BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prinsip ekologi telah

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Prinsip ekologi telah diabaikan secara terus menerus dalam pertanian modern,
akibatnya agroekosistem menjadi tidak stabil. Kerusakan-kerusakan tersebut
menimbulkan munculnya hama secara berulang dalam sistem pertanian, erosi tanah,
pencemaran air, timbulnya penyakit dan sebagainya (Van Emden & Dabrowski, 1997
dalam Tobing, 2009).
Bagi petani, masa panen yang singkat dan pasar yang terbuka luas merupakan
daya tarik untuk mengusahakan sawi hijau. Daya tarik lainnya adalah harga yang
relatif stabil dan mudah diusahakan. Konsumsi sawi hijau diduga akan mengalami
peningkatan sesuai pertumbuhan jumlah penduduk, meningkatnya daya beli
masyarakat, kemudahan tanaman ini diperoleh di pasar, dan peningkatan pengetahuan
gizi masyarakat. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan teknologi budidaya yang
sudah ada agar hasilnya meningkat. Petani tradisional menanam sawi hijau di
lingkungan terbuka. Akibatnya saat musim hujan banyak tanaman yang rusak terkena
air hujan, terserang penyakit, dan kualitas tanaman sawi tersebut turun karena
daunnya dimakan serangga (Haryanto, dkk., 2001 dalam Sulistyaningsih, 2005 ).
Daly, dkk (1978) dalam Pelawi (2009) menyatakan bahwa serangga adalah
salah satu anggota kerajaan binatang yang mempunyai jumlah anggota terbesar.
Hampir lebih dari 72% anggota binatang termasuk kedalam golongan serangga.
2
Serangga dalam mempertahankan kelangsungan hidup memerlukan makanan.
Banyak aktivitas serangga yang berkaitan dengan makanan menemukan makanan dan
memakan, perilaku makan seekor serangga, apa yang dimakan dan bagaimana
serangga itu makan, biasanya menentukan kepentingan ekonomik serangga. Serangga
hama yang menyerang tanaman atau makan pada bagian tanaman tertentu merupakan
serangga fitofagus. Cara hidup serangga fitofagus beragam ada yang hidup di
permukaan tanaman, tinggal dalam jaringan tanaman dengan cara mengebor, ada juga
hidup dari dalam tanah di sekitar perakaran. Oleh karena itu pada setiap tanaman
dapat hidup bermacam-macam serangga. Serangga dapat bertindak sebagai
penyerbuk tumbuhan yang berkembang biak dengan bunga. Serangga dapat berperan
sebagai pengendali bagi organisme lain yang kadang berperan sebagai pengganggu
(hama) (Borror, 1996).
Masalah kerusakan tanaman akibat serangan hama telah merupakan bagian
budidaya pertanian sejak manusia mengusahakan pertanian ribuan tahun yang lalu.
Manusia dengan sengaja menanam tanaman yang dipungut hasilnya bagi pemenuhan
keperluan sandang dan pangan. Kuantitas dan kualitas makanan terus meningkat
sesuai dengan perkembangan kehidupan dan kebudayaan manusia. Namun pada
setiap usaha pertanian manusia selalu mengalami gangguan oleh pesaing-pesaing
yang berupa binatang yang ikut memakan tanaman yang diusahakannya. Karena itu,
binatang-binatang pesaing dan pemakan tanaman tersebut kemudian dianggap
sebagai musuh manusia atau hama. Oleh karena itu keberadaannya di pertanaman
yang merugikan dan tidak diinginkan, sejak semula manusia selalu berusaha untuk
3
membunuh dan memusnahkan hama dengan cara apapun (Untung, 1996). Di dalam
surat Ar-Ruum ayat 41 di jelaskan bahwa :
              

Artinya : telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Peringatan Al-Qur’an tersebut mutlak benar. Kerusakan lingkungan hidup
sebagai akibat ”perbuatan tangan manusia”, faktanya memang demikian. Karena
insektisida kimia yang digunakan dalam membasmi hama biasanya tidak hanya
berpengaruh kepada hama sasaran yang merugikan tanaman saja, akan tetapi hama
yang bermanfaat juga ikut terbasmi sehingga dibutuhkan insektisida yang hanya
mempengaruhi efek pada insektisida yang mengganggu saja dan sifatnya tidak
membuat hama tersebut resisten (kebal) terhadap insektisida.
Sayuran memegang peranan penting bagi kesehatan manusia karena
merupakan sumber vitamin dan mineral dalam pangan terutama karena adanya
kandungan karoten, berbagai vitamin B kompleks dan vitamin C, selain serat
kandungan vitamin dan mineral dalam sayuran juga diperlukan manusia (Haryanto
dkk., 2001 dalam Sulistyaningsih, 2005 ). Di antara sayuran daun, caisin/caisim atau
dikenal juga dengan sawi hijau (Brassica juncea L), yaitu komoditas yang memiliki
nilai komersial dan digemari masyarakat Indonesia. Konsumen menggunakan daun
4
sawi hijau baik sebagai bahan pokok maupun sebagai pelengkap masakan tradisional
dan masakan Cina. Selain sebagai bahan pangan, sawi hijau dipercaya dapat
menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk. Sawi hijau pun
berfungsi sebagai penyembuh sakit kepala dan mampu bekerja sebagai pembersih
darah (Haryanto, dkk., 2001 dalam Sulistyaningsih, 2005 ).
Pemberian insektisida pada tanaman merupakan pengendalian secara kimiawi
dimana digunakan insektisida untuk mengendalikan hama agar hama tidak
menimbulkan kerusakan bagi tanaman. Pada mulanya produksi pertanian berhasil
ditingkatkan karena pemakaian insektisida yang dapat menekan populasi hama dan
kerusakan tanaman akibat serangan hama. Meskipun insektisida memiliki banyak
keuntungan seperti cepat menurunkan populasi serangga, mudah penggunaannya dan
secara ekonomik menguntungkan namun dampak negatif penggunaannya semakin
lama semakin dirasakan oleh masyarakat. Munculnya resistensi dan resurjensi dapat
mengurangi keuntungan ekonomik pestisida.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana jenis-jenis serangga yang tertangkap pada tanaman sawi hijau
di areal Persawahan Desa Sukarame Kecamatan Bayongbong Kabupaten
Garut ?
5
2. Bagaimana pengaruh insektisida terhadap keanekaragaman serangga yang
dapat bertahan hidup pada tanaman sawi hijau ?
3. Adakah pengaruh pemberian dosis insektisida terhadap penurunan jumlah
serangga pada tanaman sawi hijau?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi serangga pada tanaman sawi hijau.
2. Untuk
mengetahui
pengaruh
pemberian
dosis
insektisida
terhadap
keanekaragaman serangga.
3. Untuk mengetahui pengaruh pemberian dosis insektisida terhadap penurunan
jumlah serangga pada tanaman sawi hijau.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Memberikan informasi kepada petani jenis serangga apa saja yang hidup pada
tanaman sawi.
2. Memberikan informasi kepada petani tentang penggunaan insektisida decis
pada tanaman yang dapat membunuh hama serangga.
6
1.5 KERANGKA PEMIKIRAN
Serangga merupakan golongan hewan yang dominan di muka bumi. Dalam
jumlah, mereka melebihi semua hewan melata daratan lainnya dan praktis mereka
terdapat di mana-mana. Banyak sekali serangga yang berharga bagi manusia, dan
masyarakat tidak akan ada bentuknya sekarang ini tanpa mereka (Borror 1996).
Serangga dapat berperan sebagai pemakan tumbuhan (serangga jenis ini yang
terbanyak anggotanya), sebagai parasitoid (hidup secara parasit pada serangga lain),
sebagai predator (pemangsa), sebagai pemakan bangkai, sebagai penyerbuk (misalnya
tawon dan lebah), dan sebagai penular (vector) bibit penyakit tertentu (Putra, 1994
dalam Pelawi, 2009).
Serangga sebagai penyerbuk dan penyebaran tumbuhan disamping memiliki
hubungan yang merugikan, juga memiliki hubungan yang saling menguntungkan
antara tumbuhan dan serangga terutama serangga yang berperan pada proses
persilangan (pollination) dan penyebaran biji. Hubungan ini memberikan keuntungan
bagi tumbuhan, karena memberi peluang bagi tumbuhan untuk pertukaran gen dengan
individu yang jauh pada jenis yang sama tanpa kehilangan banyak serbuk sari
(pollen). Banyak tumbuhan yang penyebarannya dilakukan oleh serangga dan
sebaliknya serangga memperoleh keuntungan mendapat pakan dari serbuk sari. Baik
bunga maupun serangga pada umumnya mempunyai struktur tertentu guna
memungkinkan terjadinya polinasi, seperti tanaman anggrek, coklat dan lain-lain
(Sodiq, 2009).
7
Dengan aktivitas penyerbukannya serangga-serangga tersebut memungkinkan
produksi dari banyak hasil panenan pertanian, termasuk buah-buahan, kacangkacangan, semanggi, sayur-sayuran, kapas dan tembakau; mereka menghasilkan
madu, sutera dan produk-produk perdagangan lainnya yang bernilai, mereka
merupakan makanan bagi banyak burung, ikan dan hewan-hewan yang berguna;
serangga bertindak sebagai pembersih yang berharga terhadap bangkai dan serangga
membantu mempertahankan hewan-hewan maupun tumbuh-tumbuhan dalam
keadaan terjaga; juga bermanfaat dalam kedokteran dan dalam penelitian ilmu
pengetahuan dan dianggap sebagai hewan-hewan yang menarik bagi orang dalam
segala segi kehidupan mereka. Sejumlah kecil serangga berbahaya dan menyebabkan
kerugian-kerugian yang besar tiap tahun pada hasil-hasil pertanian dan produk yang
disimpan,
juga
dapat
menularkan
penyakit-penyakit
yang
secara
serius
mempengaruhi kesehatan manusia dan hewan-hewan lain (Borror, 1996).
Tumbuhan dan serangga dapat memiliki hubungan timbal balik yang saling
menguntungkan. Tetapi pada umumnya serangga selalu mendapatkan makanan dari
tumbuh-tumbuhan, sehingga serangga dapat merugikan tumbuhan. Selain sebagai
sumber makanan, serangga juga memanfaatkan tumbuhan untuk bertelur dan
berlindung.
Penggunaan
insektisida
yang
tidak
bijaksana
akan
menyebabkan
permasalahan hama semakin kompleks, banyak musuh alami yang mati sehingga
populasi serangga bertambah tinggi disamping berkembangnya resistensi, resurgensi
dan munculnya hama sekunder. Resistensi terhadap insektisida bisa terjadi kalau
8
digunakan jenis Insektisida yang sama secara terus-menerus, terutama dosis yang
digunakan tidak tepat. Pada populasi serangga di alam terjadi keragaman genetik
antara individu - individunya. Ada individu yang tahan terhadap suatu jenis
insektisida dan ada yang tidak tahan. Bila digunakan jenis insektisida yang sama
secara terus menerus maka individu yang ada dalam populasi tersebut akan terseleksi
menjadi individu yang tahan. Apabila serangga tersebut berkembangbiak dan masih
digunakan insektisida yang sama dengan dosis yang sama maka jumlah individu yang
tahan akan semakin banyak demikian seterusnya (Susniahti, dkk., 2005).
Resurgensi adalah peningkatan populasi serangga yang terjadi. Setelah
aplikasi insektisida, populasi serangga yang mula-mula rendah kemudian meningkat
lagi dengan cepat melebihi tingkat populasi sebelum aplikasi insektisida. Penyebab
utama terjadinya resurgensi adalah terbunuhnya musuh alami serangga hama tersebut
pada waktu aplikasi insektisida. Musuh alami umumnya lebih rentan terhadap
insektisida dibandingkan serangga hama. Apabila populasi hama tersebut meningkat
lagi pada generasi berikutnya atau datang dari tempat lain maka tidak ada lagi musuh
alaminya yang mengendalikan serangga populasi serangga hama meningkat.
Munculnya hama sekunder pada ekosistem pertanian karena insektisida yang
ditujukkan untuk mengendalikan hama utama, akan membunuh pula musuh alami
hama utama dan musuh alam hama sekunder. Dalam kondisi demikian komposisi
hama pada beberapa generasi berikutnya mungkin akan berubah. Hama sekunder
akan menjadi hama utama dan hama utama menjadi hama sekunder (Susniahti dkk,
2005).
9
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut maka peneliti menganggap
penelitian yang berjudul “Keanekaragaman Serangga Pada Tanaman Sawi Hijau
(Brassica juncea L) di areal Persawahan Desa Sukarame Kecamatan Bayongbong
Kabupaten Garut” perlu dilakukan.
1.6 HIPOTESIS
Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian di atas, maka peneliti
menggunakan hipotesis :
1. Ditemukan beberapa famili serangga pada tanaman sawi hijau.
2. Terdapat keanekaragaman serangga yang masih dapat bertahan hidup dengan
perlakuan insektisida sampai mencapai masa panen.
3. Pemberian dosis insektisida dapat mempengaruhi penurunan jumlah serangga.
Download