kepemimpinan stage manager dalam manajemen panggung

advertisement
KEPEMIMPINAN STAGE MANAGER DALAM
MANAJEMEN PANGGUNG PERTUNJUKAN
Oleh:
Haryudi Rahman
Universitas Mercu Buana Jakarta
Kata Kunci: Kepemimpinan, Stage Manager,Pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan
Ringkasan
Pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan
merupakan sebuah kemasan produk pariwisata, dan
untuk pelaksana dari pertunjukan tersebut sebagian besar
dari Unit Teater dan Pentas yang dijadikan team work
yang berdasarkan instruksi dari pimpinan. Kepemimpinan
stage manager dalam manajemen panggung pertunjukan
Sendratari Ramayana Prambanan merupakan salah satu
elemen terpenting dalam strategi pengelolaan
pertunjukan.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dengan pendekatan studi kasus pada pertunjukan
Sedratari Ramayana Prambanan. Data yang diperoleh
selanjutnya diolah dengan menggunakan analisis isi
(content analiysis) untuk mengidentifikasi kepemipinan
stage manager dalam manajemen panggung pertunjukan
Sendratari Ramayana.
Keseluruhan penelitian ini menemukan tahapan
pada proses manajemen panggung yakni sebelum
pertunjukan dan setelah pertunjukan, dan stage manager
meberikan motivasi dengan pujian dan pemahaman
terhadap pekerjaan, komunikasi secara menyeluruh dan
sebuah kelompok yang dibentuk secara formal dengan
aplikasi informal, gaya kepemimpinan yang berdasarkan
dari fungsi, gaya yang berorientasi kepada pekerjaan dan
pekerja.
A. PENDAHULUAN
Manajemen
panggung
merupakan
sebuah tahapan proses pertunjukan, mulai
dari sebelum pertunjukan sampai pada
pertunjukan. Dalam buku The Handbook Stage
Management menekankan bahwa manajemen
panggung sangat terkait dengan peran stage
manager. Hal ini juga diperkuat dengan
pendapat Lonazzi bahwa yang bertanggung
jawab atas manajemen panggung adalah stage
manager. Jadi stage manager yang mengetahui
semua hal teknis panggung dalam sebuah
pertunjukan
(Lonazzi,
1992).
Maka
keberadaan stage manager menjadi peran utama
dari proses manajemen panggung untuk
mencapai satu tujuan bersama, yakni
kesuksesan pertunjukan tersebut.
Di Indonesia, Yogyakarta istilah
mengenai manajemen panggung masih
kurang populer dimasyarakat, khususnya
dipertunjukan. Hal tersebut, merupakan
pengalaman peneliti pada keterlibatan
diberbagai pengelolaan pertunjukan yang
ditekuni. Saat proses produksi suatu
pertunjukan berlangsung, seniman dan tim
produksinya tidak pernah menyinggung halhal yang berkaitan dengan manajemen
panggung. Faktanya adalah lebih mengarah
pada konsep atau materi karya yang akan
dipertunjukan.
Padahal
kesuksesan
pertunjukan sebagai suatu tujuan bersama,
juga didukung oleh manajemen panggung
yang dikelola secara terencana dan
terorganisir dengan baik, mulai dari sebelum
sampai pada setelah pertunjukan.
Pandangan
tersebut,
menjadikan
pentingnya seseorang dalam manajemen
panggung yang berperan sebagai pemimpin
dalam mengarahkan suatu proses kerja secara
NARADA, Jurnal Desain & Seni, FDSK-UMB | 77
tim, demi mencapai tujuan yang diharapkan.
Secara fungsi, dalam setiap pertunjukan
dipilih seseorang yang dikenal dengan
sebutan stage manager, untuk bertanggung
jawab di panggung. Namun job description
seorang stage manager pada proses manajemen
yang dimaksudkan di atas masih kurang jelas
dan kurang dipahami secara kerja tim
dipertunjukan, terkadang dalam kinerjanya
stage manager juga terlibat pada divisi lainnya
secara manajemen tim.
Seperti dijelaskan peneliti sebelumnya,
hal tersebut sering terjadi diberbagai proses
pertunjukan disebabkan kurangnya wawasan.
Baik melalui artikel, majalah atau pun bukubuku yang memberikan informasi kepada
masyarakat, khusunya tentang manajemen
panggung dan pentingnya peranan dari
seorang stage manager.
Sendratari
Ramayana
Prambanan
merupakan pertunjukan yang dikemas khusus
untuk wisatawan di Yogyakarta. Biasanya
pertunjukan ini menarik perhatian para
wisatawan domestik dan manca negara yang
berkunjung ke Yogyakarta. Selain dari aspek
sejarah Ramayana dan keberadaan Candi
Prambanan yang terkenal di dunia, dari segi
pertunjukan sendratari gaya Yogyakarta pun
menjadi
ketertarikan
tersendiri.
Hal
tersebutlah yang menjadikan pengelola
pertunjukan
Sendratari
Ramayana
Prambanan sangat memperhatikan kualitas
dan kuantitas sajian pertunjukan, khususnya
manajemen panggung.
Pada data pengunjung Sendratari
Ramayana Prambanan yang tercatat oleh
pengelola dapat dilihat adanya peningkatan
yang drastis setiap tahunnya. Tentunya hal ini
diperoleh melalui kinerja bersama tim
pengelola yang serius dalam manajemen
panggung pada pertunjukan yang mereka
kemas khusus untuk para wisatawan yang
berkunjung ke Yogyakarta. Maka dari itu,
pada penelitian ini mencoba mendeskripsikan
manajemen panggung yang dikelola secara
tim pada pertunjukan Sendratari Ramayana
Prambanan diharapkan sebagai pengetahuan
dan wawasan bagi masyarakat, khususnya di
pertunjukan.
Lokasi panggung pertunjukan yang
dekat dengan Candi Prambanan tentu sangat
78 | Volume 2 Edisi 1, 2015
memerlukan pemikiran yang terencana dan
terorganisir agar tidak merusak atau
mengurangi keindahan panorama dari
bangunan candi. Namun apabila dikelola
dengan sebaik mungkin dan semestinya,
pertunjukan
Sendratari
Ramayana
Prambanan akan memberikan atraksi
tersendiri bagi wisatawan setelah melihat
bangunan candi disore harinya.
Dilihat dari konstrusksi panggung Open
Air, keberadaaan candi sebagai back ground
panggung menjadi daya tarik pertunjukan
yang disajikan. Menurut (Martono 2008 : 56)
salah satu ruang yang representatif yang
bertaraf internasional dan memiliki arsitektur
yang berbeda dengan ruang-ruang pentas
yang lainnya, yaitu panggung Prambanan
yang awalnya dibangun untuk menunjang
pariwisata Candi Prambanan. Keinginan bagi
peningkatan pariwisata tersebut haruslah
didukung pengelolaan panggung yang
terencana dan teroganisir dengan baik, yakni
manajemen panggung.
Pentingnya penelitian ini dilakukan agar
pengetahuan mengenai manajemen panggung
dan stage manager bisa dipahami secara praktisi
maupun teoritis. Penelitin ini juga merupakan
sebuah bahan evaluasi bagi manajemen
panggung Sendratari Ramayana Prambanan.
Penelitian ini juga memberikan sebuah
wacana baru di dunia akademik, bahwa
penting dilakukan sebuah riset tentang
manajemen panggung di Indonesia. Secara
fungsi, profesi stage manager dalam manajemen
panggung akan dibahas lebih rinci dalam
penelitian ini. Dan lebih jelasnya, penelitian
ini berangkat dari sebuah fenomena, secara
fungsi, aplikasi dan pengetahuan tentang stage
manager masih perlu diperjelas. Dari
penelitian ini diharapkan nantinya akan
menjawab semua fenomena yang terjadi.
B. METODE PENELITIAN
C. PEMBAHASAN
Pertunjukan
Sendratari
Ramayana
Prambanan merupakan kemasan. Dimana
pertunjukan ini bertujuan untuk para
wisatawan, jadi pencipta harus mengetahui
situasi dan kondisi penonton. Dari pendapat
di atas, penulis melihat keterkaitan antara
“kemasan” dengan manajemen panggung
pertunjukan
Sendratari
Ramayana
Prambanan. Secara eksplisit untuk membuat
merencanakan hal tersebut, dalam hal ini
manajemen panggung (Hadi, 2012:127).
Berdasarkan hasil observasi sebelumnya
di Unit Teater dan Pentas, pertunjukan ini
memang dikelola dengan baik. Setiap
minggunya menampilkan tiga pertunjukan
dengan kelompok yang berbeda-beda. Dari
11 kelompok yang terlibat dalam Sendratari
Ramayana Prambanan dilakukan penjadwalan
secara bergilir. Sebagian besar dari kelompok
tersebut merupakan penari profesional dan
beberapa yang masih pemula. Kelompok
yang masih pemula memiliki jadwal tersendiri
untuk latihan di Open Air.
Dan yang
profesional pada umumnya latihan di sanggar
masing-masing.
Dalam upaya mencapai visi dan misi,
tim pengelola manajemen panggung
pertunjukan
Sendratari
Ramayana
Prambanan berada di Unit Teater dan Pentas
pada PT. Taman Wisata Candi Borobudur,
Prambanan, dan Ratu Boko. Pada sistem
kerjanya organisasi ini memiliki struktur
organisasi tersendiri dari bagian unit
perusahaan. Unit tersebut lebih dikhususkan
untuk mengelola pertunjukan Sendratari
Ramayana Prambanan.
Pada pelaksanaan kerja struktur
organisasi sangat dibutuhkan untuk setiap
perusahaan/yayasan/lembaga, inilah yang
dijadikan panduan bagi seluruh anggota
organisasi untuk melakukan berbagai hal
dalam upaya pencapaian tujuan bersama
(Sule,et.al., 2009:168). Salah satu tujuan dari
unit tersebut sebagai pengelola pertunjukan
kemasan professional adalah kepuasan
penonton, wisatawan terhadap pertunjukan
Sendratari Ramayana Prambanan. Kepuasan
penonton diperoleh dari aspek pelayanan dan
penyajian pertunjukan yang ditampilkan
sesuai dengan harapan awal saat pertunjukan
ini sengaja dikemas untuk pariwisata.
Untuk mencapai kesuksesan, sinergitas
antar elemen pertunjukan sangat dibutuhkan,
baik pengelolaan yang berkaitan dengan
panggung maupun di luar daripada
panggung.
Misalnya
saja
pada
mempromosikan sebuah pertunjukan melalui
website, media cetak dan relasi. Secara teknis,
kegiatan mempromosikan tidak terkait
dengan panggung, tetapi ini sangat
menentukan untuk mendatangkan penonton
yang mendukung kegiatan pada manajemen
panggung, akan sia-sia kerja manajemen
panggung jika tidak ada penonton yang
menonton begitu juga sebaliknya sehingga
dalam pengelolaan sinergitas keduanya sangat
diperlukan.
Manajemen dan kepemimpinan menjadi
suatu keterkaitan. Pada manajemen panggung
tentu diperlukannya seorang pemimpin, yakni
stage manager. Kepemimpinan tersebut
merupakan kemampuan dalam membangun
komunikasi dan motivasi satu dengan yang
lainnya secara kerja tim. Menurut tingkatan
manajemen stage manager berada di tengah,
jadi butuh upaya yang keras membangun
komunikasi antara top management dan low
management. Selain itu stage manager juga
membangun komunikasi antara pemain
untuk kebutuhan pentas (Ionazzi, 1992: 11).
Pernyataan
tersebut
mendeskripsikan
peranan kepemimpinan stage manager yang
cakupannya
luas
mulai
membangun
komunikasi dan motivasi antar kerja tim
teknis maupun dengan kerja antar penari di
atas panggung pertunjukan Sendratari
Ramayana Prambanan. Secara definisi
operasionalnya seorang stage manager bertugas
untuk mewujudkan dan menyatukan
keinginan dari sutradara dan produser,
mengenai hal-hal yang artisitik untuk
diwujudkan dalam suatu pementasan. Stage
manager akan bekerja sama dengan aktoraktor
yang
terlibat
di
dalamnya.
Mengkoordinir, mengatur dan menyatukan
berbagai ide dan masukan yang keluar dari
banyak pihak yang terlibat untuk mencapai
satu kesepakatan yang disetujui bersama
(Ionazzi, 1992:9).
Merujuk pada definisi di atas bahwa
sosok stage manager dalam hal ini
membutuhkan
kepemimpin
untuk
mengarahkan semua staf kerja tim dalam
manajemen
panggung.
Pengambilan
keputusan sangat menentukan efektifitas
sebuah
pertunjukan.
Biasanya
pada
pelaksanaan yang tidak sesuai dari
perencanaan, dibutuhkan tanggung jawab
NARADA, Jurnal Desain & Seni, FDSK-UMB | 79
Tabel 1: Deskripsi tugas stage manager dalam SOP (Standar Operasional Pekerjaan)
stage maneger dalam mengambil keputusan.
Peranannya dalam membangun tim sangat
diperlukan dalam menjaga emosional para
stage crew, kordinator kostum, lightingmen,
soundman dan pemain.
Sejalan dengan pemikiran peneliti.
bahwa sebuah pengelolaan membutuhkan
seorang pemimpin mengatur semua jalannya
sebuah perusahaan untuk meng-goal-kan
sebuah tujuan. Pemimpin bukan hanya
sekedar memimpin, secara teknis tugas
pimpinan meliputi lima kegiatan, yaitu:
menyusun
rencana,
mengorganisasi,
mengarahkan,
mengkoordinasi,
mengendalikan kegiatan (Ranupandojo, 1996
: 88).
Sehubungan dengan penelitian ini, maka
dirumuskan pertanyaan penelitian terkait
peranan kepemimpinan dalam manajemen
panggung pada sebuah pertunjukan.
Tahapan-tahapan manajemen panggung
pertunjukan
Sendratari
Ramayana
Prambanan.
80 | Volume 2 Edisi 1, 2015
1. Manajemen Panggung
a. Struktur Organisasi
Struktur organisasi dibutuhkan dalam
setiap perusahaan atau kegiatan-kegiatan
tertentu. Dalam manajemen panggung
struktur organisasi juga merupakan penentu
jalannya pertunjukan. Struktur tersebut nanti
masing-masing memiliki pekerjaan yang
spesialis di bidangnya dan memiliki uraian
pekerjaan.
Menurut Lonazzi (1992) yang bergerak
pada
organisasi
teater,
memaparkan
pentingnya struktur organisasi pada suatu
manajemen panggung pertunjukan. Pengaruh
tersebut penting karena terkait pada
tanggungjawab kerja sebagai stage manager.
Dalam studinya beliau mengemukakan dua
alasan yang mendasari pembentukan struktur
organisasi, yakni berdasarkan pada fungsional
dan situasi lingkungan serta berdasarkan
kebutuhan produksi (project commercial).
Bagan 2: Struktur Organisasi Pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan
Menurut pemahaman Lonazzi (1992)
mengenai struktur organisasi manajemen
panggung, pada pertunjukan Sendratari
Ramayana Prambanan belum memiliki design
organisasi (secara bagan yang jelas), namun
struktur organisasi yang ada lebih kepada
struktur organisasi Unit Pentas dan Teater
pada lingkup perusahaan PT.Taman Wisata
Candi Prambanan, Boko, dan Borubodur
(yang telah digambarkan peneliti di bab 1).
Dalam struktur organisasi Unit Teater
dan Pentas tersebut tertulis berupa SOP
(Standar Operasional Prosedur). SOP inilah
yang menjadi acuan untuk pelaksanaan
pertunjukan tersebut. Di SOP dijelaskan
rincian-rincian pekerjaan yang akan dilakukan
setiap koordinator. Petugas pelaksana
pertunjukan diberikan instruksi langsung dari
pimpinan bahwa harus melaksanakan
pertunjukan. Berdasarkan wawancara dengan
stage manager, tanggung jawabnya mulai dari
parkiran sampai dibelakang panggung.
Tabel 1 di atas merupakan deskripsi
tugas dari stage manager pertunjukan Sendratari
Ramayana Prambanan yang tertera pada SOP
tersebut sebelumnya. Secara struktur
organisasi, di Unit Teater dan Pentas ada
perbedaan penamaan, yakni stage manager yang
dimaksudkan
merupakan
koordinator
pementasan dalam struktur organisasi Unit
Teater dan Pentas.
Apabila ditinjau dari prosedur kerja pada
tabel di atas, deskripsi kerja koordinator
pementasan memiliki tanggungjawab penentu
untuk berlangsungnya pertunjukan. Hal ini,
dilihat dari prosedur kerjanya yang
bertanggungjawab pada kesiapan seluruh
pelaksana pertunjukan, dan memberikan abaaba dimulainya pertunjukan. Dengan
demikian, struktur organisasi yang bersifat
fungsional
secara
langsung,
menjadi
pedoman pada pertunjukan di malam
harinya. Dengan ini, proses kerja struktur
organisasi sudah tidak tergambar jelas karena
kerja berdasarkan team work, satu kesatuan
demi kelancaran pertunjukan.
Berdasarkan hasil analisis peneliti
menggambarkan
struktur
organisasi
pertunjukan
Sendratari
Ramayana
Prambanan sebagai berikut:
Struktur organisasi pada bagan 2, di
desain berdasarkan surat perintah kerja yang
di dalamnya menuliskan pembagian divisi
untuk pertunjukan Sendratari Ramayana.
Terlihat pada bagan 2 di atas bahwa stage
manager berada pada tingkatan menengah. Ini
membuktikan bahwa profesi stage manager
bukan hal mudah, bertanggungjawab
mengarahkan semua bawahannya dan
bertanggung jawab kepada pimpinan
produksi. Terlihat garis putus-putus yang
menghubungkan antara stage manager dan
kelompok tari. Maka dari itu, semua yang
terkait dengan pertunjukan stage manager-lah
yang bertanggungjawab. Dalam pertunjukan
Sendratari Ramayana Prambanan keterlibatan
kelompok tari merupakan sebuah kerjasama.
Pihak dari Unit Teater dan Pentas
memberikan kontrak kepada 11 kelompok
tari untuk sebuah pertunjukan. Meskipun
demikian, stage manager tetap memiliki
tanggung jawab terhadap kelompok tari saat
NARADA, Jurnal Desain & Seni, FDSK-UMB | 81
pertunjukan. Hubungan ini akan dijelaskan
pada pembahasan selanjutnya.
Kemudian di SOP (Standar Operasional
Pekerjaan) dijelaskan secara detil mengenai
uraian pekerjaan. Pembagian kerja tersebut di
kelompokkan sebagai berikut, pimpinan
produksi,
koordinator
pementasan,
koordinator lighting, dan koordinator properti.
Koordinator pementasan adalah stage manager
dalam pertunjukan Sendratari Ramayana
Prambanan.
Pengelompokan
pekerjaan
dilakukan
berdasarkan
kebutuhan
pertunjukan
Sendratari
Ramayana
Prambanan.
Menurut
(Byrnes, 2009), membagi
struktur organisasi menjadi dua yakni organic
organization dan mechanistic organization. Organic
organization memiliki ciri yakni, struktur yang
kurang terpusat, kurang detil dalam peranan
dan regulasi, sering ambigu dalam proses
kerja, sulit untuk dikontrol (muliple jobdesc),
lebih bersifat informal, koordinasi secara
personal. Mechanistic organization memilki ciri
sebalikanya dari organic organization yakni
struktur yang terpusat (ideal), detil pada
peranan dan regulasi, divisi yang jelas, mudah
dikontrol, bersifat formal, koordinasi secara
impersonal (kelompok).
Sejalan dengan paparan di atas,
pertunjukan
Sendratari
Ramayana
Prambanan saat pertunjukan berlangsung
menggunakan organic organization, hal ini
terlihat pada SOP . Sedangkan siang hari
menggunakan mechanistic organization karena
merupakan jabatan fungsional dari PT.
Taman Wisata Candi Prambanan, Boko dan
Borobudur.
Keseluruhan
bahasan
di
atas,
pertunjukan
Sendratari
Ramayana
Prambanan
memiliki bentuk struktur
organisasi formal dan informal, dan dibentuk
berdasarkan fungsional dan produksi (project).
b. Tahapan Manajemen Panggung
Manajemen
panggung
merupakan
sebuah proses yang dilakukan dalam sebuah
pertunjukan mengkhusus pada panggung.
Menurut Lonazzi, manajemen panggung
dilakukan dengan beberapa tahapan yakni,
sebelum produksi, latihan dan pertunjukan.
82 | Volume 2 Edisi 1, 2015
Dan yang berperan penting dalam tahapan
tersebut adalah stage manager.
Pada pertunjukan Sendratari Ramayana
melihat secara tahapan dari manajemen
panggung, hal tersebut tidak semuanya
berlaku dalam pertunjukan tersebut.
Berdasarkan wawancara dengan stage manager
pertunjukan Sendratari Ramayana merupakan
sebuah rutinitas. Jadi pertunjukan ini
memiliki tahapan sebelum pertunjukan dan
pertunjukan. Karena Sendratari Ramayana
merupakan pertunjukan rutinitas.
1) Sebelum Pertunjukan
Manajemen
panggung
dalam
pertunjukan Sendratari Ramayana memiliki
tahapan, yakni sebelum pertunjukan dan
pertunjukan. Dari hasil wawancara dan
pengamatan yang dilakukan, tidak sekedar
mengorganisir yang terkait dengan panggung.
Stage manager menegaskan bahwa dia
mengkoordinir semua yang terkait dengan
pertunjukan Sendratari Ramayana. Mulai dari
tukang parkir, penjaga tiket, penajaga pintu,
penjemput tamu, dan yang bekerja di
panggung.
Sedangkan
hasil
analisis
manajemen panggung, bahwa secara teoritis
Bagan 3: Tahapan sebelum pertunjukan pada manajemen
panggung pertunjukan Sendratari Ramayana
manajemen panggung Sendratari Ramayana
tidak sesuai konsep Lonazzi.
Peneliti akan menggambarkan dalam
bentuk skema tahapan sebelum pertunjukan
pada Sendratari Ramayana.
Tahapan sebelum pertunjukan ini
memiliki persiapan yang harus diselesaikan
seperti yang terlihat pada bagan 3. Jadi ada
tahapan-tahapan yang harus dilakukan.
Karena ini adalah tahapan, maka semua
pekerjaan harus bertahap dilakukannya.
Petugas
parkir,
mempersiapkan
kebutuhannya mulai dari senter, uang koin
dan pakaian. Sembari petugas parkir
melakukan persiapan, petugas kebersihan
membersihkan wilayah sekitar panggung dan
panggung. Kebersihan di wilayah panggung
meliputi dalam panggung dan belakang
panggung. Kemudian sekitar panggung
meliputi, kebersihan tempat duduk untuk
para penonton, toilet dan kebersihan mulai
dari parkir sampai pada area pintu masuk
panggung.
Adapun yang dilakukan dalam persiapan
properti meliputi, gamelan, tungku api dan
daun untuk adegan Hanoman obong. Setelah
gamelan siap di atas panggung, barulah crew
sound
memasang
microphon
disetiap
instrumennya.
Beberapa
crew
sound
mempersiapkan sound monitor dan sound
pelempar di sisi kanan dan kiri panggung.
Ketika semua sudah dipersiapkan barulah
dilakukan chek sound.
Langkah yang ke-empat yakini check
lighting, untuk bagian ini memang dilakukan
saat hari mulai gelap karena untuk kejelasan
plot dari pencahayaan. Jika semua langkahlangkah pada tahapan ini sudah selesai dan
hari masih sore, koordinator lighting tetap
akan menunggu setelah hari mulai gelap.
Disampin itu pula, sebelum melakukan chek
lighting para crew lighting melakukan
pemerikasaan terhadap setiap lampu yang
sudah standbay.
Tahapan
berikutnya
sebelum
pertunjukan dilaksanakan, yakni bloking
panggung untuk penari. Bloking panggung
biasanya dilakukan saat semua crew panggung
sedang mempersiapkan peralatan yag
dibutuhkan di atas panggung. Saat penari
melakukan bloking panggung sementara crew
melakukan tugasnya sesuai dengan tahapan
yang telah dipaparkan di atas.
Kelompok penari yang biasanya
melakukan bloking panggung terlebih dahulu,
merupakan
kelompok
yang
belum
profesional dalam artian, mereka pemula.
Jadi, kelompok tersebut datang lebih awal
agar waktu untuk melakukan bloking
panggung cukup. Telah dibahasakan
sebelumnya,
bahwa
pertunjukan
ini
merupakan rutinitas dan seluruh crew
panggung telah memahami dan mendalami
tugas masing-masing. Untuk itu, kelompok
penari hanya sekedar melakukan pemantapan
gerak pada panggung dan disertakan pemusik
dari setiap kelompok.
Biasanya sebelum mereka melakukan
bloking, antara pimpinan dari kelompok dan
stage manager ada koordinasi semacam
pemberitahuan. Setelah itu, instruksi yang
dilakukan oleh stage manager kepada setiap
koordinator untuk mempersiapkan peralatan
untuk melakukan bloking. Dan untuk stage
manager sendiri dalam proses sebelum
pertunjukan ini, memberikan kepercayaan
penuh
kepada
koregrafer/pimpinan
kelompok hal-hal yang terkait dengan
koreografi.
Kemudian yang terakhir adalah clear area,
mengosongkan panggung untuk melangkah
ke tahapan yang ke dua. Langkah ini
merupakan langkah yang terakhir, untuk
memastikan tidak ada lagi pekerjaan yang
terkait dengan panggung. Saat dilakukan clear
area semua koordinator dan crew memastikan
semua sudah siap kepada stage manager.
Sebelum melakukan tahapan yang kedua, para koordinator dan crew sudah harus
rapi dengan kostum yang sudah ditentukan.
Karena di sisi lain, pelayanan terhadap
penonton merupakan salah satu tujuan utama
dalam pertunjukan Sendratari Ramayana
Prambanan. Maka dari itu, semua
koordinator dan crew harus rapi dan bersih
agar memberikan kesan yang baik terhadap
orang yang melihatnya.
2) Pertunjukan
Kemudian pada tahapan ke dua yakni
pertunjukan, di bagan yang telah peneliti
gambarkan.
Pada
saat
pertunjukan
NARADA, Jurnal Desain & Seni, FDSK-UMB | 83
Bagan 4: Tahapan pertunjukan, alur koordinasi pelaksana saat pertunjukan berlangsung
berlangsung, stage manager mengontrol
jalannya pertunjukan. Para koordinator
melakukan koordinasi sesama koordinator
dan dikontrol oleh stage manager. Dan stage
manager berkoordinasi dengan pimpinan
produksi untuk memberikan informasi
keadaan
pertunjukan.
Dalam
proses
pengontrolan
stage
manager
melihat
kekurangan-kekurangan apa saja yang terjadi
saat berlangsungnya pertunjukan.
Pada bagan 4 jabatan yang tertinggi
dalam pertunjukan Sendratari Raamayana
Prambanan ini adalah pimpinan produksi.
Pimpinan produksi dalam pertunjukan ini
berkoordinasi dengan stage manager untuk
mengontrol kondisi yang terjadi saat
pertunjukan. Sedangkan stage manager selain
berkoordinasi dengan koordinator, juga
melakukan evaluasi terhadap pertujukan tari
yang sedang berlangsung.
Saat pertunjukan berlangsung di
panggung Open Air, dan kondisi cuaca buruk.
Maka yang dilakukan stage manager adalah
membiarkan
dulu pertunjukan
tetap
berlangsung. Tetap melihat seberapa buruk
cuaca saat pertunjukan tersebut. Jika cuaca
84 | Volume 2 Edisi 1, 2015
sangat buruk dan tidak memungkinkan untuk
melanjutkan pertunjukan, MC langsung
mengambil
alih
dan
melakukan
pemberitahuan kepada seluruh penonton
untuk berteduh di tempat yang telah
disediakan.
Koordinator properti langsung di
arahkan untuk mempersiapkan panggung
Trimurti. Untuk mengarahkan penonton ke
panggung Trimurti, kondisi cuaca-pun sangat
diperhatikan. Di dalam SOP (Standar
Operasional Prosedur) dijelaskan bahwa
ketika hujan belum berhenti dalam 30 menit
maka penonton dan penari akan diarahkan ke
panggung Trimurti. Penonton di arahkan ke
panggung Trimurti melalui pintu depan dan
para penjemput tamu memberikan payung ke
setiap penonton. Saat penari dipindahkan,
koordinator memberikan transportasi agar
make-up dari penari tetap terjaga dari air
hujan. Dan saat hujan berhenti dalam 30
menit, maka pertunjukan akan dilanjutkan
dan seluruh koordinator diberikan waktu
sekitar 15 menit untuk melakukan
pengeringan panggung dan kursi penonton.
Agar penonton tetap nyaman duduk di
tempatnya.
Pelayanan memang sangat penting
dalam pertunjukan Sendratari Ramayana
Prambanan. Telah dijelaskan sebelumnya,
bahwa
pertunjukan
ini
merupakan
pertunjukan yang dikemas untuk wisatawan.
Dan
memberikan
kepuasan
melalau
pelayanan tersebut. Karena salah satu tolok
ukur dari suksesnya pertunjukan ini adalah
komplain dari pihak penonton. Hal ini
berdasarkan wawancara dengan stage manager.
Jika, penonton tidak ada yang komplain
pertunjukan tergolong sukses.
Stage manager dalam hal ini yang memiliki
tanggung jawab yang besar dalam
pertunjukan
Sendratari
Ramayana
Prambanan. Untuk itu, stage manager harus
mampu berkomunikasi dengan baik agar
semua bisa terkoordinir dengan baik. Dan
mengambil keputusan saat terjadi hal-hal
yang
insidental
dalam
pertunjukan.
Kemudian secara tingkatan manajemen stage
manager berada pada level midle. Maka dari itu
sangat dibutuhkan keahlian yang lebih agar
semua berjalan sessuai dengan yang
diharapkan.
3) Hubungan Stage Manager
Pertunjukan
dan
Penari
Sendratari Ramayana
Sejalan dengan pemikiran Hadi (2012 :
102) dalam proses koreografi, kerjasama
antara penata tari dengan penata panggung
dimulai dari proses latihan secara
keseluruhan. Adapun kerjasama yang
terbangun berguna untuk mengontrol,
mengatur, memberikan petunjuk, dan
mengingatkan
seluruh
pendukung
pertunjukan terutama pada penari. Hal ini
dimaksudkan agar konsep dari koreografi
dapat dipahami oleh penata panggung pada
pertunjukan yang akan dipentaskan.
Berdasarkan data wawancara dengan
koreografer dan stage manager di
Pertunjukan Sendratari Ramayana hubungan
kerjasama yang ada sebatas pada memberikan
ruang dan waktu untuk latihan di panggung
Open Air Prambanan. Fasilitas yang
disediakan tidak seluruh kelompok yang
memanfaatkannya karena dari beberapa
kelompok memiliki studio tari sendiri dengan
alasan untuk lebih memudahkan proses
latihan. Dengan demikian apabila dianalisis
dengan situasi tersebut keterlibatan stage
manager dengan koreografer menjadi tidak
jelas tergambarkan dan tentu kerjasama yang
dimaksudkan pun tidak terbangun pada
pertunjukan tersebut.
Namun ada beberapa kelompok tari
yang sesekali menggunakan panggung Open
Air untuk proses latihan blocking. Seperti pada
kelompok tari KAMASETRA UNY
melakukan latihan blocking di panggung Open
Air sebelum jadwal pertunjukan yang telah
ditentukan. Keterlibatan antara stage
manager dengan koreografer ada dalam hal
menyediakan
fasilitas
untuk
latihan
diantaranya : soundsytem, lighting, dan gamelan.
Maka dari itu, stage manager tidak terlibat
langsung dengan hal-hal yang berkaitan
dengan koreografi.
Ada sebelas kelompok tari yang
dikontrak langsung oleh pihak Unit Teater
dan Pentas di Pertunjukan Sendratari
Ramayana Prambanan. Mereka telah
memiliki
jadwal
untuk
melakukan
pertunjukan. Beberapa dari kelompok tari
yang melakukan latihan di panggung Open Air
akan didampingi oleh pelaksana pertunjukan
untuk
kelancarannya.
Biasanya
yang
melakukan latihan dari kelompok merupakan
kelompok tari yang masih pemula. Untuk itu,
mereka mengajukan jadwal latihan dan
disusun ulang oleh pelaksana pertunjukan.
Keterlibatan stage manager dalam latihan
tidak menyentuh pada tarian yang akan
dipertunjukkan. Stage manager memberikan
kepercayaan penuh kepada koreografer dari
setiap kelompok. Dan untuk linghting dan
sound di arahkan oleh stage manager. Sebelum
pertunjukan penari datang pada jam 17.30
WIB untuk melakukan persiapan, mulai
merias sampai pada memakai kostum yang
sesuai dengan peran yang dimainkan.
Terkecuali kelompok tari yang masih pemula,
mereka datang lebih awal untuk melakukan
bloking di panggung Open Air.
NARADA, Jurnal Desain & Seni, FDSK-UMB | 85
Kemudian saat pertunjukan akan
berlangsung salah satu dari team work
memberikan informasi keseluruh penari
untuk bersiap-siap masuk ke area panggung.
Panggung Open Air memiliki beberapa sisi
untuk masuk dan keluarnya penari saat
pertunjukan, dan mereka sudah memahami
hal tersebut. Jadi keterlibatan crew untuk
mengontrol keluar masuknya penari tidak
dilakukan lagi.
Adapun peranan stage manager dalam
hubungannya dengan penari ada pada saat
evaluasi di setiap pertunjukannya. Stage
manager mengontrol apa yang kurang dan
berlebih saat pertunjukan. Kemudian saat
selesainya pertunjukan akan diberikan catatan
langsung kepada pemimpin kelompok
tari/koreografer.
Begitupula
dalam
hubungannya dengan ligthing, sound dan
properti. Jadi keterlibatan antara pelaksana
dan penari pada pertunjukan Sendratari
Ramayana sebatas evaluasi dan tidak terlibat
secara teknis koreografi penari. Pimpinan
dari setiap kelompoklah yang terlibat secara
teknis akan hal tersebut. Evaluasi dilakukan
dengan melihat apa yang kurang dan lebih
saat pertunjukan berlangsung.
Hubungan antara stage manager dan
penari yang terlibat dalam pertunjukan
Sendratari Ramayana, bukan hubungan yang
secara umum harus mempunyai keterlibatan
langsung dalam koreografi. Namun di sini
keterlibatan itu ada pada evaluasi saat
pertunjukan dengan melihat apa yang kurang
dan lebih. Hubungan ini akan digambarkan
melalui bagan 6, sebagai berikut:
Bedasarkan skema pada bagan 5
disamping, garis panah hitam tegas yang
mengarah
ke
pimpinan
kelompok
tari/koreografer adanya instruksi kerja,
evaluasi dan pemenuhan kebutuhan.
Kemudian garis biru yang mengarah ke stage
manager merrupakan permintaan dari setiap
kebutuhan koregrafer untuk pertunjukan.
Terlihat
juga
garis
merah
yang
menghubungkan antara koreografer dan
penari, menunjukkan bahwa koreografer
bersentuhan langsung secara teknis dengan
penari. Garis putus-putus antara stage manager
dan penari, adanya batasan yang dimiliki oleh
86 | Volume 2 Edisi 1, 2015
Bagan 5: Hubungan antara stage manager, koreografer dan
penari
stage manager untuk teknis dalam gerakan
tarian. Namun tetap stage manager memiliki
wewenang
mngevaluasi
hasil
dari
pertunjukan dari penari.
Kedua garis panah yang berwarna hitam
dan biru jika dilihat secara detil ada
hubungan
timbal balik.
Berdasarkan
interpretasi peneliti, bahwa adanya sistem
kerja sama yang ditawarkan kepada setiap
kelompok dengan melakukan perjanjian
tertentu. Kemudian adanya penawaran yang
diberikan oleh pimpinan kelompok atau
koreografer
dalam
hal
mendukung
kelancaran
pertunjukan.
Penawaran
koreografer terhadap stage manager terkait
dengan ligthing, sound dan properti. Kemudian
penawaran mengenai jadwal pertunjukan dan
latihan. Hal tersebut terjadi juga pada stage
manager, penawaran yang dilakukan lebih
kepada memperbaiki jika ada yang kurang
atau lebih saat pertunjukan berlangsung.
Namun bisa juga, memenuhi tawaran yang
diinginkan oleh pimpinan kelompok atau
koreografer.
Koreografer yang memiliki tanggung
jawab penuh untuk kekompakan penari
dalam melakukan perannya masing-masing
dalam pertunjukan Sendratari Ramayana ini.
Jadi ada batasan yang dimiliki stage manager
antara hubungannya dengan penari. Jika stage
manager merasa ada yang perlu dibenahi
dalam pertunjukan, maka akan berhubungan
langsung dengan pimpinan kelompok atau
koreografer.
Hubungan kerjasama yang dimaksudkan
Hadi (2012) dalam bahasan sebelumnya kecil
kemungkinan terjadi karena dilihat dari
jumlah kelompok tari yang terlibat di
Pertunjukan
Sendratari
Ramayana
Prambanan.
Kesulitan itu dikarenakan
sebelas
kelompok
memiliki
konsep
koreografi yang berbeda satu dengan lainnya
walaupun secara ide cerita sama. Selain itu,
kemasan pertunjukan untuk pariwisata
menjadikan hubungan kerjasama yang terjalin
antara stage manager dan koreografer diperkuat
dengan kontrak kerjasama yang disepakati
kedua pihak. Dengan demikian, pada tataran
ini sudah adanya deskripsi hak dan kewajiban
dari kedua pihak tersebut. Pihak pertama
yakni stage mananger memberikan kewajiban
pada penyediaan sarana dan prasarana
pertunjukan sedangkan pihak kedua yakni
koreografer/pimpinan
kelompok
tari
memiliki kewajiban pada hal-hal yang
berkaitan dengan teknis pertunjukan
(koreografi).
Hadi (2012) dalam paparannya juga
menguraikan pentingnya hubungan stage
manager dengan penari yakni pada fungsi
memberikan petunjuk. Petunjuk yang
dimaksudkan adalah pada hal-hal yang
berkaitan dengan kostum, tatarias, dan
lighting kepada penari dalam pertunjukan.
Berbeda halnya dengan Pertunjukan
Sendratari Ramayana Prambanan secara
sistem kerjasama sebaiknya pada paparan di
atas dapat diberlakukan. Namun melihat dari
situasi dari sistem kerja yang ada di
Pertunjukan
Sendratari
Ramayana
Prambanan peran stage manager sudah
memiliki
koordinasi
dengan
lighting.
Koordinasi tersebut memberikan petunjuk
pada para penari saat pertunjukan, sedangkan
pada kostum dan tatarias yang dimaksudkan
sebelumnya tidak dapat diberlakukan oleh
stage manager karena adanya batasan kerja dari
kontrak kerjasama yang telah disepakati
sebelumnya yakni pada teknis yang bersifat
koreografi. Tanggungjawab teknis koreografi
diantaranya termasuk kostum dan tatarias
merupakan
peran
dari
pimpinan
kelompok/koreografer kepada penari bukan
lagi menjadi tanggungjawab stage manager
kepada para penari.
2. Kepemimpinan Stage Manager
a. Proses
Menurut Griffin (2000), kepemimpinan
sebagai proses difokuskan kepada apa yang
dilakukan oleh para pemimpin, yaitu proses
dimana para pemimpin menggunakan
pengaruhnya. Untuk memperjelas tujuan
organisasi bagi para pegawai, bawahan, atau
yang dipimpinnya, memotivasi mereka untuk
mencapai tujuan tersebut, serta menciptakan
suatu budaya produktif dalam organisasi.
Dari pemahaman di atas, peran stage
manager pada Pertunjukan Sendratari
Ramayana Prambanan memberikan pengaruh
kepada seluruh crew. Pengaruh yang
diupayakan mendukung proses kerja saat
pertunjukan untuk memudahkan koordinasi
dan arahan. Dari hasil wawancara bersama
stage manager,
pemahaman terhadap
pekerjaan, dan pujian terhadap hasil kerja
yang telah dilakukan merupakan pengaruh
yang sangat besar. Pernyataan tersebut
menekankan pengaruh stage manager pada crew
terlihat sebagai bentuk deskripsi kewajiban
kerja masing-masing untuk kelancaran proses
kerja di pertunjukan.
Untuk lebih mempertajam analisis ini
maka peneliti akan menganalisis proses
motivasi
kemudian
komunikasi
dan
kelompok kerja :
1) Motivasi
Selaku stage manager yang memberikan
motivasi kepada seluruh koordinatornya,
peneliti akan melihat secara mendalam
bagaimana stage manager memberikan motivasi
tersebut. Pada bahasan sebelumnya mengenai
pengaruh stage manager berupa pengarahaan
dan koordinasi deskripsi kewajiban kerja
NARADA, Jurnal Desain & Seni, FDSK-UMB | 87
masing-masing ditegaskan kembali
oleh
beberapa pendapat yang diungkapkan
informan saat diwawancarai.
Dengan demikian berdasarkan analisis
Grifin (2000), pengaruh yang diberikan stage
manager sangat penting dalam memotivasi
crew sebagai bentuk koordinasi satu dengan
yang lainnya saat proses kerja pada
pertunjukan berlangsung. Stage manager
memberikan motivasi berupa penghargaan
dengan
memberikan
pujian
kepada
koordinator serta memberikan pemahaman
lebih dalam lagi mengenai pekerjaannya.
Dilanjutkan pimpinan produksi, menekankan
pada pemahaman tentang kerjasama dalam
satu pertunjukan sangat penting untuk
memudahkan koordinasi tersebut.
Berdasarkan
teori
motivasi
kebutuhan
hirarki
Masslow,
yang
menekankan bahwa manusia memiliki
kebutuhan.
Teori
tersebut
Masslow
menekankan
adanya
lima
tingkatan
kebutuhan yang harus dipenuhi dan setelah
kebutuhan yang satu terpenuhi maka akan
berlanjut pada kebutuhan kedua dan
kebutuhan selanjutnya. Secara tingkatan
kebutuhan
Masslow,
stage
manager
memberikan motivasi pada tingkatan
kebutuhan harga diri. Kebutuhan tersebut
merupakan kebutuhan tingkatan tinggi yang
memiliki dua kategori, yakni kategori
kebutuhan
terhadap
kekuasaan
dan
kebutuhan terhadap nama baik (reputation).
Pada kategori inilah stage manager memberikan
motivasi dengan cara memberikan pujian dan
pemahaman setiap koordinator.
Secara hirarki, stage manager tidak melalui
kebutuhan fisiologis, keamanan, dan sosial.
Sedangkan kebutuhan keamanan tidak bisa
terpenuhi ketika kebutuhan fisiologis belum
tercapai. Jadi ketika membedah secara hirarki
kebutuhan Masslow yang dapat ditemukan
adalah kebutuhan harga diri. Di dalam sini
tidak ditemukan adanya kebutuhan secara
hirarki yang terpenuhi. Berdasarkan tersebut
di atas, motivasi dalam kepemimpinan stage
manager secara teori Masslow, kebutuhan yang
terpenuhi adalah kebutuhan harga diri.
Sedangkan
peneliti
sudah
paparkan
sebelumnya, bahwa kebutuhan yang kedua
tidak bisa terpenuhi kalau kebutuhan pertama
88 | Volume 2 Edisi 1, 2015
tidak terpenuhi. Efek yang ditimbulkan
ketika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi
secara bertahap, mungkin para pekerja
mengalami ketidak puasan kerja. Tetapi
berdasarkan pernyataan dari informan, semua
senang dengan pekerjaannya.
Menurut teori kebutuhan dua faktor
Herzberg, menjelaskan faktor motivator dan
faktor kesehatan (hygine). Faktor motivator
meliputi, pekerjaan itu sendiri, prestasi,
kemungkinan pertumbuhan, tanggung jawab,
kemajuan, pengakuan dan status. Dan faktor
kesehatan meliputi, Hubungan dengan
penyelia, hubungan antarkolega, hubungan
dengan bawahan, kualitas penyeliaan,
kebijakan perusahaan dan administrasi,
keamanan kerja, kondisi-kondisi kerja dan
gaji. Melanjutkan pemahaman Herzberg, jika
hanya satu dari dua faktor yang terpenuhi
maka karyawan akan mengalami ketidak
puasan kerja, tetapi pada tingkat netral.
Ditinjau
pertunjukan
Sendratari
Ramayana Prambanan maka stage manager
memberikan semua kedua faktor tersebut
pada setiap karyawannya. Berdasarkan hasil
wawancara bahwa, stage manager memberikan
motivasi dengan memberikan pujian dan
pemahaman terhadap koordinator. Cara
menyampaikannya juga secara personal, dan
hubungan antara karyawan sangat baik. Jadi,
stage manager memberikan motivasi sesuai
dengan teori dua faktor kebetuhan Herzberg.
Para pelaksana pertunjukan Sendratari
Ramayana Prambanan memang harus
mempersiapkan
tenaga ekstra untuk
mencapai kesuksekan pertunjukan. Dan
pertunjukan tersebut dilaksanakan empat kali
dalam satu minggu. Selain itu, pada siang hari
mereka mengerjakan pekerjaan administratif.
Untuk melancarkan semua itu, dibutuhkan
pendorong, semangat dan motivasi agar
semua sama-sama berjalan. Maka peranan
seorang stage manager dibutuhkan untuk
melancarkan sebuah pertunjukan. Dengan
memberikan motivasi setiap koordinator
melalui pujian dan pemahaman mengenai
pekerjaannya.
Untuk itu, pandangan peneliti dari
pembahasan di atas, motivasi menggunakan
teori dua faktor kebutuhan Herzberg semua
termasuk dalam teori tersebut. Dengan alasan
faktor motivator dan kesehatan itu terpenuhi
pada setiap koordinator, tentunya karena stage
manager memahami kebutuhan yang akan
diberikan untuk setiap koordinatornya.
Apabila dilihat menurut Fredrick
Winslow Taylor dalam (Sule & Saefullah,
2009:237) menyatakan bahwa faktor yang
mendorong pekerja adalah saat diimingimingi dengan kompensasi berupa uang
(human are motivated solely by money). Secara
khusus, hal tersbut memang ada, namun saat
stage manager memberikan motivasi/dorongan
bukan pada faktor kompensasi. Dan perlu
diketahui juga bahwa, stage manager dalam
memimpin para koordinatornya tidak
menyentuh sampai pada memberikan
kompensasi.
Kompensasi merupakan salah satu
faktor yang penting untuk mendukung
produktivitas pekerja. Jika dilihat dari
manajemen sumber daya manusia, menurut
(Siagian, 2011:254), jika suatu organisasi tidak
mampu menerapkan dan mengembangkan
suatu sistem imbalan yang memuaskan,
organisasi bukan hanya kehilangan tenagatenaga terampil dan berkemampuan tinggi,
tapi juga akan kalah bersaing dipasaran
tenaga kerja.
Berdasarkan hal ini berarti situasi
pekerja dalam manajemen panggung
pertunjukan
Sendratari
Ramayana
Prambanan memiliki masa-masa yang sulit.
Karena berdasarkan pemahaman sebelumnya
yang diungkapkan Taylor bahwa, pekerja
hanya akan menunjukkan kinerja yang baik
ketika diiming-imingi dengan kompensasi
berupa uang.
Suatu penelitian yang dilakukan di
perusahaan Wastern Electrick di Howtorne
pada tahun 1927 hingga 1932 dalam (Sule &
Saefullah, 2009:39), yang dikenal sebagai The
Howtorne Studies atau Studi Howtorne.
Penelitian ini dilakukan oleh Eelton Mayo
dan rekan-rekannya. Dari eksperimen ini
ternyata perhatian khususlah yang akan
menentukan produktivitas kerja dalam
organisasi.
Namun perlu juga diketahui bahwa
ekperimen yang dilakukan oleh Elton Mayo
bukan di Indonesia, Karena dalam hal ini
ternyata lingkungan juga mempengaruhi hasil
dari setiap penelitian mengenai produktivitas
pekerja. Jika perhatian mempengaruhi
produktivitas pekerjaan, maka peneliti juga
memberikan pemahaman yang sama akan hal
tersebut.
Berdasarkan dari pemikiran di atas,
bahwa pujianlah yang menjadi salah satu
faktor motivasi yang diberikan oleh stage
manager ternyata lebih berpengaruh dari pada
kompensasi atau insentif yang diberikan
kepada pekerja pelaksana pertunjukan. Hal
ini juga dinnyatakan oleh pimpinan produksi
bahwa pujian itu tidak bisa dinilai dengan
materi. Ini terkait dengan lingkungan pada
suatu organisasi juga. Karena mungkin, pada
organisasi pertunjukan lain menerupakan hal
yang berbeda saat seorang pemimpin
memberikan
motivasi
pada
karyawan/pekerjanya. Ini berhubungan,
bagaimana seorang stage manager memimpin
para koordinatornya. Jadi di sini ada sebuah
batasan memotivasi untuk profesi stage
manager di manajemen panggung pertunjukan
Sendratari Ramayana Prambanan.
2) Komunikasi dan Kelompok Kerja
Menurut Griffin (2000) terdapat
berbagai pola komunikasi dalam kelompok
kerja yang dapat diidentifikasi, diantaranya
adalah
bentuk
roda,
huruf
Y,
berkesinambungan/bersambung,
lingkaran,dan menyeluruh. Ditinjau dari
pemahaman pola komunikasi tersebut maka
yang digunakan pada Pertunjukan Sendratari
Ramayana Prambanan yakni pola komunikasi
yang berbentuk menyeluruh.
Seorang anggota dan pemimpin
memiliki kesempatan yang sama untuk
menyampaikan pesan atau informasi sebagai
bentuk komunikasi yang dilakukan. Seperti
inilah pola komunikasi yang dilakukan stage
manager dalam melakukan pengarahan. Dalam
pengarahannya semua pelaksana pertunjukan
terlibat dan memberikan saran, masukan dan
evaluasi mengenai pelaksanaan pertunjukan
Sendratari Ramayana Prambanan. Pola
menyeluruh juga memberikan ruang satu
dengan yang lainnya untuk dapat saling
memahami setiap pekerjaan yang ada.
Komunikasi
yang
terbentuk
di
Pertunjukan
Sendratari
Ramayana
Prambanan juga dilihat dari sudut pandang
NARADA, Jurnal Desain & Seni, FDSK-UMB | 89
proses yang dilakukan stage manager dengan
keseluruhan crew. Proses komunikasi
dipaparkan (Stoner.,et.,al 1995:216) melalui
definisi komunikasi sebagai proses yang
dipergunakan oleh manusia untuk mencari
kesamaan arti lewat transmisi pesan simbolik.
Dari proses komunikasi adanya dua hal yang
terkait
pada
pertunjukan
Sendratari
Ramayana Prambanan yakni keterlibatan
orang lain, dan memiliki kesamaan arti.
Keterlibatan dengan orang lain dimaksudkan
bahwa pada proses komunikasi yang terjadi
adanya keterlibatan stage manager dengan
keseluruhan crew, adanya komunikasi satu
dengan yang lainnya secara personal maupun
kelompok. Kesamaan arti yang dimaksudkan
yakni lebih kepada proses komunikasi yang
menyampaikan kesamaan pesan atau
diartikan juga sebagai satu kesepakatan yang
terbentuk
saat
proses
pertunjukan
berlangsung. Kesamaan arti pada pelaksana
pertunjukan tersebut juga tergambar pada
istilah team work yang mereka gunakan saat
proses kerja.
Berdasarkan teori tersebut, stage
manager memberikan pengarahan dengan
melibatkan para koordinator. Dari sini,
peneliti
memandang
bahwa
adanya
komunikasi yang terbangun dengan adanya
pertemuan yang dilakukan oleh stage manager.
Pada pertemuan tersebut semua yang terlibat
dalam pertunjukan Sendratari Ramayana
Prambanan mengkomunikasikan hal-hal yang
terkait dengan jalannya pertunjukan tersebut.
Secara kelompok kerja, posisi stage
manager dan seluruh crew pada Pertunjukan
Sendratari Ramayana Prambanan merupakan
suatu kelompok kerja pada malam hari
pertunjukan berlangsung yang berbeda ketika
siang harinya. Kelompok kerja menurut
mereka dalam paparannya dikenal dengan
istilah team work. Atas dasar istilah tersebut
saat proses kerja stage manager dan seluruh crew
menjadi kesatuan bersama-sama bekerja
untuk kesuksesan pertunjukan.
Hal tersebut di atas juga dikonfirmasi
dengan beberapa pendapat koordinator
properti, koordinator lighting, dan pimpinan
produksi.
Dari
wawancara
dengan
koordinator
properti,
memaparkan
pentingnya komunikasi yang terbangun
90 | Volume 2 Edisi 1, 2015
untuk membantu proses persiapan kerja,
mulai dari menyiapkan sinopsis dan dalam
paparannya beliau juga menekankan
pentingnya komunikasi untuk dapat saling
membantu demi kelancaran proses kerja.
Berbeda halnya dengan koordinator lighting,
dalam wawancaranya diungkapkan bahwa
komunikasi
yang
terbangun
baik
menyebabkan tidak adanya batasan kerja lagi
antara stage manager dan crew, hal tersebut
menggambarkan kemampuan stage manager
dalam membangun komunikasi sehingga
disenangi crew dan pada akhirnya mendukung
kelancaran proses kerja. Pimpinan produksi
pun menegaskan hubungan komunikasi
terbangun dengan saling menghormati
pekerjaaan masing-masing.
Stage Manager yang sebagai pemimpin
dalam
sebuah
pertunjukan
memiliki
kedekatan personal. Dari hasil wawancara
yang telah dituliskan sebelumnya, informan
menyatakan hal yang sama kedekatannya
dengan stage manager. Disitu juga terdapat
penjelasan dari pimpinan produksi, jadi ini
memperkuat bahwa stage manager melakukan
komunikasi antar personal dan komunikasi
secara kelompok.
Sesuai dengan teori Griffin (2000)
terkait pola komunikasi juga dipaparkan pada
aspek kelompok kerja. Kelompok kerja
tersebut merupakan pengarahan dan
koordinasi pada suatu kelompok kerja pada
Pertunjukan
Sendratari
Ramayana
Prambanan. Dengan istilah kelompok adanya
kesatuan tujuan yang hendak dicapai dari
proses kerja berlangsung.
Stoner berpendapat mengenai kelompok
kerja, membagi pada dua bentuk yakni,
kelompok kerja formal dan informal. Secara
formal merupakan suatu perintah dari Unit
Teater dan Pentas dari PT. Taman Wisata
Candi Prambanan, Boko dan Borobudur
sedangkan secara informal pada saat
pertunjukan berlangsung yang
memiliki
kesamaan posisi yang diistilahkan dengan
team work.
Pertunjukan
Sendratari
Ramayana
Prambanan merupakan pertunjukan yang
dibawahi Unit Teater dan Pentas. Di dalam
Unit tersebut memiliki struktur organisasi
sendiri untuk fungsional setiap harinya. Pada
saat pertunjukan mereka adalah team work,
begitulah penjelasan stage manager. Dan juga
merupakan sebuah pembentukan kelompok
kerja untuk mencapai tujuan dari organisasi.
Kemudian secara teoritis, pelakasana untuk
pertunjukan
Sendratari
Ramayana
Prambanan merupakan informal. Hal
tersebut juga terdapat pada pernyataan
informan, disitu ditekankan bahwa mereka
sadar kalau dipertunjukan tersebut bekerja
secara team. Maka mereka bekerjasama untuk
mencapai suksesnya pertunjukan.
Namun secara formal kerja pada
pertunjukan
Sendratari
Ramayana
Prambanan merupakan sebuah instruksi dari
pimpinan Unit Teater dan Pentas.
Pembentukan team work ini memang dibentuk
oleh pimpinan agar tercapainya kesuksesan
sebuah pertunjukan. Stage manager secara team
work juga sering mengerjakan hal-hal di luar
dari pekerjaannya yakni mengontrol. Kalau
melihat paraktiknya di lapangan semua
pekerjaan terlihat saling membantu. Bukan
hanya stage manager semua pelaksana
pertunjukan
Sendratari
Ramayana
Prambanan melakukan hal tersebut. Inilah
yang stage manager maksud dengan team work
dimana para pekerja saling membantu, saling
mengisi dan gotong royong. Dengan kata lain
secara perintah merupakan bentuk formal,
dan saat proses kerja kelompok lebih
berbentuk informal.
Begitupula para koordinator saat
pekerjaanya selesai mereka membantu
pekerjaan di panggung yang belum selesai.
Dalam profesionalitas pekerjaan memang
menjadi fokus, setiap pekerjaan menjadi
tanggung jawab karyawan atas apa yang
dikerjakannya. Stage manager di pertunjukan
ini, tidak melakukan hal tersebut sebagai
pijakan utama dalam pekerjaan. Yang utama
adalah bagaimana para koordinator bisa
bekerjasama dengan baik untuk mencapai
kesuksesan.
Karena
secara
teknis
pelaksanaan, rata-rata koordinator di
pertunjukan
Sendratari
Ramayana
Prambanan bukan pekerja yang spesialis di
bidangnya.
Materi-materi
untuk
kelangsungan pertunjukan itu biasanya
didapatkan dari pelatihan atau workshop.
Kembali mengenai peranan komunikasi
pemimpin pada kelompok kerja dibutuhkan
untuk menjaga solidaritas dalam kelompok
tersebut. Peneliti melihat adanya strategi
rolling yang dilakukan oleh stage manager agar
komunikasi terjaga dan tetap solid dalam
melangsungkan pertunjukan tersebut. Rolling
yang dimaksud stage manager sebuah
pergantian atau pertukaran posisi. Menurut
stage manager bahwa tidak selamanya yang
dibagian parkir menjadi tukang parkir terus,
suatu saat mereka juga akan terlibat di
belakang panggung. Disinilah bentuk
komunikasi dan kelompok kerja yang
dibangun stage manager pada seluruh pelaksana
pertunjukan.
Berdasarkan analisis dan pengamatan
yang diperoleh dilapangan, komunikasi antar
personal memang sangat baik. Hal tersebut
dibuktikan pernyataan dari beberapa
informan terkait kedekatannya dengan stage
manager. Sebagai team work komunikasi yang
dibangun harus efektif agar semua bisa
bekerjasama dengan baik untuk mencapai
tujuan. Untuk itu peranan stage manager dalam
membangun komunikasi secara kelompok
dibutuhkan. Stage manager melakukan hal
tersebut dengan diadakannya pertemuan. Di
dalam pertemuan tersebut membicarakan
yang terkait dengan pertunjukan Sendratari
Ramayana Prambanan. Kemudian hal ini juga
menjadi pertemuan untuk evaluasi secara
general di pertunjukan Sendratari Ramayana.
Semua menghadiri pertemuan tersebut mulai
dari yang mewakili setiap kelompok tari dan
pelaksana pertunjukan. Melalui pertemuan
tersebut merupakan satu upaya stage manager
untuk membangun komunikasi yang efektif
secara kelompok.
Sebuah kesempatan bagi semua para
pelaksana pertunjukan Sendratari Ramayana
Prambanan untuk saling bergantian posisi.
Misalnya, pada petugas parkir nantinya akan
ditugaskan menjadi petugas di panggung.
Jadi, hal tersebut juga bisa mengatasi
kejenuhan
dalam
satu
pekerjaan,
mengerjakan sesuatu yang baru.
Berbagai hal yang bisa diperoleh ketika
adanya roling yang diberlakukan dalam
pertunjukan
Sendratari
Ramayana
Prambanan. Para petugas akan mendapatkan
NARADA, Jurnal Desain & Seni, FDSK-UMB | 91
tambahan wawasan di luar dari pekerjaan
yang sebelumnya. Maka dari itu, komunikasi
yang dibangun oleh stage manager, dimana
semua pelaksana pertunjukan Sendratari
Ramayana Prambanan bisa menyampaikan
saran, pertanyaan dan kritik. Intinya stage
manager dalam pengarahannya sangat terbuka
agar semua bisa berjalan dengan baik sesuai
dengan tujuan bersama. Begitu juga yang
dilakukan
saat
dilapangan.
Karena
komunikasi sangat penting untuk saling
berkoordinasi saat jalannya pertunjukan
Sendratari Ramayana Prambanan.
Conrad (1985) dalam (Moss, 2001:170)
mengidentifikasi
komunikasi
dalam
organisasi lebih kepada fungsi yakni, fungsi
perintah dan fungsi relasional. Fungsi
komunikasi yang dimaksudkan dalam
organisasi adalah bagaimana anggota
memanfaatkan komunikasi yang diberikan
oleh setiap pemimpin. Dalam fungsi perintah
anggota organisasi membicarakan, menerima
menafsirkan dan bertindak atas suatu
perintah.
Fungsi
relasional
anggota
menciptakan dan mempertahankan bisnis
produktif dan hubungan personal dengan
anggota organisasi lain.
Dalam
pertunjukan
Sendratari
Ramayana Prambanan, fungsi perintah ini
berlaku saat dilakukannya pertemuan
merencanakan pertunjukan. Secara eksplisit,
para pelaksana pertunjukan berdasarkan
perintah untuk melaksanakan tugas. Tapi saat
pertunjukan akan dilaksanakan, semua
terlihat melakukan pekerjaan diluar dari yang
telah ditetapkan bersama. Sedangkan fungsi
relasional yakni stage manager selalu
mengedepankan pentingnya membangun
komunikasi agar hubungan yang telah terjalin
dengan pelaksana pertunjukan dapat selalu
terjaga dalam proses kerja.
Selain pembahasan diatas, sisi budaya
juga sangat mempengaruhi motivasi dan
komunikasi yang terbentuk di Pertunjukan
Sendratari Ramayana Prambanan. Faktor
budaya dilihat dari proses kerja yang sudah
menjadi kebiasaan karena merupakan
kemasan pertunjukan pariwisata yang bersifat
rutin sehingga hal ini mendorong
terbentuknya budaya organisasi. Peneliti
meninjau adanya pengaruh budaya yang
92 | Volume 2 Edisi 1, 2015
signifikan pada proses kerja Pertunjukan
Sendratari Ramayana Prambanan yakni
kebudayaan jawa. Kebudayaan jawa yang
dimaksud adalah dalam bekerja seluruh
pelaksana pertunjukan memiliki keyakinan
kerja yang dilakukan bukan sebatas kerja
untuk nilai ekonomi saja tetapi adanya
persepsi sebagai kerja bakti pelestarian
kebudayaan. Hal tersebutlah yang menurut
peneliti
ikut mempengaruhi motivasi,
komunikasi dan kelompok kerja dalam sistem
kepemimpinan di pertunjukan Sendratari
Ramayana Prambanan.
Beberapa para ahli mengemukaan
budaya organisasi juga merupakan hal
penting untuk membetuk pola kerja dari
setiap karyawan. Budaya organisasi juga
mempengaruhi
produktifitas
karyawan.
Setiap karyawan akan senang dengan
pekerjaan mereka karena budaya yang
diciptakan dalam ruang lingkup organisasi
tersebut. Secara garis besar budaya yang
dibentuk dalam satu organisasi juga
dipengaruhi oleh faktor personal. Dengan
demikian budaya organisasi yang terbentuk
pada pelaksana pertunjukan menjadi faktor
mendukung
kesuksesan
pertunjukan
Sendratari Ramayana Prambanan yang
mengedepankan saling membantu, saling
mengisi, serta gotong royong.
b. Gaya Kepemimpinan
Konsep gaya kepemimpinan menurut Griffin
(2000) dibagi menjadi dua istilah yakni, jobcentered leader behavior dan employee-centered leader
behavior.
Gaya
kepemimpinan
yang
berorientasi
pekerjaan
cenderung
memberikan fokus terhadap pekerjaan dan
prosedur yang harus dilakukan dalam
pekerjaan, sedangkan gaya kepemimpinan
yang berorientasi kepada orang-orang
cenderung memberikan perhatian pada
pemeliharaan tim dan memastikan seluruh
orang-orang mendapatkan kepuasan dalam
setiap pekerjaannya.
Berdasarkan konsep di atas, gaya yang
dimiliki oleh stage manager adalah job-centered
leader behavior. Pada hasil wawancara
dipaparkan beberapa penejelasan mengenai
pentingnya sebuah pekerjaan.
Sejalan dengan konsep Griffin (2000)
terhadap gaya kepemimpinan, ini merupakan
gaya job-centered leader behavior. Dimana gaya
tersebut berorientasi terhadap pekerjaan,
karena pengarahan merupakan instruksi dari
pihak manajemen yang harus dilaksanakan.
Stage manager menekankan saat diwawancarai,
bahwa pekerjaan ini bukan kegiatan sosial.
Jadi setiap karyawan yang dibawahi Unit
Teater dan Pentas merupakan sebuah
kewajiban untuk terlibat dalam pelaksanaan
pertunjukan Sendratari Ramayana.
Meskipun Griffin (2000) menyatakan
gaya kepemimpinan stage manager adalah gaya
yang berorientasi kepada pekerjaan. Hal
tersebut hanya dipandang dari pengarahan
yang dilakukan oleh stage manager saat
melakukan pertemuan. Pada paragraf
sebelumnya telah dijelaskan bahwa, stage
manager memberikan pekerjaan tidak
menekankan kepada pekerjaan yang telah
diberikan. Pelaksana pertunjukan Sendratari
Ramayana Prambanan merupakan team work
yang harus saling membantu, saling mengisi
dan gotong royong. Dari penejelasan tersebut
peneliti melihat adanya upaya untuk
mengedepankan team work. Sedangkan
menurut Griffin (2000) sendiri bahwa gaya
employee-centered leader behavior merupakan gaya
yang berorientasi kepada orang-orang
cenderung memberikan perhatian pada
pemeliharaan tim dan memastikan seluruh
orang-orang mendapatkan kepuasan dalam
setiap pekerjaannya. Gaya ini lebih
mendominasi saat peneliti melakukan
pengamatan di lapangan. Kemudian stage
manager secara fungsi selalu menegaskan
dengan istilah kami adalah team work.
Selain itu menurut peneliti, stage manager
sebagai pemimpin dalam pertunjukan,
budaya juga sangat berpengaruh saat stage
manager memberikan motivasi, membangun
komunikasi dan team work. Dimana stage
manager ketika dalam proses pelaksanaan
terlihat adanya gotong royong yang
diberlakukan dalam manajemen panggung
tersebut. Gotong royong sudah menjadi
kebiasaan di manajemen pertunjukan
Sendratari
Ramayana.
Meskipun
dipertunjukan tersebut memiliki koordinator,
ketika sudah dilapangan semua terlihat saling
membantu dan saling mengisi. Dan mereka
juga tetap bertanggung jawab dan disiplin
atas pekerjaan yang telah di instruksikan oleh
stage manager. Ini merupakan ciri khas dari
manajemen
pertunjukan
Sendratari
Ramayana ketika melihat dari sudut pandang
budaya. Kepemimpinan stage manager dalam
manajemen panggung pertunjukan Sendratari
Ramayana dipengaruhi juga latar belakang
kebudayaan dari seorang pemimpin.
Menurut (A.F.Stoner,.et.,al 1995:165)
fungsi kepemimpinan berhubungan dengan
tugas dan pemeliharaan kelompok cenderung
diekspreiskan
dengan
dua
gaya
kepemimpinan yang berbeda. Manajer yang
mempunyai gaya berorientasi pada tugas
mengawasi karyawan secara ketat untuk
memsatikan tugas dilaksanakan dengan
karyawan atau kepuasan pribadi. Manajer
dengan gaya berorientasi pada karyawan lebih
menekankan pada memotivasi dari pada
mengendalikan karyawan.
Secara khusus gaya kepemimpinan
dalam penelitian ini berdasarkan dari fungsi
kemudian
dapat
ditentukan
gaya
kepemimpinan. Namun dalam hal ini,
beberapa ahli dalam kepemimpinan untuk
menentukan
sebuah
gaya
harus
menggunakan pengukuran dengan beberapa
pendekatan. Seperti yang dilakukan oleh
Fiedler (1965) dalam (A.F.Stoner,.et.,al
1995:172) mengukur gaya kepemimpinan
pada skala tingkat seseorang menguraikan
secara mengnuntungkan atau merugikan
rekan sekerjanya yang paling tidak disukai.
Kemudian Fiedler mengidentifikasi tiga
macam “situasi kepemimpinan” atau variabel
yang
membantu
menentukan
gaya
kepemimpinan mana yang efektif: hubungan
pemimpin-anggota, struktur tugas dan
kekuasaan posisi pemimpin.
Berdasarkan keseluruhan pemahaman di
atas mengenai gaya kepemimpian yakni
dilihat dari fungsinya maka kepemimpinan
stage manager di pertunjukan Sendratari
Ramayana Prambanan memiliki gaya
kepemimpinan berorientasi kepada karyawan
dan pekerjaan. Namun, dalam hal ini
perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai gaya kepemimpinan yang dapat
dinilai secara kuantitatif.
NARADA, Jurnal Desain & Seni, FDSK-UMB | 93
D. Penutup
 Manajemen
panggung
pertunjukan
Sendratari Ramayan Prambanan secara
struktur organisasi memiliki bentuk
struktur organisasi formal dan informal,
dan dibentuk berdasarkan fungsional dan
produksi (project). Standar Operasional
Pekerjaan merupakan acuan formalitas
untuk uraian pekerjaan pelaksana
pertunjukan
Sendratari
Ramayana
Prambanan.
 Pada proses manajemen panggung
mimiliki dua tahapan, yakni sebelum
pertunjukan. Pada tahapan pertama ini
dilakukan proses persiapan sebelum
pertunjukan, dimulai dari pukul 15.30
WIB. Pada bagian parkir mempersiapkan
parkiran, kebersihan dan persiapan
properti, kemudian chek sound, chek lighting
dan clear area. Tahapan ke dua yakni
pertunjukan, stage manager mengontrol
jalannya
pertunjukan
dan
setiap
koordinator
melakukan
koordinasi
dengan stage manager untuk memberikan
informasi.
Stage
manager
sendiri
melakukan koordinasi pada pimpinan
produksi untuk memberikan informasi
situasi pertunjukan Sendratari Ramayan.
 Kepemimpinan stage manager dalam
manajemen
panggung
pertunjukan
Sendrataari
Ramayana
memberikan
motivasi dengan pujian kepada setiap
koordinator saat pertunjukan sukses dan
memberikan motivasi saat dilakukan
pengarahan.
Membangun
pola
komunikasi
menyeluruh
setiap
koordinator dan artis agar tidak ada
kesalah
pahaman
dalam
proses
pertunjukan. Memberikan pemahaman
bahwa pentingnya kelompok kerja untuk
kelangsungan pertunjukan Sendratari
Ramayana.
Kemudian
gaya
kepemimpinan stage manager berdasarkan
istilah dari gaya yang berorientasi kepada
pekerjaan saat dilakukannya pengarahan
dan orientasi pada karyawan saat
pertunjukan akan dilaksanakan.
 Kepemimpinan stage manager diperlukan
dalam manajemen panggung pertunjukan
Sendratari Ramayana untuk mengatur
jalannya
pertunjukan.
Merupakan
94 | Volume 2 Edisi 1, 2015

pengambil keputusan saat terjadi
permasalahan dalam pertunjukan atau
dalam proses sebelum pertunjukan.
Membangun kebersamaan team work
untuk keberlangsungan pertunjukan
Sendratari Ramayana.
Hubungan antara pelaksana pertunjukan
Sendratari Ramayana Prambanan dan
kelompok tari/koreografer, merupakan
hubungan secara tidak langsung. Stage
manager cukup memberikan evaluasi
untuk
setiap
pertunjukan
dan
dikonfirmasikan
ke
pimpinan
tari/koreografer. Stage manager pada
pertunjukan
Sendratari
Ramayana,
memberikan tanggung jawab penuh
kepada
pimpinan
kelompok
tari/koreografer mengenai gerakan dan
kekompkan penari dalam pertunjukan.
Download