BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pada akhirnya sistem hierarki gereja yang penulis tinjau di dalam kenyataan historis gereja, dapat dikatakan merupakan kesatuan komunitas orang-orang yang telah dipilih Allah untuk menjadi milik-Nya. Dalam pengertian ini, kita melihat suatu definisi yang memandang gereja sebagai suatu persekutuan orang-orang percaya yang telah dipanggil menjadi umat Allah, yang telah dicapai dalam pemenuhan Yesus Kristus. Gereja dimulai sebagai gerakan orang-orang yang percaya akan Yesus sebagai pembawa keselamatan eskatologis. Keselamatan tersebut, sudah dialami diantara umat yang menghayati iman dalam kehidupannya sehari-hari. Kesatuan yang erat dengan Kristus ini dijelaskan Paulus dengan gambaran Tubuh Kristus. Angota tubuh itu selalu memiliki kharisma atau karunia yang beragam satu sama lain dan dengannya mereka wajib melayani seorang akan yang lain. Seiring perkembangan sistem hierarki gereja, maka kesatuan gereja pun dilihat dari sudut pandang yang berbeda dengan sebelumnya. Kesatuan gereja ini tidak lagi ditekankan dari perspektif komunitas atau persekutuan antara orang-orang yang telah dipilih Allah, tetapi lebih dipandang dari segi institusi atau organisasi. Pada mulanya sistem hierarki yang yang muncul ketika itu masih sangat longgar, karena para rasul merupakan otoritas tertinggi. Pewartaan di dalam umat terikat pada pewartaan para rasul dan bergantung darinya. Di kemudian hari pimpinan institusional harus mengisi tempat para rasul. Para pelayan pengganti rasul berhak mengambil keputusan, tetapi bergantung dari ajaran para rasul. Pelayanan-pelayanan muncul sesuai dengan kebutuhan umat dan tugas tugas itu dilakukan menurut contoh-contoh dari masyarakat sekitar. Jabatan episkopos misalnya sesuai dengan 56 perkembangan jemaat yang berada dalam dunia Helenis-Yunani dan jabatan presbuteroi dalam jemaat-jemaat-jemaat Kristen Yahudi. Di sini dapat kita lihat dengan jelas bahwa perkembangan hierarki dan pimpinan terjadi atas dasar bentuk kebutuhan aktual umat tertentu. Karena itu, dewasa ini gereja harus mencari satu sistem hierarki dan pimpinan yang membantu dan menyediakan fasilitas sebaik mungkin untuk penghayatan iman akan Yesus Kristus seturut situasi tertentu. Penghayatan iman dalam situasi tertentu akan menimbulkan kebutuhan tertentu. Dan pimpinan harus dibentuk sedemikian, sehingga mendukung pelayanan terhadap kebutuhan tersebut. Salah satunya Gereja Bala Keselamatan yang merupakan salah satu denominasi di kalangan gereja Protestan yang sangat besar dan berkembang serta dikenal dengan jiwa pelayanan sosialnya, hadir dengan sebuah sistem hierarki bercorak kemiliteran dilengkapi dengan perintah aturan yang meniru peraturan disiplin militer dan penuh dengan metafora kemiliteran termasuk jenjang kepangkatannya, yang berbeda dengan sistem hieraki gereja lain. Bagi Bala Keselamatan, sistem hierarki yang meniru sistem militer pada mulanya tidak dimaksudkan sebagai institusi gereja seperti kebanyakan gereja yang lainnya. Namun karena tuntutan kebutuhan sebagai badan misi yang perlu memiliki institusi, ajaran, dan peraturan, tak terhindarkan adanya kecenderungan kearah pelembagaan sebagai sebuah institusi gereja sekaligus mirip organisasi militer. Sistem hierarki Bala Keselamatan yang bergaya kemiliteran tidak akan mudah dimengerti dan dipahami oleh gereja lain, jika tidak terjalin hubungan interaksi dengan para anggota gereja Bala Keselamatan. Sistem hierarki bergaya militer hanyalah sebuah bentuk sistem sistem hierarki yang dikembangkan untuk membantu dan menyediakan fasilitas sebaik mungkin untuk penghayatan iman akan Yesus Kristus seturut situasi tertentu. Kita pun dalam hal ini gereja yang berbeda denominasi secara structural dengan sistem hieraki Bala 57 keselamatan, tidak dapat mengukur sejauh mana kebaikan dan keburukan dari sistem hierarkinya. Karena itu semuanya kembali kepada masing-masing denominasi gereja untuk mengembangkan sistem hierarki demi mendukung tugas dan pelayanan gereja. kesatuan spiritual di bawah kepemimpinan Tuhan Yesus yang menyatukan gereja-gereja di dunia adalah lebih penting daripada perbedaan-perbedaan organisasi yang menempatkan mereka dalam berbagai denominasi yang berbeda-beda. 5.2 Saran 1. Bagi Gereja Bala Keselamatan, agar tetap menjaga dan menjunjung wawasan eklesiologis (pemahaman tentang gereja) dengan sistem kemiliterannya di lingkungan Bala Keselamatan. Sistem yang diadopsi dari kehidupan jemaat mula-mula dan semangat dari Kristus ini pun harus nyata dijabarkan dalam kehidupan jemaat lokal. Kehidupan organisasi gereja harus dijiwai semangat kesetaraan dan saling melayani bukan memerintah. 2. Bagi gereja-gereja, Sistem hierarki Bala Keselamatan adalah sistem organisasi yang unik. Kesatuan sistem hierarki gereja yang kelihatan ini pertama-tama dan yang utama bukanlah berarti sebuah kesatuan organisasi gereja. Kesatuan gereja yang kelihatan ini adalah kesatuan relasional, yang di dalam berbagai denominasi gereja yang ada, semuanya diikat oleh kasih Kristus dan memiliki keharmonisan dalam menjalankan peranannya masing-masing di dalam dunia. Apabila kesatuan relasional ini terwujud, berbagai denominasi yang ada justru merupakan perwujudan dari kepelbagaian anggota tubuh Kristus yang satu dan dunia tetap mampu melihat bahwa denominasi-denominasi gereja yang ada pada hakikatnya merupakan satu kesatuan. 58 3. Tidak dapat disangkal bahwa dalam kelompok denominasi gereja sendiri terdapat sikap yang berbeda-beda dalam memandang gereja Bala Keselamatan. Sebagian denominasi gereja bersikeras bahwa Bala Keselamatan adalah gereja yang palsu dan karenanya suatu kesatuan sekalipun merupakan kesatuan relasi (sistem hierarki), tidak layak untuk dilakukan. Sebagian yang lain cukup moderat dalam memandang gereja Bala Keselamatan. Dalam perspektif yang seperti ini, kita perlu membuang stereotipstereotip negatif terhadap kepercayaan Bala Keselamatan. 59