Memahami pribadi Rasulullah saw. sebagai - E

advertisement
PROGRAM DIPLOMA III KEPABEANAN DAN CUKAI
KULIAH KE IX
Rachmat Efendi, SE
Rasul adalah laki-laki yang
dipilih dan diutus Allah SWT
dengan risalah Islam untuk
disampaikan kepada manusia.

Rasul adalah manusia biasa yang mendapat
amanah untuk menyampaikan risalah kepada
manusia.
“Katakanlah, ‘Sesungguhnya aku ini manusia biasa
seperti kamu yang diwahyukan kepadaku bahwa
sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa.
Siapa saja yang mengharap perjumpaan dengan
Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal shaleh dan
janganlah ia mempersukutukan seorangpun dalam
beribadah kepada Tuhannya” (Al Kahfi [18] : 110)
Shiddiq (Jujur/benar)
 Amanah
 Tabligh (Menyampaikan)
 Fathanah (Cerdas)

Para rasul dan Nabi Muhammad SAW
mempunyai sifat shiddiq dalam membawa
kebenaran. Orang yang membawa kebenaran
tentu harus bersifat shiddiq sehingga dakwah
yang disampaikan dapat diterima.
Sifat shiddiq berarti mengikuti Islam sebagai
sumber kebenaran.
Amanah secara umum artinya bertanggung jawab
terhadap sesuatu yang diemban, menepati janji,
melakukan perintah, menegakkan keadilan,
menetapkan hukum yang sesuai, atau
menjalankan sesuatu yang telah disepakati.
Sifat ini sangat diperlukan dalam kehidupan kita
seperti bekerja, belajar, dan berhubungan dengan
orang lain.
Sifat tabligh artinya menyampaikan risalah Islam.
Rahasia Islam tersebar dengan cepat ke seluruh
pelosok tempat dan melakukan perubahan besar
di tengah manusia atau jumlah pengikut Islam
semakin hari semakin banyak karena tabligh
yang dilakukan oleh Rasulullah dan pengikutnya.
“Wahai Rasul ! Sampaikanlah wahyu yang
diturunkan Tuhanmu kepadamu…”
(Al Maidah [5] : 67)
Kecerdasan Rasulullah SAW terlihat dari cara
beliau menyusun dakwah dan strategi perang.
Diantara kecerdasan beliau adalah visinya bahwa
Islam akan menaklukkan Mekkah dan
menaklukkan Khaibar.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Mengimani (Ash Shaff [61] : 10-11)
Mencintai
Mengagungkan (Al Fath [48] : 7)
Membela (Ash Shaff [61] : 14)
Mencintai para pecintanya (Al Fath [48] : 29)
Menghidupkan sunnahnya (Al Hadits)
Memperbanyak shalawat (Al Ahzab [33] : 56)
Mengikutinya (Ali Imraan [3] : 31)
Mewarisi risalahnya (Al Fath [48] : 28)
1.
Menyelamatkan manusia dari berbagai
perselisihan tentang prinsip hidup mereka dan
menunjuki mereka kebenaran yang diinginkan
Sang Pencipta
“Kami tidak menurunkan kepadamu Kitab (Al
Qur’an) ini melainkan agar kamu menjelaskan
kepada mereka tentang semua yang mereka
perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan
rahmat bagi kaum yang beriman.” (An Nahl
[16] : 64)
2.
Untuk Iqamatuddin (Menegakkan Islam),
memeliharanya dari pemalsuan dan
penyimpangan, melarang manusia berpecahbelah (berbeda) tentangnya, dan mengajak
manusia agar berhukum dengan hukum yang
diturunkan-Nya.
“Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama
yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh, yang Kami
wahyukan kepadamu dan telah Kami wasiatkan
kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu, ‘Tegakkanlah
agama dan janganlah kamu berpecah-belah
tentangnya. ‘Amat berat bagi orang musyrik
(menerima) agama yang kamu dakwahkan kepada
mereka. Allah menarik kepada agama itu orang yang
dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada
agama-Nya orang yang kembali (kepada-Nya). “
(Asy Syura [42] : 13)
3.
Memberi kabar gembira bagi orang mukmin
tentang janji kebaikan berupa nikmat abadi
sebagai balasan ketaatan mereka dan
memperingatkan orang kafir akan akibat
buruk kekafiran mereka.
“(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul
pembawa berita gembira dan pemberi
peringatan agar tidak ada alasan bagi manusia
membantah Allah sesudah diutusnya rasulrasul itu. Adalah Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.” (An Nisa [4] : 165)
4.
Memberi Uswah Hasanah (keteladanan yang
baik) bagi manusia dalam perilaku yang lurus,
akhlak yang mulia, ibadah yang sahih, dan
istiqamah diatas petunjuk Allah SWT.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu,
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat dan dia
banyak menyebut Allah.”
(Al Ahzab [33] : 21)
Definisi Nabi terakhir mengandung unsur yang
harus diimani, yaitu :
1. Menghapus risalah sebelumnya.
2. Membenarkan para Nabi sebelumnya
3. Penyempurna Nabi sebelunya
4. Berlaku untuk semua manusia
5. Menjadi rahmat bagi seluruh alam
Dengan mengkaji sirah kita dapat memahami celah
kehidupan Rasulullah saw. sebagai individu maupun
sebagai utusan Allah swt. Sehingga, kita tidak keliru
mengenal pribadinya sebagaimana kaum orientalis
memandang pribadi Nabi Muhammad saw. sebagai
pribadi manusia biasa.
“Hai nabi, sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi
saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan,
Dan untuk jadi penyeru kepada agama Allah dengan izinNya dan untuk jadi cahaya yang menerangi. Dan
sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mukmin
bahwa Sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari
Allah.” (Al-Ahzab: 45-47).
Contoh teladan merupakan sesuatu yang penting
dalam hidup ini sebagai patokan atau model ideal.
Model hidup tersebut akan mudah kita dapati
dalam kajian sirah nabawiyah yang menguraikan
kepribadian Rasulullah saw. yang penuh pesona
dalam semua sisi.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al-Ahzab:
21).
Mengkaji sirah dapat membantu kita untuk
memahami kronologis ayat-ayat yang diturunkan
Allah swt. Karena, banyak ayat baru dapat kita
mengerti maksudnya setelah mengetahui
peristiwa-peristiwa yang pernah dialami
Rasulullah saw. atau sikap Rasulullah atas sebuah
kejadian. Melalui kajian sirah nabawiyah itu kita
dapat menyelami maksud dan suasana saat
diturunkan suatu ayat.
Kajian sirah juga dapat memperkaya pemahaman
dan pengetahuan tentang metodologi pembinaan
dan dakwah yang sangat berguna bagi para dai.
Rasulullah saw. dalam hidupnya telah berhasil
mengarahkan manusia memperoleh kejayaan
dengan metode yang beragam yang dapat dipakai
dalam rumusan dakwah dan tarbiyah.
Sirah nabawiyah juga dapat menambah khazanah
tsaqafah Islamiyah tentang peradaban masa lalu
kaum muslimin dalam berbagai aspek. Sebagai
gambaran konkret dari sejumlah prinsip dasar
Islam yang pernah dialami generasi masa lalu.
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan
untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih
baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman,
dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
fasik.” (Ali Imran: 110).




Sebagai salah satu ilmu Islam, diharapkan kajian sirah ini dapat menambah kualitas
iman. Dengan mempelajari secara intens perjalanan hidup Rasulullah, diharapkan
keyakinan dan komitmen akan nilai-nilai islam orang-orang yang mempelajarinya
semakin kuat. Bahkan, mereka mau mengikuti jejak dakwah Rasulullah saw.
Yang paling penting dalam memahami sirah nabawiyah adalah upaya untuk merebut
kembali model kepemimpinan umat yang hilang. Kepemimpinan yang dapat
memberdayakan umat dan untuk kemajuan mereka. Nabi Musa a.s. membangkitkan
kaumnya atas kelesuan berbuat bagi kemajuan bangsa dan negerinya. Sehingga beliau
mengingatkan kaumnya atas anugerah nikmat yang diberikan Allah swt. pada mereka
tentang tiga model kepemimpinan umat yang pernah ada pada sejarah mereka.
Dan (Ingatlah) ketika Musa Berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah
atasmu ketika dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan dijadikan-Nya kamu orang-orang
merdeka, dan diberikan-Nya kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorang
pun di antara umat-umat yang lain.” (Al-Maa-idah: 20).
Jadi, nilai utama yang hendak dibangun kembali dengan kajian sirah nabawiyah adalah
semangat berbuat untuk kemajuan bangsa dan umat meraih harga dirinya di hadapan
umat-umat yang lain. Lebih dari itu, juga untuk mengembalikan hak kepemimpinan
kepada umat Islam, umat nabi pilihan.
Model kepemimpinan umat sangat berpengaruh
terhadap kemajuan dan kemunduran sebuah
bangsa. Karenanya Islam mengajak umatnya
untuk memilikinya kembali agar anugerah nikmat
dari Allah swt. dapat berfungsi lagi dan
bertambah. Anugerah nikmat tersebut adalah
model kepemimpinan umat. Kepemimpinan yang
mesti dimiliki umat agar mereka mendapatkan
hidup yang lebih baik, adil, sejahtera, dan sentosa.
Model kepemimpinan itu ialah:

Kepemimpinan moral spiritual yang akan memberikan
contoh pada umat tentang apa yang perlu diperbuat dan
dilakukan pada kehidupan bermasyarakat. Sehingga
masyarakat tidak terjerumus pada jurang kehancuran moral
yang akan membawa kesengsaraan kehidupan bangsa.
Kepemimpinan ini menjadi patokan dalam masyarakat
yang dicontohkan langsung oleh pimpinan masyarakat
untuk menjadi panutan dalam akhlak, ibadah, kesantunan,
kedermawanan, perilaku keluhuran, dan lainnya.
Kemudian menyerukan pada masyarakat dengan penuh
kesabaran agar dapat mengikuti jejak dan langkah
perbuatannya. Serta memberikan kesadaran akan
pentingnya moral bagi kehidupan berbangsa. Dengan
begitu masyarakat tidak lagi mencontoh perilaku
kepribadiannya kepada figur-figur yang keliru.

Kepemimpinan politik yang mengatur
birokrasi dan administrasi masyarakat dengan
mengedepankan pelayanan dan pengabdian.
Bukan sebagai pemeras rakyat dan
penyengsara umat. Hal ini akan terjadi bila
kepemimpinan struktural dipimpin oleh
orang-orang shalih yang punya kredibilitas.
Kredibilitas mereka diakui untuk memimpin
umat lantaran kemampuannya menjalankan
fungsi kepemimpinan dengan benar.



Kepemimpinan intelektual dapat mencerdaskan kehidupan umat.
Kepemimpinan ini dapat diraih bila semangat intelektual kembali
menggeliat. Sehingga, menciptakan kecerdasan umat secara massal.
Seluruh elemen masyarakat dapat memahami perkembangan zaman
serta dapat mengerti alur kehidupan. Dengan itu tidak ada lagi unsur
masyarakat yang menjadi obyek penderita dan terus dibodohi atas
kebijakan dan sikap orang lain. Dari sana umat ini akan menjadi
sokoguru dunia dalam ilmu pengetahuan. Setiap hari selalu muncul halhal baru. Setiap waktu ada penemuan baru
“Bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui
segala sesuatu.” (Al-Baqarah: 282).
Oleh karena itu, kajian sirah harus menghantarkan orang-orang yang
mempelajarinya kepada bangkitnya semangat juang untuk merebut
kembali model kepemimpinan umat. Sehingga, umat dapat merasakan
kenikmatan dalam hidup yang penuh anugerah. Kehidupan mereka
tidak terzhalimi sedikit pun. Bahkan mereka dapat dengan jelas melihat
harapan dan obsesinya ke depan. Wallahu ‘alam bishshawaab.
Download