjadi Gambar Allah, sehingga karenanya Ia bukan disebut Anak, tetapi Ia adalah Roh sebagai lingkup untuk memantulkan Firman Allah/Putra kepada Bapa. Itulah sebabnya “keluarNya” Roh Kudus dari Bapa itu tidak disebut sebagai “diperanakkan” namun hanya “keluar” saja. Oleh sebab itu meskipun Firman Allah dan Roh Allah sama-sama keluar dari Allah, namun karena perbedaan ciri khas dan “hubungan yang ada” dengan dan di dalam Allah ini maka kata “diperanakkan” bagi ciri khas Firman Allah ini dengan kata “keluar” bagi ciri khas Roh Allah harus dibedakan dan harus dimengerti perbedaannya. v. Roh Kudus sebagai Roh Allah, Roh Bapa, Roh Anak Allah, Roh Kristus, serta Roh Yesus Roh Kudus adalah Roh yang “bersemayam didalam diri Allah” ( I Kor. 2:10-11) dan yang : ”keluar dari Bapa“ ( Yohanes 15: 26), sebagai hypostasis dari prinsip kuasa dan hidup Allah. Karena asal dan tempat bersemayamNya secara kekal di dalam Allah inilah maka Roh Kudus itu disebut sebagai “Roh Allah” atau “Roh Bapa”, sebagaimana yang dikatakan oleh Kitab Suci demikian: ” ….Roh Allah turun seperti burung merpati….” ( Matius 3: 16). Sebutan “Roh Allah” bagi Roh Kudus ini dapat kita jumpai dalam banyak sekali ayat-ayat Perjanjian Baru ( Matius 12:28 , Roma 8:9, 14, I Kor:11,12,14, 3:16, 6:11, 7:40, 12:3, dll.). Sedangkan sebutan Roh Kudus sebagai Roh Bapa dapat kita jumpai misalnya dalam pernyataan Kitab Suci yang demikian:” Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu;….di dalam kamu” ( Matius 10:20). Disamping itu, dalam kekekalan azali Roh Kudus selalu “memuliakan, bersaksi, dan memberitakan” yaitu menyatakan dan memantulkan kemuliaan Firman Allah/Putra, kembali kepada Bapa. Ini bermakna Roh Kudus itu secara penuh bersemayam dan tinggal dalam Firman Allah, atau Anak Allah. Karena hubunganNya dengan Anak Allah atau Firman Allah yang demikian inilah maka Roh Kudus disebut sebagai Roh Anak Allah, karena Dialah yang memuliakan dan yang menyaksikan Sang Putra ini. Sebagaimana yang dikatakan oleh Kitab Suci demikian:”….Allah telah menyuruh Roh AnakNya….” (Galatia 4:6).Dan karena itu pula Ia disebut sebagai “Roh Kristus” ( Roma 8:11) “Roh Yesus “ ( Kisah 16:7). Dengan demikian yang dimaksud sebagai Roh Anak, Roh Yesus, Roh Allah dan Roh Bapa itu tak lain adalah Roh Kudus. Dengan terdapatnya data Kitab Suci yang menyatakan Roh Allah sebagai Roh Anak, Roh Yesus, dan Roh Kristus, Gereja Barat (Roma Katolik, yang kemudian juga diikuti Protestan) mentafsirkan bahwa Roh Kudus juga “keluar” dari Anak, disamping Ia keluar dari “Bapa”. Sehingga Roh Kudus dinyatakan “keluar dari Bapa dan Anak”, dan muncullah “sisipan Filioque” pada Pengakuan Iman Nikea yang asli. Pembahasannya akan kita lihat secara khusus dibawah nanti. Karena Roh Kudus yang bersemayam dalam Allah yang Esa (Bapa) itu juga keluar dari Bapa untuk tinggal dan bersemayam pada Firman (Putra), serta memantulkan Firman itu kepada Bapa dan menyatakan Firman tadi, maka jelaslah bahwa Roh Kudus itu memang hanya “keluar” dari Bapa, namun bersemayam dalam Firman, sehingga Ia disebut juga sebagai Roh Anak, atau Roh Kristus. Namun Ia tidak keluar dari “Bapa dan Anak”. Disamping itu sebutan tersebut disebabkan oleh hubungannya dengan manusia dimana Roh Kudus yang “keluar dari Allah” itu dicurahkan kepada manusia melalui Kristus yang sudah bangkit itu, sehingga menyebabkan Roh Kudus itu disebut sebagai “Roh Anak”, “Roh Yesus“, atau “Roh Kristus” itu, namun sejak kekal Roh Kudus hanya keluar dari Bapa saja, sebagaimana yang dikatakan:” Yesus inilah yang dibangkitkan Allah,….dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah ( yaitu: diangkat ke sorga serta duduk di sebelah kanan Allah) dan menerima Roh Kudus (yaitu:dari Allah yang telah membangkitkan dan meninggikanNya itu; berarti Roh Kudus itu sejak kekal memenag hanya keluar dari Allah saja) yang dijanjikan itu, maka dicurahkan-Nya (yaitu: Roh Kudus yang hanya keluar dari Allah yang telah dikaruniakan kepada Yesus sesudah peninggianNya itu, oleh Yesus dicurahkan kepada manusia. Sehingga manusia menerima Roh Kudus yang sejak kekal hanya keluar dari Allah/Bapa itu melalui Yesus Kristus. Karena turunNya dan dicurahkanNya kepada manusia terkait dengan Yesus itulah maka Roh Allah yang sejak kekal hanya keluar dari Allah/Bapa saja itu, juga disebut sebagai “Roh Anak”, “Roh Yesus”, dan “Roh Kristus”) apa yang kamu lihat dan dengar disini” ( Kisah Rasul 2:32-33). Dalam makna inilah maka Kitab Suci menyebut Roh Allah itu secara silih berganti dengan sebutan sebagai Roh Kristus, bahkan sebagai Kristus sendiri. Hal itu dapat kita lihat dalam kutipan Kitab Suci dibawah ini: “Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu.Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus ia bukan milik Kristus.Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran.Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia yang telah 9 membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh RohNya, yang diam di dalam kamu.” ( Roma 8:9-11 ). Kutipan ayat-ayat ditas ini menunjukkan kesilih-bergantian nama yang digunakan untuk Roh Allah itu. Ia disebut “ Roh” saja untuk menunjukkan hypotasisNya pada diriNya sendiri tanpa hubunganNya dengan Bapa dan FirmanNya.. Namun Ia disebut sebagai “Roh Allah diam di dalam kamu” untuk hubunganNya dengan Allah, sebagai yang keluar dan bersemayam dalam Diri Allah karena Dia adalah RohNya Allah. Selanjutnya Roh itu juga disebut sebagai “Roh Kristus”: “…tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus,…” untuk menunjukkan “keluarNya” Roh itu dari Allah adalah untuk bersemayam kepada Firman baik secara kekal maupun setelah penjelmaanNya sebagai manusia yang bergelar sebagai “Kristus”. Sehingga Roh itu juga adalah Roh Kristus, karena bersemayam di dalam Kristus. Selanjutnya Roh Kristus juga disamakan dengan Kristus sendiri, sebagaimana yang dikatakan :”…. jika orang tidak memiliki Roh Kristus ia bukan milik Kristus.Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu…..” . Menurut ayat ini “memiliki Roh Kristus” berarti “Kristus di dalam kamu”, yang berarti Roh Kristus itu identik dengan Kristus sendiri. Makna ayat ini adalah bersemayamNya Roh Kudus di dalam manusia maupun dipantulkanNya kepada Bapa dari Firman, itu bukanlah untuk menyatakan diriNya sendiri tetapi menyatakan Kristus. Baik itu dalam kekekalan azali dalam hubungan interaksi yang ada antara Allah, FirmanNya dan RohNya dalam DiriNya yang Esa, maupun pada saat menyatakan Kristus kepada manusia. Sehingga jika Roh Allah yang hadir, otomatis Roh itu menghadirkan Kristus, sehingga Kristus sendiri yang hadir melalui Roh tadi. Selanjutnya dikatakan “Dan jika Roh Dia yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati” Dalam kalimat ini Roh Kristus itu disebut sebagai “Roh Dia yang membangkitkan Yesus”, padahal yang membangkitkan Yesus adalah Bapa, berarti Roh Kristus disini disebut sebagai Roh Bapa sendiri. Selanjutnya Bapa atau Allah yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati itu dinyatakan sebagai yang “… akan membangkitkan tubuhmu yang fana itu oleh RohNya yang diam di dalam kamu…” Berarti yang diam di dalam manusia beriman itu adalah RohNya Allah, tetapi juga RohNya Kristus, dan Kristus sendiri. Dengan demikian dalam kutipan kita diatas ada sebutan yang saling bertindih antara “Roh”, “Roh Allah/Bapa”, “Roh Kristus, dan “Kristus”sendiri. “Roh Kudus“ itu disebut “Roh” demikian saja, jika yang dimaksud adalah keberadaan hypostasisNya sendiri tanpa melihat hubungannya di dalam Allah dengan Firman Allah itu yang sedang dibahas. Namun dalam ayat-ayat lain dalam Kitab Suci Roh ini pada diriNya sendiri juga diberi sebutan sebagai “Roh Kudus” untuk menunjukkan sifatNya yang kudus dan karyaNya yang menguduskan (Roma 5:5, I Kor. 6:11). Disamping itu sebagai yang menyampaikan Kristus “Sang kebenaran” itu ( Yohanes 14:6), maka Roh Allah itu pada diriNya sendiri juga disebut sebagai “Roh Kebenaran” ( Yohanes 14:17,15:26). Namun jika dilihat dalam hubungannya dengan Allah sebagai yang “diam di dalam diri” Allah (I Kor. 2:10-11), dan yang “keluar dari Bapa “ ( Yohanes 15:26) maka Roh itu disebut sebagai “Roh Allah” atau “Roh Bapa”. Sedangkan dalam hubungannya dengan Kristus (Anak Allah, Firman Allah yang menjadi manusia) sebagai sasaran akhir keluarNya dari Bapa serta sebagai yang dimuliakan, disaksikan, dinyatakan serta dihadirkan oleh Roh itu maka Ia disebut sebagai “Roh Anak”, serta“Roh Kristus” atau disebut “Kristus” sendiri. Demikian juga dalam hubunganNya dengan Allah, Roh Kudus pada saat yang bersamaan disebut sebagai “Roh Allah” dan “Allah” sekaligus. Hal ini dinyatakan demikian: “Tidak tahukah kamu bahwa kamu adalah Bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu ?” ( I Korintus 3:16 ). Ayat ini menjelaskan bahwa umat Korintus (“kamu”) adalah “Bait Allah” atau “Rumah Allah”. Ini bermakna bahwa Allah berada dalam komunitas umat Korintus, seolah-olah sebagai rumahNya, yang berarti Allah itu diam di dalam umat itu. Namun selanjutnya dinyatakan bahwa “Roh Allah” itu yang diam di dalam “kamu”. Dengan demikian komunitas umat Korintus itu dikatakan sebagai “Bait Allah” atau “ Rumah Allah”, karena Roh Allah diam di dalam mereka. Berarti Allah diam pada umat itu di dalam “Roh Allah”. Dengan demikian “Roh Allah” itu juga disebut “Allah” sendiri. Sebab Allah menghadirkan diri melalui Roh itu, di dalam Kristus. Jika Kristus hadir maka Allah yang dinyatakan, dan cara Kristus hadir adalah melalui Roh Allah. Itulah sebabnya dikatakan: “Di dalam Dia (Kristus) kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh” ( Efesus 2:22 ). Allah hadir dalam umatNya sebagai “tempat kediaman Allah” oleh Kristus, di dalam Roh. HadirNya Roh Allah berarti sekaligus hadirNya Allah sendiri. Dari beberapa bagian Kitab Suci yang telah kita kutip diatas dapatlah kita ambil kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut. Jika Roh Allah hadir, maka Roh Kristus itulah yang hadir, dan sekaligus Kristus itulah yang hadir. Jika Roh Kristus itu hadir maka Roh “Dia yang membangkitkan Kristus” atau “Roh Bapa/Allah” itulah yang hadir. Jika Roh Allah hadir maka Allah itu sendiri yang hadir. Jika Kristus hadir maka Allah itulah yang hadir, karena “kemuliaan Allah…nampak pada wajah Kristus”, dan “..Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku..”. Sehingga jika Roh Allah hadir maka “Bapa dan Anak” itu sekaligus hadir. Sebagaimana yang dikatakan demikian:” “Aku akan meminta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. tetapi kamu mengenal Dia sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu.Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku akan datang kembali kepadamu. Tinggal sesaat lagi dan dunia tidak akan melihat Aku lagi, tetapi kamu melihat 10 Aku, sebab Aku hidup dan kamupun akan hidup. Pada waktu itulah kamu akan tahu, bahwa Aku di dalam BapaKu dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Barangsiapa memegang perintahKu dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh BapaKu dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diriKu kepadanya. Yudas yang bukan Iskariot, berkata kepadaNya: “Tuhan, apakah sebabnya maka Engkau hendak menyatakan diriMu kepada kami, dan bukan kepada dunia ?” Jawab Yesus: “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firmanKu dan BapaKu akan mengasihi dia dan KAMI (“Bapa dan Anak” = “Allah dan FirmanNya”) akan datang kepadanya dan diam bersamasama dengan dia.” (Yohanes 14: 16-23). Menurut ayat-ayat ini Roh Kebenaranlah yang akan diam di dalam manusia, namun juga jika manusia mengasihi Kristus, maka Bapa dan Putra itu yang akan diam bersama-sama dengan orang itu. Ini berarti yang hadir dalam manusia adalah Roh Allah, namun sekaligus melalui kehadiran Roh Allah ini, Allah dan FirmanNya sendiri yang hadir di dalam manusia. Demikianlah memang Tritunggal Maha Kudus itu Esa adanya, karena kehadiran hypostasis yang satu itu juga adalah kehadiran hypostasis yang lain secara tak terpisahkan. Melalui Roh Kudus yang tinggal di dalam manusia, maka seluruh keberadaan Allah “Bapa dan Anak” ( “Allah dan Firman”), dan sekaligus “Roh Allah” itu sendiri yang tinggal; pada manusia. Maka dapat dikatakan bahwa keseluruhan keberadaan Tritunggal Mahakudus itu yang diam di dalam manusia. Karena Tritunggal Mahakudus itu bukan tiga ilah atau tiga tuhan yang berbeda-beda dan terpisah-pisah, namun keberadaan realita kongkrit (hypostasis) di dalam Diri Allah yang Esa itu sendiri. Sebab hadirNya Roh Kudus itu untuk menyatakan Anak Allah/Firman Allah, dengan demikian Firman Allah berada di dalam Roh Kudus. Padahal Firman Allah/ Anak Allah itu menyatakan Bapa, berarti Bapa ada di dalam Firman Allah/Anak Allah. Sebaliknya baik Roh Allah maupun Anak Allah itu berada di dalam Allah, berarti memang ketiga hypostasis itu memang Esa tak terpisahkan. Sehingga kehadiran hypostasis yang satu adalah kehadiran keseluruhan hypostasis dalam Allah yang Esa itu. Karena dalam ketiga hypostasis itu hanya terdapat satu dzat-hakekat Allah, dan di dalam masingmasing hypostasispun dzat-hakekat Allah yang satu dan yang sama itu yang hadir, sedangkan ketiga hypostasis itu juga berada dalam dzat-hakekat Allah yang satu itu. Maka sebagai Roh Allah yang bersemayam di dalam dzat-hakekat Allah yang satu bersama Firman Allah, maka Roh Kudus mempunyai sifat yang satu dengan “Bapa dan Putra” itu, yaitu sifat “dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia”, yang artinya manusia tak dapat mengerti Dia tanpa pewahyuan DiriNya. Hal yang sama berlaku bagi sifat “Bapa dan Anak”, sebagaimana yang dikatakan: “….tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dam tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.” ( Matius 11:27 ). Kebenaran ini menunjukkan bahwa sifat-sifat Allah itu adalah tunggal. Sifat Allah, yang dalam hal pembahasan kita ini adalah sifat “tak dapat diketahui” itu, karena Allah mempunyai sifat dzat-hakekat atau (essensi) yang hanya satu, karena Allah itu Esa. Sehingga jika Bapa (Allah yang Esa) tidak dimengerti manusia, maka Anak (Firman Allah) dan Roh Kudus (Roh Allah) pun tidak dapat dimengerti oleh manusia. Roh Allah dan Firman Allah itu memang satu dengan Bapa dan di dalam Bapa. Hanya melalui penyataan Anak (Firman Allah) oleh Roh Kudus itu saja, sifat ketak-dapat dimengertian Allah ini dapat tersingkap. Karena Roh Kudus itulah yang menyatakan Kristus. Anak berkenan menyatakan Diri kepada manusia melalui Roh Kudus, dan melalui penyataan diri Anak di dalam Roh Kudus ini Bapa dinyatakan kepada manusia.. Karena sifatnya yang saling bersemayam diantara hypostasis-hypostasis di dalam Diri Allah Yang Esa itu, maka hadirNya Roh Kudus adalah hadirNya Kristus, dan hadirNya Kristus dalam Roh Kudus ini adalah hadirNya Allah sendiri. Dengan demikian Roh Kudus tidak menyatakan apapun, selain wahyu Allah yang satu-satunya itu yaitu: Yesus Kristus . Roh Kudus bukanlah roh liar yang lepas dari Firman Allah, namun Ia adalah Roh Allah yang terkait dengan Firman Allah baik Firman itu sebelum menjelma menjadi manusia maupun sesudahnya, sehingga Ia disebut Roh Yesus dan sekaligus Roh Allah. Bersama dengan Firman Allah, Roh Allah ini berada satu di dalam diri Allah yang Esa. Karena Allah itu memang Esa dan tidak ada Allah lain selain Yang Esa ini (I Kor. 8:4), yang sejak kekal berada dalam diriNya FirmanNya sendiri dan RohNya. 11